Diterbitkan oleh:
ASISTEN DEPUTI OLAHRAGA PENDIDIKAN
DEPUTI BIDANG PEMBUDAYAAN OLAHRAGA
KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
REPUBLIK INDONESIA
Terbit dua kali setahun pada bulan Mei dan November, berisi naskah hasil penelitian, gagasan
konseptual, kajian teori atau aplikasi olahraga pendidikan
Pembina
Menteri Pemuda dan Olahraga R.I.
KRMT. Roy Suryo Notodiprojo
Penasihat
Dr. Alfitra Salamm, APU (Sekretaris Kemenpora R.I.)
Prof. Dr. Faisal Abdullah, S.H., M.Si, DFM. (Deputi Pembudayaan Olahraga)
Penanggungjawab
Asisten Deputi Olahraga Pendidikan
Dr. H. Sukarno, M.M.
Ketua Penyunting
Drs. Jenal Aripin
Mitra Bestari
Prof. Dr. Hari Amirullah Rachman, M.Pd. (Universitas Negeri Yogyakarta)
Prof. Dr. Hari Setijono, M.Pd. (Universitas Negeri Surabaya)
Prof. Dr. Tandiyo Rahayu, M.Pd. (Universitas Negeri Semarang)
Prof. Dr. H. M. E. Winarno, M.Pd. (Universitas Negeri Malang)
Prof. Dr. Adang Suherman, M.A. (Universitas Pendidikan Indonesia)
Dr. Sapta Kunta Purnama, M.Pd. (Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta)
Prof. Dr. H. Moch. Asmawi, M.Pd. (Universitas Negeri Jakarta)
Dr. H. A. Sofyan Hanief, M.Pd. (Universitas Negeri Jakarta)
Prof. Dr. Andi Ikhsan, M.Kes. (Universitas Negeri Makassar)
Penyunting Pelaksana
Drs. Tri Utomo
Budi Ariyanto Muslim, S.Pd.
Satria Yudi Gontara, M.Or.
Khavisa, M.Pd.
Sekretariat
Supeni Pudyastuti, S.Pd.
Jaya Sutrisna, S.Pd., M.M.
Yulia Mahmuddin, S.AP.
Bambang Pamungkas, S.Kom.
Kasdi, S.E.
Ony Herdianto, S.Pd.
JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN (JURNAL ORDIK): Diterbitkan oleh Asisten Deputi Olahraga
Pendidikan Deputi Pembudayaan Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga RI. Bekerjasama
dengan Indonesian Sports Scientist Association (ISSA) dan Asosiasi Guru Besar Keolahragaan
Indonesia (AGB KORI).
Publikasi Naskah: Penyunting menerima naskah yang belum pernah diterbitkan dalam jurnal lain
(Petunjuk bagi Penulis: baca pada bagian dalam sampul belakang).
Alamat Redaksi: Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga R.I., c.q Asisten Deputi Olahraga
Pendidikan, Gedung Grha Pemuda dan Olahraga Lt. 4, Jl. Gerbang Pemuda No. 3 Senayan Jakarta
Pusat (10270), Telp/Fax (021) 5731106.
Sinopsis
Olahraga pendidikan sebagai salah satu lingkup kegiatan keolahragaan tak lepas dari upaya
pengembangan dan peningkatan kualitas dalam pelaksanaannya. Hal ini terkait dengan amanat
Undang-undang Nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional pasal 25 ayat (1) yang
menyatakan bahwa pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan dilaksanakan dan diarahkan
sebagai satu kesatuan yang sistemis dan berkesinambungan dengan sistem pendidikan nasional.
Lebih lanjut dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah nomor 16 tahun 2007 tentang Penyelenggaraan
Keolahragaan pasal 25 ayat (1) menyatakan bahwa pembinaan dan pengembangan olahraga
pendidikan bertujuan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan dan
kebugaran jasmani serta pengembangan minat dan bakat olahraga. Dari uraian di atas dapat
dikatakan bahwa olahraga pendidikan merupakan lingkup kegiatan keolahragaan nasional yang yang
sangat penting dan terkait dengan penyiapan modal dasar pembangunan nasional yaitu sumber daya
manusia. Mengingat peran pentingnya olahraga pendidikan sebagai dasar bagi pengembangan
lingkup kegiatan olahraga lainnya, maka diperlukan suatu perencanaan pembangunan keolahragaan
nasional, khususnya dalam lingkup olahraga pendidikan. Dalam pelaksanaannya, olahraga
pendidikan perlu didukung beberapa hal sebagai berikut: 1) pemetaan pelaksanaan olahraga
pendidikan nasional; 2) pemenuhan tenaga keolahragaan olahraga pendidikan di sekolah; 3) ilmu
pengetahuan terapan dan ilmu pengetahuan dasar secara seimbang dan terintegrasi; 4) kelembagaan
olahraga pendidikan yang dinamis dan efektif; 5) pengkajian olahraga pendidikan secara
berkelanjutan; dan 6) komunikasi, informasi dan edukasi sebagai sarana pengembangan olahraga
pendidikan. Pengembangan dan pemanfaatan olahraga pendidikan harus ditingkatkan dan diarahkan
untuk lebih meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup sumber daya manusia sebagai modal
dasar pembangunan, yang selaras dengan nilai-nilai, norma serta karakter terpuji. Selanjutnya lebih
luas lagi, dalam mengem-bangkan olahraga pendidikan harus didukung salah satunya adalah adanya
Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) sebagai sarana publikasi terhadap perkembangan olahraga
pendidikan. KIE tentang olahraga pendidikan dirasakan belum optimal. Hal ini juga diakibatkan karena
keterbatasan kemampuan pemerintah dalam menyebarluaskan atau mengkomunikasikan
perkembangan olahraga pendidikan. Untuk itu perlu kiranya disusun suatu sistem KIE yang efektif dan
efisien untuk memenuhi kebutuhan stakeholder olahraga pendidikan. Salah satu jenis dari KIE adalah
terbitan berkala ilmiah yang lebih sering disebut sebagai jurnal ilmiah. Jurnal ilmiah saat ini
merupakan media KIE yang efektif untuk menginformasikan dan mengkomunikasikan hasil penelitian,
gagasan serta kreativitas seorang peneliti atau penulis. Saat ini pertumbuhan jurnal ilmiah sangat luar
biasa, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat merupakan salah satu dorongan
kuat tumbuhnya jurnal ilmiah yang sangat pesat. Namun demikian dari sekian banyak jurnal yang
marak terbit saat ini, belum banyak jurnal dalam bidang olahraga khususnya olahraga pendidikan.
Kenyataan yang ada saat ini, banyak pendidik yaitu dosen, guru, tutor dan pembina pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan baik pada pendidikan formal maupun non formal yang sebagian
besar berupaya untuk menyusun publikasi ilmiah dalam bentuk artikel yang dimuat di jurnal ber-ISSN
tetapi kesulitan karena langkanya jurnal olahraga pendidikan. Sebagai contoh bagi guru, berlakunya
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 tahun 2009
Tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya mengamanatkan bahwa bagi seorang guru
untuk dapat menduduki jabatan fungsional lebih tinggi diwajibkan untuk menyusun artikel hasil
penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal ber-ISSN sedangkan bagi masyarakat luas penerbitan
jurnal olahraga pendidikan dapat dijadikan sebagai media komunikasi, informasi dan edukasi dalam
bidang olahraga pendidikan. Perkembangan kebijakan tersebut juga berimbas kepada kebutuhan
guru atau dosen akan sumber referensi berupa jurnal sebagai dasar untuk menyusun teori dalam
melakukan pengkajian maupun penelitian terhadap pembelajaran olahraga pendidikan. Kebutuhan
akan referensi dalam bidang ilmu olahraga pendidikan inilah yang juga mendesak untuk segera
diterbitkannya jurnal dalam bidang kajian olahraga pendidikan. Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa penerbitan jurnal olahraga pendidikan merupakan kebutuhan yang mendesak
untuk merespon kebutuhan masyarakat luas akan informasi mengenai perkembangan olahraga
pendidikan sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas pembinaan olahraga nasional. Sejalan
dengan itu, Kementerian Pemuda dan Olahraga, dalam hal ini melalui Asisten Deputi Olahraga
Pendidikan bermaksud menerbitkan terbitan berkala “Jurnal Olahraga Pendidikan” sebagai bagian
dari tugas pokok dan fungsinya dalam mengembangkan dan membina olahraga pendidikan nasional.
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN
TEKNIK DASAR SERVICE BAWAH BOLAVOLI
UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 MALANG
Abstrak: Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu menciptakan situa-
si belajar siswa aktif sepanjang waktu model pembelajaran yang ada di dalam pembel-
ajaran service bawah bolavoli merupakan variasi pembelajaran yang digunakan untuk
membantu mengatasi masalah yang muncul di lapangan pada saat materi service
bawah bolavoli. Berbagai macam model pembelajaran service bawah tersebut terbukti
dapat mengatasi kesulitan-kesulitan saat melakukan pembelajaran service bawah bola-
voli dan dapat membangkitkan semangat siswa dengan cara yang menyenangkan,
mudah, dan aman. Tetapi hal tersebut belum pernah dilakukan. Berdasarkan kenyataan
itulah, maka dikembangkan model pembelajaran service bawah bolavoli dengan bentuk
penyampaiannya menggunakan media buku panduan pembelajaran untuk siswa kelas
VIII SMP Negeri 5 Malang.
Dalam proses kehidupan manusia, dibutuh- dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ya-
kan kegiatan pembelajaran untuk mencapai itu bagian dari pendidikan yang bertujuan
pendidikan atau ilmu pengetahuan yang te- untuk memfasilitasi belajar orang dalam me-
lah ditempuh. “Pembelajaran merupakan ningkatkan kemampuan afektif, kognitif, dan
bagian dari pendidikan dan spesifik, proses keterampilan.
dimana lingkungan seseorang dengan senga- Di dalam pembelajaran terdapat bebera-
ja dikelola (managed) agar ia dapat belajar pa tujuan yang harus dicapai. Menurut
atau melibatkan diri dalam perilaku yang Dwiyogo (2010:205) menyatakan bahwa tu-
spesifik dengan kondisi tertentu ataupun juan pembelajaran adalah “untuk memper-
agar ia dapat memberikan respons terhadap baiki dan meningkatkan kualitas pembel-
situasi yang spesifik” (Dwiyogo, 2010:3). Se- ajaran. Peningkatan kualitas pembelajaran
dangkan menurut Setyosari (2001:14), menya- dilakukan dengan cara memilih, menetap-
takan bahwa “pembelajaran adalah penyaji- kan, dan mengembangkan metode pembel-
an informasi dan aktivitas-aktivitas yang me- ajaran yang optimal untuk mencapai hasil
mudahkan si belajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan”. Pembelajaran yang akan
khusus belajar yang diharapkan. ” Penyajian dilaksanakan harus dirancang dengan baik
informasi tersebut disajikan oleh guru secara dan tidak boleh sembarangan. Menurut Setyosari
langsung. (2001:10), bahwa tujuan pembelajaran yang
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: dirancang adalah “ingin membantu setiap
159) “pembelajaran juga berarti meningkat- orang (si belajar) mengembangkan diri seca-
kan kemampuan-kemampuan kognitif, afek- ra optimal mungkin, menurut perkembangan
tif, dan keterampilan siswa. Kemampuan- individualnya masing-masing.”
kemampuan tersebut diperkembangkan ber- Perancangan pembelajaran juga bertuju-
sama dengan pemerolehan pengalaman- an untuk meningkatkan kualitas pembelaja-
pengalaman belajar sesuatu.” Berdasarkan ran. Menurut Dwiyogo (2010:205) usaha me-
berbagai pendapat para ahli di atas, maka ningkatkan kualitas pembelajaran dilakukan
81
82 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 81 - 87
oleh perancang pembelajaran dengan pijakan Tujuan pendidikan jasmani sangat banyak
asumsi tentang hakekat rancangan pembel- bagi siswa. Menurut Winarno (2006:13) pendi-
ajaran yaitu: 1) Perbaikan kualitas pembelajaran dikan jasmani bertujuan “untuk mengem-
diawali dengan rancangan pembelajaran; 2) bangkan individu secara organis, neuromasku-
pembelajaran dirancang dengan mengguna- ler, intelektual dan emosional melalui aktivi-
kan pendekatan sistem; 3) rancangan pembel- tas jasmani”. Tujuan tersebut menggambar-
ajaran didasarkan pada pengetahuan tentang kan keunggulan sumber daya manusia di
bagaimana seseorang belajar; 4) rancangan Indonesia.
pembelajaran diacukan kepada belajar seca- Sedangkan menurut BSNP (2006:684),
ra perseorangan; 5) hasil pembelajaran men- mata pelajaran pendidikan jasmani, olahra-
cakup hasil langsung dan hasil pengiring; 6) ga, dan kesehatan bertujuan agar peserta
sasaran akhir rancangan pembelajaran ada- didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
lah memudahkan belajar; 7) rancangan pem- 1) Mengembangkan keterampilan pengelo-
belajaran mencakup semua variabel yang laan diri dalam upaya pengembangan dan
mempengaruhi belajar. pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat hidup sehat melalui berbagai aktivitas jas-
diambil kesimpulan bahwa tujuan pembel- mani dan olahraga yang terpilih; 2) mening-
ajaran adalah untuk mengembangkan diri katkan pertumbuhan fisik dan pengembang-
secara optimal mungkin dengan cara mem- an psikis yang lebih baik; 3) meningkatkan
perbaiki dan meningkatkan kualitas pembel- kemampuan dan keterampilan gerak dasar;
ajaran melalui metode dan rancangan pem- 4) meletakkan landasan karakter moral yang
belajaran yang optimal sehingga dapat men- kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkan-
capai hasil yang diinginkan. dung dalam pendidikan jasmani, olahraga,
Salah satu pendidikan yang terkait de- dan kesehatan; 5) mengembangkan sikap
ngan olahraga adalah Pendidikan Jasmani, sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, ker-
Olahraga, dan Kesehatan (Penjasorkes). jasama, percaya diri, dan demokratis; 6) me-
Pendidikan jasmani merupakan salah satu ngembangkan keterampilan untuk menjaga
pendidikan yang menggunakan aktivitas keselamatan diri sendiri, orang lain, dan
fisik. Bucher (1983:13) menyatakan bahwa lingkungan; 7) memahami konsep aktivitas
“pendidikan jasmani merupakan bagian yang jasmani dan olahraga di lingkungan yang
integral dari seluruh proses pendidikan, yang bersih sebagai informasi untuk mencapai
mempunyai tujuan pengembangan warga pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup
secara fisik (jasmani), mental, emosional, sehat, dan kebugaran, terampil. Serta memi-
dan tujuan sosial melalui aktivitas jasmani yang liki sikap yang positif.
telah dipilih untuk merealisasikan tujuan- Dalam penyampaian dan penyajian materi
tujuan tersebut. Sedangkan menurut BSNP pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehat-
(2006:648) menyatakan bahwa: Pendidikan an berbeda dengan mata pelajaran lain.
jasmani merupakan bagian integral dari pen- Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehat-
didikan secara keseluruhan, bertujuan untuk an cenderung menggunakan aktivitas fisik.
mengembangkan aspek kebugaran jasmani, Winarno (2006:15) menyatakan bahwa “akti-
keterampilan gerak, keterampilan berfikir vitas fisik merupakan media utama yang
kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabili- digunakan untuk mencapai tujuan”.
tas emosional, tindakan moral, aspek pola Dari penjelasan di atas, dapat diambil
hidup sehat, dan pengenalan lingkungan hi- kesimpulan bahwa tujuan pendidikan jas-
dup bersih melalui aktifitas jasmani, olahra- mani, olahraga, dan kesehatan adalah untuk
ga, dan kesehatan terpilih yang direncanakan mengembangkan individu (seseorang) dalam
secara sistematis dalam rangka mencapai kebugaran jasmani, petumbuhan fisik, men-
tujuan pendidikan nasional. tal serta moral yang berupa sikap sportif,
Dari berbagai pendapat di atas dapat di- jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasa-
ambil kesimpulan bahwa pendidikan jasma- ma, percaya diri, dan demokratis melalui
ni, olahraga, dan kesehatan adalah proses aktivitas jasmani.
pendidikan yang menggunakan aktivitas jas- Dalam mengembangkan pembelajaran
mani atau fisik yang mecakup semua kawa- untuk aktivitas kebugaran jasmani dan kese-
san baik psokomotor, kognitif, dan afektif. hatan yang menarik dan menyenangkan untuk
Novi Dian A., M.E. Winarno, & Sulistyorini, Pengembangan Pembelajaran Teknik Dasar Service 83
siswa SMP, peneliti merujuk pada materi siswa SMP sesuai dengan BSNP (2006:519-
kebugaran jasmani yang diberikan kepada 521), yaitu sebagai berikut.
Berdasarkan penjelasan di atas, materi rakan dalam permainan bolavoli dan menye-
permainan beregu bola besar diberikan lesaikan permainan bolavoli dengan baik”. Di
kepada siswa SMP kelas VIII. Salah satu dalam permainan bolavoli, terdapat berbagai
permainan beregu bola besar yaitu perma- teknik dasar. “Teknik-teknik dalam permain-
inan bolavoli. Sehingga, keterampilan per- an bolavoli terdiri atas service, passing ba-
mainan bolavoli harus diterapkan dalam wah, passing atas, block, dan smash“ (Ahmadi,
pembelajaran pendidikan jasmani di SMP 2007:20).
dan harus dilaksanakan. Permainan bolavoli merupakan permain-
Salah satu permainan bola besar yang an yang tidak mudah dilakukan karena bola-
diajarkan pada tingkat SMP yaitu bolavoli. voli merupakan permainan yang sifatnya beregu
Bolavoli adalah salah satu olahraga yang yang memerlukan kerjasama antar sesama
dilakukan melalui permainan. Bolavoli ada- pemain. Selain itu, “dalam permainan bola-
lah “olahraga yang dimainkan oleh dua tim voli dibutuhkan koordinasi gerak yang benar-
dalam satu lapangan yang dipisahkan oleh benar bisa diandalkan untuk melakukan se-
sebuah net” (PBVSI, 2005:1). Sedangkan mua gerakan yang ada dalam permainan
menurut Permana (2008:7) menyatakan bolavoli” (Ahmadi, 2007:20). Oleh sebab itu,
bahwa, bolavoli “adalah olahraga yang di- agar dapat melakukan permainan bolavoli
mainkan oleh dua tim dan setiap tim terdiri dibutuhkan koordinasi gerakan yang baik
dari enam pemain, tim tersebut misalnya tim dan kerjasama antar pemain.
A dan tim B. Untuk memulai permainan, tim Dalam permainan bolavoli, untuk meng-
pertama yang akan melakukan serve dipilih awali permainan diperlukan service. Service
melalui “lempar koin”. Dari pendapat ber- merupakan salah satu dari berbagai teknik
bagai ahli di atas, maka dapat disimpulkan dasar bolavoli. “Dalam latihan maupun dalam
bahwa bolavoli adalah olahraga yang dima- permainan, perlu sangat ditonjolkan penting-
inkan oleh dua tim dalam satu lapangan nya service yang tepat dan aman” (Durrwachter,
yang dipisahkan oleh sebuah net dan setiap 1982:43). Karena penetuan awal permainan
tim terdiri dari enam pemain. berada pada tingkat ketajaman dan ketepat-
Setiap olahraga mempunyai berbagai an service.
teknik dasar. Teknik dasar setiap olahraga Service adalah “pukulan bola yang dila-
berbeda sesuai dengan jenis olahraga ter- kukan dari belakang garis akhir lapangan
sebut. Roesdiyanto (1989:23) mengemuka- permainan melampaui net dari daerah la-
kan bahwa teknik permainan bolavoli adalah wan” (Ahmadi, 2007:20). Sedangkan menurut
“suatu proses dasar tubuh untuk melakukan Roesdiyanto (1989:27) mengemukakan bah-
keaktifan jasmani dan suatu penguasaan wa service dalam permainan bolavoli adalah
keterampilan dalam hal suatu praktek yang “sarana pertama untuk mengadakan serang-
sebaik-baiknya untuk dapat melakukan ge- an terhadap regu lawan,dengan memiliki
84 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 81 - 87
teknik service yang baik akan membuat lain yaitu model timang bola service bawah,
suatu regu bermain dengan sangat efisien, model service bawah berpasangan, model
tetapi menghasilkan kemenangan yang service segitiga, model service segi empat,
besar”. Sedangkan menurut Durrwachter, model adu service, dan model service
(1982:43) mengemukakan bahwa “perma- gawang.
inan diawali dengan pukulan service, yang Berbagai model pembelajan service ba-
dilakukan pada awal setiap set serta setiap wah bolavoli, ada beberapa unsur perma-
kali setelah lawan melakukan kesalahan”. inan yang terkandung di dalamnya. Perma-
Berdasarkan beberapa pendapat para inan sangat berperan pada perkembangan
ahli, dapat disimpulkan bahwa service ada- gerak motorik manusia. Selain itu, perma-
lah pukulan yang dilakukan pada awal per- inan juga membantu seseorang untuk meng-
mainan yang bertujuan sebagai awal dari hilangkan kejenuhan. Sarifudin (1976: 76)
serangan. mengungkapkan bahwa “permainan sebagai
Dalam permainan bolavoli, service tidak penyaluran segala potensi yang ada pada
hanya dilakukan dengan satu jenis saja, diri masing-masing baik untuk kebugaran
melainkan ada beberapa cara dalam mela- jasmani sebagai satu kesatuan makhluk
kukan service. Menurut Roesdiyanto (1989: hidup maupun kebutuhan pencapaian hasrat
27), bahwa “service dalam bolavoli dapat keinginan”.
dibedakan menjadi dua hal yaitu: a) service Permainan sangat digemari oleh semua
yang dilakukan dari atas; b) service yang kalangan terutama anak-anak. Menurut Sujanto
dilakukan dari bawah. Kedua jenis service (1982:31) menerangkan bahwa “bagi anak,
tersebut bisa digunakan pemain dalam mela- permainan adalah merupakan makanan ro-
kukan service. Tetapi untuk pemula, lebih haninya. Ia tidak akan merasa lebih enak
mudah untuk melakukan service bawah. bila tidak ada kesempatan untuk bermain-
Service bawah yaitu service yang dila- main”.
kukan dari bawah dengan menggunakan Dari berbagai pendapar para ahli, dapat
lengan. “Posisi awal untuk melakukan ser- disimpulkan bahwa permainan merupakan
vice tangan bawah adalah berdiri dengan salah satu alat untuk mencapai keinginan
posisi melangkah, dengan kaki depanyang dan kesenangan seseorang serta untuk me-
berlawanan dengan tangan yang akan me- nyalurkan potensi untuk memenuhi kebu-
mukul bola” (Ahmadi, 2007:20). garan jasmani.
Selain cara melakukan service bawah,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam melakukan service bawah agar ser- METODE
vice bawah yang dilakukan benar, melam-
paui net, dan dapat mematikan lawan. Ber- Dalam pengembangan ini, peneliti meng-
dasarkan pendapat dari paha ahli, dapat di- acu model pengembangan (research and
simpulkan bahwa yang harus diperhatikan development) dari Borg dan Gall (1983:775)
dalam melakukan service bawah bolavoli yang telah dimodifikasi oleh peneliti yakni: 1)
adalah: a) posisi kaki; b) posisi lengan; c) melakukan analisis produk yang akan dikem-
posisi badan; d) lambungan bola; e) ayunan bangkan di antaranya, wawancara guru pen-
lengan; dan f) perkenaan bola. didikan jasmani dan penyebaran angket un-
Dalam teknik dasar service bolavoli, ter- tuk siswa; 2) mengembangkan produk awal;
dapat beberapa jenis teknik dasar, diantara- 3) validasi ahli meliputi dua ahli isi (pembel-
nya yaitu “top spin, back spin, inside spin, ajaran, permainan, dan bolavoli). Revisi pro-
outside spin, dan floating” (Sugiyono, 1997: duk awal berdasarkan evaluasi ahli; 4) uji
43). coba lapangan meliputi uji kelompok kecil
Pembelajaran service bawah bolavoli yang terdiri dari 12 subjek dan uji kelompok
merupakan pembelajaran yang di dalamnya besar yang terdiri dari 30 subjek; 5) revisi
terdapat pembelajaran yang berupa latihan produk meliputi revisi produk berdasarkan
serta permainan. Pembelajaran tersebut ber- kegiatan uji coba kelompok kecil, revisi pro-
tujuan untuk melatih keterampilan service duk berdasarkan kegiatan uji kelompok be-
bawah bolavoli. Pembelajaran tersebut ter- sar, dan hasil akhir produk pengembangan
diri dari enam model pembelajaran, antara dari hasil revisi produk akhir.
Novi Dian A., M.E. Winarno, & Sulistyorini, Pengembangan Pembelajaran Teknik Dasar Service 85
Jenis data yang digunakan dalam pe- dan 0 siswa menjawab semua jawaban
ngembangan pembelajaran ini adalah data benar.
kualitatif dan kuantitatif.Data kualitatif diper-
oleh dari hasil wawancara guru pendidikan Pengembangan Produk
jasmani dan hasil evaluasi para ahli yang Pengembangan produk dilakukan
berupa saran serta masukan. Sedangkan dengan evaluasi dari ahli. Evaluasi ahli
data kuantitatif diperoleh dari data angket terhadap produk ini terdiri atas dua subjek
analisis kebutuhan untuk siswa, uji coba awal yaitu ahli isi 1 dan 2. Berdasarkan hasil ana-
kelompok kecil, dan uji lapangan kelompok lisis data, dapat diketahui bahwa dari kese-
besar. luruhan hasil evaluasi oleh dua subjek yaitu
Teknik analisis data yang digunakan memperoleh hasil “baik”sehingga pengem-
dalam penelitian pengembangan ini adalah bangan pembelajaran teknik dasar service
teknik analisis kualitatifdan kuantitatif. Teknik bawah bolavoli dapat digunakan untuk siswa
analisis kualitatif bersifat induktif yaitu suatu kelas VIII SMP Negeri 5 Malang.
analisis yang diperoleh berdasarkan hasil
data. Sedangkan teknik analisis kuantitatif Uji Coba Lapangan
bersifat deskriptif berupa persentase. Hasil Kegiatan uji lapangan dilakukan seba-
analisis data ini akan menjadi dasar dalam nyak dua kali yaitu uji coba kelompok kecil
penyempurnaan penelitian pengembangan dan uji coba kelompok besar. Uji coba ke-
ini. lompok kecil dilakukan oleh 12 subjek pene-
litian. Hasil analisis data uji coba kelompok
kecil diperoleh 85,28% dengan keterangan
HASIL “baik sekali” sehingga dapat dilanjutkan ke
uji coba kelompok besar. Uji coba kelompok
Berdasarkan tujuan penelitian dan pe- besar tersebut dilakukan oleh 30 subjek. Uji
ngembangan, hasil penelitian ini terdiri dari coba kelompok besar dilakukan oleh 30
tiga aspek yaitu: 1) analisis kebutuhan; 2) subjek penelitian. Hasil analisis data uji coba
pengembangan produk; 3) uji coba kelompok. kelompok kecil diperoleh 86,25% dengan
keterangan “baik sekali” sehingga pengem-
Analisis Kebutuhan (Wawancara dan bangan pembelajaran teknik dasar service
Angket) bawah bolavoli dapat digunakan untuk siswa
Berdasarkan hasil wawancara terhadap kelas VIII SMP Negeri 5 Malang.
guru penjasorkes dapat disimpulkan bahwa
materi service bawah bolavoli merupakan Hasil Revisi Produk
materi yang sulit dikuasai oleh siswa dan Berdasarkan evaluasi ahli dan uji coba
minat siswa cenderung kurang dalam pem- lapangan, maka terjadi perubahan pada
belajaran service bawah bolavoli. selain itu, produk pengembangan. Hasil dari peruba-
guru pendidikan jasmani setuju apabila di- han produk tersebut berupa buku panduan
kembangkan pembelajaran service bawah pembelajaran teknik dasar service bawah
bolavoli yang bervariasi dan menyenangkan. bolavoli. Buku ini dicetak dikertas A5 seberat
Berdasarkan data hasil analisis dari 80gr dan cover kertas glossy berwarna biru
penyebaran angket untuk siswa diketahui muda dengan total halaman 73 lembar. Di
bahwa 68,3% siswa senang dalam pembel- dalam buku panduan tersebut terdapat
ajaran service bawah bolavoli, siswa meng- gambar-gambar yang menarik dari variasi
Sutarakan bahwa 54,2% materi service pembelajaran tersebut. Secara garis besar
bawah bolavoli disajikan dalam bentuk perubahan pada produk pengembangan ber-
permainan, 85% siswa ingin pembelajaran dasarkan evaluasi ahli yaitu Gambar diper-
dari guru pendidikan jasmani ditingkatkan, jelas dan diganti menjadi gambar siswa yang
dan 75% siswa setuju dikembangkannya sedang melakukan teknik dasar service
pembelajaran service bawah bolavoli. selain bawah bolavoli, layout gambar yang berada
itu untuk angket dengan pilihan jawaban di sebelah kiri di pindah di sebelah kanan
centang diperoleh hasil 1 siswa menjawab agar tidak mengganggu pembaca dan tuli-
passing bawah, 3 siswa menjawab passing san jelas. Gambar pembelajaran 1-4 lebih
atas, 26 siswa menjawab service bawah, diperjelas, pembelajaran menimang bola
dengan telapak tangan dihilangkan, Pada
86 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 81 - 87
pembelajaran 1 tambahkan frekuensi mela- dilakukan untuk siswa SMP. Selain itu,
kukan timang bola selain itu nilai afektif terdapat langkah-langkah serta gambar yang
siswa akan muncul jika ada interaksi dengan menunjang sehingga pembelajaran semakin
siswa yang lain, pada pembelajaran 1-4, cek mudah dipahami. Kelebihan lain produk
tujuan pembelajaran berapa lama atau be- yang dikembangkan yaitu produk berupa
rapa kali pertemuan untuk terampil, pada buku panduan yang dicetak dengan ukuran
pembelajaran 6,lebih diperjelas berapa lama kertas A5, buku dilengkapi dengan uraian
pertambahan waktu yang dilakukan, tam- tujuan, sarana dan prasarana yang digu-
bahkan lampiran yang berisi instrumen kete- nakan, serta langkah kegiatan, gambar yang
rampilan service bawah bolavoli, dan ditam- disajikan menarik, keterangan gambar, serta
bahkan form penilaian proses, kalimat pada desain buku dengan warna dan gambar
langkah kegiatan terlalu singkat, jelaskan layout yang menarik pula sehingga lebih
secara rinci di setiap poinnya. mudah untuk dimengerti dan lebih menarik
untuk dipelajari.
