1. Keyakinan tidak berdasar akan kemampuan sendiri untuk mengidentifikasi perusahaan sebagai
investasi potensial.
Banyak investor terlalu percaya diri mengklaim bakatnya diatas rata-rata untuk memilih saham, tetapi
hanya ada sedikit bukti yang mendukung atas keyakinan ini.
2. Perdagangan yang berlebihan. Saat klien menunjukan terlalu banyak aktivitas perdagangan. Saran
terbaik yaitu meminta klien untuk menjaga frekuensi setiap perdagangan dan memperhitungkan laba.
3. Meremehkan risiko penurunan. Saran yang terbaik yaitu, meninjau kembali kepemilikan investasi
untuk kinerja yang berpotensi buruk, memberikan salah satu contoh penelitian praktisi kepada klien
yang menunjukkan bagai mana rapuhnya pasar itu sebenarnya.
4. Portofolio yang tidak dipisahkan. Kadang investor terlalu yakin akan portofolio yang mereka miliki.
Padahal belum tentu portofolio tersebut membawa mereka pada keuntungan. Penasihat keuangan
dapat memberikan saran untuk melakukan strategi-strategi pencegahan.
Bias overconfidence dapat saja terjadi karena investor yang tidak siap untuk masa depan. Investasi
yang mereka lakukan adalah investasi yang bersifat jangka panjang, mereka merasa yakin bahwa mereka
dapat mengantisipasi adanya kemungkinan kerugian serta risiko-risiko yang akan mereka hadapi. Padahal
dalam kenyataannya, mereka belum memiliki kesiapan yang matang karena begitu banyaknya perubahan
yang bergerak secara cepat. Investor harus lebih memahami dan mengenal berbagai macam bentuk serta
basis-basis dalam perencanaan investasi.