Anda di halaman 1dari 76

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Numbered Head Together pertama kali diperkenalkan oleh Spanser

Kagen. Numbered Head Together merupakan salah satu model

pembelajaran kooperatif yang didesain untuk mengondisikan siswa

berpikir secara berkelompok. Fathurrohman (2015) mengartikan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) merupakan

salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur

khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan

memberikan kesempatan kepada siswa agar terlibat aktif dalam proses

berpikir bersama kelompok-kelompok kecil. Selanjutnya Lestari, dkk

(2015) juga menjelaskan bahwa NHT merupakan salah satu tipe

pembelajaran kooperatif dimana siswa diberi nomor dalam kelompok

serta mengondisikan siswa untuk berpikir bersama dalam menjawab

permasalahan yang diajukan oleh guru.

Model pembelajaran koopertif tipe NHT memiliki beberapa

kelebihan sepeti yang kemukakan oleh Hamdayana (2014) yaitu: (1)

melatih siswa bekerja sama dan menghargai pendapat orang lain, (2) siswa

mampu menjadi tutor sebaya, (3) memupuk rasa kebersamaan antar siswa,

(4) membuat siswa menjadi terbiasa dengan perbedaan.

Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan kualitas dan hasil

1
2

belajar. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together

(NHT) ini, relatif mudah diterapkan di dalam kelas sehingga guru dan

siswa tidak mengalami kesulitan dalam langkah-langkah penerapannya

serta guru lebih mudah menyiapkan bahan materi pelajaran dan media

yang akan digunakan. Selain itu, melalui penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) juga membuat siswa

terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa pun dapat lebih

mudah memahami materi yang disampaikan (Apriliani, 2017).

Pemahaman siswa tentang materi pelajaran yang diajarkan dapat

terlihat dari sikap aktif, kreatif, serta inovatif siswa dalam menghadapi

pembelajaran tersebut. Hal ini juga disampaikan oleh Endang dan Harmini

(2011) siswa dapat berpikir dan menalar terkait suatu persoalan

matematika apabila telah memahami tentang persoalan matematika

tersebut. Sehingga cara pandang siswa mengenai hal tersebut ikut

memengaruhi pola pikir tentang penyelesaian masalah yang akan

dilakukan.

Namun, survei Trend in International Mathematics and

ScienceStudy (TIMSS), yang dilakukan oleh The International Association

for the Evaluation and Educational Achievement (IAE) menempatkan

Indonesia pada posisi yang belum menggembirakan di antara negara-

negara yang di survei. Survei TIMSS mengambil fokus pada domain isi

matematika dan kognitif siswa. Domain isi meliputi Bilangan, Aljabar,

Geometri, Data dan Peluang, sedangkan domain kognitif meliputi

2
3

pengetahuan, penerapan, dan penalaran. Survei yang dilakukan setiap 4

(empat) tahun yang diadakan mulai tahun 1999 tersebut menempatkan

Indonesia pada posisi 34 dari 48 negara, tahun 2003 pada posisi 35 dari 46

negara, tahun 2007 pada posisi 36 dari 49 negara, tahun 2011 pada posisi

36 dari 40 negara, dan pada tahun 2015 lagi-lagi Indonesia berada di

urutan bawah pada posisi 45 dari 50 negara. Hasil survei tersebut

menunjukan bahwa kemampuan matematika siswa Indonesia masih

tergolong rendah.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib bagi siswa

Sekolah Dasar (SD). Matematika merupakan suatu disiplin ilmu yang

dapat meningkatkan kemampuan berpikir, beragumentasi, berkontribusi

dalam penyelesaian masalah sehari-hari serta mendukung perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi (Susanto, 2013).

Ruang lingkup materi Matematika pada satuan pendidikan SD/ MI

baik dalam kurikulum KTSP 2006 ataupun berbasis K-13 meliputi

bilangan asli, bulat, dan pecahan, geometri, pengukuran sederhana, dan

statistika sederhana. Mata pelajaran Matematika pada kurikulum 2013

untuk kelas rendah (I, II dan III) masih tergabung dalam tema, sedangkan

untuk kelas tinggi (IV, V dan VI) sudah terpisah dari mata pelajaran lain

yang biasanya dipadukan dalam satu tema. Alasan pemisahan mata

pelajaran tersebut disebabkan karena materi/pembahasan muatan

Matematika pada buku tersebut terasa dangkal. (Kemendikbud, 2016)


4

Salah satu materi yang wajib dipelajari siswa kelas IV dalam

Kurikulum 2013 pada materi bangun datar terdapat pada KD 3.9

Menjelaskan dan menentukan keliling dan luas persegi, persegi panjang,

dan segitiga serta hubungan pangkat dua dengan akar pangkat dua dan KD

4.9 Menyelesaikan masalah berkaitan dengan keliling dan luas persegi,

persegi panjang, dan segitiga termasuk melibatkan hubungan pangkat dua

dengan akar pangkat dua.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan tanggal 4 Januari

2019, 11 Januari, 18 Januari 2019, 1 Februari 2019, dan 22 Maret 2019 di

SD Negeri Gugus II Kecamatan Luhak Nan Duo tentang pembelajaran

Matematika, peneliti melihat bahwa guru sudah berusaha menyajikan

materi dengan baik akan tetapi saat pelaksanaan pembelajarannya, guru

hanya sedikit menguasai model pembelajaran padahal masing – masing

materi seharusnya menggunakan model pembelajaran yang berbeda.

Terkadang guru perlu mengadakan penyesuaian diri dalam membelajarkan

Matematika karena dalam buku siswa mata pelajaran Matematika pada

Kurikulum 2013 ini, uraian tentang prosedur terlihat begitu panjang dan

lebar berbeda pada kurikulum sebelumnya yang sering hanya memuat

konsep, contoh, dan latihan. siswa cenderung mementingkan dirinya

sendiri, maksudnya ketika guru mengajukan pertanyaan cenderung

sebagian kecil siswa yang menjawab. Pada saat belajar kelompok,

pengawasan antar kelompok masih kurang, akibatnya dalam belajar

kelompok siswa yang mengerjakan soal hanya sebagian kecil, sedangkan


5

siswa yang lain bermain – main dalam kelompoknya seperti membuat

gambar, membuat tulisan dan melipat – lipat kertasnya.

Sedangkan berdasarkan wawancara terbuka pada tanggal 16 April

2019 antara peneliti dengan guru kelas IV serta siswa kelas V SD Negeri

Gugus II Luhak Nan Duo didapatkan bahwa guru beranggapan

matematika adalah ilmu pasti sehingga guru jarang membelajarkan siswa

dalam kelompok. Guru juga bingung memilih model pembelajaran yang

cocok digunakan untuk materi keliling dan luas persegi, persegi panjang

dan segitiga. Serta masih banyak siswa mengalami kesalahan dalam

menyelesaikan soal dikarenakan lupa akan rumus keliling dan luas persegi,

persegi panjang dan segitiga. Saat peneliti menanyakan kepada salah satu

siswa tentang rumus keliling dan luas persegi, persegi panjang, dan

segitiga siswa ragu – ragu menjawabnya bahkan ada siswa yang tidak bisa

membedakan antara rumus keliling dan luas. Oleh karena itu, kesiapan

siswa, kesiapan guru dan metode penyajiaannnya harus diperhatikan

dalam pembelajaran. Salah satu faktor yang diperhatikan dalam

pembelajaran matematika adalah model pembelajaran yang digunakan

oleh guru.

Selain itu, dampak lainnya yaitu rendahnya hasil belajar

pengetahuan Matematika siswa. Hal tersebut terlihat dari nilai Ulangan

Tengah Semester (UTS) tahun ajaran 2017/2018. Berikut ini tabel 1.1 nilai

UTS siswa yaitu:


6

Tabel 1. Nilai Ujian Tengah Semester Ganjil Siswa Kelas IV SD


Negeri 08 Luhak Nan Duo
Kelas Jumlah KBM Nilai Jumlah Presentase Ket
Siswa Ketuntasan (%)
IV A 22 72 >72 7 31,82 % Tuntas
<72 15 68,18 % Tidak
Tuntas
IV B 22 >72 3 13,64 % Tuntas
<72 19 86,36 % Tidak
Tuntas
Sumber : Dokumentasi Wali Kelas IV A dan IV B SD Negeri 08 Luhak Nan Duo

Berdasarkan tabel 1 diatas, diketahui bahwa hasil UTS siswa kelas

IV di SD Negeri 08 Luhak Nan Duo masih tergolong relatif rendah. Siswa

kelas IV A yang memperoleh nilai diatas Ketuntasan Belajar Minimal

(KBM) dengan nilai >72 ada sebanyak 7 siswa dari 22 siswa atau

sebanyak 31,82 %. Sedangkan siswa dengan nilai <72 ada sebanyak 15

siswa dari 22 siswa atau sebanyak 68,18 %. Selanjutnya siswa kelas IV B

yang memperoleh nilai diatas Ketuntasan Belajar Minimal (KBM) dengan

nilai >72 ada sebanyak 3 siswa dari 22 siswa atau sebanyak 13,64 %.

Sedangkan siswa dengan nilai <72 ada sebanyak 19 siswa dari 22 siswa

atau sebanyak 86,36 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar

matematika belum optimal dengan Ketuntasan Belajar Minimal yang telah

ditetapkan yaitu 72.

Fakta lainnya, pemahaman siswa pada konsep keliling dan luas

persegi, persegi panjang, dan segitiga masih rendah didukung oleh

pendapat Andriyani, (2016) didalam jurnalnya yang menyatakan bahwa

pada materi segitiga dan segiempat siswa mengalami kesulitan, ada juga

yang bingung saat menghitung keliling dan luas.


7

Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa

yang mengikuti proses pembelajaran (Purwanto, 2016). Hasil belajar juga

bisa dikatakan sebagai perubahan perilaku peserta didik setelah mengikuti

proses pembelajaran. Hasil belajar perlu dievaluasi untuk mengetahui

kemajuan dan pemahaman peserta didik terhadap materi matematika yang

diberikan oleh guru. Dari hasil evaluasi ini akan dapat mengetahui hasil

belajar siswa yang biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka.

Salah satu solusi yang dapat digunakan oleh guru dan siswa dalam

proses pembelajaran salah satu materi yang dibahas yaitu keliling dan luas

persegi, persegi panjang dan segitiga yaitu menggunaaan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Disamping

guru dalam mengajarkan matri tersebut siswa dibagi dalam kelompok,

diharapkan melalui pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran

NHT ini dapat memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk

berpikir bersama, mencari jawaban bersama – sama dalam kelompok

karena dalam menjawab soal tergantung dari nomor yang dipilih guru

berdasarkan undian yang dilakukan. Jadi, semua siswa harus siap dan

menguasai setiap persoalan yang diberikan oleh guru sehingga diharapkan

hasil belajar matematika siswa meningkat.

Penelitian terdahulu yang telah menerapkan model kooperatif tipe

NHT pada pembelajaran matematika dilakukan oleh Nopriyani (2018)

melakukan penelitian tentang “Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative

Tipe Numbered Head Together Berbantu Media Corong Berhitung


8

Terhadap Hasil Belajar Matematika Peserta Didik di Kelas III MIS

Miftahul Huda Adiluwih.” Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap hasil belajar matematika siswa. Peneliti lainnya dilakukan oleh

Juliana (2013) dengan judul “Pengaruh Kooperatif Tipe NHT Terhadap

Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN 14 Pontianak Selatan.” Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan kooperatif tipe NHT

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas IV SDN 14 Pontianak

Selatan.

Berdasarkan kajian empiris di atas, maka peneliti tertarik

melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Kooperatif Tipe

Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Keliling

dan Luas Bangun Datar Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Gugus II

Kecamatan Luhak Nan Duo.

B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah penelitian ini berdasarkan latar
belakang masalah tersebut antara lain:
1. Saat proses pembelajaran, guru hanya sedikit menguasai model

pembelajaran.

2. Terkadang guru perlu mengadakan penyesuaian diri dalam

membelajarkan Matematika karena dalam buku siswa mata

pelajaran uraian tentang prosedur terlihat begitu panjang dan

lebar berbeda pada kurikulum sebelumnya yang sering hanya

memuat konsep, contoh, dan latihan


9

3. Dalam menjawab pertanyaan dari guru hanya sebagian kecil,

sedangkan anggota kelompok yang lain hanya diam dan

mengerjakan hal lain seperti mencoret-coret di kertas, membuat

tulisan dan menggambar

4. Belajar kelompok jarang, dikarenakan guru kebingunan

memilih model yang sesuai.

5. Masih banyak siswa mengalami kesalahan dalam

menyelesaikan soal dikarenakan lupa akan rumus rumus

keliling dan luas persegi, persegi panjang dan segitiga.

