Anda di halaman 1dari 23

Lupus Nefritis

Oleh Fahrozal 201610410311088


Fakultas Ilmu kesehatan
Program Studi Farmasi
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Definisi

Lupus Nefritis merupakan komplikasi sistemik


lupus erythematosus (SLE) pada organ ginjal,
dimana SLE adalah penyakit autoimun yang
ditandai dengan adanya inflamasi tersebar luas,
mempengaruhi setiap organ atau sistem dalam
tubuh. Walaupun etiologi SLE tidak diketahui
dengan pasti, tetapi diduga mempunyai
hubungan dengan beberapa faktor perdisposisi
seperti kelainan genetika, infeksi virus, maupun
kelainan hormonal (Dharmeizar et al., 2014).

SLE lebih banyak terjadi pada wanita


daripada pria di semua kelompok umur dan
populasi (Almaani et al., 2016).
Etiologi
Faktor genetik

Faktor Fisik/
Kimia polutan,
obat-obatan Faktor
(prokainamid, Hormonal
hidralazin),
asap rokok)
Beberapa
faktor
pencetus
SLE (NKF,
2016) :

Faktor
Infeksi Virus
Lingkungan

Retrovirus
1. DNA
bakteri /
2. ENdotoksin
Patofisiologi

Pada lupus nefritis terdapat peningkatan respon imun dan


peningkatan T dan sel B sehingga terjadi peningkatan auto-
antibodi. Autoantibodi ini membentuk kompleks imun
intravaskular, yang kemudian akan membentuk deposit
(endapan) sehingga terjadi kerusakan jaringan.

Autoantibodi juga dapat mengikat antigen yang sudah berada


di membran basal glomerulus, membentuk kompleks imun in
situ. Kompleks imun mendorong respon inflamasi dengan
mengaktifkan komplemen dan menarik sel-sel inflamasi,
termasuk limfosit, makrofag, dan neutrofil (Davidson et.al.,
2013).
Deposit (endapan) kompleks imun, baik yang terbentuk di sirkulasi atau in
situ, dapat ditemukan di berbagai daerah glomerulus, serta interstitium
peritubulus dan pembuluh darah di luar glomerulus.

Ukuran dan lokasi kompleks imun di glomerulus berkorelasi dengan sifat


dan keparahan kerusakan ginjal. Deposisi (endapan) sejumlah kecil
kompleks imun ukuran menengah di mesangium cenderung menghasilkan
peradangan yang tidak parah di glomerulus. Penyerapan kompleks imun di
mesangium mencegah pengaktifkan mediator inflamasi.

Oleh karena itu, lesi bersifat noninflamasi. Sebaliknya, sejumlah besar


kompleks imun berukuran menengah atau besar menghasilkan infiltrasi sel-
sel inflamasi dan pelepasan enzim nekrotikan (Dipiro et al.,2017).
Klasifikasi Lupus Nefritis
Klasifikasi Lupus Nefritis Menurut ISN/RPS
Minimal mesangial lupus nefritis

Mesangial proliferatif lupus nefritis

Deposit imun pada daerah subendotel dan perubahan proliferati < 50%
glomerulus

Deposit imun pada daerah subendotel dan perubahan proliferati > 50%
glomerulus

Deposit imun pada daerah subepitel dan penebalan membra kapiler glomerulus

Sklerosis > 90% glomerulus


Klasifikasi lupus beserta informasi klinik (Hahn et al., 2012)
Manifestasi Klinik
Protenuria Suatu keadaan dimana Hematuria Keadaan dimana pada
dijumpai adanya protein urin seseorang dijumpai
pada urin. Seseorang adanya eritrosit. Hal ini
dikatakan mengalami dapat dilihat secara
proteinuria bila hasil mikroskopis atau bila
pemeriksaan dengan dipstick hematuria cukup parah
didapatkan hasil 3+ atau maka akan didapatkan
jumlah protein dalm urin > urin yang berwarna
0,5 g per hari yang menetap. kemerahan

Edema Hal ini terjadi karena Hipertensi Pada pasien dengan


ginjal tidak dapat lupus nefritis biasaya
mengeluarkan cairan terjadi hipertensi
sebagaimana karena terjadi retensi
seharusnya yang cairan dan aktivasi
disebabkan oleh sistem RAAS (Dooley
terjadinya inflamasi. et.al, 2004

