Anda di halaman 1dari 5

Terapi Cairan

Pada kebanyakan kasus gawat darurat, pasien-pasien memerlukan infus untuk mengganti
cairan yang hilang.Larutan isotonik yang dianjurkan adalah Ringer Laktat dan NaCl fisologis
atau garam fisiologis (normal satine). Larutan glukosa tidak dapat menggantikan garam atau
elektrolit yang dibutuhkan selama penggantian cairan yang hilang.

Untuk pemberian cairan infus, perhatikan:

 Jumlah cairan yang akan diberikan


 Lamanya pemberian per unit cairan
 Ukuran dan diameter jarum (no. 16-18) dan kecepatan tetesan.Jumlah permililiter
tetesan bervariasi antara 10 atau 20 tetes per mililiter.

Saat jarum infus dimasukkan, segera ambil spesimen darah untuk pemeriksaan kadar
hemoglobin, golongan darah atau pemeriksaan laboratorium lainnya. Bila pasien mengalami
syok, pemasangan infus dan pengambilan spesimen darah akan sulit dilaksanakan ( perlu
vena seksi ). Pengukuran konsentrasi Hb darah kapiler ( dari ujung jari ) pasien yang
mengalami syok hasilnya sangat tidak akurat.

Pada kasus syok hipovolemik yang diakibatkan oleh perdarahan, berikan 500-1000ml cairan
isotonik dalam 15-20 menit pertama. Stabilisasi umumnya terjadi setelah 1-3 liter cairan infus
diberikan. Setelah stabilisasi tercapai maka kecepatan cairan infus diatur menjadi tetesan
pemeliharaan (1 Liter dalam 6-8 jam).

Bila pemulihan pasien telah mencapai kondisi yang memuaskan maka dilakukan pemberian
cairan per oral. Infus dapat dilepaskan kecuali bila dibutuhkan untuk jalur pemberian obat
secara intravena. Untuk kondisi seperti itu, kecepatan tetesan cairan diperlambat ( 1 liter
selama 10-12 jam).

Dalam terapi cairan ini, juga dipantau tentang keseimbangan cairan. Apabila terjadi
pembengkakan atau edema pada kaki,tangan,muka, mungkin hal ini diakibatkan oleh
kelebihan cairan. Kelebihan tersebut dapat pula dinilai dari terjadinya sesak nafas atau bising
nafas yang abnormal ( ronkhi basah difusa ).

Tabel 1-1

Kecepatan pemberian infus

Jumlah cairan Waktu pemberian Tetesan per mililiter Tetesan permenit


1 liter 20 menit 10 Tidak dapat dihitung
1 liter 20 menit 20 Tidak dapat dihitung
1 liter 4 jam 10 40
1 liter 4 jam 20 80
1 liter 6 jam 10 28
1 liter 6 jam 20 56
1 liter 8 jam 10 20
1 liter 8 jam 20 40

Rumus kecepatan cairan infus :

Jumlah cairan yang dibutuhkan (mililiter)/waktu pemberian (menit) x jumlah tetesan


permililiter = jumlah tetes permenit

Contoh: 1000 cc X 10 tetesan per mililiter = 41,67 atau 40 tetes permenit

4jam x 60 menit

Pada kenyataannya, seorang wanita sehat, masih dapat bertahan (tanpa penggantian darah
melalui transfusi) apabila kehilangan darah hingga 20% atau 1000 mililiter, dari total jumlah
darah normal ( 5000 mililiter ). Kehilangan hingga 30% dapat diatasi dengan cairan
pengganti plasma. Transfusi darah sangat dibutuhkan apabila darah yang keluar melebihi
30% dari total jumlah darah didalam tubuh. Pada perdarahan masif, jumlah darah yang keluar
dalam waktu kurang dari 3 jam, dapat mencapai melebihi dari 50% jumlah total cairan darah.

Terapi awal cairan pengganti, seharusnya diberikan dalam waktu yang cepat dan ini hanya
dimungkinkan dengan pemberian kristaloid isotonik seperti Ringer Laktat dan garam
fisiologis.Pada tahap awal ini, tidak dianjurkan untuk memberikan cairan infus larutan
isotonik glukosa 5% pada tahap awal, jumlah cairan yang diberikan adalah 50 mililiter per
kilogram berat badan (50ml/kg BB) atau 3 kali perkiraan jumlah darah yang hilang. Cairan
koloidal sintetik diberikan hingga 50 ml/kg BB tetapi dengan kecepatan tetesan yang lebih
rendah dari larutan kristaloid isotonik.Amilum hidroksiletil atau dextran 70 diberikan
20ml/kg BB selama 24 jam pertama. Dapat pula diberikan albumin atau fraksi protein
plasma. Eritrosit tanpa plasma tidak direkomendasikan untuk pengganti cairan yang hilang
sedangkan jika diberikan plasma saja , resiko transmisi penyakit, cukup tinggi. Cairan darah
(eritrosit dan plasma) diberikan untuk mengganti cairan yang hilang, pembawa oksigen ke
jaringan dan faktor faktor penting untuk hemostatis.

Kewaspadaan dalam menggunakan cairan dan produk darah

Kewaspadaan sangat diperlukan karena apabila cairan dan produk darah digunakan sesuai
dengan indikasinya dan benar pula cara pemberiannya maka prosedur ini akan
menyalamatkan jiwa dan memperbaiki kondisi kesehatan ibu bersalin. Sebaliknya , kelalaian
dan cara pemberian yang salah, justru dapat membahayakan keselamatan jiwa ibu
hamil/bersalin ( kondisinya lebih baik sebelum dilakukan transfusi darah ) karena transfusi
darah dapat menimbulkan reaksi tubuh ( segera maupun lambat ) sehingga dapat
memperberat gangguan kesehatan yang sedang dialami. Selain itu , uji saring yang tidak
memenuhi syarat, dapat membuat pasien tertular penyakit bahaya akibat mikroorganisme
berbahaya didalam darah yang ditransfusikan beberapa contoh keadaan dimana transfusi
darah tidak diperlukan:

 Anemia pada trimester kedua kehamilan tidak perlu diatasi dengan memberikan
transfusi darah karena masih ada beberapa alternatif lain yang dapat memperbaiki
kondisi tersebut (misalnya, pemberian hematinik dan nutrisi yang adekuat apabila
anemia disebabkan oleh defisiensi makro dan mikro nutrien.
 Transfusi untuk mempercepat persiapan operasi elektif atau untuk mempercepat
pasien agar segera dipulangkan. Defisit cairan dapat diatasi dengan pemberian infus
dan anemia dapat dikoreksi dengan pemberian hematinik atau asupan yang
mempunyai nilai gizi tinggi.

Tindakan transfusi darah berdasarkan indikasi yang kurang tepat dapat mengakibatkan hal-
hal berikut ini:

 Pasien terpapar resiko yang seharusnya dapat dicegah


 Pemborosan stok darah yang mungkin sangat diperlukan oleh pasien lain

Sebelum menentukan perlunya dilakukan transfusi darah, dipertimbangkan secara matang


tentang resiko yang mungkin terjadi apabila transfusi diberikan atau tidak diberikan.

Pengamanan darah

 Risiko yang berhubungan dengan transfusi dapat dikurangi melalui upaya berikut:
 Seleksi akurat terhadap donor dan darah
 Uji tapis dan kajian prevalensi penyakit menular di komunitas donor untuk
menghindarkan infeksi melalui transfusi darah dan uji keamanan darah donor
 Program jaga mutu darah dan produk darah
 Jaminan akurasi golongan darah, uji kompatbilitas, kualitas pemisahan dan
penyimpanan komponen darah dan keamanan transportasi darah

Penapisan bahan yang berpotensi menimbulkan infeksi

Setiap unit yang terkait dengan pemberian atau donasi darah harus dapat melakukan
pencegahan infeksi melalui darah dari upaya penapisan yang efektif dan pengelolaan yang
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Semua darah yang akan didonasikan , harus
lulus ujitapis penyakit-penyakit berikut ini:

 HIV-1 dan HIV-2


 Hepatitis B surface antigen (HbsAg)
 Treponema pallidum (syphilis)

Bila memungkinkan, dilakukan pula pengujian berikut ini:

Hepatitis C

Malaria
Penyakit-penyakit lain yang dapat ditularkan melalui darah ( prevalensi setempat ) atau lulus
uji keamanan darah menurut standar nasional

Uji kompatbilitas darah atau produk darah ( walaupun dalam keadaan sangat genting atau
gawatdarurat )

Prinsip-prinsip Transfusi

Prinsip dasar kesesuaian penggunaan darah atau produk darah adalah bahwa transfusi
merupakan salah satu dari banyak upaya atau tindakan untuk menyelamatkan ibu dari situasi
dan kondisi gawatdarurat.

Apabila terjadi kehilangan sejumlah besar darah secara mendadak, yang paling pertama dan
segera harus dilakukan adalah restorasi atau penggantian kehilangan cairan dari sistem
sirkulasi. Alasan utama untuk melakukan transfusi sel darah merah adalah pemulihan fungsi
oksigenasi jaringan karena hemoglobin darah mempunyai kemampuan untuk mengikat dan
menghantarkan oksigen . fungs inilah yang tidak dapat dipenuhi oleh cairan kristaloid atau
pengganti plasma.

Lakukan berbagai upaya penghematan darah didalam sirkulasi dengan jalan berikut ini:

 Gunakan cairan pengganti untuk resusitasi


 Hindarkan pengambilan spesimen darah (pemeriksaan laboratorium) secara berulang
kali
 Gunakan teknik pembedahan dan anastesi terbaik untuk menghindarkan kehilangan
darah secara berlebihan
 Lakukan autotransfusi apabila teknik dan kondisinya memungkinkan

Transfusi darah

Transfusi darah untuk mengganti sejumlah darah yang hilang akibat perdarahan, dapat
menyelamatkan pasien dan kematian.Sebaliknya, pada beberapa kasus, transfusi darah dapat
pula menimbulkan komplikasi yang fatal. Oleh sebab itu, pemberian transfusi darah, harus
melalui serangkaian proses yang teliti dan pertimbangan yang matang. Sebaiknya, setiap
fasilitas rujukan,mempunyai pelayanan transfusi darah.

Transfusi darah juga mempunyai risiko, diantaranya adalah:

 Transmisi penyakit, misalnyab hepatitis B dan AIDS


 Reaksi imunitas yang menyebabkan gangguan atau penghancuran eritrosit atau sistem
yang normal didalam tubuh (misalnya, hemolisis intravaskuler)
 Pembebanan sistem sirkulasi darah

Ketersediaan donor menjadi faktor penentu bagi mereka yang membutuhkannya. Darah yang
diberikan kepada pasien, herus bebas dari resiko transmisi penyakit sehingga diperlukan
adanya proses penapisan dan identifikasi keamanan donor yang efektif pertimbangan
keselamatan jiwa pasien harus juga diperhitungkan terhadap risiko prosedur transfusi darah.
Asuhan kebidanan seringkali memerlukan adanya penambahan atau transfusi darah untuk
menyelamatkan jiwa pasien. Mengingat tingginya frekuensi permintaan transfusi darah dari
bagian kebidanan maka sudah sepatutnya para petugas kesehatan (dokter dan paramedik)
dibagian tersebut memahami dan waspada tentang indikasi, kesesuaian golongan, cara
penggunaan dan risiko transfusi darah.

Kesesuaian penggunaan cairan dan produk darah didefinisikan sebagai pemberian darah yang
aman (kesesuaian golongan, risiko rendah terhadap reaksi inkompatibilitas dan bebas dari
potensi transmisi penyakit) dan ditunjukkan terhadap kondisi yang dapat menimbulkan
morbiditas atau mortalitas dimana darah merupakan pilihan utama untuk mengatasi kondisi
tersebut.

Kondisi yang memerlukan transfusi darah , diantaranya adalah:

Perdarahan pascapersalinan yang disertai dengan syok

Kehilangan banyak darah selama prosedur operasi

Anemia berat ( yang disertai gejala dekompensasio kordis ) pada akhir masa kehamilan

Setiap rumah sakit rujukan (terutama sekali ditingkat kabupaten) harus dapat memenuhi
permintaan atau menyediakan darah pada setiap saat dimana transfusi darah diperlukan
ketersediaan darah ( minimal golongan O dan plasma beku segar ) di bagian kebidanan telah
menjadi suatu kewajiban karena hal ini dapat menjadi penyelamat bagi para ibu atau pasien
yang sangat membutuuhkan.

Anda mungkin juga menyukai