PEMBAHASAN
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penelitian awal (analisis
kebutuhan berupa wawancara guru pen- Kesimpulan
didikan jasmani dan angket siswa diperoleh Berdasarkan pada pengembangan yang
bahwa dibutuhkan pengembangan pembel- telah dilakukan, ditemukan bahwa pembel-
ajaran teknik dasar service bawah bolavoli ajaran service bawah bolavoli dibutuhkan
dapat digunakan untuk siswa kelas VIII SMP oleh guru dan siswa. Produk yang telah
Negeri 5 Malang. Setelah itu peneliti menge- dikembangkan bisa digunakan untuk guru
mbangkan produk tersebut. Pengembangan maupun siswa berdasarkan uji produk ter-
produk di evaluasi oleh dua ahli. Dari kedua hadap evaluasi ahli.
ahli tersebut memperoleh hasil “baik” sehing-
ga pengembangan pembelajaran teknik Saran
dasar service bawah bolavoli dapat di uji Berdasarkan kesimpulan di atas, maka
cobakan. Uji coba lapangan dilakukan de- peneliti memberikan beberapa saran yaitu:
ngan dua tahap yaitu uji coba kelompok kecil 1) saran pemanfaatan yakni perlu dipertim-
dan uji coba kelompok besar. Hasil uji coba bangkan situasi dan kondisi sarana dan pra-
lapangan diperoleh hasil “baik sekali” sarana yang ada, bagi siswa buku pembel-
sehingga pengembangan pembelajaran ajaran service bawah bolavoli ini sebaiknya
teknik dasar service bawah bolavoli dapat dibaca dan dipelajari terlebih dahulu sebe-
digunakan untuk siswa kelas VIII SMP Negeri lum pembelajaran dimulai, bagi guru penjas-
5 Malang. orkes seharusnya memberikan materi seca-
Berdasarkan pengembangan produk ra bertahap dan dengan pembelajaran yang
yang dikembangkan melalui uji ahli dan uji menarik; 2) Saran diseminasi yakni sebelum
lapangan maka dapat diperoleh kesimpulan buku ini disebarluaskan, produk di evaluasi
bahwa keseluruhan pembelajaran sesuai oleh ahli yang berguna untuk penyempur-
dengan tujuan pembelajaran dan dapat naan produk dan produk harus disosialisasi-
digunakan untuk siswa kelas VIII SMP kan kepada guru pendidikan jasmani agar
Negeri 5 Malang. Produk pengembangan guru pendidikan jasmani dapat menerapkan
yang dihasilkan mempunyai beberapa kele- pembelajaran yang telah dikembangkan kepa-
bihan. Spesifikasi produk yang telah dikem- da siswa; 3) Saran pengembangan lebih
bangkan yaitu pembelajaranterdiri dari enam lanjut yakni untuk subjek penelitian dilakukan
pembelajaran, antara lain yaitu pembel- pada subyek yang lebih luas lagi sebagai uji
ajaran timang bola service bawah, pembel- coba kelompok, kegiatan penelitian bisa
ajaran service bawah berpasangan, pem- dilakukan di sekolah-sekolah lain yang me-
belajaran service segitiga, pembelajaran service miliki kesamaan dengan subyek penelitian,
segi empat, pembelajaran adu service, dan dan dalam menyebarluaskan pengembang-
pembelajaran service gawang. Keenam an produk, sebelum disebarluaskan sebaik-
pembelajaran tersebut mudah dan aman nya produk ini dievaluasi kembali dan diuji
Novi Dian A., M.E. Winarno, & Sulistyorini, Pengembangan Pembelajaran Teknik Dasar Service 87
keefektivitasnya agar produk lebih sempurna Dwiyogo, W.D. 2010. Dimensi Teknologi
dan bermanfaat untuk masyarakat luas. Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan
Olahraga. Malang: Wineka Media.
Sarifudin, A. 1976. Olahraga Pendidikan di
DAFTAR RUJUKAN
Sekolah Dasar Jilid Pertama. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebuda-
BSNP. 2006. Standar Isi Sekolah Menengah yaan.
Atas/ Sekolah Menengah Kejuruan.
Jakarta: Depdikbud. Setyosari, P. 2001. Rancangan Pembel-
ajaran: Teori dan Praktek. Malang:
Borg, W.R. & Gall, M.D. 1983. Educational Elang Emas.
Research An Introduction. New
York:Longman. Sujanto, A. 1982. Psikologi Perkembangan.
Aksara Baru: Jakarta.
Bucher, C.A. 1983. Foundations of Fhysical
Education and Sport. London: Mosby Winarno. M.E. 2006. Dimensi Pembelajaran
Company. Pendidikan Jasmani dan Olahraga.
Malang: Laboratorium Jurusan Ilmu
Durrwachter, G. 1967. Bola Volley Belajar Keolahragaan.
dan Berlatih Sambil Bermain.
Terjemahan Agus Setiadi. 1982. Ja-
karta: PT. Gramedia.
PROFIL TINGKAT KESEGARAN JASMANI MAHASISWA PJKR
JALUR UNDANGAN TAHUN 2012/2013
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui bagaimana profil tingkat kese-
garan jasmani mahasiswa Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) Jalur
Undangan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) angkatan
2012/2013. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan menggunakan
tes Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI). Populasinya adalah seluruh mahasiswa
baru jalur undangan SNMPTN tahun 2012/2013. Teknik sampling yang digunakan
adalah total sampling dengan jumlah 297 mahasiswa. Teknik analisis datanya
menggunakan teknik deskriptif persentase. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 297
mahasiswa yang melakukan tes TKJI ada 36 (12%) mahasiswa masuk dalam kategori
kurang sekali, 78 (26%) mahasiswa masuk kategori kurang, 93 (31%) masuk kategori
sedang, 69 (23%) mahasiswa masuk kategori baik, dan 21 (7%) mahasiswa masuk
kategori baik sekali. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat kebugaran
mahasiswa PJKR jalur undangan SNMPTN tahun 2012/2013 termasuk dalam kategori
sedang. Berdasarkan simpulan hasil penelitian di atas, maka disarankan kepada
lembaga Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) dalam menyeleksi penerimaan mahasiswa
baru hendaknya tetap menggunakan TKJI dan kepada prodi PJKR hendaknya
melakukan pembelajaran khususnya matakuliah praktik memperhatikan kondisi
mahasiswa, dan menggunakan metode pendekatan yang tepat, agar tidak menimbulkan
hal-hal yang membahayakan mahasiswa.
1
2 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 1 - 7
publik Indonesia Nomor: 244/DIKTI/Kep/1996, akan tetapi apabila tingkat kesegaran jasma-
tanggal 11 Juli 1996. Pada tahun 1998 Pro- ninya tidak memadahi, maka perkuliahan
gram Studi Pendidikan Jas-mani Kesehatan praktik yang mereka ikuti akan menjadi
dan Rekreasi diakreditasi oleh Departemen beban yang berat yang harus mereka tang-
Pendidikan Nasional Republik Indonesia me- gung. Kesegaran/kebugaran jasmani (physi-
lalui Badan Akreditasi Nasional Perguruan cal fitness) atau sering hanya disebut kebu-
Tinggi, Program Studi Pendidikan Jasmani garan, mengacu kepada kemampuan sese-
Kesehatan dan Rekreasi memperoleh pe- orang untuk melaksanakan aktivitas harian-
ringkat akreditasi B, dengan No. 001/BAN- nya tanpa kelelahan yang berarti, dan masih
PT/Ak-I/VIII/98 tanggal 1 Juni 1998. Pada memiliki energi cadangan untuk melakukan
tahun 2004 Program Studi Pendidikan Jas- sesuatu dalam keadaan darurat (Direktorat
mani Kesehatan dan Rekreasi diakreditasi Olahraga Pelajar dan Mahasiswa, Dirjen
kembali oleh Departemen Pendidikan Nasio- Olahraga Depdiknas, 2004). Oleh karena itu,
nal Republik Indonesia melalui Badan Akre- diperlukan pembinaan dan pemeliharaan ke-
ditasi Nasional Perguruan Tinggi, Program bugaran jasmani. Untuk keberhasilan
Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan pelaksanaan tugas, perlu adanya kese-
Rekreasi memperoleh peringkat akreditasi A suaian antara syarat yang harus dipenuhi
(skor 368), dengan No. 024/BAN.PT/Ak/VIII yaitu yang bersifat anatomis dan fisiologis
/S1/VI/2004 tanggal 18 Juni 2004 dan ber- terhadap semacam intensitas tugas fisik
laku sampai dengan 18 Juni 2009. yang harus dilaksanakan. Misalnya dalam
Program studi PJKR FIK Unnes pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga
dikembangkan sejalan dengan visi melaksa- dan kesehatan di sekolah.
nakan pendidikan akademik dan pendidikan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003
profesi di bidang pendidikan jasmani dalam pasal 4 tentang Sistem Pendidikan Nasional
berbagai jenjang dan jenis pendidikan, serta mengamanatkan bahwa Pendidikan Nasio-
mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu nal bertujuan untuk berkembangnya ponten-
pengetahuan dan teknologi pendidikan jas- si peserta didik agar menjadi manusia yang
mani, kesehatan dan rekreasi melalui pe- beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
nyelenggaraan pengajaran, penelitian dan Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
pengabdian kepada masyarakat. cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung
Lulusan Program studi PJKR FIK Unnes
jawab. Selain itu, dalam Pasal 1 ayat 11
diharapkan menguasai ilmu pembelajaran
Undang-undang RI Nomor 3 tahun 2005
pendidikan jasmani dan olahraga di semua
tentang Sistem Keolahragaan Nasional,
jenjang pendidikan, dan memiliki
dijelaskan bahwa Pendidikan Jasmani,
kemampuan untuk melakukan penelitian
Olahraga dan Kesehatan yang dilaksanakan
dalam bidang pendidikan jasmani dan
sebagai bagian dari proses pendidikan yang
olahraga, serta terampil menerapkan dalam
teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh
pengabdian kepada ma-syarakat.
pengetahuan, kepribadian, keterampilan,
Salah satu sasaran dan strategi penca-
kesehatan, dan kebugaran jasmani.
paian Program studi PJKR adalah
menghasilkan lulusan dengan kemampuan
sebagai pendidik yang berpengetahuan luas
METODE
dalam bidang pendidikan jasmani dan
olahraga dan mampu menjalankan tugas
Populasi menurut Arikunto (2002:108)
dan kewajibannya secara profesional serta
adalah keseluruhan subjek pe-nelitian,
menyebarluaskan pengetahuannya pada
sedang menurut Sukardi (2004:53) populasi
berbagai jenis dan jenjang pendidikan.
pada prinsipnya adalah semua ang-gota
Sebelum menjadi seorang pendidik, se-
kelompok manusia, binatang, peristiwa atau
orang mahasiswa PJKR perlu mempunyai
benda yang tinggal bersama dalam satu
kebugaran minimal dengan katergori baik,
tempat dan secara terencana menjadi target
agar dalam proses pembelajaran yang ber-
kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian.
langsung terutama yang praktik dapat mere-
Populasi dalam penelitian ini adalah se-
ka lalui dengan sebagaimana mestinya,
luruh mahasiswa PJKR semester 1 yang me-
Mohamad Annas, Profil Tingkat Kesegaran Jasmani Mahasiswa PJKR Jalur Undangan 3
rupakan hasil penerimaan dari sistem SNMPTN penelitian ini variabel yang diteliti adalah
jalur undangan tahun 2012. Sampel menu- Tingkat kebugaran jasmani mahasiswa
rut Arikunto (2000:109) adalah sebagian PJKR semester 1 tahun 2012. Instrumen
atau wakil populasi yang diteliti. Menurut yang digunakan dalam penelitian kebugaran
Sukardi (2004:54) sampel adalah sebagian mahasiswa menggunakan tes dan
jumlah populasi yang dipilih untuk sumber pengukuran yaitu: Tes Kesegaran Jasmani
data. Lebih lanjut Sudjana (2005:6) Indonesia (TKJI 2003:3-30). Teknik pengam-
mengartikan bahwa sampel adalah sebagian bilan data yang digunakan dalam penelitian
yang diambil dari populasi. Sampel yang ini adalah dengan menggunakan tes TKJI,
digunakan dalam penelitian ini adalah selu- terdiri dari beberapa item tes dan pengukuran
ruh mahasiswa PJKR semester 1 yang me- yang meliputi: 1) Tes lari cepat (sprint/dash)
rupakan hasil penerimaan dari sistem SNMPTN 60 meter; 2) Tes gantung angkat tubuh untuk
jalur undangan sejumlah 297 mahasiswa. putra dan gantung siku tekuk untuk putri; 3)
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada Tes baring duduk 60 detik; 4) Loncat tegak;
bulan September tahun 2012 dengan lokasi dan 5) Tes lari 1200 meter untuk putra dan
atau tempat penelitian di Fakultas Ilmu 1000 meter untuk putri. Untuk analisis data
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Variabel adalah hal-hal yang menjadi objek dengan menggunakan deskriptif persentase
penelitian yang ditatap dalam suatu kegiatan dengan menggunakan hasil kriteria penen-
penelitian (points to be notised) (Arikunto, tuan profil tingkat kesegaran jasmani ma-
2006:10). Objek tersebut disebut gejala, hasiswa PJKR jalur undangan SNMPTN
sedang gejala-gejala yang menunjukkan sebagaimana termuat dalam Tabel 1.
variasi baik dalam jenis maupun tingkatnya
disebut variabel (Hadi, 1987:224). Dalam
Tabel 1. Nilai Tes Kesegaran Jasmani Remaja Usia 16-19 Tahun (Putra)
Gantung Baring Duduk Lari
No. Lari 60 m Loncat Tegak Nilai Kategori
AngkatTubuh 60 detik 1200 m
1 s.d. - 7,2” 19 ke atas 41 ke atas 73 ke atas s.d - 3,14’ 5 Baik Sekali
2 7,3” - 8,3” 14 -18 30 - 40 60 - 72 3,15” - 4,25” 4 Baik
3 8,4” - 9,6” 9 -13 21 - 29 50 - 59 3,15” - 4.25 ” 3 Sedang
4 9,7” - 11,0” 5-8 10 - 20 39 - 49 5,13”- 6,33” 2 Kurang
5 11,1 - dst 3-4 0-9 38 - dst. 6,34”- dst. 1 Kurang Sekali
Sumber: TKJI. 2003. Departemen Pendidikan Nasional. Hal. 28
Tabel 2. Nilai Tes Kesegaran Jasmani Remaja Usia 16-19 Tahun (Putri)
Gantung Siku Baring Duduk Loncat Lari
No. Lari 60 m Nilai Kategori
Tekuk 60 detik Tegak 1000 m
1 s.d. - 8,4” 19 ke atas 41 ke atas 73 ke atas s.d - 3,14’ 5 Baik Sekali
2 8,5” - 9,8” 14 - 18 30 - 40 60 - 72 3,15” - 4,25” 4 Baik
3 9,9”- 11,4” 9 - 13 21 - 29 50 – 59 3,15” - 4.25 ” 3 Sedang
4 11,5” - 13,4” 5-8 10 - 20 39 - 49 5,13” - 6,33” 2 Kurang
5 13,5 - dst 3-4 0-9 38 - dst. 6,34” - dst. 1 Kurang Sekali
Sumber: TKJI. 2003. Departemen Pendidikan Nasional. Hal. 28.
4 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 1 - 7
Hasil baring duduk sesuai dengan Gra- SNMPTN PJKR FIK Unnes yang terdiri
fik 4, dari 297 mahasiswa yang masuk ka- dari: 1) Lari 60 meter; 2) Gantung angkat
tegori kurang sekali ada 8 mahasiswa, ka- tubuh; 3) Baring duduk 60 detik; 4) Loncat
tegori kurang 21 mahasiswa, kategori tegak; 5) Lari 1200 meter/1000 meter.
sedang 46 mahasiswa, kategori baik 147, Berdasarkan hasil penelitian yang di-
dan kategori baik sekali 75 mahasiswa. peroleh dari lima jenis tes yang dilakukan
rata-rata mahasiswa jalur undangan tahun
2012 memiliki kondisi yang sedang. Hanya
ada satu jenis tes yang rata-ratanya ter-
masuk dalam kebugaran jasmani yang baik
yaitu pada test baring duduk 60 detik,
Sedangkan pada lari 1200/1000 termasuk
kategori kurang.
Kebugaran jasmani merupakan satu
kesatuan yang utuh dari beberapa kompo-
nen-komponen yang tidak dapat dipisah-
Grafik 5. Loncat Tegak kan begitu saja, baik peningkatan maupun
pemeliharaannya. Pendapat ini dikemuka-
Hasil loncat tegak sesuai dengan kan oleh Sajoto (1988:58-59) bahwa ada
Grafik 5, dari 297 mahasiswa, yang masuk sepuluh komponen yang mempengaruhi
kategori kurang sekali 88 mahasiswa, kate- kebugaran jasmani yaitu kekuatan, daya
gori kurang 101 mahasiswa, kategori se- tahan, daya ledak, kecepatan, daya lentur,
dang 98 mahasiswa, dan kategori baik 10 kelincahan, koordinasi, keseimbangan,
mahasiswa. ketepatan dan reaksi. Di samping dari
sepuluh komponen tersebut masih terdapat
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kondisi fisik yaitu faktor latihan, prinsip-
prinsip beban lebih, faktor istirahat, faktor
kebiasaan hidup sehat, faktor lingkungan,
dan juga faktor makanan dan gizi.
Menurut Giriwijoyo (2005:17) bahwa
kebugaran jasmani adalah derajat sehat
dinamis seseorang yang merupakan ke-
Grafik 6. Lari 1000 meter/1200 meter
mampuan jasmani yang menjadi dasar
untuk keberhasilan pelaksanaan tugas
yang harus dilaksanakan. Oleh karena itu,
Hasil lari 1000 meter/1200 meter diperlukan pembinaan dan pemeliharaan
sesuai dengan Grafik 6, dari 297 kebugaran jasmani seseorang. Untuk ke-
mahasiswa yang masuk kategori kurang berhasilan pelaksanaan tugas, perlu ada-
sekali ada 52 mahasiswa, kategori kurang nya kesesuaian antara syarat yang harus
186 mahasiswa, kategori sedang 57 dipenuhi yaitu yang bersifat anatomis dan
mahasiswa, dan kategori baik 2 fisiologis terhadap semacam intensitas tu-
mahasiswa. gas fisik yang harus dilaksanakan. Dengan
demikian kebugaran yang harusnya dimiliki
seorang mahasiswa baru adalah dengan
PEMBAHASAN kategori baik, bahkan kalau mungkin baik
sekali, karena banyak matakuliah praktik
Berdasarkan hasil penelitian dan anali- yang membutuhkan tingkat kebugaran
sis deskriptif persentase di atas dapat dike- yang sangat baik. Jika tidak, maka banyak
tahui bahwa keadaan kebugaran jasmani mahasiswa yang akan masalah dalam
mahasiswa baru jalur undnagan SNMPTN kuliah, bahkan jatuh sakit ketika mereka
PJKR FIK Unnes termasuk dalam dalam sehari harus mendapatkan 2 sampai
klasifikasi sedang. Dari lima item tes 3 kali matakuliah praktik tanpa diimbangi
tingkat kebugaran jasmani yang dilakukan dengan tingkat kebugaran yang baik.
terhadap mahasiswa baru jalur undangan
6 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 1 - 7
Faktor latihan merupakan salah satu dalam menerima mahasiswa baru harus
faktor yang dapat mempengaruhi tingkat menggunakan tes keterampilan khusus se-
kebugaran jasmani seseorang. Dengan la- suai dengan kebutuhan.
tihan yang teratur akan dapat meningkat-
kan daya tahan kardiovaskuler dan dapat
juga mengurangi lemak yang berada dalam KESIMPULAN DAN SARAN
tubuh, yang berarti seluruh organ yang
dilatih secara teratur dapat beradaptasi ter- Kesimpulan
hadap pembebanan yang diberikan dalam Berdasarkan hasil penelitian dan pem-
kuliah. Di samping itu penyelenggaraan bahasan maka dapat disimpulkan hal-hal
pola makan yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: “Tingkat kebugaran maha-
empat sehat lima sempurna merupakan siswa pendidikan jasmani kesehatan dan
salah satu upaya untuk meningkatkan kon- rekreasi (PJKR) jalur SNMPTN (jalur un-
disi tubuh yang baik sangat diperlukan oleh dangan) Tahun 2012/2013 termasuk dalam
tubuh. Karena dengan menu empat sehat kategori sedang”.
lima sempurna tersebut kebutuhan gizi
tubuh akan dapat terpenuhi. Dengan terpe- Saran
nuhinya gizi tubuh makan kondisi tubuh Berdasarkan simpulan hasil penelitian,
akan selalu sehat, tidak mudah lelah, mu- maka dapat diajukan saran sebagai beri-
dah mengantuk, atau mudah terserang kut: (1) Disarankan kepada lembaga dalam
penyakit. me-nyeleksi penerimaan mahasiswa baru
Selain faktor latihan yang rutin dan ter- hendaknya tetap menggunakan tes
jadwal dengan baik, pola makan mahasiwa keterampilan (TKJI); dan (2) Kepada prodi
juga dapat berpengaruh terhadap tingkat PJKR hendaknya melakukan pembelajaran
kebugaran jasmani. Makanan yang bergizi khususnya matakuliah praktik
sangat diperlukan bagi tubuh untuk proses memperhatikan kondisi mahasiswa, dan
pertumbuhan, pergantian sel tubuh yang menggunakan metode pendekatan yang
rusak dan untuk mempertahankan kondisi tepat, agar tidak menimbulkan hal-hal yang
tubuh. Jadi dalam pembinaan kebugaran membahayakan mahasiswa.
jasmani, tubuh haruslah cukup makan
makanan yang bergizi dan mengandung
unsur-unsur yang diperlukan oleh tubuh. DAFTAR PUSTAKA
Namun pada kenyataannya pemenuhan
kebutuhan makanan dan gizi tidak semua Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian
mahasiswa dapat memenuhinya dengan Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
sempurna atau lengkap dengan standar 4 Rieneka Cipta.
sehat 5 sempurna, karena hal ini masing-
Depdiknas. 2004. Standarisasi dan Profil
masing masih dipengaruhi tingkat kehidup-
an ekonomi masing-masing mahasiswa Kebugaran Jasmani Atlet Pelajar.
Jakarta, Direktorat Olahraga Pelajar
tersebut. Jadi dengan kondisi seperti ini
dan Mahasiswa Ditjen Olahraga.
masih sangat berpengaruh pada kebugar-
an jasmani Mahasiswa baru jalur undangan Giriwijoyo, Y.S.S., dkk. 2005. Manusia dan
SNMPTN PJKR FIK Unnes. olahraga. Bandung: Penerbit ITB.
Dengan kenyataan yang sudah dihada-
Sajoto, M. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik
pi bahwa mahasiswa baru memiliki tingkat
dalam Olahraga. Jakarta: P2LPTK.
kebugaran yang kurang baik, maka perlu
adanya pendekatan-pendekatan pembel- Sudjana, N. 2005. Pengantar Statistik
ajaran yang akan diterapkan oleh dosen Pendidikan. Jakarta: PT. Raja
pengampu matakuliah khususnya mataku- Grafindo Persada.
liah praktik, dengan menggunakan metode
Sukardi. 1987. Metodologi Penelitian
pembelajaran yang tepat sehinga akan
Pendidikan: Kompetensi dan
membatu mahasiswa dalam meningkatkan
Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.
kebugaranya secara bertahap, tetapi untuk
tahun-tahun berikutnya perlu dipertimbang- Undang-undang Republik Indonesia Nomor
kan sekali khususnya PJKR FIK Unnes 3 tahun 2005 tentang Sistem Ke-
Mohamad Annas, Profil Tingkat Kesegaran Jasmani Mahasiswa PJKR Jalur Undangan 7
Abstrak: Teknik dasar yang diajarkan pertama kali adalah passing bawah dan service
bawah. Pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Babadan 2 yaitu guru
memberikan contoh, Siswa mempraktikkannya, sehingga perlu dikembangkan buku
pembelajaran bolavoli mini kelas V Sekolah dasar (SD) sebagai buku pegangan guru.
Tujuan pengembangan produk ini adalah menghasil-kan buku pembelajaran bolavoli
mini di kelas V SDN Babadan 2 Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar sebagai buku
pegangan guru Pendidikan Jasmani dalam memberikan pembelajaran bolavoli mini.
Metode penelitian yang digunakan adalah model pengembangan Borg dan Gall yang
telah diadaptasi: 1) menentukan potensi dan masalah penelitian; 2) mengumpulkan
informasi; 3) mendesain produk; 4) validasi desain; 5) revisi desain; 6) uji coba tahap I;
7) revisi II; 8) uji coba tahap II; 9) produk akhir. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa,
produk ini memiliki kelebihan ditinjau dari empat aspek yaitu: kegunaan, kemudahan,
keme-narikan, dan keakuratan.
Pendidikan jasmani terdiri dari beberapa ca- Pembelajaran yang terdapat dalam bo-
bang olahraga yang diajarkan pada siswa, lavoli mini adalah pembelajaran service, pas-
diantaranya adalah permainan bolavoli untuk sing, dan smash. Service dilakukan untuk
siswa SD. Sugiyono (1997) mengungkapkan mengawali permainan bolavoli mini, sedang-
permainan bolavoli merupakan cabang olah- kan passing dilakukan untuk dapat memain-
raga beregu yang dimainkan oleh 6 orang kan bola di udara dalam jangka waktu yang
dalam setiap regu. Permainan bolavoli yang lama dalam permainan bolavoli. Smash dila-
dilakukan di SD, telah dimodifikasi menjadi kukan untuk memperoleh poin dan ditujukan
permainan bolavoli mini. agar lawan tidak bisa mengembalikan bola.
Permainan bolavoli mini adalah permain- Baik service, passing maupun smash meru-
an yang dimainkan oleh 4 orang dalam seti- pakan modal yang utama untuk dapat me-
ap regu, permainan ini akan berjalan dengan nguasai permainan bolavoli. Salah satu jenis
baik apabila setiap pemain minimal telah service adalah service atas dan service ba-
menguasai teknik dasar bermain bolavoli. wah, sedangkan passing dalam permainan
Begitu pula permainan bolavoli mini yang bolavoli adalah passing bawah dan passing
dilakukan di SD harus dikuasai secara baik atas.
oleh siswa-siswa. Permainan bolavoli mini Untuk menghasilkan seorang yang pe-
akan dikuasai dengan baik oleh siswa apa- main profesional sedini mungkin, teknik lati-
bila siswa mendapatkan pembelajaran yang han-latihan dasar harus diberikan sejak anak
baik dari guru. Pembelajaran bolavoli mini usia dini (Roesdiyanto, 1992). Berdasarkan
yang dilakukan di SD masih sama dengan pernyataan tersebut sangat jelas bahwa
pembelajaran bolavoli pada umumnya, se- keterampilan bermain bolavoli harus dila-
hingga siswa kurang dapat memahami pem- tihkan sejak dini. Begitu juga dengan ke-
belajaran permainan bolavoli mini yang se- terampilan bolavoli mini harus dilatihkan se-
sungguhnya. Untuk pembelajaran olahraga jak dini, untuk itu perlu ditemukan alternatif
yang lain, sudah sesuai dengan pembel- pemecahan masalah untuk mengatasi siswa
ajaran pendidikan jas-mani di SD. yang kurang benar dalam melakukan per-
mainan bolavoli mini. Roesdiyanto (1992)
8
Tegar Bayu Kharisma, Pengembangan Pembelajaran Permainan Bolavoli Mini 9
menyatakan bahwa service merupakan kondisi fisik siswa yang sehat, tentunya akan
awalan untuk memulai suatu permainan bo- sangat menunjang aktivitas belajar siswa.
lavoli. Roesdiyanto (1992) mengemukakan Pendidikan jasmani diartikan sebagai sua-
bahwa keterampilan melakukan passing tu proses pembelajaran melalui aktivitas jas-
dengan baik merupakan modal utama dalam mani yang didesain secara sistematik untuk
bermain bolavoli. Oleh karena itu teknik meningkatkan kebugaran jasmani, mengem-
dasar yang harus diajarkan untuk pertama bangkan keterampilan motorik.
kali adalah passing bawah dan service ba- Tujuan pendidikan jasmani juga menca-
wah. Dapat disimpulkan bahwa teknik dasar kup tiga aspek yakni ranah kognitif (penge-
yang harus dikuasai adalah passing bawah tahuan), ranah afektif (sikap) dan ranah psi-
dan service bawah untuk dapat melakukan komotorik (keterampilan). Ranah psikomoto-
permainan bolavoli mini. rik dalam pendidikan jasmani lebih ditekan-
Pembelajaran yang selama ini dilakukan kan pada penggunaan syaraf-syaraf yang
di SDN Babadan 2 yaitu guru hanya membe- ada dalam tubuh sehingga menghasilkan
rikan contoh, kemudian siswa melakukan ge- suatu gerakan yang baik. Ada satu ranah
rakan bolavoli mini. Pembelajaran dilaku-kan lagi yang terdapat dalam tujuan pendidikan
seperti itu tanpa adanya variasi latihan atau- jasmani yaitu ranah jasmani yang merupa-
pun permainan, sehingga siswa memerlukan kan tujuan berfungsinya dengan baik sistem
adanya variasi latihan yang menarik dan tubuh siswa, sehingga siswa dapat mengha-
yang dapat meningkatkan keterampilan passing dapai tuntutan lingkungan dengan baik.
bawah dan service bawah dalam pembel-
ajaran bolavoli mini. Untuk itu perlu dikem- Karakteristik Anak SD
bangkan buku pembelajaran bolavoli mini Rosyid (2009) mengungkapkan ada tiga
kelas V SD sebagai buku pegangan guru ciri utama yang menonjol pada masa SD
pendidikan jasmani dalam memberikan yakni: 1) dorongan yang besar untuk berhu-
pembelajaran bolavoli mini. bungan dengan kelompok sebaya; 2) do-
rongan ingin tahu tentang dunia sekitarnya;
Penelitian Pengembangan 3) pertumbuhan fisik mendorong anak untuk
Pengembangan atau yang sering dise- menyenangi permainan yang dapat meng-
but sebagai penelitian pengembangan dila- arah ke dunia pekerjaan.
kukan dengan maksud menjembatani jurang Karakteristik anak SD lebih senang ber-
yang terbentang cukup lebar antara peneli- main dan dalam menerima pembelajaran ha-
tian dan praktik pendidikan. Degeng (2002) rus dalam suasana yang menyenangkan
menyimpulkan bahwa arti penelitian pengem- agar pembelajaran dapat berlangsung seca-
bangan yaitu penelitian ilmiah yang menela- ra efektif. Pada masa ini, merupakan masa
ah suatu teori, model, konsep, atau prinsip, pertumbuhan dan perkembangan anak, se-
dan menggunakan hasil telaah untuk me- hingga perlu diperhatikan untuk membentuk
ngembangkan suatu produk. karakteristik anak yang lebih baik.
Penelitian pengembangan tidak selalu
mengembangkan produk baru, bisa dengan Permainan Bolavoli Mini
menyempurnakan produk yang telah ada dan Menurut Asim (1997) permainan bolavoli
dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian dan mini diciptakan untuk anak-anak SD, teruta-
pengembangan selalu diawali dengan ada- ma kelas lima dan enam sebagai cara me-
nya kebutuhan, permasalahan yang membu- ngembangkan dan menghaluskan gerak da-
tuhkan pemecahan dengan menggunakan sar, serta meningkatkan kesegaran jasmani.
suatu produk tertentu. Sedangkan menurut Puspitasari (2003:85)
permainan bolavoli mini merupakan perma-
Pendidikan Jasmani inan yang dibuat dari modifikasi permainan
Pendidikan jasmani merupakan bagian bolavoli yang sebenarnya dengan menjadi-
integral dari keseluruhan proses pendidikan kannya lebih mudah memainkan dan lebih
melalui berbagai aktivitas jasmani yang ber- menarik untuk dilaksanakannya, hal ini di-
tujuan untuk mengembangkan individu atau buktikan dengan peraturan yang lebih mu-
siswa secara fisik. Pendidikan jasmani sa- dah untuk dipahami dan dimengerti karena
ngat mempengaruhi siswa karena dengan permainan ini ditujukan untuk anak usia dini.
Konsep permainan bolavoli mini suatu per-
10 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 8 - 14
mainan modifikasi bolavoli yang sebenarnya tinggi jaring (net) 1,9 meter, menggunakan
dengan menjadikannya lebih mudah mema- bola rajut dengan berat 1,8-2 ons lingkaran
inkan dengan jalan melakukan perubahan bola 63 centimeter sampai 65 centimeter.
pada peraturan-peraturan yang digunakan Roesdiyanto (1992:5) mengungkapkan
sehingga sesuai untuk usia SD (Novembri, bahwa ukuran yang digunakan untuk ber-
2008). main bolavoli mini adalah lebar 4,5 meter
Asim (1997) mengungkapkan peraturan dan panjang 12 meter, menggunakan bola-
permainan bolavoli mini adalah mengguna- voli yang beratnya 200 gram di samping itu
kan lapangan berukuran 12 kali 6 meter, juga perlu dimodifikasi bentuk net serta ke-
tinggi jaring (net) 1,9 meter, menggunakan tinggian disesuaikan dengan ketinggian rata-
bola rajut dengan berat 1,8-2 ons lingkaran rata anak usia tersebut.
bola 63-65 centimeter. Roesdiyanto (1992) Peraturan dari permainan bolavoli mini
mengungkapkan bahwa ukuran yang yaitu panjang lapangan adalah 12 meter,
digunakan untuk bermain bolavoli mini lebar lapangan 6 meter. Tinggi net yang digu-
adalah lebar 4,5 meter dan panjang 12 nakan untuk siswa putra adalah 2,1 meter
meter, menggunakan bolavoli yang beratnya dan untuk siswa putri adalah 2 meter. Bola
200 gram di samping itu juga perlu yang digunakan adalah bola nomor 4
dimodifikasi bentuk net serta ketinggian dengan berat 180-220 gram. Bolavoli mini
disesuaikan dengan ketinggian rata-rata dimainkan oleh 4 orang pemain dengan 2
anak usia tersebut. pemain cadangan.
Peraturan dari permainan bolavoli mini Service adalah tanda saat dimulainya
yaitu panjang lapangan adalah 12 meter, lebar permainan dan juga merupakan serangan
lapangan 6 meter. Tinggi net yang diguna- awal bagi regu yang melakukan service.
kan untuk siswa putra adalah 2,1 meter dan passing dilakukan untuk dapat memainkan
untuk siswa putri adalah 2 meter. Bola yang bola di udara dalam jangka waktu yang lama
digunakan adalah bola nomor 4 dengan berat dalam permainan bolavoli. Passing merupa-
180-220 gram. Bolavoli mini dimainkan oleh kan gerakan yang paling sering digunakan
4 orang pemain dengan 2 pemain cadangan. dalam jalannya permainan bolavoli, sehing-
ga passing ini harus benar-benar dikuasai
Pengajaran Gerakan Bolavoli Mini oleh setiap pemaian bolavoli.
Menurut Asim (1997) permainan bolavoli Passing bawah adalah gerakan yang di-
mini diciptakan untuk anak-anak SD, teruta- lakukan pemain untuk mempertahankan bola
ma kelas lima dan enam sebagai cara me- ke arah yang dikehendaki pada temannya
ngembangkan dan menghaluskan gerak yang akan digunakan sebagai sarana se-
dasar, serta meningkatkan kesegaran jas- rangan terhadap regu lawan. Pada passing
mani. Sedangkan menurut Puspitasari (2003: terdapat beberapa sikap yang harus dikuasai
85) permainan bolavoli mini merupakan per- dengan tepat agar bola dapat tepat sasaran.
mainan yang dibuat dari modifikasi perma- Menurut Sugiyono (1997) passing bawah
inan bolavoli yang sebenarnya dengan men- akan dilakukan oleh pemain apabila bola
jadikannya lebih mudah memainkan dan le- yang datang jatuh berada di depan atau
bih menarik untuk dilaksanakannya, hal ini berada di samping badan setinggi perut ke
dibuktikan dengan peraturan yang lebih mu- bawah.
dah untuk dipahami dan dimengerti karena
permainan ini ditujukan untuk anak usia dini.
Konsep permainan bolavoli mini suatu per- METODE
mainan modifikasi bolavoli yang sebenarnya
dengan menjadikannya lebih mudah mema- Metode yang digunakan dalam
inkan dengan jalan melakukan perubahan penelitian ini adalah penelitian dan
pada peraturan-peraturan yang digunakan pengembangan model pengembangan Borg
sehingga sesuai untuk usia SD (Novembri, dan Gall yang diadaptasi menjadi model
2008). yang sederhana yaitu: 1) menentukan
Asim (1997) mengungkapkan peraturan potensi dan masalah penelitian; 2)
permainan bolavoli mini adalah mengguna- mengumpulkan informasi: (a) mengkaji ba-
kan lapangan berukuran 12 kali 6 meter, han pustaka, (b) analisis kebutuhan; 3) men-
Tegar Bayu Kharisma, Pengembangan Pembelajaran Permainan Bolavoli Mini 11
desain produk; 4) validasi desain: (a) uji ahli ngan (memukul) pada service bawah diper-
bolavoli mini (b) uji ahli pembelajaran di SD; oleh skor 4 (100%). Pada bagian analisis
5) perbaikan atau revisi desain; 6) uji coba kebutuhan diperoleh skor rata-rata 3,7 (92%)
tahap I (kelompok kecil); 7) revisi II; 8) uji dengan kategori sangat baik.
coba tahap II (kelompok besar); 9) produk Data hasil uji ahli bolavoli mini yakni
akhir pengembangan. pada bagian pendahuluan diperoleh skor
Subjek penelitian dalam penelitian pe- rata-rata 3 (75%) dengan kategori baik, pada
ngembangan ini adalah 1 ahli bolavoli mini, 1 bagian keseluruhan buku diperoleh skor
ahli pembelajaran di SD, guru Pendidikan rata-rata 3,3 (81,3%) dengan kategori sangat
Jasmani dan siswa kelas V SDN Babadan 2 baik, pada bagian prosedur pelaksanaan
Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar. Teknik passing bawah bolavoli mini diperoleh skor
analisis data yang digunakan dalam pene- rata-rata 3 (75%) dengan kategori baik.
litian ini adalah teknik analisis deskriptif. Pada bagian variasi latihan 1 passing bawah
Teknik analisis deskriptif digunakan untuk diperoleh skor rata-rata 3,3 (81,3%) dengan
menganalisis hasil data yang diperoleh dari kategori sangat baik, pada bagian variasi
subjek data. latihan 2 passing bawah diperoleh skor rata-
rata 3 (75%) dengan kategori baik, pada
bagian variasi latihan 3 passing bawah,
HASIL diperoleh skor rata-rata 3 (75%) dengan
kategori baik, pada bagian variasi latihan 4
Data hasil analisis kebutuhan yakni ke- passing bawah baik diperoleh skor rata-rata
butuhan pengembangan pembelajaran per- 3 (75%) dengan kategori, pada bagian pe-
mainan bolavoli mini di SDN Babadan 2 laksanaan permainan passing bawah diper-
sebagai buku pegangan diperoleh skor 3 oleh skor rata-rata 3 (75%) dengan kategori
(75%), kebutuhan buku pembelajaran per- baik. Pada bagian prosedur pelaksanaan
mainan bolavoli mini diperoleh skor 4 (100%), service bawah bolavoli mini diperoleh skor
media pembelajaran permainan bolavoli mini rata-rata 3 (75%) dengan kategori baik, pada
berupa buku pembelajaran diperoleh skor 4 bagian variasi latihan 1 service bawah di-
(100%), kebutuhan gerakan passing bawah peroleh skor rata-rata 3 (75%) dengan ka-
dan service bawah dalam pembelajaran per- tegori baik, pada bagian variasi latihan 2
mainan bolavoli mini diperoleh skor 4 (100%), service bawah diperoleh skor rata-rata 3,3
kenginan buku pembelajaran yang terdapat (81,3%) dengan kategori sangat baik, pada
variasi latihannya, mudah dipelajari, mudah bagian variasi latihan 3 service bawah diper-
dimengerti dan tampilannya menarik diper- oleh skor rata-rata 3 (75%) dengan kategori
oleh skor 4 (100%). Kebutuhan pengem- baik, pada bagian variasi latihan 4 service
bangan genggaman tangan pada passing bawah baik diperoleh skor rata-rata 3 (75%)
bawah diperoleh skor 4 (100%), kebutuhan dengan kategori. Pada bagian pelaksanaan
pengembangan ayunan lengan pada passing evaluasi diperoleh skor rata-rata 3 (75%)
bawah diperoleh skor 3 (75%), kebutuhan dengan kategori baik, pada bagian pelaksa-
pengembangan sikap badan pada passing naan pendinginan diperoleh skor rata-rata 3
bawah diperoleh skor 3 (75%), kebutuhan (75%) dengan kategori baik, pada bagian
pengembangan posisi lutut pada passing ba- pelaksanaan permainan service bawah di-
wah diperoleh skor 4 (100%), kebutuhan peroleh skor rata-rata 3 (75%) dengan ka-
pengembangan perkenaan bola dengan lengan tegori baik. Dari hasil evaluasi ahli bolavoli
(memantulkan) pada passing bawah diper- mini diperoleh persentase 76,63% dengan
oleh skor 4 (100%). Kebutuhan pengem- kategori baik, sehingga produk ini dapat di-
bangan genggaman tangan pada service gunakan dalam pengembangan permainan
bawah diperoleh skor 4 (100%), kebutuhan bolavoli mini.
pengembangan ayunan lengan pada service Data hasil uji ahli pembelajaran di SD
bawah diperoleh skor 4 (100%), kebutuhan yakni pada bagian pendahuluan diperoleh
pengembangan sikap badan pada service skor rata-rata 3,5 (87,5%) dengan kategori
bawah diperoleh skor 3 (75%), kebutuhan sangat baik, pada bagian isi diperoleh skor
pengembangan posisi lutut pada service rata-rata 3,3 (83,3%) dengan kategori sangat
bawah diperoleh skor 3 (75%), kebutuhan baik, pada bagian penutup diperoleh skor
pengembangan perkenaan bola dengan le- rata-rata 3 (75%) dengan kategori baik. Dari
12 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 8 - 14
bagian variasi latihan 3 passing bawah, di- Data hasil uji tahap II (uji kelompok
peroleh skor rata-rata 3 (75%) dengan ka- besar) yakni pada bagian variasi latihan 1
tegori baik, pada bagian variasi latihan 4 passing bawah diperoleh skor rata-rata 3,3
passing bawah baik diperoleh skor rata-rata 3 (81,3%) dengan kategori sangat baik, pada
(75%) dengan kategori, pada bagian pe- bagian variasi latihan 2 passing bawah di-
laksanaan permainan passing bawah diper- peroleh skor rata-rata 3,3 (81,3%) dengan
oleh skor rata-rata 3 (75%) dengan kategori kategori sangat baik, pada bagian variasi
baik. Pada bagian prosedur pelaksanaan latihan 3 passing bawah diperoleh skor rata-
service bawah bolavoli minidiperoleh skor rata 3 (75%) dengan kategori baik, pada
rata-rata 3 (75%) dengan kategori baik, pada bagian variasi latihan 4 passing bawah
bagian variasi latihan 1 service bawah diper- diperoleh skor rata-rata 3,5 (87,5%) dengan
oleh skor rata-rata 3 (75%) dengan kategori kategori sangat baik. Pada bagian variasi
baik, pada bagian variasi latihan 2 service latihan 1 service bawah diperoleh skor rata-
bawah diperoleh skor rata-rata 3,3 (81,3%) rata 3,75 (93,75%) dengan kategori sangat
dengan kategori sangat baik, pada bagian baik, pada bagian variasi latihan 2 service
variasi latihan 3 service bawah diperoleh bawah di-peroleh skor rata-rata 3,75 (93,75)
skor rata-rata 3 (75%) dengan kategori baik, dengan kategori sangat baik, pada bagian
pada bagian variasi latihan 4 service bawah variasi latihan 3 service bawah diperoleh
baik diperoleh skor rata-rata 3 (75%) dengan skor rata-rata 3,5 (87,75%) dengan kategori
kategori. Pada bagian pelaksanaan evaluasi sangat baik, pada bagian variasi latihan 4
diperoleh skor rata-rata 3 (75%) dengan ka- service bawah diperoleh skor rata-rata 3,3
tegori baik, pada bagian pelaksanaan pen- (81,3%) dengan kategori sangat baik. Dari
dinginan diperoleh skor rata-rata 3 (75%) hasil uji tahap II (uji kelompok besar) diper-
dengan kategori baik, pada bagian pelaksa- oleh persentase 86,41% dengan kategori
naan permainan service bawah diper-oleh sangat baik dari 25 siswa.
skor rata-rata 3 (75%) dengan kategori baik. Dari hasil analisis kebutuhan menunjuk-
Dari hasil evaluasi ahli bolavoli mini diper- kan bahwa di SDN Babadan 2 Kecamatan
oleh persentase 76,63% dengan kategori Wlingi Kabupaten Blitar sangat membutuh-
baik, sehingga produk ini dapat digunakan kan buku pembelajaran permainan bolavoli
dalam pengembangan permainan bolavoli mini sebagai buku pegangan guru Pendidik-
mini. an Jasmani. Sehingga pengembangan suatu
Data hasil uji ahli pembelajaran di SD produk ini sangat dibutuhkan SDN Babadan
yakni pada bagian pendahuluan diperoleh 2 Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar. Dari
skor rata-rata 3,5 (87,5%) dengan kategori hasil penelitian yang dimulai dari uji ahli bola
sangat baik, pada bagian isi diperoleh skor voli mini, uji ahli pembelajaran di SD, uji ke-
rata-rata 3,3 (83,3%) dengan kategori sangat lompok besar dan uji kelompok kecil, menu-
baik, pada bagian penutup diperoleh skor njukkan bahwa produk hasil pengembangan
rata-rata 3 (75%) dengan kategori baik. Dari ini dikategorikan sangat baik, sehingga pro-
hasil evaluasi ahli pembelajaran di SD di- duk ini dapat digunakan di SDN Babadan 2
peroleh persentase 82,5% dengan kategori Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar sebagai
sangat baik, sehingga produk ini dapat buku pegangan guru Pendidikan Jasmani.
digunakan dalam pengembangan permainan Penelitian pengembangan ini mengha-
bolavoli mini. silkan produk berupa buku pembelajaran
Data hasil uji tahap I (uji kelompok kecil) bolavoli mini di kelas V SDN Babadan 2
yakni pada bagian pendahuluan diperoleh Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar sebagai
skor rata-rata 4 (100%) dengan kategori buku pegangan guru Pendidikan Jasmani.
sangat baik, pada bagian isi diperoleh skor Pengembangan buku ini disesuaikan dengan
rata-rata 3,5 (87,5%) dengan kategori sangat karakteristik siswa SD yang lebih senang
baik, pada bagian penutup diperoleh skor bermain dan mendapatkan pelajaran secara
rata-rata 3,5 (87,5%) dengan kategori sangat menyenangkan. Buku ini telah melalui uji ahli
baik. Hasil uji tahap I (uji kelompok kecil) dan uji pengguna produk, sehingga meng-
diperoleh persentase 90% dengan kategori alami beberapa kali revisi. Berdasarkan hasil
sangat baik dari guru Pendidikan Jasmani uji ahli dan uji pengguna produk, buku
dengan kategori sangat baik. pembelajaran bolavoli mini di kelas V SDN
Babadan 2 memiliki kelebihan ditinjau dari
14 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 8 - 14
Saran
Produk ini masih memerlukan evaluasi
dan uji coba pada subjek yang lebih luas.
Masih perlunya penelitian lebih lanjut menge-
nai manfaat produk yang dikembangkan,
sebelum disebarluaskan sebaiknya produk
ini disusun kembali menjadi produk yang
lebih baik, meliputi sampul depan maupun isi
dari materi produk yang dikembangkan.
ANALISIS KELAYAKAN ISI DAN PENYAJIAN BUKU TEKS
PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN
KELAS X SMK
Abstrak: Penelitian ini untuk mengetahui: (1) kelayakan isi buku teks Pendididikan
Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (Penjasorkes) kelas X Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) di kota Semarang,ditinjau dari Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi dasar
(KD) kurikulum ditinjau dari keakuratan, kemutakhiran, dan keseuaian materi kehidupan
anak, kepekaan terhadap nilai Penjasorkes, (2) kelayakan penyajian buku teks ditinjau
dari teknik penyajian, penyajian materi pembelajaran, dan kelengkapan penyajian. Objek
penelitian ini adalah 1 buah buku teks mata pelajaran Penjasorkes kelas X SMK.
Digunakan teknik analisis isi untuk menganalisis kelayakan isi dan penyajian yang ada di
dalam buku teks. Data yang diperoleh berupa angka untuk memahami, dan menafsirkan
data digunakan analisis persentase dengan sistem kategori. Hasil penelitian berupa
penilaian terhadap isi dan kelayakan secara umum, berada di rentang 70% hingga
100%, atau berada di kategori baik hingga baik sekali. Simpulan kedua buku tersebut
layak untuk digunakan. Saran kepada guru Penjasorkes SMK dalam pembelajaran dapat
menggunakan ini karena secara umum mempunyai kategori tingkat kelayakan baik
sekali. Saran untuk penulis buku yaitu agar kelengkapan penyajian disempurnakan lagi.
15
16 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 15 - 31
berikan umpan balik kepada pemerintah, proses belajar mengajar (Peraturan Peme-
penulis buku atau penerbit. rintah Nomor 2 tahun 2008 Pasal 1 Ayat 3)
Untuk diperlukan penelitian independen yang berbunyi sebagai berikut: “buku teks
yang hasilnya dapat digunakan sebagai um- pelajaran pendidikan dasar, menengah, dan
pan balik agar kualitas isi buku Penjasorkes perguruan tinggi yang selanjutnya disebut
kelas X SMK yang akan datang lebih baik. buku teks adalah buku acuan wajib untuk
Dalam penelitian ini peneliti akan mengana- digunakan di satuan pendidikan dasar dan
lisis kelayakan isi dan kelayakan penyajian menengah atau perguruan tinggi yang memuat
buku teks Penjasorkes kelas X SMK, untuk materi pembelajaran dalam rangka pening-
mengetahui apakah materi yang disajikan me- katan keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, dan
miliki kesesuaian dengan kurikulum, keilmuan kepribadian, penguasaan ilmu pengetahuan
dan memiliki kecocokan dengan kompetensi dan teknologi, peningkatan kepekaan dan ke-
siswa. Melalui hasil penelitian ini diharapkan mampuan estetis, peningkatan kemampuan
dapat diperoleh memberikan informasi bagi kinestetis dan kesehatan yang disusun ber-
guru Penjasorkes SMK dalam memilih dan dasarkan standar nasional pendidikan.”
menentukan buku teks sebagai bahan ajar Kedudukan bahan ajar berupa buku teks
yang layak digunakan dalam pembelajaran pelajaran sangatlah penting baik bagi siswa
Penjasorkes. maupun bagi guru. Berikut ini beberapa man-
Bahan ajar merupakan bagian penting faat buku teks pelajaran menurut Nasution
dalam proses pelaksanaan pendidikan di se- (2005:11) adalah salah satu alat teknologi
kolah. Dengan adanya bahan ajar yang ber- pendidikan yang memberi manfaat antara
kualitas diharapkan kualitas pendidikan juga lain: 1) membantu guru dalam melaksana-
akan tinggi. Melalui bahan ajar akan mem- kan kurikulum; 2) sebagai pegangan dalam
permudah guru dalam menyampaikan materi menentukan metode pengajaran; 3) membe-
yang akan diajarkan. Bahan ajar dapat di- rikan kesempatan bagi siswa untuk meng-
buat dalam berbagai bentuk sesuai dengan ulangi pelajaran atau mempelajari pelajaran
kebutuhan dan karakteristik materi ajar yang baru; 4) dapat digunakan untuk tahuntahun
akan disajikan. Buku teks juga akan memu- berikutnya dan bila direviasi dapat bertahan
dahkan dan membantu para siswa dalam untuk waktu yang lama; 5) buku yang uniform
mencapai tujuan pembelajarannya (Mendiknas, memberikan kesamaan mengenai bahan dan
2008:2). standar pengajaran; 6) memberikan kon-
Bahan ajar merupakan seperangkat ma- tinuitas pelajaran di kelas yang berurutan,
teri yang disusun secara sistematis sehingga sekalipun guru diganti; dan 7) memberi pe-
tercipta lingkungan atau suasana yang me- ngetahuan dan metode mengajar yang lebih
mungkinkan siswa untuk belajar. Bahan ajar mantap bila guru menggunakannya dari tahun
merupakan informasi, alat, dan teks yang di- ke tahun.
perlukan guru atau instruktur untuk perencana- Menurut Tarigan dan Tarigan dalam Wardani
an dan penelaahan implementasi pembel- (2010:21), suatu buku teks dikatakan ber-
ajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk kualitas baik apabila memenuhi kriteria se-
bahan yang digunakan untuk membantu bagai berikut: 1) Sudut pandang: buku teks
guru atau instruktur dalam melaksanakan harus mempunyai landasan, prinsip atau
tugas kegiatan belajar mengajar di kelas sudut pandang tertentu yang menjiwai atau
(Mendiknas, 2008:6). melandasi buku teks secara keseluruhan.
Penyusunan bahan ajar menurut Mendik- Sudut pandangan ini dapat berupa teori dari
nas (2008:9), harus memiliki tujuan antara ilmu jiwa, bahasa dan sebagainya; 2) Keje-
lain: 1) Menyediakan bahan ajar yang sesuai lasan konsep: konsep-konsep yang digu-
dengan tuntutan kurikulum dengan memper- nakan dalam sesuatu buku teks harus jelas,
timbangkan kebutuhan peserta didik, yakni tandas. Keremang-remangan dan kesama-
bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik ran perlu dihindari agar siswa atau pembaca
dan setting atau lingkungan sosial peserta juga jelas pengertian, pemahaman dan pe-
didik; 2) Membantu peserta didik dalam nangkapannya; 3) Menarik minat: buku teks
memperoleh alternatif bahan ajar di samping ditulis untuk pembaca, karena itu penulis
buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh; buku teks harus mempertimbangkan minat-
3) Memudahkan guru dalam melaksanakan minat siswa pemakai buku teks tersebut; 4)
Gunawan, Analisis Kelayakan Isi dan Penyajian Buku Teks 17
Menumbuhkan motivasi: buku teks yang baik dar, buku setiap cabang khusus dan studi
adalah buku teks yang dapat membuat sis- dan dapat terdiri dari dua tipe yaitu buku
wa ingin, mau, senang, mengerjakan apa pokok/utama dan suplemen/tambahan. Buku
yang diilustrasikan dalam buku tersebut; 5) teks adalah buku yang dirancang untuk
Menstimulasi aktivitas siswa: buku teks yang penggunaan di kelas, yang disusun dengan
baik adalah buku teks yang merangsang, cermat dan disiapkan oleh para pakar atau
menantang dan menggiatkan aktivitas siswa; para ahli dalam bidang itu dan diperlengkapi
6) Ilustratif: buku teks harus disertai ilustrasi dengan sarana-sarana pengajaran yang se-
yang mengena dan menarik. Ilustrasi yang suai dan serasi (Depdiknas, 2005:4). Menurut
cocok pastilah memberikan daya penarik ter- Suharjo (2006:111-116), buku pelajaran atau
sendiri serta memperjelas hal yang dibica- buku teks adalah media pembelajaran dua
rakan; 7) Komunikatif: buku teks harus dime- dimensi yang disajikan dalam bentuk bahan
ngerti oleh pemakainya yakni peserta didik. cetakan secara logis dan sistematis tentang
Pemahaman harus didahului oleh komuni- suatu cabang ilmu pengetahuan atau bidang
kasi yang tepat dan faktor utama yang studi tertentu. Buku teks didefinisikan seba-
berperan dalam hal ini yaitu bahasa. Bahasa gai buku pelajaran dalam bidang studi ter-
dalam buku teks haruslah sesuai dengan tentu, yang merupakan buku standar yang
bahasa peserta didik, berisi kalimat-kalimat disusun oleh para pakar dalam bidang itu,
efektif, sederhana menarik serta terhindar untuk maksud dan tujuan instruksional yang
dari makna ganda. dilengkapi dengan sarana-sarana pengajar-
Menurut Ari (2011:2), pendidikan an yang serasi dan mudah dipahami oleh
sebagai faktor utama yang memegang peran para pemakainya di sekolah dan perguruan
penting bagi kemajuan bangsa saat ini tinggi sehingga dapat menunjang struktur pro-
masih terus dalam tahap perbaikan dan pe- gram pengajaran.
ningkatan kualitas. Usaha-usaha perbaikan Menurut Ari (2010:2), fungsi dan peranan
dan peningkatan mutu pendidikan, khusus- buku teks adalah: 1) mencerminkan suatu
nya pada pelajaran Penjasorkes secara sudut pandang yang tangguh dan modern
sistematis telah dilakukan oleh pemerintah. mengenai pengajaran serta mendemonstrasi-
Perbaikan-perbaikan tersebut dilakukan dalam kan aplikasinya dalam bahan pengajaran
berbagai hal seperti tenaga pendidik, fa- yang disajikan; 2) menyajikan suatu sumber
silitas sekolah, dan juga penataan perang- pokok masalah yang kaya, mudah dibaca dan
kat pendukung pembelajaran Penjasorkes. bervariasi yang sesuai dengan minat dan
Usaha perbaikan mutu pengajaran pendidikan kebutuhan para siswa, sebagai dasar bagi
jasmani olahraga dan kesehatan (Penjasorkes) program-program kegiatan yang disarankan
selain dengan adanya kurikulum yang terus dimana keterampilan-keterampilan ekspre-
berkembang harus juga ditopang oleh buku sional diperoleh di bawah kondisi-kondisi
pelajaran yang baik yang sesuai dengan ku- yang menyerupai kehidupan yang sebenar-
rikulum yang berlaku. Buku teks sebagai nya; 3) menyediakan suatu sumber yang ter-
buku penopang atau penunjang dalam pem- susun rapi dan bertahap mengenai keterampilan-
belajaran pendidikan jasmani olahraga dan keterampilan ekspresional yang mengemban
kesehatan memiliki peranan yang penting masalah pokok dalam komunikasi; 4) metode dan
yaitu menentukan baik buruknya hasil pem- sarana penyajian bahan dalam buku teks harus
belajaran yang dilakukan karena guru menggu- memenuhi syarat-syarat tertentu. Misalnya
nakan buku teks tersebut sebagai acuan da- harus menarik, menantang, merangsang, ber-
lam menyampaikan materi. Jika kualitas variasi sehingga siswa benar-benar termotivasi
buku teks yang digunakan oleh sekolah baik untuk mempelajari buku teks tersebut; 5)
maka besar kemungkinan kualitas pengajar- menyajikan fiksasi (perasaan yang menda-
an pendidikan jasmani yang dilakukan akan lam) awal yang perlu dan juga sebagai pe-
baik, akan tetapi jika buku teks yang digunakan nunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas
kurang baik, atau bahkan buruk maka pengajar- praktis; 6) di samping sebagai sumber bahan
an yang terjadi akan sangat sulit mencapai buku teks juga berperan sebagai sumber
hasil yang diharapkan. atau alat evaluasi dan pengajaran remidial
Buku teks adalah rekaman pikiran rasio- yang serasi dan tepat guna. Fungsi buku
nal yang disusun untuk maksud dan tujuan teks bagi guru adalah sebagai pedoman
instruksional. Buku teks adalah buku stan- untuk mengidentifikasi apa yang harus
18 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 15 - 31
diajarkan atau dipelajari oleh siswa, menge- ran jasmani, kemampuan dan keterampilan,
tahui urutan penyajian bahan ajar, mengeta- kecerdasan dan perkembangan watak serta
hui teknik dan metode pengajaranya, mem- kepribadian yang harmonis dalam rangka
peroleh bahan ajar secara mudah, dan pembentukan manusia Indonesia berkualitas
menggunakanya sebagai alat pembelajaran berdasarkan Pancasila (Mutohir, 2002:12).
siswa di dalam atau di luar sekolah. Menurut Haag (1994:56-57) pendidikan
Ada sebelas aspek untuk menentukan jasmani mempunyai tujuan adalah: 1)
kualitas buku teks (Ari, 2011:2-3), yaitu: 1) Meletakkan landasan karakter yang kuat
memiliki landasan prinsip dan sudut melalui internalisasi nilai dalam pendidikan
pandang yang berdasarkan teori linguistik, jasmani; 2) Membangun landasan
ilmu jiwa perkembangan, dan teori bahan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai,
pembelajaran; 2) kejelasan konsep; 3) relevan sikap sosial dan toleransi dalam konteks
dengan kurikulum yang berlaku; 4) sesuai kemajemukan budaya, etnis dan agama; 3)
dengan minat siswa; 5) menumbuhkan motivasi Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis
belajar; 6) merangsang, menantang, dan mengga- melalui tugas-tugas pembelajaran pendidikan
irahkan aktivitas siswa; 7) ilustrasi tepat dan jasmani; 4) Mengembangkan sikap sportif,
menarik; 8) mudah dipahami siswa, yaitu ba- jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerja
hasa yang digunakan memiliki karakter yang sama, percaya diri dan demokratis melalui
sesuai enam tingkat perkembangan bahasa aktivitas jasmani; 5) Mengembangkan
siswa, kalimat-kalimatnya efektif, terhindar keterampilan gerak dan keterampilan teknik
dari makna ganda, sederhana, sopan dan serta strategi sebagai permainan dan
menarik; 9) dapat menunjang matapelajaran olahraga, aktivitas pengembangan senam,
lain; 10) menghargai perbedaan individu, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air), dan
kemampuan, bakat, minat, ekonomi, sosial dan pendidikan luar kelas (outdoor education); 6)
budaya; 11) memantapkan nilai-nilai budi Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri
pekerti yang berlaku di masyarakat. Semen- dalam upaya untuk mengembangkan dasar
tara hal-hal yang berhubungan dengan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola
kualitas buku pelajaran menurut tim penilai hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani;
buku ajar dapat dikelompokkan ke dalam 7) Mengembangkan keterampilan untuk menja-
empat aspek, yakni: 1) isi atau materi pel- ga keselamatan diri sendiri dari orang lain; 8)
ajaran; 2) penyajian materi; 3) bahasa dan Mengetahui dan memahami konsep aktivitas
keterbacaan; dan 4) format buku atau gra- jasmani sebagai informasi untuk mencapai ke-
fika. Keempat aspek ini saling berkait satu sehatan, kebugaran dan pola hidup sehat; 9)
sama lain. Dengan demikian, secara garis Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas
besar standar buku pelajaran diukur melalui jasmani yang bersifat rekreatif.
aspek isi atau materi, penyajian materi, SK merupakan kerangka yang
bahasa, dan keterbacaan, serta grafik. Untuk menjelaskan dasar pengembangan program
memudahkan siswa memperoleh pemahaman pembelajaran yang terstruktur. SK juga
yang utuh dan berkesinambungan, penulis merupakan fokus dari penilaian, sehingga
buku pelengkap perlu menata urutan proses pengembangan kurikulum adalah fokus
penyajiannya berdasarkan prinsip-prinsip dari penilaian, meskipun kurikulum lebih ba-
spiralisasi yang baik. nyak berisi tentang dokumen pengetahuan,
Pendidikan jasmani adalah usaha atau ke- keterampilan dan sikap dari pada bukti-bukti
giatan yang mengarah pada pengembangan untuk menunjukkan bahwa peserta didik yang
organ-organ tubuh manusia (body building), akan belajar telah memiliki pengetahuan dan
kesegaran jasmani (phsysical fitness), ke- keterampilan awal. Kompetensi merupakan
giatan fisik (physical activities), dan pengem- perpaduan dari pengetahuan, keterampilan
bangan keterampilan (skill development). nilai dan sikap yang direfleksikan dalam
Pendidikan jasmani adalah suatu proses kebiasaan berfikir dan bertindak. Dalam hal
pendidikan seseorang sebagai perorangan ini kompetensi diartikan sebagai
atau anggota masyarakat yang dilakukan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
secara sadar dan sistematik melalui berba- yang dikuasai oleh seseorang yang telah
gai kegiatan jasmani untuk memperoleh per- menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia
tumbuhan jasmani, kesehatan dan kesega- dapat melakukan perilaku kognitif, afektif, dan
Gunawan, Analisis Kelayakan Isi dan Penyajian Buku Teks 19
Sebagai bahan kajian pustaka yang di- Malang (Rahayuningtyas, 2011); (2)
jadikan sebagai bahan rujukan dalam pe- Analisis Teks Buku Sekolah Elektronik
nelitian ini ada beberapa penelitian analisis (BSE) IPS Terpadu Kelas XI Tingkat SMK
isi buku yang telah dilakukan oleh bebera- Terbitan Depdiknas Pada Kompetensi
pa peneliti lain diantaranya, yaitu tentang: Dasar Mendiskripsikan Gejala Atmosfer
(1) Analisis isi buku teks ilmu pengetahuan dan Hidrosfer Serta Pengaruhnya Bagi
sosial (IPS) kelas X SMK Negeri se-kota Kehidupan (Wardani, 2010); (3) Analisis isi
Gunawan, Analisis Kelayakan Isi dan Penyajian Buku Teks 21
2 orang peneliti pembanding dari ahli teknik purposive sampling yaitu dengan
Penjasorkes dan berpengalaman menilai pertimbangan bahwa buku teks tersebut
buku teks Penjasorkes di BSNP; (5) banyak dipakai di SMK di Kota Semarang.
Analisis data dan penyusunan laporan: Pengambilan sampel diambil dari buku-
data kuantitatif yang diperoleh dari anali-sis buku yang beredar dan digunakan dari
isi dan penyajian buku teks Penjasorkes sepuluh SMK di kota Sematang. Jangka
dianalisis dengan teknik statistik waktu penelitian mulai dari observasi, pe-
persentase. nentuan sampel sampai dengan pengum-
Penilitian ini menggunakan metode ka- pulan data adalah 3 bulan yang dimulai
jian isi dokumen secara kuantitatif (quantita- pada bulan Maret sampai dengan Mei
tive content analysis document) dengan tek- 2013.
nik kode (coding) terhadap kualitas yang Teknik pengumpulan data dalam pene-
ada dalam buku teks mata pelajaran Pen- litian ini adalah dengan menggunakan metode
jasorkes kelas X SMK, yang merujuk pada pengamatan atau menganalisis secara
konsep kurikulum standar yang ditetapkan langsung terhadap buku-buku teks Penjas-
oleh pemerintah dalam hal ini BSNP. orkes kelas X SMK berdasarkan kelayakan
Penelitian analisis isi dan penyajian isi dan penyajian dengan menggunakan
buku teks Penjasorkes kelas X SMK ini di- instrumen yang telah ditentukan terlebih
laksanakan di Kota Semarang Provinsi dahulu. Komponen penilaian analisis kela-
Jawa Tengah dengan menggunakan sam- yakan isi dan penyajian buku teks Penjas-
pel buku teks Penjasorkes kelas X SMK orkes adalah seperti yang tercantum tabel-
yang digunakan sekolah-sekolah yang ada Tabel 3.
di Kota Semarang dengan menggunakan
Tabel 5. Rubrik Penilaian Buku Teks butir penilaian. Jika terjadi skor penilian
Penjasorkes kelas X SMK lebih dari 2 maka dilakukan moderasi untuk
Jumlah
mendapatkan kesepakatan skor penilaian
Standar Kompetensi sehingga skor penilaian dinyatakan syah.
No. Kompetensi
(SK) Pedoman untuk menentukan kategori hasil
Dasar (KD)
Permainan dan
penilaian merujuk pada kategori yang digu-
1 8
Olahraga nakan oleh Pusat Perbukuan Depdiknas
2 Pengembangan Diri 4 RI, sebagai berikut:
3 Aktivitas Senam 5
4 Aktivitas Ritmik/Irama 4 Tabel 6. Kategori Penilaian
5 Budaya Hidup Sehat 4 Kete-
Interval
Jumlah 25 No rangan Kategori
Persentase
(Skor)
Mengingat begitu pentingnya masalah 1 81,25% - 100% 4 Baik
Sekali
keabsahan data dalam penelitian kualitatif.
2 62,50% - 81,24% 3 Baik
Penilaian keabsahan data dalam penelitian 3 43,75% - 62,49% 2 Kurang
ini terjadi pada waktu proses pengumpulan 4 25,00% - 43,74% 1 Sangat
data, dan untuk menentukan tingkat keab- Kurang
sahan data diperlukan teknik pemeriksaan (Pusbuk, 2012 Hal: 58)
keabsahan data. 2 orang peneliti pemban-
ding yang berasal dari ahli Penjasorkes
dari Jurusan PJKR FIK Unnes yang telah HASIL
memiliki pengalaman menilai buku teks
Penjasorkes digunakan sebagai pemban- Hasil penelitian dan pembahasan ana-
ding. Data dinyatakan sah bila penilaian lisis buku teks Penjasorkes Kelas X SMK di
antara peneliti dan peneliti pembanding Semarang, yang terdiri atas 1 buku teks
selisih skor tidak lebih dari 2 untuk setiap Penjasorkes karangan Muhajir, yaitu buku
24 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 15 - 31
Hasil penelitian sesuai dengan isi pada buku teks Penjasorkes Kelas X SMK
Tabel 9 tentang tingkat keakuratan materi buku 1 sudah sesuai. Maka dapat disim-
Gunawan, Analisis Kelayakan Isi dan Penyajian Buku Teks 25
pulkan bahwa tingkat keakuratan materi analisis data tingkat kemutakhiran materi
yang disajikan pada buku teks ini dalam buku teks dapat dilihat pada Tabel 10.
kategori baik sekali. Sementara hasil
Tabel 10. Hasil Analisis Data Tingkat Kemutakhiran Materi
Skor (maksimal 44)
No Sub Komponen Peneliti Pembanding
∑ ∑
1 Kesesuaian materi dengan perkembangan IPTEK 20 44,45% 19 43,18%
Penjasorkes
2 Kemutakhiran contoh, gambar, ilustrasi, peraturan 19 43,18% 19 43.18%
dan kasus actual
3 Kemutakhiran pustaka 3 6,81% 2 4,55%
Jumlah 42 95,45% 40 90,91%
Deskripsi data hasil penelitian sesuai Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kese-
dengan tentang tingkat kemutakhiran ma- hatan kelas X SMK dalam kategori Baik
teri pada buku teks ini sudah sesuai. Maka Sekali. Hasil analisis data tingkat
dapat disimpulkan bahwa tingkat keaku- kesesuaian materi dengan kehidupan anak
ratan materi yang disajikan pada buku teks pada buku ini dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil Analisis Data Tingkat Kesesuaian Materi dengan Kehidupan Anak
Skor (maksimal 12)
No Sub Komponen Peneliti Pembanding
∑ ∑
1 Perkembangan dan kemampuan anak 4 33.33% 4 33.33%
2 Kondisi serta situasi lingkungan sosial budaya 4 33,33% 3 25,00%
Menggunakan contoh, gambar, dan kasus di
3 25.00% 2 16,67%
3 Indonesia
Jumlah 11 91,67% 9 75,00%
Tingkat kesesuaian materi dengan ke- jutnya tentang kepekaan terhadap nilai-nilai
hidupan anak pada buku teks Penjasorkes penjasorkes, hasil analisis dapat dilihat
Kelas X SMK Buku 1 sudah sesuai dan pada Tabel 12.
masuk dalam kategori Baik Sekali. Selan-
Tabel 12. Tabel Hasil Analisis Data Tingkat Kepekaan terhadap nilai-nilai Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan
Skor (maksimal 8)
No Sub Komponen Peneliti Pembanding
∑ ∑
1. Kepekaan terhadap nilai-nilai Penjasor 4 50.00% 3 37,50%
2. Kepekaan terhadap nilai-nilai kesehatan 4 50,00% 3 37,50%
Jumlah 8 100% 6 75,00%
Deskripsi data hasil penelitian sudah dapat disimpulkan bahwa tingkat kesesuaian
menunjukkan tingkat kepekaan terhadap materi dengan kehidupan anak yang disa-
nilai-nilai Penjasorkes. Tingkat kepekaan jikan pada buku dalam kategori baik se-
tersebut dapat dilihat pada setiap materi kali. Deskripsi atau penyajian data hasil
yang disajikan sudah sesuai dengan nilai- penelitian mengenai materi pendukung
nilai Penjasorkes seperti nilai-nilai kerjasa- pada buku teks Penjasorkes ini menunjuk-
ma, sportivitas, dan disiplin. Maka hal ini kan tingkat dukungan materi yang sesuai
26 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 15 - 31
Tabel 14. Hasil Analisis Kelayakan Penyajian Buku Teks Penjasorkes Kelas X SMK
Skor Maksimal 172
NO Komponen
Skor Prosen Kategori
1 Teknik Penyajian Materi 53 94,64% Baik sekali
2 Penyajian Materi Pembelajaran 69 90,79% Baik sekali
3 Kelengkapan Penyajian 28 70% Baik
Total Skor 150
Baik sekali
Persentase 87,20%
Berdasarkan hasil analisis seperti ter- ajaran Penjasorkes di tingkat satuan pendi-
sebut di atas dapat disimpulkan bahwa dikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
kualitas kelayakan penyajian buku teks kelas X, karena sudah sesuai dengan
Penjasorkes kelas X SMK pada kategori standar acuan penulisan buku teks dan
baik sekali sehingga layak dijadikan seba- standar kurikulum yang ditetapkan oleh
gai referensi atau pedoman dalam pembel- pemerintah.
Analisis data teknik penyajian materi 56, berarti teknik penyajian materi buku
diperoleh skor total 53 dari skor maksimal teks Penjasorkes Kelas X SMK memiliki
Gunawan, Analisis Kelayakan Isi dan Penyajian Buku Teks 27
tingkat kelayakan sebesar 94, 64%. Maka ini dalam kategori baik sekali, sudah sesuai
dapat disimpulkan bahwa tingkat teknik dengan tuntutan penyajian materi yang
penyajian materi yang disajikan pada buku baik dan benar.
Hasil analisis tentang penyajian materi ikasi interaktif. Total skor untuk penyajian
pembelajaran pada buku teks dapat dilihat materi pembelajaran sebesar 69 dari skor
pada skor keberpusatan pada peserta maksimal 76, berarti tingkat kelayakan
didik, umpan balik untuk evaluasi diri, penyajian materi pembelajaran sebesar
penyajian yang bervariasi, menghindari 90,79 %. Maka dapat disimpulkan bahwa
unsur SARA dan bias gender, mengem- penyajian materi pembelajaran yang disaji-
bangkan keterampilan proses, memperha- kan pada buku teks Penjasorkes kelas X
tikan aspek keselamatan, penyajian materi SMK dalam kategori baik sekali.
pembelajaran yang menciptakan komun-
Analisis data kelengkapan penyajian ditentukan dan rujukan atau sumber acuan
buku teks Penjasorkes Kelas X SMK yang up to date masih kurang. Maka hal ini
sampel 1 karangan Muhajir sudah sesuai dapat disimpulkan bahwa penyajian materi
dengan tuntutan kelengkapan penyajian pembelajaran yang disajikan pada buku
yang baik dan benar tetapi ada beberapa teks Pendidikan Jasmani Olahraga dan
kelengkapan penyajian seperti pada lam- Kesehatan kelas X SMK dalam kategori
piran yang belum mencantumkan unsur baik
yang sesuai dengan anjuran lampiran yang
28 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 15 - 31
Abstrak: Konstruksi tes keterampilan bolabasket untuk siswa sekolah dasar (SD) yang
valid dan reliabel merupakan hal yang penting untuk dikembangkan mengingat makin
berkembangannya bolabasket di sekolah dasar sebagai salah satu materi dalam pem-
belajaran. Jenis penelitian adalah penelitian pengembangan dengan pendekatan survei
melalui tes pengukuran. Subyek adalah siswa sekolah dasar yang berusia 10-12 tahun
(siswa Kelas V dan VI sekolah dasar yang memiliki ekstrakurikuler bolabasket). Bentuk
tes adalah tes psikomotorik atau suatu blue print butir-butir dari tes keterampilan bola-
basket. Validitas menggunakan face validity dan reliabilitas menggunakan test retest
dengan hasil reliabilitas shooting 0.435, passing 0.807, dribble satu 0.652, dan dribble
dua 0.518. Hasil penelitian dan pengembangan berupa tes keterampilan bolabasket
untuk siswa sekolah dasar yang disusun dinyatakan layak karena data normal dan
homogen. Hasil konstruksi tes keterampilan bolabasket untuk siswa sekolah dasar dapat
digunakan untuk pedoman guru Penjaskes dalam memberi nilai pelajaran bolabasket,
serta dapat menjadi pedoman dalam pembibitan atlet bolabasket.
Kurikulum merupakan salah satu upaya pe- Menurut Muktiani (2008:2) pendekatan
merintah untuk mencapai keunggulan ma- pembelajaaran kurikulum diarahkan dengan
syarakat dalam bidang ilmu dan teknologi tujuan mengembangkan kemampuan siswa
sehingga diharapkan dapat membantu me- dalam mengelola perolehan bel-ajar
nyelesaikan permasalahan yang sedang di- (kompetensi) yang paling sesuai dengan
hadapi oleh dunia pendidikan di Indonesia, kondisi masing-masing. Siswa ditempatkan
terutama dalam memasuki era globalisasi. sebagai subjek didik, yakni lebih banyak
Perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, mengikutsertakan aktivitas siswa dalam se-
teknologi, seni, budaya, dan hak asasi ma- tiap proses pembelajaran. Kenyataan di la-
nusia begitu pesat sehingga menuntut ke- pangan pendekatan pembelajaran belum ter-
siapan semua pihak untuk dapat menye- laksana sesuai dengan tujuan pendidikan
suaikan dengan segala kondisi yang ada. jasmani.
Memajukan sektor pendidikan mutlak harus Salah satu materi yang tercantum dalam
dilakukan agar meningkat pula kualitas sum- kurikulum di sekolah dasar adalah permain-
ber daya manusia sehingga siap untuk ber- an bolabasket yang diberikan di kelas V dan
kompetensi dengan bangsa-bangsa negara kelas VI (Depdiknas, 2003:10). Berdasarkan
maju. hasil wawancara dengan 20 orang guru
Salah satu pelajaran mata pelajaran Penjas di Kota Yogyakarta, rata-rata materi
yang ikut andil dalam menciptakan kualitas permainan bolabasket belum sepenuhnya di-
manusia Indonesia yang sehat jasmani dan terapkan oleh guru Penjas sekolah dasar
rohani adalah mata pelajaran pendidikan karena keterbatasan fasilitas seperti ring dan
jasmani, olahraga dan kesehatan. Menurut bolabasket.
Depdiknas (2003:5) pendidikan jasmani Cara penilaian dalam melaksanakan ku-
(penjas) merupakan bagian integral dari rikulum salah satunya adalah kemampuan
sistem pendidikan secara keseluruhan, yang gerak, sedangkan alat evaluasi (standar tes
memfokuskan pengembangan aspek ke- keterampilan) yang dipergunakan untuk pe-
bugaran jasmani, keterampilan gerak, ke- nilaian kemampuan gerak olahraga bolabas-
terampilan berpikir kritis, stabilitas emosio- ket tersebut tidak dijelaskan secara tegas
nal, penalaran, dan tindakan moral melalui bagaimana pelaksanaannya dan cara pem-
aktivitas jasmani. berian nilai. Penilaian masih didasarkan
32
33 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 32 - 46
pada pengamatan guru sehingga unsur sekolah dasar antara lain senang bermain,
subjektivitas masih sangat dominan, sedang- senang bergerak, senang bekerja dalam ke-
kan untuk melihat kemajuan hasil belajar lompok, dan senang merasakan atau mela-
penjas diperlukan pengukuran yang baik di- kukan/memperagakan sesuatu secara lang-
dukung instrumen yang baik pula. sung. Kenyataan yang ada di Indonesia
Penilaian adalah upaya atau tindakan masih banyak orang tua yang menekankan
untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang anak untuk belajar melalui bimbingan belajar
telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. atau les pelajaran setelah selesai sekolah
Dengan kata lain, penilaian berfungsi seba- sehingga anak tidak mempunyai waktu untuk
gai alat untuk mengetahui keberhasilan pro- bermain.
ses dan hasil belajar siswa. Dalam sistem Salah satu olahraga permainan beregu
pendidikan nasional rumusan tujuan pendi- yang diajarkan pada matapelajaran pendidik-
dikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan an jasmani, olahraga, dan kesehatan di SD
instruksional, menggunakan klasifikasi hasil adalah bolabasket. Bolabasket adalah salah
belajar dari Benyamin Bloom yang secara satu olahraga popular di dunia dan digemari
garis besar membaginya menjadi tiga ranah, oleh semua kalangan baik pria maupun
yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah wanita, usia tua ataupun muda. Adanya
psikomotorik (Zaifbio, 2009). kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan
Kebutuhan aktivitas jasmani pada masa teknologi (iptek) menjadikan teknik
anak menjadi tuntutan utama, mengingat permainan bolabasket mengalami perkem-
bahwa jasmani menjadi dasar untuk kese- bangan. Dewasa ini banyak sekali cabang-
hatan tubuh, sehingga memungkinkan aspek cabang olahraga yang dipelajari di setiap
lain tumbuh dan berkembang secara sem- sekolah dengan menggunakan teknik dan
purna baik fisik, psikis, maupun intelektual. gerakan yang bervariasi, baik sekolah dasar
Pembudayaan aktivitas jasmani yang dike- hingga sekolah menengah umum, termasuk
mas dalam bentuk cabang olahraga meru- olahraga bolabasket yang juga selalu meng-
pakan salah satu unsur penting dalam rang- alami perkembangan. Semakin hari minat
ka pemasalan cabang olahraga tersebut. Hal siswa SD terhadap olahraga bolabasket
ini menjadi obsesi para pembina olahraga semakin bertambah.
bahwa pemasalan merupakan awal dari pro- Menurut Bompa (1994:11) perkembang-
ses pembinaan. an keterampilan dan kemampuan berolah-
Pembinaan sejak dini yang benar dan ber- raga dibagi menjadi tiga kelompok yaitu; 1)
kesinambungan akan memperluas kemung- kelompok praktis dimulai olahraga; 2) kelom-
kinan memperoleh olahragawan di masa pok umur pengkhususan; dan 3) kelompok
mendatang. Proses ini tentu saja merupakan untuk jangka penampilan tertinggi. Usia
proses jangka panjang dan mungkin mem- umum untuk memulai latihan bolabasket
bosankan (Lumintuarso, 2004:2). adalah usia 7-8 tahun, pengkhususan atau
Pertumbuhan dan perkembangan anak ber- spesialisasi pada rentang usia 10-12 tahun,
langsung satu kali dalam kehidupan yang dan prestasi tertinggi dicapai pada usia 20-
berjalan secara alami, artinya anak akan 25 tahun.
tetap tumbuh dan berkembang walaupun Sukadiyanto (2005:14-15) menambah-
tidak ada upaya yang terprogram dan ber- kan bahwa latihan bagi olahragawan yunior
kelanjutan. Sumber daya manusia yang ber- lebih ditekankan pada pengembangan kete-
kualitas dapat diperoleh apabila memper- rampilan untuk pengayaan gerak dan bersi-
hatikan anak sejak usia dini dan merancang fat menyenangkan, terutama untuk mengem-
dengan baik suatu latihan yang bersifat bangkan kemampuan fisiologis anak dalam
pemasalan. menerima beban latihan. Berikut tujuan
Clark (2008:54) menyatakan bahwa di latihan yang disesuaikan dengan usia dan
Kanada pada tahun 2005, 51% dari anak kesiapan anak tersaji pada Tabel 1.
usia 5 sampai 14 tahun (2 juta anak) secara
berkala ambil bagian dalam olahraga. Seki-
tar 51% dari anak-anak aktif berpartisipasi
dalam olahraga lebih dari satu jenis olahra-
ga. Hasil penelitian tersebut dapat mengam-
barkan bahwa karakteristik anak di usia
Apta Mylsidayu, Konstruksi Tes Keterampilan Bolabasket 34
Tabel 1. Tujuan Latihan yang Disesuaikan Dengan Usia dan Kesiapan Anak
kolah, guru penjas yang harus melakukan dalam pengukuran (Miller, 2002). Nitko (1983)
penilaian. menambahkan validitas mengacu pada ting-
Menurut Mackenzie (2005) tes evaluasi kat ketepatan nilai tes yang diinterpretasi-
penampilan terdiri atas daya tahan, kelincah- kan dengan cara tertentu atau manfaat nilai
an, mobilitas dan keseimbangan, komposisi tes untuk tujuan tertentu. Jenis-jenis validitas
tubuh, kekuatan, kecepatan dan power, psi- (kesahihan) antara lain: 1) Validitas muka
kologi olahraga, dan kesehatan umum. (face validity): Menurut Miller (2002) uji me-
Azwar (2007) memperjelas tes yang miliki validitas muka atau validitas logis,
digunakan dengan memiliki prosedur yang ketika mengukur skill dan kemampuan yang
sistematik, yakni a) Item-item dalam tes diinginkan. Validitas muka yang terbaik adalah
disusun menurut cara dan aturan tertentu; b) menentukan validitas dari tes satu dengan
Prosedur administrasi tes dan pem-berian lainnya dengan menerangkan prosedur; 2)
angka terhadap hasilnya harus jelas dan Validitas isi (content validity). Miller (2002)
dispesifikasikan secara terperinci; dan c) menyatakan bahwa validitas isi berhubungan
Setiap orang yang mengambil tes tersebut dengan seberapa baik tes mengukur semua
harus mendapat item-item yang sama dalam keterampilan dan materi pembelajaran yang
kondisi yang sebanding. telah disampaikan oleh peneliti. Nitko (1983)
Rachman (2007:278) menyatakan menambahkan bahwa item tes pada
bahwa proses evaluasi merupakan bagian validitas isi merupakan perwakilan dari kese-
integral dari proses pembelajaran, yang luruhan atau seluruh bidang yang dianggap
memungkinkan pengajar mampu membuat mewakili. Diperkuat Azwar (2008) bahwa
keputusan yang benar mengenai pencapain validitas isi merupakan validitas yang
belajar. Penilaian dapat dilakukan dengan diestimasi lewat professional judgment; 3)
tujuan menetapkan nilai atau menetapkan Validitas konstruk (construct validity). Miller
umpan balik untuk mendiagnosa kelebihan (2002) menyatakan validitas konstruk meng-
dan kekurangan proses pembelajaran yang acu pada derajat individu yang memiliki sifat
sedang berlangsung (sumatif), serta melihat cemas, cerdas, dan motivasi yang membang-
kemajuan belajar (formatif). Dalam proses un, yang diasumsikan akan tercermin dalam
penilaian terdapat kegiatan tes dan hasil tes; 4) Validitas konkuren (concurrent
pengukuran, hubungan timbal balik di antara validity). Ismaryati (2006) menyatakan validi-
tes, pengukuran, dan evaluasi sangat erat tas konkruen adalah validitas yang ditinjau
karena proses penilaian hampir selalu dari segi hubungan antara alat ukur dengan
menggunakan tes dan pengukuran untuk suatu kriteria. Azwar (2008) menambahkan
mengumpulkan informasi yang dibutuhkan apabila skor tes dan skor kri-teria dapat
pada saat pemberian nilai. diperoleh dalam waktu yang sama, maka
Nurrochmah (2009) menyatakan “to korelasi antara kedua skor ter-sebut
determine the level of skill acquisition and merupakan koefisien validitas kon-kruen; 5)
development or improvement of skills pos- Validitas prediktif atau validitas ramalan
sessed by each athlete, it is necessary to do (predictive validity). Miller (2002)
the evaluation measures. Evaluation should menyatakan validitas prediktif diukur dengan
be based on test result from a variety of memberikan ramalan tes dan tes berhu-
skills possessed.” bungan dengan ukuran standar yang diper-
Sebelum membuat tes, harus memper- oleh di kemudian hari. Saifuddin Azwar (2008)
timbangkan: 1) acuan kriteria norma dan peng- menambahkan bahwa validasi prediktif pada
ukuran harus digunakan; dan 2) harus me- setiap tahap harus diikuti oleh usaha pening-
miliki kriteria tes yang baik (Miller,2002). Tes katan kualitas item tes dalam bentuk revisi,
yang dimaksud adalah tes yang memenuhi modifikasi, dan penyusunan item-item baru
syarat validitas, reliabilitas, objektivitas, dis- agar prosedur yang dilakukan mempunyai
kriminitas, dan praktibilitas. arti yang lebih signifikan dan bukan sekedar
pengujian secara deskriptif saja.
Validitas
Validitas adalah kriteria yang paling pen- Reliabilitas
ting untuk dipertimbangkan ketika mengeva- Reliabilitas adalah tingkat konsistensi
luasi tes karena validitas mengacu pada sejauh antara 2 ukuran dari hal yang sama (Mehrens
mana tes benar-benar mengukur masalah & Lehmann, 1973). Diperkuat oleh Miller
Apta Mylsidayu, Konstruksi Tes Keterampilan Bolabasket 36
(2002) reliabilitas adalah konsistensi tes, masing-masing lima orang yang saling ber-
artinya sebuah tes yang dapat diandalkan tanding mencetak point dengan memasuk-
harus mempunyai hasil kurang lebih sama kan bola ke dalam keranjang lawan. Bola-
tanpa mempedulikan jumlah waktu yang di- basket sangat cocok ditonton karena biasa
berikan. Nitko menambahkan (1983) peni- dimainkan di ruang olahraga tertutup dan
laian tes yang tidak konsisten dikarenakan hanya memerlukan lapangan yang relatif
perilaku testi/anak coba tidak stabil. kecil. Selain itu, bolabasket mudah dipelajari
Pendekatan konsistensi internal dilaku- karena bentuk bolanya yang besar, sehingga
kan dengan menggunakan satu bentuk tes tidak menyulitkan pemain ketika memantul-
yang dikenakan hanya sekali saja pada kan atau melempar bola.
sekelompok subjek (single trial administra- Menurut Mylsidayu (2009) bolabasket
tion) dengan tujuan melihat konsistensi antar adalah suatu olahraga beregu yang
item atau antar bagian dalam tes itu sendiri, bertujuan untuk mendapatkan point dengan
ke-mudian tes dibagi menjadi beberapa menggunakan teknik yang benar. Diperkuat
beahan (Azwar, 2008:41-42). oleh Hoy and Carter (1980) yang menya-
takan bahwa basketball is a fast-moving.
Objektivitas High-scoring indoor game that requires of
Menurut Miller (2002) suatu tes memiliki the individual player extreme qualities of
objektivitas tinggi jika dua atau lebih orang skill, precision, control and agility, as well as
bisa mengelola tes dan kelompok yang sama, the physical prerequisites vital for athletic ex-
serta memperoleh hasil kira-kira sama. Tes cellence. Menurut FIBA (2008) basket-ball is
yang memiliki nilai objektivitas yang tinggi played by two (2) teams of five (5) players
berupa soal pilihan ganda, benar-salah, dan each. The aim of each team is to score in the
te pencocokan karena sudah ada penilaian opponents basket and to prevent the other
yang tersedia, sedangkan tes yang memiliki team from scoring. Suatu regu yang telah
objektivitas rendah adalah tes esai. mencetak angka terbanyak pada akhir waktu
permainan menjadi pemenang.
Diskriminitas Mini bolabasket adalah permainan se-
Menurut Ismaryati (2006) tes yang baik derhana dan permainan keterampilan bukan
harus dapat membedakan kemampuan sis- kekuatan, serta anak laki-laki dan perem-
wa sesuai dengan tingkat keterampilan dan puan bermain bersama. Mini bolabasket
kepandaian siswa sehingga dapat mem- adalah cara yang ideal untuk memperkenal-
bedakan siswa yang berkemampuan jelek, kan permainan bolabasket untuk anak-anak
cukup, baik, dan baik sekali. (FIBA Oceania, 2010). Permainan
bolabasket dapat diajarkan sejak anak masih
Praktibilitas kecil. Mini bolabasket khusus diciptakan
Menurut Ismaryati (2006) praktibilitas ada- untuk anak-anak berusia delapan tahun
lah pertimbangan yang bersifat praktis dan sampai tiga belas tahun agar mengenal
dapat mempengaruhi tes meliputi; waktu dan olahraga, juga membantu menyiapkan fisik
biaya, kemudahan pengadministrasian, dan yang ikut terli-bat dalam olahraga ini.
kemudahan dalam penafsiran. Menurut Ahmadi (2007) perlengkapan
Berdasarkan uraian di atas dapat dikata- dan peralatan permainan bolabasket terdiri
kan bahwa tes yang baik apabila mencakup atas: (1) Bola yang digunakan dalam
kriteria yang ada, yaitu valid, reliabel, objek- permainan bolabasket harus memiliki syarat:
tif, diskriminitas, dan praktibilitas. Dalam prak- a) bola terbuat dari kulit, karet, atau bahan
tek di lapangan belum tentu bisa terlaksana sintetis lainnya; b) putra mengguna-kan bola
secara keseluruhan tetapi tes dapat dikata- ukuran 7 dengan keliling lingkaran 749-780
kan cukup memadai apabila memenuhi tiga mm dan berat 567-650 gram, dan putri
syarat utama yang telah ditentukan yaitu menggunakan bola ukuran 6 dengan keliling
valid, reliabel, dan objektif. lingkaran 724-737 mm dan berat 510-567
gram; (2) Lapangan, permainan bolabasket
Bolabasket sebenarnya/pertandingan resmi, dilakukan
Bolabasket adalah olahraga bola kelom- disebuah lapangan empat persegi panjang
pok yang terdiri atas dua tim beranggotakan dengan ukuran panjang dan lebar garis
37 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 32 - 46
dan kesehatan yang berbeda (Brockman, belajar keterampilan baru, olahraga itu me-
2011). nyenangkan, adanya kerjasama, latihan dan
Pendidikan jasmani, olahraga, dan kese- kebugaran, dan adanya tantangan untuk
hatan (penjaskes) di sekolah merupakan ba- menang (Weinberg & Gould, 2003).
gian integral dari sistem pendidikan secara Salah satu kebutuhan aktivitas jasmani
menyeluruh, yang memfokuskan pada aspek pada anak-anak melalui pendidikan jasmani,
pengembangan kebugaran jasmani, kete- olahraga dan kesehatan. Menurut Lily Djokosetio
rampilan motorik, keterampilan berpikir kritis, (2007) pendidikan jasmani bertujuan untuk
stabilitas emosional, keterampilan sosial, pe- meningkatkan kesegaran jasmani, disiplin,
nalaran dan tindakan moral melalui kegiatan tata aturan, dan sebagainya. Selain itu, pen-
fisik (Supriyadi, 2009). didikan jasmani mempunyai peranan penting
Karakteristik jasmani siswa sekolah dasar untuk meningkatkan proses belajar dan daya
umur 10-12 tahun (kelas V dan VI) yang di- ingat (learning and memory). Oleh sebab itu,
miliki antara lain: 1) pertumbuhan otot lengan, pendidikan jasmani yang melibatkan kompo-
dan tungkai makin bertambah; 2) ada kesa- nen-komponen di atas akan merangsang ba-
daran mengenai badannya; 3) anak laki-laki gian-bagian otak tertentu sehingga dapat
menguasai permainan kasar; 4) pertumbuh- meningkatkan kondisi fisik dan kondisi pem-
an tinggi dan berat badan tidak beda baik; belajaran akademis.
5) kekuatan otot tidak menunjang pertum- Keterampilan motorik yang telah dise-
buhannya; 6) waktu reaksi makin baik; 7) per- butkan di atas dapat diperoleh melalui pe-
bedaan akibat jenis kelamin makin nyata; 8) rencanaan gerakan (motor planning) dan
koordinasi makin baik; 9) badan lebih sehat belajar gerakan (motor learning) dimana
dan kuat; 10) tungkai mengalami masa per- keterampilan motorik dipengaruhi oleh banyak
tumbuhan yang lebih kuat bila dibandingkan faktor seperti keseimbangan (balance), kece-
dengan bagian anggota atas; 11) perlu di- patan, kekuatan, koordinasi, dan ketangkas-
ketahui bahwa ada perbedaan kekuatan otot an. Selanjutnya, Santrock (2002) menyatakan:
dan keterampilan antara anak laki-laki dan “During middle and late childhood children’
putri. motor development becomes much smoo-
Anak umur 11-12 tahun, berada pada ta- ther and more coordinate than it was in early
hap kemampuan motorik siswa sekolah childhood. As children move through the
dasar yang dimiliki antara lain: 1) mengem- elementary school years, they gain greater
bangkan dasar bermain dan keterampil- control over their bodies and can sit and
angerak (movement skill); 2) mengembang- attend for longer period of time. An important
kan endurance seperti perkembangan otot principle of practice for elementary school
dan memperbaiki koordinasi; 3) memperbaiki children, therefore, is that they should be
kecepatan dan ketepatan; 4) mengembang- engaged in active, rather than passive,
kan perlawanan terhadap kelelahan, menam- activities”.
bah aktivitas yang intensif; 5) mengetahui Aktivitas bermain pada anak-anak akan
bagaimana rileks dan menggunakan masa lebih banyak dilakukan dengan aktivitas jas-
istirahat (Yudanto, 2005; Sukintaka, 1997). mani, dan aktivitas jasmani yang dikelola
Pada fase spesifikasi usia 10-13 tahun secara cermat merupakan salah satu usaha
ini, anak sudah dapat menentukan pilihan- yang disengaja untuk mengubah keadaan
nya akan cabang olahraga yang disukainya, anak. Salah atu tugas guru penjas ialah me-
secara umum sudah memiliki kemampuan ngembangkan kemampuan motorik anak,
dalam koordinasi dan kelincahan yang jauh untuk kemudian memberikan bimbingan un-
lebih baik. Pada fase ini anak-anak memilih tuk penguasaan dasar keterampilan gerak
untuk mengkhususkan pada salah satu ca- atau teknik-teknik cabang-cabang olahraga
bang olahraga yang dianggap mampu untuk (Sukintaka, 1997).
dilakukan. Anak-anak juga sudah mulai bisa Salah satu aktivitas jasmani pada pela-
menilai kelebihan dan kekurangan yang di- jaran pendidikan jasmani, olahraga, dan ke-
miliknya. Anak mulai mencari atau menghin- sehatan berupa keterampilan motorik adalah
dari aktivitas yang tidak disukainya (Yudanto, pelajaran bolabasket yang diberikan pada
2005). Pada umumnya, alasan anak-anak kelas V dan VI. Pelajaran bolabasket pada
berpartisipasi dalam olahraga karena ingin Sekolah Dasar merupakan salah satu olah-
39 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 32 - 46
raga yang menyenangkan yang membangun aktivitas yang menjadi pusat perhatian pe-
koordinasi tangan-mata-kaki, meningkatkan neliti.
pengenalan akan bola, keterampilan umum Hasil studi pustaka menunjukkan bahwa
seperti menembak, membuat permainan Tes keterampilan bolabasket yang sudah
bolabasket menjadi suatu kegiatan yang ada mengacu pada tes keterampilan bola-
edukasional, dan dapat dinikmati anak-anak. basket menurut Lehten, STO, AAHPER, dan
Johnson. Selain itu, menganalisis masalah
yang disusun dan potensi dari penelitian ini
METODE adalah salah satu model tes yang disusun
Jenis penelitian ini adalah penelitian dan belum pernah ada yang meneliti.
pengembangan (research and development) Hasil studi lapangan menunjukkan bah-
melalui survei dengan tes pengukuran. wa tes keterampilan bolabasket siswa seko-
Penelitian ini merupakan model penelitian lah dasar ini terdiri atas teknik dasar bola-
yang bertujuan mengembangkan dan mem- basket secara umum yakni tes dribble,
validasi produk pendidikan dan pembelajar- passing, dan shooting. Kekuatan dari tes
an untuk meningkatkan dan mengembang- keterampilan bolabasket yang sudah ada
kan mutu pendidikan dan pembelajaran adalah alat ukur sudah memenuhi syarat
secara efektif. Produk yang dikembangkan dan sahih. Kelemahan dari tes-tes tersebut
dalam penelitian ini berupa alat evaluasi tes adalah tidak dapat digunakan oleh siswa
keterampilan bolabasket untuk siswa seko- sekolah dasar karena ring yang terlalu tinggi
lah dasar (yang disesuaikan bagi anak usia dan bola yang terlalu besar. Oleh sebab itu,
10-12 tahun). dalam penelitian ini, peneliti merancang dan
Konstruksi tes keterampilan bolabasket membuat tinggi ring basket yang sedikit
untuk siswa sekolah dasar menggunakan diperpendek sesuai ukuran tubuh anak-anak
model deksriptif prosedural di mana dalam Indonesia yang memiliki postur tubuh tidak
konstruksi tes keterampilan bolabasket me- terlalu tinggi seperti di negara-negara Barat.
nggariskan langkah-langkah yang harus di- Ukuran bola yang digunakan adalah bola
ikuti untuk menghasilkan sebuah produk. ukuran 5 dengan tujuan agar anak-anak
Tahap dasar yang harus dilakukan untuk tidak mengalami kesulitan dalam hal melem-
konstruksi yaitu konseptualisasi masalah, par bola, menangkap bola, menggiring bola,
pembuatan produk, dan uji coba produk. Jika maupun menembak ke ring basket.
keputusan dapat diterima maka pembuatan
produk dapat dimulai dan apabila belum b. Pengembangan prototipe
dapat diterima maka proses harus diulangi. Setelah model pengembangan berda-
Teknik ini digunakan untuk membangun sarkan studi pendahuluan ditetapkan, kemu-
atau mengembangkan tes psikomotorik, di- dian dilanjutkan kegiatan menganalisis teknik-
gunakan dengan harapan dapat memper- teknik keterampilan cabang olahraga yang
oleh instrumen yang valid dan reliabel dengan dijadikan butir tes eksperimen, membanding-
melibatkan para ahli dalam bidang olahraga kannya dengan pengetahuan yang ada dilite-
khususnya ahli mengenai olahraga bolabasket. ratur.
Indikator tes keterampilan bolabasket
terdiri atas dribble, passing, shooting, pivot,
dan footwork. Adapun indikator tes keteram-
pilan bolabasket untuk siswa sekolah dasar
yang digunakan adalah dribble, passing, dan
Prosedur Pengembangan Indikator Kete- shooting karena ketiga teknik tersebut lebih
rampilan Bolabasket dominan dan lebih besar sumbangannya
dibandingkan dua teknik lainnya dalam
a. Studi pendahuluan
permainan bolabasket.
Studi pendahuluan dilakukan dalam dua Selanjutnya, menyusun butir-butir instru-
bentuk, yaitu studi pustaka dan survei terha- men berdasarkan indikator yang telah ditentu-
dap kondisi empirik penelitian. Setelah mela- kan untuk pengembangan masing-masing
kukan kajian teori kemudian melakukan survei variabel. Penyusunan butir-butir tersebut di-
lapangan untuk mengetahui kondisi nyata di sertai dengan penyusunan pelaksanaan atau
lapangan sebagai tempat berlangsungnya prosedur pelaksanaan tes yang baku beserta
Apta Mylsidayu, Konstruksi Tes Keterampilan Bolabasket 40
kembali. Tabel nilai skala besar untuk siswa Tabel 6. Tes Passing Putra
[
Keterangan dari data hasil shoot pada Tabel 12. Tes Dribble 2 Putri
uji besar adalah sebagai berikut: a) kategori Interval Frekuensi %
baik sekali (jumlah poin 9-10) berjumlah 15 9 – 10 63 39,37
siswa; b) kategori baik (jumlah poin 7-8) ber- 7–8 52 32,50
jumlah 35 siswa; c) kategori sedang (jumlah 5–6 27 16,88
poin 5-6) berjumlah 62 siswa; d) kategori 3–4 18 11,25
kurang (jumlah poin 3-4) berjumlah 39 siswa; 0–2 0 0
e) kategori kurang sekali (jumlah poin 0-2) Total 160 100
berjumlah 9 siswa. Data hasil tes passing
putri tersaji pada Tabel 10. Keterangan dari data hasil dribble 2
pada uji besar adalah sebagai berikut: a) ka-
Tabel 10. Tes Passing Putri tegori baik sekali (jumlah poin 9-10) berjum-
Interval Frekuensi % lah 63 siswa; b) kategori baik (jumlah poin 7-
9 – 10 15 9,37 8) berjumlah 52 siswa; c) kategori sedang
7–8 35 21,88 (jumlah poin 5-6) berjumlah 27 siswa; d)
5–6 62 38,75 kategori kurang (jumlah poin 3-4) berjumlah
3–4 39 24,37 18 siswa; e) tidak ada siswa yang masuk
0–2 9 5,63 dalam kate-gori kurang sekali (jumlah poin 0-
total 160 100 2).
Selanjutnya dibuat norma tes untuk anak
Keterangan dari data hasil passing pada sekolah dasar putra dan putri (usia 10-12
uji besar adalah sebagai berikut: a) kategori tahun) untuk mengetahui hasil tes yang telah
baik sekali (jumlah poin 15-17) berjumlah 15 dites. Satuan tes disamakan dengan meng-
siswa; (b) kategori baik (jumlah poin 12-14) gunakan z score. Berikut hasil tes skala
berjumlah 23 siswa; c) kategori sedang besar tes keterampilan bolabasket untuk
(jumlah poin 8-11) berjumlah 46 siswa; d) siswa putra dan putri sekolah dasar berda-
kategori kurang (jumlah poin 4-7) berjumlah sarkan z score tersaji pada Tabel 13 dan 14.
48 siswa; e) kategori kurang sekali (jumlah
poin 0-3) berjumlah 28 siswa. Data hasil tes Tabel 13. Hasil Skala Besar Tes
dribble 1 putri tersaji pada Tabel 11. Keterampilan Bolabasket untuk
Siswa Putra Sekolah Dasar
Tabel 11. Tes Dribble 1 Putri No. Jumlah Jumlah Klasifikasi
Interval Frekuensi % Nilai siswa
6,28 – 10,22 79 49,37 1 > 18 13 Sangat Baik (SB)
10,23 – 14,17 62 38,75 2 15 – 17 63 Baik (B)
14,18 – 18,12 17 10,62 3 12 – 14 58 Sedang (S)
18,13 – 22,07 1 0,63 4 9 – 11 23 Kurang (K)
22,08 – 26,02 1 0,63 5 7–8 4 Sangat Kurang (SK)
Total 160 100
Tabel 14. Hasil Skala Besar Tes
Keterangan dari data hasil dribble 1 Keterampilan Bolabasket untuk
pada uji besar adalah sebagai berikut: a) Siswa Putri Sekolah Dasar
kategori baik sekali (waktu tempuh antara No. Jumlah Jumlah Klasifikasi
6,28-10,22 detik) berjumlah 79 siswa; b) Nilai Siswa
kategori baik (waktu tempuh antara 10,23- 1 > 18 7 Sangat Baik (SB)
14,17 detik) berjumlah 62 siswa; c) kategori 2 15 – 17 66 Baik (B)
sedang (waktu tempuh antara 14,18-18,12 3 12 – 14 67 Sedang (S)
detik) berjumlah 17 siswa; d) kategori kurang 4 9 – 11 18 Kurang (K)
(waktu tempuh antara 18,13-22,07 detik) 5 7–8 2 Sangat Kurang (SK)
berjumlah 1 siswa; e) kategori kurang sekali
(waktu tempuh antara 22,08-26,02 detik) Dari hasil norma tes uji besar yang
berjumlah 1 siswa. Data hasil tes dribble 2 dibuat maka dapat diketahui pula hasil tes
putri tersaji pada Tabel 12. keseluruhan yang dilakukan siswa dan siswi
43 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 32 - 46
dari 6 sekolah dasar dengan rincian sebagai Pengembangan tes keterampilan bolabasket
berikut ini. menggunakan model deskriptif prosedural di
Dari hasil norma tes uji besar yang mana tes keterampilan bolabasket untuk
dibuat maka dapat diketahui pula hasil tes siswa sekolah dasar menggariskan langkah-
keseluruhan yang dilakukan siswa dan siswi langkah pelaksanaan penelitian dan pengem-
dari 6 sekolah dasar dengan rincian sebagai bangan yang harus diikuti untuk menghasilkan
berikut: (1) Kategori putra: (a) kategori sebuah produk. Teknik dasar bolabasket
sangat baik berjumlah 13 siswa; (b) kategori terdiri atas dribble, passing, shoot, pivot, dan
baik berjumlah 63 siswa; (c) kategori sedang footwork. Adapun teknik dasar yang paling
berjumlah 58 siswa; (d) kategori kurang banyak digunakan dalam permainan bola-
berjumlah 23 siswa; (e) sangat kurang basket adalah shoot, passing, dan dribble
berjumlah 4 siswa; dan (2) Kategori putri: (a) Tahap dasar yang harus dilakukukan
kategori sangat baik berjumlah 7 siswa; (b) untuk konstruksi yaitu konseptualisasi masa-
kategori baik berjumlah 66 siswa; (c) lah, pembuatan produk, dan uji coba produk.
kategori sedang berjumlah 67 siswa; (d) Selanjutnya, apabila keputusan dapat diteri-
kategori kurang berjumlah 18 siswa; (e) ma maka pembuatan produk dapat dimulai
kategori sangat kurang berjumlah 2 siswa. dan apabila belum dapat diterima maka pro-
Berdasarkan hasil data penelitian yang ses harus diulangi. Teknik ini digunakan
dilakukan siswa putra maupun putri pada untuk membangun dan mengembangkan tes
ujicoba skala besar yang telah di z score psikomotorik, dengan harapan memperoleh
ditemukan tidak ada perbedaan jumlah nilai instrumen yang valid dan reliabel dengan
skala. Berikut norma skala besar tes kete- melibatkan ahli dalam bidang olahraga khu-
rampilan bolabasket untuk siswa putra dan susnya ahli mengenai permainan bolabas-
putri sekolah dasar disajikan pada Tabel 15. ket, ahli dalam bidang evaluasi, tes, dan
pengukuran olahraga, serta ahli dalam bi-
Tabel 15. Norma Skala Besar Tes dang metodologi penelitian.
Keterampilan Bolabasket untuk Alat tes keterampilan bolabasket untuk
Siswa Putra dan Putri Sekolah siswa sekolah dasar mengacu pada alat-alat
Dasar tes yang sudah ada dan pernah digunakan
Jumlah oleh peneliti lain. Adapun alat-alat yang
No Klasifikasi
nilai digunakan adalah tinggi ring basket 2,5
1. > 18 Sangat Baik (SB) meter yang dibuat berdasarkan tinggi rata-
2. 15 – 17 Baik (B) rata anak, bola ukuran 5, dan tinggi target
3. 12 – 14 Sedang (S) passing ke tanah 40 cm dengan jarak testi
4. 9 – 11 Kurang (K) 1,5 m.
Berdasarkan deskripsi data dan hasil
5. 7–8 Sangat Kurang (SK)
data maka diperoleh suatu pembahasan
1. > 18 Sangat Baik (SB)
sebagai berikut. Hasil data yang diolah oleh
peneliti pada akhirnya menghasilkan suatu
konstruksi tes keterampilan bolabasket untuk
PEMBAHASAN siswa sekolah dasar. Dalam konstruksi tes,
peneliti mengacu pada model-model tes
Konstruksi tes keterampilan bolabasket yang sudah ada dan pernah digunakan oleh
untuk siswa sekolah dasar dimulai dengan peneliti lain. Tetapi, untuk tes keterampilan
melihat permasalahan-permasalahan faktual bolabasket siswa sekolah dasar belum dite-
yang terjadi dalam proses pembelajaran mukan norma nilai, sehingga peneliti mem-
pendidikan jasmani, olahraga, dan keseha- buat norma nilai tes sendiri dengan cara
tan (penjaskes), selanjutnya mencari penye- mengklasifikasikan data yang sudah ada
bab dan kendala dalam pembelajaran penjas agar dapat dijadikan pedoman.
dan latihan bolabasket, serta mencari cara Klasifikasi putra dan putri masing-
sebagai solusi untuk mengatasi permasa- masing dibuat terpisah. Pemisahan norma
lahan tersebut. tes dikarenakan oleh beberapa faktor yang
Sebuah kegiataan pengembangan dapat mempengaruhi antara lain: 1) kemampuan
dilakukan apabila terdapat data hasil analisis fisik putra dan putri berbeda; 2) karakteristik
kebutuhan berdasarkan kondisi lapangan. putra dan putri berbeda; 3) gerak anak putri
Apta Mylsidayu, Konstruksi Tes Keterampilan Bolabasket 44
lebih terbatas dibandingkan putra. Setelah bolabasket pada umumnya, dan untuk mem-
hasil data diperoleh dan diolah, tidak ada permudah dalam penelusuran/pemilihan ca-
per-bedaan antara norma tes keterampilan lon bibit atlet pada khususnya. Selain itu,
untuk siswa putra maupun putri karena dari segi pembuatan alat tidak terlalu sulit
siswa kelas V dan VI sekolah dasar rata-rata dan alat bolabasket yang dibuat juga dapat
berumur 10-12 tahun, di mana pada umur digunakan oleh anak-anak kelas I-IV
tersebut per-tumbuhan fisiologis anak masih Sekolah Dasar (10 tahun ke bawah).
relatif sama, tes yang dibuat tidak mem-
butuhkan power sehingga kemampuan fisik
antara putra dan putri tidak mempunyai KESIMPULAN
peranan yang besar dalam tes karena tes ini
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
hanyalah tes keterampilan bukan tes fisik.
diuraikan pada bab pembahasan, dapat di-
Model tes dan norma tes yang dihasil-
ambil suatu kesimpulan bahwa telah disusun
kan berfungsi untuk mempermudah penilai-
suatu konstruksi keterampilan bolabasket
an keterampilan siswa sekolah dasar. Tetapi
untuk siswa sekolah dasar dengan hasil
ada beberapa kelemahan dalam penelitian
valid dan reliabel pada kontruksi tes yang
ini antara lain penelitian ini hanya menggu-
telah disusun sehingga konstruksi tes ter-
nakan beberapa komponen keterampilan
sebut dapat digunakan sebagai alat tes. Tes
saja sehingga belum menggambarkan suatu
layak di gunakan di Indonesia karena telah
penelitian yang lengkap dalam permainan
memenuhi syarat valid, reliabel, dan objektif.
bola-basket, tetapi sudah dapat menjadi
Kontruksi tes terdiri atas 3 bentuk tes
syarat minimal dalam bermain bolabasket
keterampilan dan didukung oleh pengukuran
karena disesuaikan dengan kebutuhan kete-
tinggi badan, dan berat badan. Adapun
rampilan bermain bolabasket dengan meng-
konstruksi tes keterampilan bolabasket untuk
ambil teknik dominan yang digunakan saat
siswa sekolah dasar antara lain: 1) tes
bermain yaitu shoot, passing, dan dribble.
shoot; 2) tes passing; 3) tes dribble (1 dan
Tes keterampilan hanya menggunakan tiga
2). Data dinyatakan homogen karena
teknik tersebut karena memiliki sumbangan
variansi pada tiap kelompok data memiliki
yang lebih besar dibandingkan dengan dua
signifikasi > 0,05.
teknik lainnya (pivot dan footwork).
Desiminasi penelitian adalah membuat
Berdasarkan hasil penelitian, tes passing
norma nilai yang berbentuk klasifikasi dan
memiliki tingkat kesulitan yang paling rendah
norma tes yang digunakan sebagai tes kete-
karena anak hanya melakukan gerakan satu
rampilan bolabasket untuk siswa sekolah da-
arah dan teknik yang digunakan tidak mem-
sar. Tidak ada perbedaan antara norma tes
butuhkan koordinasi yang kompleks, anak
keterampilan untuk siswa putra maupun putri
hanya memantul-mantulkan bola ke dinding
sekolah dasar karena pertumbuhan fisiologis
dengan posisi diam. Tes dribble memiliki
antara siswa putra dan putri masih relatif
tingkat kesulitan sedang karena membutuh-
sama dan kekuatan yang dibutuhkan dalam
kan koordinasi tangan-mata-kaki saat mela-
tes keterampilan ini tidak memerlukan power
kukan dribble memasukkan bola ke dalam
yang besar sebab tinggi ring basket dan
lingkaran sambil berlari, anak harus menye-
ukuran bola sudah dimodifikasi sesuai ana-
imbangkan antara kecepatan dan koordinasi,
tomi anak. Adapun norma yang dihasilkan
dan tenaga yang dibutuhkan tidak terlalu
dapat dilihat pada Tabel 16.
besar. Selanjutnya, tes shoot memiliki ting-
kat kesulitan paling tinggi karena anak
membutuhkan koordinasi antara tangan-
mata-kaki dan ball feeling yang baik untuk
memasukkan bola ke dalam ring basket,
serta anak harus dapat mengatur tenaga
saat melakukan tembakan karena ring
basket tanpa dilengkapi papan pantul.
Adapun keunggulan produk ini adalah
untuk mempermudah para guru sekolah
dasar dalam pemberian nilai keterampilan
45 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 32 - 46
Muktiani, N.R. 2008. Pengembangan Multimedia Sukadiyanto. 2005. Pengantar Teori dan
Interaktif untuk Pembelajaran Metodologi Melatih Fisik. Yogyakarta:
Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan PKO FIK UNY.
Kesehatan SMA. (Tesis). Yogyakarta: Sukintaka. 1997. Teori bermain. Yogyakarta:
PPs UNY. FPOK-IKIP.
Mylsidayu, A. 2009. Efektivitas Implementasi Sukintaka, Rijadi, T., dan Suprijo, B. 1979.
Teknik Pivot Dalam Pertandingan Bola- Permainan dan Metodik; Buku II.
basket Putri LIBAMA Nasional 2008. Jakarta: Tarate Bandung.
(Skripsi). Yogyakarta: FIK UNY.
Supriyadi. 2009. Development of social skills
Nitko, A.J. 1983. Educational tests and based mini basketball game model to
measurement an introduction. USA: improve social skills motor and physical
Harcourt Brace Jovanovich, Inc. fitness in elementary schools age,
Nurrochmah, S. 2009. Standart test skills International conference on sport, hal.
development for athletes basketball 112-120.
beginners, International conference on Suyanto. 2000. Keluarga, kunci sukses anak
sport, hal. 277-283. dalam pentingnya komunikasi Kultural
Rachman, H.A. 2007. Pengembangan Alat Anak Indonesia (12-13). Yogyakarta: PT
Evaluasi Keterampilan Bermain Softball Kompas Media Nusantara.
Berbasis Authentic Assessment. Majalah UNICEF. 2010. Protecting Children From
Ilmiah Olahraga, volume 13, Nomor 3, Violence In Sport. Italy: ABC Tipografia
hal. 275-296. srl.
Rumini, S., & Sundari, S. 2004. Perkembangan Weinberg, R.S. & Gould, D. 2003. Foundation of
Anak dan Remaja. Jakarta: PT Rineka Sport and Exercise Psychology. USA:
Cipta. Human Kinetics.
Samples, Bob. 2002. Revolusi belajar untuk Wissel, H. 1996. Basketball Steps to Succes
anak: Panduan belajar sambil bermain (Bagus Pribadi. Terjemahan). Jakarta:
untuk anak membuka pikiran anak-anak PT Raja Grafindo Persada. Buku asli
anda. (Terjemahan Rahmani Astuti). TT. diterbitkan Tahun 1994.
(Buku Asli diterbitkan TT).
Yudanto. 2005. Pengembangan gerak dasar lari
Santrock, J.W. 2002. Life-span Develop-ment. dan lompat melalui pendekatan bermain
New York: The McGraw-Hill Companies. di sekolah dasar. Jurnal Pendidikan
Sleap, M. 1984. Mini sport (Second ed.). Jasmani Indonesia, Volume 3, Nomor 1,
England: Heinemann Educational hal. 70.
Books. Zaifbio. 2009. Ranah penilaian kognitif, afektif,
Sports Coach UK. 2003. How to coach children dan psikomotorik (online). Diambil pada
in sport. UK: Sports Coach UK. tanggal 8 Juni 2010, dari http://
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranah
Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. -penilaian-kognitif-afektif-dan-
psikomotorik/.
Sukamti, E.R.. 2004. Diktat Perkem-bangan
Motorik. Yogyakarta: PKO FIK UNY.
Sulistiono, A.A. 2003. Penyusunan Tes .
Keterampilan Bermain Bolabasket Usia
Yunior. (Tesis). Yogyakarta: PPs UNY.
Sumiyarsono, D. 2002. Keterampilan
Bolabasket. Yogyakarta: FIK UNY.
Syafei, S. 2002. Bagaimana Anda Men-didik
Anak. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Zainul, A. & Nasution, N. 2005. Penilaian Hasil
Belajar. Jakarta: PAU-PPAI-UT.
PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA MENGAJAR BOLA LUNAK
TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN PASSING
BOLAVOLI PADA SISWA PUTRA KELAS I SMP
Salah satu kemampuan dasar yang harus juga termasuk cabang olahraga yang popu-
dimiliki guru adalah kemampuan dalam me- ler dan digemari oleh semua lapisan masya-
rencanakan dan melaksanakan proses bel- rakat. Untuk mencapai prestasi bolavoli perlu
ajar mengajar, kemampuan ini membekali adanya latihan yang dilakukan sejak usia
guru dalam melaksanakan proses tugas dan dini. Menurut Persatuan Bolavoli Seluruh
tanggung jawabnya sebagai pengajar. Bel- Indonesia (PBVSI, 1995:25) “pretasi prima
ajar dan mengajar terjadi pada saat berlang- akan tercapai apabila pemain sejak usia dini
sungnya interaksi antara guru dengan siswa dibina secara ilmiah, kontinyu, bertahap,
untuk mencapai tujuan pengajaran. Sebagai meningkat dan berkesinambungan se-lama
proses, belajar dan mengajar memerlukan kurang lebih 10 tahun. Pembinaan se-
perencanaan yang seksama, yaitu “mengko- baiknya dilaksanakan terutama di perkumpulan-
ordinasikan unsur-unsur tujuan, bahan peng- perkumpulan dan Sekolah Menengah Perta-
ajaran, kegiatan belajar mengajar, metode ma (SMP). Sasaran yang ditekankan oleh
dan alat bantu mengajar serta penilaian/eva- PBVSI pada pembinaan di Sekolah Mene-
luasi” (Sudjana, 1991:1). Pada tahap berikut- ngah adalah: 1) pembinaan fisik umum dan
nya adalah melaksanakan rencana tersebut fisik khusus; 2) teknik dasar benar; 3) pem-
dalam bentuk tindakan atau praktik meng- binaan mental terutama disiplin, sportivetas,
ajar. Untuk melaksanakan rencana kegiatan dan minat atau perhatian terhadap bolavoli.
belajar mengajar harus memilih metode Penguasaan teknik dasar yang benar
yang baik dan tepat. Metode mengajar yang merupakan salah satu sasaran pembinaan
baik adalah metode yang dapat menumbuh- pada tahap anak Sekolah Menengah. Menu-
kan kegiatan belajar siswa. rut PBVSI (1995:66-77) “teknik-teknik dasar
Bolavoli merupakan salah satu cabang permainan bolavoli meliputi: 1) servis; 2)
olahraga yang berkembang baik di Indonesia, passing bawah; 3) passing atas; 4) umpan;
47
48 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 47 - 55
5) semes; dan 6) bendungan (blok).” Dari menguasai teknik dasar bolavoli dengan
keenam teknik dasar tersebut teknik passing mudah. Dengan mempergunakan tinggi
yang terdiri dari passing atas dan passing jaring yang lebih rendah dan berat bola yang
bawah merupakan keterampilan yang dasar lebih ringan, kemungkinan besar permainan
dan penting dalam permainan bolavoli lebih menarik karena siswa lebih berhasil
(PBVSI, 1995:75). Passing merupakan kete- melakukan teknik-teknik dasar permaian
rampilan minimal agar permainan bolavoli bolavoli.
dapat dilakukan, selain itu teknik ini merupa- Pembinaan bolavoli di SMP seperti di-
kan dasar bagi pelaksanaan suatu serangan. harapkan PBVSI akan lebih efektif bila
Serangan dalam permainan bolavoli selalu dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler.
diawali dengan passing. Kualitas serangan Mengandalkan intrakurikuler saja sangat sulit
tergantung pada penguasaan para pemain. untuk memperoleh penguasaan keterampil-
Passing merupakan gerakan yang an mengingat jam pelajaran yang terbatas.
sederhana namun sulit untuk dipelajari, SMP Negeri 2 Kartasura telah mendukung
lebih-lebih untuk siswa yang baru mulai lati- program pembinaan PBVSI dengan
han, karenanya perlu ditelusuri faktor-faktor menggalakkan kegiatan ekstrakurikuler
yang mempengaruhi hasil belajar passing. bolavoli. Pemilihan cabang ini oleh guru
Usaha untuk menguasai suatu ketrampilan pendidikan jasmani sekolah tersebut
motorik, pada umumnya harus mempelajari didasarkan pada beberapa alasan: 1)
dan memperhatikan faktor-faktor yang mem- bolavoli merupakan olahraga yang populer di
pengaruhi penguasaan ketrampilan tersebut. masyarakat dan mengundang minat banyak
Lutan (1988) menjelaskan bahwa, faktor-faktor siswa; 2) kelengkapannya murah hanya
yang mempengaruhi proses belajar motorik membutuhkan fasilitas dan sarana yang
adalah: 1) kondisi internal; dan 2) kondisi sederhana, 3) untuk nama baik sekolah
eksternal. Kondisi internal mencakup faktor- dimana cabang bolavoli merupakan cabang
faktor yang terdapat pada individu, atau olahraga prioritas dalam peraihan medali
atribut lain yang membedakan seseorang pada Pekan Olahraga dan Seni dan Pekan
dengan lainya. Kondisi eksternal mencakup Olahraga Pelajar Seluruh Indonesia yang
faktor-faktor yang terdapat di luar individu diselenggarakan setiap tahun.
yang memberikan pengaruh terhadap
penampilan gerak. Salah satu faktor kondisi Jenis Permainan Bolavoli
eksternal ini adalah peralatan. Kondisi Jenis permainan bolavoli yang sekarang
eksternal seperti peralatan memberikan dikembangkan di Indonesia, menurut Persa-
pengaruh yang dominan terhadap proses tuan Bolavoli Seluruh Indonesia (2009:2)
belajar (Lutan, 1988). Peralatan yang adalah: 1) Bolavoli internasional, yang dise-
dibutuhkan dalam permainan bolavoli adalah but juga bolavoli gedung/indoor, 2) Bolavoli
bola dan jaring (net). Beberapa alasan sistem Timur Jauh (nine man system); 3)
kegagalan pelaksanaan dalam proses Bolavoli mini; 4) Bolavoli pantai, yang dise-
belajar antara lain: 1) perasaan takut but juga bolavoli pasir (beach volleyball/sand
mengalami sakit atau cidera; 2) defisiensi dalam volleyball); 5) Bolavoli lunak (soft volleyball)
kondisi atau kesiapan seperti kekuatan be-
lum cukup. Bola lunak Sarana Belajar Mengajar
Perasaan takut mengalami sakit atau ce- Olahraga
dera merupakan penghambat dalam proses Bola lunak sarana belajar mengajar
penguasan teknik, oleh sebab itu menurut olahraga adalah usaha atau cara yang dila-
Lutan (1988) perlu upaya pemecahan kukan dalam rangka aktivitas pengajaran
sebagai berikut: 1) mengubah atau mebola guna mencapai tujuan pengajaran olahraga.
lunak peralatan yang dipakai; 2) melakukan Suatu pengajaraan dapat dikatakan efektif
latihan dalam kondisi yang lebih mudah. apabila proses belajar mengajar sesuai
Untuk mengajarkan bolavoli di SMP dengan tujuan pengajaran dan tujuan pendi-
misalnya, jaring dapat diturunkan dari ukuran dikan. Pengajaran yang efektif membu-
standar, bola dapat dibola lunak (diturunkan) tuhkan terjadinya instruksi yang harmonis
beratnya dari ukuran standar dan agak lebih semua faktor yang terlibat dalam kegiatan
besar ukurannya sehingga para siswa dapat belajar baik secara langsung maupun tidak
Agus Harsoyo & Sapta Kunta P., Pengaruh Penggunaan Media Mengajar Bola Lunak 49
langsung. Untuk itu guru harus memilih adalah gerak otot atau gerakan tubuh untuk
metode mengajar yang tepat dan dapat mensukseskan pelaksanaan aktivitas yang
memberikan peluang untuk terjadinya proses diinginkan. Dal Monte seperti yang dikutip
belajar mengajar secara efektif dalam kegiat- Subroto (1975:3) mendefinisikan ketrampil-
an instruksional. Metode mengajar yang an sebagai kemampuan melakukan gerak
tepat ditentukan berdasarkan suatu analisis secara tepat, cepat dan harmonis yang tak
terhadap hal-hal tertentu.jadi kegiatan peng- mungkin untuk disederhanakan lagi seperti
ajaran dengan sendirinya harus memperha- pada gerakan yang bertujuan praktis karena
tikan faktor-faktor internal yang merupakan meliputi kegiatan yang sangat berbeda-
salah satu faktor yang sangat penting dalam beda.
menentukan metode mengajar. Proses dan hasil belajar keterampilan
Untuk menyajikan seperangkat kegiatan gerak dipengaruhi oleh beberapa faktor.
pengajaran yang bertujuan untuk tercapai- Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
nya tujuan yang diinginkan, salah satunya proses belajar ketrampilan gerak dijelaskan
adalah mebola lunak sarana mengajar yang oleh Singer (1980) sebagai berikut: 1) faktor
mengacu kepada penemuan yang terarah proses belajar; 2) faktor personal meliputi
dan pemecahan masalah. Dalam penelitian persepsi, ketajaman berfikir, ukuran fisik,
ini dilaksanakan bola lunak sarana belajar latar belakang pengalaman, emosi, kapabili-
mengajar passing bolavoli, yaitu usaha atau tas, motivasi, sikap jenis kelamin, usia; dan
cara yang dilakukan dalam rangka aktivitas 3) faktor situasi meliputi situasi alami dan
pengajaran guna mencapai tujuan situasi sosial. Belajar keterampilan gerak
pengajaran passing bolavoli. olahraga tidak terlepas dari proses peng-
ajaran gerak atau keterampilan motorik. Di
Media Bola Lunak dalam pendidikan jasmani dan olahraga
Dengan menggunakan bola lunak pada gerak manusia dimanipulasi dalam belajar
prinsipnya siswa merasa lebih nyaman dan gerak. Menurut Sugiyanto dan Sudjarwo
mudah untuk melakukan passing bawah (1991:232) dikemukakan bahwa “belajar
maupun passing atas. Dengan demikian di- gerak merupakan salah satu bentuk belajar
harapkan teknik dasar yang paling penting yang mempunyai penekanan pada sesuatu
dalam bolavoli yaitu passing lebih mudah yang spesifik, yaitu untuk tujuan peningkatan
dikuasai siswa SMP. Untuk memenuhi hara- kualitas gerak tubuh.” Menurut Singer
pan tersebut bola dibuat sedemikian rupa, (1980:9) “belajar gerak adalah perubahan
antara lain: bola lebih ringan sehingga tidak tingkah laku yang relatif tetap dalam
menimbulkan rasa sakit saat di-passing, bola penampilan atau potensi tingkah laku yang
ukuran lebih besar sehingga pantulan yang merupakan hasil balajar atau pengalaman
dihasilkan mudah diarahkan, harga bola dalam situasi ke arah yang lebih baik.”
lebih murah daripada bola standar sehingga Salah satu teori yang termasuk ke dalam
dapat memenuhi rasio kebutuhan bola kelompok teori asosiasi stimulus respon dan
dengan jumlah siswa. paling populer dalam belajar gerak adalah
“teori Koneksionisme Thorndike”. Asumsi da-
Belajar Keterampilan Passing Bolavoli sar Thorndike adalah asosiasi antara kesan
Belajar adalah suatu perubahan penam- yang diperoleh alat indera dan impuls untuk
pilan atau perilaku potensial yang relatif per- berbuat (respon). Asosiasi kedua elemen
manen sebagai hasil dari latihan dan penga- tersebut dikenal sebagai “koneksi”. Thorndike
laman masa lalu terhadap situasi tugas dalam Oxendine (1984) memandang bahwa
tertentu (Singer, 1980). Sedangkan belajar penguasaan ketrampilan memerlukan perta-
motorik adalah proses perubahan atau bola utan antara stimulus dan respon yang serasi.
lunak individu sebagai hasil timbal balik Beberapa hukum yang berpengaruh dalam
antara latihan kondisi lingkungan (Drowatzky, belajar telah dirumuskan oleh Thorndike,
1975). Hampir sama dengan itu Schmidt yaitu ; “1) law of readiness; 2) law of exerci-
(1988) menjelaskan bahwa belajar motorik se; 3) law of effect” (Oxendine, 1984).
adalah suatu proses perubahan merespon Law of readiness atau hukum kesiapan
yang relatif permanen sebagai akibat dari menyatakan bahwa belajar akan berlangsung
latihan dan pengalaman. Yang dimaksud paling efektif bila siswa yang bersangkutan
dengan keterampilan menurut Singer (1980) telah siap untuk menyesusaikan diri dengan
50 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 47 - 55
stimulus dan telah siap untuk memberikan sekuensi. Koneksi antara stimulus respon
respon. Hukum tersebut dapat diartikan akan diperkuat jika dialami penguatan yang
bahwa individu akan belajar dengan cepat menyenangkan. Jika suatu respon diikuti
dan efektif apabila ia telah siaga atau siap, oleh pengalaman yang tidak menyenangkan,
yakni telah matang dan telah ada kebutuhan koneksi antara stimulus-respon menjadi
untuk itu. Belajar akan lancar jika materi lemah.
yang disajikan cocok dengan kebutuhan Implikasi dari hukum pengaruh ini menu-
individu. Sebaliknya individu akan terganggu rut Lutan (1988) antara lain: guru menyiap-
dan tidak tertarik bila belum siap. Semakin kan rangkaian urutan materi yang tepat agar
individu matang mendekati kesiagaan sema- pelaksanaan latihan dapat dilakukan siswa
kin memuaskan pula aktivitas yang dilaku- dengan puas. Sependapat dengan Lutan,
kan. Ateng (1992) menambahkan bahwa setiap
Law exercise atau hukum latihan me- usaha dalam belajar pendidikan jasmani
nyatakan bahwa mengulang-ulang respon harus dibuat agar setiap orang merasa
tertentu sampai beberapa kali akan mem- berhasil dan mengalami kesenangan dan ke-
perkuat koneksi antara stimulus dan res- puasan. Agar kepuasan siswa tercapai uru-
pons. Pertautan yang erat ini akan dikem- tan materi hendaknya disajikan secara sis-
bangkan dan diperkuat melalui pengulangan tematis, dimulai dari tugas yan mudah
yang memadai jumlahnya. Koneksi akan hingga tugas yang sulit, atau mulai tugas
menjadi lemah bila latihan tidak diteruskan. yang sederhana hingga tugas yang kom-
Karena itu istilah penguatan disini berarti pleks (lutan, 1988).
respon tertentu akan diberikan jika, situasi Salah satu prinsip belajar mengajar mo-
yang sama akan terjadi kembali. Inti dari torik yang berkaitan dengan penguatan ko-
hukum latihan adalah penguatan-penguatan neksi antara stimulus respon adalah “umpan
yang dilakukan melalui latihan akan mem- balik”. Tujuan kegiatan belajar pada dasar-
buat belajar semakin dikuasai. Semakin nya adalah perubahan perilaku pada diri
banyak frekuensi pengulangan semakin men- siswa. Perubahan perilaku itu disebabkan
dekati penguasaan gerak. Menurut Ateng karena siswa aktif dan memberikan respon
(1992:42), tentang hukum latihan terhadap seperangkat tugas sebagai stimu-
menyatakan bahwa latihan akan memper- lus. Salah satu yang mempengaruhi peruba-
baiki koordinasi, irama gerak, mengurangi han tingkah laku adalah karena adanya
pemakaian energi, lebih terampil dan mem- umpan balik. Menurut Oxendine (1984),
buat kinerja lebih baik. Sebagai akibat lati- umpan balik adalah pengetahuan yang dite-
han, jalur antara situasi dan tindakan akan rima tentang sesuatu perbuatan atau res-
lebih baik dan lebih permanen. Ditambah pons. Sedang Bourne (1966) mendefinisi-
bahwa, belajar akan berhasil dengan ber- kan umpan balik sebagai sebuah sinyal yang
buat, berlatih. Namun latihan tersebut harus terjadi setelah atau pada saat respon ber-
bermakna dan mempunyai konsep yang langsung. Sinyal yang terjadi setelah atau
jelas tentang apa yang harus dilakukan, agar pada saat respon berlangsung. Sinyal
penguasaan keterampilan dapat dicapai. tersebut menyampaikan tanda-tanda tentang
Kunci utama untuk penguasaan kete- benar salahnya, tepat tidaknya, cukup tidak-
rampilan terletak pada kegiatan yang terus nya respon tersebut.
menerus dengan penuh ketekunan. Untuk itu Diantara bentuk-bentuk umpan balik,
beberapa faktor kendala bagi siswa harus dua diantaranya perlu mendapat perhatian
diantisipasi seperti kebosanan, rasa sakit, dalam belajar motorik yaitu: 1) Knowlegde of
cedera, dan lain-lain, agar kemauan siswa Result (KR) atau pengetahuan tentang hasil;
untuk terus berjuang melaksanakan tugas dan 2) Knowlegde of Performance (KP) atau
tidak terhalangi. Implikasi dari hukum latihan pe-ngetahuan penampilan (Schmidt,1992). .
ini adalah “pelaksanan driil atau latihan Pengetahuan tentang hasil (KR) ialah
berulang-ulang akan menjamin tercapainya informasi yang berkenaan dengan hasil dari
tujuan proses belajar” (Lutan, 1988). suatu gerakan dikaitkan dengan tujuan yang
Law of effect atau hukum pengaruh me- ingin dicapai. Umpan balik tentang hasil
nyatakan bahwa penguatan atau melemah- sering dianggap sebagai komponen hadiah
nya suatu koneksi merupakan hasil kon- atau faktor penguat (reinforcer). Faktor
Agus Harsoyo & Sapta Kunta P., Pengaruh Penggunaan Media Mengajar Bola Lunak 51
Informasi di STM yang berasal dari STSS ini Selanjutnya Lutan (1988) memberikan
akan tersimpan dan bertahan 1 sampai 60 contoh. Untuk mengajarkan bolavoli di SD
detik. Informasi yang tersimpan di STM di- atau SMP, jaring dapat diturunkan dari uku-
samping berasal dari STSS juga berasal dari ran standar, berat bola lebih ringan dari
memori jangka panjang (LTM). Komparte- berat standar, serta panjang/lebar lapangan
men STM inilah yang dijadikan sebagai lebih sempit dari ukuran standar. Dengan
ruang kerja untuk menghasilkan output demikian siswa atau pemula dapat mengua-
gerak. sai teknik dengan baik dan kemungkinan
Melalui latihan berulang-ulang, informasi besar permainan lebih menarik karena para
dari STM akan dipindahkan ke LTM dimana siswa akan lebih berhasil melakukan teknik-
infomasi ini akan tersimpan secara perma- teknik dasar permainan bolavoli, dengan
nen. Perhatikan gambar, diantara komper- bola lunak sarana bolavoli, kiranya merupa-
temen STM dan LTM ada istilah “rehearsal” kan salah satu alternatif yang tepat sebagai
artinya proses yang menghasilkan intensitas perwujudan konsep tersebut.
untuk mentransfer informasi dari STM ke Bola lunak sarana permainan bolavoli
LTM. Kaitan antara penyimpan informasi di merupakan jembatan untuk menuju bolavoli
LTM dengan perwujudan output gerak dapat yang sesungguhnya. Mengajarkan model
dijelaskan melalui konsep “retrieval” yaitu bolavoli yang sederhana terlebih dahulu
proses yang mencangkup pencarian infor- sebelum mengajarkan bolavoli yang sebe-
masi melalui LTM guna dipakai untuk melak- narnya merupakan tindakan yang tepat apa-
sanakan tugas yang sedang dihadapi. bila kemampuan dan karakteristik siswa
Rehearsal merupakan proses pemindah- belum memadai.
an informasi dari STM ke LTM sedangkan Teknik passing, yaitu passing bawah
retrieval merupakan proses pemanggilan dan passing atas merupakan teknik dasar
informasi dari STM ke LTM. STM merupakan yang paling penting dalam bolavoli (PBVSI,
ruang kerja untuk bergerak, yang informa- 1995). Oleh sebab itu, dalam belajar kete-
sinya berasal dari STSS dan LTM. Dalam rampilan bolavoli, yang pertama kali harus
keterampilan gerak output gerak yang dikuasai oleh pemula adalah teknik passing
dihasilkan di STM, informasinya diharapkan bawah dan teknik passing atas.
berasal dari LTM. Dengan demikian jelaslah
bahwa, dalam kaitannya dengan prinsip ke-
rangka memori tujuan akhir dari proses bel- METODE
ajar keterampilan motorik adalah pengem-
bangan memori jangka panjang (LTM). Metode penelitian adalah dengan meto-
Prinsip-prinsip dan teori tentang belajar mo- de eksperimen. Rancangan penelitian yang
torik seperti telah diuraikan di atas merupa- digunakan “matched by subject design”
kan kerangka landasan untuk memahami (Sugiyanto, 1994:28 ).
proses belajar keterampilan khususnya kete-
rampilan passing bolavoli.
Berkaitan dengan pengajaran teknik da-
sar passing bolavoli, Lutan (1988)
menjelaskan bahwa, alasan pokok kega-
galan pelaksanaan teknik yang baik antara
lain: 1) perasaan takut mengalami sakit atau Gambar 2. Rancangan Eksperimen
cedera; dan 2) defisiensi dalam kondisi atau
kesiapan siswa, seperti kekuatan belum Keterangan:
cukup. Treatment A : Menggunakan bola standart.
Untuk mengatasi hal itu Lutan Treatment B : Menggunakan bola lunak.
menganjurkan untuk: 1) mengubah kondisi
ekternal seperti peralatan yang dipakai dan Jumlah populasi dalam penelitian ini se-
lapangan yang dipergunakan; dan 2) banyak 200 siswa. Sampel sebanyak 30 sis-
melakukan latihan dalam kondisi yang lebih wa, adapun teknik sampling dengan propor-
mudah. sional random sampling, yaitu mengambil
20% dari jumlah tiap kelas.
Agus Harsoyo & Sapta Kunta P., Pengaruh Penggunaan Media Mengajar Bola Lunak 53
Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Schmidt, R.A. 1988. Motor Control and
Tenaga Kependidikan. Learning. Champaign, IL: Human
Kinetics.
Bourne. 1966. Practical Measurements for
Evaluation in Physical Education. Singer, R.N., 1980. Motor Learning and
Meneapolis: Burgerss Publishing Huiman Performance. New York,
Company. London: Macmillan Publishing co, Inc
Collier Macmillan Publishers.
Drowatzky, J.D. 1975. Motor Learning:
Principles and Practice. Minneapolis: Subroto, 1975. Masalah-masalah
Burgess Publishers Company. Kedokteran Olahraga, Latihan
Olahraga dan Coaching. Olympic
Hadi, S. 1994. Statistika 2. Yogyakarta: ANDI
Solidarity of the International Olympic
OFFSET.
Commeettee.
Lutan, R. 1988. Belajar Keterampilan
Sudjana, N. 1991. Dasar-Dasar Proses
Motorik: Pengantar Teori dan Meto-
Belajar Mengajar. Bandung: Penerbit
de. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.
SINAR BARU.
Oxendine, J.B. 1984. Psychologi of Motor
Sudjana. 1992. Metode Statistika. Bandung:
Learning. New Jersey: Prentice-Hall,
Tarsito.
Inc.
Sugiyanto. 1994. Metodologi Penelitian.
PBVSI. 1995. Panduan Pembinaan
Surakarta: UNS Press.
Bolavoli di Indonesia. Jakarta:
Sekretariat Umum PBVSI. Sugiyanto & Sudjarwo. 1991. Perkembangan
dan Belajar Gerak. Jakarta:
_____. 2005. Pelatihan Bolavoli di Indonesia.
Depdikbud.
Jakarta: Sekretariat Umum PBVSI.
Surakhmad, W. 1996. Pengantar In-
_____. 2009. Jenis-jenis Permainan
teraksi Mengajar Belajar Dasar
Bolavoli. Jakarta: Sekretariat Umum
dan Teknik Metodologi Pengajar-
PBVSI.
an. Bandung: Tarsito.
Rahantoknam, B.E., 1988. Belajar Motorik:
Thoha, M. 1990. Kepemimpinan dan
Teori dan Aplikasinya dalam Pendi-
Manajemen (Suatu Pendekatan
dikan Jasmani dan olahraga, Jakarta:
Perilaku). Bandung: Sinar Baru.
P2LPTK,
MEMPREDIKSI TINGGI BADAN MAKSIMAL ANAK
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Ukuran rata-rata tinggi badan
anak usia 0 sampai 18 tahun putri dan 0 sampai 19 tahun putra; dan 2) Rambu-rambu
dalam memprediksi tinggi badan maksimal anak putra dan putri. Metode yang digu-
nakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian ini merupakan penelitian
perkembangan dengan teknik cross-sectional. Penelitian dilaksanakan pada pada tahun
2013, di Surakarta Jawa Tengah. Objek penelitian adalah tinggi badan anak usia 0 tahun
hingga anak usia 18 tahun putri dan anak usia 0 tahun hingga anak usia 19 tahun putra.
Teknik pengambilan data yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik
observasi dan analisis dokumen. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan teknik
statistik deskriptif sederhana, yaitu dengan menggunakan teknik persentase. Penelitian
ini menyimpulkan bahwa: 1) Setiap tahun anak memiliki rata-rata tinggi badan yang
makin meningkat sesuai dengan bertambahnya usia; dan 2) Dengan diketahuinya rata-
rata tinggi badan tiap tahun pertumbuhan dan perkembangan anak, maka dapat
diprediksi rata-rata tinggi badan anak. Selanjutnya rata-rata tinggi badan sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan tersebut dapat dijadikan pedoman sebagai rambu-
rambu untuk memprediksi tinggi badan maksimal anak.
Anak diharapkan dapat tumbuh dan biometrik ini meliputi tinggi badan, berat
berkem-bang dengan normal sesuai dengan badan, tinggi duduk, panjang anggota badan
tahap-tahap pertumbuhan (growth) dan bagian atas dan bawah, tipe tubuh, dan lain-
perkembangan (development) anak. Jika lain. Tiap cabang olahraga memiliki tuntutan
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik karakteristik antropometrik yang berbeda-
maka anak dapat belajar dan memperoleh beda, antara lain proporsi tinggi badan atlet.
pengalaman dalam kehidupan dengan baik Johnson & Nelson (1986:174) mengemu-
pula. kakan bahwa tinggi badan, berat badan, dan
Pertumbuhan dan perkembangan anak ukuran-ukuran antropometrik tertentu, digu-
diharapkan dapat berjalan secara simultan, nakan bersama dengan data penting yang
baik secara kognitif, afektif, maupun psiko- lain, memberikan informasi berharga dan
motornya serta baik secara fisiologis, psiko- penting.
logis maupun sosialnya. Tinggi badan merupakan bagian dari an-
Salah satu ciri pertumbuhan dan per- tropometrik. Pencapaian prestasi olahraga di-
kembangan anak adalah ditandai dengan pengaruhi oleh kondisi antropometrik. Hoffman
bertambahnya tinggi badan anak. Tinggi ba- (2006:81) menyatakan bahwa antropometrik
dan juga diharapkan dapat berkembang menunjukkan pengukuran tubuh manusia.
secara normal. Artinya tumbuh dan berkem- Pengukuran antropometrik biasanya meli-
bang sesuai dengan bertambahnya usia. puti tinggi badan, berat badan, dan berbagai
Thomas, Lee & Thomas (1988:184) menya- ukuran tubuh dan anggota tubuh.
takan bahwa tinggi badan, berat badan, Pembinaan olahraga harus dimulai
maupun kebugaran disarankan dilakukan sedini mungkin dan memerlukan proses
pengukuran untuk mengetahui pertumbuhan latihan yang memerlukan waktu jangka
anak. Sebaiknya pengukuran dilakukan se- panjang. Jika tinggi badan merupakan salah
cara periodik dua kali setahun. satu aspek penting da-lam olahraga yang
Dalam dunia olahraga, terutama yang dibina maka tinggi badan yang dibutuhkan
berkaitan dengan pencapaian prestasi olah- harus dirumuskan. Walaupun pada waktu
raga yang setinggi-tingginya tidak dapat usia dini tinggi badan anak belum tumbuh
lepas juga dengan aspek biometrik. Aspek dan berkembang secara maksimal maka
56
57 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 56 - 60
harus dapat diprediksi tinggi badan sampai 19 tahun. Di samping itu, teknik
maksimalnya sejak awal atau sedini mungkin pengambilan data juga dilakukan dengan
sebagaimana yang dibutuhkan dalam usia pencatatan pada dokumen-dokumen yang
tertentu. Oleh karena itu, dibutuhkan alat memuat data usia dan tinggi badan. Data
atau instrumen untuk mengetahui atau mem- yang telah terkumpul dianalisis dengan
prediksi tinggi badan maksimal anak. teknik statistik deskripftif sederhana, yaitu
Selama ini belum dimiliki cara atau dengan menggunakan teknik persentase.
metode sebagai rambu-rambu yang memu-
dahkan pelatih mengetahui atau mempre-
diksi tinggi badan maksimal anak yang dila- HASIL
tih. Untuk itu, penelitian ini dimaksudkan un-
tuk merumuskan cara atau metode sebagai Data penelitian ini berupa satuan ukuran
rambu-rambu untuk memprediksi tinggi ba- dalam centimeter (cm), yaitu tinggi badan
dan maksimal anak pada usia tertentu. anak usia 0-18 tahun putri dan 0-19 tahun
Untuk itu, masalah penelitian dirumus- putra. Deskripsi data yang dimaksud dapat
kan sebagai berikut: 1) Bagaimana ukuran dilihat dalam Tabel 1.
rata-rata tinggi badan anak usia 0 sampai 18
tahun putri dan 0 sampai 19 tahun putra?; Tabel 1. Deskripsi Data Tinggi Badan Anak
dan 2) Bagaimana rambu-rambu dalam Usia 0-18 Tahun Putri
memprediksi tinggi badan maksimal anak
putra dan putri?. Skor Skor
No Usia N Mean Teren- Ter- SD
dah tinggi
METODE 1 0 195 47,95 40 55 1,59
Metode yang digunakan dalam pene- 2 1 169 71,25 61 76 3,67
litian ini adalah metode deskriptif. Penelitian 3 2 212 87,25 67 91 5,32
ini merupakan penelitian perkembangan
4 3 27 95,18 75 98 4,01
dengan teknik cross-sectional. Penelitian ini
mengamati perkembangan pertumbuhan tinggi 5 4 36 99,17 85 108 5,66
badan anak mulai lahir hingga 20-an tahun. 6 5 20 104,30 90 108 5,19
Usia 20 tahun dipandang sebagai usia
pencapaian puncak tinggi badan atau tinggi 7 6 80 113,09 90 150 7,93
badan maksimal. Pemilihan teknik cross- 8 7 83 117,09 90 132 8,09
sectional didasarkan pada pertimbangan
efisien waktu yang perlukan dalam melak- 9 8 89 123,64 100 162 9,69
sanakan penelitian, karena jika dilakukan 10 9 54 127,28 92 156 10,95
dengan teknik longitudinal akan memerlukan
waktu yang lama dan kompleks, karena harus 11 10 117 137,89 120 160 8,20
mengikuti perkembangan pertumbuhan anak 12 11 347 142,21 120 160 7,23
selama 20-an tahun.
13 12 539 150,43 123 174 7,09
Penelitian ini dilaksanakan di Surakarta,
dilaksanakan pada tahun 2013. Tempat 14 13 534 152,38 136 172 6,44
penelitian dilakukan di sekolah, Posyandu, 15 14 356 154,04 137 172 5,64
Puskesmas, rumah bersalin, klinik, dan
tempat lain yang dipandang memiliki data 16 15 171 154,66 132 170 6,35
yang diperlukan dalam penelitian ini. 17 16 199 155,52 143 169 5,19
Objek penelitian adalah anak usia 0
tahun hingga anak usia 19 tahun putra dan 18 17 218 155,61 145 173 5,05
anak usia 0 tahun hingga anak usia 18 tahun 19 18 87 156,04 143 171 4,97
putri, yang berkaitan dengan tinggi badan.
Teknik pengambilan data yang digunakan
Adapun deskripsi data tinggi badan anak
adalah dengan menggunakan teknik obser-
putra dapat dilihat sebagaimana tampak
vasi dengan cara melakukan pengukuran
dalam Tabel 2.
langsung terhadap tinggi badan anak usia 0
M. Furqon Hidayatullah, Memprediksi Tinggi Badan Maksimal Anak 58
Tabel 4. Tabel Usia, Rata-Rata dan rinci dari hasil penelitian ini dapat dikemu-
Persentasi Anak Putra Usia 0-19 kakan sebagai berikut.
Tahun Rata-rata tinggi badan anak usia 0
Usia sampai 18 tahun putri dan 0 sampai 19
Kronologis Rata-rata tahun putra adalah sebagaimana tampak
No. Persentase (%)
(cm) dalam Tabel 5 berikut.
(Tahun)
1 0 48,22 28,87 Tabel 5. Tabel Usia dan Rata-Rata Tinggi
Badan Anak Putri Usia 0-18 Tahun
2 1 72,33 43,30 dan 0-19 Tahun untuk Putra
3 2 88,73 53,13
Usia Rata-rata (cm)
4 3 96,46 57,75 No. Kronologis
5 4 101,85 60,98 (Tahun) Putri Putra
6 5 106,86 63,98 1 0 47,95 48,22
7 6 113,44 67,92 2 1 71,25 72,33
8 7 117,19 70,16 3 2 87,25 88,73
9 8 123,74 74,09 4 3 95,18 96,46
10 9 129,21 77,36 5 4 99,17 101,85
11 10 136,64 81,81 6 5 104,30 106,86
12 11 140,72 84,25 7 6 113,09 113,44
13 12 148,00 88,61 8 7 117,09 117,19
14 13 155,39 93,04 9 8 123,64 123,74
15 14 160,00 95,80 10 9 127,28 129,21
16 15 163,41 97,64 11 10 137,89 136,64
17 16 165,64 99,17 12 11 142,21 140,72
18 17 166,21 99,41 13 12 150,43 148,00
19 18 166,71 99,81 14 13 152,38 155,39
20 19 167,02 100,00 15 14 154,04 160,00
16 15 154,66 163,41
Untuk memprediksi atau memperkirakan
17 16 155,52 165,64
tinggi badan maksimal anak, maka dapat di-
lakukan perhitungan sebagai berikut: 100 % 18 17 155,61 166,21
dibagi persentasi usia dikalikan dengan 19 18 156,04 166,71
tinggi badan yang telah dicapai pada usia
tersebut. Misalnya, anak laki-laki yang 20 19 167,02
bernama Rafid Cahyadi dengan usia 5 ta-
hun, tinggi badan yang dicapai pada usia Rambu-rambu dalam memprediksi tinggi
tersebut 114 cm, maka tinggi badan maksi- badan maksimal anak putra dan putri
mal yang diperkirakan adalah: 100 dibagi sebagaimana tampak dalam Tabel 6.
63,98 kali 114 = 178,68 cm.
PEMBAHASAN
Tabel 6. Tabel Usia dan Persentasi Anak rena kondisi pertumbuhan dan perkem-
Putri Usia 0-18 Tahun dan Putra Usia bangan anak pada kurun waktu tertentu
0-19 Tahun berbeda dan generasi yang berbeda.
Usia Kronologis Persentase (%)
No.
(Tahun) Putri Putra DAFTAR PUSTAKA
1 0 30,73 28,87
Thomas, J.R., Lee, A.M., & Thomas, K.T.
2 1 45,66 43,30
1988. Physical Educa-tion for
3 2 55,91 53,13 Children: Concepts into Prac-tice
4 3 60,99 57,75 Champaign, Illinois: Human Kinetics
Books.
5 4 63,55 60,98
Baumgartner, T.A., Jackson, A.S., Mahar,
6 5 66,84 63,98 M.T., & Rowe, D.A. 2007.
7 6 72,47 67,92 Measurement for Evaluation in
8 7 75,04 70,16 Physical Education and Exercise
Science. Toronto: McGraw Hill.
9 8 79,24 74,09
Hoare, D. “Talent Development”, Makalah
10 9 81,57 77,36 disajikan dalam Talent Identification
11 10 88,36 81,81 Phase 2. Di Surakarta tanggal 4-5
12 11 91,14 84,25 Pebruari 1999.
13 12 96,40 88,61 Hoffman, J. 2006. Norms for Fitness, Per-
formance, and Health. New Jersey:
14 13 97,65 93,04 Human Kinetics.
15 14 98,78 95,80 Hurlock, E.B. 1990. Perkembangan Anak.
16 15 99,11 97,64 Terjemahan Tjandrosa dan Muslichah
17 16 99,66 99,17 Zarkasih. Jakarta: pener-bit
Erlangga.
18 17 99,72 99,41
Johnson, B.L. & Nelson, J.K. 1986. Practical
19 18 100,00 99,81 Measurements for Evaluation in
20 19 100,00 Physical Education. New York:
Macmillan Publishing Company.
Morrow, J.R., Jackson, A.W., Disch, J.G., &
KESIMPULAN DAN SARAN M., Dale, P. 2011. Measurement
and Evaluation in Human
Kesimpulan Performance. New Zealand: Human
Penelitian ini menyimpulkan bahwa: Kinetics.
1) Setiap tahun anak memiliki rata-rata tinggi
badan yang makin meningkat sesuai dengan
bertambahnya usia; dan 2) Dengan diketa-
huinya rata-rata tinggi badan tiap tahun per-
tumbuhan dan perkembangan anak, maka
dapat diprediksi rata-rata tinggi badan anak
Saran
Untuk menindaklanjuti hasil penelitian
ini, maka direkomendasikan 1) Perlu peng-
ujian di lapangan dalam kurun waktu tertentu
untuk melihat keefektifan rambu-rambu
untuk memprediksi tinggi badan maksimal
ini; dan 2) Perlu selalu di-update dengan
data-data pertumbuhan anak yang baru ka-
PENGEMBANGAN VARIASI LATIHAN DRIBBLING DAN PASSING
DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA USIA 12-14 TAHUN
DI SSB AMS KEPANJEN MALANG
Abstrak: Kemampuan dribbling dan passing sangat penting bagi pemain sepakbola, karena
dribbling dan passing merupakan teknik dasar dalam bermain sepakbola dengan cara
melindungi bola dari jangkauan lawan dan memberi ruang untuk bisa melakukan operan
kepada teman satu tim. Untuk itu peneliti akan mengembangkan variasi latihan, dribbling
dan passing dalam permainan sepakbola yang nantinya dapat dijadikan sebagai acuan oleh
pelatih dalam menerapkan model-model latihan yang dibutuhkan. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengembangkan variasi latihan dribbling dan passing dalam permainan
sepakbola usia 12-14 tahun di Sekolah Sepakbola (SSB) AMS Kecamatan Kepanjen
Kabupaten Malang yang dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam melaksanakan
latihan dribbling dan passing. Model pengembangan dalam penelitian ini menggunakan
research and development dari Borg dan Gall. Hasil pengembangan variasi latihan, dribbling
dan passing ini terdiri dari 12 model variasi latihan, dribbling dan passing dalam permainan
sepakbola yang menarik dilakukan siswa SSB.
Sebuah tim sepakbola harus memiliki ke- …Untuk membuktikan bahwa dribbling dan
mampuan penguasan bola yang baik saat passing merupakan hal yang penting dalam
bermain atau disebut juga “ball possession” permainan sepakbola, maka peneliti menga-
tetapi tidak hanya itu, pemain-pemain yang dakan kegiatan penelitian dan pengembang-
lainnya setidaknya mempunyai kemampuan an (research and development) dengan
untuk menciptakan peluang bagi temannya menggunakan subjek penelitian yakni pemain
atau untuk membuat proses terjadinya gol. sepakbola usia 12-14 tahun di SSB AMS
Untuk bisa menciptakan peluang dan mem- Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang.
buat proses terjadinya gol dalam sebuah Berdasarkan hasil observasi, pemain sepakbo-
permainan sepakbola yang dibutuhkan ada- la usia 12-14 tahun di SSB AMS Kecamatan
lah kemampuan menggiring (dribbling) dan Kepanjen Kabupaten Malang kurang mem-
mengumpan (passing) yang akurat untuk se- punyai kemampuan melakukan dribbling dan
mua pemain. Seorang pemain harus mem- passing yang benar, hal ini muncul setelah
punyai keterampilan dribbling dan passing peneliti melakukan observasi lapangan saat
dengan teman satu tim yang mengkombi- klub SSB AMS melakukan latihan rutin, dari
nasikan unsur teknik-teknik dribbling dan beberapa teknik dasar sepakbola, keteram-
passing yang digunakan dan beberapa prin- pilan dribbling dan passing pemain sepakbo-
sip dasar dribbling dan passing. Mielke (2007) la SSB AMS masih kurang hal ini dikarena-
Dalam melakukan dribbling ada beberapa kan saat latihan dribbling dan passing pe-
perkenaan kaki pada bola, perkenaan terse- main sepakbola SSB AMS kurang memper-
but mempunyai fungsi masing-masing: a) hatikan teknik dan prinsip dribbling dan passing
Dribbling menggunakan sisi kaki bagian da- yang harus dimiliki oleh pemain sepakbola,
lam; b) Dribbling mengunakan sisi kaki bagi- masih banyak pemain yang mempunyai
an luar; c) Dribbling menggunakan kura-kura keterampilan dribbling dan passing yang
kaki. Luxbacher (1998) membagi teknik dasar kurang memadai, ini menyebabkan hasil
passing menjadi tiga, yaitu: inside-of-the-foot dribbling dan passing pemain sepakbola
(dengan bagian samping dalam kaki), SSB AMS kurang sempurna. Bentuk latihan
outside-of-the-foot (dengan bagian samping yang dilakukan terutama saat melatih kemam-
luar kaki) dan instep (dengan kura-kura kaki).. puan dribbling dan passing jarang sekali di-
61
Dameika Suryantoro, Pengembangan Variasi Latihan Dribbling dan Passing 62
Dribbling Mengunakan Sisi Kaki Bagian sisi dalam kaki (inside), sisi luar kaki (outside),
Luar dan punggung kaki penuh (instep).
Secara umum, teknik pelaksanaanya ada-
lah sebagai berikut: perkenaan bola tepat Passing Mengunakan Kaki Bagian Dalam
pada sisi kaki bagian luar, doronglah bola Secara umum, teknik pelaksanaanya ada-
dengan pelan dan perkirakan antara bola lah sebagai berikut: berdiri dengan bahu meng-
dengan kaki jangan terlalu jauh sehingga hadap sasaran, letakkan kaki yang menahan
mudah mempertahankan kontrol bola, posisi keseimbangan di samping bola, bahu dan
badan tegak lurus dengan lutut agak ditekuk, punggung lurus dengan sasaran, tekuk sedi-
serta kepala tetap tegak dan mata terpusat kit lutut kaki, ayunkan kaki yang akan me-
kelapangan di depan, jangan terpaku pada nendang kebelakang, tangan direntangkan
kaki. untuk menjaga keseimbangan bola, kepala
tidak bergerak dan fokus perhatikan pada
Dribbling Menggunakan Kura-Kura Kaki bola, ayunkan kaki yang akan menendang
Secara umum, teknik pelaksanaanya ada- ke depan, tendang bagian tengah bola de-
lah sebagai berikut: perkenaan bola ada ngan bagian samping dalam kaki, pindahkan
pada bagian sepatu tempat tali sepatu berat badan kedepan lalu lanjutkan gerakan
berada, posisi kaki lurus kebawah kuatkan searah dengan bola.
saat bersentuhan dengan bola, jangan me-
nendang hanya mendoroang bola saja dengan Passing Mengunakan Kaki Bagian Luar
lutut agak ditekuk agar bola tetap bisa Secara umum, teknik pelaksanaanya ada-
terkontrol pada penguasaannya, badan se- lah sebagai berikut: letakan kaki yang mena-
dikit membungkuk serta pandangan terfokus han keseimbangan sedikit disamping bela-
di depan jangan terlalu sering melihat bola. kang bola,tekukkan lutut kaki, ayun kaki
yang akan menendang ke belakang di bela-
Passing kang kaki yang menahan keseimbangan,
Passing merupakan teknik dasar dalam rentangkan tangan untuk menjaga keseim-
bermain sepakbola. Dibandingkan dengan bangan, kepala tidak bergerak dan fokus
teknik dasar yang lain passing lebih banyak terhadaqp bola, tendang bola dengan bagian
dilakukan dalam bermain sepabola. Sehing- samping sisi kaki luar, tendang pada per-
ga hal tersebut menjadi alasan mengapa tengahan bola ke bawah, lalu pindahkan be-
dalam latihan di sekolah sepakbola passing rat badan kedepan dan sempurnakan gera-
lebih banyak diajarkan. kan akhir dari kaki yang menendang bola.
Menurut Mielke (2007) passing adalah
seni memindahkan momentum bola dari satu Passing Mengunakan Punggung Kaki
pemain ke pemain lain. Passing paling baik Secara umum teknik pelaksanaannya ada-
dalakukan dengan menggunakan kaki, tetapi lah sebagai berikut: Dekati bola dari bela-
bagian tubuh lain juga bisa di gunakan. kang pada sudut yang kecil, letakkan kaki
Passing membutuhkan banyak teknik yang yang menahan keseimbangan di samping
sangat penting agar tetap menguasai bola. bola, tekuk lutut kaki serta posisi bahu dan
Dalam melakukan passing ada beberapa pinggul lurus dengan bola, tarik kaki yang
perkenaan kaki pada bola diantaranya: a) akan menendang kebelakang dengan bagi-
Passing menggunakan kaki bagian dalam; b) an punggung kaki di luruskan dan dikuatkan
Passing menggunakan kaki bagian luar; c) (kaku), rentangkan tangan untuk menjaga ke-
Passing menggunakan punggung sepatu. seimbangan, fokus terhadap bola, pindahkan
Teknik menendang dalam sepakbola, berat badan bola ke depan, tendang bagian
menurut fungsinya di bedakan menjadi dua, tengah bola dengan punggung kaki dan kuat-
Passing (mengumpan/mengoper bola ke te- kan saat melakuan tendangan supaya bola
man), shooting (menendang bola keras ke- lurus ke depan dengan sempurna dan laku-
arah gawang). Seluruh bagian kaki dapat kan gerakan lanjutan serta berakhir kaki se-
digunakan untuk menendang boladengan jajar dengan dada.
hasil yang berlainan pula. Berdasarkan hal
itu, menendang bola dapat dibedakan men-
jadi menendang bola dengan menggunakan
65 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 61 - 67
silkan produk pengembangan variasi latihan an sepakbola usia 12-14 tahun sebanyak 12
dribbling dan passing dalam permainan se- model variasi latihan dribbling dan passing
pakbola usia 12-14 tahun yang terdiri dari 12 yang sesuai dengan kondisi saat bertanding.
model variasi latihan dribbling dan passing.
Dari hasil evaluasi ahli kepelatihan sepak- Saran
bola diperoleh persentase 88,54%, sehingga
Masih memerlukan evaluasi dan uji coba
model variasi latihan dribbling dan passing
pada subjek yang lebih besar atau lebih
dapat digunakan di SSB AMS Kecamatan
luas. Masih perlunya penelitian lebih lanjut
Kepanjen Kabupaten Malang, dari hasil eva-
mengenai keefektifan produk yang dikem-
luasi ahli sepakbola diperoleh persentase
bangkan, Sebelum disebarluaskan sebaik-
83,33%, sehingga model variasi latihan
nya produk ini disusun kembali menjadi lebih
dribbling dan passing dapat digunakan di
baik, baik itu tentang kemasan tampilan
SSB AMS Kecamatan Kepanjen Kabupaten
maupun isi dari materi produk yang dikem-
Malang, namun ada saran tertulis dari para
bangkan, agar model variasi latihan dribbling
ahli (tiga orang ahli), masukan tersebut telah
dan passing dalam permainan sepakbola ini
dianalisis dengan metode triangulasi, se-
dapat digunakan oleh pemain sepakbola,
hingga ditemukan display data sebagai beri-
maka sebaiknya dicetak lebih banyak lagi,
kut: 1) Perlu dikembangkan lebih banyak lagi
sehingga nantinya pemain sepakbola dapat
variasi latihan dribbling dan passing; 2) Per-
mengetahui dan mampu menguasai teknik
hatikan jarak dribbling dan passing untuk
latihan dribbling dan passing dengan baik,
model 4 jarak pemain X1 dan X2 10 meter
Untuk subjek penelitian sebaiknya dilakukan
disempurnakan menjadi 5 meter, jarak C dan
pada subjek yang lebih luas, baik itu pemain
D 5 meter sempurnakan menjadi 3 meter, ja-
sepakbola maupun klub sepakbola yang
rak A dan C 2 meter disempurnakan menjadi
mempunyai kesamaan dengan kelompok uji
1 meter; 3) Saat latihan dribbling dan passing
coba, hasil pengembangan ini hanya sampai
sesuaikan dengan keadaan di lapangan/sebe-
tersusun sebuah produk, belum sampai
narnya; 4) Latihan yang sulit dilakukan oleh
pada tingkat efektivitas produk yang dikem-
pemain jangan diberikan. Sesuai dengan
bangkan, jadi sebaiknya dilanjutkan pada
masukan para ahli tersebut, sehingga pro-
penelitian mengenai efektivitas produk yang
duk yang ada masih harus direvisi sebelum
dikembangkan.
diuji cobakan. Hasil revisi produk I menun-
jukan bahwa model hasil revisi sudah men-
dekati kepada model latihan yang relevan/
DAFTAR PUSTAKA
sesuai dengan kondisi saat bertanding.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan buku ajar pendidikan jasmani
pada kelas XI semester 1 di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 7 Malang. Penelitian
dilakukan dua tahap, yaitu penelitian awal (analisis kebutuhan) dan pengembangan yang
menggunakan rancangan Borg & Garl (1989). Instrumen dalam pengambailan data
berupa lembar observasi, kuesioner, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil
analisis dua guru pendidik-an jasmani SMA Negeri 7 Malang, 87,2% menyatakan baik
dan klasifikasi persentase antara 80-100% tergolong dalam klasifikasi valid (digunakan).
Hasil analisis uji kelompok besar (uji lapangan) terhadap 30 siswa kelas XI SMA Negeri
7 Malang, 79,8% menya-takan menarik dan klasifikasi persentase antara 80-100%
tergolong dalam valid (digunakan). Produk pengembangan berupa buku ajar pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan: 1) produk pertama yang menggunakan gambar
subyek penelitian; 2) produk ini telah melalui tinjauan ahli; 3) produk ini dapat digunakan
siswa dan guru pendidikan jasmani sebagai sumber belajar.
Indonesia adalah negara yang kaya akan Buku ajar merupakan salah satu bentuk
Sumber Daya Alam (SDA). Untuk mengolah sumber belajar. Buku ajar merupakan salah
Sumber Daya Alam (SDA) yang berlimpah satu media yang memiliki kelebihan, meru-
itu tentu saja diperlukan Sumber Daya Manusia pakan buku tertulis, ringan dan dapat dibaca
(SDM) yang berkualitas. SDM yang berkua- dimana saja, terdapat materi pembelajaran
litas dari generasi penerus bangsa diharap- sehingga diharapkan dapat memudahkan
kan dapat semakin memajukan bangsa dan guru untuk menunjukkan kepada siswa ba-
negara, meninggalkan keterpurukan, dan me- gian mana yang harus dipelajari.
nyusul ketertinggalan dari negara lain dalam Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
semua bidang kehidupan. Cara yang stra- mengembangkan buku ajar pendidikan jasmani
tegis untuk mencetak SDM yang berkualitas pada kelas XI semester 1 di SMA Negeri 7
adalah dengan memajukan sektor pendidik- Malang. Sehingga dengan adanya pengem-
an. Pendidikan jasmani merupakan salah bangan pembelajaran dapat membantu dan
satu bentuk pendidikan yang ada di Indonesia. mempermudah dalam mempercepat proses
Pendidikan jasmani merupakan bagian dari pembelajaran.
proses keseluruhan yang mempunyai tujuan Produk yang dikembangkan berisi materi
dalam pembentukan kognitif, afektif, psiko- mengenai pendidikan jasmani pada kelas XI
motor dan fisik seseorang. Guru bukan me- semester 1 dalam bentuk buku ajar. Bebe-
rupakan sumber belajar tunggal. Hal ini rapa spesifikasi dalam produk ini meliputi: 1)
kembali dipertegas oleh pernyataan Dwiyogo Buku ajar ini berisi materi pendidikan jas-
(2007:1) bahwa: dalam pembelajaran kon- mani, olahraga dan kesehatan dalam bentuk
vensional, pelaksanaan pembelajaran meli- sejarah, konsep, dan gambar (siswa SMA
batkan tiga komponen utama, yaitu: guru, Negeri 7 Malang) pada setiap bab sehingga
siswa, dan buku. Isi yang dipelajari siswa diharapkan mudah dan menarik untuk dipel-
semuanya telah termuat di dalam buku. Tu- ajari; 2) Terdapat program semester
gas guru adalah memasukkan isi atau buku (promes), standar kompetensi, kompetensi
dari buku ke kepala siswa. Pernyataan ter- dasar dan indikator pengajaran sehingga
sebut menjelaskan bahwa buku ajar juga diharapkan siswa mampu mempelajari
merupakan sumber belajar yang penting dengan mudah; 3) Penyajian materi dimulai
dalam pembelajaran dan materi yang diberi- dari yang mudah menuju sulit; 4) Terdapat
kan harus mampu diterima oleh siswa. alat evaluasi pada setiap materi lengkap
68
Ika Ahmad Arif Rohmawan, Pengembangan Buku Ajar Pendidikan Jasmani 69
dengan tiga komponen penilaian yaitu Ruang lingkup pendidikan jasmani meliputi
kognitif, psikomotor, dan afektif; 5) Ter-dapat permainan dan olahraga, aktivitas pengem-
variasi pembelajaran yang disertai gambar bangan, aktivitas senam, aktifits ritmik, aktifi-
gerakan pada setiap materi yang disajikan; tas air, pendidikan luar kelas.
6) Terdapat variasi warna gambar, tulisan, Media pembelajaran adalah perantara,
halaman sehingga diharapkan siswa mudah pengantar yang digunakan sebagai komuni-
tertarik untuk mempelajari buku ajar; dan 7) kasi atau untuk menyampaikan pesan, infor-
Terdiri dari halaman judul (judul, pengarang, masi/bahan pembelajaran sehingga dapat
gambar), tujuan pembelajaran (standar merangsang perhatian, minat, pikiran dan
kompetensi, kompetensi dasar, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar un-
indikator, promes,), uraian isi/materi, alat tuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
evaluasi yang terdiri dari ranah (kognitif, psi- Buku ajar adalah buku pelajaran pada bi-
komotor, afektif). dang studi tertentu, yang disusun dan dileng-
Merupakan buku tertulis, ringan dan da- kapi sehingga memudahkan belajar siswa
pat dibaca dimana saja, terdapat materi dan bisa menjadi acuan belajar bagi siswa.
pembelajaran sehingga diharapkan dapat Buku ajar merupakan isi dari pembelajaran
memudahkan guru untuk menunjukkan ke- atau bisa disebut bahan-bahan pembelajar-
pada siswa bagian mana yang harus dipel- an yang tertuang dalam buku untuk kepen-
ajari. tingan pengajaran. Dengan buku ajar ini,
Penelitian pengembangan merupakan siswa diharapkan lebih aktif dalam kegiatan
penelitian yang berupaya mengembangkan pembelajaran. Peneliti memilih beberapa
produk tertentu sesuai dengan kebutuhan komponen yang tentunya disesuaikan de-
masyarakat saat ini (Winarno, 2007:47). ngan karakteristik produk: 1) Bagian Awal
Pengembangan adalah suatu kegiatan yang (Halaman Judul, Kata Pengantar Pengarang,
menghasilkan rancangan atau produk yang Standar Isi, Kalender Akademik, Rincian
dapat dipakai untuk memecahkan masalah- Pekan Efektif, Jabaran Alokasi Waktu, Daftar
masalah aktual (Universitas Negeri Malang, Isi, Daftar, Tabel (jika ada), Daftar Gambar
2000:2). Research and Development (jika ada), Daftar Lampiran (jika ada)); (2)
consists of a cycle in which a version of the Bagian Inti (Judul Bab, Kompetensi Dasar,
product is developed, field tested, and Sejarah Materi, Sub-Bab, Uraian isi, Gambar
revised on the basis of field test-data (Borg atau illustrasi, Tabel jika ada, Alat Evaluasi,
dan Gall, 1983:771). Dari pengertian di atas Kunci Jawaban); dan (3) Bagian Akhir
dapat disimpulkan bahwa penelitian (Daftar rujukan, Riwayat hidup penulis buku
pengembangan merupakan suatu usaha ajar).
untuk mengembangkan suatu produk baru
atau menyempurnakan produk yang sudah
ada yang didasarkan pada langkah-langkah METODE
pengembangan yaitu: analisis kebutuhan,
pengembangan produk, uji coba produk Peneliti menggunakan model pengem-
untuk memecahkan masalah dan hasilnya bangan (research and development) Borg
dapat digunakan pada pembelajaran pendi- dan Gall (1983:775) yang terdiri dari sepuluh
dikan jasmani disekolah. langkah pada penelitian pengembangan
Pendidikan jasmani merupakan suatu bahwa melakukan analisis kebutuhan, mela-
proses pendidikan yang memanfaatkan akti- kukan perencanaan dan uji skala kecil,
vitas jasmani yang direncanakan secara sis- membuat produk awal, uji lapangan pada 1-
tematis, bertujuan untuk mengembangkan 3 sekolah menggunakan 6-12 subyek, revisi
aspek kesehatan, aspek kebugaran jasmani, produk utama, uji coba lapangan pada 5-15
keterampilan gerak, keterampilan berfikir kri- sekolah menggunakan 30-100 subyek, revisi
tis, stabilitas emosional, tindakan moral dan produk, uji lapangan pada 10-30 sekolah
penalaran. Tujuan dari pendidikan jasmani menggunakan 40-200 subyek, revisi produk
adalah memiliki jangka pandek dan jangka akhir, menyusun laporan.
panjang untuk mengembangkan keterampil- Pengembangan yang dikemukan di atas
an gerak dan pemeliharaan kebugaran jas- tentunya bukan merupakan langkah yang
mani serta meningkatkan pertumbuhan fisik diikuti secara mutlak. Dalam penelitian ini
dan pengembangan psikis yang lebih baik. mengingat jumlah sekolah yang diteliti hanya
70 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 68 - 72
satu sekolah dan terdiri dari delapan kelas, but data kuantitatif karena data yang diper-
maka peneliti meyederhanakan langkah pe- oleh dari penelitian awal, uji coba kelompok
nelitian yang akan dilakukan. Menurut kecil dan uji coba kelompok besar untuk
Ardhana (2002:9) bahwa: setiap pengem- mengetahui keberhasilan produk yang di-
bang tentu saja dapat memilih dan menentu- kembangkan.
kan langkah-langkah yang paling tepat bagi Instrumen yang digunakan dalam pe-
dirinya berdasarkan kondisi khusus yang ngembangan buku ajar pedidikan jasmani
dihadapinya dalam proses pengembangan. kelas XI semester 1 di SMA Negeri 7 Malang
Ia juga dapat melakukan modifikasi dari ini digunakan angket yang disebarkan pada
langkah-langkah yang dikenalnya berdasar- para ahli dan siswa kelas XI SMA Negeri 7
kan pertimbangan-pertimbangannya yang Malang.
terbaik. Dari uraian di tersebut jelas bahwa Teknik analisis data yang digunakan da-
pengembang dapat menentukan langkah lam penelitian ini adalah teknik analisis
penelitian berdasarkan kondisi khusus yang deskriptif kuantitatif dengan persentase. Tek-
dihadapi. Rancangan pengembangan buku nik ini digunakan pada data hasil kuesioner
ajar pendidikan jasmani pada kelas XI se- uji coba utama.
mester 1 di SMA Negeri 7 Malang, menggu-
nakan 7 tahap, yaitu: Melakukan penelitian
awal (need assasment), pengumpulan data HASIL
informasi termasuk kajian pustaka dan
observasi lapangan, menyusun produk awal Berdasarkan pengumpulan data dari ke-
(penyiapan materi pengajaran, buku petun- giatan uji coba pengembangan bahan ajar
juk yang akan digunakan dan perlengkapan pendidikan jasmani pada kelas XI semester
evaluasi), tinjauan para ahli dengan meng- 1, dibawah ini akan disajikan data tentang
gunakan 1 ahli pembelajaran, 1 ahli media, tanggapan 1) ahli pembelajaran pendidikan
uji coba kelompok kecil, menggunakan 1 se- jasmani; 2) ahli media pendidikan jasmani;
kolah dengan 6 subjek). Serta menggunakan 3) guru penjas kelas XI; 4) siswa kelas XI
teknik kuesioner, lalu dikumpulkan dan dia- SMA Negeri 7 Malang.
nalisis), revisi produk pertama (sesuai de- Perolehan data uji coba buku ajar pendi-
ngan saran-saran dari tinjauan para ahli dikan jasmani, peneliti menggunakan meto-
pada uji lapangan (kelompok kecil) permula- de pengumpulan data berupa instrumen
an, uji coba lapangan utama (dilakukan pada dalam bentuk angket. Data evaluasi meng-
1 sekolah, dengan 30 subjek, menggunakan gunakan instrumen dalan bentuk angket di-
teknik kuesioner lalu dianalisis hasilnya), tujukan kepada 2 ahli, yaitu: 1) ahli media
revisi produk akhir (sesuai dengan saran- pembelajaran, (2) ahli pembelajaran pendi-
saran dari hasil uji lapangan utama), hasil dikan jasmani. Untuk uji coba, angket dituju-
akhir produk pengembangan yang dihasilkan kan pada 2 guru penjas, uji coba kelompok
oleh uji coba lapangan. kecil sebanyak 6 siswa, uji coba kelompok
Pada desain uji coba produk ini, dibagi besar sebanyak 30 siswa.
menjadi 3 tahap, yaitu: evaluasi ahli, uji coba Pada pengembangan buku ajar pendi-
tahap pertama dan uji coba tahap kedua. dikan jasmani kelas XI ini, teknik yang digu-
Tujuan dilakukannya tiga tahapan ini adalah nakan untuk mengolah data hasil penelitian
untuk memperoleh tingkat keefektifan produk dari ahli media, ahli pembelajaran pendidik-
dari segi pemanfaatan. an jasmani, dan data uji coba adalah teknik
Subyek uji coba menggunakan tinjauan persentase.
ahli, dua guru pendidikan jasmani, uji coba Saran dan masukan dari ahli pembel-
kelompok kecil menggunakan 6 siswa, dan ajaran pendidikan jasmani adalah sebagai
kelompok besar menggunakan 30 siswa. berikut: 1) Sebaiknya komponen isi harus
Jenis data yang didapat ada dua ma- mempertimbangkan kompetensi dasar dan
cam, yaitu data kualitatif, dan data kuantita- indikator pada setiap materi; 2) Pada tiap se-
tif. Disebut data kualitatif karena data yang jarah materi seharusnya terkait dengan ma-
diperoleh dari kuesioner bukan berupa ang- teri; 3) Seharusnya setiap gambar diberikan
ka namun berupa pernyataan atau kalimat identitas; 4) Teknik pada gambar lebih baik
dari berbagai tinjauan ahli. Sedangkan dise- diberikan penjelasan pada setiap gerakan; 5)
Ika Ahmad Arif Rohmawan, Pengembangan Buku Ajar Pendidikan Jasmani 71
Teknik harus jelas sehingga dapat dibeda- memenuhi kriteria valid (80%-100%)
kan antara gerakan benar dan salah; 6) Alat sehingga dapat digunakan sebagai sumber
evaluasi harus jelas dan sesuai dengan ma- belajar dalam proses pembelajaran untuk
teri; 7) Pada latihan soal seharusnya diberi- siswa kelas XI semester 1 SMA Negeri 7
kan variasi soal sebagai pengantar; 8) Pada Malang.
penilaian afektif seharusnya dilakukan peni- Berdasarkan data yang telah dikumpul-
laian terhadap nilai kerjasama, toleransi, sa- kan dari hasil analisis para ahli, ada bebera-
ling menghargai, kedisiplinan, tanggung jawab; pa bagian produk yang perlu direvisi. Hal ini
dan 9) Kunci jawaban harus sesuai dengan dilakukan untuk memaksimalkan dari buku
latihan soal. ajar pendidikan jasmani kelas XI semester 1
Saran dan masukan dari ahli media pen- di SMA Negeri 7 Malang.
didikan jasmani adalah sebagai berikut: 1)
Cover buku: warna, tulisan, dan gambar tidak
proporsional, sebaiknya gambar yang digu- KESIMPULAN DAN SARAN
nakan pada waktu siswa melakukan aktivitas
fisik. Komposisi warna harus serasi dan Kesimpulan
jelas; 2) Kata pengantar harus menjelaskan Setelah mengalami tinjauan ahli dan uji
isi buku, selain ucapan terima kasih; 3) Uku- coba lapangan, produk pengembangan ini
ran buku tidak konsisten, sebaiknya semua mengalami beberapa revisi seperti yang
harus sesuai ukuran buku; 4) Daftar isi harus telah dikemukakan. Produk akhir dari
sesuai dengan isi buku; 5) Tampilan kurang pengembangan ini adalah berupa buku ajar
menarik, seharusnya jarak antara judul de- pendidikan jasmani pada siswa kelas XI
ngan tiap materi tidak terlalu dekat; 6) Alat semester 1. Sistematika penulisan produk
evaluasi harus menggunakan bahasa yang yang dikembangkan adalah sebagai berikut:
konsisten bagi siswa maupun guru; dan 7) 1) Cover: Peneliti menulis judul “ Pendidikan
Banyaknya tulisan yang masih salah ketik, Jasmani” ini didasarkan untuk kesesuaian isi
seharusnya periksa sebelum penyusunan dari produk yang dihasilkan dengan judul
akhir. yang dipilih. Dari judul ini mencerminkan inti
dari isi produk yang dikembangkan; 2)
Bagian awal: Pada bagian ini berisi kata
PEMBAHASAN pengantar, standar isi, kalender pendidikan,
rincian pekan efektif, jabaran alokasi waktu,
Berdasarkan análisis data yang diper- kerangka isi buku daftar isi, daftar gambar,
oleh dari ahli pembelajaran pendidikan jas- dan daftar tabel; 3) Bagian inti: Pada bagi-
mani, ahli media pendidikan jasmani, guru an inti berisi materi pembelajaran pendidikan
pendidikan jasmani, siswa (uji coba kelom- jasmani yang terdiri dari 11 materi. Materi
pok kecil dan uji coba kelompok besar). terdiri dari permainan sepakbola, permainan
Berdasarkan hasil análisis yang telah dila- bola basket, permainan bolavoli, lari jarak
kukan terhadap tanggapan atau penilaian menengah, lompat tinggi, tolak peluru, bela-
dari ahli pembelajaran pendidikan jasmani, diri, aktivitas pengembangan, senam lantai,
hasilnya adalah 64,5%, ahli media pendidi- senam aerobik dan aktivitas penjelajahan;
kan jasmani, hasilnya adalah 76,3% dari kri- dan 4) Bagian akhir: Pada bagian akhir ini
teria yang ditentukan dan dapat dikatakan berisi tentang alat evaluasi ranah kognitif,
bahwa buku ajar pendidikan jasmani kelas psikomotor dan afektif, kunci jawaban, dan
XI semester 1 ini memenuhi kriteria cukup daftar rujukan.
valid (60%-79%) sehingga dapat digunakan Setelah melakukan revisi sesuai de-gan
sebagai sumber belajar dalam proses pem- ketentuan di atas, masih terdapat beberapa
belajaran untuk siswa kelas XI semester 1 kelemahan pada produk yang dikembangkan
SMA Negeri 7 Malang. Berdasarkan hasil antara lain: 1) Memerlukan adanya evaluasi
análisis yang telah dilakukan terhadap tang- dan uji coba pada subyek yang lebih besar
gapan atau penilaian dari guru pendidikan atau luas; dan 2) Memerlukan penelitian le-
jasmani, hasilnya adalah 87,2%, uji kelom- bih lanjut mengenai keefektifan produk yang
pok besar 84,5%, dari kriteria yang ditentu- dikembangkan.
kan dan dapat dikatakan bahwa buku ajar Produk ini selain memiliki kelemahan
pendidikan jasmani kelas XI semester 1 ini seperti tersebut di atas, akan tetapi produk
72 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 68 - 72
ini juga memiliki beberapa kelebihan: 1) Pro- tingkat efektivitas dari produk yang dikem-
duk ini adalah produk yang pertama meng- bangkan ini, karena hasil dari pengembang-
gunakan gambar subyek penelitian; dan 2) an ini hanya sampai tersusun sebuah produk
Produk ini telah melalui tinjauan ahli, sehing- saja; dan 4) Peneliti hanya sebatas me-
ga banyak masukan untuk perbaikan produk ngembangkan produk buku ajar, diharapkan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. adanya pengembangan pembelajaran Pen-
Produk ini dapat digunakan oleh siswa didikan jasmani yang lain.
dan guru pendidikan jasmani. Untuk siswa
dapat dijadikan sebagai sumber belajar tam-
DAFTAR RUJUKAN
bahan untuk mempermudah dalam pema-
haman materi pendidikan jasmani. Untuk
Ardhana, W. 2002. Konsep Penelitian Pe-
guru pendidikan jasmani, dapat digunakan
ngembangan Dalam Bidang Pendi-
sebagai acuan atau pedoman dalam meng-
dikan dan Pembelajaran. Malang:
ajar materi pendidikan jasmani.
Universitas Negeri Malang.
Saran Borg W.R., & Gall, M.D.1983. Educational
Dalam pemanfaatannya diperlukan per- Research: An Introduction. Fourth Ed.
timbangan tentang situasi dan kondisi yang New York: Longman.
mendukung. Produk yang dihasilkan meru- Dwiyogo, W.D. 2007. Sistem Penyusu-nan
pakan produk yang ditujukan untuk siswa Bahan Ajar. Malang: Wineka Media.
SMA Negeri 7 Malang, namun produk ini Dwiyogo, W.D. 2007. Pengembangan
bisa digunakan untuk sekolah lain maupun Kurikulum Penjas & Olahraga. Malang:
instansi lain, bila sesuai dengan keadaan Wineka Media.
yang dibutuhkan dan memiliki karakteristik Winarno, M.E. 2007. Metodologi Penelitian
sarana dan prasarana yang sama dengan Dalam Pendidikan Jasmani. Malang:
SMA Negeri 7 Malang. Laboratorium Ilmu Keolahragaan Fa-
Dalam penyebarluasan produk pengem- kultas Ilmu Pendidikan Universitas
bangan ini ke sasaran yang lebih luas, Negeri Malang
peneliti memberi saran sebagai berikut: 1) Universitas Negeri Malang, 2000. Pedoman
Sebelum disebarluaskan ke ruang lingkup Penulisan Karya Ilmiah. Skripsi-
yang lebih luas sebaiknya produk ini dieva- Tesis-Desertasi-Artikel-Makalah-
luasi kembali, disesuaikan dengan sasaran Laporan-Penelitian, edisi keempat.
yang ingin dituju dan disesuaikan dengan Malang. Universitas Negeri Malang
kirikulum yang ada pada setiap sekolah; dan
2) Agar pengembangan buku ajar pendidik-
an jasmani ini dapat digunakan oleh para
guru pendidikan jasmani, maka pengem-
bangan ini sebaiknya disosialisasikan kepa-
da setiap sekolah atau melalui MGMP,
sehingga nantinya guru pendidikan jasmani
dapat mengetahui, memahami dan melak-
sanakan pengembangan ini di sekolah.
Dalam pengembangan lebih lanjut, pe-
neliti memberi saran sebagai berikut: 1) Agar
seorang guru pendidikan jasmani memiliki
kreatifitas dalam memanfaatkan sumber bel-
ajar dalam bentuk buku ajar untuk membe-
rikan materi pembelajaran sebagai variasi
dalam kegiatan pembelajaran; 2) Sebagai fa-
silitator sebaiknya guru pendidikan jasmani
bertindak sebagai sumber belajar, agar pros-
es pembelajaran dapat berlangsung sesuai
dengan harapan yang diinginkan; 3) Sebaik-
nya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
PENGGUNAAN MEDIA PELATIHAN BOLA MODIFIKASI
TERHADAP HASIL PRESTASI SEPAK SILA
PADA EKSTRAKURIKULER SEPAK TAKRAW
Abstrak: Suatu pemberian media pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan pelatihan
yang diharapkan bisa menangani kesulitan melakukan teknik sepak sila pada ekstra-
kurikuler sepak takraw, salah satunya dengan menggunakan media pelatihan bola
modifikasi seperti, media balon, media bola gantung, media bola plastik, dan media bola
yang tidak standart. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, seberapa besar
peningkatan penggunaan media pelatihan bola modifikasi terhadap hasil prestasi sepak
sila pada sepak takraw. Populasi dari penelitian ini adalah peserta ekstrakurikuler sepak
takraw yang berjumlah 30 orang, sampel yang diambil seluruh siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler sepak takraw SMP Negeri 3 Srengat - Blitar yang berjumlah 30 orang.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji-t sampel sejenis.Dari hasil uji t
didapatkan nilai t hitung 9,14 > ttabel 2,045 dan penggunaan media pelatihan bola
modifikasi ini ternyata dapat memberikan peningkatan hasil prestasi sepak sila pada
sepak takraw pada peserta ekstrakurikuler SMP Negeri 3 Srengat Blitar sebesar 28,77%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media bola modifikasi dapat
meningkatkan prestasi sepak sila dan sepak takraw. Berdasarkan hasil simpulan maka
dalam proses pelatihan sepak sila dan sepak takraw disarankan untuk menggunakan
media pelatihan bola modifikasi.
Kata kunci: media pelatihan, bola modifikasi, hasil prestasi, sepak sila.
Dalam proses pelatihan berbagai model da- disebabkan beberapa alasan, diantaranya
pat dilakukan untuk mencapai tujuan dengan keterbatasan sarana prasarana seperti tidak
hasil meningkatnya kualitas atlet. Model pe- memiliki area untuk membuat lapangan per-
latihan tersebut dapat dilakukan dengan meng- mainan sepak takraw, sehingga lebih me-
awali bentuk peralatan, model permainan atau- ngutamakan area untuk olahraga yang wajib
pun sarana prasarana yang digunakan agar diajarkan dalam pendidikan jasmani seperti
calon atlet tersebut dapat merasakan dan bolavoli, sepakbola dan bola basket dan
menjiwai permainan yang akan dilakukan. olahraga ini biasanya dikembangkan pada
Permainan sepak takraw itu merupakan kegiatan pengembangan diri atau biasanya
olahraga beregu, yang dimainkan oleh 3 disebut kegiatan ekstrakurikuler.
orang dan merupakan perpaduan antara dua Untuk dapat bermain sepak takraw de-
bentuk permainan yaitu sepakbola dan ngan baik, seseorang dituntut untuk mempu-
bolavoli. Dikatakan sama dengan sepakbola nyai kemampuan atau keterampilan gerak
karena permainan itu dimainkan mengguna- dasar yang baik. tanpa kemampuan dasar
kan kaki, bola dimainkan dengan mengguna- seseorang tidak akan bisa bermain dan juga
kan anggota badan kecuali tangan. Sepak mengembangkan permainan sepak takraw
takraw merupakan salah satu materi pilihan (Darwis dan Basa, 1992:15).
yang dikembangkan di lingkungan sekolah Penguasaan keterampilan sepak takraw
seperti SD, SMP/MTs, SMA atau SMK. tidak dapat lepas dari penguasaan teknik da-
Walaupun tidak setiap sekolah mengem- sar permainan sepak takraw, salah satunya
bangkan permainan sepak takraw. Hal ini adalah teknik sepakan. Namun dari beberapa
73
74 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 73 - 80
teknik sepakan, dalam penelitian ini tertuju guru langsung memberikan bola takraw yang
pada teknik sepak sila karena sepak sila sesungguhnya, kemudian,siswa disuruh un-
merupakan teknik dasar yang dominan dila- tuk melakukan passing. Sehingga akibat
kukan dalam permainan sepak takraw, sehing- yang ditimbulkan siswa pada saat bermain,
ga banyak orang menyebutkan sebagai ibu bola pertama mereka pada saat menyepak
dari permainan sepak takraw dengan hal itu tidak beraturan.
diharapkan siswa akan mampu menguasai Dengan demikian diharapkan dalam pem-
teknik sepak sila yang diharapkan mampu berian media pelatihan bola modifikasi ini
melakukan dengan baik dan tepat sehingga siswa dapat mengembangkan teknik sepak
siswa dapat bermain sepak takraw dengan sila. Upaya untuk meningkatkan keterampil-
baik. an bermain sepak takraw harus dilakukan
Dalam hal ini pembina harus mempunyai latihan secara sistematis dan kontinyu, salah
keterampilan dan inovasi dalam memberikan satunya yaitu menguasai teknik dasar sepak
materi dalam melatih ekstrakurikuler sehingga sila. Karena dalam pelaksanaan sepak sila
siswa senang dalam melakukan latihan, hal ada beberapa teknik yang harus dilakukan.
itu dapat diwujudkan dengan salah satu cara Hal tersebut dapat menjadi acuan bagi
yaitu memodifikasi kondisi lingkungan pem- pembina menerapkan media pelatihan yang
belajaran (peralatan, penataan ruang gerak tepat, sehingga siswa dapat memahami dan
dalam berlatih, jumlah siswa yang terlibat). melaksanakan sepak sila dengan baik, maka
Dalam proses pelatihan, seorang pelatih da- hasil prestasi siswa akan lebih baik. Dari
pat mengurangi tingkat kesulitan tugas ajar penelitian ini diharapkan akan terungkap
dengan cara memodifikasi peralatan yang bahwa dengan menggunakan modifikasi per-
digunakan untuk melakukan skill tersebut. alatan dan menggunakan model latihan se-
Misalnya berat ringannya, besar kecilnya, pak sila akan dapat meningkatkan permainan
tinggi rendahnya, panjang pendeknya per- sepak takraw.
alatan yang digunakan. Adapun pelaksanaan penelitian ini dila-
Memodifikasi peralatan diharapkan untuk kukan di SMP Negeri 3 Srengat Blitar de-
bisa membantu pelatih pada saat meng- ngan menggunakan siswa yang mengikuti
hadapi kesulitan dalam proses pelatihan pelatihan ektrakurikuler pada cabang olah-
karena seorang atlet sepak takraw yang raga sepak takraw. Pada dasarnya latihan
masih baru akan merasa sulit beradaptasi adalah merupakan aktivitas olahraga yang
dengan peralatan yang baru digunakannya. sistematik dalam waktu yang lama diting-
Dengan beberapa modifikasi media pelatih- katkan secara progresif dan bersifat indivi-
an dalam bentuk peralatan maupun bentuk dual, yang mengarah pada ciri-ciri fungsi
permainan yang digunakan nantinya diha- fisiologis, serta fungsi psikhologis manusia
rapkan akan mudah dalam mengontrol atau untuk mencapai sasaran yang telah diten-
menyepak dalam teknik sepak sila, yang tukan. Bompa (1994), Untuk memberikan
akhirnya diarahkan pada permainan sepak berbagai bentuk dan model latihan dalam
takraw. Berdasarkan pengamatan dalam pene- kecabangan olahraga seorang atlet dituntut
litian yang dilakukan di SMP Negeri 3 Srengat tidak hanya tahu bagaimana harus melaku-
Blitar, olahraga sepak takraw diajarkan pada kan dan mengikuti perintah pelatih. Atlet
pengembangan diri atau ekstrakurikuler de- harus mampu melakukan dua hal dalam
ngan salah satu sub materi sepak sila. pelatihan yaitu: a) mampu bergerak; dan b)
Sepak sila merupakan materi yang dirasa sulit memahami tujuan dari gerakan-gerakan harus
untuk siswa. Mereka mengatakan bahwa ke- dilakukan. Dua kemampuan ini akan dapat
sulitan yang dialami saat perkenaan bola mempercepat peningkatan keterampilan yang
ketika menyepak. Terkadang bola tidak ter- akan dilakukan. Oleh karena itu, seorang
sepak, bola tidak beraturan saat disepak, atlet juga harus memahami gerakan-gerakan
pada saat menerima bola pertama bola tidak baru yang akan dialihkan, seperti yang
bisa terkontrol dengan baik dan benar. Dan disebutkan oleh Magil (1980) bahwa
mereka takut untuk menerima bola karena penguasaan keterampilan olahraga terjadi
sifat bola yang keras, sehingga kesulitan melalui proses belajar. Cepat lambatnya
tersebut terjadi karena kegiatan ekstraku- proses penguasaan keterampilan merupakan
rikuler berlangsung secara monoton dimana tema pokok dalam keberbakatan olahraga.
Ari Susana & Sapto Wibowo, Penggunaan Media Pelatihan Bola Modifikasi 75
Karena itu keberbakatan identik dengan cara tidak langsung tersedia fasilitas untuk
karekteristik belajar dan kemampuan belajar. penerapan latihan ilmiah.
Anak yang berbakat adalah mereka yang Beban latihan yang sama tidak akan
memiliki kemampuan belajar tinggi. direaksi dengan sama oleh atlet yang berbe-
Aspek belajar dalam olahraga sebagai da, oleh karena itu pelatih perlu memahami
unsur penyangga keberbakatan olahraga dapat setiap atlet secara individual. Individu ini juga
diuraikan dengan cara memodifikasi aspek dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti;
belajar secara umum unsur keberbakatan, faktor keturunan, umur latihan dan umur per-
dalam hal ini dapat berbentuk kemampuan kembangan. Prinsip ini juga berkatiran de-
menangkap pelajaran olahraga, disamping juga ngan hukum kekhususan yang berimplemen-
mampu memanfaatkan ingatan dan fungsi tasi pada latihan yang khusus bagi setiap
memori untuk kepentingan belajar. Disamping atlet. Hukum dan prinsip inilah yang memun-
itu juga harus memiliki kemampuan memaha- culkan adanya beban luar dan beban dalam.
mi hubungan sebab-akibat serta memilki ke- Beban luar adalah beban yang diberikan
segaran dan sering banyak bergerak lebih dari luar atlet, misalnya oleh pelatih seperti
aktif, dan memiliki penguasaan terhadap ba- lari 4 x 400 meter dengan waktu 90 detik.
nyak variasi gerak. Menurut Bompa (1994) Sedangkan beban dalam adalah beban
ada dua cara untuk mengidentifikasi atlet fisiologis dan psikologis atlet setelah
berbakat, yaitu: (1) Seleksi menggunakan mendapatkan beban luar sebagai reaksi dan
pendekatan natural atau alamiah. Seleksi adaptasi internalnya, seperti; denyut nadi,
pendekatan natural atau alamiah, anak usia perubahan warna kulit, dan sebagainya.
dini berkembang dan menekuni salah satu Dengan demikian kita dapat memahami
cabang olahraga tanpa melalui bahwa dua orang yang berbeda diberikan
pengidentifikasian bakat. Anak usia dini beban luar yang sama akan mereaksi secara
menekuni olahraga sebagai akibat dari berbeda yang ditunjukkan dengan denyut
pengaruh lingkungan, seperti pengaruh jantungnya, kadar laktat dalam darahnya,
teman sebaya, keinginan orang tua, sehingga wajar bila atlet yang satu
kebiasaan olahraga di sekolah. Per- mengalami kelelahan lebih dahulu daripada
kembangan dan kemajuan atlet sangat atlet yang lain. Sebaliknya bila atlet diminta
lambat, karena tidak adanya pengidentifi- untuk berlari dengan beban dalam yang
kasiaan bakat untuk menentukan cabang sama (denyut nadi 160/menit) maka waktu
olahraga yang paling tepat untuk atlet; dan yang dicapai (beban luar) untuk berlari 1200
(2) Seleksi menggunakan pendekatan meter akan berbeda.
ilmiah. Seleksi menggunakan pendekatan Salah satu tugas pelatih dalam proses
ilmiah mengandung pengertian bahwa dalam latihan adalah memperlakukan atlet dengan
pro-ses pengidentifikasian bakat anak usia kesempatan yang sama, oleh karena itu
dini telah menggunakan langkah-langkah pelatih perlu merancang manajemen latihan-
yang berdasarkan pada ilmu pengetahuan nya agar setiap atlet dapat melaksanakan
dan teknologi. kegiatannya secara optimal. Keterlibatan
Melalui pendekatan dengan metode ilmi- yang aktif pada setiap atlet akan menghasil-
ah anak-anak usia dini di tes kemudian di- kan hasil yang optimal. Keterlibatan ini ber-
identifikasi untuk dapat diarahkan ke cabang kaitan dengan hai-hal sebagai berikut: (1)
olahraga yang sesuai dengan potensi dan Kegiatan fisik (motor density), yaitu bagai-
bakatnya. Menurut Bompa (1994:328) ada mana atlet dapat melaksanakan aktifitas fisik
beberapa keuntungan yang diperoleh apabi- dengan kesempatan yang sama pada setiap
la menggunakan metode ilmiah dalam pro- sesi latihan; dan (2) Kegiatan mental dan
ses pengidentifikasian bakat, yaitu: 1) Mem- intelektual, yaitu bagaimana atlet dilibatkan
persingkat waktu yang diperlukan untuk men- dalam setiap pengambilan keputusan yang
capai prestasi optimal; 2) Efisiensi program berkaitan dengan penyusunan program
latihan dapat dicapai bagi atlet yang memiliki latihan, pelaksanaan latihan dan kompetisi
potensi dan kemampuan tinggi; 3) Mening- dan berbagai hal yang berkaitan dengan
katkan kompetisi, daya saing dan menam- pengembangan kepribadian dan kedewasa-
bah banyaknya jumlah atlet yang berpotensi an atlet.
dan mampu mencapai prestasi tinggi; 4) Latihan merupakan proses jangka pan-
Meningkatkan rasa percaya diri atlet; 5) Se- jang, oleh karena itu diperlukan kegembiraan
76 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 73 - 80
dan kesenangan dalam berlatih agar tidak dan berhubungan dengan motor ability serta
terjadi kebosanan dan atlet meninggalkan dapat diamati dan diukur yaitu: kekuatan
latihan. Pemberian variasi dalam latihan me- statis, kekuatan dinamis, kekuatan eksplosif,
rupakan cara yang baik untuk memberikan kekuatan togok, kelenturan tubuh, koordinasi
kesempatan bagi atlet untuk menikmati lati- tubuh secara keseluruhan, keseimbangan
han dengan rasa senang dan gembira. Vari- tubuh secara keseluruhan dan stamina
asi yang dapat diberikan oleh pelatih dalam (Magill, 1985).
latihan ini dapat berupa: (1) Tempat latihan Perhatian berhubungan dengan keterba-
yang berganti-ganti, misalnya di stadion, di tasan dengan kemampuan pikiran untuk mem-
ruang latihan beban, di alam bebas, di proses informasi. Keberhasilan menampilkan
pantai, bukit, ternpat rekreasi dan suatu keterampilan gerak menuntut kemam-
sebagainya yang dapat memberikan puan memilih dan mengatur informasi yang
suasana baru bagi atlet; (2) Metode latihan penting dari sejumlah informasi yang ada.
yang bervariasi, Untuk tujuan latihan yang Wiecrozek (1975) mengemukakan bah-
sama pelatih dapat menggunakan metode wa waktu reaksi adalah kualitas yang sangat
berbeda, misalnya latihan kecepatan dapat spesifik yang terlihat melalui berbagai jalan.
diberikan dengan metode repetisi, namun Keanekaragaman manifestasi tersebut dapat
dapat juga dengan metode permainan. dikelompokkan dalam tiga tingkat yaitu: 1)
Latihan kekuatan dapat diberi-kan dengan pada tingkat rangsang yaitu dalam suatu
metode pembebanan (besi) dan dapat pula persepsi tanda/sinyal yang bersifat pengli-
dengan medicine ball, part-nerwork, dan hatan, pendengaran, perabaan dan sebagai-
sebagainya; dan (3) Suasana latihan, yaitu nya; 2) pada tingkat pengambilan keputusan
dengan memberikan berbagai situasi yakni agar hanya memberi reaksi terhadap
lapangan yang berbeda dengan rangsangan yang tepat; 3) pada tingkat pengor-
mendatangkan club lain untuk berlatih ganisasian realis kinetis.
bersama, atau berlatih dalam kondisi Dari sisi fisiologis, membagi waktu rea-
keramaian yang ada di lapangan, dan ksi ke dalam empat tahap yaitu: 1) permula-
sebaliknya. an stimulus; 2) periode latensi pertama, sela-
Pada hakekatnya pelatihan adalah suatu ma proses reseptor berlangsung; 3) periode
proses pemberian pola, aturan yang meru- latensi kedua, yang melibatkan pengiriman
pakan salah satu kunci tercapainya prestasi impuls-impuls sensori pusat ke serabut-
individu (Syarifuddin dan Yusuf: 1996:23). serabut otot (waktu perhatian satu pemikir-
Dan Media pelatihan merupakan alat yang an); 4) penundaan (delay) yang melibatkan
bisa merangsang siswa untuk terjadinya pro- proses motorik yang mendahului kontraksi
ses belajar dan meliputi perangkat keras yang otot.
dapat mengantarkan pesan dan perangkat Walau reaksi secara umum dikenal se-
lunak yang mengandung pesan. Rancangan bagai latensi respon (response latency) yaitu
penggunaan peralatan modifikasi merupa- walau yang berlalu diantara pemberian sti-
kan media pembelajaran yang memperhatikan mulus dan munculnya suatu respon. Dengan
perubahan dan kemampuan anak sehingga kata lain walau reaksi menggambarkan ke-
dapat membantu mendorong perubahan yang cepatan seseorang dapat merasakan dan
didasarkan pada konsep pertumbuhan dan memberikan respon terhadap lingkungan-
perkembangan anak yang seringkali anak nya. Istilah latensi respon menunjukkan pro-
merasa kesulitan dan takut dengan bola ses pemberian respon tetap yang tersem-
sepak takraw yang sesungguhnya yang di- bunyi atau terpendam sampai menyentuh
sebabkan bola sepak takraw yang keras, otot-otot pada saat respon yang dapat di-
sehingga dengan adanya modifikasi tersebut amati diproduksi (Drowatszky, 198 ).
siswa akan merasa terbantu dalam pengusa- Latensi adalah suatu kondisi ketidak
an teknik sepak sila yang baik dan benar aktifan antara penepatan suatu stimulus dan
sehingga siswa merasa senang dan gem- awal dari suatu reaksi. Latensi disebabkan
bira. oleh beberapa faktor dan waktu reaksi
Kemampuan ketangkasan fisik adalah melibatkan proses sistem saraf pusat di
pencerminan dari berbagai aspek keteram- dalam pengembangan respon yang bersifat
pilan yang dilakukan dan dapat diidentifikasi kemauan (violition), yaitu proses me-
Ari Susana & Sapto Wibowo, Penggunaan Media Pelatihan Bola Modifikasi 77
nentukan langkah perbuatan. Pertama, or- terbanyak. Kompleksitas stimulus dan pem-
gan perasa/pengindra dibangkitkan oleh be- berian respon secara dramatis mempenga-
berapa stimulus (perubahan fisiologi dalam ruhi walau reaksi.
suatu reseptor atau dalam neoron-neoron Manusia sejak lahir sudah mempunyai
yang disebabkan oleh rangsangan) dari or- kemampuan-kemampuan antara lain kemam-
gan pengindra. Kemudian diubah ke dalam puan untuk bergerak (motorik). Kemampuan
impuls saraf dan dibawa ke otak diinterpre- ini akan berkembang sesuai dengan kebu-
tasikan pada dasar pengalaman yang lalu. tuhan manusia itu sendiri dan juga tergan-
Impuls yang lain kemudian dikirim dari otak tung dan keadaan lingkungan. Kemampuan
melalui sistim saraf ke otot-otot yang tepat, yang ada, kemauan untuk berprestasi, ling-
akhirnya otot-otot akan berkontraksi untuk kungan yang mendukung dan cara penyam-
memproduksi respon. paian tujuan yang baik akan memungkinkan
Waktu reaksi adalah waktu yang diperlu- olahraga dapat berkembang. Disamping itu
kan untuk terjadinya proses, terjadinya di da- prestasi yang tinggi juga dapat dicapai harus
lam organ perasa/pengindra, otak, saraf, dan melalui perjuangan. Perjuangan dalam arti
otot. Waktu reaksi terbagi menjadi dua jenis melawan waktu, jarak dan ketinggian. Seper-
yaitu: 1) waktu reaksi sederhana (simple ti lari semakin cepat, lempar semakin jauh
reactions) dan 2) waktu reaksi kompleks dan lompat semakin tinggi. Demikian perju-
(complex reaction). Waktu reaksi sederhana angan untuk dapat mencapai tujuan keme-
ditentukan sebelumnya (predeterminined), nangan dalam pertandingan dengan mem-
respon yang sadar terhadap sinyal yang di- perhatikan dan mentaati peraturan-peraturan
ketahui sebelumnya yang dilakukan secara yang ada maka kemampuan motoriklah yang
mendadak, misalnya bunyi pistol dalam start menentukan. Dikatakan pula oleh Singer
lari cepat (Bompa, 1983). bahwa kemampuan motorik adalah kemam-
Reaksi sederhana diterapkan di dalam puan awal seseorang untuk mempelajari ke-
gerakan-gerakan yang akan dilakukan terle- terampilan gerak yang baru (Singer, 1980).
bih dahulu. Sedangkan walau reaksi kom- Kemampuan motorik juga merupakan
pleks atau pilihan menunjukkan pada kasus kapasitas dari seseorang yang berkaitan de-
dimana individu dihadapkan pada beberapa ngan pelaksanaan dan peregangan suatu
stimulus dan harus memilih dan ditentukan keterampilan yang relatif melekat.
diantara beberapa stimulus tersebut (Bompa, kemampuan motorik merupakan kemampu-
1983). Reaksi kompleks biasanya dilakukan an umum seseorang dalam melakukan suatu
dalam permainan-permainan dan olahraga- kegiatan. kemampuan motorik merupakan
olahraga pertandingan. Di dalam situasi kom- kesanggupan seseorang melakukan gerak-
petitif dapat menentukan reaksi motorik se- gerak dasar yang bersifat umum. Kemam-
lanjutnya bagi seorang atlet. puan motorik ini berfungsi untuk memper-
Waktu reaksi pada tenis lapangan ter- tinggi daya kerja seseorang. Dengan arti
masuk salah satu jenis waktu reaksi kom- makin tinggi kemampuan motorik seseorang,
pleks, yaitu dalam permainan reaksinya ter- maka kemungkinan daya kerjanya akan
gantung kepada bola yang bergerak dan semakin tinggi pula.
sulit diterka kemana arah yang pasti. Disam- Fungsi utama dari kemampuan motorik
ping itu pula ditentukan oleh lawan dalam adalah untuk mengembangkan dan kesang-
bermain, untuk itu perlu suatu latihan reaksi gupan dan kemampuan fisik setiap individu
yang kompleks agar dapat meningkatkan yang berguna untuk mempertinggi daya ker-
permainan tenis lapangan. Usaha mening- ja. Selanjutya kemampuan motorik itu terdiri
katkan kecepatan reaksi menurut Wiecrozek dari beberapa faktor yaitu: kecepatan reaksi
(1975) dapat dicapai dengan: 1) meningkat- (speed), daya eksplosif (power), kelincahan
kan penalaran terhadap persepsi khusus ter- (agility), kekuatan (strength), daya tahan
sebut; dan 2) mengotomatisasikan semak- (endurance) dan kelentukan (flexibility). Ke-
simal mungkin, jawaban motorik yang perlu cepatan adalah kemampuan seseorang un-
dibuat atau perilaku kinetis yang perlu dipilih tuk melakukan gerakan yang sejenis dan
dalam situasi nyata. tidak sejenis dalam waku yang sesingkat-
Dari uraian di atas dapat diperoleh pe- singkatnya. Daya eksplosif adalah kemampuan
ngertian bahwa kerja yang dilakukan di dari otot/sekelompok otot untuk menghasil-
dalam otak yang menghasilkan waktu yang kan kerja fisik secara eksplosif (mendadak).
78 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 73 - 80
Kelincahan adalah kemampuan seseorang belakang yang bertugas menservis bola, me-
untuk mengubah arah dalam keadaan ber- nerima bola, menerima, dan menahan se-
bergerak dengan cepat, kekuatan adalah rangan dari regu lawan di bagian belakang
kemampuan seseorang untuk mengembang- lapangan. Dua orang lainya menjadi pemain
kan ketegangan otot dalam kontraksi maksi- depan yang berada disebelah kiri dan kanan
mal. Daya tahan adalah kemampuan seseo- yang disebut apit kiri dan apit kanan yang
rang untuk melaksanakan suatu kerja otot tugasnya melempar bola ke tekong, peneri-
secara terus menerus dalam waktu yang ma dan pemblok bola dari pihak lawan.
lama. Dan kelentukan adalah kemampuan Dalam penelitian ini ingin diketahui tentang
seseorang untuk melakukan gerakan seluas- adanya perubahan keberhasilan dari latihan
luasnya pada persendian. Oleh sebab itu sepak takraw yang didahului dengan meng-
semakin tinggi kemampuan motorik seseo- gunakan sepak sila dengan menggunakan
rang semakin tinggi pula kemampuan dalam media modifikasi. Adapun pelaksanaannya
melakukan sesuatu tugas gerak dalam olah- dilakukan di SMP Negeri 3 Srengat Blitar.
raga termasuk olahraga tenis lapangan.
Sehubungan dengan hal ini kemampuan
motorik dapat diukur menggunakan Barrow METODE
Motor Ability Test yang terdiri dari: a) lari
zigzag/shuttle run; b) medicine ball put; dan Populasi dari penelitian ini adalah peser-
c) standing broad jump. Tes ini adalah ta ekstrakurikuler sepak takraw SMP Negeri
menerapkan modifikasi dari Nelson. 3 Srengat-Blitar yang berjumalah 30 orang.
Sepak sila merupakan langkah yang di- Berdasarkan penguraian populasi yang
gunakan untuk memulai latihan sepak takraw, berjumlah 30 orang dan sampel di atas maka
karena teknik-teknik dasar dari permainan penelitian ini menggunakan penelitian popu-
sepak sila akan mendukung dan memper- lasi, apabila seseorang ingin meneliti semua
mudah bagi calon pemain sepak takraw me- elemen yang ada di wilayah penelitian, maka
laksanakan gerakan inti dari permainan ter- penelitiannya merupakan penelitian populasi
sebut. (Arikunto 2010:173). Karena dalam peneli-
Pelaksanaan latihan sepak takraw di- tian ini sampel yang digunakan adalah selu-
awali dengan menggunakan modifikasi per- ruh siswa yang mengikuti ekstrakurikuler se-
alatan dan permainan sepak sila yang dilak- pak takraw di SMP Negeri 3 Srengat Blitar
sanakan pada jam kegiatan ekstrakurikuler. yang berjumlah 30 siswa.
Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan diluar jam Untuk mengetahui adanya perubahan
pelajaran pendidikan jasmani, dan pelaksa- dari hasil pelatihan dilakukan pengukuran
naannya dilakukan pada sore hari. Pelaksa- keterampilan sepak sila dengan membuat
naan ekstrakurikuler diharapkan akan mem- satu lapangan berbentuk lingkaran. Dalam
bentuk minat dan bakat anak dalam tujuan pelaksanaannya orang coba harus melaksa-
menuju prestasi olahraga. Bakat dan minat nakan sepak sila selama satu menit, dan
anak dalam suatu sekolah tidak bisa diting- hasilnya dihitung. Adapun norma yang telah
katkan hanya dengan mengikuti pendidikan disusun adalah sebagai berikut.
jasmani (penjas), tapi harus ditambah de-
ngan kegiatan ekstrakurikuler. “Tujuan kese-
>40 kali Nilai = 90
luruhan dari olahraga sekolah adalah mem-
30-39 kali Nilai = 80
bangkitkan minat dan meletakkan dasar bagi
20-29 kali Nilai = 70
prestasi anak dalam olahraga di masyarakat,
10-19 kali Nilai = 60
di luar sekolah baik langsung maupun untuk
<10 kali Nilai = 50SD
masa yang akan datang”
Pada dasarnya permainan sepak takraw (Sulaiman, 2008:1993)
dimainkan secara beregu oleh dua regu. Se-
tiap regu dimainkan oleh 3 orang yang dipi- Pelaksanaan pengukuran dilakukan se-
sahkan oleh net terbentang membelah belum diberikan perlakuan dan diukur kem-
lapangan menjadi dua bagian. Setiap ragu bali setelah pemberian perlakuan setelah
terdiri dari tiga orang pemain yang masing- enam minggu.
masing sebagai tekong yang berdiri paling
Ari Susana & Sapto Wibowo, Penggunaan Media Pelatihan Bola Modifikasi 79
Adapun perlakuan yang diberikan kepa- rogen). Dari pre test dan Post Fhitung 1,156 <
da orang coba adalah memberikan latihan Ftabel 1,765 ternyata mempunyai harga Fhitung
sepak sila dengan melakukan pasing setinggi < Ftabel, berdasarkan kriteria pengujian, maka
kepala. Pemberian perlakuan tersebut menggu- dapat dikatakan bahwa semua data bersifat
nakan bola modifikasi. Homogen.
Setelah pemberian perlakuan tersebut Untuk mengetahui keberartian nilai uji T
berlangsung selama enam minggu maka di- independent data pre-test dilakukan dengan
lakukan pengukuran ulang seperti yang per- uji t. Dengan mengkonsultasikan nilai thitung
nah dilaksanakan pada awal pelaksanaan dan nilai ttabel, maka dapat disimpulkan
pelatihan. bahwa Ha diterima dan Ho di tolak karena
nilai thitung 9,14 > nilai ttabel 2,045. Dengan
kata lain bahwa terdapat perbedaan yang
Deskriptif thitung ttabel
signifikan antara hasil tes sepak sila sepak
Pre-Test – Post-Test 9,14 2,045 takraw sebelum dan sesudah diberikan peng-
gunaan media pelatihan bola modifikasi pada
siswa ekstrakurikuler sepak takraw SMP
Negeri 3 Srengat Blitar dengan mengguna-
kan taraf signifikansi 5%.
HASIL Menurut hasil perhitungan dapat dikata-
kan bahwa penggunaan media pelatihan
Dari hasil penelitian dan perhitungan di- bola modifikasi dapat meningkatkan hasil tes
hasilkan diketahui untuk pre-test rata-ratanya sebesar 28,77% hasil prestasi sepak sila
sebesar 23,53 dengan nilai varians adalah sepak takraw pada siswa ekstrakurikuler
184,74 sedangkan nilai standar deviasinya sepak takraw SMP Negeri 3 Srengat-Blitar.
13,59 serta nilai terendah 9 dan nilai tertinggi
sebesar 71. Jadi rentangnya adalah 62.
Untuk nilai median atau nilai tengah adalah KESIMPULAN DAN SARAN
sebesar 19. Sedangkan hasil post-test rata-
ratanya sebesar 30,30 dengan nilai varians Kesimpulan
213,11. Sedangkan nilai standar deviasinya Berdasarkan hasil analisis data dapat
14,59 serta nilai terendah 16 dan nilai disimpulkan bahwa: Penggunaan media pe-
tertinggi sebesar 87. Jadi rentangnya adalah latihan bola modifikasi terhadap terhadap
71 Untuk nilai median atau nilai tengah hasil prestasi sepak sila pada ekstrakurikuler
adalah sebesar 26. sepak takraw pada peserta ekstrakurikuler
sepak takraw SMP Negeri 3 Srengat-Blitar
pada hasil pretest dengan post test sepak
PEMBAHASAN sila sepak takraw didapatkan thitung sebesar
9,14 dan nilai ttabel2,045 maka dapat dika-
Berdasarkan perhitungan uji asumsi nor- takan bahwa (t hitung9,14 > t tabel2,045) nilai t
malitas pada taraf signifikansi 5%, data pada hitung lebih besar dari t tabel dengan taraf
variabel pre-test dinyatakan berdistribusi signifikan 0,05 dengan derajat kebebasan
normal. Karena nilai signifikansi lebih besar (dk = n-1) 29. Sehingga dapat disimpulkan
dari signifikansi yang telah ditentukan yaitu bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
0,193 > 0,05. Demikian pula data dari post- antara hasil tes sepak sila sepak takraw
test juga dinyatakan berdistribusi normal. sebelum dan sesudah diberikan penggunaan
Karena nilai signifikansi lebih besar dari media pelatihan bola modifikasi terhadap ha-
signifikansi yang telah ditentukan yaitu 0,072 sil prestasi sepak sila pada ekstrakurikuler
> 0.05. Untuk mengetahui apakah deskripsi sepak takraw pada peserta ekstrakurikuler
data yang ada bersifat homogen atau tidak, sepak takraw SMP Negeri 3 Srengat Blitar.
dapat dilihat dengan membandingkan nilai
Fhitung dan Ftabel. Dengan kriteria peng- Saran
ujian adalah sebagai berikut: jika nilai Fhitung Berdasarkan hasil penelitian disarankan,
< Ftabel maka, kedua data tersebut mem- bagi para pelatih, pembina dan guru pendi-
punyai varian yang sama (homogen), dalam dikan jasmani, untuk meningkatkan kete-
hal lainnya dikatakan tidak homogen (hete- rampilan sepak sila dalam permainan sepak
80 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 73 - 80
takraw disarankan menggunakan media bola Singer, R.N. 1980. Motor Learning and
modifikasi dalam melakukan latihan. Human Performance. New York Mac
Milland.
Singer, R.N. 1984. Teaching Physical
DAFTAR PUSTAKA
Education: A System Approch, Boston:
Hougton Mifflin Company.
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Raneka Sulaiman. 2008. Sepak Takraw Pedoman
Cipta. Bagi Guru Olahraga, Pembina, Pela-
tih, dan Atlet. Semarang: Universitas
Bompa T.O. 1994. Theory and Methodology Negeri Semarang Press.
of Training, Ontario Canada, Kendall/
Hunt Publishing Company Syarifuddin dan Yusuf. 1996. Ilmu Kepe-
latihan Dasar. Jakarta: Departemen
Drowatzky, J.N. 1981. Motor Learning Pendidikan dan Kebudayaan Direkto-
Principle and Practice. Minneapolis: rat Jenderal Pendidikan Tinggi Pro-
Burgess Publising Co. yek Pembinaan Tenaga Akademik.
Darwis, R. dan Basa. 1992. Olahraga Pilihan Wiecrozek. 1975. Masalah Masalah Dalam
Sepak Takraw. Jakarta: Departemen Kedokteran Olahraga, Latihan Olah-
Pendidikan dan Kebudayaan Direkto- raga dan Coaching.Terjemahan M.
rat Jenderal Pendidikan Dasar dan Soebroto, Jakarta: Ditjen PLSPO,
Menengah. Dep. P dan K.