Klirens kreatinin menurun, pada pasien sindroma nefritis, karena terjadi


inflamasi dibagian ginjal maka fungsi ginjal akan mennurun.
Penatalaksanaan Terapi
Algoritma Terapi
Lupus Nefritis
Kelas III/IV
(Hahn et al., 2012)
Penatalaksanaan Terapi Lupus Nefritis (LN) berdasarkan KDIGO
:

Klas I LN (minimal- . Klas II LN (mesanial- Klas III LN (focal LN) dan


mesangial LN) proliferative LN Klas IV LN (diffuse LN)-
• Untuk pasien LN klas 1 • Pasien LN klas II dengan initial terapi
tidak memerlukan proteinuria < 1 g/hari • Disarankan untuk initial terapi
hanya diberi terapi untuk dengan kortikosteroid kombinasi
terapi khusus, hanya dengan siklofosfamid atau MMF
diberi pengobatan mengobati manifestasi
(mychophenolate mophetil).
klinisnya saja, sedangkan Jika pasien disertai dengan
untuk mengobati bila proteinuria > 3 g/hari peningkatan serum kreatinin
manifestasi klinis dari maka dapat diberi atau bertambah buruknya
LN saja. kortikosteroid. proteinuria selama 3 bulan
pengobatan, ganti obat yang
digunakan untuk initial terapi
atau lakukan biopsi ginjal ulang
untuk mengetahui pengobatan
yang lebih tepat.
Klas III LN (focal LN) dan klas IV Klas V LN (membranous LN)
LN (diffuse LN)-maintanance terapi
• Pasien dengan klas V LN, fungsi
• Setelah initial terapi selesai, disarankan ginjal normal dan tidak dalam kondisi
pasien dengan klas III dan IV menerima nefrotik proteinuria dapat diberi terai
terapi lanjutan/penjagaan dengan antiproteinuria dan antihipertensi, dan
azathioprin (1,5-2,5mg/kg/hari) atau MMF
(1-2 g/hari dalam dosis terbagi) dan dosis hanya menerima kortikostreroid dan
oral kortikosteroid ≤10 mg/hari prednisone imunosupresan untuk mengatasi
atau equivalent nya) Untuk pasien yang manifestasi dari lupus. Sedangkan
intolerant dengan MMF atau azathioprin pasien dengan klas V namun memiliki
dapat diterapi dengan kortikosteroid dosis nefrotik proteinuria yang persisten
rendah. Setelah remisis lengkap telah dapat diterapi dengan kortikosteroid
diterima, maka maintanance terapi dapat dan tambahan imunosupresan yang
dilanjutkan minimal 1 tahun sebelum lain seperti siklofosfamid, azatioprin,
dilakukan tapering imunosupresan.
atau MMF.
Indentitas Pasien
Data Klink
NO Data Nilai Tanggal
Klinik Normal 16/4 17/4 18/4 19/4 20/4 21/4 22/4 23/4
1 Suhu 36-37 36,8 36,3 36,7 36 36,6 36,8 36,9 37
2 Nadi 80x/ 115 104 98 88 100 74 97 96
menit
3 RR 20x/ 20 22 22 20 22 20 22 22
menit
4 TD <130/ 80 90/60 120/70 110/70 100/70 90/60 120/90 120/70 90/60
mmHg

5 GCS 15 456 456 456 456 456 456 456 456


6 Kejang/ -/- -/- -/- -/- -/- -/- -/- -/-
Ms
7 Rh/Wh -/- -/- -/- -/- -/- -/- -/- -/-
8 Mual -/-/- -/-/- -/-/- -/-/- -/-/- -/-/- -/-/- -/-/-
/Muntah
/Diare
Data Laboratorium
Profil Terapi Pasien
Analisa terapi
DRUG RRELATED PROBLEM
NO Tanggal DRP Uraian masalah Tindakan

1 16 April Efek samping Pasien mengalami ruam merah pada Menghentikan pemakaian antibiotika
2019 Obat muka. Salah satu efek samping dari ceftriaxone dan memberikan anti
seftriakson adalah hipersensitifitas alergi untuk pasien. Pemakaian
antibiotika sudah dihentikan tetapi
perlu ditambahkan untuk anti alergi
2 16 – 23 Dosis Obat Dosis utuk myfortic terlalu tinggi, Memberitahukan kepada
April kelebihan dosis untuk anakanak adalah 400 dokter.untuk menurunkan dosis
2019 mg/m2 sedangkan luas permukaan pasien menjadi 320 mg tiap 12 jam
tubuh pasien adalah 0,806/m2
sehingga dosis pasien adalah
320mg
3 16 – 23 Efek Samping Methylprednisolon dan prednisone Pasien diberikan kalk untuk
April Obat mempunyai efek samping mencegah terjadinya efek samping
2019 osteoporosis dari methylprednisolon dan
prednisone. Pasien sudah diberikan
kalk dengan penggunaan 2 kali
sehari lalu ditingkatkan menjadi 3 kali
sehari
4 18 – 23 Tidak ada Magnesium ; 2,1 (normal). Pasien Pemberian magnesium 250mg tiap
April indikasi diberikan terapi Magnesium 250 mg 12 jam perlu dihentikan.
2019 tiap 12 jam Menyarankan kepada dokter untuk
menghentikan pemberian
Monitoring
NO Parameter Tujuan
1 Bone mass density (BND) Mengetahui efektivitas terapi Prednisone
2 pH darah, pCO2, HCO3 Mengetahui efektivitas terapi Natrium
Bikarbonat
3 Leukosit dan tanda vital (suhu, Mengetahui efektivitas terapi Myfortic
nadi, RR, TD)
4 Darah lengkap, elektrolit, tekanan Mengetahui efektivitas terapi Prednison
darah
5 BUN, serum kreatinin Mengetahui efektivitas terapi Chloroquine
6 Leukosit, tanda vital (suhu, nadi, Mengetahui efektivitas terapi Ceftriaxone
RR)
7 Pemeriksaan fisik Mengetahui efektivitas terapi
Deksamethsone
8 BUN, SCr, UL / adanya cast (eritrosit, leukosit)
seluler dalam urin (eritrosit, Mengetahui efektivitas terapi
leukosit) Metilprednisolon
PEMBERIAN KONSELING DAN INFORMASI
OBAT
NO Materi Konseling

1 Pasien mempunyai riwayat penyakit SLE. Pasien sedang Pasien mempunyai riwayat penyakit SLE. Pasien sedang dalam
dalam pengobatan menggunakan kortikosteroid pengobatan menggunakan kortikosteroid
Memberikan konseling kepada pasien terkait efek samping Memberikan konseling kepada pasien terkait efek samping
penggunaan obat. Penggunaan jangka panjang penggunaan obat. Penggunaan jangka panjang kortikosteroid dapat
kortikosteroid dapat meningkatkan resiko infeksi meningkatkan resiko infeksi (imunosupresan) (Drug Information
(imunosupresan) (Drug Information Handbook, 2014). Handbook, 2014).

2 Pasien mendapatkan terapi metilprednisolon iv Menyarankan kepada perawat untuk memberikan


metilprednisolon 600 mg dalam 100mL D5%.
Metilprednisolon infus diberikan dengan kecepatan 30 – 60
menit. Apabila tidak langsung digunakan dapat disimpan
pada suhu ruangan 20 – 25 ⁰C selama 48 jam setelah
direkonstitusi (Trissel, 2013).

3 Pasien mendapatkn terapi chloroquine (antimlaria) untuk terapi Nefritis Memberikan konseling kepada pasien bahwa chloroquin
Lupus memiliki efek samping mual, muntah, nyeri perut, dan retinopathy
sehingga obat diminum sehari satu kali 1 tablet sesudah makan.
Jika terjadi mual, muntah, segera hubungi tenaga kesehatan
4 Pasien mempunyai riwayat SLE, pasien terdiagnosa lupus Konseling ke pasien/keluarga pasien
nefritis. Selain menggunakan terapi farmakologi pasien - Obat yang diminum secara per oral harus diminum rutin sesuai
disarankan menggunakan terapi non farmakologi dengan anjuran dokter/apoteker
- Pasien lupus nefritis sebaiknya tidak terlalu sering terpapar sinar
matahari karena dapat memperparah ruam kulit. Untuk
menghindarinya dapat dengan menggunakan pakaian yang
menutupi seluruh bagian kulit, menggunakan masker, kacamata
serta tabir surya.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai