Anda di halaman 1dari 58

HUBUNGAN ANTARA LINGKAR PINGGANG DAN LEMAK TUBUH

DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI PUSKESMAS GAMPING 1


SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan


Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Disusun Oleh:
IDA MEISYAROH
2213013

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
HUBUNGAN ANTARA LINGKAR PINGGANG DAN LEMAK TUBUH
DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI PUSKESMAS GAMPING 1
SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan


Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Disusun Oleh:
IDA MEISYAROH
2213013

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017

ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Hubungan Lingkar
Pinggang Dan Lemak Tubuh Dengan Derajat Hipertensi di Puskesmas Gamping 1
Sleman”. Skripsi ini telah dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan, dan bantuan
dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, dan pada
kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih dengan
setulus-tulusnya kepada:
1. dr.Kuswanto Hardjo, dr., M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
2. Tetra Saktika Adinugraha., M.Kep.,Ns.Sp.Kep.M.B, selaku Ketua Program
Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad
Yani Yogyakarta, dan selaku Dosen Pembimbing yang dengan tulus ikhlas
meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
3. Miftafu Darussalam, M.Kep.,Ns., Sp.Kep.MB, selaku penguji yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk menguji, mengoreksi dan memberikan saran
serta masukan terhadap skripsi ini.
4. Semua pihak yang sudah ikut serta membantu dalam penyelesaian skripsi ini
yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, penulis ucapkan terimakasih dan
penghargaan yang sebesar- besarnya.
Sebagai imbalan atas segala amal kebaikan dan bantuanya. Akhirnya besar
harapan penulis semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
menambah ilmu pengetahuan.
Yogyakarta,.......,................, 2017
Penulis

( Ida Meisyaroh)

v
DAFTAR ISI Hal

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PERNYATAAN iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
INTISARI xii
ABSTRACT xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 5
E. Keaslian Penelitian 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 8
1. Hipertensi 8
a. Definisi hipertensi 8
b. Kriteria hipertensi 8
c. Patofisiologi hipertensi 9
d. Faktor-faktor penyebab hipertensi 10
e. Penatalaksanaan hipertensi 14
f. Komplikasi hipertensi 20
2. Lemak Tubuh 21
a. Definisi 21
b. Kelebihan berat badan 21
c. Penyebab kelebihan berat badan 22
d. Komposisi tubuh 23
e. Tebal lemak bawah kulit 23
f. Kebutuhan lemak bagi tubuh 24
g. Metabolisme lemak 25
h. Fungsi lemak 26
i. Cara pengukuran lemak tubuh 27
3. Lingkar Pinggang 29
a. Definisi 29
b. Kriteria ukuran lingkar pinggang 30
c. Pengukuran lingkar pinggang 30
B. Kerangka Teori 32

vi
C. Kerangka Konsep 33
D. HIPOTESIS 33
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian 34
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 34
C. Populasi dan Sampel 34
1. Populasi penelitian 34
2. Sampel penelitian 35
D. Variabel Penelitian 36
1. Variabel bebas 36
2. Variabel terikat 36
3. Variabel pengganggu 36
E. Definisi Operasional 36
F. Alat dan Prosedur Pengumpulan Data 37
1. Alat pengumpulan data 37
2. Prosedur pengumpulan data 38
G. Reliabilitas 38
1. Uji reliabilitas 38
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data 39
1. Metode pengolahan data 39
2. Analisa data 42
I. Etika Penelitian 43
J. Pelaksanaan Penelitian 44
1. Proposal penelitian 44
2. Tahap pelaksanaan 45
3. Penyusunan laporan penelitian 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 47
1. Gambaran lokasi penelitian 47
2. Analisa univariat 47
a. Karakteristik responden 47
b. Gambaran lingkar pinggang 48
c. Gambaran Lemak tubuh 50
d. Gambaran Tekanan darah 51
3. Analisa bivariat 53
a. Hubungan lingkar pinggang dengan derajat hipertensi 53
b. Hubungan lemak tubuh dengan derajat hipertensi 54
B. Pembahasan 54
1. Karakteristik responden 54
2. Lingkar pinggang 56
3. Lemak tubuh 57
4. Hipertensi 59
5. Hubungan lingkar pinggang dengan derajat hipertensi 61

vii
6. Hubungan lemak tubuh dengan derajat hipertensi 62
C. Keterbatasan Penelitian 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 64
B. Saran 64

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1 Klasifikasi Tekanan darah menurut JNC 8 8
Tabel 2 Body Fat Ratio Charth 29
Tabel 3 Kriteria Ukuran Lingkar Pinggang 30
Tabel 4 Definisi Operasional 36
Tabel 5 Interpretasi Korelasi Kendall’s Tau 43
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien Hipertensi 48
Tabel 7 Gambaran Lingkar Pinggang 48
Tabel 8 Karakteristik Responden Dengan Lingkar Pinggang 49
Tabel 9 Gambaran Lemak Tubuh 50
Tabel 10 Karakteristik Responden Dengan Lemak Tubuh 50
Tabel 11 Gambaran Tekanan Darah 51
Tabel 12 Karakteristik Responden Dengan Tekanan Darah 51
Tabel 13 Hubungan Lingkar Pinggang Dengan Derajat Hipertensi 53
Tabel 14 Hubungan Lemak Tubuh Dengan Derajat Hipertensi 54

ix
DAFTAR GAMBAR

Hal
Gambar 1 Pengukuran Skinfold 28
Gambar 2 Body Fat Scales 29
Gambar 3 Pengukuran Lingkar Pinggang 31
Gambar 4 Kerangka Teori 32
Gambar 5 Kerangka Konsep 33

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Permohonan Menjadi Responden


Lampiran 2. Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3. Persetujuan Menjadi Asisten Penelitian
Lampiran 4 Lembar pernyataan Uji Realibilitas
Lampiran 5. SOP Pengukuran Lingkar Pinggang
Lampiran 6. SOP Pengukuran Tekanan Darah
Lampiran 7. SOP Pengukuran Lemak Tubuh
Lampiran 8. Lembar Reliabilitas Pengukuran Lingkar Pinggang
Lampiran 9. Lembar Reliabilitas Pengukuran Tekanan Darah
Lampiran 10. Lembar Reliabilitas Pengukuran Lemak Tubuh
Lampiran 11. Lembar Dokumentasi Uji Reliabilitas
Lampiran 12. Lembar Observasi
Lampiran 13. Surat-surat izin studi pendahuluan
Lampiran 14. Lembar Bimbingan Skripsi

xi
HUBUNGAN ANTARA LINGKAR PINGGANG DAN LEMAK TUBUH
DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI PUSKESMAS GAMPING 1
SLEMAN
Ida Meisyaroh , Tetra Saktika Adinugraha

INTISARI

Latar Belakang: Hipertensi adalah kenaikan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan diastolik lebih dari 90 mmHg. Hipertensi semakin meningkat dan salah satu
faktor-faktor yang mempengaruhi dan dapat dirubah yaitu lingkar pinggang dan
lemak tubuh pada pasien hipertensi.
Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan antara lingkar pinggang dan lemak
tubuh dengan derajat hipertensi di Puskesmas Gamping 1 Sleman.
Metode Penelitian:Penelitian ini adalah deskriptif korelasi, Rancangan penelitian
kuantitatif dengan metode cross sectional, sampel dalam penelitian ini
menggunakan purposive sampling yaitu sebanyak 44 responden. Penelitian ini
dilakukan di Puskesmas Gamping 1 Sleman. Hasil analisa data menggunakan
Kendall Tau’s B.
Hasil Penelitian: Distribusi lingkar pinggang sebagian besar sebanyak 33
responden atau (75,0%), yaitu dalam kategori tinggi. Distribusi lemak tubuh
sebagian besar sebanyak 20 responden atau (45,5%), yaitu dalam kategori obese.
Distribusi tekanan darah sebagian besar sebanyak 17 responden atau (38,6%),
yaitu dalam kategori prehipertensi. Ada hubungan yang signifikan antara lemak
tubuh dengan derajat hipertensi dengan p value (0,007), dengan keeratan
hubungan dalam kategori rendah 0,360 yaitu berada dalam interval 0,20-0,399.
Ada hubungan yang signifikan antara lingkar pinggang dengan derajat hipertensi
dengan p value (0,045), dengan keeratan hubungan dalam kategori rendah 0,283
yaitu berada dalam interval 0,20-0,399.
Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara lemak tubuh dengan
derajat hipertensi dan lingkar pinggang dengan derajat hipertensi di Puskesmas
Gamping 1 Sleman.

Kata Kunci : lingkar pinggang, lemak tubuh, derajat hipertensi

Mahasiswa Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta


Dosen Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

xii
THE CORRELATION BETWEEN WAIST SIZE AND BODY FAT WITH
HYPERTENSION DEGREE IN PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN
,

ABSTRACT

Background: Hypertension is sistolic blood pressure more than 140 mmHg and
diastolic blood pressure more than 90 mmHg. The hypertension is increasing and
one of the factors causing it is and may be changed is the waist size and body fat
on hypertension patients.
Objective:: To know the correlation between the waist size and body fat with
hypertension degree in Puskesmas (Public Health Centre) Gamping 1 Sleman.
Methodology: This research is a descriptive correlative research, the design is
quantitative research using cross
cross sectional method, the sample of the research uses
purposive sampling with total number of respondents as many as 44 respondents.
The research is conducted in Puskesmas Gamping 1 Sleman. The analysis result
done by using Kendall Tau’s B.
Results: The distribution of weist size of the 33 respondents or (75,0%), are in a
high category. Whereas, the distribution of body fat of the 20 respondents or
(45,5%), are in an obese category. Then, the distribution of blood pressure of 17
respondents or (38,6%), areare in a prehypertension category. There is a significant
correlation between body fat and hypertension degree with the p value (0,007),
with the closeness correlation is in low category 0,360, it means it is in the
interval 0,20-0,399.
0,399. Furthermore, there is also significant correlation between
waist size and hypertension degree with the p value (0,045), and the closeness
correlation is in a low category 0,283. It means that it is in the interval 0,20-0,399.
0,20
Conclusion: there is significant correlation between
between body fat and weist size with
the hypertension degree in Puskesmas Gamping 1 Sleman.

Key Words: weist size, body fat, hypertension degree

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Word Health Organization (WHO) (2013), hipertensi adalah suatu


kondisi dimana pembuluh darah mengalami peningkatan secara terus-menerus dan
mengakibatkan kerja jantung untuk memompa darah semakin cepat, sehingga
suplai kebutuhan oksigen ke jantung meningkat. Hipertensi juga didefinisikan
sebagai tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
lebih dari 90 mmHg ( Smeltzer & Bare, 2008). Tekanan darah sistolik adalah
tekanan darah ketika jantung berkontraksi, sedangkan tekanan darah diastolik
adalah tekanan darah ketika jantung mengendur (WHO, 2013).
Klasifikasi hipertensi terbaru dari Joint National Committe (JNC 8) (2015),
apabila seseorang memiliki nilai normal sistoliknya kurang dari 120 mmHg dan
diastoliknya kurang dari 80 mmHg, sedangkan dikatakan prehipertensi apabila
sistoliknya 120-139 mmHg atau diatoliknya 80-89 mmHg, hipertensi derajat satu
apabila sistoliknya 140-159 mmHg atau 90-99 mmHg, hipertensi derajat dua
apabila sistoliknya lebih dari 160 mmHg atau diastoliknya lebih dari 100 mmHg.
Menurut World Health Organitation (WHO) dalam Junaidi (2010),
mengemukakan bahwa Indonesia berada dalam deretan 10 negara dengan
prevalensi hipertensi tertinggi di dunia. WHO mencatat pada tahun 2012 terdapat
839 juta kasus penderita hipertensi dan diperkirakan meningkat menjadi 1,15
milyar pada tahun 2025 atau sekitar 29% dari total penduduk dunia. Menurut
laporan dari Riset Kesehatan Dasar (2007), prevalensi di Indonesia sebesar
31,7%. Prevalensi di DIY menurut Riskesdas adalah 35,8% atau lebih tinggi jika
dibandingkan dengan angka nasional (31,7%). Prevalensi ini menempatkan DIY
pada urutan ke-5 sebagai provinsi dengan kasus hipertensi yang tinggi. Data dari
Dinas Kesehatan DIY pada tahun 2015 didapatkan jumlah kasus hipertensi pada
penduduk DIY yang berusia ≥18 tahun di Kabupaten Sleman sebanyak 33,22%,
Kulonprogo 23,29%, Bantul 22,73%, Kota Yogyakarta 18,49% , dan Gunung

1
2

Kidul 13,24%. Daerah yang menempati kasus hipertensi tertinggi yaitu Kabupaten
Sleman (Profil Dinkes DIY, 2016).
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten
Sleman 10 April 2017 diperoleh data jumlah penderita hipertensi tertinggi di
Puskesmas Gamping 1 dengan jumlah penderita hipertensi 4643 kasus, kemudian
Puskesmas Moyudan 4233 kasus, dan Puskesmas Pakem 3996 kasus.
Dengan prevalensi yang meningkat, maka dampak dari hipertensi dapat merusak
organ tubuh, hingga penderita akan mengalami komplikasi kerusakan jantung,
ginjal, otak, mata, organ lain hingga kematian (Park, Ong, Bernard, Cheung &
Karen, 2007). Komplikasi tersebut harus dikendalikan dengan melakukan
pencegahan faktor resiko hipertensi.
Hipertensi dipengaruhi oleh faktor risiko tidak dapat dikontrol dan faktor
risiko dapat dikontrol. Faktor yang tidak dapat dikontrol meliputi umur, jenis
kelamin, suku dan faktor genetik, sedangkan faktor yang dapat dikontrol meliputi
asupan garam, kebiasaan merokok, olahraga, stres, dan kelebihan berat badan
(Susalit, 2007). Secara ilmiah, kelebihan berat badan terjadi akibat mengonsumsi
kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab kelebihan berat
badan terjadi karena banyak faktor. Faktor utama adalah ketidakseimbangan
asupan energi dengan keluaran energi. Asupan energi tinggi bila konsumsi
makanan berlebihan, sedangkan keluaran energi jadi rendah bila metabolisme
tubuh dan aktivitas fisik rendah (Adriyani & Wirjatmadi, 2012).
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh National Health and Nutrition
Examination Survey (NHNES) prevalensi kelebihan berat badan di dunia terus
meningkat. Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar orang dewasa, 18 tahun dan
lebih tua mengalami kelebihan berat badan. Dari jumlah tersebut lebih dari 600
juta mengalami kelebihan berat badan. Secara keseluruhan, sekitar 13% dari
populasi dunia dewasa (11% laki-laki dan 15% perempuan) yang mengalami
kelebihan berat badan (WHO, 2013). Pada populasi MONICA (Monitoring
Trends and Determinant in Cardiovascular), -Jakarta ditemukan bahwa
presentase hipertensi pada individu yang overweight sebesar 24,5% dan obesitas
3

27,5% jauh lebih tinggi dibandingkan individu dengan berat badan normal 12,5%
(Delmi, Elmatris, & Rahmi, 2012).
Selain dilihat dari Body Mass Indeks (BMI), kelebihan berat badan dapat
dilihat dari lingkar pinggangnya (Nanik & Diyah, 2010). Ukuran lingkar pinggang
yang besar berhubungan dengan peningkatan faktor terhadap penyakit
kardiovaskular karena lingkar pinggang dapat menggambarkan akumulasi dari
lemak intra abdominal atau visceral. Ukuran lingkar pinggang normal untuk Asia
adalah kurang dari 90 cm untuk pria dan kurang dari 80 cm untuk wanita (PERKI,
2013).
Kelebihan berat badan adalah kelebihan lemak dalam tubuh yang umumnya
ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang
terjadi perluasan ke dalam jaringan organnya. Kelebihan berat badan sering
ditunjuk sebagai faktor risiko yang menyebabkan terjadinya penyakit jantung
koroner dan cenderung mempunyai kolestrol total dan Low Density Lipoprotein
(LDL) yang lebih tinggi. Pasien yang kelebihan berat badan lebih cenderung
disertai dengan hipertensi, diabetes melitus dan hiperlipidemia daripada orang
kurus atau normal (Sartika, 2010).
Jaringan lemak dirongga perut memiliki sel per unit massa lebih banyak,
peningkatan massa sel lemak menyebabkan peningkatan produksi
angiotensinogen di dalam jaringan lemak, yang merupakan mekanisme potensial
dalam peningkatan tekanan darah. Semakin besar massa tubuh, semakin banyak
darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh.
Hal tersebut menyebabkan volume darah menjadi meningkat sehingga memberi
tekanan lebih besar pada dinding arteri, yang akan menimbulkan terjadinya
kenaikan tekanan darah dan meningkatkan frekuensi denyut jantung (Shep dalam
Yunita (2015).
Menurut WHO 1990 dalam Almatsier 2009, kebutuhan konsumsi lemak
dianjurkan sebanyak 20-30% kebutuhan energi total dianggap baik untuk
kesehatan. Jumlah ini memenuhi kebutuhan akan asam lemak esensial dan untuk
membantu penyerapan vitamin larut- lemak. Diantara lemak yang dikonsumsi
dalam sehari dianjurkan paling banyak 8% dari kebutuhan energi total berasal dari
lemak jenuh, dan 3-7% dari lemak tidak jenuh-ganda.
Sebagian besar dari lemak ini terletak pada jaringan subkutan. Deposit lemak
dalam rongga dada dan abdomen bertambah dengan meningkatnya kegemukan,
dan dikaitkan dengan peningkatan resiko kesehatan. Lemak tubuh dapat
digunakan sebagai acuan tingkatan obesitas pada seseorang. Sesuai dengan alat
Bioelectrical Impedance Analysis (BIA), ukuran lemak tubuh pria dan wanita
terdiri dari thin, slim, normal, fair, fat dan obese. Lemak tubuh seseorang dapat
diukur dengan berbagai cara, salah satunya yaitu menggunakan alat Bioelectrical
Impedance Analysis (BIA) yang bersifat lebih cepat dan noninvasive. Alat ini
mengukur persen lemak tubuh berdasarkan konduktifitas elektrik, karena jaringan
lemak tubuh memiliki konduktifitas yang relatif kecil sementara otot, pembuluh
darah dan tulang memiliki konduktivitas elektrik yang besar.
Berdasarkan dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 30 Mei
2017 di Puskesmas Gamping 1 Sleman, dari data laporan observasi 10 pasien
yang terdiagnosa hipertensi didapatkan 9 pasien bertekanan darah tinggi, 8 pasien
dengan ukuran lingkar pinggang melebihi batas normal, 6 pasien dengan lemak
tubuh diatas batas normal, dan 2 pasien dengan lemak tubuh dibawah batas
normal.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “ Hubungan antara lingkar pinggang dan lemak tubuh dengan derajat
hipertensi di Puskesmas Gamping 1 Sleman”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah : “Apakah ada hubungan antara lingkar pinggang dan
lemak tubuh dengan derajat hipertensi di Puskesmas Gamping 1 Sleman ?”

4
5

C. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan :
1. Tujuan umum :
Diketahui hubungan antara lingkar pinggang dan lemak tubuh dengan
derajat hipertensi di Puskesmas Gamping 1 Sleman.
2. Tujuan khusus :
a. Diketahui gambaran lingkar pinggang
b. Diketahui gambaran lemak tubuh
c. Diketahui gambaran derajat hipertensi
d. Diketahui keeratan hubungan lingkar pinggang dengan derajat hipertensi.
e. Diketahui keeratan hubungan lemak tubuh dengan derajat hipertensi.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan bahwa faktor resiko
lingkar pinggang dan lemak tubuh dapat menjadi hipertensi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi profesi keperawatan
Diharapkan bagi profesi keperawatan melakukan pengkajian lingkar
pinggang dan lemak tubuh pada pasien hipertensi.
b. Bagi pasien hipertensi
Penelitian ini dapat menjadi informasi dan mengontrol perilaku yang dapat
mempengaruhi lingkar pinggang dan lemak tubuh.
c. Bagi puskesmas
Sebagai acuan manajemen pengkajian asuhan keperawatan dan
penatalaksanaan menangani pasien hipertensi.
E. Keaslian Penelitian
1. Sumayku, I.M. dkk (2014) “Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Lingkar
Pinggang Dengan Tekanan Darah Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan indeks massa tubuh dan lingkar pinggang dengan tekanan darah
pada mahasiswa Fakultas Kedokteran UNSRAT. Metode penelitian ini
bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Responden penelitian
sebanyak 127 mahasiswa Fakultas Kedokteran UNSRAT yang memenuhi
kriterian inklusi. Hasil penelitian ini terdapat korelasi yang signifikan antara
Indeks Massa Tubuh dengan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan nilai
p sebesar 0,001 dan 0,004 (p<0,01) dengan korelasi koefisien adalah 0,286
dan 0,252. Simpulan penelitian ini terdapat peningkatan Indeks Massa Tubuh
dan lingkar pinggang dapat berpengaruh kepada tekanan darah. Persamaan
penelitiannya adalah variabel bebas yaitu lingkar pinggang dan variabel
terikatnya tekanan darah, metode penelitian menggunakan cross sectional.
Perbedaan penelitian ini adalah waktu dan tempat penelitian, Variabel
bebasnya ada IMT.
2. Delmi, S dkk. (2012). “Hubungan Obesitas Dengan Kejadian Hipertensi
Pada Masyarakat Etnik Minangkabau di Kota Padang”. Penelitian ini
merupakan studi komparatif menggunakan desain cross sectional study,
dengan jumlah sampel 204 orang. Analisis statistik yang digunakan adalah uji
chi square dan uji Independent sample T-test. Hasil penelitian ini menemukan
bahwa lebih dari separuh penderita hipertensi mengalami obesitas (56,6%)
dan obesitas sentral (54,9%) terdapat hubungan bermakna antara obesitas
dengan kejadian hipertensi (p<0,05; OR=1,82) dan obesitas sentral dengan
kejadian hipertensi (p<0,05;OR=2,72). Uji independent sample T- test
menunjukkan hasil yang signifikan (p<0,05) dimana ada perbedaan rata-rata
IMT (p=0,025) antara responden hipertensi dan tidak hipertensi dan ada
perbedaan rata-rata LP (p=0,002) antara responden hipertensi dan tidak
hipertensi. Simpulan penelitian ini terdapat hubungan antara kejadian obesitas
dan obesitas sentral dengan hipertensi pada masyarakat Etnik Minangkabau

6
7

di Kota Padang. Persamaan penelitian ini adalah variabel terikatnya tekanan


darah, metode yang digunakan cross sectional. Perbedaan penelitian ini
adalah analisis statistik yang digunakan adalah uji chi square dan uji
Independent sample T-test, waktu dan tempat penelitian, variabel bebasnya
adalah obesitas.
3. Tatiana, Y. et all. (2012). “Independent Association of Waist Circumference
With Hypertension and Diabetes in African American Women, South
Carolina, 2007-2009”. Metode yang digunakan yaitu regresi logistik untuk
menguji prediktor hipertensi dan diabetes. Hasil penelitian ini dari 843
peserta studi, 205 menderita diabetes dan 545 adalah hipertensi. Wanita
dengan lingkar pinggang 88 cm atau lebih berada pada peningkatan resiko
hipertensi (rasio OR= 7.17, p<0,002) dan diabetes (OR= 6,99, p<0,001).
Setelah mengontrol semua variabel (hipertensi OR= 5.53, p<0,001; diabetes,
OR= 5,38, p<0,001). Simpulan penelitian ini menunjukkan hubungan antara
lingkar pinggang dan faktor resiko CVD, khususnya hipertensi dan diabetes.
Persamaan penelitian ini adalah variabel bebasnya lingkar pinggang dan
variabel terikatnya tekanan darah. Perbedaan penelitian ini adalah waktu dan
tempat penelitian, metode yang digunakan regresi logistik, variabel bebasnya
hanya lingkar pinggang dan variabel terikatnya ada diabetes melitus.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Gamping 1 Sleman yang terletak di
wilayah Sleman Barat Daya dengan ketinggian 114 m diatas permukaan air
laut. Puskesmas Gamping 1 Sleman mempunyai dokter umum 3 orang,
perawat umum 6 orang. Pelayanan yang ditangani di puskesmas Gamping 1
Sleman yaitu rawat jalan, dimana pasien kontrol tekanan darah, dan meminta
obat. Perawat bertugas mengukur tekanan darah, menanyakan keluhan dan
memberikan edukasi. Sedangkan dokter menindak lanjutinya.
Kegiatan yang dilakukan pihak puskesmas dalam mengontrol penyakit
hipertensi pada pasien hipertensi yaitu PROLANIS (Program Pengendalian
Penyakit Kronis) dimana setiap bulan sekali ada jadwal khusus yaitu senam di
Puskesmas Gamping 1 Sleman.
Dari data demografi Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman tahun (2014),
jumlah penduduk wilayah Pusat Kesehatan Masyarakat Gamping 1 Sleman
tahun 2014 sebanyak 40.282 jiwa, terdiri dari laki-laki 19.922 jiwa dan
perempuan 20.360 jiwa.Dilihat dari penduduk usia 45-54 tahun di Kabupaten
Sleman termasuk tinggi yaitu 142.653 dari 1.167.481 penduduk. Wilayah
kabupaten Sleman terdiri dari dua 2 Desa yaitu Desa Ambarketawang dan Desa
Balecatur. Desa Ambarketawang terdiri dari 13 Dusun dengan 110 RT dan
Desa Balecatur terdiri dari 18 Dusun dengan 127 RT.
2. Analisa Univariat
a. Karakteristik Responden
Pada penelitian ini hasil analisa univariat menggambarkan karakteristik
yang meliputi, jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.
Distribusi frekuensi karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 4.1.

48
49

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien Hipertensi di Puskesmas


Gamping 1 Sleman (n: 44)
Karakteristik Frekuensi (F) Persentase (%)
Jenis kelamin
Laki-laki 13 29.5
Perempuan 31 70.5
Usia
20-44 tahun 3 6.8
45-54 tahun 29 65.9
55-59 tahun 12 27.3
Pendidikan
Tidak sekolah 3 6.8
SD 22 50
SMP 4 9.1
SMA 13 29.5
Perguruan tinggi 2 4.5
Pekerjaan
Tidak bekerja 16 36.4
Bekerja 27 61.4
Pensiunan 1 2.3
Pendapatan
<Rp. 1.448.385/bulan 33 75
Rp. 1.448.385/bulan 8 18.2
>Rp. 1.448.385/bulan 3 6.8
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa dari 44 responden, sebanyak 31
responden atau (70.5%), berjenis kelamin perempuan berusia 45-54 tahun
sebanyak 29 responden (65.9%), tingkat pendidikan SD sebanyak 22
responden (50.0%), status pekerjaan responden bekerja sebanyak 27
responden (61.4%), dan pendapatan <Rp. 1.448.385/bulan sebanyak 33
responden (75.0%).
b. Gambaran Lingkar Pinggang di Puskesmas Gamping 1 Sleman
Tabel 4.2 Gambaran Lingkar Pinggang di Puskesmas Gamping 1 Sleman
(n: 44)
Gambaran antropometri Frekuensi (F) Persentase (%)
Lingkar Pinggang
Normal 11 25
Tinggi 33 75
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa dari 44 responden, sebanyak 33
responden atau (75.0%), responden memiliki lingkar pinggang yang tinggi.

49
1) Karakteristik Responden Dengan Lingkar Pinggang
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Dengan Lingkar Pinggang di Puskesmas
Gamping 1 Sleman (n: 44)
Karakterisitk responden Normal Tinggi
F % F %
Jenis kelamin
Laki-laki 6 46.2 7 53.8
Perempuan 5 16.1 26 83.9
Usia
20-44 tahun 0 0 3 100
45-54 tahun 9 31 20 69
55-59 tahun 2 16.7 10 83.3
Pendidikan
Tidak sekolah 1 33.3 2 66.7
SD 5 22.7 17 77.3
SMP 2 50 2 50
SMA 2 15.4 11 84.6
Perguruan tinggi 1 50 1 50
Pekerjaan
Tidak bekerja 3 18.8 13 81.3
Bekerja 8 29.6 19 70.4
Pensiunan 0 0 1 100
Pendapatan
<Rp. 1.448.385/bulan 8 24.2 25 75.8
Rp. 1.448.385/bulan 2 25 6 75
>Rp. 1.448.385/bulan 1 33.3 2 66.7
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa dari 44 responden yang
mengalami lingkar pinggang tinggi sebagian besar berjenis kelamin
perempuan sebanyak 26 responden (83,9%) berusia 45-54 tahun sebanyak
20 responden (69,0%), tingkat pendidikan SD sebanyak 17 responden
(77,3%), status pekerjaan bekerja sebanyak 19 responden (70,4%) dan
pendapatan <Rp. 1.448.385/bulan sebanyak 25 responden (75,8%).
Sedangkan yang mengalami ukuran lingkar pinggang normal sebagian
besar berjenis kelamin laki-laki sebanyak 6 responden (46,2%) berusia 45-
54 tahun sebanyak 9 responden (31,0%), tingkat pendidikan SD sebanyak
5 responden (22,7%), status pekerjaan bekerja sebanyak 8 responden
(29,6%) dan pendapatan <Rp. 1.448.385/bulan sebanyak 8 responden
(24,2%).
51

c. Gambaran Lemak Tubuh di Puskesmas Gamping 1 Sleman


Tabel 4.4 Gambaran Lemak Tubuh di Puskesmas Gamping 1 Sleman (n: 44)
Gambaran antropometri Frekuensi (F) Persentase (%)
Lemak tubuh
Normal 6 13.6
Fair 2 4.5
Fat 16 36.4
Obese 20 45.5
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa dari 44 responden, sebanyak 20
responden atau (45.5%), responden memiliki ukuran lemak tubuh terbanyak
yaitu obese.
1) Karakteristik Responden Dengan lemak tubuh
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Dengan Lemak Tubuh di Puskesmas Gamping
1 Sleman (n: 44)
Karakteristik Normal Fair Fat Obese
responden
F % F % F % F %
Jenis kelamin
Laki-laki 3 23.1 0 0 4 30.8 6 46.2
Perempuan 3 9.7 2 6.5 12 38.7 14 45.2
Usia
20-44 tahun 0 0 0 0 0 0 3 100
45-54 tahun 6 20.7 1 3.4 11 37.9 11 37.9
55-59 tahun 0 0 1 8.3 5 41.7 6 50
Pendidikan
Tidak sekolah 1 33.3 0 0 0 0 2 66.7
SD 2 9.1 0 0 10 45.5 10 45.5
SMP 1 25 1 25 2 50 0 0
SMA 1 7.7 1 7.7 4 30.8 7 53.8
Perguruan tinggi 1 50 0 0 0 0 1 50
Pekerjaan
Tidak bekerja 0 0 1 6.3 8 50 7 43.8
Bekerja 6 22.2 1 3.7 8 29.6 12 44.4
Pensiunan 0 0 0 0 0 0 1 100
Pendapatan
<Rp. 1.448.385/bulan 4 12.1 1 3 14 42.4 14 42.4
Rp. 1.448.385/bulan 1 12.5 1 12.5 2 25 4 50
>Rp. 1.448.385/bulan 1 33.3 0 0 0 0 2 66.7
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa dari 44 responden yang
mengalami ukuran lemak tubuh obese sebagian besar responden berjenis
kelamin perempuan sebanyak 14 responden (45.2%) berusia 45-54 tahun
sebanyak 11 responden (37.9%), tingkat pendidikan SD sebanyak 10
responden (45.5%), status pekerjaan bekerja sebanyak 12 responden (44.4%)
dan pendapatan <Rp. 1.448.385/bulan sebanyak 14 responden (42.4%).
Sedangkan yang mengalami lemak tubuh dalam kriteria fat sebagian besar
responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 12 responden (38.7%)
berusia 45-54 tahun sebanyak 11 responden (37.9%), tingkat pendidikan SD
sebanyak 10 responden (45.5%), status pekerjaan tidak bekerja sebanyak 8
responden (50%) dan pendapatan <Rp. 1.448.385/bulan sebanyak 14
responden (42.4%). Sedangkan yang mengalami lemak tubuh dalam kriteria
normal sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 3
responden (23.1%) berusia 45-54 tahun sebanyak 6 responden (20.7%),
tingkat pendidikan SD sebanyak 2 responden (9.1%), status pekerjaan bekerja
sebanyak 6 responden (22.2%) dan pendapatan <Rp. 1.448.385/bulan
sebanyak 4 responden (12.1%). Sedangkan yang mengalami lemak tubuh
dalam kriteria fair sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan
sebanyak 2 responden (6.5%) berusia 55-59 tahun sebanyak 1 responden
(8.3%), tingkat pendidikan SMP sebanyak 1 responden (25%), status
pekerjaan tidak bekerja sebanyak 1 responden (6.3%) dan pendapatan Rp.
1.448.385/bulan sebanyak 1 responden (12.5).

d. Gambaran Tekanan Darah Responden di Puskesmas Gamping 1


Sleman
Tabel 4.6 Gambaran Tekanan Darah Responden di Puskesmas Gamping 1 Sleman
(n: 44)
Tekanan darah Frekuensi (F) Persentase (%)
Derajat hipertensi
Normal 4 9.1
Prehipertensi 17 38.6
Hipertensi stage 1 12 27.3
Hipertensi stage 2 11 25
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa dari 44 responden, sebanyak 17
responden atau (38.6%), responden memiliki derajat hipertensi terbanyak
yaitu prehipertensi.
1) Karakteristik Responden Dengan Tekanan Darah di Puskesmas
Gamping 1 Sleman
53

Tabel 4.7 Karakteristik Responden Dengan Tekanan Darah di Puskesmas


Gamping 1 Sleman (n: 44)
Karakteristik responden Normal Prehipertensi Hipertensi Hipertensi
stage 1 stage 2
F % F % F % F %
Jenis kelamin
Laki-laki 0 0 7 53.8 4 30.8 2 15.4
Perempuan 4 12.9 10 32.3 8 25.8 9 29
Usia
20-44 tahun 0 0 1 33.3 2 66.7 0 0
45-54 tahun 1 3.4 12 41.4 9 31 7 24.1
55-59 tahun 3 25 4 33.3 1 8.3 4 33.3
Pendidikan
Tidak sekolah 0 0 1 33.3 2 66.7 0 0
SD 3 13.6 6 27.3 4 18.2 9 40.9
SMP 0 0 4 100 0 0 0 0
SMA 1 7.7 5 38.5 5 38.5 2 15.4
Perguruan tinggi 0 0 1 50 1 50 0 0
Pekerjaan
Tidak bekerja 2 12.5 6 37.5 5 31.3 3 18.8
Bekerja 2 7.4 11 40.7 7 25.9 7 25.9
Pensiunan 0 0 0 0 0 0 1 100
Pendapatan
<Rp. 1.448.385/bulan 4 12.1 11 33.3 9 27.3 9 27.3
Rp. 1.448.385/bulan 0 0 5 62.5 2 25 1 12.5
>Rp. 1.448.385/bulan 0 0 1 33.3 1 33.3 1 33.3
Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa dari 44 responden yang
mengalami tekanan darah prehipertensi sebagian besar responden berjenis
kelamin perempuan sebanyak 10 responden (32.3%) berusia 45-54 tahun
sebanyak 12 responden (41.4%), tingkat pendidikan SD sebanyak 6
responden (27.3%), status pekerjaan bekerja sebanyak 11 responden
(40.7%) dan pendapatan <Rp. 1.448.385/bulan sebanyak 11 responden
(33.3%) Sedangkan yang mengalami tekanan darah hipertensi stage 2
sebagian responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 9 responden
(29%) berusia 45-54 tahun sebanyak 7 responden (24.1%), tingkat
pendidikan SD sebanyak 9 responden (40.9%), status pekerjaan bekerja
sebanyak 7 responden (25.9%) dan pendapatan <Rp. 1.448.385/bulan
sebanyak 9 responden (27.3%). Sedangkan yang mengalami tekanan darah
hipertensi stage 1 sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan
sebanyak 8 responden (25.8%) berusia 45-54 tahun sebanyak 9 responden
(31%), tingkat pendidikan SMA sebanyak 5 responden (38.5%), status
pekerjaan bekerja sebanyak 7 responden (25.9%) dan pendapatan <Rp.
1.448.385/bulan sebanyak 9 responden (27.3%). Sedangkan yang
mengalami tekanan darah normal sebagian besar responden berjenis kelamin
perempuan sebanyak 4 responden (12.9%) berusia 55-59 tahun sebanyak 3
responden tingkat pendidikan SD sebanyak 3 responden (13.6%), status
pekerjaan tidak bekerja sebanyak 2 responden (12.5%) dan pendapatan <Rp.
1.448.385/bulan sebanyak 4 responden (12.1%).

3. Analisa bivariat
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas
yaitu lingkar pinggang dan lemak tubuh dengan variabel terikat yaitu derajat
hipertensi. Uji statistik yang digunakan adalah Kendall’s Tau. Untuk
mengetahui keeratan hubungan dari kedua variabel tersebut dan untuk melihat
kecenderungan sebelumnya dilihat ada atau tidaknya hubungan. Hasil dari
Prevalens Odds Ratio untuk mengetahui kecenderungan dari variabel terikat
yaitu derajat hipertensi dengan variabel bebas yaitu lingkar pinggang dan
lemak tubuh.

a. Hubungan Lingkar Pinggang Dengan Derajat Hipertensi


Tabel 4.8 Hubungan Lingkar Pinggang Dengan Derajat Hipertensi
Kendall’s Tau Correlation Sig. (2.tailed) N
coeffiicient
Lingkar pinggang 0.283** 0.045 44
Hasil analisis statistik diketahui bahwa p= 0,045 dimana p< 0,05 yang
berarti ada hubungan antara lingkar pinggang dengan derajat hipertensi.
Untuk keeratan correlation coeffiicient sebesar 0,283 yang berarti mempunyai
keeratan yang rendah. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa tidak hanya lingkar
pinggang yang mempengaruhi derajat hipertensi, namun kemungkinan ada
faktor lain yang mempengaruhi derajat hipertensi seperti usia, jenis kelamin,
genetik, suku, asupan garam, kebiasaan merokok, obesitas, olahraga dan
stress.
55

b. Hubungan Lemak Tubuh Dengan Derajat Hipertensi


Tabel 4.9 Hubungan Lemak Tubuh Dengan Derajat Hipertensi
Kendall’s Tau Correlation Sig. (2.tailed) N
coeffiicient
Lemak tubuh 0.360** 0.007 44
Hasil analisis statistik diketahui bahwa p= 0,007 dimana p< 0,05 yang
berarti ada hubungan antara lemak tubuh dengan derajat hipertensi. Untuk
keeratan correlation coeffiicient sebesar 0,360 yang berarti mempunyai
keeratan yang rendah. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa tidak hanya lemak
tubuh yang mempengaruhi derajat hipertensi, namun kemungkinan ada faktor
lain yang mempengaruhi derajat hipertensi seperti tidak dapat mengontrol
pola makan atau makan yang dikonsumsi sangat berlebih.

B. Pembahasan
1. Karakteristik Responden di Puskesmas Gamping 1 Sleman
a. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 31 responden (70.5%).
Hal ini sesuai dengan teori menurut Smeltzer & Bare (2013), yang
mengatakan bahwa hipertensi lebih banyak menyerang perempuan
dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini terjadi karena perempuan yang
belum menopause dilindungi oleh hormon estrogen, hormon estrogen
dapat meningkatkan konsentrasi HDL dan menurunkan konsentrasi LDL.
Kadar HDL yang tinggi merupakan faktor pencegah terjadinya
aterosklerosis (Stanley & Bare, 2007). Dari data demografi Badan Pusat
Statistik Kabupaten Sleman tahun (2014), jumlah penduduk wilayah
Pusat Kesehatan Masyarakat Gamping 1 tahun 2014 sebanyak 40.282
jiwa, dimana perempuan lebih unggul dengan jumlah 20.360 jiwa dan
laki-laki 19.922 jiwa.
b. Umur
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
berusia 45-54 tahun sebanyak 29 responden (65.9%). Dari data
demografi Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman tahun (2015),
diketahui bahwa pada usia 45-54 tahun di Kabupaten Sleman termasuk
urutan ke tiga yaitu 142.653 dari 1.167.481 penduduk.
c. Tingkat Pendidikan
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
berpendidikan SD sebanyak 22 responden (50.0%). Dari data Badan
Pusat Statistik Kabupaten Sleman tahun (2015), tingkat pendidikan
penduduk masyarakat di wilayah Pusat Kesehatan Masyarakat Gamping
1 Sleman tamat SD merupakan urutan yang ke dua dari 8 tingkat
pendidikan yaitu 806 orang.
d. Status Pekerjaan
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
dengan status pekerjaan bekerja sebanyak 27 responden (61.4%). Dengan
banyaknya responden yang bekerja dikarenakan posisi di wilayah
kabupaten Sleman tersebut termasuk dalam Wilayah perkotaan dan
terdapat adanya pasar. Sehingga pada masyarakat Sleman tersebut
mempunyai peluang yang besar untuk mendapatkan pekerjaan. Wilayah
tersebut terdiri dari dua 2 Desa yaitu Desa Ambarketawang dan Desa
Balecatur. Desa Ambarketawang terdiri dari 13 Dusun dengan 110 RT
dan Desa Balecatur terdiri dari 18 Dusun dengan 127 RT.
e. Pendapatan
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
dengan pendapatan <Rp. 1.448.385/bulan sebanyak 33 responden
(75.0%). Hal tersebut dikarenakan pendidikan responden yang rendah.
Hasil dari data Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman tahun (2015),
tingkat pendidikan penduduk masyarakat di wilayah Pusat Kesehatan
Masyarakat Gamping 1 Sleman urutan pertama yaitu SLTA sebanyak
1223 orang diikuti dengan tamat SD sebanyak 806 orang.
57

2. Lingkar Pinggang
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa dari 44 responden, yang
mengalami lingkar pinggang tinggi sebagian besar berjenis kelamin
perempuan sebanyak 26 responden (83,9%). Jenis kelamin menjadi faktor
yang mempengaruhi ukuran lingkar pinggang. Berlainan dengan teori,
dimana lingkar pinggang laki-laki harusnya lebih besar daripada perempuan
karena laki-laki cenderung lebih banyak lemak yang menumpuk dirongga
perut. Hal ini bertentangan dengan Supariasa (2014), dimana laki-laki
cenderung lebih banyak lemak yang menumpuk di rongga perut, sementara
lemak tubuh pada wanita cenderung lebih banyak menumpuk pada panggul.
Laki-laki cenderung memiliki tipe obesitas android, dimana bentuk tubuh
menjadi bulat seperti apel. Sementara pada perempuan cenderung memiliki
obesitas tipe ginoid dimana tubuh bagian bawah cenderung lebih besar
sehingga mirip dengan bentuk buah pear. Hal ini menunjukkan bahwa
ukuran lingkar pinggang dapat menggambarkan akumulasi dari lemak intra
abdominal atau visceral (PERKI, 2013). Menurut WHO (2013), lebih dari
1,9 miliar orang dewasa, 18 tahun dan lebih tua mengalami kelebihan berat
badan. Dari jumlah tersebut lebih dari 600 juta mengalami kelebihan berat
badan. Secara keseluruhan sekitar 13% dari populasi dunia dewasa (11%
laki-laki dan 15% perempuan) yang mengalami kelebihan berat badan.
Pasien di Puskesmas Gamping 1 Sleman sebagian besar berusia 45-54 tahun
sebanyak 20 responden (69,0%). Pada wanita yang pernah melahirkan
mempunyai pinggang yang besar daripada yang belum. Hal itu terjadi
karena beberapa lemak yang membantu produksi air susu disimpan perut.
Selain itu otot-otot pinggang juga mengendur saat hamil dan persalinan. Hal
ini yang akhirnya akan mempengaruhi ukuran lingkar pinggang (Amelia
dalam Inandia 2012).
Berdasarkan tingkat pendidikan, dalam penelitian ini sebagian besar
responden dalam tingkat pendidikan SD sebanyak 17 responden (77,3%).
Tingkat pendidikan berhubungan erat dengan pekerjaan yang bisa didapat
dan pendapatan seseorang. Hal inilah yang dapat mempengaruhi perilaku
dan pandangan dalam pemilihan makanan serta asupan dan pola hidup
seseorang (Fatmah, 2011).
Berdasarkan status pekerjaan sebagian besar responden bekerja
sebanyak 19 responden (70,4%). Status pekerjaan berhubungan erat dengan
pendapatan seseorang. Hal inilah yang dapat mempengaruhi perilaku dan
pandangan dalam pemilihan makanan serta asupan dan pola hidup seseorang
(Fatmah, 2011).
Berdasarkan hasil pendapatan, sebagian besar responden dengan
pendapatan <Rp. 1.448.385/bulan sebanyak 25 responden (75,8%). Status
pendapatan berhubungan erat dengan pekerjaan seseorang. Dengan
pendapatan yang tinggi, daya beli seseorang akan terpengaruh dan menjadi
semakin tinggi pula, sehingga dapat dengan mudah membeli bahan
makanan. Sementara saat pendapatanya sedikit, maka daya beli pun akan
berkurang (Brown, 2011). Hal inilah yang dapat mempengaruhi perilaku
dan pandangan dalam pemilihan makanan serta asupan dan pola hidup
seseorang (Fatmah, 2011).
3. Lemak Tubuh
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa dari 44 responden yang
mengalami lemak tubuh dalam kriteria obese sebagian besar berjenis
kelamin perempuan sebanyak 14 responden (45.2%). Jenis kelamin dapat
menjadi pengaruh terhadap perbedaan penyebaran lemak tubuh pada laki-
laki dan perempuan. Pada perempuan lebih cenderung memiliki lemak
tubuh tinggi dibanding laki-laki, disebabkan oleh berbagai hal seperti
perbedaan anatomi dan hormonal (Supariasa, 2014). Jenis kelamin sangat
berpengaruh pada tingkat obesitas seseorang. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan hormon yang dimiliki laki-laki dan perempuan. Perempuan
memiliki hormon estrogen yang membutuhkan lemak untuk bekerja. Pada
saat menopause, kadar hormon estrogen berkurang drastis hingga
menimbulkan penumpukan lemak. Selain itu pada wanita saat mengalami
menopause, kerja hormon tiroid akan berkurang hingga akhirnya
59

kemampuan aktivitas fisik dapat berkurang dan menyebabkan wanita lebih


rentan mengalami obesitas (Inandia, 2012).
Pasien di Puskesmas Gamping 1 Sleman yang mengalami lemak tubuh
dalam kriteria obese sebagian besar dengan umur 45-54 tahun sebanyak 11
responden (37.9%). Beberapa penelitian telah mengungkapkan bahwa usia
berhubungan erat dengan kejadian obesitas. Menurut Bakhshi et al. (2011),
seiring dengan bertambahnya usia, setelah usia 30 tahun massa lemak tubuh
akan bertambah bersamaan dengan penurunan massa bebas lemak. Saat
mencapai usia 20-70 tahun penurunan massa otot rangka menyebabkan
penurunan massa bebas lemak tubuh hingga 40%. Massa bebas lemak tubuh
paling tinggi akan terjadi saat usia 20-30 tahun sementara massa lemak
tubuh akan terakumulasi paling banyak saat usia 60-70 tahun. Setelah 70
tahun, baik massa lemak maupun massa bebas lemak akan menurun secara
perlahan.
Berdasarkan tingkat pendidikan, dalam penelitian ini sebagian besar
responden dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 10 responden (45.5%).
Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap gaya hidup sehat dengan tidak
merokok, tidak minum alkohol dan lebih sering berolahraga (Kivimaki,
2004 dalam Yuliarti, 2007). Tingginya pada pendidikan yang rendah,
kemungkinan disebabkan karena kurangnya pengetahuan pada pasien yang
berpendidikan rendah terhadap kesehatan dan sulit atau lambat menerima
informasi (penyuluhan) yang diberikan oleh petugas sehingga berdampak
pada perilaku /pola hidup sehat. Tingkat pendidikan berhubungan erat
dengan pekerjaan yang bisa didapat dan pendapatan seseorang. Hal inilah
yang dapat mempengaruhi perilaku dan pandangan dalam memilih makanan
serta asupan dan pola hidup seseorang (Fatmah, 2011).
Berdasarkan status pekerjaan sebagian besar responden bekerja
sebanyak 12 responden (44.4%), pekerjaan berpengaruh kepada aktivitas
fisik seseorang. Orang yang tidak bekerja aktifitasnya tidak banyak
sehingga dapat mengakibatkan penimbunan lemak di dalam tubuh (Misti,
2009).
Berdasarkan hasil pendapatan, sebagian besar responden dengan
pendapatan <Rp. 1.448.385/bulan sebanyak 14 responden (42.4%). Status
pendapatan berhubungan erat dengan pekerjaan seseorang. Seseorang
dengan faktor sosial ekonomi yang rendah baik dalam pendapatan,
pendidikan, maupun area tempat tinggalnya, akan memiliki kesehatan fisik
maupun emosi yang rendah pula. Hal ini yang akan mengakibatkan
meningkatnya risiko berbagai penyakit tidak menular (Brown, 2011).

4. Hipertensi
Karakteristik pasien hipertensi di Puskesmas Gamping 1 Sleman
sebagian besar berjenis kelamin perempuan sebanyak 10 responden
(32.3%). Faktor jenis kelamin berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi.
Penelitian yang dilakukan oleh Ikhsan, Asdar dan Suryani (2012) yang
menyatakan bahwa wanita lebih berisiko hipertensi daripada laki-laki,
disebabkan karena dalam hal menghadapi stress dan tekanan psikologis ,
mekanisme koping laki-laki lebih baik dibandingkan wanita, dimana stress
yang merupakan salah satu faktor terjadinya peningkatan tekanan darah.
Pada wanita masa produktif masih terlindungi oleh hormon estrogen, akan
tetapi wanita setelah menopause menjadi lebih berpotensi terserang penyakit
hipertensi. estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density
Lipoprotein (HDL). Kadar HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung
dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis sehingga dapat
memperlebar pembuluh darah dalam jantung, sehingga aliran darah menjadi
lancar dan jantung memperoleh suplai oksigen yang cukup (Anggraini,
2009).
Pasien hipertensi di Puskesmas Gamping 1 Sleman sebagian besar
dengan umur 45-54 tahun sebanyak 12 responden (41.4%). Karena usia
mempengaruhi terjadinya hipertensi (Yogiantoro, 2009). Tekanan darah
secara alami cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Penambahan usia menyebabkan semakin hilang daya elastisitas dari
pembuluh darah yang mengakibatkan arteri dan aorta kehilangan daya untuk
61

menyesuaikan diri dengan aliran darah. Pada wanita menopause berpeluang


lebih besar menderita hipertensi, sehubungan dengan perubahan hormon dan
seiring dengan bertambahnya usia kepekaan orang bertambah terhadap
hipertensi (Palmer & William, 2007). Penelitian yang sejalan dengan
Zamhir (2006), yang menemukan bahwa prevalensi hipertensi semakin
meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Berdasarkan tingkat pendidikan, dalam penelitian ini sebagian besar
responden dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 6 responden (27.3%).
Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap gaya hidup sehat dengan tidak
merokok, tidak minum alkohol dan lebih sering berolahraga (Kivimaki,
2004 dalam Yuliarti, 2007). Tingginya risiko terkena hipertensi pada
pendidikan yang rendah, kemungkinan disebabkan karena kurangnya
pengetahuan pada pasien yang berpendidikan rendah terhadap kesehatan
dan sulit atau lambat menerima informasi (penyuluhan) yang diberikan oleh
petugas sehingga berdampak pada perilaku /pola hidup sehat. Hal ini sesuai
dengan penelitian Anggraini, dkk (2009) bahwa responden paling banyak
berpendidikan rendah. Hal ini kemungkinan yang mempengaruhi gaya
hidup dan keinginan untuk menjaga kesehatan.
Berdasarkan status pekerjaan sebagian besar responden bekerja
sebanyak 11 responden (40.7%), pekerjaan berpengaruh kepada aktivitas
fisik seseorang. Orang yang tidak bekerja aktifitasnya tidak banyak
sehingga dapat mengakibatkan penimbunan lemak di dalam tubuh (Misti,
2009). Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut
jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras
pada setiap kontraksi (Aris, 2007). Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Rahajeng (2009), yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara pekerjaan dengan hipertensi.
Berdasarkan hasil pendapatan, sebagian besar responden dengan
pendapatan <Rp. 1.448.385/bulan sebanyak 11 responden (33.3%). Dengan
pendapatan yang rendah maka seseorang akan memilih makanan yang
kualitasnya rendah. Teori integratif kualitas hidup menyatakan
kesejahteraan yang paling dasar dalam kualitas hidup subjektif. Kepuasan
kesehatan juga merupakan salah satu penilaian yang ada. Dikatakan juga
faktor-faktor objektif itu antara lain penghasilan, pernikahan, kondisi
kesehatan (Ventegodt et al, 2003).
5. Hubungan Lingkar Pinggang Dengan Derajat Hipertensi di Puskesmas
Gamping 1 Sleman
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa sebagian responden
mempunyai lingkar pinggang tinggi sebanyak 11 responden (25%) memiliki
kriteria tekanan darah prehipertensi. Hal ini dapat disebabkan karena faktor
penyebab lain yang mempengaruhi lingkar pinggang dan derajat hipertensi
seperti usia, jenis kelamin, genetik, suku, asupan garam, kebiasaan
merokok, obesitas, olahraga dan stress. Hasil penelitian ini menyebutkan
bahwa lingkar pinggang yang tinggi paling banyak terjadi pada perempuan.
Lingkar pinggang yang merupakan indicator yang digunakan untuk
mengetahui banyaknya kelebihan lemak di perut memiliki kaitan dengan
tekanan darah terbukti dengan hasil analisis statistik menunjukkan nilai p =
0,045 < 0,05, sehingga ada hubungan antara lingkar pinggang dengan
tekanan darah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sumayku, Pandelaki dan Wongkar (2014) menyatakan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara lingkar pinggang dengan tekanan darah.

Bila dilihat kecenderungan pada lingkar pinggang dengan tidak obesitas


dan obesitas terdapat juga hubungan dengan tekanan darah. Sehingga dapat
dikatakan bahwa seseorang yang mempunyai lingkar pinggang yang tidak
obesitas cenderung memiliki tekanan darah yang normal 4 kali lebih besar
dan sebaliknya seseorang dengan lingkar pinggang yang obesitas memiliki
kecenderungan yang sama untuk memiliki tekanan darah tinggi. Sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Pradono (2010), menyatakan
responden dengan obesitas sentral mempunyai peluang 1,6 kali menderita
hipertensi dibandingkan responden yang tidak obesitas.
63

6. Hubungan Lemak Tubuh Dengan Derajat Hipertensi di Puskesmas


Gamping 1 Sleman
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa sebagian besar responden
dengan lemak tubuh obese sebanyak 8 responden (40%) memiliki tekanan
darah dalam kriteria hipertensi stage 1. Hal ini dapat disebabkan karena
faktor penyebab lain yang mempengaruhi derajat hipertensi dan lemak
tubuh seperti usia, jenis kelamin, genetik, suku, asupan garam, kebiasaan
merokok, obesitas, olahraga dan stress. Obesitas merupakan suatu keadaan
atau kondisi yang menunjukkan ketidakseimbangan antara tinggi dan berat
badan akibat jaringan lemak dalam tubuh. Sehingga mempengaruhi tekanan
yang ada di dalam tekanan darah diakibatkan jantung memompa terlalu
keras. Berdasarkan penelitian ini, didapatkan hasil analisis statistik
menunjukkan nilai p = 0,007 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan ada
hubungan yang signifikan antara lemak tubuh dengan derajat hipertensi
yaitu ada hubungan dimana semakin tinggi lemak tubuh, maka derajat
hipertensi akan mengalami peningkatan karena sesuai dengan teori saat
ventrikel kanan berkontraksi, darah yang memasuki arteri besar akan
membuat dinding arteri berdistensi. Dinding arteri bersifat elastis dan dapat
menyerap sebagian gaya yang dihasilkan aliran darah. Elastisitas ini
menyebabkan tekanan diastol yang meningkat dan sistol yang menurun.
Saat ventrikel kiri berelaksasi, dinding arteri juga akan kembali ke ukuran
awal, sehingga tekanan diastol tetap berada di batas normal, seperti
seseorang yang mempunyai kelebihan berat badan maka volume darah
beredar melalui pembuluh darah menjadi akan meningkat sehingga memberi
tekanan lebih besar pada dinding arteri membuat tekanan darah akan naik
(Farid, 2012).
Teori yang ada mengatakan berat badan meningkat diatas berat badan
ideal maka resiko hipertensi juga meningkat dan dikarenakan berat badan
lebih akan terjadi penumpukan jaringan lemak yang dapat menyebabkan
peningkatan resisten pembuluh darah dalam meningkatkan kerja jantung
untuk memompa darah ke seluruh tubuh (Schmiedera et al, 2009). Orang
yang berbadan kurus tidak menutup kemungkinan untuk mengalami
peningkatan tekanann darah. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhinya yaitu kadar kolestrol di dalam darah yang disebabkan
oleh gaya hidup yang tidak baik, seperti tidak dapat mengontrol pola makan
atau makan yang dikonsumsi sangat berlebih. Kadar kolestrol yang berlebih
dapat dapat menimbulkan penyakit jantung dan hipertensi. selain itu
kolestrol yang berlebih atau biasa yang disebut dengan hiperkolesterolmia
yang pada umumnya diderita oleh orang gemuk atau orang yang sudah
lanjut usia tetapi tidak menutup kemungkinan gangguan metabolisme ini
dapat menyerang orang kurus bahkan pada saat usia muda (Aisiyah, 2009).
Lemak tubuh normal obese dengan tekanan darah didapatkan bahwa ada
hubungan normal obese dengan tekanan darah. Sehingga didapatkan hasil
penelitian bahwa orang yang lemak tubuh kategori normal cenderung
memiliki tekanan darah yang normal 4,9 kali lebih besar dan sebaliknya
orang yang memiliki lemak tubuh kategori obese maka memiliki
kecenderunganyag sama untuk memiliki tekanan darah tinggi. Semakin
banyak kelebihan berat badan, semakin besar risiko hipertensi yang harus
dihadapi. Semakin banyak berat badan yang diturunkan, maka secara
bersamaan akan semakin rendah risiko hipertensi yang ditanggung
(Pradono, 2010).

C. Keterbatasan penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat menganggu hasil dari
penelitian tersebut, diantaranya:
1. Pada penelitian ini terdapat keterbatasan pada faktor pengganggu yang tidak
dapat mengendalikan diantaranya yaitu genetik, suku, asupan garam, kebiasaan
merokok, olahraga dan stress.
2. Pada penelitian ini terdapat keterbatasan dalam pengukuran lingkar pinggang
responden, peneliti tidak mengajarkan posisi inspirasi (tarik napas) pada saat
pengukuran berlangsung.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, hipotesis penelitian ini diterima dengan


kesimpulan sebagai berikut:
1. Distribusi lingkar pinggang sebagian besar dalam kategori tinggi (75,0%).
2. Distribusi lemak tubuh sebagian besar dalam kategori obese (45,5%).
3. Distribusi tekanan darah sebagian besar dalam kategori prehipertensi (38,6%).
4. Terdapat hubungan yang signifikan antara lemak tubuh dengan derajat
hipertensi di Puskesmas Gamping 1 Sleman dengan p value (0,007), dengan
keeratan hubungan dalam kategori rendah 0,360 yaitu berada dalam interval
0,20-0,399.
5. Terdapat hubungan yang signifikan antara lingkar pinggang dengan derajat
hipertensi di Puskesmas Gamping 1 Sleman dengan p value (0,045), dengan
keeratan hubungan dalam kategori rendah 0,283 yaitu berada dalam interval
0,20-0,399.

B. Saran
a. Bagi profesi keperawatan
Diharapkan bagi profesi keperawatan melakukan pengkajian lingkar pinggang
dan lemak tubuh pada pasien hipertensi sebagai acuan manajemen pengkajian
asuhan keperawatan dan penatalaksanaan menangani pasien hipertensi,
sehingga dapat menurunkan risiko angka hipertensi.
b. Bagi pasien hipertensi
Diharapkan penelitian ini responden dapat memeriksakan tekanan darahnya
secara rutin di pelayanan kesehatan dan bagi responden yang memiliki ukuran
lemak tubuh dan lingkar pinggang diatas batas normal diharapkan secara
tertahap dapat menguranginya.
c. Bagi puskesmas

65
66

Sebaiknya di Puskesmas Gamping 1 Sleman menambah tenaga kesehatan dan


mengadakan program untuk mengurangi lemak tubuh dan ukuran lingkar
pinggang lebih efektif 1 minggu sekali.
Daftar Pustaka

Adriani, M & Wirjatmadi, B. (2012), Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan,


Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Agoes, A. (2013), Penyakit di Usia Tua, EGC, Jakarta.

Aisyiyah, NF. (2009), Faktor Risiko Hipertensi pada Empat Kabupaten/ Kota
dengan Prevalensi Hipertensi Tertinggi di Jawa dan Sumatra. Skripsi.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Almatsier, S. (2009), Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

American Heart Association. (2010), Heart Disease and Stroke Statistics_2010


Update: A Report From the American Heart Association. Available from:
http://circ.ahajournals.org/cgi/content/full/121/7/e46. Diakses tanggal 18
Maret 2017.

Anggraini, A.D., Waren, A., Situmorang, E., Asputra, H., Siahaan, S.S. (2009),
Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien
Yang Berobat di Poli Klinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode
Januari sampai Juni 2008. Riau: FK UNRI.

Aris, S. (2007), Mayo Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan Darah Tinggi. PT


Intisari Mediatama, Jakarta.

Arjatmo, T., Hendra, U. (2010), Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta.

Balitbangkes. (2007), Laporan Hasil Riset Dasar Kesehatan Dasar


(RISKESDAS) 2007, Departemen Kesehatan, Jakarta.

Brown, Judith E. (2011), Nutrition Throught The Life Cycle, Fourth Edition.
Thomson Learning, Inc. USA.

Bustan, M. N. (2007), Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Rineka Cipta,


Jakarta.

Crown, E. (2009), Buku Saku Patofisiologi. Alih Bahasa Brahm U, Pendit, EGC,
Jakarta.

Delmi, S.,Elmatris dan Rahmi, R. (2012), Hubungan Obesitas Dengan Kejadian


Hipertensi Pada Masyarakat Etnik Minangkabau di Kota Padang.
Depkes RI. (2006), Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit
Hipertensi, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
di akses pada 21 Maret 2017.

.(2007), Pedoman Pengukuran dan Pemeriksaan, Departemen


Kesehatan RI, Jakarta.

Dinas Kesehatan DIY. (2016), Profil Kesehatan Tahun 2016 Kota Yogyakarta,
Dinkes DIY, Yogyakarta.

Dwijayanthi, L. (2008), Ilmu Gizi Menjadi Sangat Mudah, Ed 2, EGC, Jakarta.

Elizabeth, C.J. (2009), Buku Saku Patofisiologi, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Jakarta.

ESH & ESC GUIDELINES. (2013), The Task Force for The Management of
Arterial Hypertension of The Europian Society of Hypertension (ESH) and
of The European Society of Cardiology (ESC), European Heart Journal,
34, 2159-2219.

Farid, M. (2012), Faktor Mempengaruhi Tekanan Darah.


http://www.terlambat.info/2013/01/faktor-mempengaruhi-tekanan-
darah.html Diakses tanggal 5 Mei 2017.

Fatmah & Yuran, N. (2011), Light Physical Activiy Increased Body Fat
Percentage in Elder Javanese, Activity Increased Body Fat Percentage in
Elder Javanese. Vol. 30-No.1. Universa Medicina.

Ikhsan. M, Asdar. F, Suryani. S. (2012), Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Terjadinya Peningkatan Tekanan Darah Pada Pasien Pre Operasi
Laparotomi Di Rumah Sakit Umum Islam Faisal Makasar. Jurnal
Keperawatan Stikes Nani Hasanuddin Makasar, 1(1): 1-9.

Inandia, K. (2012), Kejadian Obesitas Berdasarkan Persen Lemak Tubuh Dan


Rasio Lingkar Pinggang Pinggul Serta Faktor-Faktor Lain Yang
Berhubungan Pada Prelansia Dan Lansia Kelurahan Depok Jaya, Skripsi.

Jalal, F. (2006), Hubungan Lingkar Pinggang Dengan Kadar Glukosa Darah,


Trigliserida dan Tekanan Darah Pada Etnis Minang di Kabupaten Padang
Pariaman, Sumatera Barat.
http:wordpress.com/2013/01/02/lingkarpinggang-kadar-glukosa-darah-
trigliserida-dan-tekanan-darah-pada-etnis-minang-di-kabupaten-padang-
pariaman-sumatera-barat. diakses tanggal 18 Maret 2017.
JNC 8. (2015), Hypertension: The Sillent Killer, Alabama pharmacy Association.

Katerin, I.I. (2015), Hubungan Antara Stres Dengan Hipertensi Pada Pasien
Rawat Jalan Puskesmas Rapak Mahang Kabupaten Kutai Kartanegara
Provinsi Kalimantan Timur.

Katzung, B. (2013), Farmakologi Dasar dan Klinik Alih Bahasa Brahm, U, Ed


12, EGC, Jakarta.

Kemenkes RI. (2013), Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dalam


www.litbang.depkes.go.id/rkd2013/Laporan_Riskesdas.2013.pdf, Riset
Kesehatan Dasar, Jakarta.

Majid, A. (2005), Fisiologi Kardiovaskular. Edisi 2, Bagian Fisiologi Fakultas


Kedokteran Universitas Sumatra Utara, EGC, Medan.

Mansjoer, A. (2010), Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1: Nefrologi dan Hipertensi.


Media Aesculapius FKUI, Jakarta.

Maria, G., Puspita, R. D. & Sulistyowati, Y. (2013), Hubungan Asupan Natrium


dan Kalium Dengan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Unit Rawat
Jalan Di Rumah Sakit Guido Valadares Dili Timor Leste.
http://journal.respati.ac.id/index.php/medika/article/viewFile/73/69. Diakses
tanggal 5 Mei 2017.

Misti. (2009), Faktor-faktor Kejadian Hipertensi Pada Perempuan Usia 20-50


Tahun Di Kota Bengkulu. Thesis, UGM, Yogyakarta.

Muttaqin, A. (2009), Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskular dan Hematologi, Salemba Medika, Jakarta.

Nanik, D.S dan Diyah, K.A.C. (2010), Hubungan Lingkar Pinggang Pada
Penderita Hipertensi Dengan Kejadian Hipertensi di Dusun Galan Tirtosari
Kretek Bantul 1 Yogyakarta.

Nisfianoor, M. (2009), Pendekatan Statistika Modern Untuk Ilmu Sosial, Salemba


Humanika, Jakarta.

Notoatmodjo, S. (2010), Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi (Cetakan


ketiga), PT Asdi Mahasatya, Jakarta.

. (2012), Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta


Nursalam. (2008), Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.

.(2013), Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis


Edisi 3, Salemba Medika, Jakarta.

Oleckno, W.A. (2008), Epidemiology Concepts And Methods. Long Grove:


Waveland Press.

Oviyanti, P.N. (2010), Hubungan Antara Lingkar Pinggang Dan Rasio Lingkar
Pinggang Panggul Dengan Tekanan Darah Pada Subjek Usia Dewasa.
http://eprints.uns.ac.id/10863/2/unclock-a_%282%29.pdf. Diakses tanggal
14 Maret 2017.

Page, MR. (2014), The JNC 8 Hypertension Guidelines: An In_Depth Guide


[published online Mei 10, 2017). The American Journal of Managed Care.

Palmer & William. (2007), Tekanan Darah Tinggi Alih Bahasa Elizabeth Yamine,
Erlangga, Jakarta.

Park L., Ong,K,L.,Bernard, M.Y., Cheung,Y., Karen,S.L. (2007), Prevalence,


Awareness, Treatment, and Control of Prevalence, Awareness, Treatment,
and Control of Hypertension Among United States Adults 1999-2004.
United States: American Heart Assosiation.

Pearce, E.C. (2013), Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Alih Bahasa
Handoyo. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Pradono, J. (2010). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Hipertensi Di


Daerah Perkotaan. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 33(1): 59-66.

Price, S. A & Wilson. (2005), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses


Penyakit. Edisi VI. Volume II. Alih Bahasa Bramu. Pendits, EGC, Jakarta.

Rahajeng, E & Tuminah, S. (2009), Prevalensi Hipertensi dan Determinannya Di


Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia, 59(12): 583-586.

Riyanto, A. (2011), Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan, Nuha Medika,


Yogyakarta.

Rofles, S., Pinna, K., Whitney, E. (2009), Understanding Normal and Clinical
Nutrition, Wadsword, USA.

Sartika, R. A. (2010), Pengkajian Status Gizi, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.


Schmiedera, R.E, Thomas. P, Javier.G, Manuel. G, Christopher. B, Deborah L,
Keefe. A. (2009), Based Therapy Lowers Blood Pressure More Effectively
Than Hydrochlorothiazide-Based Therapy In Obese Patients With
Hypertension: Sub- Analysis Of A 52-Week, Randomized, Double-Blind
Trial. Journal of Hypertension, 27:000-000.

Smeltzer & Bare. (2008), Textbook of Medical-Surgical Nursing Vol. 2,


Linppicont William & Wiilkins, Philadelpia.

Smeltzet & Bare. (2013), Keperawatan Medikal- Bedah. Ed. 12, EGC, Jakarta.

Stanley, M. & Beare, P.G. (2007), Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2.
Penerbit Buku Kedokteran. EGC: Jakarta.

Sugiyono. (2011), Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R & D, Alfabeta,


Bandung.

. (2012), Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung.

Sumantri, A. (2011), Metodologi Penelitian Kesehatan, Kencana, Jakarta.

Supariasa, N., Bakri, B., Fajar, I. (2014), Penilaian Status Gizi, EGC, Jakarta.

Susalit, E. (2007), Buku Ajar Penyakit Dalam. Jilid I Edisi IV, Balai Penerbit FK
UI, Jakarta.

Syarifudin, A & Nurmala, E. E.(2015), Hubungan Antara Lingkar Pinggang dan


Massa Tubuh Dengan Hipertensi Pada Polisi Laki-Laki di Purworejo, Jawa
Tengah.Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 2, hlm 178-182.

Udjianti, W. (2010), Keperawatan Kardiovaskular, Salemba Medika, Jakarta.

Ventegodt, S. Merrick, J. & Andersen , N. J.(2003), Quality of Life Theory I. The


IQOL Theory: An Integrative Theory of the Global Quality of Life Concept.
The Scientific World JOURNAL.

WHO. (2013), A Global Brief On Hypertension. Sillent Killer, Global Public


Health. Crisi.http://ish-
world.com/downloads/pdf/global_brief_hypertension.pdf. diakses pada 16
Maret 2017

William & Wilkins. (2011), Ilmu Gizi Menjadi Sangat Mudah Alih Bahasa
Dwijayanthi Linda. Ed 2, EGC, Jakarta.

Wolff, H. P. (2008), Hipertensi, PT. Gramedia, Jakarta.


Yogiantoro, M. (2006), Hipertensi Esensial. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
1 ed IV. FKUI, Jajarta.

Yuliarti. (2007), Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Hipertensi Pada Usia


Lanjut Di Posbindu Kota Bogor Tahun 2007. Tesis peminatan gizi
kesehatan masyarakat. Fakultas kesehatan masyarakat universitas
Indonesia.

Yunita, B. (2015), Hubungan Lingkar Pinggang Dan Kadar Kolesterol Total


Dengan Tekanan Darah Pada Wanita Usia 46-55 Tahun Di Desa Singocandi
Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. Skripsi.

Zulaikha. (2010), Hubungan Rasio Lingkar Pinggang dan Pinggul Dengan


Tekanan Darah di Kalangan Mahasiswa Stambuk 2007 Medan: Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatra Utara.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21688/7/cover.pdf. Diakses
tanggal 20 April 2017.

Zamhir, S. (2006), Karakteristik Sosiodemografi Sebagai Faktor Resiko


Hipertensi Studi Ekologi di Pulau Jawa tahun 2004, Jakarta: Program Studi
Epidemiologi Program Pasca Sarjana FKM-UI; 2006. Thesis.
L
A
M
P
I
R
A
N
RELIABILITAS PROSEDUR PENGUKURAN TEKANAN DARAH
No Aspek yang dilakukan Keterangan
A Fase Preinteraksi Tidak
Sesuai Perbaikan
sesuai
1 Mencuci tangan
2 Mempersiapkan alat :
a. Shpygmomanometer Digital
b. Baterai
c. Lembar penelitian
3 Menyiapkan lingkungan yang mendukung
keberhasilan dalam pengukuran dengan
kondisi ruangan yang tenang dan nyaman.
4 Menyiapkan lembar penelitian
5 Mempersiapkan diri
B Fase Kerja
6 Pada pengukuran tekanan darah yang
pertama dilakukan minta responden untuk
menghindari aktivitas fisik seperti
olahraga, merokok, makan dan duduk
beristirahat setidaknya 10 menit sebelum
pengukuran.
7 Peneliti memastikan kembali responden
dalam posisi duduk dengan posisi kaki
tidak menyilang tetapi kedua kaki datar
menyentuh lantai dan letak lengan
responden sejajar dengan jantung
responden dalam posisi lurus.
8 Singsingkan lengan baju pada lengan
responden dan memintanya untuk tetap
duduk tanpa banyak bergerak dan tidak
berbicara pada saat pengukuran
berlangsung. Apabila responden
menggunakan baju berlengan panjang
singsingkan lengan baju ke atas tetapi
pastikan lipatan baju tidak terlalu ketat
sehingga tidak menghambat aliran darah
pada lengan.
9 Pastikan lengan responden dalam posisi
tidak tegang (rileks) dengan telapak
tangan terbuka ke atas dan tidak ada
lekukan pada pipa manset.
10 Pasang manset pada lengan responden
dengan posisi kain halus/ lembut ada
dibagian dalam dan D-ring (besi) tidak
menyentuh lengan, masukkan ujung
manset melalui D-ring dengan posisi kain
perekat dibagian luar. Ujung bawah
manset terletak kira-kira 1-2 cm di atas
siku.
11 Tarik manset dan kencangkan melingkari
lengan responden. Tekan kain perekat
secara benar pada kain bagian luar
manset. Pastikan manset terpasang secara
nyaman pada lengan responden.
12 Tekan tombol ‘start’ pada layar akan
muncul angka dan semua simbol
13 Selanjutnya semua symbol gambar hati
pada layar akan berkedip-kedip. Sampai
denyut tidak terdeteksi dan tekanan udara
dalam manset berkurang, angka sistolik ,
angka diastolik, dan denyut nadi akan
muncul pada layar Shpygmomanometer
Digital.
14 Catat angka sistolik dan diastolik dari
hasil pengukuran tersebut pada lembar
penelitian.
15 Pengukuran dilakukan 2 kali, jarak antara
dua pengukuran sebaiknya antara 2 menit
dengan melepaskan manset pada lengan.
16 Apabila hasil pengukuran satu dan kedua
terdapat selisih >10 mmHg, maka ulangi
pengukuran ketiga setelah istirahat selama
10 menit dengan melepaskan manset pada
lengan. Hasil pengukuran tekanan darah
yang diambil adalah nilai yang terendah
dari hasil pengukuran.
Sumber : Depkes (2007), Omron.
RELIABILITAS PROSEDUR PENGUKURAN LINGKAR PINGGANG
No Aspek yang dilakukan Keterangan
A Fase Prainteraksi Tidak
Sesuai Perbaikan
sesuai
1. Mencuci tangan
2. Persiapan alat
a. Pita pengukur (midline) dengan ketelitian
0,1 cm
b. Kapas alkohol
c. Lembar untuk pendokumentasian hasil
pengukuran
3. Mempersiapkan diri
B Fase Kerja
4. Jelaskan pada responden tujuan pengukuran
lingkar pinggang dan tindakan apa saja yang
akan dilakukan dalam pengukuran. Untuk
pengukuran ini responden diminta dengan
cara yang santun untuk membuka pakaian
bagian atas atau menyingkapkan pakaian
bagian atas dan raba tulang rusuk terakhir
responden untuk menetapkan titik
pengukuran.
5. Tetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling
bawah.
6. Tetapkan titik ujung lengkung tulang
pangkal paha/panggul.
7. Tetapkan titik tengah di antara titik tulang
rusuk terakhir titik ujung lengkung tulang
pangkal panggul dan tandai titik tengah
tersebut dengan alat tulis.
8. Minta responden untuk berdiri tegak dan
bernafas dengan normal (ekspirasi normal),
dengan kedua lengan tergantung rileks di
samping badan. Lakukan pengukuran
lingkar pinggang dimulai dari titik tengah
kemudian secara sejajar horizontal
melingkari
kari pinggang dan perut kembali
menuju titik tengah di awal pengukuran.
9. Apabila responden mempunyai perut yang
gendut kebawah, pengukuran mengambil
bagian yang paling buncit lalu berakhir pada
titik tengah tersebut lagi.
10. Pita pengukur tidak boleh melipat dan ukur
lingkar pinggang mendekati angka 0,1 cm.
Pedoman pengukuran dan pemeriksaan.
RELIABILITAS PROSEDUR PENGUKURAN LEMAK TUBUH
No Aspek yang dilakukan Keterangan
A Fase Prainteraksi Tidak
Sesuai Perbaikan
sesuai
1. Mencuci tangan
2. Anjurkan pasien melepas alas kaki
3. Persiapan alat
a. Timbangan lemak Bioelectrical
Impedance Analysis (BIA)
B Fase Kerja
4. Menempatkan timbangan pada tempat
yang rata
5. Sentuh “SET” untuk menghidupkan
timbangan
6. Set parameter dengan mengikuti
operasional “ Setting Personal Parameter”
7. Setelah mengeset, berdiri pada timbangan
untuk mengukur rasio komposisi tubuh
8. Berat badan akan tampil pertama kali, dan
rasio komposisi tubuh akan ditampilkan
pada LCD tiga kali
9. Pengukuran data akan tersimpan setelah
alat mati secara otomatis
10. Sentuh “SET” untuk menghidupkan
11. Sentuh “▲”▼” untuk mengeset person
(jangan menyentuh “SET” lagi)
12. LCD akan menampilkan personal
parameter dan menyimpan data bila
dimatikan sekali. Kemudian anda bisa
berdiri diatas timbangan untuk melanjutkan
beberapa pengukuran.
13. Bersihkan alat
14. Kembalikan alat pada tempat yang kering
dan bersih. Hindari alat dari sinar matahari
langsung dan hujan.
Sumber: Body Fat Scale Instruction Manual
RELIABILITAS PROSEDUR PENGUKURAN TINGGI BADAN
No Aspek yang dilakukan Keterangan
A Fase Prainteraksi Tidak
Sesuai Perbaikan
Sesuai
1. Persiapan Alat :
Pengukur tinggi badan: MICROTOISE
dengan kapasitas ukur 2 meter dan
ketelitian 0,1 cm.

2. Persiapan (cara memasang


MICROTOISE) :
a. Gantungkan bandul benang untuk
membantu memasang microtoise di
dinding agar tegak lurus.
b. Letakkan alat pengukur dilantai yang
datar, tidak jauh dari bandul tersebut
dan menempel pada dinding. Dinding
jangan ada lekukan atau tonjolan
(rata).
c. Tarik papan penggeser tegak lurus
keatas, sejajar dengan benang
berbandul yang tergantung dan tarik
sampai angka pada jendela baca
menunjukkan angka 0 (NOL).
Kemudian dipaku atau direkat dengan
lakban pada bagian atas microtoise.
d. Untuk menghindari terjadi perubahan
posisi pita, beri lagi perekat pada
posisi sekitar 10 cm dari bagian atas
microtoise
3. Mempersiapkan diri
B Fase Kerja
4. Minta responden melepaskan alas kaki
(sandal/sepatu), topi (penutup kepala).
5. Pastikan alat geser berada diposisi atas
6. Responden diminta berdiri tegak, persis di
bawah alat geser
7. Posisi kepala dan bahu bagian belakang,
lengan, pantat dan tumit menempel pada
dinding tempat microtoise di pasang
8. Minta responden untuk pandangan lurus
ke depan, dan tangan dalam posisi
tergantung bebas
9. Gerakkan alat geser sampai menyentuh
bagian atas kepala responden. Pastikan
alat geser berada tepat di tengah kepala
responden. Dalam keadaan ini bagian
belakang alat geser harus tetap menempel
pada dinding.
10. Baca angka tinggi badan pada jendela
baca ke arah angka yang lebih besar
(kebawah). Pembacaan dilakukan tepat di
depan angka (skala) pada garis merah,
sejajar dengan mata petugas.
11. Apabila pengukur lebih rendah dari yang
diukur, pengukuran harus berdiri di atas
bangku agar hasil pembacaannya benar.
12. Pencatatan dilakukan dengan ketelitian
sampai satu angka di belakang koma (0,1
cm).

Sumber : Depkes, ( 2007), Microtoise

Anda mungkin juga menyukai