Anda di halaman 1dari 20

JURNAL PRAKTIKUM FITOFARMAKA

TUGAS 3

PENETAPAN KADAR SENYAWA MARKER PADA EKSTRAK Kaempferia Galanga

Nama : Gusti Agung Kurnia


NIM : 201510410311184
Kelas : Farmasi D
Dosen pembimbing : Siti Rofida, S.Si., M.Farm., Apt.
Amaliya Dina Anggraeni, M.Farm., Apt
Tanggal Praktikum : Kamis, 27 September 2018

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................................................1
1.3 Manfaat.......................................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................2
2.1 Tanaman Kencur (Kaempferia galanga L.)...................................................................................2
2.1.1 Sistematika dan Klasifikasi Tanaman Kencur.....................................................................2

2.1.2 Nama Lain Tanaman Kencur..............................................................................................2

2.1.3 Morfologi Tanaman............................................................................................................3

2.1.4 Khasiat Tanaman................................................................................................................4

2.1.5 Kandungan Kimia...............................................................................................................4

2.2 Kromatografi Lapis Tipis...............................................................................................................6


2.4 Pemisahan KLT.............................................................................................................................7
BAB III PROSEDUR KERJA...................................................................................................9
3.1 Alat dan Bahan.............................................................................................................................9
3.2 Metode Maserasi.......................................................................................................................10
3.2.1 Prosedur Kerja........................................................................................................................10
3.3 Bagan Alir..................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................17

ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu jenis minyak atsiri yang berpotensi sebagai komoditas baru bagi Indonesia
adalah kencur. Kencur (Kaemferia galanga L.) adalah salah satu jenis tumbuhan temu-
temuan (umbi-umbian) yang termasuk famili Zingiberaceae, yang mengandung minyak atsiri
2,4%-3,9%, juga cinnamal, aldehide, asam motil p-cumarik, asam cinnamal, etil ester, dan
pentadekan (Rukmana,1994).
Kencur merupakan jenis tanaman obat potensial yang dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku minuman untuk kesehatan, obat-obatan dan penyedap masakan, serta dapat juga
dimanfaatkan sebagai kosmetik. Tingkat keragaman tanaman kencur sangat sempit,
disebabkan oleh perbanyakan tanaman secara vegetatif, sehingga untuk memperoleh varietas
unggul melalui pemuliaan sangat terbatas (Rostiana et al., 2003).
Umumnya kencur diproses dengan berbagai macam cara, seperti diambil sarinya,
dibuat tepung, bahkan langsung digunakan untuk berbagai keperluan. Hampir seluruh bagian
tanaman kencur mengandung minyak atsiri (Afriastini, 1990).

1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui:
1. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana proses pembuatan ekstrak yang baik dan
benar
2. Mahasiswa mampu melakukan ekstarksi rimpang Kaemferia galanga L. dengan
menggunakan berbagai metode maserasi.
1.3 Manfaat
Berdasarkan latar belakang di atas, makalah ini disusun dengan manfaat sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana proses pembuatan ekstrak yang baik dan
benar
2. Mahasiswa dapat melakukan ekstraksi rimpang Kaemferia galanga L. dengan
menggunakan berbagai metode maserasi.

1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kencur (Kaempferia galanga L.)
2.1.1 Sistematika dan Klasifikasi Tanaman Kencur (Rukmana, 1994):

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
Infrakingdom : Streptophyta
Superdivision : Embryophyta
Division : Tracheophyta
Subdivision : Spermatophytina
Class : Magnoliopsida
Superorder : Lilianae
Order : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Kaempferia
Spesies : Kaempferia galanga L. (www.itis.gov)

(Gambar 1. Tanaman Kaempferia galanga L.)

2.1.2 Nama Lain Tanaman Kencur


Nama Kaempferia galanga L. di berbagai daerah di Indonesia adalah sebagai
berikut:
Sumatera : ceuku (Aceh), tekur (Gayo), kaciwer (Karo), cakue (Minangkabau)
cokur (lampung)
Jawa : kencur (jawa), cikur (Sunda), kencor (Madura)
Sulawesi : batako (Manado), watan (Minahsa), (Gorontalo), cakuru (Makasar),
ceku (Bugis)
Nusa Tenggara: cekuh (Bali), cekur (Sasak), cekur, (Sumba), sokus (Roti) Sukung
(Timor)
Maluku : suha (Seram), assuli (Ambon), onegai (Buru)
Irian : ukap (Irian)

2
2.1.3 Morfologi Tanaman
Kemampuan penyesuaian tanaman kencur terhadap lingkungan cukup tinggi.
Tanaman ini punya daya produksi tinggi di daerah yang punya curah hujan 1500 –
4000 mm/th, suhu udara 190C-300C dan ketinggian 100-700m dari permukaan air laut
(dpl). Tanaman ini tumbuh baik di tempat terbuka yang mendapat sinar matahari
penuh, tapi memerlukan naungan ringan untuk pertumbuhan yang optimum. Hal ini
dapat diamati pada tanaman kencur yang ditanam secara monokultur daunnya melipat
(menutup pada siang hari). Sekalipun demikian, kencur yang ditanam di tempat
terlindung, justru hanya akan menghasilkan daun-daunnya saja. Tanah yang paling
baik untuk tanaman kencur adalah tanah yang memiliki struktur lempung berpasir
(Sandy loam), strukturnya lemah, dengan tata air dan udara, tanahnya baik serta
seimbang. Disamping itu kesuburan tanahnya harus juga diperkaya dengan bahan
organik, antara lain dengan pemberian pupuk kandang dan kompos. Jika pada tanah
yang kurang subur dan becek, pertumbuhan tanaman kencur juga akan kurang baik,
sedikit beranak dan pada rimpang-rimpangnya banyak bagian yang membusuk
(Rukmana, 1994).
Rimpang kencur terdapat didalam tanah bergerombol dan bercabang cabang
dengan induk rimpang ditengah. Kulit ari berwarna coklat dan bagian dalam putih
berair dengan aroma yang tajam. Rimpang yang masih muda berwarna putih
kekuningan dengan kandungan air yang lebih banyak dan rimpang yang lebih tua
ditumbuhi akar pada ruas ruas rimpang berwarna putih kekuningan. Daun kencur
berbentuk bulat lebar, tumbuh mendatar diatas permukaan tanah dengan jumlah daun
tiga sampai empat helai. Permukaan daun sebelah atas berwarna hijau sedangkan
sebelah bawah berwarna hijau pucat. Panjang daun berukuran 10 – 12 cm dengan
lebar 8 – 10 cm mempunyai sirip daun yang tipis dari pangkal daun tanpa tulang
tulang induk daun yang nyata (Backer,1986).
Bunga kencur berwarna putih berbau harum terdiri dari empat helai daun
mahkota. Tangkai bunga berdaun kecil sepanjang 2 – 3 cm, tidak bercabang, dapat
tumbuh lebih dari satu tangkai, panjang tangkai 5 – 7 cm berbentuk bulat dan beruas
ruas. Putik menonjol keatas berukuran 1 – 1,5 cm, tangkai sari berbentk corong
pendek.

3
(Gambar 2. Morfologi Kencur; (1) Rimpang kencur; (2) Daun; (3) Bunga)

2.1.4 Khasiat Tanaman


Rimpang kencur sudah dikenal luas di masyarakat baik sebagai bumbu
makanan atau untuk pengobatan, diantaranya adalah batuk, mual, bengkak, bisul dan
jamur. Selain itu minuman beras kencur berkhasiat untuk menambah daya tahan
tubuh, menghilangkan masuk angin, dan kelelahan, dengan dicampur minyak kelapa
atau alkohol digunakan untuk mengurut kaki keseleo atau mengencangkan urat kaki.
Komponen yang terkandung di dalamnya antara lain saponin, flavonoid, polifenol dan
minyak atsiri. Tanaman ini termasuk kelas monocotyledonae, bangsa Zingiberales,
suku Zingiberaceae dan, marga Kaempferia (Winarto, 2007).

2.1.5 Kandungan Kimia


Tanaman kencur mempunyai kandungan kimia antara lain minyak atsiri
2,4-2,9% yang terdiri atas etil p-metoksi sinamat (30%), kamfer, borneol,
sineol, penta dekana. Etil p-metoksi sinamat dalam kencur merupakan senyawa
turunan sinamat (Inayatullah, 1997; Jani, 1993). Kandungan minyak atsiri
kencur adalah α-pinena, kampena, δ-3- carene, α-pelandrena, limonene, p-
simena, 4-isopropiltoluena, 7,8-epoksitrisiklo dodekana, 5-metiltrisiklo undek-
2-en-4- one, 2-asam propenoat,3-(4-metoksifenil)-, etilester (Assaat, 2011)
dapat digunakan sebagai pelangsing.
Etilester mempunyai nama trivial etil p-metoksi sinamat. Etil sinamat
dan etil p-metoksi sinamat (EPMS) dari minyak atsiri kencur banyak
digunakan didalam industri kosmetika dan dimanfaatkan dalam bidang farmasi
sebagai obat asma dan anti jamur.

4
Gambar 1. Etil p-Metoksisinamat

EPMS adalah suatu ester yang mengandung cincin benzene dan gugus
metoksi yang bersifat nonpolar dan mengandung gugus karbonil yang
mengikat etil yang bersifat agak polar menyebabakan senyawa ini mampu larut
dalam beberapa pelarut dengan kepolaran bervariasi (Taufikhurohmah, 2008).
Etil-p-metoksisinamat adalah salah satu senyawa hasil isolasi rimpang
kencur (Kaempferia galanga L.). EPMS termasuk dalam golongan senyawa
ester yang mengandung cincin benzena dan gugus metoksi yang bersifat
nonpolar dan juga gugus karbonil yang mengikat etil yang bersifat sedikit
sedikit dalam ekstraknya dapat menggunakan pelarut-pelarut yang mempunyai
variasi kepolaran yaittu etanol, etil asetat, metanol, air dan heksana (Nurlita,
2014).
Kandungan Kimia dari Kencur Kandungan kimia rimpang kencur telah
dilaporkan oleh Afriastini,1990 yaitu (1) etil sinamat, (2) etil p-
metoksisinamat, (3) p-metoksistiren, (4) karen (5) borneol, dan (6) parafin

Diantara kandungan kimia ini, etil p-metoksisinamat merupakan komponen


utama dari kencur (Afriastini,1990). Tanaman kencur mempunyai kandungan kimia
antara lain minyak atsiri 2,4-2,9% yang terjadi atas etil parametoksi sinamat (30%).
Kamfer, borneol, sineol, penta dekana. Adanya kandungan etil para metoksi sinamat
dalam kencur yang merupakan senyawa turunan sinamat (Inayatullah,1997 dan Jani,
1993).

5
2.2 Kromatografi Lapis Tipis
Ada 4 teknik kromatografi yang digunakan untuk pemisahan dan pemurnian
kandungan tumbuhan atau bisa juga dilakukan dengan gabungan dari empat teknik
tersebut. Keempat teknik tersebut yaitu kromatografi kertas, KLT, Kromatografi gas
cair, dan kromatografi cair kinerja tinggi. Diantara berbagai jenis teknik kromatografi,
kromatografi lapis tipis adalah yang paling cocok untuk analisis obat di laboratorium
farmasi, karena hanya memerlukan investasi yang kecil untuk perlengkapan, waktu,
kebutuhan ruang minimum serta penggunaannya sederhana.
KLT yang dimaksudkan untuk uji kuantitatif salah satunya dengan
menggunakan densitometer sebagai alat pelacak bila penotolannya dilakukan secara
kuantitatif. Prinsip kerjanya adalah pelacakan pda sepanjang gelombang maksimal
yang telah ditetapkan sebelumnya. Selain itu, KLT densitometri untuk analisis
kuantitatif prinsipnya mengacu pada nilai Rf yang membandingkan Rf analit dengan
Rf baku pembanding atau membandingkan bercak kromatogram sample dengan
kromatogram “Reference standart”. Penentuan Rs harus dilakukan bersamaan dengan
sample pada plat yang sama. Analisis kuantitatif hampir sama dengan
spektrofotometri, penentuan kadar analit dikorelasikan dengan area bercak pada plat
KLT.
Senyawa marker mempunyai 2 tujuanutama yaitu sebagai penanda
frmakologis dan analisis. Misal germacan adalah senyawa marker yang terdapat dalam
purwoceng namun zat aktif yang terkandung dalam tanaman tersebut adalah
stigmasterol. Stigmasterol juga ditemukan pada tanaman cabe jawa oleh karena itu
sering ditemukan adanya pemalsuan purwoceng yang dicampur dengan cabe jawa,
karena harga purwoceng mahal.
Marker dapat digunakan untuk identifikasi dengan benar dan autentik sumber
bahan alam, mencapai kualitas yang konsisten, mengkuantifikasi senyawa
farmakologis aktif pada produk akhir, atau memastikan efikasi produk marker sangat
penting dalam evluasi jaminan kualitas produk. Senyawa marker tidak hanya memiliki
aktivitas farmakologi, senyawa marker dapat digolongkan menjadi 4 kategori
berdasarkan kualitasnya.
• Zat aktif: merupakan senyawa kimia dengan aktivitas klinik yang
diketahui. Ex: epedrin pada Epedra sinensis.
• Marker aktif: zat kimia yang mempunyai efek farmakologi, tapi belum
tentu mempunyai efikasi klinik. Ex: alliin pada Allium sativum.

6
• Marker analisis: zat kimia yang dipilih untuk determinasi kuantitatif tetapi belum
tentu mempunyai aktivitas biologi dan efikasi klinis, selain itu marker ini juga
berguna untuk identifikasi positif bahan baku dan ekstrak untuk stardardisasi.
• Marker negatif: senyawa aktif dengan zat aktif toksik atau alergik. Ex: asam
ginkolat pada Gynko biloba.

2.4 Pemisahan KLT


Kromatografi lapis tipis adalah suatu metode pemisahan yang menggunakan plat
atau lempeng kaca yang sudah dilapiskan adsorben yang bertindak sebagai fasa diam.
Fase bergerak ke atas sepanjang fase diam danterbentuklah kromatogram. Metode ini
sederhana, cepat dalam pemisahandan sensitif (Khopkar, 1990). Kromatografi lapis tipis
adalah metode pemisahan fitokimia. Lapisan yang memisahkan terdiri atas bahan
berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, logam, atau
lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah, berupa larutan, ditotolkan berupa
bercak atau pita (awal), kemudian pelat dimasukkan di dalam bejana tertutup rapat yang
berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak). Pemisahan terjadi selama
perambatan kapiler (pengembangan) dan selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus
ditampakkan (Stahl, 1985).
Pada prinsipnya KLT dilakukan berdasarkan pada penggunaan fasa diam untuk
menghasilkan pemisahan yang lebih baik. Fasa diam yang biasadigunakan dalam KLT
adalah serbuk silika gel, alumina, tanah diatomedan selulosa (Harborne, 1987). Adapun
carakerja dari KLT yakni larutan cuplikan sekitar 1% diteteskan denganpipet mikro pada
jarak 1-2 cm dari batas plat. Setelah eluen ataupelarut dari noda cuplikan menguap, plat
siap untuk dikembangkandengan fasa gerak (eluen) yang sesuai hingga jarak eluen dari
batasplat mencapai 10-15 cm. Mengeringkan sisa eluen dalam plat dengandidiamkan
pada suhu kamar. Noda pada plat dapat diamati langsung dengan menggunakan lampu
UV atau dengan menggunakan pereaksi semprot penampak warna. Setelah noda
dikembangkan dan divisualisasikan,identitas noda dinyatakan dengan harga Rf
(retardation factor)(Anwar, 1994).
Tujuan mendapatkan identitas noda dengan harga Rf untuk mencari pelarut untuk
kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh darikromatografi kolom, menyigi
arah atau perkembangan reaksi seperti hidrolisis atau metilasi, identifikasi flavonoid
secarako-kromatografi dan isolasi flavonoid murni skala kecil (Markham,1988).

7
Pelaksanaan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau
alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras.
Gel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis
seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour dalam sinar ultra
violet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai (Harborne,
1987).
Keuntungan kromatografi lapis tipis adalah dapat memisahkan senyawa yang
sangat berbeda seperti senyawa organik alam dan senyawa organik sintesis, kompleks
organik dan anorganik serta ion anorganik dalam waktu singkat menggunakan alat yang
tidak terlalu mahal. Metode ini kepekaannya cukup tinggi dengan jumlah cuplikan
beberapa mikrogram.Kelebihan metode ini jika dibandingkan dengan kromatografi
kertas adalah dapat digunakan pereaksi asam sulfat pekat yang bersifat korosif,
kelemahannya adalah harga RF yang tidak tetap (Gritten, et. al., 1991).

8
BAB III PROSEDUR KERJA

3.1 Alat dan Bahan

Bahan :
Alat :

Ekstrak kering rimpang kencur


1. TLC 1.
dalam etanol 96%
Lempeng KLT ukuran 20 cm x
2. 2. Standard EPMS
10 cm
3. Labu ukur 10 ml
4 Pipet mikro
5 Cawan timbang
6 Vial tertutup
7 Gelas ukur 100 ml
8 Batang pengaduk

9
3.2 Metode Maserasi
3.2.1 Prosedur Kerja
Pembuatan Eluen (Fase gerak)
Eluen yang digunakan : n-Heksana-Etilasetat-Asam formiat (90:10:1)
Buatlah eluen sebanyak 101 ml. Masukkan kedalam chamber. Homogenkan
didalam chamber dengan cara digoyang-goyangkan.
Apabila volume eluen terlalu banyak, maka kurangi. Jangan sampai totolan
awal pada plat KLT tercelup di dalam eluen.

3.2.2 Pembuatan Larutan Baku


A. Pembuatan Larutan Induk
Ditimbang standar EPMS dengan seksama sebanyak 250,0 mg,
ditambah dengan 20 ml etanol 96% diultrasonik selama 5 menit kemudian
ditambah dengan etanol 96% sampai tepat 50,0 ml.
Larutan induk 1 dengan konsentrasinya 5000 ppm (LI 1)
Dipipet 4,0 ml larutan induk 1, dimasukkan kedalam labu ukur 10,0
ml. Ditambah etanol 96% ad garis, kocok homogen.
Larutan induk 2 dengan konsentrasi 2000 ppm (LI 2)
B. Pembuatan Larutan Baku Kerja
Larutan Konsentrasi Baku induk atau baku Jumlah yang digunakan
Baku kerja yang diambil
Baku 1 200 ppm 5,0 ml Baku 3 Ditambah etanol ad 10,0 ml
Baku 2 300 ppm 5,0 ml Baku 5 Ditambah etanol ad 10,0 ml
Baku 3 400 ppm 5,0 ml Baku 6 Ditambah etanol ad 10,0 ml
Baku 4 500 ppm 5,0 ml LI 1 Ditambah etanol ad 50,0 ml
Baku 5 600 ppm 3,0 ml LI 2 Ditambah etanol ad 10,0 ml
Baku 6 800 ppm 4,0 ml LI 2 Ditambah etanol ad 10,0 ml

3.2.3 Preparasi Sampel


A. Sampel untuk penetapan kadar EPMS dalam Ekstrak Kering
Ditimbang sampel sebanyak 20,0 mg masing-masing sebanyak 3 kali,
ditambah pelarut masing-masing sebanyak 2 ml, diultrasonik selama 5 menit,
ditambah pelarut etanol 96% sampai 5,0 ml, diultrasonik selama 10 menit.
Kemudian disaring dan ditampung filtratnya.
B. Sampel untuk Penentuan Recovery

10
Ditimbang sampel sebanyak 20,0 mg masing-masing sebanyak 3 kali,
ditambah pelarut masing-masing sebanyak 2 ml, diultrasonik selama 5 menit,
ditambah standar EPMS 500 ppm sebanyak 1,0 ml, kemudian ditambah
pelarut sampai 5,0 ml, diultrasonik selama 10 menit. Kemudian disaring dan
ditampung filtratnya.
C. Penotolan Sampel dan Standar pada Plat KLT
Ditotolkan sampel dan sampel untuk recovery sebanyak 2µl,
sedangkan standar EPMS sebanyak 2µl pada plat KLT.
20 cm
0,5 cm
10 cm

2,0 cm 1,5 cm 1,5 cm

1 S1 2 S2 3 S3 4 R1 5 R2 6 R3 1,5 cm

3.2.4 Cara Kerja Analisis dengan Thin Layer Cromatography (TLC) Scanner
A. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Plat KLT yang sudah di scan pada panjang gelombang 254 dan 365
nm, kemudian di scan panjang gelombang 200-400 nm. Dari sini dapat
diketahui pada panjang gelombang berapa EPMS memberikan absorban
maksimum.
Panjang gelombang maksimum tersebut yang akan digunakan untuk
pengukuran.
B. Penentuan Linearitas
Linearitas ditentukan dari larutan standar EPMS pada lempeng KLT,
kemudian dianalisis dengan KLT-densitometer pada panjang gelombang
maksimum. Dihitung berapa regresi linier antara kadar dan luas area noda.
C. Penentuan Presisi
Untuk menghitung presisi, ditotolkan masing-masing 2µl dan larutan
standar EPMS masing-masing 2µl pada plat KLT. Plat ini kemudian dieluasi
dengan fase gerak dan dianalisis menggunakan KLT-densitometer pada

11
panjang gelombang maksimum. Sehingga dapat dihitung berapa standar
deviasi (SD) dan koefisien variasinya (KV).
D. Penentuan Akurasi
Untuk menentukan persen recovery, ditotolkan sampel recovery
masing-masing 2µl (lihat sampel untuk recovery) dan larutan standar EPMS
masing-masing 2µl pada plat KLT. Plat ini kemudian dieluasi dengan fase
gerak dan dianalisis menggunakan KLT-densitometer pada panjang gelombang
maksimum.

% Recovery =

Ct = Kadar EPMS yang diperoleh


Cp = Kadar EPMS dalam sampel
Cst = Kadar standar EPMS yang ditambahkan

12
3.3 Bagan Alir
3.3.1 Pembuatan Eluen (Fase gerak)

3.3.2 Pembuatan Larutan Baku


A. Pembuatan Larutan Induk
• Larutan induk 1 dengan konsentrasinya 5000 ppm (LI 1)

• Larutan induk 2 dengan konsentrasi 2000 ppm (LI 2)

13
B. Pembuatan Larutan Baku Kerja
Larutan Konsentrasi Baku induk atau baku Jumlah yang digunakan
Baku kerja yang diambil
Baku 1 200 ppm 5,0 ml Baku 3 Ditambah etanol ad 10,0 ml
Baku 2 300 ppm 5,0 ml Baku 5 Ditambah etanol ad 10,0 ml
Baku 3 400 ppm 5,0 ml Baku 6 Ditambah etanol ad 10,0 ml
Baku 4 500 ppm 5,0 ml LI 1 Ditambah etanol ad 50,0 ml
Baku 5 600 ppm 3,0 ml LI 2 Ditambah etanol ad 10,0 ml
Baku 6 800 ppm 4,0 ml LI 2 Ditambah etanol ad 10,0 ml

3.3.3 Preparasi Sampel


A. Sampel untuk penetapan kadar EPMS dalam Ekstrak Kering

B. Sampel untuk Penentuan Recovery

14
C. Penotolan Sampel dan Standar pada Plat KLT
Ditotolkan sampel dan sampel untuk recovery sebanyak 2µl,
sedangkan standar EPMS sebanyak 2µl pada plat KLT.
20 cm
0,5 cm
10 cm

2,0 cm 1,5 cm 1,5 cm

//////
1 S1 2 S2 3 S3 4 R1 5 R2 6 R3 1,5 cm

3.3.4 Cara Kerja Analisis dengan Thin Layer Cromatography (TLC) Scanner

15
A. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
/

B. Penentuan Linearitas
/

C. Penentuan Presisi
/

D. Penentuan Akurasi
/

Ct = Kadar EPMS yang diperoleh


Cp = Kadar EPMS dalam sampel
Cst = Kadar standar EPMS yang ditambahkan

16
DAFTAR PUSTAKA

Rukmana, R. 1994. Kencur. Kanisius. Yogyakarta.

Rostiana, O., W. Haryudin dan Rosita, SMD, 2003. Stabilitas hasil lima nomor harapan
kencur. Jurnal Penelitian Tanaman Indutri. Vol 12. No 4. Des 2006. hal. 140 –
145.
Afriastini. 1990. Daftar Jenis Nama Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta

https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt#null, (online)(24 September 2018).

https://www.bing.com/images/search?q=kaempferia+galanga&FORM=HDRSC2,
(online)(24 September 2018).

Backer, C. A. R. C. B. Van den Briak. 1986. Flora of Java, Vol 2. Walters Noordhoff. N.
v. Groningen. P. 33.

Winarto, W. P., 2007. Tanaman Obat Indonesia Untuk Pengobatan Herbal, 152- 153,
Jakarta, Karyasari Herba Media.
Inayatullah, M.S. 1997. Standarisasi rimpang kencur dengan parameter etil para
metoksi sinamat. Fakultas Farmasi, Universitas Erlangga.Surabaya.

Departemen Kesehatan RI. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Van Duin, C.F., 1947, Buku Penuntun Ilmu Resep Dalam Praktek Dan Teori, Penerjemah
K. Satiadarma Apt., Pecenongan, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. (2000). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan
Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Susanti, dkk. 2014. Pembuatan Minuman Serbuk Markisa Merah (Passifora edulis f.
edulis Sims) (Kajian Konsentrasi Tween 80 dan Suhu Pengeringan). Jurnal
Pangan dan Agroindustri. Universitas Brawijaya. 2(3):170-179.
Mukhriani. 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa Aktif. Jurnal
kesehatan. Volume VII No.2

17
18

Anda mungkin juga menyukai