6. Hasil belajar matematika belum optimal dengan Ketuntasan

Belajar Minimal yang telah ditetapkan yaitu 72.

C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah berdasarkan judul yaitu Pengaruh Model

Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar

Keliling dan Luas Bangun Datar Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Gugus II

Luhak Nan Duo.

D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah

pengaruh penggunaan model kooperatif tipe Numbered Head Together

(NHT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika

kelas IV di Sekolah Dasar Negeri Gugus II Kecamatan Luhak Nan

Duo?”
10

E. Asumsi Penelitian
Pada penelitian ini peneliti berasumsi bahwa dengan

menggunakan model kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil

belajar siswa terutama pada materi keliling dan luas persegi, persegi

panjang dan segitiga.

F. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan

model kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil

belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas IV di SD Negeri

Gugus II Kecamatan Luhak Nan Duo.

G. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi


pengembangan ilmu pengetahuan baik secara teoritis maupun secara
praktis.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi

tambahan bagi peneliti yang akan mengadakan kajian tentang

penggunaan model NHT dan hasil belajar matematika. Selain itu, hasil

penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan pengajaran

matematika khususnya pada materi keliling dan luas persegi, persegi

panjang dan segitiga.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, mengembangkan bidang ilmu yang diperoleh

peneliti dan menjadikan bekal pengetahuan dalam


11

mempersiapkan diri untuk menjadi calon pendidik dikemudian

hari.

b. Bagi Siswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pemahaman materi pelajaran, meningkatkan keaktifan siswa,

membangkitkan semangat siswa, meningkatkan rasa percaya diri

siswa sehingga pada akhirnya meningkatkan hasil belajar dalam

pembelajaran matematika.

c. Bagi Guru,dapat menambah pengetahuan dalam melaksanakan

pembelajaran Matematika dengan menggunakan model kooperatif

Numbered Head Together dalam rangka memberikan pembelajaran

yang menyenangkan, menarik perhatian siswa dan meningkatkan

keaktifan siswa sehingga dapat tercapainya tujuan pembelajaran

dan terciptanya pembelajaran yang menyenangkan dan menarik

perhatian siswa.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together
(NHT)
a. Pengertian Numbered Head Together
Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai

pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas. Tipe

Numbered Head Together (NHT) pertama kali dikembangkan oleh

Spenser Kagen (1993). Menurut Trianto (2011) Numbered Head

Together (NHT) merupakan salah satu jenis pembelajaran

kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi

siswa dalam suatu pembelajaran dimana setiap siswa diberi nomor

kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa suatu

kelompok tersebut.

Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together

(NHT) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang

untuk memengaruhi pola interaksi siswa dari berbagai alternatif

terhadap sumber struktur kelas tradisional untuk melibatkan siswa

dalam menelaah materi yang tercakup pada suatu pelajaran dan

memeriksa pemahaman siswa terhadap isi pembelajaran

(Hamdayana, 2014). Model kooperatif tipe NHT juga dapat

diartikan sebagai model pembelajaran yang mengedepankan kerja

sama antar siswa untuk saling saling membagikan ide dan

12
13

mempertimbangkan jawaban paling tepat yang akhirnya di

presentasikan di depan kelas (Fathurrohman, 2015).

Model NHT adalah salah satu bagian model pembelajaran

kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur – struktur

khusus yang dirancang guna mempengaruhi pola interaksi siswa

(Netriwati & Lena, 2018).

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut bahwa Numbered

Head Together (NHT) merupakan salah satu model pembelajaran

kooperatif yang rancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa

dalam suatu pembelajaran dimana dalam menyampaikan materi

dengan menggunakan kelompok sebagai wadah menyatukan

pendapat atau pikiran siswa terhadap pertanyaan yang diajukan

oleh guru, kemudian siswa akan mempertanggung jawabkan sesuai

nomor yang diminta guru dari masing-masing kelompok.

b. Langkah-langkah Numbered Head Together (NHT)


Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head

Together (NHT) dalam pelaksanaan pembelajarannya memiliki

beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan.

Pelaksanaan Numbered Head Together (NHT) pada

hakikatnya sama dengan diskusi kelompok dengan langkah-

langkah yaitu menurut Trianto (2011) dalam mengajukan

pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur

empat fase sintaks NHT sebagai berikut : a) Fase 1: Penomoran, b)

Fase 2: Pengajukan pertanyaan, c) Fase 3: Berpikir bersama, d)


14

Fase 4: Pemberian jawaban. Langkah – langkah tersebut dapat

diuraikan pada tabel 3.

Tabel 3
Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Tahap 1 Guru membagi siswa Membentuk
Penomoran menjadi beberapa kelompok
kelompok atau tim
yang beranggotakan
4 atau 5 orang dan
memberi nomor
sehingga tiap siswa
dalam kelompok
tersebut memiliki
nomor yang berbeda.
Pemberian nomor
pada siswa dalam
suatu kelompok
disesuaikan dengan
banyaknya siswa
dalam kelompok
tersebut.
Tahap 2 Guru mengajukan Siswa
Pengajuan pertanyaan memperhatikan
Pertanyaan bervariasi dari yang pertanyaan dari
(Questioning) spesifik hingga yang guru
bersifat umum
Tahap 3 Guru mengawasi Siswa berpikir
Berpikir bersama siswa bersama untuk
(Head Together) menggambarkan
dan meyakinkan
bahwa tiap
anggota dalam
timnya telah
mengetahui
jawaban tersebut
Tahap 4 Guru memanggil Satu nomor yang
Pemberian satu nomor tertentu ditunjuk
jawaban kemudian siswa dari menjawab
(Answering) tiap kelompok pertanyaan yang
dengan nomor yang telah ditentukan
sama mengangkat oleh guru
tangan dan
menyiapkan jawaban
15

untuk seluruh siswa


dalam kelas itu

Selanjutnya Ibrahim (dalam Hamdayana, 2014)

memaparkan langkah-langkah NHT yaitu: 1) persiapan, 2)

pembentukan kelompok, 3) tiap kelompok harus memiliki buku

paket atau buku panduan, 4) diskusi masalah, 5) memanggil nomor

anggota atau pemberian jawaban, 6) memberi kesimpulan.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan langkah-langkah

menurut Trianto. Pemilihan langkah-langkah tersebut dipandang

tepat karena dalampenerapannya lebih sederhana dan lebih mudah

dipahami.

c. Kelebihan dan Kekurangan Numbered Head Together (NHT)


Numbered Head Together (NHT) memiliki berbagai

kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya sebagai faktor

penunjang dalam proses pembelajaran. Adapun kelebihan dari

model NHT yaitu: (a) melatih siswa bekerja sama dan menghargai

pendapat orang lain, (b) siswa mampu menjadi tutor sebaya, (c)

memupuk rasa kebersamaan antar siswa, (d) membuat siswa

menjadi terbiasa dengan perbedaan, (f) meningkatkan

tanggungjawab individu dalam diskusi kelompok, (g) membuat

siswa merasa dirinya harus terlibat aktif dalam pembelajaran.

(Muhammad dalam Rahim, 2008 & Hamdayana, 2014)

Sejalan dengan pendapat dua ahli diatas kelebihan model

pembelajaran NHT disampaikan Netriwati dan Lena (2018) yaitu:


16

a) meningkatkan prestasi belajar siswa, b) memperdalam

pemahaman siswa, c) melatih tanggung jawab siswa, d) siswa

senang dalam belajar, e) mengembangkan rasa ingin tahu siswa, f)

meningkatkan rasa percaya diri siswa, g) mengembangkan rasa

saling memiliki dan kerjasama, h) setiap siswa termotivasi

menguasai materi, i) menghilangkan kesenjangan antara yang

pintar dengan yang tidak pintar, j) tercipta suasana gembira bagi

siswa dalam belajar, meskipun saat pelajaran menempati jam

terakhir siswa tetap antusias belajar.

Adapun kekurangan model pembelajaran kooperatif

Numbered Head Together yaitu: (1) kemungkinan nomor yang

sama bisa terpanggil oleh guru, (2) tidak semua anggota ditiap

kelompok dipanggil oleh guru, (3) siswa yang sudah terbiasa

dengan cara konvensional maka akan kewalahan, (5) guru harus

bisa memfasilitasi siswa (Hamdayana, 2014).

Berdasarkan uraian diatas, guru harus memaksimalkan

pelaksanaan dan mengkreasikan pembelajaran untuk memperoleh

manfaat dari model NHT yang semaksimal mungkin salah satunya

berupa hasil belajar matematika yang meningkat. Selain itu, guru

juga harus meminimalisir pengulangan nomor dan menciptakan

pembelajaran menjadi menyenangkan dan bermakna khususnya

pada materi keliling dan luas persegi, persegi panjang dan segitiga

pada siswa kelas IV SD.


17

2. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran yang acap kali dilakukan oleh guru dari dulu

sampai sekarang adalah pembelajaran konvensional. Menurut Arikunto

(2009) menjelaskan bahwa konvensional merupakan guru langsung

memberikan materi yang diajarkan dengan menggunakan metode

ceramah secara rutin dengan urutan relatif sama. Selanjutnya Sanjaya

(2010) metode ceramah merupakan cara menyampaikan materi

pembelajaran melalui penjelasan secara lisan atau penutusan langsung

kepada peserta didik. Majid (2014) mengemukakan bahwa metode

ceramah adalah suatu cara mengajar yang digunakan oleh guru dengan

cara penuturan dalam menyampaikan proses pembelajaran. Hal ini

sejalan dengan pendapat Abimayu (dalam Noviana, 2015) bahwa

pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran dengan

menggunakan metode yang biasa dilakukan oleh guru yaitu memberi

materi melalui metode ceramah, latihan soal dan pemberian tugas.

Simpulan dari beberapa pendapat tersebut bahwa pembelajaran

konvensional adalah pembelajaran dengan pemberian materi secara

langsung menggunakan metode ceramah, latihan soal dan pemberian

tugas kepada siswa.

Terdapat langkah-langkah dalam pembelajaran yang biasanya

dilakukan oleh guru. Berikut ini merupakan langkah-langkah metode

ceramah, latihan yang dikemukakan oleh Sudjana (2006) yaitu: 1)

Tahap persiapan, guru menyediakan peralatan yang diperlukan serta


18

menciptakan kondisi untuk belajar, 2) Pelaksanaan, guru memberikan

penjelasan sebelum kegiatan dimulai dengan ceramah, kemudian guru

mendemonstrasikan dan siswa mengamatinya, 3) Evaluasi/ Tindak

lanjut, siswa mengerjakan latihan soal lalu membuat kesimpulan dari

kegiatan pembelajaran.

3. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar seringkali digunakan untuk mengukur

seberapa jauh siswa menguasai materi yang sudah diajarkan. Hasil

belajar dapat diaktualisasikan melalui serangkaian pengukuran

menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat.

Menurut Purwanto (2013) hasil belajar dapat dipahami

melalui dua kata yang membentukya, yaitu “hasil” dan “belajar.”

Pengertian hasil menunjuk pada suatu perolehan akibat suatu

aktivitas yang dilakukannya. Sementara belajar adalah proses itu

sendiri. Dimana setelah siswa belajar didapatlah hasil belajar.

Susanto (2013) juga mengemukakan pengertian hasil belajar

merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui

kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk skor dari hasil tes

sejumlah materi pelajaran tertentu.

Hasil belajar perlu dievaluasi. Evaluasi dimaksudkan untuk

mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan

tujuan yang dikehendaki. Selain itu dengan dilakukannya evaluasi


19

dapat dijadikan feedback atau tindak lanjut untuk mengukur tingkat

penguasaan siswa.

b. Jenis – jenis Hasil Belajar

Tujuan pembelajaran sangat erat hubungannya dengan jenis

hasil belajar yang dicapai siswa yang mencakup 3 ranah, yaitu

ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan

Menurut Gegne (dalam Sudjana,2009:22) bahwa “jenis

hasil belajar ada lima yaitu: (1) informasi verbal (2) keterampilan

intelektual (3) strategi kognitif (4) sikap dan (5) keterampilan

motoris. Hal ini sejalan dengan pendapat menurut Bloom (dalam

Sudjana, 2009:22) bahwa jenis-jenis hasil belajar sebagai berikut:

Jenis hasil belajar secara garis besar yaitu: (1) ranah


kognitif meliputi pengetahuan dan ingatan, pemahaman,
aplikasi, analisis, evaluasi dan kreasi (2) ranah afektif
meliputi penerimaan, jawaban dan reaksi, penilaian,
organisasi dan internalisasi (3) ranah psikomotor meliputi
gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan
perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan
keterampilan kompleks, gerakan ekspresif dan
interpretatif.

Menurut Kingsley (dalam Sudjana, 2009:22) Jenis hasil

belajar dibagi atas tiga macam yaitu (1) keterampilan dan

kebiasaan (2) pengetahuan dan pengertian (3) sikap dan cita-cita.

Sejalan dengan pendapat tersebut Susanto (2016: 5) macam-

macam hasil belajar yaitu a) pemahaman konsep (aspek kognitif),

b) keterampilan proses (aspek psikomotor), c) sikap siswa (aspek

afektif).
20

Pada penelitian ini, penilaian hasil belajar berbasis K-13

di SD mencakup ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Berdasarkan kata kerja operasional (KKO) kurikulum 2013

Taksonomi Bloom dimana ranah sikap mencakup: menerima

(A1), merespon (A2), menghargai (A3), mengorganisasikan (A4),

karakterisasi menurut nilai (A5), ranah pengetahuan mencakup:

mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), menganalisis

(C4), mengevaluasi (C5), menciptakan (C6). Ketiga ranah

penilaian hasil belajar ini diterapkan pada KD 3.9 Menjelaskan

dan menentukan keliling dan luas persegi, persegipanjang dan

segitiga serta hubungan pangkat dua dengan akar pangkat dua dan

KD 4.9 Menyelesaikan masalah berkaitan dengan keliling dan

luas persegi, persegipanjang, dan segitiga termasuk melibatkan

pangkat dua dengan akar pangkat dua.

4. Materi Bangun Datar Kelas IV di SD


Materi bangun datar pada penelitian ini merujuk pada kurikulum

2013 terdapat pada kompetensi dasar (KD) 3.9 Menjelaskan dan

menentukan keliling dan luas persegi, persegi panjang, dan segitiga

serta hubungan pangkat dua dengan akar pangkat dua dan KD 4.9

Menyelesaikan masalah berkaitan dengan keliling dan luas persegi,

persegipanjang, dan segitiga termasuk melibatkan pangkat dua dengan

akar pangkat dua.


21

a. Persegi

1) Pengertian Persegi

Salah satu bangun datar segiempat adalah persegi. Menurut

Netriwati dan Lena (2017) Persegi merupakan bangun

segiempat yang memiliki empat sisi sama panjang dan empat

sudut siku – siku. Djadir, dkk (2017) mengemukakan bahawa

Persegi merupakan bangun datar segiempat yang sudut –

sudutnya merupakan sudut siku – siku dan semua sisi – sisinya

sama panjang.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

persegi adalah salah satu bangun datar segiempat yang sisi –

sisinya sama panjang dan empat sudut siku – siku.

2) Keliling dan Luas Persegi

Perhatikan persegi EFGH.

Sisi 𝐸𝐹̅̅̅̅̅̅̅̅=𝐹𝐺̅̅̅̅̅̅̅̅=𝐺𝐻̅̅̅̅̅̅̅̅=𝐻𝐸̅̅̅̅̅̅̅̅=𝑎 dengan 𝑎 merupakan sisi dari persegi

EFGH . Keliling (K) dari suatu persegi adalah jumlah dari sisi –

sisi persegi tersebut.

K = 𝑎+𝑎+𝑎+𝑎= 4×𝑎
22

Dengan 𝑎 merupakan sisi dari suatu persegi. Suatu persegi

yang memiliki panjang yang sama dengan lebarnya atau

𝑝=𝑙=𝑎 memiliki luas (L) yaitu :

𝐿=𝑎×𝑎

b. Persegi Panjang

1) Pengertian Persegi Panjang

c. Luas Segitiga

5. Implementasi Numbered Head Together Pada Pembelajaran

Geometri

Penerapan NHT pada materi keliling dan luas persegi, persegi

panjang dan segitiga sesuai dengan langkah-langkah yang

dikemukakan oleh Trianto (2011). Adapun kegiatan yang dilakukan

pada pembelajaran keliling dan luas bangun datar persegi, persegi

panjang dan segitiga adalah :

a) Fase 1:Penomoran

Guru membagi kelompok secara heterogen. Setiap

kelompok beranggotakan 3 – 5 siswa. Setiap anggota memiliki

satu nomor.

b) Fase 2: Mengajukan pertanyaan

Guru membagi tugas/ pertanyaan mengenai keliling dan

luas persegi, persegi panjang dan segitiga dan masing-masing


23

anggota kelompok mengerjakan nomor soal sesuai dengan

pembagian nomor yang telah ditentukan.

c) Fase 3: Berpikir bersama

Pada tahap ini, siswa menyatukan pendapatnya terhadap

jawaban pertanyaan tersebut dan meyakinkan tiap anggota

dalam timnya mengetahui jawaban itu.

d) Fase 4: Menjawab

Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu untuk

mewakili kelompoknya, kemudian siswa yang nomornya sesuai

mengacungkan tangannya dan menjawab pertanyaan untuk

seluruh kelas.

B. Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang

hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan.

Berikut ini beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian

eksperimen ini:

1. Juliana (2013) melakukan penelitian tentang Pengaruh Kooperatif

Teknik NHT Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV Sdn 14 Pontianak

Selatan. Berdasarkan perhitungan statistik nilai rata-rata post-test kelas

kontrol sebesar 62,17 dan kelas eksperimen sebesar 76,55 diperoleh

thitung sebesar 2,216 dan ttabel (α = 5% dan dk = 40) sebesar 1,684,

berarti thitung (2,216) > ttabel (1,684), maka H1 diterima. Dari

perhitungan effect size, diperoleh sebesar 0,60 (kriteria sedang). Hal ini
24

berarti pembelajaran dengan kooperatif teknik NHT berpengaruh

terhadap hasil belajar siswa pada materi KPK dan FPB kelas IV SDN

14 Pontianak Selatan.

2. Ambaswari (2018) melakukan penelitian tentang Pengaruh Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Terhadap

Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas III SD Negeri Brosot

Kecamatan Galur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil

perhitungan rata-rata nilai posttest kelompok eksperimen yaitu 83,85

berada pada kategori hasil belajar baik lebih tinggi satu tingkat dari

rata-rata nilai posttest kelompok kontrol yaitu 69,88. Didukung hasil

uji N-Gaim yaitu 0,575>0,193. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model kooperatif tipe

NHT terhadap hasil belajar matematika materi membandingkan

pecahan sederhana.

3. Mulia (2018) melakukan penelitian tentang Pengaruh Model

Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil

Belajar Matematika Siswa di Kelas IV SDN 4 Banda Aceh.

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh thitung > ttabel yaitu 4,11 > 1,67,

sehingga H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan

bahwa penerapan model pembelajaran Numbered Head Together siswa

dapat mencapai ketuntasan hasil belajar pada materi pecahan.

4. Putri (2018) melakukan penelitian tentang Pengaruh Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together terhadap


25

Hasil Belajar Menghitung Luas trapesium dan Layang-Layang di

Kelas V SDN 13 Parit Putus, Agam. Analisis data diperoleh hasil thitung

2,190 dan ttabel pada taraf signifikan 0,05 sebesar 1,685 sehingga

thitung > ttabel. Sehingga, model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together berpengaruh positif terhadap materi

menghitung luas trapesium dan layang-layang di kelas V SD Negeri

13 Parit Putus, Agam.

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa

penggunaan suatu model pembelajaran dapat berpengaruh pada hasil

belajar siswa. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian

diatas khususnya dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif

yaitu tipe Numbered Head Together (NHT), sedangkan perbedaannya

yaitu terletak padakurikulum, materi ajar, subjek, dan tempat

penelitian. Materi Matematika yang akan dilakukan pada penelitian

adalah Keliling dan luas persegi, persegi panjang dan segitiga.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah hubungan antar variabel bebas dengan

variabel terikat dalam rangka memberikan jawaban sementara tentang

masalah yang akan diteliti. Sekaran (dalam Sugiyono, 2012)

mengemukakan bahwa kerangka berpikir merupakan kerangka konseptual

tentang teori berhubungan dengan berbagai faktor yang diidentifikasi

sebagai masalah sehingga memudahkan peneliti melakukan penelitian.


26

Penelitian mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe

NHT terhadap hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika kelas IV

SDN Gugus II Kecamatan Luhak Nan Duo tahun pelajaran 2018/2019

merupakan penelitian yang terdiri dari satu variabel bebas dan satu

variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran kooperatif tipe NHT. Variabel terikat adalah hasil belajar.

Jadi dalam penelitian ini terdapat dua kelas yang dibagi menjadi

kelas kontrol dan kelas eksperimen, sementara yang sama-sama dilihat

dalam penelitian ini adalah hasil belajar. Untuk mengetahui kondisi awal

kedua kelas tersebut dilakukan tes awal yang disebut dengan pretest.

Setelah didapat hasil pretest kedua kelas maka dilanjutkan dengan

pemberian perlakuan atau treatment pada kelas eksperimen dengan

menggunakan Model NHT dan pada kelas kontrol diberi perlakuan dengan

pembelajaran konvensional.

Setelah kedua kelas diberikan perlakuan, maka diberilah tes akhir

berupa posttest, hasil posttest inilah yang akan diuji menggunakan Uji-T.

Adapun kerangka berpikir yang peneliti akan paparkan pada bagan

1 sebagai berikut :
27

Proses Belajar Mengajar Matematika Materi


Menentukan Keliling dan Luas Persegi, Persegi
Panjang, dan Segitiga di Kelas IV SDN Gugus II
Kecamatan Luhak Nan Duo

Pre test

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pembelajaran dengan Pembelajaran dengan


Menggunakan Model Menggunakan
NHT PembelajaranKonvensiona
l

Post-test

Uji t-test

Bagan 1 : Skema Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah dugaan sementara yang harus dibuktikan

kebenarannya melalui penyelidikan ilmiah. Menurut Sukardi (2010)

bahwa “Hipotesis merupakan suatu kesimpulan sementara yang belum


28

final, suatu jawaban sementara yang merupakan gagasan peneliti terhadap

masalah penelitian. Kebenaran dugaan tersebut perlu dibuktikan melalui

penyelidikan ilmiah dilapangan.”

Menurut Sugiyono (2012: 96) bahwa “Hipotesis adalah jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah

penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.”

Simpulan dari penjelasan tersebut bahwa hipotesis merupakan

dugaan sementara terhadap masalah penelitian yang perlu dibuktikan

melaluik penyelidikan ilmiah. Adapun hipotesis penelitian ini adalah:

Ho : Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa

pada mata pelajaran matematika kelas IV SDN Gugus II

Kecamatan Luhak Nan Duo.

Hi : Terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil

belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas IV SDN

Gugus II Kecamatan Luhak Nan Duo.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian

kuantitatif memiliki berbagai metode penelitian. Salah satu metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain

eksperimen semu atau quasi eksperiment design. Menurut Sugiyono

(2013) desain quasi eksperiment design merupakan desain penelitian yang

mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat sepenuhnya berfungsi

mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan

eksperimen.

Desain quasi eksperiment yang digunakan adalah desain non-

equivalent pretest-posttest control group design seperti gambar 1 di bawah

ini:

O X O
O O
Gambar 3. Desain non- equivalent pretest-posttest control group design

Keterangan :

X = Perlakuan/ treatment yang diberikan (variabel independen)

O = Pretes/ postes (variabel dependen yang diobservasi)

Penggunaan desain ini dipandang lebih tepat karena penentuan

kelas kontrol dan kelas eksperimen terlebih dahulu dipilih melalui uji

pretest. Hal tersebut lebih memudahkan peneliti melaksanakan penelitian

29
30

di sekolah dasar negeri yang akan terpilih sebagai sampel. Alasan lain

dikarenakan penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang

pengaruh model kooperatif tipe NHT terhadap hasil belajar siswa pada

mata pelajaran matematika kelas IV SDN Gugus II Kecamatan Luhak Nan

Duo.

B. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD

Negeri Gugus II Kecamatan Luhak Nan Duo yang tersebar di 4 SD

Negeri. Jumlah populasi dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Distribusi Jumlah Populasi Penelitian


No Nama Sekolah Kurikulum Rombel Jumlah
siswa kelas IV
1 SDN 01 Luhak 2013 2 53
Nan Duo
2 SDN 04 Luhak 2013 1 19
Nan Duo
3 SDN 08 Luhak 2013 2 44
Nan Duo
4 SDN 12 Luhak 2013 1 26
Nan Duo
Jumlah 142
(Sumber: SD N Gugus II Kecamatan Luhak Nan Duo tahun ajaran
2018/2019)

Menurut Arikunto (2010) populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti seluruh elemen dalam

suatu wilayah, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Sedangkan Sugiyono (2012) mengemukakan bahwa populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang memiliki
31

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan di tarik kesimpulannya.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 08 Luhak

Nan Duo. Sampel tersebut di ambil menggunakan teknik probability

sampling dengan jenis cluster random sampling. Menurut Martono

(2011) memaparkan bahwa cluster random sampling merupakan

penentuan sampel daerah bila objek yang akan diteliti sangat luas.

Sejalan dengan pendapat diatas, Lestari, dkk (2015) mengemukakan

bahwa cluster random sampling adalah teknik sampling daerah atau

gugus yang digunakan untuk menentukan sampel jika objek atau

subjek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas. Teknik

pengambilan sampel ini dipandang tepat karena dalam menentukan

daerah yang akan dijadikan sampel dilakukan secara acak yaitu cara

undian.

Alasan peneliti mengambil sampel di kelas IV adalah : a) guru

kelas IV mendukung dan bersedia diadakannya penelitian dikelas

tersebut, diharapkan guru bisa membantu pelaksanaan penelitian,

sehingga nantinya guru kelas dapat membandingkan hasil penelitian

dengan pembelajaran sebelumnya dan melakukan pembaharuan, b)

kelas IV SDN 08 Luhak Nan Duo memiliki kelas paralel yaitu kelas

IVA dan IVB dengan banyak siswa pada kelas IVA 22 orang siswa

dan IVB dengan 22 orang siswa, c) pengambilan sampel dikelas IV


32

dikarenakan materi yang berkaitan dengan penelitian yang akan

diajarkan pada kelas IV yaitu menjelaskan dan menentukan keliling

dan luas persegi, persegipanjang dan segitiga.

Berdasarkan teknik sampling yang digunakan, sampel pada

penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 08 Luhak Nan Duo yang terdaftar

pada semester ganjil tahun ajaran 2018/2019 yang berjumlah 44 orang.

Kelas IV merupakan kelas paralel yang terdiri dari kelas IVA yang

berjumlah 22 orang dan kelas IVB dengan jumlah 22 orang.

Kelas yang dijadikan sampel pada penelitian harus berdistribusi

normal dan homogen. Penentuan normalitas dan homogenitas dilakukan

dengan cara diberikan pretest pada kedua kelas yaitu kelas IV A dan IV B,

dari hasil pretest tersebut dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Hasil

uji tersebut dipeloleh bahwa kelas IV A dan IV B berdistribusi normal dan

homogen. Uji normalitas dan homogenitas pretest dapat dilihat pada

lampiran ............................ Setelah dilakukan pretest didapatlah rata – rata

hasil pretestnya yaitu kelas IVA 47,50 dan IVB 42,50.

Kelas dengan hasil pretest yang rendah dijadikan kelas eksperimen

dan kelas dengan hasil pretest yang tinggi dijadikan kelas kontrol.

Pemberian pretest sebelum perlakuan, baik untuk kelas eksperimen maupun

kontrol, dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan perubahan

atau kelas yang akan diberikan perlakuan”.Berdasarkan hasil pretest

Kelas IVA dan IVB maka diperolehlah hasil sebagai berikut:

a. Kelas Eksperimen

Kelas ekperimen merupakan kelas yang mendapatkan perlakuan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head


33

Together. Sampel terpilih sebagai kelas eksperimen adalah siswa kelas

IVB SD Negeri 08 Luhak Nan Duo. Dilihat dari rata – rata hasil pretest

lebih rendah yaitu 42,50.

b. Kelas Kontrol

Kelas kontrol, yaitu kelas siswa yang tidak mendapat perlakuan.

Sampel terpilih sebagai kelas kontrol adalah siswa kelas IVA SD Negeri

08 Luhak Nan Duo. Dilihat dari rata – rata hasil pretest lebih tinggi yaitu

47,50.

C. Instrumen dan Pengembangannya


Instrumen dalam penelitian ini berupa tes, karena peneliti ingin

mengukur variabel terikat yaitu hasil belajar siswa pada mata pelajaran

Matematika. Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes

tertulis dalam bentuk tes objektif dengan jenis tes pilihan ganda dengan

empat alternatif pilihan jawaban dimana soal-soal dibuat berdasarkan

indikator pembelajaran yang akan diberikan kepada kedua kelas baik kelas

eksperimen maupun kelas kontrol sebagai pre-test dan post-test.

Namun, sebelum tes diberikan kepada kelas sampel, tes terlebih dahulu

diujicobakan pada siswa yang berbeda sekolah dengan tempat penelitian

dengan syarat siswa tersebut telah mempelajari materi yang berkaitan

dengan keliling dan luas persegi, persegi panjang dan segitiga. Uji coba tes

berfungsi untuk mengetahui apakah soal tersebut layak digunakan. Suatu

tes dikatakan layak digunakan jika telah dianalisis dengan beberapa cara

berikut:
34

1. Penyusunan Soal Instrumen

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menyusun soal

instrument sebagai berikut:

a. Menentukan tujuan mengadakan tes

Tujuan dilakukan tes untuk mengukur hasil belajar kognitif

siswa yang telah mengikuti pembelajaran dengan model NHT

pada kelas eksperimen dan menggunakan model konvensional

pada kelas kontrol.

b. Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang diteskan. \

Tes yang akan dilakukan sesuai pembelajaran yang

dilaksanakan yaitu sesuai dengan KD 3.9 Menjelaskan dan

menentukan keliling dan luas persegi, persegi panjang, dan

segitiga serta hubungan pangkat dua dengan akar pangkat dua

dan KD 4.9 Menyelesaikan masalah berkaitan dengan keliling

dan luas persegi, persegipanjang, dan segitiga termasuk

melibatkan pangkat dua dengan akar pangkat dua.

c. Merumuskan indikator

Indikator yang akan disusun berdasarkan KD 3.9 yaitu

menentukan keliling dan luas persegi, persegi panjang dan

segitiga dan KD 4.9 Menyelesaikan masalah berkaitan dengan

keliling dan luas persegi, persegipanjang, dan segitiga termasuk

melibatkan pangkat dua dengan akar pangkat dua.


35

d. Menderetkan semua indikator ke dalam tabel persiapan dan

aspek kognitif yang ingin dicakup.

e. Menyusun tabel kisi-kisi instrumen yang memuat indikator,

aspek pengetahuan yang ingin diukur.

f. Menuliskan butir-butir soal sesuai indikator – indikator yang

telah dituliskan pada tabel indikator.

2. Kisi-kisi Insrumen
Kisi-kisi instrument dirancang terlebih dahulu sebelum instrument

penelitian ini dibuat. Soal yang dibuat disesuaikan dengan kisi-kisi

Instrumen. Hal ini bertujuan untuk melihat hasil belajar matematika

siswa. Kisi – kisi instrumen pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel

4:

Indikator Ranah Kognitif Soal Kunci Skor


Soal C1 C2 C3 C4 C5 C6 Jawaban

Disajikan √ 1. Rumus untuk mencari sisi persegi C 1


rumus, siswa adalah....
dapat a. K = 4 x s c. s = 4 x K
menyebutkan 𝐾
b. s = 4 d. K = s x s
rumus
i.
keliling
bangun datar
persegi,
persegipanja
ng dan
segitiga.
Disajikan √ 2. Diketahui keliling dua persegi A 1
soal, siswa masing – masing 100 cm dan 132
dapat cm. Berapakah selisih panjang sisi
menghitung kedua persegi tersebut?
keliling dua a. 8 cm c. 33 cm
bangun b. 25 cm d. 10 cm
persegi dan
persegipanja
36

ng

Disajikan √ 3. Sebuah lantai berbentuk persegi dengan A 1


soal cerita, panjang sisinya 6 m. Lantai tersebut
siswa dapat akan dipasang ubin berbentuk persegi
merencanaka berukuran 30 cm x 30 cm. Tentukan
banyaknya ubin yang diperlukan untuk
n pemecahan
menutupi lantai!
masalah
a. 400 buah c. 600 buah
dalam
b. 500 buah d. 700 buah
kehidupan
sehari- hari
berkaitan
dengan luas
bangun datar
(persegi,
persegi
panjang)
Disajikan √ 4. Diketahui luas persegi sama dengan B 1
soal cerita, luas persegi panjang dengan panjang
siswa dapat = 16 cm dan lebar = 4 cm. Tentukan
memecahka keliling persegi tersebut!
n masalah a. 30 cm c. 34 cm
yang b. 32 cm d. 36 cm
berhubunga
n dengan
keliling
persegi
Disajikan √ 5. Dibawah ini yang merupakan rumus A
rumus, siswa keliling persegi panjang adalah .....
dapat 𝐾
a. K = 2 x (p + l) c. p = 2 – l
menyebutkan 𝐾
rumus b. K = 2 x (p - l) d. l = 2 – p
keliling
bangun datar
persegi,
persegipanja
ng dan
segitiga.
Disajikan √ 6. Perhatikan gambar dibawah ini ! B 1
gambar
siswa dapat 15 cm
menghitung
keliling 32
persegi Kelilingcmpersegi panjang di atas
panjang adalah. . .
a. 47 cm c. 380 cm
b. 94 cm d. 480 cm

7. Bilangan yang tepat mengisi titik – D 1


37

titik di bawah ini adalah....

...
K = 96 cm

a. 96 cm c.20
28 cm
b. 76 cm cm d. 20 cm

Disajikan √ 8. Ahmad ingin membuat sebuah iklan C 1


soal cerita, baliho dengan bentuk persegi
siswa dapat panjang. Ia ingin membuat iklan
memecahkan baliho tersebut dengan panjang sisi
masalah yang 10 meter dan lebar sisi 5 meter, maka
berhubungan berapakah jumlah keliling yang
dengan √ dibutuhkan oleh ahmad untuk
keliling membuat sebuah persegi panjang...
persegipanja a. 15 cm c. 30 cm
ng b. 5 cm d. 10 cm

9. Sebuah meja makan berbentuk A 1


persegi panjang dengan panjang 3 m
dan lebar 2 m. Berapa cm keliling
bangun tersebut?
a. 1000 cm c. 500 cm
b. 300 cm d. 200 cm
Disajikan √ 10. Rumus untuk mencari keliling D 1
rumus, siswa segitiga adalah ...
dapat a. K = a x ½ t
menyebutkan b. K = a + t
rumus c. K = p x l
keliling d. K = a + b + c
bangun datar
persegi,
persegipanja
ng dan
segitiga.
Disajikan √ 11. Perhatikan gambar di bawah ini! 11. B 1
soal siswa
dapat
menganalisi
s
permasalah
an keliling Jika diketahui keliling segitiga di
segitiga samping adalah 39 cm. Berapakah
ukuran sisi a?
a. 12 cm c. 24 cm
b. 15 cm d. 30 cm
38

√ 12. Diketahui keliling segitiga sama kaki 1


adalah 70 cm. Jika panjang alasnya 12. A
adalah 28 cm. Berapa panjang sisi
lainnya . . .
a. 14 cm c. 7 cm
b. 6 cm d. 8 cm

√ 13. Diketahui segitiga ABC. Panjang AB 1


= 6 cm, AC = 5 cm, dan BC = 9 cm. 13. C
Tentukan keliling segitiga tersebut!
a. 40 cm c. 20 cm
b. 30 cm d. 50 cm

√ 14. Kasim mewarnai yang berbentuk 14. A 1


segitiga dengan cat tinta yang
memiliki panjang 42 cm dan tinggi
38 cm. Tiap 1 cm2 membutuhkan
biaya Rp 12.500,. Berapa biaya yang
dibutuhkan untuk mewarnai lukisan
tersebut ?
a. Rp. 9.975.000, -
b. Rp. 8.875.000,-
c. Rp. 7.775.000, -
d. Rp. 6.675.000,-

√ 15. Budi berlari mengelilingi lapangan 15. A 1


membentuk segitiga dari titik a ke
titik b panjang sisi 20 m, titik b ke c
dengan panjang sisi 30 m, dan titik c
ke a dengan panjang sisi 40 m. Budi
berlari sebanyak 3 kali putaran.
Berapakah panjang lintasan lari yang
dilakukan Budi ?
a. 270 meter c. 720 cm
b. 370 cm d. 730 cm
Disajikan √ 16. L = s x s merupakan rumus . . . C 1
rumus, a. Keliling persegi
siswa dapat b. Keliling persegi panjang
menunjukka c. Luas Persegi
d. Luas Persegi panjang
n rumus
luas bangun
datar
tersebut.
Disajikan √ 17. Jika luas persegi adalah 36 cm. Maka, D 1
soal siswa panjang sisi persegi tersebut adalah . . .
dapat a. 36 cm c. 5 cm
menghitung b. 30 cm d. 6 cm
luas bangun √
18. Jika diketahui keliling sebuah foto yang
datar berbentuk Persegi adalah 40 cm, maka luas B 1
(persegi foto yang berbentuk Persegi tersebut
39

panjang, adalah.... m
segitiga) a. 1600 m c. 80 m
b. 100 m d. 8000 m

19. Jika sebuah lapangan berbentuk Persegi


√ B 1
memiliki keliling sebesar 60 cm2. Maka
berapakah luas dari lapangan tersebut ?
a. 64 cm2 c. 128 cm2
2
b. 225 cm d. 8 cm2

Disajikan √ 20. Dibawah ini yang merupakan rumus luas C 1


rumus, persegi panjang adalah . . .
siswa dapat a. L = 4 x s c. L = p x l
menunjukka b. L = s x s d. L = 2 x (p + l)
n rumus
luas bangun
datar
tersebut.
Disajikan √ 21. Perhatikan gambar di bawah ini! C 1
soal siswa
dapat
menentukan 9 cm
luas daerah 16 cm
(persegi Luas bangun di atas adalah . . . cm2
panjang, a. 25 a. 25 c. 144
segitiga) b. 50 b. 50 d. 441

22. Luas persegi panjang 260 cm2. Jika


√ lebarnya 20 cm. Tentukan panjangnya . . A 1
a. 13 cm c. 19 cm
b. 16 cm d. 22 cm

Disajikan √ 23. Teras rumah Pak Rudi luasnya 18 m² B 1


soal cerita, akan dipasang ubin berukuran 25 cm x
siswa dapat 20 cm. Banyaknya ubin yang
merencanak dibutuhkan adalah .... ubin.
an a. 300 c. 400
pemecahan b. 360 d. 460
masalah ii. b
dalam .
kehidupan
sehari- hari 3
berkaitan 6
dengan luas 0
bangun datar
(persegi, d
persegi .
panjang)
4
6
0
40

Disajikan √ 24. Perhatikan gambar berikut! Lukisan B 1


gambar siswa berbentuk persegi panjang berukuran 40
dapat cm x 50 cm dipasang pada bingkai
merencanaka berbentuk persegi dengan panjang sisi 60
cm!
n
penyelesaian
masalah luas
persegi
panjang

Tentukan luas daerah yang tidak


tertutup gambar!
a. 1600 cm2 c. 2000 cm2
b. 160 cmd. 200 cm2

Disajikan √ 25. Rumus luas segitiga adalah. . . B 1


rumus, a.L=(a x 2)/t c. L=4 x s
siswa dapat b. L=(a x t)/2 d. L=s+s+s
menunjukka
n rumus
luas bangun
datar
tersebut.
Disajikan √ 26. Perhatikan segitiga berikut! B 1
gambar,
siswa dapat
menafsirkan 15 cm 8 cm
luas gambar
bangun 12 cm
datar C 1
segitiga Luas gambar diatas adalah . . . cm2
yang a. 96 c. 35
dimaksud. b. 48 d. 20

27. Diketahui luas segitiga 32 cm2. Jika


alasnya 8 cm. Tentukan tingginya . . .
a. 9 cm c. 8 cm
b. 18 cm d. 19 cm
Disajikan √ 28. Tentukan luas bangun yang di arsir, A 1
gambar, jika panjang AB = BC = 80 cm dan
siswa dapat AD = 75 cm.
menafsirkan
luas gambar
bangun
datar
segitiga
yang a. 3000 cm2 c.155 cm2
dimaksud. b. 6400 cm2 d. 800 cm2
41

Disajikan √ 29. Sebuah segitiga mempunyai tinggi 8 cm C 1


soal, siswa dan luas 32 cm2. Berapakah panjang alas
dapat segitiga tersebut ?
menghitung a. 18 cm c. 8 cm
b. 32 cm d. 16 cm
luas segitiga
Disajikan √ 30. Sebuah Persegipanjang memiliki A 1
soal, siswa Luas 40 cm2 cm dan lebar 5, maka
dapat panjang dan keliling Persegi Panjang
menghitung tersebut adalah :
keliling dua a. 8 cm2 dan 26 cm
bangun b. 40 cm2 dan 40 cm
persegi dan c. 45 cm2 dan 13 cm
persegipanj d. 13 cm2 dan 26 cm
ang

Sebelum diujicobakan soal terlebih dahulu diserahkan ke validator untuk

divalidasi. Soal di serahkan ke validator pada tanggal 14 Maret 2019 dan selesai

pada tanggal 27 Maret 2019. Dari hasil validasi terdapat beberapa soal yang

memerlukan revisi yaitu nomor 11,12,13,14, 22, 24, 26, dan 30. Hasil dari revisi

soal dapat dilihat pada tabel 5.

Soal Komentar Hasil revisi


12. Perhatikan gambar di 11. Perhatikan gambar di bawah
bawah ini! ini!

Jika

diketahui keliling segitiga di


Jika diketahui keliling samping adalah 39 cm.
segitiga di samping adalah Berapakah ukuran sisi a?
39 cm. Bilangan yang tepat a. 12 cm c. 24 cm
untuk mengganti nilai a
adalah? b. 15 cm d. 30 cm
a.12 cm c. 24 cm
b.15 cm d. 30 cm
12. Diketahui keliling segitiga 12. Diketahui keliling segitiga
sama kaki adalah 70 cm. sama kaki adalah 70 cm.
Jika panjang alasnya adalah Jika panjang alasnya adalah
28 cm. Berapa panjang sisi 28 cm. Berapa panjang sisi
lainnya . . . lainnya . . .
a. 14 cm c. 7 cm a. 14 cm c. 7 cm
42

b. 6 cm d. 8 cm b. 6 cm d. 8 cm
13. Diketahui segitiga ABC. 13. Diketahui segitiga ABC.
Panjang AB = 6 cm, AC = 5 Panjang AB = 6 cm, AC = 5
cm, dan BC = 9 cm. cm, dan BC = 9 cm.
Tentukan keliling segitiga Tentukan keliling segitiga
tersebut! tersebut!
a. 40 cm c. 20 cm a. 40 cm c. 20 cm
b. 30 cm d. 50 cm b. 30 cm d. 50 cm
14. Kasim mewarnai yang 14. Kasim mewarnai yang
berbentuk segitiga dengan berbentuk segitiga dengan
cat tinta yang memiliki cat tinta yang memiliki
panjang 42 cm dan tinggi 38 panjang 42 cm dan tinggi 38
cm. Tiap 1 cm2 cm. Tiap 1 cm2
membutuhkan biaya Rp membutuhkan biaya Rp
125,. Berapa biaya yang 12.500,. Berapa biaya yang
dibutuhkan untuk mewarnai dibutuhkan untuk mewarnai
lukisantersebut ? lukisan tersebut ?
a. Rp. 99. 750, - a. Rp. 9.975.000, -
b. Rp. 88. 750,- b. Rp. 8.875.000,-
c. Rp. 77. 750, - c. Rp. 7.775.000, -
d. Rp. 66. 750,- d. Rp. 6.675.000,-

22. Luas persegi panjang 260 cm2. 22. Luas persegi panjang 260 cm2.
Jika lebarnya 20 cm. Jika lebarnya 20 cm. Tentukan
Tentukan panjangnya . . panjangnya . .
a. 13 cm c. 19 cm a. 13 cm c. 19 cm
b. 16 cm d. 22 cm b. 16 cm d. 22 cm
24. Perhatikan gambar berikut! 24. Perhatikan gambar berikut!
Lukisan berbentuk persegi Lukisan berbentuk persegi
panjang berukuran 40 cm x panjang berukuran 40 cm x 50
50 cm dipasang pada bingkai cm dipasang pada bingkai
berbentuk persegi dengan berbentuk persegi dengan
panjang sisi 60 cm! panjang sisi 60 cm!

Tentukan luas daerah yang Tentukan luas daerah yang


tidak tertutup gambar! tidak tertutup gambar!
a. 1600 cm2c. 2000 cm2 a. 1600 cm2c. 2000 cm2
b. 160 cmd. 200 cm2 b. 160 cmd. 200 cm2
26. Perhatikan segitiga berikut! 26. Perhatikan segitiga berikut!

15 cm 8cm 15 cm 8 cm

12 cm 12 cm
43

Luas gambar diatas adalah . Luas gambar diatas adalah .


. . cm2 . . cm2
a. 96 c. 35 a. 96 c. 35
b. 48 d. 20 b. 48 d. 20

30. Sebuah Persegipanjang 31. Sebuah Persegipanjang


memiliki panjang 40 cm2 memiliki Luas 40 cm2 cm
cm dan lebar 5, maka dan lebar 5, maka panjang
panjang dan keliling dan keliling Persegi
Persegi Panjang tersebut Panjang tersebut adalah :
adalah : a. 8 cmdan 26 cm
a. 40 cm2 dan 26 cm b. 40 cm dan 40 cm
b. 40 cm2 dan 40 cm c. 45 cm dan 13 cm
c. 45 cm2 dan 13 cm d. 13 cm dan 26 cm
d. 13 cm2 dan 26 cm

3. Uji Coba Instrumen Penelitian


Uji coba instrumen pada penelitian ini akan dilaksanakan di

sekolah lain di luar sekolah tempat penelitian tapi dalam gugus yang

sama yaitu pada kelas IV SDN 01 Luhak Nan Duo. Setelah soal tes

dibuat maka soal tes tersebut harus diujicobakan untuk melihat

seberapa besar kualitas instrumen penelitian yang dapat digunakan

pada penelitian ini nantinya.

Uji coba instrumen dilakukan peneliti untuk mengetahui tingkat

validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda. Menurut

Arikunto (2012) sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat

ukur harus memenuhi syarat tes yaitu memiliki validitas, reliabilitas,

tingkat kesukaran dan daya beda.

4. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen


Soal tes yang telah diujicobakan akan diperiksa terlebih dahulu,

dimana setiap jawaban benar diberi bobot nilai 1 dan jawaban salah

diberi bobot nilai 0. Kemudian hasil uji coba instrument tersebut perlu
44

dianalisis untuk melihat validitas, reliabilitas, daya beda soal dan

tingkat kesukaran soal. Sehingga dari 30 soal yang diujicobakan dan

dianalisis terdapat 20 soal yang digunakan sebagai instrumen

penelitian.

a. Validitas Butir Soal

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-

tingkat kevalidan sesuatu instrument. Instrumen yang valid berarti

alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu

valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk

mengukur yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2012). Validitas soal

tes pada penelitian ini dapat ditentukan dengan menggunakan

rumus korelasi poin biserial karena rumus korelasi point biseril

efektif diberikan pada tipe tes multiple choice atau pilihan ganda,

kriteria seperti yang terdapat dalam Arikunto (2012) berikut ini.

𝑀𝑝 − 𝑀𝑡 𝑝
rpbis = 𝑆𝑡
√𝑞

Keterangan :

rpbis = koofisien korelasi biserial


Mp = skor rata-rata hitung dari siswa yang menjawab
betul
Mt = skor rata-rata dari skor total
St = Standar deviasi dari skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar
q = proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1- p)

Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus:

𝑟√𝑛−2
thitung = √1− 𝑟 2
45

Keterangan:
thitung = nilai thitung
r = koefisien korelasi
n = jumlah responden

Distribusi (Tabel t) untuk a = 0,05 dan derajat kebebasan (dk=n-2).

Kaidah keputusannya: Apabila thitung >ttabel berarti soal valid, thitung<ttabel

berarti soal tidak valid.

Setelah didapat nilai korelasi maka dapat digunakan tabel berikut


untuk menentukan kriteria validitas soal.

Tabel 4 Kriteria indeks validitas item atau butir soal


No Indeks Validitas Item Kriteria
1. 0,80 – 1,00 Sangat tinggi
2. 0,60 – 0,80 Tinggi
3. 0,40 – 0,60 Cukup
4. 0,20 – 0,40 Rendah
5. 0,00 – 0,20 Sangat rendah
(Sumber, Arikunto, 2013)

Butir soal yang tergolong memiliki validitas yang baik adalah soal

dengan kriteria cukup sampai dengan sangat tinggi. Demikian soal dengan

validitas rendah dan sangat rendah sebaiknya tidak dipakai.

Berdasarkan uji validitas soal terdapat insrumen butir soal yang

diolah secara manual dengan menggunakan bantuan Microsoft excel

didapatlah hasilnya yaitu dari 30 butir soal terdapat 10 butir soal yang

tidak valid, karena thitung < ttabel. Sepuluh butir soal yang tidak valid adalah

butir soal nomor 4, 6, 9, 11, 13, 16, 18, 21, 22,dan 25. Data hasil uji coba

secara manual selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 11 halaman ....


46

b. Realibilitas Butir Soal


Reliabilitas dapat diartikan sejauh mana hasil suatu

pengukuran konsisten dan dapat dipercaya. Menurut Sugiyono

(2012) “instrumen yang reliabel adalah instrumen yang jika

digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan

menghasilkan data yang sama.” Untuk mengukur reliabilitas soal

pada penelitian ini menggunakan rumus K-R.20 dan kriteria

sebagaimana yang terdapat dalam Arikunto (2012) berikut.

𝑛 𝑆 2 −∑𝑝𝑞
r11 = [ ][ ]
𝑛−1 𝑆2

Keterangan :

r11 = reliabilitas secara keseluruhan


p = proporsi subjek yang menjawab dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab dengan salah
(q = 1 - p)
∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = banyaknya item
S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah
akar varians)

Dengan ketentuan : Apabila r11 >rtabel berarti reliable dan r11

<rtabel berarti tidak reliable.

Setelah diketahui reliabilitas instrumen, maka nilai

reliabilitas tersebut dapat dikategorikan kedalam tabel Kriteria

Indeks reliabilitas tes berikut :

Tabel 5 Kriteria Indeks Reliabilitas Tes

No Indeks Validitas Item Kriteria


1. 0,90 < r11< 1,00 Sangat tinggi
2. 0,70 < r11< 0,90 Tinggi
3. 0,40 < r11< 0,70 Cukup
47

4. 0,20 < r11< 0,40 Rendah


5. 0,00 < r11< 0,20 Sangat rendah
(Sumber, Arikunto, 2012:117)

Butir soal yang tergolong memiliki reliabilitas yang baik

adalah soal dengan kriteria cukup sampai dengan sangat tinggi.

Dengan demikian soal dengan reliabilitas rendah dan sangat rendah

sebaiknya tidak dipakai.

Berdasarkan hasil uji reliabelitas instrument terhadap butir

soal yang dilakukan secara manual menggunakan microsof exel,

diperoleh bahwa butir-butir soal instrumen pada penelitian ini

memiliki nilai reliabelitas sangat tinggi. Nilai reliabelitasnya

berada pada kriteria 0,70< r11 ≤ 0,90 yaitu memiliki reliabelitas

sangat tinggi. Data hasil reliabelitas selengkapnya dapat dilihat

pada lampiran 12 halaman......

c. Indeks Kesukaran Soal


Soal dikatakan baik apabila soal yang diteskan tidak

dirasakan terlalu sulit oleh siswa dan tidak terlalu mudah. Soal

yang terlalu mudah atau terlalu sulit harus direvisi atau diganti.

Tingkat kesukaran soal bertujuan untuk menentukan apakah

soal termasuk soal yang mudah, sedang dan sukar. Sudjana (2009)

mengemukakan bahwa soal dengan kriteria mudah, sedang dan

sukar bisa di ambil dengan perbandingan 3 – 5 – 2. Artinya 30%

soal dengan kategori mudah, 50% dengan kategori sedang dan 20%

dengan kategori sukar. Sedangkan menurut Widoyoko (2016) soal


48

butir tes sebaiknya digunakan tingkat kesulitannya berimbang,

yaitu sulit 25%, sedang 50% dan mudah 25%.

Rumus yang digunakan untuk menentukan indeks kesukaran soal

adalah:

𝐵
P=
𝐽𝑠

Keterangan:

P = tingkat kesukaran soal


B = jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar
Js = jumlah seluruh siswa peserta tes

Tabel 3.6 Klasifikasi tingkat kesukaran soal

No Indeks Kesukaran Klasifikasi


1 0,00 – 0,30 Sukar
2 0,30 – 0,70 Sedang
3 0,70 – 1,00 Mudah
(Arikunto, 2008:28)

Untuk menganalisa data, peneliti menggunakan bantuan

dari programMicrosoft Excel 2007.

Berdasarkan hasil perhitungan indeks kesukaran, maka

kemungkinan tidak semua soal dapat memenuhi kriteria pengujian.

Suherman (dalam Lestari, 2015:224) menyatakan bahwa untuk

menentukan interval indeks kesukaran butir soal yang harus

diperbaiki, sebaiknya diperbaiki, dan butir soal yang dapat

digunakan sebagai instrument tes sebagai berikut:


49

+
+ +
- -
0,00 0,10 0,20 0,80 0,90 1,00

Keterangan:

+ = dapat digunakan

- = harus diperbaiki

+ = sebaiknya diperbaiki

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kesukaran dengan

menggunakan Microsoft excel yaitu butir soal dengan kriteria

mudah ada sepuluh soal yaitu soal nomor 4,6,11,12,13,16,22,23,26,

dan 29. Soal dengan kriteria sedang sebanyak empat belas butir

soal yaitu 1,2,5,7,8,9,10, 14,15,19,20,21, 24, dan 27. Soal dengan

kriteria sukar sebanyak 6 butir soal yaitu soal nomor 3, 17, 18, 25,

28 dan 30.

Perhitungan tingkat kesukaran lebih lengkapnya dapat

dilihat pada lampiran 13 Halaman ......Sedangkan rekap

keseluruhan hasil analisis uji coba terlihat pada lampiran 14.

.Dimana terdapa 20 soal yang dapat digunakan dalam penelitian ini

sebagai instrument penelitian.

d. Daya Pembeda Butir Soal


Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan


50

siswa yang berkemampuan rendah(Arikunto, 2012). Daya pembeda

soal ditentukan dengan mencari indeks pembeda soal.

Menghitung indeks pembeda soal dapat dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a) Urutkan data dari nilai tertinggi sampai nilai yang terendah.

b) Kemudian diambil 50% dari kelompok yang mendapat nilai

tertinggi dan 50% dari kelompok yang mendapat nilai terendah.

c) Cari indeks pembeda soal dengan rumus.

𝐵𝐴 𝐵𝐵
DP = −
𝐽𝐴 𝐽𝐵

Keterangan :
DP = Daya pembeda soal
BA = Jumlah peserta kelompok atas
BB = Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu
dengan benar
JA = Jumlah peserta kelompok atas
JB = Jumlah peserta kelompok bawah

Tabel 7 Klasifikasi Indeks Daya Beda Soal

Daya Beda Klasifikasi Soal


0,70-1,00 Baik sekali
0,40-0,70 Baik
0,20-0,40 Cukup
0,00-0,20 Jelek
Harga negative Sangat jelek
(Arikunto,2012:93)

Untuk menganalisa data peneliti menggunakan bantuan dari

programMicrosoft Excel 2007.

Butir soal yang memiliki daya beda yang baik adalah soal

dengan kriteria sedang sampai dengan baik sekali. Untuk soal yang
51

memiliki daya beda cukup sebaiknya direvisi dan soal yang

memiliki daya beda jelek sebaiknya diganti atau tidak dipakai.

Hasil uji daya beda instrument terhadap butir soal yang

dilakukan secara manual menggunakan microsof exel, diperoleh

bahwa butir-butir soal instrumen pada penelitian ini yaitu soal

dengan kriteria jelek ada 7 butir soal (4, 6, 11, 13, 16, 18, dan 25),

kriteria soal cukup ada 11 butir soal (2, 3, 10, 17, 19, 20, 21, 22,

28, 29 dan 30), dan soal dengan krieria baik ada 12 butir soal (1, 5,

7, 8, 9, 12, 14, 15, 23, 24, 26 dan 27).

Perhitungan daya beda lebih lengkapnya dapat dilihat pada

lampiran13 Sedangkan rekap keseluruhan hasil analisis uji coba

terlihat pada lampiran 14 Dimana terdapat 20 butir. soal yang dapat

digunakan dalam penelitian ini sebagai instrument penelitian.

D. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk

mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan data penelitian. Data

penelitian ini akan digunakan sebagai bahan analisis atas penelitian yang

dilakukan. Teknik pengumpuan data adalah teknik atau cara yang

digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan

data yang akan digunakan adalah tes dan dokumentasi.

a. Tes
52

Menurut Arikunto (2010) tes adalah serangkaian

pertanyaan atau latihan serta alat yang digunakan untuk mengukur

keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat

yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

Tes dilakukan untuk memperoleh data berupa hasil belajar

pengetahuan. Bentuk tes yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah tes objektif dengan tipe pilihan ganda a, b, c, dan d. Tes

dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas control. Tes yang

pertama adalah pre-test yang dilakukan untuk mendapatkan data

awal mengenai pengetahuan siswa tentang soal yang diberikan

sebelum dilakukan pembelajaran. Selanjutnya test kedua adalah

post-testyang dilakukan untuk mendapatkan data akhir yang akan

dianalisis. Penskoran pilihan ganda diberikan skor 1 apabila

jawabannya benar dan skor 0 diberikan apabila jawaban salah pada

setiap soal.

b. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian yang dilakukan adalah untuk

memperkuat data penelitian. Data dokumentasi berupa foto dan

video saat kegiatan penelitian.

E. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 08 Luhak Nan Duo

Kecamatan Luhak Nan Duo. Penulis melakukan penelitian di tempat

ini dikarenakan sekolah bersifat terbuka baik kepala sekolah maupun


53

guru kelas sendiri sangat antusias jika kelasnya dijadikan penelitian

terhadap pembaharuan pembelajaran nantinya dan kurikulum yang

digunakan sudah menggunakan Kurikulum 2013 (K-13).

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester dua tahun ajaran

2018/ 2019 pada saat pembelajaran matematika dengan materi keliling dan

luas persegi, persegipanjang dan segitiga yakni dari minggu keempat bulan

Maret sampai minggu keempat April. Penelitian ini dilakukan 6 kali

pertemuan, yakni 3 kali pertemuan pada kelas eksperimen dan 3 kali

pertemuan pada kelas kontrol. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel ......... Jadwal penelitian di SD Negeri 13 Parit Putus

No Hari / Tanggal Kegiatan


1. Jum’at/ 29 Maret Uji coba instrumen penelitian di SDN 01
2019 Luhak Nan Duo
2. Senin/ 1 April 2019 Pelaksanaan Pretest di SDN 08 Luhak Nan
Duo Kelas IVB Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol IVA
4. Senin/ 15 April 2019 Pelaksanaan pembelajaran pertemuan 1 di kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
6. Selasa/ 23 April Pelaksanaan pembelajaran pertemuan 2 di
2019 Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
9. Senin / 30 April 2019 Pelaksanaan Posttest di SDN 08 Luhak Nan
Duo Kelas IVB Kelas eksperimen dan IV A
kelas kontorl
54

F. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan

variabel terikat. Variabel bebas yaitu model kooperatif tipe Numbered

Head Together (NHT) dan variabel terikat yaitu hasil belajar siswa pada

mata pelajaran matematika.

Variabel penelitian adalah suatu atribut, sifat, nilai, objek atau

kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Penelitian

ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel indenpenden/ variabel bebas dan

variabel dependen/ variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya variabel terikat.

Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi akibat adanya

variabel bebas.

G. Teknik Analisis Data


` Analisis data merupakan salah satu langkah penting dalam suatu

penelitian. Menurut Sugiyono (2012) mengemukakan teknik analisis data

adalah kegiatan mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis

responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden,

menyajikan data tiap variabel yang diteliti, dan melakukan perhitungan

untuk menguji hipotesis yang diajukan. Adapun tujuan analisis data pada

penelitian ini adalah untuk memperoleh data apakah terdapat pengaruh

model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)

terhadap hasil belajar pada mata pelajaran matematika kelas IV SDN

Gugus II Kecamatan Luhak Nan Duo.


55

Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu peneliti melakukan

uji normalitas dan uji homogenitas varian.

1. Uji Normalitas
Menurut Riduwan (2008) uji normalitas dilakukan dengan

tujuan untuk mengetahui kenormalan distribusi data pada sampel.

Uji normalitas dilakukan dengan langkah – langkah sebagai

berikut:

1. Membuat tabel kerja dengan 7 kolom di Microsoft Excel

2. Memasukan nilai atau skor pada tabel kerja secara

berurutan

3. Mencari nilai Z score, dengan rumus : Z = (Xi – Mean)/SD

4. Menentukan Nilai Z tabel {F(z)} dengan menggunakan

tabel Normal Baku dari O ke Z berdasarkan nilai Z score.

5. Menentukan S(z) dengan rumus S(z) = f kum : N

6. Menghitung harga Lilliefors hitung dengan rumus :

Lh = |F(z) – S(z)|

7. Mencari nilai Lilliefors terbesar sebagai Lhitung

8. Menentukan harga Lillefors tabel (Lt ) dengan rumus : (a,

n)

9. Membuat kesimpulan :

a. Jika harga Lh <>t, maka data berdistribusi normal

b. Jika harga Lh > harga Lt, maka data tidak berdistribusi

normal
56

2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui tingkat

homogenitas siswa dan mengetahui data yang dikomparasikan

homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan rumus uji

F, yaitu:

𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
Fhitung = 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk menguji apakah hipotesis

sesuai dengan hasil penelitian atau tidak. Hasil data diperoleh dan

dianalisis untuk mengetahui perbandingan data antara sebelum dan

sesudah diberi perlakuan, serta membandingkan kelompok kontrol

dan kelompok eksperimen.

Jika data berdistribusi normal dan homogen maka peneliti

akan menggunakan analisis uji t-test, namun jika data tidak

berdistribusi normal dan homogen maka akan dilakukan analisis uji

Mann- Whiyney.

Tes hasil belajar diberikan kepada kedua kelas sampel. Tes

hasil belajar untuk melihat perbandingan hasil belajar kedua kelas

sampel. Untuk menarik kesimpulan maka dilaksanakan pengujian

pengujian hipotesis secara statistik yaitu uji-t. Dengan hipotesis

statistik.

𝐻0 ∶ 𝜇1 = 𝜇2
57

𝐻1 ∶ 𝜇1 > 𝜇2

Dengan penjelasanya,

𝐻0 ∶ 𝜇1 = 𝜇2 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dalam

penggunaan model NHT terhadap materi Keliling

persegi, persegi panjang dan segitiga di kelas IV SDN

Gugus II Kecamatan Luhak Nan Duo.

𝐻1 ∶ 𝜇1 > 𝜇2 : Terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan

model NHT terhadap materi Keliling persegi, persegi

panjang dan segitiga di kelas IV SDN Gugus II

Kecamatan Luhak Nan Duo.

Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas variansi, maka

dilakukan uji hipotesis rumus (Sudjana, 2005).

Tetapkan taraf nyatanya (α) = 0.05

Tentukan rumus hipotesisnya yaitu:

X1 − 𝑋̅2
𝑡=
1 1
𝑆√𝑛 + 𝑛
1 2

Dengan,

(𝑛1 − 1)𝑠12 + (𝑛2 − 1)𝑠22


𝑆² =
𝑛1 + 𝑛2 − 2

Keterangan :

X1 = Nilai rata-rata hasil belajar kelas eksperimen

X2 = Nilai rata-rata hasil belajar kelas kontol


58

n1 = Jumlah sampel kelas eksperimen

n2 = Jumlah sampel kelas kontrol

S12 = Varians kelas eksperimen

S22 = Varians kelas kontrol

Uji Mann- Whiyney merupakan bagian dari statistik non parametrik

yang bertujuan untuk membantu penelitian didalam membedakan hasil

kinerja kelompok yang terdapat dalam sampel kedalam dua kelompok

dengan dua kriteria yang berbeda. Pengujian ini disebut juga pengujian

U, karena untuk menguji hipotesis nol, kasus dihitung angka statistik

yang disebut U. Prosedur yang dilakukan untuk uji Uji Mann- Whiyney.

a. Menyatakan hipotesis taraf nyata ɑ

b. Menyusun peringkat data tanpa memperhatikan kategori

sampel

c. Menjumlahkan peringkat menurut tiap kategori sampel

d. Menghitung statistik U, dengan rumus :

𝑛1 (𝑛2+1)
U1 = n1n2 + − 𝑅1
2

Dan

𝑛1 (𝑛2+1)
U1 = n1n2 + − 𝑅1
2

Keterangan :

n1 : Jumlah sampel 1

n2 : Jumlah sampel 2

U1: Jumlah Peringkat 1


59

U2: Jumlah Peringkat 2

R1 : Jumlah Rangking pada sampel n1

R2: Jumlah Rangking pada sampel n2

Penelitian ini menggunakan sampel besar n > 20,

sehingga setelah menghitung U dilanjutkan dengan

menghitung Z. Rumus yang digunakan adalah sebagai

berikut:

Bila tidak ada ranking yang sama

Bila ada ranking yang sama

Keterangan :

n1 : Jumlah sampel 1

n2 : Jumlah sampel 2

U: Jumlah peringkat sampel terkecil

t : banyaknya ranking yang sama


60
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 08 Luhak Nan Duo.Penelitian ini

dilaksanakan pada tanggal 29 Maret – 30 April 2019. Populasi dalam

penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 08 Luhak Nan Duo tahun ajaran

2018/2019. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV A yang

berjumlah 22 siswa dan siswa kelas IV B yang berjumlah 22 siswa.

Berdasarkan hasil pretest yang telah dilakukan pada kedua kelas, maka

dipilihlah kelas IVA sebagai kelas eksperimen dan kelas IVB sebagai kelas

kontrol.Kedua kelas tersebut diberikan perlakuan yang berbeda, kelas

eksperimen diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Numbered Head Together, dan kelas kontrol diajarkan dengan

pembelajaran konvensional. Berikut ini penjabaran data hasil penelitian pada

kelas eksperimen dan kelas kontrol

a. Deskripsi Data Penelitian Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol

Nilai penelitian Pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas

kontrol dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini:

66
67

Tabel 4.1 Pretest dan posttest Penelitian Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol

Pretest Posttest
Data Statistik
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
Nilai Terendah 25 25 60 50
Nilai Tertinggi 70 60 85 80
Rata-rata 50,70 45.00 75.25 69.5
Median 50 45 75 70
Modus 55 40 85 70
Varian 119.67 105.986 69.67105 68.15789
Standar Deviasi 10.94 10.294 8.346919 8.255779
Jumlah Siswa 22 22 22 22

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, menunjukan hasil pretest dan

posttest kedua kelas. Terlihat bahwa nilai pretest terendah yang diperoleh

siswa kelas eksperimen sebesar 25 dan kelas kontrol sebesar 25 dan nilai

tertinggi yang diperoleh oleh kelas eksperimen sebesar 70 dan kelas

kontrol adalah 60. Selain itu terlihat pula, nilai rata-rata yang diperoleh

kelas eksperimen 32,75 dan kelas kontrol adalah 35,75. Sedangkan pada

posttest Nilai maksimum yang diperoleh oleh kelas eksperimen adalah 85

dan kelas kontrol adalah 80. Selain itu, nilai rata-rata kedua kelompok

juga menunjukan perbedaan yaitu 75,25 untuk nilai rata-rata kelas

eksperimen dan 69,5 untuk kelas kontrol. Hasil ini menunjukkan bahwa

perolehan nilai posttest kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan

dengan kelas kontrol.

Dari data pretest dan posttest diatas maka dapat diperoleh

perbandingan rata-rata pretest dan posttest pada diagram batang dibawah

ini.
68

Diagram 4.1Perbandingan Rata-Rata pretest dan posttest pada Kelas

Eksperimendan Kelas Kontrol

Rata - rata Kelas


100

80
77.95
60 69.77

40 Rata - rata Kelas


42.95 43.63
20

0
E. Pe E.Po K. Pe K.Po

Dari gambar diagram 4.1 diatas dapat dilihat bahwa selisih rata –

rata nilai pretest kelas eksperimen dengan kelas kontrol sebesar 3,00.

Sedangkan selisih rata-rata posttest kelas eksperimen dengan kelas

kontrol sebesar 5,75.

b. Uji Normalitas Pretest dan Posttest Data Penelitian Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol

Hasil uji normalitas Pretest dan posttest pada kelas eksperimen

dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest Data Akhir
Penelitian Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Data Pretest Posttest


Statistik Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
N 20 20 20 20
Lhitung 0.168 0,179 0.121 0.125
Ltabel 0.190 0.190 0.190 0.190
Kesimpulan Normal Normal Normal Normal
69

Tabel 4.2 di atas menunjukan Lhitung Pretest dan Posttest pada kelas

eksperimen menunjukan Lhitung lebih kecil dari Ltabel yaitu: (0,168dan

0,179) < 0190, dan dapat disimpulkan bahwa data sampel kelas

eksperimen berdistribusi normal. Sementara pada kelas kontrol, Pretest

dan Posttest juga menunjukan Lhitung yang lebih kecil dari Ltabel yaitu;

(0,121 dan 0,125) < 0,190, sehingga data sampel kelas kontrol

berdistribusi normal. Dengan kata lain kedua sampel dari kelas

eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal.

c. Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Penelitian Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol

Uji homogenitas menggunakan uji Fisher, dengan kriteria uji

homogenitas adalah jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel, maka data tersebut

homogen, jika Fhitung lebih besar dari Ftabel maka data tersebut tidak

homogen.Hasil uji homogenitas kedua kelompok sampel penelitian dapat

dilihat seperti pada tabel di bawah ini sedangkan perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 18 dan lampiran 21.

Tabel 4.3. Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol

Pretest Posttest
Data Statistik
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
Varian 119,671 105,986 69,671 68,157
Varian
119,671 69,671
Terbesar
Varian
105,986 68,157
Terkecil
F(max)hitung 1,129 1,022
F(max)table 2,168 2,168
Kesimpulan Homogen Homogen
70

Berdasarkan tabel di atas, kedua sampel tersebut sama-sama

menunjukan F(max) hitung lebih kecil dari F(max) tabel, maka sampel

hasil pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol dinyatakan

homogen.

d. Pengujian Hipotesis

Berdasarkan uji prasyarat analisis data,dataakhir penelitian untuk

kedua kelas berdistribusi normal dan memiliki varian yang homogen.

Sehingga dapat dilakukuan uji hipotesis dengan menggunakan uji t. Uji

prasyarat analisis data normalitas dan homogenitas menyatakan bahwa

kedua sampel dalam keadaan normal dan homogen, sehingga perhitungan

analisis data dapat dilakukan dengan menggunakan rumus uji t, pada

taraf signifikasi 5% dan “df/db = n1+n2 – 2” dengan kriteria yaitu (t

hitung> t tabel= Ha diterima) dan (thitung< t tabel= Ha ditolak).Uji t pada

penelitian ini mengunakan uji t menurut Sugiyono (2009:197).Hasil

pengujian hipotesis pada penelitian adalah sebagai berikut :

1) Uji Hipotesis Pretest

Hasil uji t pretest pada kelas sampel penelitian dapat dilihat pada

lampiran 19.

Tabel 4.4 Uji Hipotesis Hasil Pretest dengan Uji “t”


Keterangan Pretest
Kelompok Eksperimen Kontrol
N 20 20
Rata-rata 32,75 35,75
thitung -0,083
ttabel 1,685
Kesimpulan Tidak terdapat pengaruh (Ha
71

ditolah Ho diterima)

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai thitung pada hasil pretest = -

0,083 dan ttabel = 1,685 dengan taraf signifikasi 0.05 dan derajat

kebebasan (df/db = 20+20 – 2 = 38), ini menunjukan bahwa thitung< ttabel

atau -0,083<1,685dengan demikian Ho ditolak dan dinyatakan tidak

terdapat pengaruh model kooperatif tipe Numbered Head Together

terhadap hasil belajar. Hal ini dikarenakan siswa belum

mendapatkanperlakuan yang berbeda sehingga tidak terdapat perbedaan

antara rata-rata nilai pretest di kelas eksperimen dan di kelas kontrol.

2) Uji Hipotesis Posttest

Hasil uji t posttest pada kedua kelompok sampel penelitian dapat

dilihat pada tabel 4.5 dan perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 2.

Tabel 4.5 Uji Hipotesis HasilPosttest dengan Uji “t”

Keterangan Posttest
Kelompok Eksperimen Kontrol
N 20 20
Rata-rata 75,25 69,50
Thitung 2,190
Ttabel 1,685
Kesimpulan Terdapat pengaruh (Ha diterima
Ho ditolak)

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai thitung pada hasil posttest=

2,190 dan ttabel = 1,685 dengan taraf signifikasi 0.05 dan derajat

kebebasan (df/db = 20+20 – 2 =38) ini menunjukan bahwa thitung> ttabel

atau 2,190>1,685 dengan demikian Ha diterima dan dinyatakan terdapat

pengaruh model kooperatif tipe Numbered Head Together terhadap hasil


72

belajar siswa. Hal ini dikarenakan siswa telah mendapatkan perlakuan

yang berbeda sehingga terdapat perbedaan antara rata-rata nilai posttest

kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2. Pembahasan

Setelah dilakukan penelitian ternyata model kooperatif tipe Numbered

Head Together berpengaruh terhadap hasil belajar.Model pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Head Together banyak melibatkan siswa. Didalam

teori belajar disebukan semakin banyak siswa yang terlibat, maka semakin

banyak informasi yang diperoleh sehingga hasil belajar akan meningkat.

Sesuai dengan teori Bruner (dalam Hosnan, 2014:35) yang disebut dengan

free discovery learning. Dimana dalam proses belajar dengan baik dan kreatif

jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu

konsep, teori, definisi dan sebagainya melalui contoh-contoh yang

menggambarkan (mewakili) antara yang menjadi sumbernya. Dengan kata

lain siswa yang lebih banyak terlibat sedangkan guru sebagai fasilator untuk

mengarahkan ke tujuan yang ingin dicapai.

Penelitian yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together ini dilaksanakan di kelas IV SDN 08 Luhak Nan

Duo tahun ajaran 2018/2019.Sebelum melaksanakan pembelajaran, kedua

kelas diberikan pretest terlebih dahulu untuk mengetahui apakah kedua kelas

memiliki kesetaraan atau tidak.Hasil pretest juga digunakan untuk

menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil tes awal

atau pretest di kelas eksperimen dan kelas kontrol, pada kelas eksperimen
73

diperoleh rata-rata 32,75 dengan nilai tertinggi 60 dan nilai terendah 15

(lampiran 23 halaman 160). Sedangkan kelas kontrol diperoleh rata-rata

35,75dengan nilai teringgi 55 dan nilai terendah 15 (lampiran 24 halaman

161).

Hasil data pretest selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji

prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas untuk melihat

kesetaraan kedua kelas. Berdasarkan hasil uji coba normalitas, diperoleh

Lhitung data pretestpadakelas eksperimen sebesar 0,168 dan Lhitung data pretest

kelas kontrol sebesar 0,179, dimana Ltabel = 0,190. Hal ini menunjukkan

bahwa data pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol berdisrtibusi normal

karena Lhitung < Ltabel. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas, dari uji

tersebut diperoleh F hitung<F tabel: 1,129 < 2,168 dan dapat dianyatakan kedua

kelas memiliki variansi yang homogen. Kemudian, dilakukan uji-t terhadap

data pretest pada kedua kelas. Dari hasil perhitungan, diperoleh t hitung = -

0,083, sedangkan t tabel(0,05,38) = 1,685, sehingga t hitung< t tabel yang berarti tidak

tedapat perbedaan rata-rata yang signifikan pada kedua kelas. Setelah data

pretest dianalisis dan hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa kedua kelas

sampel memiliki data yang berdistribusi normal dan memiliki variansi yang

homogen

Berdasarkan hasil pretest maka yang menjadi kelas eksperimen adalah

kelas IVA dan kelas kontrol adalah kelas IVB. Setelah itu, pada kedua kelas

eksperimen dilakukan pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe

Numbered Head Together dan kelas kontrol dilakukan dengan pembelajaran


74

konvensional.Pembelajaran dilakukan sebanyak dua kali pertemuan dengan

materi kelas IV semester 2 KD 3.1 menghitung luas trapesium dan layang-

layang.Proses pembelajarannya dapat di uraikan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas Eksperimen

Pada kelas eksperimen yaitu kelas IVA, pembelajaran

dilaksanakan secara berkelompok dan berdasarkan langkah-langkah

Kooperatif Tipe Numbered Head Together yang menurut Trianto

(2011:82-83) yaitu :

a. Penomoran

Guru memulai pembelajaran dengan membagikan nomor

kepala kepada siswa dalam masing-masing kelompok. Masing-

masing kelompok terdiri dari 5 orang. Siswa mendapatkan nomor

1,2,3,4,dan 5 pada masing-masing kelompok. Nomor kepala yang

ada pada masing-masing siswa dalam kelompoknya digunakan

untuk menentukan orang yang akan menjawab soal yang telah

diberikan oleg guru dalam kelompok.

b. Mengajukan Pertanyaan

Sebelum menghitung luas trapesium dan layang-

layang.Siswa terlebih dahulu menemukan rumus trapesium dan

layang-layang berdasarkan petunjuk kerja yang telah disediakan

pada masing-masing kelompok.Saat menemukan rumus layang-

layang dan trapesium, guru mengajukan pertanyaan berdasarkan

sejauh mana siswa memahami petunjuk kerja yang dilakukan oleh


75

siswa.Dalam hal ini guru dan siswa menggunakan kertas karton

untuk menemukan rumus trapesium dan layang-layang. Setelah

siswa menemukan rumusnya sesuai petunjuk yang diberikan, guru

nantinya akan mengajukan pertanyaan dengan menanyakan salah

satu bagian dari rumus trapesium dan layang-layang seperti

“Mencari rumus tinggi trapesium apakah rumusnya?”.

c. Berpikir Bersama

Setelah siswa mengetahui rumus luas trapesium dan

layang-layang siswa diminta mengerjakan LKS dalam tiap-tiap

kelompok tentang menghitung luas trapesium dan layang-

layang.Siswa menentukan jawaban yang tepat dari suatu persoalan

yang diberikan dengan mendiskusikannya bersama-sama dalam

kelompoknya.

d. Menjawab

Dalam menjawab persoalan yang diberikan dilakukan

dengan mencabut lot. Guru akan mencabut lot yang sudah

disediakan. Nomor yang keluar itulah yang akan menjawab

persoalan yang telah diberikan. Contoh untuk yang akan menawab

persoalan nomor satu berdasarkan lot yang terpilih ternyata nomor

yang terpilih adalah nomor dua, maka setiap nomor kepala dua

pada masing-masing kelompok menjawab pertanyaan nomor satu.

Begitu seterusnya.
76

Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Togetherdalam materi menghitung luas trapesium

dan layang-layang diatas, siswa menjadi lebih aktif antara satu dengan

yang lain. Dimana siswa dalam menyelesaikan suatu persoalan

diminta agar dapat bekerjasama dan berdiskusi dengan sungguh-

sungguh, bagi siswa yang pandai dapat menjadi tutor sebaya untuk

teman yang lainnya karena dalam menjawab persoalannya itu

berdasarkan nomor undian yang terpilih sehingga semua siswa harus

menguasai materi dan harus siap dengan jawabannya. Temuan ini

sejalan dengan Trianto (2011:83) menyatakan “Adapun yang menjadi

kelebihan dari model Numbered Head Together sebagai berikut : a)

Setiap siswa menjadi siap semua, b) Dapat melakukan diskusi dengan

sungguh-sunguh, c) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang

kurang pandai, d) Tidak ada siswa yang mendominasi dalam

kelompok”.

2. Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas Kontrol

Pada kelas kontrol yaitu kelas VB, pembelajaran dilakukan

dengan pembelajaran konvensional. Metode yang digunakan adalah

ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Dalam pembelajaran

konvensional guru menjelaskan materi mengenai menghitung luas

trapesium dan layang-layang serta memberi satu contoh soal dalam

menghitung luas trapesium dan layang-layang. Hal ini membuat siswa

hanya mengetahui rumus luas layang-layang dan cara menghitung luas


77

trapesium serta layang-layang yang diberi oleh guru, siswa tidak

mendapat kesempatan untuk menemukan sendiri rumus trapesium dan

layang-layang.

Setelah dilaksanakan pembelajaran, masing-masing kelas

diberikan posttest untuk mengetahui hasil belajar siswa pada materi

menghitung luas trapesium dan layang-layang. Berdasarkan hasil

postest pada masing-masing kelas diperoleh rata-ratanya 75,25 pada

kelas eksperimen dengan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 60.

Sedangkan rata-rata pada kelas kontrol yaitu 69,50 dengan nilai

tertinggi 80 dan nilai terendah 50. Setelah itu dilakukan uji prasyarat

analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Dari hasil uji

normalitas data posttest kelas eksperimen diperoleh Lhitung = 0,121

dan pada kelas kontrol L hitung = 0,125 dimana L tabel = 0,190. Sehingga

data posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal

karana Lhitung< L tabel. Selanjutnya, berdasarkan hasil uji homogenitas

data posttest, kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki F hitung<F

tabel : 1,022<2,168 sehingga dapat dinyatakan bahwa data posttest pada

kedua kelas memiliki variansi yang homogen. Selanjutnya,

berdasarkan data posttest yang normal dan homogen, maka dapat

dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t. Hasil

pengujian hipotesis diperoleh t hitung>t tabel : 2,190> 1,685, sehingga

dapat disimpulkan H1 : μ1 ≠ μ2 yang artinya terdapat pengaruh yang

signifikan hasil belajar menghitung luas trapesium dan layang-layang


78

antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol di kelas V SD Negeri 13

Parit Putus,Agam.

Hasil penelitian ini, sejalan dengan penelitian yang telah

dilakukan oleh Santina (2014) dengan judul penelitian “Pengaruh

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together(NHT)

Terhadap HAsil Belaar Matematika Siswa kelas V Sekolah Dasar di

Desa Alasangker ”. Hasil penelitian analisis data menggunakan uji t-

test menunjukkan bahwa nilai signifikasi 0,042<0,05, sehingga H0

ditolak yang berarti menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang

positif terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together.

Amini (2015:1202) menjelaskan bahwa untuk memperbaiki dan

dan meningkatkah hasil belajar siswa diperlukan model dalam

pembelajaran.

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah yang

diajukan juga dapat terjawab, yaitu terdapatnya pengaruh model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together terhadap hasil

belajar menghitung luas trapesium dan layang-layang di kelas V SDN

13 Parit Putus, Agam.


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together

memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan

hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 75,25

dengan standar deviasi yang diperoleh 8,34 dan nilai rata-rata kelas

kontrol sebesar 69,50 dengan standar deviasi yang diperoleh 8,25.

Berdasarkan perhitungan uji-t (t-test) diperoleh t hitun,g2,190 sedangkan

ttabel pada taraf kepercayaan α 0,05 adalah 1,685, sehingga t hitung > t tabel.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat nilai yang

lebih tinggi pada kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol dan

dari analisis data yang dihasilkan pengaruh yang signifikan antara kedua

kelompok, dengan begitu terbukti bahwa model pembelajaran kooperatif

tipe Numbered Head Together berpengaruh positif terhadap hasil belajar

menghitung luas trapesium dan layang-layang di kelas V SDN 13 Parit

Putus, Agam.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti

mengajukan saran sebagai berikut :

Guru diharapkan menggunakan variasi mengajar dalam

pembelajaran menggunakan model-model pembelajaran. Salah satu model

pembelajaran yang dapat digunakan adala model pembelajaran kooperatif

tipe Numbered Head Together dalam pembelajaran.

79
80

DAFTAR RUJUKAN

Ambaswari, N.S. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered


Heads Together Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas Iii
Sd Negeri Brosot Kecamatan Galur.” Jurnal. (online)
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=105725&val=1342.
diakses pada tanggal 28 Desember 2018)

Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi


Revisi). Jakarta : Rineka

Arikunto, S. 2012. Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta :


PT. Bumi Aksara

Fathurrahman, Muhammad. 2015. Model – Model Pembelajaran Inovatif.


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Juliana. 2013. “Pengaruh Kooperatif Teknik Nht Terhadap Hasil Belajar Siswa
Kelas IV SDN 14 Pontianak Selatan.” Jurnal. (online)
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=105725&val=1342.
diakses pada tanggal 28 Desember 2018)
Hamdayana, Jumanta 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan
Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia.
Huda, M. 2014.Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar

Mulia, Genta. 2018. Pengaruh Model Pembelajaran Numbered Head Together


(NHT) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Di Kelas Iv Sdn 4 Banda
Aceh. Jurnal. (online),
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=105725&val=1342.
diakses pada tanggal 28 Desember 2018)

Murtiyasa. (2015). Tantangan Pembelajaran Matematika Era Global. Jurnal


MIPA, 1 – 20

Nopriyani. 2014. “Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Tipe Numbered


Head Together Berbantu Media Corong Berhitung Terhadap Hasil Belajar
Matematika Peserta Didik di Kelas III MIS Miftahul Huda Adiluwih.”
Jurnal. (online),
(http://repository.radenintan.ac.id/4209/. di akses pada tanggal 28 Desember
2018)
81

Lestari, Eka Kurnia dan Mokhammad Ridwan Y. 2015. Penelitian Pendidikan


Matematika. Bandung: PT. Rafika Aditama.

Netriwati & Sri Lena, M. 2018. Microteaching Matematika. Surabaya: CV.


Gemilang.

_______________________. 2017. Media Pembelajaran Matematika.


Lampung:Permata Net.

_______________________. 2018. Media Pembelajaran Matematika.


Lampung.:Permata Net.

Purwanto. 2016. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Radja,. (2018, April). Stunting dan peringkat PISA Indonesia. Antara News

Sagala. Syaiful. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Sudjana. Nana. 2013. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Sukardi. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Susanto, Ahmad.2013.Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:


Prenadamedia Group.

Sugiyono. 2010. Statistik Untuk Penelitian. Bandung Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D . Bandung:


Alfabeta.
Syarifah, M. (2015). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together ( Nht ) Dengan Menggunakan Cd Interaktif Dan
Power Point Terhadap Hasil Belajar, 1–77.
Taufik, Taufina dan Muhammadi. 2011. Mozaik Pembelajaran Inovatif. Padang:
Sukabina Press.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Surabaya: PT. Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai