Anda di halaman 1dari 31

MANAJEMEN STRATEGIK

LAPORAN KKL
KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA

Dosen Pengampu : Hj. MarlinaWidiyanti, S.E., S.H., M.M., PH.D

Disusun oleh:

1. ABDI MUHAMMAD 01012681822028


2. TRI ASTUTI 01012681822029
3. AZHIMI 01012681822030
4. YUNITA RISMA R 01012681822035
5. FIFIN SUNARLIE 01012681822037
6. DANISWARA KRISNA P 01012681822042
7. ABRAHAM ABIMANYU 01012681822043
8. M. FAJAR ARIWIBOWO 01012681822044
9. DWI INTAN SARI 01012681822048
10. JANATUL ISSON 01012681822051

Program Studi Magister Manajemen


Fakultas Ekonomi
Universitas Sriwijaya
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Magister Manajemen merupakan agenda rutin yang
dilaksanakan setiap tahunnya bagi para mahasiwa tingkat akhir di semester 3, dan tentunya
setiap mahasiswa diwajibkan untuk melaksanakan serta membuat laporan Kuliah Kerja
Lapangan. Selain pengalaman yang didapat sangat bermanfaat bagi para mahasiswa, Kuliah
Kerja Lapangan itu sendiri mejadi tolak ukur bagi Magister Manajemen dalam melihat etos
kerja yang dimiliki oleh setiap mahasiswa. Sesuai dengan tujuan Magister Manajemen, yang
mempersiapkan tenaga ahli dan terampil yang diharapkan dapat terjun langsung ke dunia
indusri/kerja, maka dipandang sangat perlu untuk melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan.
Besar kemungkinan dengan melalui program Kuliah Kerja Lapangan ini mahasiswa
dapat memahami langsung struktur organisasi dalam sebuah manajemen, profesionalitas
kerja, kedisiplinan dan masih banyak hal lainnya. Dengan banyaknya hal positif yang akan
didapat maka penulis berkesempatan untuk melakukan Kuliah Kerja Lapangan pada
Kementrian Pemuda dan Olahraga.Alasan kami melaksanakan program Kuliah Kerja
Lapangan di Kementrian Pemuda dan Olahraga ini, tentunya kami berharap mendapatkan
ilmu secara langsung mengenai praktek kerja yang sesungguhnya khususya dalam ilmu
bidang manajemen event olahraga. Sehingga kami mendapatkan banyak pengalaman
berharga yang bisa diambil dari lingkungan tempat Kuliah Kerja Lapangan pada Kementerian
Pemuda dan Olahraga.

1.2 Jadwal Pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan


Pelaksanaan kuliah kerja lapangan di Kementrian Pemuda dan Olahraga adalah hari
jumat tanggal 1 November 2019 pukul 19.00sd21.30 WIB. Diikuti oleh 20 orang mahasiswa
program studi Magister ManajemenUniversitasSriwijaya, dan didampingi 3 orang dosen dari
mata kuliah Manajemen Stratejik, Manajemen Operasi dan Sistem Informasi Manajemen,
dengan rincian sebagai berikut:

No. Nama Keterangan


1. Hj. Marlina Widiyanti, S.E, Kepala Program Studi Magister
S.H, M.M, P.Hd Manajemen Universitas Sriwijaya dan
Dosen pengampu mata kuliah
Manajemen Stratejik
2. Prof. Dr. Hj. Sulastri, M.Kom., Dosen pengampu mata kuliah
M.E.
Manajemen Stratejik
3. Dr. Hj. Zunaidah M.Si Dosen pengampu mata kuliah
Manajemen Operasi
4. Dr. Ermatita M.Kom Dosen pengampu mata kuliah Sistem
Informasi Manajemen
5. Abraham Abimanyu Mahasiswa
6. Abdi Muhammad Mahasiswa
7. Agung Wahyudi Mahasiswa
8. Azhimi Mahasiswa
9. Daniswara Krisna Prabatha Mahasiswa
10. Dwi Intan Sari Mahasiswa
11. Eko Hermawan Mahasiswa
12. Ella Meilia Rosita Mahasiswa
13. Fifin Sunarlie Mahasiswa
14. Jannatul Isson Mahasiswa
15. Jefri Wellyando Mahasiswa
16. Junia Listina Mahasiswa
17. M. Fajar Ariwibowo Mahasiswa
18. M. Fajar Wiko Mahasiswa
19. M. Hatta Mahasiswa
20. Roslin Dwi Andina Mahasiswa
21. Silviana Mahasiswa
22. Tri Astuti Mahasiswa
23. Yunita Risma Rusmasari Mahasiswa
24. Zulfikri Mahasiswa

Bab II

Tinjauan Umum Perusahaan

2.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

Kegiatan kepemudaan dan olahraga sebenarnya sudah ada sejak masa awal
kemerdekaan negara republik Indonesia, tepatnya terdapat dalam susunan kabinet periode
pertama yang dibentuk pada 19 Agustus 1945. Dalam susunan kabinet yang bersifat
presidensial tersebut terdapat Kementrian Pengajaran yang saat itu dipimpin oleh Menteri Ki
Hajar Dewantoro. Ki Hajar Dewantoro memegang kendali atas bidang olahraga dan
pendidikan jasmani, dengan arti lain, Kegiatan olahraga dan pendidikan jasmani berada
dibawah pimpinan Kementrian Pengajaran. Saat itu istilah pendidikan jasmani dipergunakan
hanya dalam lingkungan sekolah, sedangkan istilah olahraga digunakan untuk kegiatan
olahraga di masyarakat yang berupa cabang- cabang olahraga. Kabinet pertama tersebut
hanya bertahan kurang dari 3 bulan, setelah itu diganti dengan kabinet kedua yang berbentuk
parlementer di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Sutan Sjahrir yang dilantik pada
tanggal 14 November1945.

Pada tahun 1999 - 2004 yakni pada masa Kabinet Persatuan Nasional dan Kabinet
Gotong Royong, Kementerian Pemuda dan Olahraga dilebur pada Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan sehingga urusan pemuda dan olahraga hanya dikelola oleh struktur eselon I
yaitu Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan Olahraga. Ketika Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono berkuasa, Kementerian Pemuda dan Olahraga kembali dibentuk
pada tahun 2004.

2.2. Peran, Tugas, Dan WewenangKemenpora


Kementerian Pemuda dan Olahraga mempunyai peran untuk melaksanakan urusan
pemerintahan untuk membangun, mengembangkan, dan meningkatkan peran kepemudaan
dan keolahragaan dalam rangka pembangunan nasional di bidang pembentukan karakter dan
jati diri bangsa sebagaimana tertuang dalam RPJMN tahun 2010-2014. Kemenpora juga
bertanggungjawab atas kemajuan pembangunan di Indonesia khususnya di bidang pemuda
dan olahraga, sebagaimanaamanatUndang-undangNomor40Tahun2009tentangKepemudaan,
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka, dan Undang- Undang
Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem KeolahragaanNasional.

Kementerian Pemuda dan Olahraga melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam lingkup


nasional serta lingkup daerah, melalui kegiatan-kegiatan dana dekonsentrasi yang di
koordinasikan oleh 33 Satuan Kerja Perangkat Daerah (Dinas/Badan) Provinsi se-Indonesia.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota mengatur bahwa urusan kepemudaan dan keolahragaan merupakan urusan
pemerintahan yang wajib dilaksanakan, baik di tingkat pemerintahan pusat maupun di tingkat
pemerintaan daerah sesuai pasal 2 ayat 4 huruf r jo. Pasal 7 ayat 2 huruf h.

Pembangunan pemuda dan olahraga mempunyai peran strategis dalam mendukung


peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas dan berdayasaing. Pemuda
merupakan generasi penerus sebagai penanggungjawab dan pelaku pembangunan di masa
depan, sebagaimana tercantum dalam Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang
Kepemudaan. Pemuda memiliki peran aktif sebagai kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen
perubahan dalam segala aspek pembangunan nasional.

Undang-Undang Nomor12tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka menyiratkan bahwa


Kementerian Pemuda dan Olahraga berkewajiban memfasilitasi upaya- upaya Revitalisasi
Gerakan Pramuka melalui pengembangan pendidikan kepramukaan. Kementerian Pemuda
dan Olahraga mendukung hal tersebutdengan mengeluarkan regulasi, melakukan
pendampingan, memberikan dukungan sumber daya manusia dan pendanaan (termasuk
dukungan dana dekonsentrasi bagi kegiatan Kwarda dan Kwarcab), serta melaksanakan
pendidikan/pelatihan bagi pemuda/Pembina pramuka.

Sementara itu, budaya dan prestasi olahraga perlu dikembangkan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran tubuh, menanamkan nilai moral, akhlak mulia,
sportivitas, disiplin, mempererat persatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh ketahanan
nasional, serta mengangkat harkat, martabat,dan kehormatan bangsa di mata dunia. Hal ini
sesuai dengan tujuan Keolahragaan Nasional yang tercantum dalam UU No. 3 Tahun 2005
tentang Sistem KeolahragaanNasional.

Sistem Keolahragaan Nasional menyiratkan bahwa pembangunan di bidang


keolahragaan mencakup aspek pembudayaan olahraga di masyarakat dan peningkatan
prestasi olahraga di tingkat regional/internasional. Masyarakat olahraga juga menaruh
harapan besar pada peningkatan prestasi olahraga Indonesia di multievent internasional yang
turut mengharumkan nama bangsa, seperti di Olimpiade, Paralympic Games, SEA Games,
dan lain-lain. Peningkatan prestasi olahraga tersebut merupakan tanggung jawab bersama
antara Kementerian Pemuda dan Olahraga, KOI, KONI, dan Induk Organisasi Olahraga
(PB/PP) yang kegiatan- kegiatannya turut mendapat dukungan APBN melalui DIPA
Kementerian Pemuda danOlahraga.

Pembangunan pemuda dan olahraga memiliki peran penting dalam upaya


peningkatan kualitas sumber daya manusia, dapat kita cermati dari tujuan pembangunan
kepemudaan dan tujuan pembangunan keolahragaan yang terdapat dalam Rencana Strategis
Kementerian Pemuda dan Olahraga Tahun 2010-2014 sebagai berikut:

.a Pembangunan kepemudaan bertujuan untuk mewujudkan pemuda yang


beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlakmulia,sehat,cerdas,kreatif,inovatif,mandiri,demokratis,bertanggungja
wab, berdaya saing, serta memiliki jiwa kepemimpinan, kewirausahaan,
kepeloporan, dan kebangsaan berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalamkerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia;serta

.b Melalui pembangunan keolahragaan nasional dapat dilakukan national


character building suatu bangsa, sehingga olahraga menjadi sarana strategis
untuk membangun kepercayaan diri, identitas bangsa, dan
kebanggaannasional.
Kementerian Pemuda dan Olahraga adalah unsur pelaksana Pemerintah yang
dipimpinolehMenteriPemudadanOlahragayangberadadibawahdanbertanggung jawab kepada
Presiden.Kementerian Pemuda dan Olahraga mempunyai tugas membantu Presiden dalam
merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang pemuda dan olahraga. Dalam melaksanakan
tugasnya, Kementerian Pemuda dan Olahraga menyelenggarakanfungsi:

1. Perumusan kebijakan nasional di bidang pemuda danolahraga.

2. Koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang pemuda danolahraga.

3. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung


jawabnya.

4. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidang pemuda danolahraga.

5. Penyampaian laporan hasil evaluasi, sasaran, dan pertimbangan di


bidang tugas fungsinya kepada Presiden.

1.3 Visi MisiKemenpora


a. Visi Kemenpora
“ Terwujudnya pemuda yang berkarakter, maju dan mandiri, serta olahraga yang
membudayak dan berprestasi di tingkat regional dan internasional dalm rangka
mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan
gotong royong”

Visi ini sejalan dengan visi yang diprioritaskan dalam pembangunan nasional bidang
pemuda yaitu (1) Memperluas kesempatan memperoleh pendidikan dan keterampilan; (2)
Meningkatkan peran serta pemuda dalam pembangunan sosial, politik, ekonomi, budaya dan
agama; (3).Meningkatkan potensi pemuda dalam kewirausahaan, kepeloporan, dan
kepemimpinan dalam pembangunan; (4).Melindungi segenap generasi muda dari bahaya
penyalahgunaan napza, minuman keras, penyebaran penyakit HIV AIDS, dan penyakit
menular seksual di kalangan pemuda.

Untuk bidang olahraga, visi yang ingin dicapai dalam prioritas kebijakan adalah (1)
Mengembangkan kebijakan dan manajemen olahraga dalam upaya mewujudkan penataan
sistem pembinaan dan pengembangan olahraga secara terpadu dan berkelanjutan: (2).
Meningkatkan akses dan partisipasi secara luas dan merata untuk meningkatkan kesehatan
dan kebugaran jasmani serta membentuk watak bangsa; (3).Meningkatkan sarana dan
prasarana olahraga yang sudah tersedia untuk mendukung pembinaan olahraga.

Gambar 2.3 Misi Renstra Kemenpora 2016-2019

Rumusan misi dimaksudkan untuk mampu: (a) melingkup semua pesan yang terdapat dalam
visi; (b) memberikan petunjuk terhadap tujuan yang akan dicapai; (c) memberikan petunjuk
kelompok sasaran mana yang akan dilayani oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga; dan (d)
memperhitungkan berbagai masukan dan stakeholders.

2.4. Tujuan dan Sasaran Strategis Kemenpora


Rumusan tujuan adalah upaya untuk mendukung pencapaian visi dan misi Kemenpora serta
didasarkan pada isu-isu dan analisis strategis. Tujuan akan mengarahkan perumusan sasaran,
kebijakan, program dan kegiatan dalam rangka merealisasikan misi Kemenpora. Tujuan
Kemenpora adalah seperti yang dapat dilihat pada gambar di bawah:

Gambar 2.4 Tujuan Kemenpora dalam Renstra 2016-2019

Sasaran Strategis Kemenpora

Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan Kemenpora yang menggambarkan hasil


yang akan dicapai melalui serangkaian kebijakan, program, dan kegiatan prioritas agar
penggunaan sumber daya dapat efisien dan efektif dalam upaya pencapaian visi dan misi
Kemenpora. Berikut adalah sasaran yang merupakan penjabaran dari masing-masing tujuan,
yaitu:

Tujuan 1.

Terwujudnya pemuda yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, cerdas, kreatif, inovatif, mandiri, demokratis, bertanggung
jawab, berdaya saing, serta memiliki jiwa kepemimpinan, kewirausahaan, kepeloporan,
dan kebangsaan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Untuk mencapai tujuan di atas Kemenpora memiliki sasaran yang ingin dicapai yaitu:

1. Mewujudkan pemuda yang berkarakter, ditandai dengan:

a. Persentase pemuda yang terlibat kasus NAPZA

b. Jumlah kasus AIDS pada kelompokpemuda

c. Jumlah kejadian perkelahian massal antar pelajar/mahasiswa

d. Persentase gotong royongpemuda

e. Persentase pemuda ikut dalam kegiatankeagamaan

2. Mewujudkan pemuda yang memiliki kapasitas, ditandaidengan:

a. Tingkat kualitas pendidikanpemuda

b. Persentase tingkat kesehatanpemuda

c. Persentase keterampilanpemuda

d. Persentase partisipasi pemuda dalam kegiatan seni danbudaya

3. Mewujudkan pemuda yang berdaya saing, ditandai dengan:

a. Persentase partisipasi pemuda dalam kegiatan ekonomi

b. Persentase partisipasi pemuda dalam kegiatan organisasi kepemudaan

c. Persentase partisipasi pemuda dalam kegiatan social kemasyarakatan

Tujuan 2.
Memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia,
menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan
membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh ketahanan nasional, serta
mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa.

Untuk mencapai tujuan di atas Kemenpora memiliki sasaran yang ingin dicapai yaitu:

1. Meningkatnya kesehatan dan kebugaran, karakter dan partisipasi


masyarakat, ditandai dengan:

a. Persentase kebugaran jasmani

b. Persentase partisipasi masyarakatberolahraga


2. Meningkatnya prestasi olahraga, ditandaidengan:

a. Jumlah perolehan medali emas pada event olahraga regional daninternasional

b. Jumlah cabang olahraga yang terseleksi mengikuti even olahraga


regional dan internasional
c. Jumlah atlet yang lolos kualifikasi mengikuti even olahraga regional
dan internasional
3. Terwujudnya industri olahraga nasional, ditandaidengan:

a. Jumlah pelaku industriolahraga

b. Jumlah sentra industri olahraga yangterbentuk

Tujuan 3.

Terwujudnya aparatur Kementerian Pemuda dan Olahraga yang


profesional dan berkinerjatinggi.

Untuk mencapai tujuan di atas Kemenpora memiliki sasaran yang ingin dicapai yaitu:

1. Terwujudnya Kementerian Pemuda dan Olahraga yang efektif dan


efisien, ditandai dengan:
a. Persentase tingkat kehadiran pegawai Kementerian Pemuda danOlahraga;

b. Persentase penempatan yang sesuai persyaratanjabatan;

c. Tingkat efektivitasorganisasi.

2. Terwujudnya Aparatur Kementerian Pemuda dan Olahraga yang bersih,


akuntabel dan berkinerja tinggi, ditandai dengan:
a. Opini BPK“WTP”

b. Nilai akuntabilitas “Baik”

3. Terwujudnya Pelayanan Publik Kementerian Pemuda dan Olahraga yang


berkualitas, ditandai dengan indikator kinerja Tingkat Kepuasan
Masyarakat terhadap Pelayanan Kementerian Pemuda danOlahraga.
2.5. Arti Lambang Dan Logo

Gambar : Logo Kemenpora

Tangan Kanan Mengepal : Merupakan wujud Tekad, Semangat, Kokoh, Teguh,


Kemauan kuat pemuda untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI)yangberdasarkanPancasiladanUndangUndangDasar1945 serta Bhineka
Tunggal Ika.

Tiga pilar pada tangan mengepal mempunyai makna ketiga peristiwasejarah yaitu:
Kebangkitan Nasional 1908, Sumpah Pemuda 1928 dan Kemerdekaan Indonesia
1945 yang Pelaku utamanya adalah Pemuda.

Warna Biru mempunyai makna lambang/simbolik:


Keliasan Pandangan dan Pikiran, Smart, Bergerak
Maju, Inovatif dan Inspiratif, Kedewasaan,
Kematangan, Penguasaan Ilmu Pengetahuan, dan
Dinamis.

Api Obor merupakan perwujudan semangat/spirit


Nasionalisme yang tak pernah padam sejak
dikobarkan oleh Boedi Oetomo tahun 1908 yang
menjadi momentum Kebangkitan Indonesia
sebagai Bangsa.

Tiga Cincin warna Merah melambangkan


semangat Kesatupaduan untuk mengembangkan
ruang lingkup bidang Olahraga : Olahraga
Pendidikan, Olahraga Rekreasidan
Olahraga Prestasi serta Semangat untuk mengharumkan dan
memperjuangkan kehormatan Bangsa Indonesia dan mendorong
Keolahragaan Nasional yang bertujuan memelihara dan
meningkatkan kesehatam dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia,
menanamkan nila moral dna akhlak mulia, sportivitas, disiplin,
mempererat dna membina Persatuan dan Kesatua Bangsa,
memperkukuh Ketahanan Nasional, serta mengangkat harkat dan
martabat dan kehormatan bangsa.

Lingkaran oval : Lingkaran adalah bentuk


bidang yang sempurna, ini menggambarkan
bahwa Kementerian Pemuda dan Olahraga
adalah Lembaga Negara yang Solid, Kokoh,
Kuat,Smart,Bernurani,BerdedikasiTinggiyang
membidangi Pemuda dan Olahraga yang
dilandasi oleh rasa cinta dan tanggungjawab
demi bakti kepada Bangsa dan Negara
Kesatuan RepublikIndonesia.

Warna Merah mempunyai makna kekuatan, kemampuan,


dan semangat yang tidak pernah pudar untuk terus
memperjuangkan, mempertahankan, serta menumbuhkembangkan
Potensi Pemuda dan semangat Olahraga Indonesia untuk terus
mengukur prestasi dalam bidang-bidang pembangunan dan prestasi
dibidang keolahragaan.

Warna Putih mempunyai arti niat suci tulus ikhlas sebagai


landasan pijak dalam semua gerak langkah Kemenpora untuk
berkarya nyata dalam mengemba amanah Bangsa Indonesia untu
menjadi Bangsa yang Besar, Bermartabat, Berbudaya dan Disegani
di Dunia.

2.6. Struktur Organisasi


Kementerian Pemuda dan Olahraga terdiri dari 1 Sekretariat
Kementerian, 4 Deputi dan 4 Staf Ahli. Selanjutnya Penjabaran
Organisasi dan Tata Kerja Kemenpora ditetapkan dengan Peraturan
Menteri Pemuda dan Olahraga Nomor 1516 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja dengan bagan sebagaiberikut:
Gambar 1.2 Struktur Organisasi

Rincian struktur Eselon I hingga Eselon II berdasarkan gambar di


atas, terdiri atas:

1. Menteri, yang terdiri atas seorangMenteri


2. Sekretariat Kementerian, yang terdiri atas:

a. Biro Perencanaan danOrganisasi


b. Biro Keuangan dan RumahTangga
c. Biro Humas Hukum danKepegawaian
3. Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda, yang terdiriatas:
a. Asdep Peningkatan Sumber DayaPemuda
b. Asdep Peningkatan WawasanPemuda

c. Asdep Peningkatan KapasitasPemuda


d. Asdep Peningkatan KreatifitasPemuda
e. Asdep OrganisasiKepemudaan
4. Deputi Bidang Pengembangan Pemuda, yang terdiriatas:
a. Asdep PeningkatkanKepanduan
b. Asdep KepemimpinanPemuda
c. Asdep KewirausahaanPemuda
d. Asdep KepeloporanPemuda
e. Asdep TenagaKepemudaan
5. Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga, yang terdiriatas:
a. Asdep Olahraga LayananKhusus
b. Asdep OlahragaPendidikan
c. Asdep OlahragaRekreasi
d. Asdep IndustriOlahraga
e. Asdep SentraKeolahragaan
6. Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga, yang terdiri atas:
a. Asdep TenagaKeolahragaan
b. Asdep PembibitanOlahragawan
c. Asdep OlahragaPrestasi
d. Asdep Penerapan IptekKeolahragaan
e. Asdep OrganisasiKeolahragaan

7. Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga, yang terdiri atas:


a. Asdep Pengembangan Kemitraan Kepemudaan dan Keolahragaan
b. Asdep PengembanganStandarisasi
c. Asdep Pengembangan Pengharagaan danPromosi

d. Asdep Pengembangan Sarana dan Prasarana Kepemudaan


e. Asdep Pengembangan Sarana dan Prasarana Keolahragaan
BAB III

RENCANA STRATEGIS KEMENPORA

Beberapa Rencana Strategis yang dimiliki oleh Kemenpora adalah sebagai berikut:

1. Pemuda sebagai pionir dan pelopor pembangunan


Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia sejak perintisan pergerakan kebangsaan
Indonesia, pemuda berperan aktif sebagai ujung tombak dalam mengantarkan bangsa
dan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, dan berdaulat. Sejarah membuktikan
bahwa pemuda selalu menjadi garda terdepan dalam setiap derap perubahan bangsa.
Diawali dengan peran pemuda sebagai pemersatu bangsa pada 28 Oktober 1928,
peran sebagai pejuang kemerdekaan pada 1945, dan peran sebagai kontrol dan
pembaharu kekuasaan pada tahun 1966, 1974 dan 1998. Dalam pembaruan dan
pembangunan bangsa, pemuda mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis
sehingga perlu dikembangkan potensi danperannya melalui pertama, penyadaran.
Penyadaran kepemudaan berupa gerakan pemuda dalam aspek ideologi, politik,
hukum, ekonomi, sosial budaya, pertahanan, dan keamanan dalam memahami dan
menyikapi perubahan lingkungan strategis, baik domestik maupun global serta
mencegah dan menangani risiko (Pasal 21).Kedua, pemberdayaan. Pemberdayaan
pemuda dilaksanakan secara terencana, sistematis, dan berkelanjutan untuk
meningkatkan potensi dan kualitas jasmani, mental spiritual, pengetahuan, serta
keterampilan diri dan organisasi menuju kemandirian pemuda (Pasal 24). Ketiga,
pengembangan dibagi tiga yakni Pengembangan kepemimpinan pemuda adalah
kegiatan mengembangkan potensi keteladanan, keberpengaruhan, serta penggerakan
pemuda; Pengembangan kewirausahaan pemuda adalah kegiatan mengembangkan
potensi keterampilan dan kemandirian berusaha; Pengembangan kepeloporan pemuda
adalah kegiatan mengembangkan potensi dalam merintis jalan,melakukan terobosan,
menjawab tantangan, dan memberikan jalan keluar atas pelbagai masalah.
Pembangunan kepemudaan secara nasional; Pertama, arah dan landasannya mengacu
pada Pancasila, UUD 1945, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang
Kepemudaan. Kedua, komponen yang perlu disiapkan antara lain; pemantapan
strategi pelayanan kepemudaan, penetapan tugas, fungsi, wewenang dan tanggung
jawab pemerintah dan pemerintah daerah, penetapan peran, tanggung jawab dan hak
pemuda. Ketiga, inti pelayanan kepemudaan, yakni penyadaran, pemberdayaan dan
pengembangan; Keempat, Faktor pendukung untuk mencapai tujuan pembangunan di
bidang kepemudaan, antara lain; melakukan koordinasi dan kemitraan;
menyiapkansarana dan prasarana, menguatkan organisasi kepemudaan, penguatan
peran serta masyarakat, memberikan penghargaan dan menyiapkan pendanaan.
2. Gerakan Pramuka sebagai pendidikan karakter
Pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan potensi diri serta
memiliki akhlak mulia, pengendalian diri, dan kecakapan hidup bagi setiap warga
negara demi tercapainya kesejahteraan masyarakat; bahwa pengembangan potensi diri
sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam berbagai upaya penyelenggaraan
pendidikan, antara lain melalui Gerakan Pramuka. Gerakan Pramuka selaku
penyelenggara pendidikan kepramukaan mempunyai peran besar dalam pembentukan
kepribadian generasi muda sehingga mereka memiliki pengendalian diri dan
kecakapan hidup untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan
kehidupan lokal, nasional, dan global.Pramuka merupakan wadah yang efektif bagi
tokoh-tokoh muda Republik Indonesia terutama di awal-awal kemerdekaan untuk
menempa dirinya menjadi kuat baik kesadaran, semangat dan kepedulian bagi
kepentingan bangsa dan negara.Nasionalisme dan Patriotisme menjadi kuat salah
satunya melalui gerakan pendidikan kepramukaan.Panglima Besar Jenderal
Soedirman pada masa mudanya aktif pada gerakan pramuka di Indonesia. Banyak
tokoh-tokoh yang terkenal baik di pemerintahan maupun non pemerintah yang dulu
waktu mudanya aktif menjadi anggota pramuka tersebut. Pramuka melalui kegiatan
pembelajarannya didalamnya telah memberikan bingkai nilai dan kesadaran serta
ketrampilan sosial bagi anggotaanggota.Sehingga mereka pun mampu mengarungi
zamannya dan dapat eksis di tengah gemuruhnya percaturan nilai-nilai dan kompetisi
yang semakin tinggi. Di sisi lain, kepramukaan sebagai wadah pembinaan karakter
positif di kalangan pemuda cenderung mengalami penurunan idealisme dan tidak ada
greget lagi untuk pembinaan karakter mereka. Oleh karena itu, Gerakan Pramuka
memerlukan sebuah tindakan untuk melakukan adaptasi dan perubahan dengan
lingkungannya sehingga dapat kembali menjadi wadah ideal untuk pembangunan
karakter pemuda. Dalam konteks itu, Sejak tahun 2006, Revitalisasi Gerakan Pramuka
telah dicanangkan di seluruh tanah, agar aktivitas kepanduan menunjukkan peran dan
kontribusi penting kepada masyarakat terutama dalam melahirkan pemuda sebagai
tunas-tunas bangsa yang akan membangun dan membawa negeri ini menuju masa
depan yang lebih baik. Gerakan Pramuka tetap relevan dengan perkembangan
zaman. Walaupun era globalisasi itu penuh dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, akan tetapi manusia tetap merupakan faktor penentu yang paling utama.
Gerakan Pramuka di Indonesia harus membangun pemuda yang memiliki, akhlak
mulia dan berkarakter positif. Bukan hanya pemuda cerdas yang menguasai ilmu
pengetahuan, akan tetapi pemuda yang tangguh dalam kepribadiannya, luhur budi
pekertinya, bertanggung jawab dan penuh komitmen, serta kompak bersatu. Pemuda,
demikian inilah yang akan sanggup menghadapi tantangan globalisasi, sanggup
menghadapi persoalan di negeri ini, dan sanggup menatap masa depan yang lebih
cerah. Gerakan Pramuka sebagai gerakan pendidikan dapat disebutkan sebagai, James
Arthur di dalam bukunya School and community; The Communitarian Agenda in
Education, program pendidikan untuk menumbuhkan identitas bangsa sesuai dengan
pendekatan komunitarianisme dapat menjadi wahana bagi para pemuda untuk
melakukan pembelajaranpembelajaran untuk membangun karakternya.
Pendidikan kepramukaan dilaksanakan berdasarkan pada nilai dan kecakapan dalam
upaya membentuk kepribadian dan kecakapan hidup pramuka (pasal 5 UU Gerakan
Pramuka) serta mampu menumbuhkan pemuda-pemuda yang berkarakter, mandiri
serta memiliki kapasitas dan kompetensi dalam menghadapi tantangan zamannya.

3. Pembudayaan Olahraga untuk semua (Sport for all) dan Kesehatan serta
Kebugaran
Kegiatan olahraga pada hakikatnya merupakan miniatur kehidupan. Dikatakan
demikian karena di dalam aktifitas olahraga terkandung banyak nilai, disamping
orang yang melakukan kegiatan olahraga memiliki tujuan seperti untuk kesehatan,
kesenangan dan pengisi waktu luang, adalah juga secara universal dalam olahraga
melekat nilai-nilai perjuangan, kepeloporan, kerjasama, persaingan, respek,
komunikasi dan integrasi, ketahanan fisik dan daya tahan mental, kebersamaan, sikap
responsif, kepemimpinan dan pengambilan keputusan, kejujuran dan sportifitas, dan
lain-lain. Semua ini merupakan nilai-nilai universal olahraga yang dapat
dikembangkan di dalam diri insan pembelajar olahraga agar manusia dapat tumbuh
dan berkembang menjadi manusia yang bertanggung jawab sehingga hidupnya
bermakna bagi dirinya dan orang lain. Ikut terlibat dalam berolahraga, berarti melatih
diri untuk meningkatkan kualitas berbagai aspek yang diperlukan agar dapat menjadi
bagian dalam kehidupan masyarakat yang semakin berkembang. Mengingat nilai-nilai
universal olahraga memiliki implikasi positif terhadap pembentukan kehidupan
masyarakat yang maju dan berbudaya, maka sudah selayaknya olahraga ditempatkan
sebagai salah satu prioritas penting dalam pembangunan nasional lima tahun ke
depan. Secara lebih spesifik arah kajian ilmu keolahragaan adalah ilmu tentang
manusia berkenaan dengan perilaku gerak insani yang diperagakan dalam adegan
bermain, berolahraga, maupun berlatih.Indikator keberhasilan pembangunan
keolahragaan adalah kualitas sumber daya manusia dan kualitas kehidupannya.Di
dalamnya tersimpul prestasi sebagai representasi penguasaan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap dalam berolahraga tingkat tinggi.Yang tidak kalah pentingnya
adalah melekatnya nilai-nilai universal olahraga ke dalam diri individu yang terlibat
dalam kegiatan olahraga. Nilai-nilai dasar seperti kesehatan jasmani, rohani dan
sosial menjadi sesuatu hal yang penting yang menjadi sasaran pembangunan olahraga.
Sebagaimana ruang lingkupnya, olahraga pendidikan memerlukan perluasan
partisipasi di kalangan pelajar, baik dalam konteks pembelajaran pendidikan jasmani
dan olahraga, ekstra kurikuler/universiter, unit kegiatan olahraga, kelas olahraga,
pusat pendidikan dan latihan/sentra olahraga pelajar, olahraga khusus, dan sekolah
olahraga. Demikian pula olahraga rekreasi memerlukan sebuah gerakan yang
berfondasi pada sport for all, agar keluarga dan masyarakat luas menjadi mengetahui
apa itu olahraga, memahami bagaimana cara melakukannya, mengerti makna yang
terkandung di dalamnya, melakukannya dengan teratur, dan menikmatinya sehingga
olahraga menjadi gaya hidup aktif yang sehat (healthly active life style) bagi
masyarakat Indonesia. Pembinaan dan pengembangan keolahragaan nasional yang
dapat menjamin pemerataan akses terhadap olahraga, Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional Pasal 6 dan 75 mengamanatkan
bahwa setiap warganegara tanpa terkecuali berhak untuk mendapatkan fasilitasi atas
keterlibatannya dalam kegiatan olahraga. Olahraga merupakan suatu aktivitas fisik
yang dikenal sebagai kegiatan terbuka bagi semua orang sesuai dengan kemampuan,
kesenangan dan kesempatan, tanpa membedakan hak, status sosial, budaya, atau
derajat di masyarakat (Harsono, 2008: Teori Gerak Manusia.
Internet.http://en.wikipedia.org). Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan
Supandi (Supandi, 1988. Sosiologi Olahraga. Bandung: FPOK IKIP Bandung) bahwa
asas olahraga bagi semua orang (sport for all) kini makin memasyarakat.Dengan
demikian, saat ini olahraga telah merasuk ke setiap lapisan masyarakat sebagai bagian
dari budaya manusia. Dengan kata lain, olahraga dilakukan bagi semua orang tanpa
memandang jenis ras, kepercayaan, politik dan geografi. Olahraga dapat
meningkatkan kesehatan dan kebugaran. Kegiatan olahraga dapat mengurangi resiko
terhadap penyakit tidakmenular, sehingga WHO mengajak seluruh lapisan masyarakat
untuk melakukan aktifitas fisik termasuk olahraga guna meningkatkan derajat
kesehatan dan kebugaran yang pada akhirnya akan meningkatkan produktifitas kerja
dan kualitas sumber daya manusia. Agar kegiatan bermanfaat bagi kesehatan dan
kebugaran, olahraga atau aktivitas fisikperlu dilakukan dengan baik dan benar, yaitu
antara lain dilakukan secara teratur dan terukur. Olahraga merupakan alat untuk
merangsang pertumbuhan dan perkembangan fungsional jasmani, rohani dan sosial.
Banyak hasil penelitian ditemukan bahwa anak-anak dan kaum muda yang aktif
berolahraga, baik struktur anatomi dan anthropometriknya, fungsi fisiologisnya,
stabilitas emosional dan kecerdasan intelektualnya, maupun kemampuannya
bersosialisasi dengan lingkungannya nyata lebih unggul dari pada yang tidak aktif
berolahraga(Renstrom & Roux 1988, dalam A.S.Watson: Children in Sport dalam
Bloomfield,J., Fricker, P.A. and Fitch,K.D., 1992). Olahraga adalah suatu bentuk
aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur yang melibatkan gerakan tubuh
berulang-ulang dan ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Sementara itu,
kesehatan dan kebugaran merupakan aspek yang menjadi target dalam olahraga.
Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.Bugar adalah kemampuan tubuh
untuk melakukan kegiatan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan fisik dan mental
yang berlebihan (Karim, 2002:2).

4. Peningkatan Prestasi Olahraga eksistensi kemajuan bangsa


Olahraga prestasi (high performance) seringkali digunakan sebagai alat atau wahana
perjuangan bangsa. Banyak negara yang memanfaatkan berbagai arena olahraga,
seperti Olympic Games, atau Regional Games sebagai forum propaganda keunggulan
bangsa dan memperlihatkan pembangunan bangsa di negaranya. Berhasilnya
Indonesia meraih satu medali Perak melalui olahraga panahan pada Olympic Games
di Seoul 1988 dan beberapa medali emas, perak dan perunggu melalui cabang
olahraga bulutangkis dan angkat besi ternyata mampu menunjukkan kepada dunia
Internasional melalui prestasi olahraga. Peristiwa menarik yang lain adalah pada
Olympic Games 1956 di Melbourne, Australia, tim sepakbola Indonesia mampu
menahan tim sepakbola Rusia. Hanya setelah perpanjangan waktu, tim Indonesia
mengalami kekalahan. Dalam Olympic Games ini Rusia akhirnya sebagai juara. Bagi
negara-negara yang memikirkan kesejahteraan rakyatnya jauh ke depan, maka akan
menempatkan olahraga pada urutan prioritas yang penting. Sejak kemerosotan
prestasi olahraga Amerika dan Australia di arena Olympic Games, kongres dan
parlemennya turut membahas bahkan berusaha mengatur pembinaan olahraga di
negaranya masing-masing melalui rancangan undang-undang olahraga. Pembangunan
olahraga mencakup olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi.
Ketiga ruang lingkup olahraga ini dilakukan melalui pembinaan dan pengembangan
olahraga secara terencana, sistematik, berjenjang, dan berkelanjutan, yang dimulai
dari pembudayaan dengan pengenalan gerak pada usia dini, pemassalan dengan
menjadikan olahraga sebagai gaya hidup, pembibitan dengan penelusuran bakat dan
pemberdayaan sentra-sentra keolahragaan, serta peningkatan prestasi dengan
pembinaan olahraga unggulan nasional sehingga olahragawan andalan dapat meraih
puncak pencapaian prestasi. Oleh karena itu, di bawah ini disajikan bangunan
olahraga yang banyak dikembangkan negara-negara maju yang diadaptasi dari Geoff
Cooke (1996) yang secara substansi merupakan rujukan dasar ketika Undang-undang
nomor 3 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN) dirumuskan dan dibahas
bersama dengan DPR.

Gambar 1. 2. House of Sports Berdasarkan Undang-Undang Sistem Keolahragaan


Nasional Nomor 3 Tahun 2005

Sumber: Cooke, Geoff (1996). A Strategic Approach to Performance and Excellence,


in suppercoach’ National Coaching, B (1): dan UU SKN

Dengan mencermati House of Sport sebagai struktur bangunan olahraga yang menjadi
fondasi perumusan UU Nomor 3 Tahun 2005 tentang SKN, dapat diambil beberapa
catatan untuk menggambarkan proses pembinaan olahraga yang sedang dijalankan,
yaitu bahwa: pertama, membangun dan memperkokoh budaya olahraga di masyarakat
sehingga mereka dapat bergaya hidup aktif yang sehat (healthly active life style). Oleh
karena itu, program sport for all dengan dicanangkan program memasyarakatkan
olahraga dan mengolahragakan masyarakat tahun 1983 dan sekaligus dideklarasikan
Hari Olahraga Nasional tanggal 9 September ini sangat penting dalam menumbuhkan
budaya olahraga tersebut. Pengarusutamaan olahraga pada individu, keluarga, sekolah
maupun masyarakat secara luas. Kedua, pembinaan dan pengembangan olahraga
prestasi bertumpu pada performance dimana keterlibatan klub dan induk organisasi
cabang olahraga belum semestinya, sehingga pada tahapan performance ini
berlangsung alamiah dan seadanya, bahkan cenderung kurang ada strategi
komprehensif untuk menghadirkan pemerintah dalam mendisain pelibatan masyarakat
secara lebih luas, baik melalui pengembangan perkumpulan dan pelibatan secara
sistematis, terstruktur dan berkelanjutan melalui jalur satuan pendidikan, seperti unit
kegiatan olahraga, kelas olahraga, PPLP/PPLM (sudah berjalan tetapi di bawah
standar), sekolah olahraga (belum banyak dikembangkan di daerahdaerah (provinsi),
dan kompetisinya belum tertata; Ketiga, pada tingkat excellence dan elite proses
latihan berada di tangan pusat pelatihan nasional (pelatnas) melalui program PRIMA
yang standarnya masih jauh dari harapan atau dapat dikatakan tidak setara dengan
pesaing dari negara-negara Asia, seperti Tiongkok, Korea Selatan, Jepang, bahkan di
bawah Thailand, kecuali dalam cabang olahraga bulu tangkis. Standardisasi program
penyelenggaraan PRIMA masih jauh dari semestinya dimaksud adalah meliputi:
kualitas pelatih, sumber daya atlet, sarana dan tempat latihan, proses latihan,
implementasi IPTEK, kompetisi, dan lain-lain. Keempat, tahapan penthouse yang
merupakan puncak akhir sebagai pemburuan untuk perolehan medali emas, untuk
multievent olahraga sesuai perintah Undang-undang SKN melibatkan KOI yang
seringkali missmatch dengan kebijakan ketika atlet dipersiapkan dalam pelatihan
nasional, maka untuk hal ini memerlukan pembaruan dalam tata kelola kontingen
Indonesia agar kebijakan dalam keikutsertaan kontingen dalam multievent olahraga
internasional sejalan dengan kebijakan yang telah dikembangkan dalam pembentukan
kontingen melalui pemusatan latihan nasional. Pada konteks lain, Seluruh negara di
dunia mengakui bahwa olahraga merupakan salah satu sarana yang cukup ampuh
untuk menciptakan perdamaian dunia. Olahraga menyatukan dunia melalui semangat
sportivitas sekaligus hiburan tanpa membedakan perbedaan ras, suku bangsa, dan
perbedaan sosial ekonomi.Prestasi olahraga merupakan identitas kebanggaan bangsa-
bangsa di dunia yang selalu diperebutkan.Selain itu, olahraga dapat meningkatkan
kesehatan, kebugaran, dan kualitas hidup manusia sehingga dapat meningkatkan
produktivitas suatu negarabangsa.Dalam perkembangan zaman, olahraga bukan hanya
untuk meraih prestasi dan menjaga kesehatan dan kesegaran jasmani, melainkan juga
untuk kepentingan ekonomi. Di beberapa negara seperti Italia, Inggris, Belanda, dan
Amerika telah menjadikan olahraga sebagai salah satu sektor penghasil devisa melalui
industrialisasi olahraga. Pertandingan sepak bola merupakan salah satu industri
olahraga unggulan di Inggris, Italia, Spanyol, dan Belanda yang dapat menarik devisa.
Begitupula dengan Amerika sebagai salah satu negara industri olahraga basket dunia.
Dengan kata lain, olahraga selain berperan dalam peningkatan derajat kesehatan dan
kualitas hidup masyarakat juga memiliki peran dalam peningkatan kesejahteraan
masyarakat Kepemudaan, Kepramukaan, dan Keolahragaan merupakan tiga aspek
penting dalam pembangunan nasional. Pembangunan nasional dilaksanakan secara
berencana, menyeluruh, terpadu, terarah, bertahap, dan berkelanjutan untuk
mewujudkan kesejahteraan rakyat serta memperoleh kedudukan yang sejajar dan
sederajat dengan bangsa lain di dunia. Untuk menjaga kesinambungan pembangunan
nasional di bidang kepemudaan, kepramukaan dan keolahragaan, maka diperlukan
adanya perencanaan yang strategis dan berkelanjutan.

BAB IV

Analisis SWOT

Strengths:
1. Merupakan salah satu lembaga kementerian Negara Republik Indonesia, memiliki
wewnang sebagai lembaga pusat pemerintah Republik Indinesua yang mengatur
kepmudaan dan keolahragaan dalam peraturan-peraturan strategis.
2. Memiliki wewenang mengatur kepemudaan dan keolahragaan secara sentralisasi dan
dapat diwujudkan dalam peraturan menteri (permen).
3. Terdapat 4 (empat) Badan Deputi yang masing-masing mengurus Pemberdayaan
Pemuda, Pengembangan Pemuda, Pembudayaan Olahraga, Peningkatan Prestasi
Olahraga.
4. Seluruh Deputi serta Asisten Deputi memiliki pendidikan yang baik s/d minimal
5. Memiliki 2 (dua) pusat pendidikan yakni Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi, dan Kesehatan Olahraga Nasional serta Pusat Pemberdayaan Pemuda dan
Olahraga Nasional.
6. Seluruh deputi serta asisten deputi memiliki pendidikan minimal S2.

Weakness:

1. Belum optimalnya peran sentra keolahragaan (sekolah khusus olahraga, PPLP/PPLM,


Pusiatnas/Puslatda) dalam pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi
2. Belum adanya sinergi antara industri olahraga, pariwisata dan industrilainnya untuk
mendukung prestasi olahraga.
3. Belumoptimalnya sinergi dengan Kementrian/Lembaga lain dalam mendukung
pembinaan prestasi olahraga
4. Ilmu pengetahuan dan teknologi olahraga belum sepenuhnya dimanfaatkan untuk
meningkatkan prestasi olahraga.

Opportunity

1. Undang- undang nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan nasional


merupakan basis legalitas untuk mengembangkan keolahragaan nasional.
2. Berdasarkan proyeksi penduduk hasil Susenas 2018, pemuda mengisi sekitar
seperempat dari penduduk usia produktif yang keberadaannya diharapkan mampu
menggerakkan perekonomian negeri ini sebesar 24,15% (63,82 juta jiwa)
3. Prestasi yang dicapai pada Asian Games 2018 adalah peringkat ke-4 dan peringkat ke-
5 untuk Asian Paragames.
4. Sentra olahraga berupa PPLP/PPLM tempat pembibitan olahragawan yang tersebar di
34 provinsi.
5. Sumber daya pemuda Indonesia yang besar memiliki jumlah 63,82 juta atau 24,15%
dari total penduduk yakni sekitar 262 juta (tahun 2018) hal ini merupakan potensi,
termasuk ketersediaan bibit-bibit atlet yang bertalenta untuk dibina dan
dikembangkan menjadi atlet andalan.
6. Ketersediaan alokasi anggaran yang memadai yang bersumber dari APBN dan APBD
terutama dalam mendukung kompetisi olahraga regional dan internasional.
7. Secara kelembagaan adanya dukungan yang penuh dari KONI dan KOI serta
Pengurus Induk Organisasi Cabang Olahraga di tingkat pusat dan daerah dalam
pembinaan atlet nasional.
8. Adanya political will dari pemerintah untuk mengembangkan sarana dan prasarana
olahraga dengan disediakannya Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk pembangunan
GOR di 40 kabupaten/kota pada tahun 2019.
27

Threat:

1. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan olahraga masih rendah (34%: 2018),


walaupun capaian target pada tahun 2018 sudah mencapai 103,03%.
2. Belum semua daerah memiliki prasarana dan sarana olahraga yang memadai.
3. Sumber daya manusia bidang olahraga masih terbatas baik secara kuantitas
maupun kualitas
4. Perbandingan antara jumlah atlet dan pelatih untuk masing- masing cabang
olahraga yang masih belum seimbang.
5. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) pemuda Indonesia tahun 2018 sebesar
13,4 %
6. Lebih dari separuh pekerja pemuda (70,88%) masih memilih bekerja sebagai
buruh/karyawan
7. Partisipasi pemuda dalam organisasi kepemudaan masih rendah 46,7%
(Laporan IPP: 2017).

BAB V

KESIMPULAN
28

Penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat memberikan masukan


Kemenpora untuk dapat mempertahankan kekuatannya, yaitu :
1. Mengatur seluruh kebijakan strategis yang diperlukan demi meningkatkan
seluruh aspek dalam bidang kepemudaan dan keolahragaan.
2. Mempertahankan seluruh Badan Deputi untuk meningkatkan Pemberdayaan
Pemuda, Pengembangan Pemuda, Pemudayaan Olahraga, serta Peningkatan
Prestasi Olahraga.
3. Mempertahankan seluruh staff dalam Badan Deputi serta keseluruhan badan
Kemenpora memiliki pendidikan yang baik serta detail sehingga mampu
menjalankan seluruh tanggung jawabnya dengan baik.

Memanfaatkan peluang yang ada dengan :


1. Meningkakan peran pemuda dalam olahraga, karena pemuda mengisi
seperempat penduduik usia produktif di Indonesia.
2. Memanfaatkan alokasi anggaran yang memadai dari APBN dan APBD dalam
upaya mendukung kompetisi olahraga regional dan internasional.
3. Membina seluruh badan olahraga di pusat dab daerah mencakup KONI, KOI,
serta Pengurus Induk Organisasi.
4. Memperbaiki fasilitas sarana dan prasarana olahraga untuk pembangunan GOR
di 40 kabupaten/kota menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK).

Mengatasi ancaman dengan :


1. Terus meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan olahraga.
2. Memberikan pendidikan olahraga melalui pusat pendidikan yang dimiliki oleh
Kemenpora untuk menghasilkan sumber daya manusia unggul dalam bidang
olahraga.
3. Memperbanyak jumlah pelatih untuk berbagai olahraga dalam rangka
meningkatkan perbandingan jumlah pelatih/atlet.

Menanggulangi kelemahan dengan :


1. Mensinergikan industri olahraga dengan pariwisata maupun insustri lainnya
dalam rangka mendukung prestasi olahraga.
29

2. Mengoptimalisasikan sinergi dengan kementerian lain dalam rangka


meningkatkan pembinaan prestasi olahraga.
3. Memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam olahraha seutuhnya
dalam rangka memajukan olahraga berprestasi.

SARAN
1. Fokus terhadap kebijakan untuk membudayakan olahraga serta olahraga
berprestasi.
2. Fokus terhadap pembangunan sarana dan fasilitas untuk pengembangan
olahraga dari daerah sampai pusat

Lampiran
30

Kemenpora RI
31

Anda mungkin juga menyukai