Anda di halaman 1dari 61

ANDRAGOGI

JURNAL PENELITIAN DAN PENGKAJIAN


PENDIDIKAN NON FORMAL

Susunan Redaksi :

Pembina :
Drs. Erman Syamsuddin, M.Pd

Penanggung Jawab :
Ir. Djajeng Baskoro M.Pd

Dewan Redaksi :
Drs. H. Hasan Mamu
Drs. Hazairin Ali, M.Si
Hj. A. Nurhidayah, A.S, S.Sos
Muhammad Hasbi, S.Sos, M.Pd

Editor Ahli :
Prof. Dr. Tawany Rahamma, M.A
Prof. Dr. A. Mansyur Hamid, M.Pd
Prof. Dr. Arismunandar, M.Pd
Drs. Agus Mursidi, M.Pd

Editor Pelaksana:
Drs. M. Ali Latief Amri, M.Pd
Drs. Syamsul Bahri Gaffar, MSi
Suardi, S.Pd, M.Pd
Kartini, S.Pd, M.Pd

Pemimpin Redaksi :
Dwi Sarmulyanto, S.T

Anggota Redaksi :
Drs. Arman Agung
Irhandi Amirin, S.Kom
Amirullah, S.Kom

Penyusun Desain:
Amirullah, S.Kom

Alamat Redaksi :
Gedung Utama Lantai 1
Balai Pengembangan Pendidikan Non Formal dan Informal
(BPPNFI) Regional V Makassar
Jl. Adhyaksa, No. 2 Makassar 90231, Sulawesi Selatan
Telp. (0411) 421460
Email : Info@bpplsp-reg5.go.id
DAFTAR ISI
Andrgogi Suatu Orientasi Baru Dalam Pembelajaran, Oleh Syamsul Bahri Gaffar (Dosen Jurusan
Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Makassar dan Tim Akademisi BPPNFI Regional V
Makassar) ............................................................................................................................................... 1
Kajian Tentang Perlunya Mengembangkan Kelompok Belajar Pendidikan Luar Sekolah ( Studi
Kasus Pada Kelompok Belajar Paket B di Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan oleh Kartini
Marzuki (Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Makassar) ..........................
................ 6
Faktor-faktor Penghambat Pelaksanaan Tugas Pamong Belajar di Kota Makassar oleh Istiyani Idrus
(Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Makassar) .........................................
. 10
Konsep dan Metode Pembelajaran Bagi Orang Dewasa oleh Agus Marsidi (Dosen Jurusan
Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Makassar dan Tim Akademisi BPPNFI
Regional V Makassar) .............................................................................................................................
............... 13
Hubungan Latar Belakang Pendidikan, Usia dan Masa Jabatan dengan Keberhasilan Melaksanakan
Tugas Penilik oleh Ali Latief Amri (Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri
Makassar dan Tim Akademisi BPPNFI Regional V Makassar) ........ ............................................
. 23
Analisis Sumberdaya Lokal Pendidikan Non Formal oleh Suardi (Dosen Jurusan Pendidikan
Luar Sekolah Universitas Negeri Makassar dan Tim Akademisi BPPNFI Regional V Makassar)
.... 28
Pendidikan Profesi PTK-PNF Sebagai Salahsatu Strategi Penyiapan Tenaga Pendidik/ Kependidikan
Yang Profeional oleh Mustafa (Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri
Makassar dan Tim Akademisi BPPNFI Regional V Makassar) ..........................................................
......... 32
Sertifikasi dan Kompetensi Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Non Formal Oleh
H. Syamsuddin (Dosen Universitas Negeri Makassar ) ........................................................... 36
Pendekatan Analisis SWOT Dalam Perencanaan Pendidikan Non Formal Oleh Sitti Hasnah
(Pemerhati Pendidikan Non Formal/ Alumni Jurusan PLS Fakultas Ilmu Pendidikan Uneversitas
Negeri Makassar) ...........................................................................................................................................
.... 46
Pendidikan Kesetaraan Unggulan (Sebuah Paradigma Baru Pendidikan Non Formal) oleh Ibrahim
(Tenaga Fungsional Pamong Belajar Pada Balai Pengembangan Pendidikan Non Formal dan Informal
BPPNFI Regional V Makassar).............................................................................................................. 50

Andragogi Vol.1 No.1. 2007 ii


KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr.Wb.


Mengetahui dan menguasai banyak informasi adalah salah satu ciri seorang “Pemimpin”, tanpa
pengetahuan yang memadai dan penguasaan informasi, maka kita hanya akan menjadi seorang
“Pemimpi”. Betapa pentingnya informasi dewasa ini tidak terbantahkan lagi, olehnya itu kita perlu
membuka kran seluas-luasnya untuk mendukung penyebaran informasi khususnya informasi
pendidikan terhadap seluruh lapisan masyarakat.

Khusus terhadap bidang penelitian dan pengkajian Pendidikan Non Formal dan Informal, kebaradaan
Jurnal “Andragogi” ini merupakan suatu bentuk usaha positif dalam rangka usaha publikasi terhadap
berbagai hasil penelitian dan pengkajian di jalur Pendidikan Non Formal di lingkup wilayah BP-
PNFI Regional V. Hal ini adalah suatu hal yang penting, karena disamping fungsinya sebagai media
informasi bagi para pemangku kebijakan juga bahan referensi dan parameter sejauh mana usaha
yang telah dilakukan dalam hal penelitian dan pengkajian di bidang Pendidikan Non Formal dan
Informal, juga akan menjadi media informasi edukatif bagi semua stakeholder.

Naskah yang dimuat dalam Jurnal ini adalah merupakan tulisan dari para PTK-PNF termasuk Tim
Akademisi dan pemerhati pendidikan non formal dan informal di wilayah regional V, menyangkut
berbagai kajian, baik yang telah dan sedang dilaksanakan maupun kajian yang masih bersifat wacana
ilmiah yang berupa solusi alternatif yang perlu ditindaklanjuti demi memecahkan masalah-masalah
disekitar penyelenggaraan pendidikan non formal dan informal di Indonesia pada umumnya dan di
wilayah regional V pada khususnya.

Ucapan terimakasih dan penghargaan saya kepada seluruh jajaran Redaksi Jurnal Pendidikan Non
Formal “Andragogi” yang dengan izin Allah SWT dan atas kerja kerasnya, sehingga Jurnal edisi
perdana ini dapat terealisasikan. Akhirnya, semoga Jurnal ini dapat memberi manfaat yang sebesar-
besarnya kepada dunia pendidikan, Amin

Wassalam
Kepala BP-PNFI Regional V

Ir. Djajeng Baskoro, M.Pd


NIP 131877267

Andragogi Vol.1 No.1. 2007 iii


Andragogi Suatu Orientasi..

ANDRAGOGI SUATU ORIENTASI BARU


DALAM PEMBELAJARAN
Andragogi yang berasal dari bahasa Yunani yaitu “andr” yang berarti orang dewasa dan “agogos”
yang berarti memimpin atau membimbing. Dengan demikian andragogi dirumuskan sebagai suatu
ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar.
Oleh : Syamsul Bakhri Gaffar

Abstract:
Istilah Pedagogi nampaknya tidak cocok dipakai untuk menjelaskan tentang ilmu dan seni dalam membantu orang
dewasa belajar. Hal ini memunculkan suatu masalah yang tidak disadari bahwa dalam istilah pedagogi terdapat
kata “Paid” yang berarti anak. Demikian juga dalam istilah pedagogi tentang konsep tujuan pendidikan, yaitu
penyampaian pengetahuan pada anak-anak. Atas dasar itulah sehingga pendidikan kemudian diartikan sebagai
proses penyampaian pengetahuan. Mendefinisikan pendidikan sebagai proses penyampaian ternyata kurang sesuai
dengan perkembangan dan kehidupan manusia. Oleh karena itu dewasa ini telah muncul suatu teori baru cara
membelajarkan orang dewasa yang dikenal dengan istilah Andragogi, yaitu suatu ilmu dan seni dalam membantu
orang dewasa belajar, yang secara prinsip asumsi yang digunakan berbeda dengan Pedagogi, terutama mengenai
konsep diri, pengalaman, kesiapan belajar, dan orientasi terhadap belajar.

Kata kunci: Andragogi, orientasi baru, Pembelajaran

Pengetahuan tentang belajar kebanyakan pendidikan orang dewasa ditemukan istilah


diperoleh dari pengalaman atau penelitian “Pedagogy of Adult Education” . Orang
tentang belajar pada anak-anak ataupun binatang. rupanya tidak menyadari bahwa dalam istilah
Demikian pula halnya dengan pengetahuan pedagogi terdapat kata “paid” yang berarti
tentang pengajaran, kebanyakan diperoleh dari anak, sehingga istilah pedagogi sangat tidak
pengalaman pengajaran anak-anak dalam situasi cocok dipakai untuk menjelaskan tentang ilmu
di mana anak-anak tersebut diwajibkan untuk dan seni dalam membantu orang dewasa belajar.
mengikuti suatu proses belajar-mengajar yang Masalah lain yang muncul sehubungan dengan
berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan pengertian yang ditarik dari istilah pedagogi
formal. Pelaksanaan proses belajar-mengajar ialah tentang konsep tujuan pendidikan, yaitu
tersebut didasarkan pada definisi pendidikan penyampaian pengetahuan pada anak-anak.
sebagai suatu proses penyampaian kebudayaan. Atas dasar itu pendidikan kemudian diartikan
Definisi pendidikan tersebut pada dasarnya sebagai proses penyampaian pengetahuan.
bersumber dari suatu istilah pendidikan yaitu Mendefinisikan pendidikan sebagai proses
Pedagogi. Istilah pedagogi ini berasal dari penyampaian ternyata kurang sesuai dengan
bahasa Yunani “paid” artinya anak dan “agogos” perkembangan dan kehidupan manusia.
artinya membimbing. Itulah sebabnya istilah Selain itu masalah yang timbul dalam
pedagogi dapat diartikan sebagai “ilmu dan pengertian pedagogi adalah adanya pandangan
seni mengajar anak (the art and science of yang mengemukakan bahwa tujuan pendidikan
teaching children). itu bersifat mentransmisikan pengetahuan.
Manusia yang juga telah ditulis dalam Tetapi di lain pihak perubahan yang terjadi
buku-buku pendidikan dan kamus, di mana seperti inovasi dalam teknologi, mobilitas
istilah pedagogi diartikan sebagai seni dan ilmu penduduk, perubahan sistem ekonomi, politik
mengajar. Bahkan dalam buku-buku tentang dan sejenisnya begitu cepat terjadi. Dalam

Andragogi Vol.1 No.1. 2007 1


Andragogi Suatu Orientasi..

kondisi seperti ini pengetahuan yang psikologis yang dalam untuk mandiri, meskipun
diperoleh seseorang ketika ia berumur 20 tahun dalam situasi-situasi tertentu bergantung pada
akan menjadi usang ketika ia berumur 40 tahun. pihak lain.
Jika demikian halnya, maka pendidikan sebagai • Pengalaman.
suatu proses transmisi pengetahuan sudah tidak Peranan pengalamn yang dibawa peserta
sesuai dengan kebutuhan modern. Oleh karena didik ke situasi belajar kurang bernilai. Hal itu
itu pendidikan sekarang tidak lagi dirumuskan mungkin hanya sebagai titik tolak. Pengalaman
sebagai upaya untuk mentransmisikan yang akan menjadi sumber belajar yang utama
pengetahuan, tetapi dirumuskan sebagai suatu bagi peserta didik adalah pengalaman para
proses penemuan sepanjang hayat terhadap apa guru, penulis buku, pencipta Audio-Visual Aids
yang dibutuhkan untuk diketahui. dan ahli-ahli lainnya. Karena itu teknik utama
Dewasa ini di kalangan para ahli pendidikan yang digunakan adalah teknik penerusan atau
orang dewasa telah berkembang baik di Eropa pemindahan (ceramah, tugas dan sebagainya).
maupun di Amerika, suatu teori mengenai cara Dalam andragogi, selama manusia tumbuh
mengajar orang dewasa. Untuk membedakan dan berkembang mereka menyimpan banyak
dengan pedagogi, maka teori baru tersebut di pengalaman dan karena itu akan menjadi sumber
kenal dengan nama Andragogi yang berasal dari yang tak habis-habisnya untuk belajar, baik bagi
bahasa Yunani yaitu “andr” yang berarti orang mereka secara pribadi maupun bagi orang lain.
dewasa dan “agogos” yang berarti memimpin Lagi pula orang memberikan arti yang lebih
atau membimbing. Dengan demikian andragogi besar kepada pengetahuan yang diperoleh dari
dirumuskan sebagai suatu ilmu dan seni dalam pengalaman daripada yang diperoleh secara pasif.
membantu orang dewasa belajar. Karena itu teknik utama yang digunakan adalah
teknik pengalaman (eksperimen, laboratorium,
diskusi, pemecahan persoalan, pengalaman
lapangan dan sebagainya).
ASUMSI ANDRAGOGI DAN • Kesiapan Belajar.
PEDAGOGI Orang siap mempelajari apapun yang
Ada perbedaan mendasar mengenai dikehendaki masyarakat terutama sekolah untuk
asumsi yang digunakan oleh Andragogi dan mereka pelajari, asalkan tekanan ini cukup berat
Pedagogi terutama dari aspek konsep diri, bagi mereka. Sebagian orang yang sebaya siap
pengalaman, kesiapan belajar dan orientasi untuk mempelajari bahan yang sama. Karena
terhadap belajar. Asumsi itu dapat dikemukakan itu pelajaran hendaknya diatur ke dalam suatu
sebagai berikut: kurikulum yang benar-benar baku, dengan
• Konsep Diri. suatu penjenjangan yang seragam bagi semua
Menurut Knowles, dalam pendekatan peserta didik. Dalam andragogi, orang menjadi
pedagogi peranan peserta didik bergantung siap untuk mempelajari sesuatu bila mereka
pada guru. Dalam hal ini guru diharapkan oleh merasakan kebutuhan untuk mempelajari hal itu.
masyarakat memegang tanggungjawab penuh dengan tujuan agar dapat menyelesaikan tugas
untuk menentukan apa yang akan dipelajari atau persoalan hidup mereka dengan yang lebih
oleh pada peserta didik, kapan waktunya memuaskan. Pendidik memegang tanggungjawab
belajar, bagaimana cara mempelajarinya, dan menciptakan kondisi dan menyediakan alat-alat
apakah suatu bahan telah selesai dipelajari serta prosedur untuk membantu para peserta
atau belum. Sedangakan dalam pendekatan didik menemukan kebutuhan atau keingintahuan
andragogi, proses pematangan manusia mereka. Dengan demikian program belajar
merupakan kewajaran bagi seorang individu hendaknya disusun menurut kategori penerapan
untuk bergerak dari ketergantungan ke arah hidup dan diurutkan sesuai dengan kesiapan
kemandirian. Perpindahan ini secara bertahap belajar peserta didik.
dan dengan kecepatan yang berbeda-beda • Orientasi Terhadap Belajar.
sesuai dengan orang dan dimensi kehidupannya. Para peserta didik melihat pendidikan sebagai
Para guru orang dewasa bertanggungjawab suatu proses untuk memperoleh bahan
untuk menggalakkan dan memelihara gerakan
ini. Orang dewasa mempunyai kebutuhan

2 Andragogi Vol.1 No.1. 2007


Andragogi Suatu Orientasi..

pelajaran, yang sebagian besar mereka anggap dapat dikemukakan bahwa:


hanya akan berguna di kemudian hari. Karena 1). Orang dewasa mempunyai konsep diri,
itu kurikulum seharusnya diatur menjadi yaitu suatu pribadi yang tidak tergantung
satuan-satuan pelajaran yang mengikuti urutan kepada orang lain yang mempunyai
logika mata pelajaran bersangkutan. Jadi kemampuan mengarahkan dirinya sendiri
orientasi mereka berpusat pada mata pelajaran. dan kemampuan mengambil keputusan,
Sebaliknya dalam andragogi, para peserta 2) Orang dewasa mempunyai kekayaan
didik memandang pendidikan sebagai suatu pengalaman yang merupakan sumber yang
proses pengembangan kemampuan untuk penting dalam belajar,
mencapai potensi kehidupan yang paripurna. 3) Kesiapan belajar orang dewasa berorientasi
Mereka ingin dapat menerapkan pengetahuan kepada tugas-tugas perkembangannya sesuai
dan keterampilan apapun yang mereka dengan peranan sosialnya
peroleh saat ini untuk kehidupan esok yang 4) Orang dewasa mempunyai perspektif
lebih efektif. Karena itu, pengalaman belajar waktu dalam belajar, dalam arti secepatnya
seharusnya disusun menurut kategori-kategori mengaplikasikan apa yang dipelajarinya.
pengembangan kemampuan. Jadi orientasi
mereka terhadap belajar berpusat pada karya
atau prestasi. Dari asumsi dasar tersebut di atas
Perbedaan rancangan proses belajar mengajar antara Pedagogi dan Andragogi dapat digambarkan
sebagai berikut:

UNSUR PEDAGOGI ANDRAGOGI


Berorientasi pada otoritas Berorientasi Pada Kerjasama
Iklim Belajar
Formal dan Kompetitif Saling Menghormati

Direncanakan Bersama antara


Perencanaan Direncanakan oleh guru
Pelatih dan Peserta

Dilakukan Bersama Pelatih dan


Diagnosis Kebutuhan Belajar Dilakukan oleh guru
Peserta

Dirumuskan Bersama Pelatih dan


Perumusan Tujuan Dilakukan oleh guru
Peserta

Orientasi Pada mata pelajaran Pada Masalah

Menggunakan Teknik Inquiri


Kegiatan Belajar Mengunakan Teknik Transmisi
terhadap Penglaman

Evaluasi Bersama oleh Pelatih dan


Evaluasi Oleh Guru
Peserta

FUNGSI PENDIDIK ORANG


DEWASA.
Pendidik orang dewasa mempunyai fungsi efektif dari suatu program pendidikan
antara lain: orang dewasa (fungsi organisasi).
a. Menilai kebutuhan belajar individu, lembaga c. Merumuskan tujuan yang sesuai dengan
dan masyarakat untuk pendidikan orang kebutuhan belajar yang telah ditetapkan,
dewasa yang sesuai dengan lingkungan dan merencanakan suatu program kegiatan
organisasinya (fungsi diagnostik). untuk mencapai tujuan tersebut (fungsi
b. Menetapkan dan mengelola struktur organisasi perencanaan).
untuk pengembangan dan pelaksanaan yang

Andragogi Vol.1 No.1. 2007 3


Andragogi Suatu Orientasi..

d. Menciptakan dan mengawasi prosedur 1. Presentasi. Teknik ini meliputi antara


yang diperuntukan bagi pelaksanaan suatu lain: ceramah, debat, dialog, wawancara,
program secara efektif, termasuk memilih dan panel, demonstrasi, film, slide, pameran,
melatih ketua-ketua kelompok belajar, tutor, darmawisata, dan membaca.
mengatur fasilitas dan proses administrasi, 2. Teknik Partisipasi peserta. Teknik ini meliputi
seleksi dan penerimaan pebelajar, dan antara lain: tanyajawab, permainan peran,
pembiayaan (fungsi administrasi). kelompok pendengar panel reaksi, dn panel
e. Menilai efektivitas program pendidikan yang diperluas.
yang dilaksanakan (fungsi evaluasi). 3. Teknik Diskusi. Teknik ini terdidi atas diskusi
terpimpin, diskusi yang bersumberkan dari
buku, diskusi pemecahan masalah, dan diskusi
FUNGSI PENDIDIK ORANG kasus.
DEWASA. 4. Teknik Simulasi. Teknik ini terdiri atas:
Pendidik orang dewasa dapat digambarkan permainan peran, proses insiden kritis,
dengan mengai tkan antara kebutuhan dan metode kasus, dan permainan.
tujuan individu.
Misi setiap pendidik orang dewasa adalah
membantu individu untuk memenuhi kebutuhan
dan mencapai tujuan, membantu individu untuk
mengembangkan sikap bahwa belajar itu adalah IMPLIKASI DALAM PEMBELAJARAN
kegiatan yang berlangsung sepanjang hayat, dan ORANG DEWASA
dengan pendidikan itu Dari asumsi-asumsi yang telah dikemukakan di
dapat diperoleh pengetahuan, sikap dan atas, dapat dikemukakan bahwa ketiga pendapat
keterampilan yang dapat digunakan untuk bekerjatersebut di atas memiliki kesamaan di dalam
secara mandiri serta dapat mengembangkan memandang pebelajar, baik dalam pembelajaran
potensi-potensi yang kita miliki. Dalam proses pedagogi maupun andragogi terutama dalam
belajar ini dapat dimanfaatkan oleh orang konsep diri, pengalaman, kesiapan untuk belajar,
dewasa untuk mengembangkan dirinya, baik dan orientasi belajar. Oleh karena itu dapat
secara sendiri-sendiri maupun bersama dengan dikemukakan bahwa dalam pembelajaran orang
orang dewasa lainnya. dewasa perlu diperhatikan hal-hal sebagai
Pendidik orang dewasa dalam merencanakan berikut:
program pembelajarannya hendaknya didasarkan 1. Iklim belajar perlu diciptakan sesuai dengan
pada kebutuhan belajar yang diinginkan oleh keadaan orang dewasa. Baik ruangan
orang dewasa, tanpa demikian pendidikan orang yang digunakan maupun peralatan (kursi,
dewasa akan mengalami kegagalan. meja, dan sebagainya) diatur sesuai dengan
selera orang dewasa agar dapat memberi
kenyamanan bagi mereka. Selain itu, dalam
iklim belajar tersebut, perlu diciptakan
kerjasama yang saling menghargai antara
TEKNIK DAN METODE PEMBELAJARAN para peserta dengan peserta lain maupun
ORANG DEWASA dengan para pelatih/fasilitator. Ini berarti
bahwa setiap peserta diberi kesempatan
Penjabaran rancangan belajar ke dalam urutan yang seluas-luasnya untuk mengemukakan
kegiatan belajar memerlukan adanya pengambilan pandangannya tanpa ada rasa takut
keputusan mengenai teknik dan bahan belajar dihukum maupun dipermalukan. Iklim
apa yang paling bermanfaat digunakan untuk belajar seperti ini akan sangat tergantung
mencapai tujuan pembelajarn. Dan selanjutnya kepada pelatih/fasilitator.
menentukan strategi pembelajaran dengan 2. Peserta diikutsertakan dalam mendiagnosa
mengikutsertakan peserta. Posisi pelatih dalam kebutuhan belajarnya. Mereka akan merasa
proses ini hanyalah sebagai pemberi saran dan terlibat dan termotivasi untuk belajar apabila
sebagai narasumber. apa yang akan dipelajarinya itu sesuai dengan
Ada beberapa teknik atau metode yang dapat kebutuhan yang ingin dipelajari.
digunakan untuk membantu orang dewasa
belajar, antara lain:

4 Andragogi Vol.1 No.1. 2007


Andragogi Suatu Orientasi..

3. Peserta dilibatkan dalam proses perencanaan kebutuhan kelembagaan. Misalnya suatu


belajarnya. Dalam perencanaan ini fasilitator program latihan orientasi untuk para pekerja
lebih banyak berfungsi sebagai pembimbing baru, bukan dimulai dengan sejarah atau
dan manusia sumber. filsafat perusahaan, tetapi dimulai dengan
4. Dalam proses belajar-mengajar merupakan kehidupan nyata yang menjadi perhatian
tanggungjawab bersama antara pelatih/ para pekerja baru, seperti: di mana saya harus
failitator dan peserta. Kedudukan pelatih/ bekerja, dengan siapa saya bekerja, apa yang
fasilitator lebih banyak berperan sebagai diharapkan dari saya, dan sebagainya.
manusia sumber, pembimbing, dan katalist 9. Adanya konsep mengenai tugas-tugas
dari pada sebagai guru. perkembangan pada orang dewasa akan
5. Evaluasi belajar lebih menekankan pada memberi petunjuk dalam belajar secara
cara evaluasi diri sendiri dalam mengetahui kelompok. Untuk tugas-tugas perkembangan,
kemajuan belajar peserta. maka belajar secara kelompok yang anggota
6. Karena orang dewasa merupakan sumber kelompoknya bersifat homogen akan lebih
belajar yang lebih kaya dibandingkan efektif.
anak-anak, maka proses belajar nya 10. Pendidik orang dewasa tidak boleh berperan
lebih ditekankan kepada teknik yang sebagai seorang guru yang mengajarkan
sifatnya menyadap pengalaman mereka mata pelajaran tertentu, tetapi ia berperan
seperti: kelompok diskusi, metode kasus, sebagai pemberi bantuan kepada orang
simulasi, permainan peran, latihan praktek, yang belajar.
demonstrasi, bimbingan konsultasi, seminar, 11. Kurikulum dalam pendidikan untuk
dan sebagainya. orang dewasa tidak berorientasi kepada
7. Penekanan dalam proses belajar bagi orang mata pelajaran tertentu, tetapi berorientasi
dewasa adalah pada aplikasi praktis dan atas kepada masalah. Hal ini karena orang dewasa
dasar pengalaman mereka. cenderung berorientasikan kepada masalah
8. Urutan kurikulum dalam proses dalam orientasi belajarnya.
belajar orang dewasa disusun berdasarkan 12. Oleh karena orang dewasa dalam
tugas perkembangannya dan bukan atas belajar berorientasi kepada masalah,
dasar urutan logik mata pelajaran atau maka pengalaman belajar yang dirancang
berdasarkan pula pada masalah atau perhatian
yang ada dalam benak mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Amalius Sahide. 1990. Pendidikan Orang Dewasa. Ujungpandang: FIP IKIP


Knowles, Malcolm. 1977. The Modern Practice of Adult Education, Andragogy Versus Pedagogy. New York:
Assosiation Press.
Zainuddin Arif. 1984. Andragogi. Bandung: Angkasa.

Penulis adalah - Dosen Jurusan PLS FIP UNM


- Tim Akademisi BPPLSP Regional V Makassar

Andragogi Vol.1 No.1. 2007 5


Kajian Tentang .....

KAJIAN TENTANG PERLUNYA


MENGEMBANGKAN KELOMPOK BELAJAR
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
(Studi Kasus pada Kelompok Belajar Paket B Di Kabupaten Gowa)

Bruner (1985) mengemukakan asumsinya bahwa proses belajar mengajar pengetahuan (cognitive
learning) seharusnya didasarkan sepenuhnya atas tiga hal. Pertama, adanya dorongan yang tumbuh
dari dalam peserta didik. Kedua, adanya kebebasan peserta didik untuk memilih dan berbuat dalam
kegiatan belajar. Ketiga, peserta didik tidak merasa terikat oleh pengaruh ganajaran dan hukuman
yang datang dari luar dirinya yaitu dari anak didik.
Oleh : Kartini Marzuki

Abstract:
Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari solusi dalam upaya mengembangkan kelompok belajar Paket
B sebagai satuan Pendidikan Luar Sekolah. Secara khusus penelitian ini bertujuan: (1) Menganalisis keadaan
kelompok belajar paket B di Kabupaten Gowa, (2) Mengungkap dan menganalisis upaya yang dilakukan untuk
mengembangkan kelompok belajar Pendidikan Luar Sekolah, (3) Mengungkap dan menganalisis peran yang dapat
dilakukan oleh tenaga PLS dalam mengembangkan kelompok belajar Paket B. Metode yang digunakan adalah
metode kualitatif. Data dikumpulkan melalui angket, wawancara dan studi kepustakaan. Informan berjumlah 16
orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan Kelompok Belajar Paket B di Kabupaten Gowa mengalami
peningkatan dari segi kualitas. Upaya pengelolaan dalam mengembangkan kelompok belajar Paket B dilakukan
dengan cara pemberian motivasi kepada warga belajar, sumber belajar dan masyarakat sekitar. Demikian pula
dengan meningkatkan mutu pengelola, sumber belajar dan pengadaan sarana dan prasarana. Adapun peran yang
dapat dilakukan oleh tenaga PLS adalah sebagai motivator, fasilitator, dinamisator dan sebagai komunikator.

1. PENDAHULUAN

Pendekatan kelompok muncul karena pendekatan menekan kelemahannya. Kelompok belajar


individual dan pendekatan massal mengandung (learning Group/i) dapat dianggap sebagai
banyak kelemahan. Pendekatan individual yang perujudan pendekatan kelompok dalam dunia
intensif karena kekuatan komunikasi langsung, pendidikan.
face to face ternyata kurang luas jangkauannya, Kelompok belajar dalam maknanya
sehingga terlampau mahal dan banyak waktu yang lebih luas berarti setiap kelompok yang
yang diperlukan. Sebaliknya pendekatan massal memungkinkan para warganya bisa belajar secara
mampu menjangkau daerah dan sasaran yang efektif dan efisien. Batasan operasional tentang
luas karena bantuan kekuatan media massa, kelompok belajar ini bermakna luas, sehingga
akan tetapi seringkali menampakkan kelemahan dengan sendirinya tidak semata-mata merujuk
karena efeknya kurang intensif disertai alur pada kelompok
komunikasi yang sepihak saja.
Pendekatan kelompok banyak dipilih
karena diangap bisa mengambil kekuatan
kedua pendekatan tersebut di atas dengan

6 Andragogi Vol.1 No.1. 2007


Kajian Tentang .....

belajar dari Direktorat Pendidikan Masyarakat pendidikan sekolah, maka keadaannya jauh
saja. Kelompok tani yang dibina oleh Departemen tertinggal.
Pertanian sepintas seperti sekumpulan petani Kajian tentang upaya mengembangkan
saja, akan tetapi bila ditelaah secara seksama kelompok belajar PLS sangat diperlukan.
ternyata juga merupakan kelompok belajar. Hasil kajian ini diharapkan dapat bermanfaat
Kelompok belajar bukan sekedar sebagai masukan bagi pemantapan kompetensi
merupakan kelompok sasaran informasi atau para lulusan Jurusan PLS khususnya serta
pesan, juga bisa berfungsi sebagai wahana pembinaannya selaku lembaga kependidikan
pembelajaran yang bisa diandalkan dalam pada umumnya.
pendidikan luar sekolah. Dalam kelompok Berdasarkan latar belakang masalah
belajar dapat terjadi tukar menukar pengetahuan, yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan
pengalaman, bahkan keterampilan antara sesama masalah penelitian sebagai berikut: (1)
warga belajar. Suasana kelompok belajar yang Bagaimana keadaan kelompok belajar Paket B
tidak kaku bisa mendorong keberaanian untuk di Kabupaten Gowa?, (2) Bagaimana upaya yang
berperan serta berpartisipasi dalam proses diakukan untuk mengembangkan Kelompok
belajar. Belajar Paket B di Kabupaten Gowa? dan (3)
Br uner (1985) meng emukakan Peran apa yang dapat dilakukan oleh tenaga PLS
asumsinya bahwa proses belajar mengajar dalam mengembangkan kelompok belajar Paket
pengetahuan (cognitive learning) seharusnya B di Kabupaten Gowa ?
didasarkan sepenuhnya atas tiga hal. Pertama,
2. METODE
adanya dorongan yang tumbuh dari dalam
peserta didik. Kedua, adanya kebebasan peserta Metode yang digunakan dalam penelitian
didik untuk memilih dan berbuat dalam kegiatan ini adalah metode deskriptif dengan teknik
belajar. Ketiga, peserta didik tidak merasa terikat pengumpulan data meliputi: (1) Angket, yang
oleh pengaruh ganajaran dan hukuman yang disebarkan pada pengelola kelompok belajar,
datang dari luar dirinya yaitu dari anak didik. (2) Observasi, teknik ini dimaksudkan untuk
Dengan kata lain, peserta didik akan merasa mengadakan pengamatan langsung mengenai
bahwa belajar itu adalah merupakan bagian dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh
kehidupannya, dilakukan atas dorongan dari setiap kelompok belajar. Pengamatan terutama
dalam dirinya bila kegiatan belajar ini sesuai ditentukan kepada interaksi belajar mengajar
dengan kebutuhan dan kepentingan dirinya antara tutor dan warga belajar termasuk
dan penghargaan akan datang dari peserta penggunaan alat dan fasilitas belajar lainnya,
didik sendiri, antara lain adanya kepuasan (3) Wawancara, teknik ini dimaksudkan untuk
atas kemampuan diri untuk melakukan dan memperoleh data penunjang dari responden,
menghasilkan sesuatu yang dipelajari (the autonomy baik dari sumber belajar maupun warga belajar,
of self reward). (4) Studi kepustakaan, yaitu usaha untuk
Kelompok belajar bisa berkembang mengumpulkan informasi yang berhubungan
menjadi kelompok kerja (working group) manakala dengan teori-teori atau konsep-konsep erat
para warganya merasa perlu merealisasikan hasil hubungannya dengan masalah yang diteliti.
belajar mereka dalam bentuk kegiatan usaha
bersama. Pengalaman belajar bersama dapat 3. HASIL PENELITIAN
membina rasa kegotongroyongan yang bisa
menjadi modal yang penting bagi pembangunan Ditinjau dari asprk program belajar, kelompok
masyarakat. belajar paket B merupakan paket yang diatur
Kelompok belajar pendidikan luar oleh pemerintah yang terdiri dari dua bagian
sekolah lebih didasarkan pada kemauan dan yaitu pendidikan dasar umum dan pendidikan
kemampuan masyarakat pada umumnya dan keterampilan. Untuk pendidikan keterampilan,
warga belajar pada khususnya serta bersifat p e n g e m b a n g a n p r o g r a m d i u p ay a k a n
fleksibel. Karena hal tersebut maka pada kerelevansian kebutuhan warga belajar dan
umumnya kelompok belajar PLS terkesan “asal kebutuhan masyarakat. Hal ini berimplikasi bagi
ada” dan tidak terawat jika dibandingkan dengan para pengelola dan penanggung jawab secara

Andragogi Vol.1 No.1. 2007 7


Kajian Tentang .....

langsung terhadap pelaksanaan kelompok d i a n t a r a n y a m e n i n g k a t k a n ko m p o n e n


belajar paket B untuk menyusun program belajar pembelajaran baik itu tutor (sumber belajar)
keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pengelola melengkapi sarana dan prasarana yang
warga belajar dan masyarakat. diperlukan oleh kelompok belajar tersebut serta
Peran kelompok belajar sebagai salah lebih mengintensifkan pemantauan.
satu satuan pendidikan luar sekolah baru bisa Peran yang bisa dilakukan oleh seorang
dilihat dari cara pengelolaaannya saja, sebab jika tenaga pendidikan luar sekolah menurut data yang
ditinjau dari segi hasil belum maksimal. Hal ini terkumpul dari responden diketahui bahwa peran
dimungkinkan karena beberapa faktor, antara lain tersebut adalah sebagai motivator, fasilitator,
adalah masalah pembiayaan yang dirasa belum dinamisator dan peran sebagai komunikator.
mencukupi untuk membiayai seluruh kegiatan Sebagai motivator, seorang tenaga pendidikan
penyelenggaraan. Selain itu sarana dan prasarana luar sekolah harus menyiapkan diri dengan
yang dipergunakan terbatas hanya yang dimiliki berbagai strategi yang memungkinkan warga
oleh sekolah yang dipergunakan sebagai tempat belajar akan merasa termotivasi, baik motivasi
kegiatan pembelajaran. Program kejar paket B menerima program, melaksanakan maupun untuk
yang merupakan program pendidikan setara mengembangkan program. Pemberian motivasi
SLTP yang dilaksanakan melalui jalur pendidikan oleh tenaga PLS bisa dilakukan terhadap para
luar sekolah merupakan suatu kewajaran pelaksana program (pengelola), warga belajar,
apabila sarana dan prasarana belajar harus pula tutor, sumber belajar, atau terhadap masyarakat.
disetarakan dengan sarana dan prasarana yang Masyarakat dipandang penting karena merupakan
bisa dipergunakan setingkat SLTP. basis aktivitas pelaksana kegiatan.
Adanya keterbukaan dari pihak sekolah Kemampuan memotivasi har us
yang dipergunakan sebagai tempat pelaksanaan didukung kemampuan mengidentifikasi
kegiatan pembelajaran. Hal ini akan memberikan kebutuhan belajar warga belajar dan masyarakat,
motivasi tersendiri bagi para penyelenggara mengidentifikasi potensi yang bisa dikembangkan
untuk memanfaatkan sarana dan parasarana serta mengidentifikasi masalah yang dihadapi
secara maksimal. Disamping kondisi masyarakat oleh kelompok belajar. Hal ini dimaksudkan
yang menurut ukuran kriteria pendidikan masih agar apa yang dilakukan oleh seorang tenaga
banyak yang belum mencapai batas pendidikan PLS dan benar merupakan hal yang bermanfaat
dasar sembilan tahun terutama mereka yang telah dalam rangka membantu pemenuhan kebutuhan
melewati batas usia pendidikan sekolah dasar. belajar masyarakat. Identifikasi kebutuhan belajar
Berdasarkan data yang dideskripsikan akan melahirkan suatu alternatif program yang
sebelumnya bahwa warga belajar mempunyai mesti dikembangkan. Peran ini cenderung
tingkat partisipasi yang tinggi dalam kegiatan dikelompokkan sebagai peran seorang tenaga
belajar. Kondisi iniperlu dimanfaatkan secara PLS sebagai fasilitator.
maksimal dan menjadi pendorong bagi Peran sebagai dinamisator adalah untuk
penyelenggaraan/ pengelola untuk meningkatkan mempercepat terjadinya perubahan kearah
pengelolaan kelompok belajar paket B di positif dari suatu program. Peran ini sangat
daerahnya. strategis, mengingat sebagai dinamisator akan
Peran serta yang telah dilakukan oleh memberikan dinamika kearah yang terfokus pada
penilik dikmas dan tenaga lapangan dikmas sasaran. Dalam hal ini mempercepat penerimaan
dalam mengembangkan kelompok belajar program oleh warga belajar, proses pemberian
paket B telah dapat dibuktikan. Peran serta ini arahan, bimbingan dan bantuan serta proses
dilakukan dengan cara memotivasi sumber belajar pengendalian dari hal-hal yang dianggap dapat
warga belajar serta pelaksana. Perlakuan seperti mengurangi akses kelompok belajar.
ini diharapkan kelompok belajar yang menjadi Peran sebagai komunikator lebih
binaannya dapat terus berkembang sesuai dengan diarahkan pada penyamapaian infor masi
garis program yang direncanakan. berkenaan dengan kebijakan tentang kelompok
Dalam rangka mengembangkan belajar, informasi tentang hal-hal yang baru baik
kelompok belajar penilik dikmas dan tenaga ke dalam maupun ke luar kelompok belajar,
lapangan dikmas melakukan berbagai kegiatan atau

8 Andragogi Vol.1 No.1. 2007


Kajian Tentang .....

bahkan pula sebagai penghubung antara pihak yang setelah menyelesaikan pendidikannya.
berwenang dengan para pelaksanan di lapangan. Upaya pengelola dalam
Komunikasi yang teratur, terbuka dan terarah mengembangkan kelompok belajar paket
dimungkinkan melahirkan suatu keterbukaan B harus dilakukan dengan berbagai cara,
dari berbagai pihak atau bahkan pula dapat diantaranya melalui pemberian motivasi kepada
menghilangkan persepsi negatif dari masyarakat warga belajar, sumber belajar (tutor) ataupun
tentang keberadaan kelompok belajar. masyarakat sekitar. Selain itu dilakukan pula
dengan cara penataan, perlindungan terhadap
4. KESIMPULAN informasi-informasi yang tidak menguntungkan
serta menjaga kerelevansian dengan kebutuhan
Pelaksanaan kelompok belajar paket B di warga belajar dan masyarakat. Hal lain adalah
kabupaten Gowa sudah mengalami perkembangan meningkatkan mutu para pengelola, sumber
terutama dari segi kualitas. Perkembangan tersebut belajar serta pengadaan sarana dan prasarana
diharapkan menjadi tolok ukur dan proyeksi yang yang dimungkinkan sangat berpengaruh
positif untuk mengembangkan kelompok belajar terhadap jalannya kegiatan.
paket B pada masa-masa selanjutnya. Adapun peran yang bisa dilakukan
Dalam pelaksanaan program paket B oleh seorang tenaga PLS yaitu sebagai
merupakan salah satu program yang dipaketkan motivator, fasilitator, dinamisator dan sebagai
oleh pemerintah, sehingga untuk pendidikan komunikator. Peran-peran tersebut erat
dasar umum semua daerah disamakan. Untuk kaitannya dengan profesi dan kompetensi yang
program keterampilan diharapkan dikembangkan harus dimiliki oleh seorang tenaga PLS.
oleh warga belajar disesuaikan dengan muatan
local yang dimingkinkan menjadi keterampilan
yang dapat diamnfaatkan oleh warga belajar

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Suryadi. 1988. Proses Belajar Mengajar dalam Kelompok. Mandar Maju. Bandung.
Alisi, Albert. 1980. Perspectives on Social Work Practice. The Free Press. A Devision of MacMillan
Publishing Co. Inc, New York
Anwas Iskandar. 1991. Petunjuk Teknis Program Kejar Paket B. Asona, Jakarta
Fiere, Paulo. 1985. Pendidikan Kaum Tertindas. Terjemahan. LP3ES, Jakarta
Knowles, Malcolm S. 1995. Informal Adult Eduation, Assosiation Press, New York
Kuntoro, Sodiq. S. 1985.Dimensi Manusia dalam Pemikiran Pendidikan. Nurcahaya, Yogyakarta
Nasution S. 1986. Didaktik dan Asas-asas Mengajar. Jemmars, Bandung
Orlich, Donald C. 1985. Teaching Strategies. Lexington. Massachussets
Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1991, tentang Pendidikan Luar Sekolah. Sinar Grafika,
Jakarta
Sudjana D. 1983. Strategi Pembelajaran dalam Pendidikan Luar Sekolah. Nusantara Press. Bandung
————. 1983 Metodologi dan Teknik Kegiataan Belajar Partisipatif. Theme 76 Bandung

Penulis adalah - Dosen Jurusan PLS FIP UNM

Andragogi Vol.1 No.1. 2007 9


Faktor faktor Penghambat ....

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT
PELAKSANAAN TUGAS PAMONG BELAJAR
DI KOTA MAKASSAR

Tugas Pamong Belajar SKB telah dikemukakan dalam SK Menpan nomor 127 tahun 1989,
yang bersangkut paut dengan ketentuan angka kredit bagi mereka. Salah satu tugasnya adalah
menyelenggarakan pembelajaran masyarakat. Nampaknya dengan tugas ini, Pamong Belajar SKB
harus bekerja lebih ulet secara profesional dengan memanfaatkan waktu kerja seefisien mungkin.
Pamong Belajar SKB sebagai tenaga pendidik, diaharapkan mampu melaksanakan tugasnya dengan
baik dan berhasil, namun dengan keterbatasan kemampuan profesional dan banyaknya hambatan
yang ditemukan dalam melaksanakan tugasnya mereka kurang berhasil melaksanakan tugas
Dra. Istiyani Idrus, M.Si

Abstrak
Populasi penelitian ini adalah Pamong Belajar yang bekerja pada Sanggar Kegiatan Belajar di Makassar, jumlahnya
20 orang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket. Dari hasil analisis data diketahui bahwa ada
delapan hambatan yang dialami Pamong Belajar dalam melaksanakan tugasnya, yaitu kekurangan dana operasional,
terbatasnya sarana belajar, kurangnya kesadaran warga belajar, kurangnya kemampuan tenaga pendidik PNF,
kurangnya respon pejabat setempat, kurangnya respon masyarakat setempat, kurangnya kemampuan Pamong
belajar, dan terbatasnya waktu kerja.

PENDAHULUAN
Pendidikan nonformal mempunyai kedudukan pendidik PNF.
yang sama dengan pendidikan formal dalam Tugas Pamong Belajar SKB telah dikemukakan
mencapai tujuan pendidikan nasional. Hal ini dalam SK Menpan nomor 127 tahun 1989,
telah menjadi kesepakatan nasional, seperti yang yang bersangkut paut dengan ketentuan angka
disebutkan dalam Undang-undang nomor 20 kredit bagi mereka. Salah satu tugasnya adalah
tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyelenggarakan pembelajaran masyarakat.
bahwa pendidikan dilaksanakan melalui jalur Nampaknya dengan tugas ini, Pamong Belajar
pendidikan formal, nonformal dan informal. SKB harus bekerja lebih ulet secara profesional
Kesepakatan tersebut ditindak lanjuti dengan dengan memanfaatkan waktu kerja seefisien
penyelenggaraan berbagai program PNF, seperti mungkin.
Kejar Paket A,B,C, Magang, dan berbagai latihan Pamong Belajar SKB sebagai tenaga pendidik,
keterampilan dan kejuruan masyarakat dalam diaharapkan mampu melaksanakan tugasnya
berbagai jenis keahlian, serta kegiatan PNF dengan baik dan berhasil, namun dengan
lainnya, baik yang dilaksanakan pemerintah keterbatasan kemampuan profesional dan
maupun swasta. banyaknya hambatan yang ditemukan dalam
Salah satu instansi pemerintah di bawah naungan melaksanakan tugasnya mereka kurang berhasil
Depdiknas, secara teknis diberi wewenang dan melaksanakan tugas (Kemma, dkk,.1995)
tanggung jawab menyelenggarakan program PNF Kota Makassar merupakan salah satu Dati
adalah Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). SKB II, mempunyai karakteristik tersendiri dalam
terdapat disetiap kabupaten/ kota mempunyai kehidupan masyarakatnya. Sebagai daerah
pegawai yang bertugas menangani layanan perkotaan dan pusat ibukota propinsi Sulawesi
PNF yang disebut Pamong Belajar. Kedudukan Selatan memiliki banyak perbedaan dibanding
Pamong Belajar dalam Sisdiknas disebut tenaga

10 Andragogi Vol.1 No.1. 2007


Faktor faktor Penghambat ....

daerah lainnya. Masyarakat kota ini memiliki dalam bertugas. Jika sarana belajar kurang atau
keragaman status ekonomi, sosial, suku dan tidak ada maka ada diantara program PNF
ekonomi, sehingga diperlukan cara tersendiri yang macet bahkan gagal. Untuk itu diperlukan
bagi Pamong Belajar SKB dalam membelajarkan sarana belajar yang memadai dan berkualitas dari
masyarakatnya. berbagai pihak atau dari yang berwenang.
Berdasarkan kenyataan di atas, peneliti terdorong Hambatan yang ketiga adalah kurangnya
untuk mencaritahu hambatan-hambatan apakah kesadaran warga belajar. Hal ini menunjukkan
yang dialami Pamong Belajar dalam melaksanakan bahwa warga belajar masih kurang menyadari
tugasnya. Hasil penelitian ini diharapkan betapa pentingnya belajar bagi kehidupannya.
menjadi bahan informasi dalam pembinaan Kesadaran warga belajar perlu ditumbuhkan
Pamong Belajar SKB, terutama dalam mengatasi sebelum melibatkan mereka dalam program
hambatan tugasnya. pembelajaran PNF, karena dengan kesadaran
menjadi pendorong untuk berpartisipasi dalam
METODE PENELITIAN program pembelajaran yang diprogramkan oleh
Pamong Belajar SKB.
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Hambatan yang keempat adalah kurangnya
Variabel yang diselidiki adalah faktor-faktor kemampuan tenaga pendidikan PNF. Hal ini
penghambat pelaksanaan tugas oleh Pamong menunjukkan bahwa tutor/fasilitator belum
Belajar SKB di Kota Makassar. semuanya profesional. Oleh sebab itu, Pamong
Populasi penelitian adalah Pamong Belajar SKB Belajar SKB perlu menyeleksi seteliti mungkin
yang bertugas di Kota Makassar, jumlahnya 20 sebelum memanfaatkannya. Di samping itu,
orang. Untuk mendapatkan data yang diperlukan para tenaga pendidik PNF perlu terus dibimbing
digunakan angket, yang dijawab Pamong Belajar agar lebih profesional, percaya diri dan sukarela
SKB. Data yang diperoleh dianalisis secara membantu sesamanya.
deskriptif (persentase) sebagai dasar dalam Hambatan yang kelima adalah kurangnya
membuat kesimpulan. respon pejabat setempat. Jika Pamong Belajar
SKB ingin mendapatkan respon positif
H A S I L P E N E L I T I A N D A N dari pejabat setempat, maka senantiasalah
berkonsultasi dengannya, dan selalu melakukan
PEMBAHASAN
pendekatan dengan maksud mensosialisasikan
Dari hasil analisis data diperoleh ada delapan program PNF.
jenis hambatan yang dialami Pamong Belajar Hambatan yang keenam adalah kurangnya
SKB dalam bertugas, yaitu: kekurangan dana respon masyarakat setempat. Partisipasi
operasional (20 %), terbatasnya sarana belajar masyarakat dalam setiap program pembelajaran
(18 %), kurangnya kesadaran belajar warga belajar PNF dapat terjadi, jika masyarakat memahami
(16 %), kurangnya kemampuan tenaga pendidik/ dan memperoleh nilai tambah dari kegiatan
tutor PNF (15 %), kurangnya respon pejabat pembelajaran tersebut. Oleh sebab itu, Pamong
setempat (14 %), kurangnya respon masyarakat Belajar SKB pada priode awal programnya
setempat (13 %), kurangnya kemampuan harus mampu memperlihatkan kemanfaatannya,
profesional Pamong Belajar (12 %) dan kurang sehingga untuk program selanjutnya dapat
waktu kerja (10 %). diperoleh dukungan dari mereka. Sifat solidaritas
Hambatan pertama adalah kekurangan dana dikalangan masyarakat harus tetap dijaga dan
operasional. Hal ini berarti bahwa Pamong dikembangkan, dengan cara melibatkan mereka
Belajar SKB dalam melaksanakan tugasnya dalam setiap perencanaan dan pelaksanaan
memerlukan biaya yang tidak sedikit. Kekurangan program pembelajaran.
dana hendaknya jangan dijadikan alasan oleh Hambatan yang ketujuh adalah kurangnya
Pamong Belajar SKB untuk malas melaksanakan k e m a m p u a n P a m o n g B e l a j a r S K B.
tugasnya, tetapi disini dituntut kereativitas Kekurangmampuan Pamong Belajar SKB
mencari pemecahannya. merupakan suatu hal yang tidak sepantasnya
Hambatan yang kedua adalah terbatasnya ter jadi, karena kalau itu ter jadi dapat
sarana belajar. Sarana belajar yang lengkap dan dipastikan
memadai ikut pula menentukan keberhasilan

Andragogi Vol.1 No.1. 2007 11


Faktor faktor Penghambat ....

kewajiban mereka terabaikan, yang akan berdampak pada kinerja dan kenaikan pangkat mereka.
Untuk dapat mengembangkan kemampuan profesional mereka, perlu diberi peluang untuk mengikuti
pendidikan dalam jabatan (diklat teknis, seminar, lokakarya) dan pendidikan lanjut.
Hambatan kedelapan adalah kurangnya waktu kerja. Untuk mengatasi hal tersebut, Pamong Belajar
SKB perlu membuat rencana kerja yang menggambarkan prioritas program yang harus dilakukan.
Hal ini sangat penting agar Pamong Belajar SKB tidak banyak terlibat dalam kegiatan lintas sektoral
yang menyebabkan tugas pokok terabaikan. Dengan pembagian waktu yang baik, akan memperoleh
manfaat yang berarti dalam membelajarkan masyarakat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa terdapat delapan hambatan pokok yang
ditemui Pamong Belajar SKB dalam melaksanakan tugasnya di kota Makassar, yaitu: kurangnya
dana operasional, terbatasnya sarana belajar, kurangnya sarana belajar, kurangnya kesadaran belajar
warga belajar, kurangnya kemampuan tenaga pendidik PNF, kurangnya respon pejabat pemerintah
setempat, kurangnya respon masyarakat setempat, kurangnya kemampuan profesional Pamong
Belajar, dan kurangnya waktu kerja.
Sebagai implikasi dari kesimpulan disarankan agar kiranya pihak yang berwenang (Depdiknas dan
pemerintah setempat) memberikan perhatian, pembinaan dan kerjasama, terutama dalam mengatasi
hambatan dalam bertugas. Bagi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan/ PT dan lembaga Diklat
lainnya perlu melakukan langkah-langkah pengembangan kurikulum sesuai kebutuhan lapangan/
pekerjaan.

DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud R.I., 1988, Petunjuk Teknis Program Paket A dan Kejar Usaha, Jakarta
Ishak Abdulhak, 1986, Strategi Pendidikan Luar Sekolah, Jakarta: Karunika
Kaufman Roger, 1987, Pemantauan dan Penilaian Dampak Pelatihan Pamong Belajar SKB dan Penilik
Diklusepora (laporan Penelitian), Jurusan PLS IKIP Ujungpandang
Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1992 tentang Peranserta Masyarakat dalam Pendidikan Nasional,
Sekjen Depdikbud, Jakarta
S.K. Menpan RI nomor 127 tahun 1989 tentang Angka Kredit Bagi Pamong Belajar SKB, diperbanyak
BPKB Ujungpandang
Sudjana,H.D., 1991, Pendidikan Luar Sekolah Wawasan Sejarah Perkembangan Sejarah dan Teori
Pendukung Asas, Bandung: Nusantara Press
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Penjelasannya, Semarang:
Aneka Ilmu.

12 Andragogi Vol.1 No.1. 2007


Konsep dan Metode ......

KONSEP DAN METODE PEMBELAJARAN


UNTUK ORANG DEWASA
Pendidikan orang dewasa dapat. diartikan sebagai keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasi-
kan, mengenai apapun bentuk isi, tingkatan status dan metoda apa yang digunakan dalam proses
pendidikan tersebut, baik formal maupun non-formal, baik dalam rangka kelanjutan pendidikan
di sekolah maupun sebagai pengganti pendidikan di sekolah, di tempat kursus, pelatihan kerja
maupun di perguruan tinggi, yang membuat orang dewasa mampu mengembangkan kemampuan,
keterampilan, memperkaya khasanah pengetahuan, meningkatkan kualifikasi keteknisannya atau
keprofesionalannya
Oleh: Agus Marsidi

Abstrak. Membangun manusia pembangunan dapat terjadi kalau diberikan perhatian yang sungguh-sungguh
terhadap pendidikan orang dewasa, sebab proses pembe1ajaran ini harus dikembangkan dengan cepat sesuai dengan
lajunya pembangunan bangsa. Ulasan di seputar pendidikan di sekolah sudah sangat sering didiskusikan dengan
herbagai kebijakan yang ditetapkan oleh pemerinah, akan tetapi di lapangan, tidak sedikit orang dewasa yang harus
mendapat pendidikan baik melalui pendidikan melalui jalur sekolah maupun pendidikan luar sekolah, misalnya
pendidikan dalam bentuk keterampilan, kursus-kursus, penataran dan sebagainya. Untuk membelajarkan orang
dewasa melalui pendidikan orang dewasa dapat dilakukan dengan berhagai metoda dan strategi yang diperlukannya.
Dalam hal ini, orang dewasa sebagai siswa dalam kegiatan belajar tidak dapat diperlakukan seperti anak-anak
didik biasa yang sedang duduk di bangku sekolah tradisional. OIeh sebab ilu, harus dipahaini bahwa, orang dewasa
yang tumbuh sebagai pribadi dan memiliki kematangan konsep diri bergerak dari ketergantungan seperti yang terjadi
pada masa kanak-kanak menuju ke arah kemandirian atau pengarahan diri sendiri.
Kata kunci: Cara pembelajaran orang dewasa, pendidikan sekolah, pendidikan luar sekolah,
kemandirian, pengarahan diri sendiri.

1. PENDAHULUAN

Salah satu aspek penting dalam pendidikan saat ini sebagai pribadi dan memiliki kematangan
yang penlu mendapat perhatian adalah mengenai konsep diri bergerak dari ketergantungan
konsep pendidikan untuk orang dewasa. Tidak seperti yang terjadi pada masa kanak-kanak
selamanya kita berbicara dan mengulas di seputar menuju ke arah kemandirian atau pengarahan
pendidikan murid sekolah yang relatif berusia diri sendiri. Kematangan psikologi orang dewasa
muda. Kenyataan di lapangan, hahwa tidak sedikit sebagai pribadi yang mampu mengarahkan diri
orang dewasa yang harus mendapat pendidikan sendiri ini mendorong timbulnya kebutuhan
baik pendidikan informal maupun nonformal, psikologi yang sangat dalam yaitu keinginan
misalnya pendidikan dalam bentuk keterampilan, dipandang dan diperlakukan orang lain sebagai
kursus-kursus, penataran dan sebagainya. Masalah pribadi yang mengarahkan dirinya sendiri,
yang sering muncul adalah bagaimana kiat, dan bukan diarahkan, dipaksa dan dimanipulasi oleh
strategi membelajarkan orang dewasa yang orang lain. Dengan begitu apabila orang dewasa
notabene tidak menduduki bangku sekolah. menghadapi situasi yang tidak memungkinkan
Dalam hal ini, orang dewasa sebagai siswa dalam dirinya menjadi dirinya sendiri maka dia akan
kegiatan helajar tidak dapat diperlakukan seperti merasa dirinya tertekan dan merasa tidak
anak-anak didik biasa yang sedang duduk di senang.
bangku sekolah tradisional. Oleh sebab itu, harus
dipahami bahwa, orang dewasa yang tumbuh

Andragogi Vol.1 No.1. 2007 13


Konsep dan Metode ........

Karena orang dewasa bukan anak kecil, maka halnya, maka pendidikan sebagai suatu proses
pendidikan bagi orang dewasa tidak dapat transmisi pengetahuan sudah tidak sesuai dengan
disamakan dengan pendidikan anak sekolah. kebutuhan modem (Arif, 1994).
Perlu dipahami apa pendorong hagi orang Oleh karena itu, tujuan dan kajian/tulisan
dewasa belajar, apa hambatan yang dialaininya, ini adalah untuk mengkaji berbagai aspek yang
apa yang diharapkannya, bagaimana ia dapat mungkin dilakukan dalam upaya membelajarkan
belajar paling baik dan sebagainya (Lunandi, orang dewasa (andragogi) sebagai salah satu
1987). altematif pemecahan masalah kependidikan, sebab
Pemahaman terhadap perkembangan pendidikan sekarang ini tidak lagi dirumuskan hanya
kondisi psikologi orang dewasa tentu saja sekedar sebagai upaya untuk mentransmisikan
mempunyai arti penting bagi para pendidik atau pengetahuan, tetapi dirumuskan sebagai suatu
fasilitator dalam mnenghadapi orang dewasa proses pendidikan sepanjang hayat (long life
sebagai siswa. Berkembangnya pemahaman education).
kondisi psikologi orang dewasa semacam itu
tumbuh dalam teori yang dikenal dengan nama
andragogi. Andragogi sebagai ilmu yang memiliki 2. KAJIAN TEORI
dimensi yang luas dan mendalam akan teori 2.1. Pengertian Andragogi
belajar dan cara mengajar. Secara singkat teori
ini memberikan dukungan dasar yang esensial Andragogi berasal dan bahasa Yunani andros
bagi kegiatan pembelajaran orang dewasa. Oleh artinya orang dewasa, dan agogus artinya
sebab itu, pendidikan atau usaha pembelajaran memimpin. lstilah lain yang kerap kali dipakai
orang dewasa memerlukan pendekatan khusus sebagai perbandingan adalah pedagogi yang
dan harus memiliki pegangan yang kuat akan ditarik dan kata paid artinya anak dan agogus
konsep teori yang didasarkan pada asumsi atau artinya memimpin. Maka secara harfiah
pemahaman orang dewasa sebagai siswa. pedagogi herarti seni dan pengetahuan mengajar
Kegiatan pendidikan baik melalui anak. Karena itu, pedagogi berarti seni atau
jalur sekolah ataupun luar sekolah memiliki pengetahuan mengajar anak, maka apabila
daerah dan kegiatan yang beraneka ragam. memakai istilah pedagogi untuk orang dewasa
Pendidikan orang dewasa terutama pendidikan jelas kurang tepat, karena mengandung makna
masyarakat bersifat non formal sebagian besar yang bertentangan. Sementara itu, menurut
dari siswa atau pesertanya adalah orang dewasa, (Kartini Kartono, 1997), bahwa pedagogi (lebih
atau paling tidak pemuda atau remaja. Oleh baik disebut sebagai androgogi, yaitu ilmu
sebab itu, kegiatan pendidikan memerlukan menuntun/mendidik manusia; aner, andros =
pendekatan tersendiri. Dengan menggunakan manusia; agogus = menuntun, mendidik) adalah
teori andragogi kegiatan atau usaha pembelajaran ilmu membentuk manusia; yaitu membentuk
orang dewasa dalam kerangka pembangunan kepribadian seutuhnya, agar ia mampu mandiri
atau realisasi pencapaian cita-cita pendidikan di tengah lingkungan sosialnya.
seumur hidup dapat diperoleh dengan dukungan Pada banyak praktek, mengajar orang dewasa
konsep teoritik atau penggunaan teknologi yang dilakukan sama saja dengan mengajar anak.
dapat dipertanggung jawabkan. Prinsip-prinsip dan asumsi yang berlaku bagi
Salah satu masalah dalam pengertian pendidikan anak dianggap dapat diberlakukan
andragogi adalah adanya pandangan yang bagi kegiatan pendidikan orang dewasa. Hampir
mengemukakan bahwa tujuan pendidikan itu semua yang diketahui mengenai belajar ditarik
bersifat mentransmisikan pengetahuan. Tetapi dari penelitian belajar yang terkait dengan
di lain pihak perubahan yang terjadi seperti anak. Begitu juga mengenai mengajar, ditarik
inovasi dalam teknologi, mobilisasi penduduk, dari pengalaman mengajar anak-anak misalnya
perubahan sistem ekonomi, dan sejenisnya dalam kondisi wajib hadir dan semua teori
begitu cepat terjadi. Dalam kondisi seperti ini, mengenai transaksi guru dan siswa didasarkan
maka pengetahuan yang diperoleh seseorang pada suatu difinisi pendidikan sebagai proses
ketika ia berumur 21 tahun akan menjadi usang pemindahan kebudayaan. Namun, orang
ketika ia berumur 40 tahun. Apabila demikian

14 Andragogi Vol.1 No.1. 2007


Konsep dan Metode ........

dewasa sebagai pribadi yang sudah matang berdampak positif terhadap keberhasilan
mempunyai kebutuhan dalam hal menetapkan pembelajaran orang dewasa yang tampak pada
daerah belajar di sekitar problem hidupnya. adanya perubahan perilaku ke arah pemenuhan
Kalau ditarik dari pengertian pedagogi, maka pencapaian kemampuan/keterampilan yang
andragogi secara harfiah dapat diartikan sebagai memadai. Di sini, setiap individu yang
seni dan pengetahuan mengajar orang dewasa. berhadapan dengan individu lain akan dapat
Namun, karena orang dewasa sebagai individu belajar hersama dengan penuh keyakinan.
yang dapat mengarahkan diri sendiri, maka Perubahan perilaku dalam hal kerjasama
dalam andragogi yang lebih penting adalah dalam berbagai kegiatan, merupakan hasil
kegiatan belajar dari peserta didik bukan dan adanya perubahan setelah adanya proses
kegiatan mengajar guru. Oleh karena itu, dalam belajar, yakni proses perubahan sikap yang
memberikan definisi andragogi lebih cenderung tadinya tidak percaya diri menjadi peruhahan
diartikan sebagai seni dan pengetahuan kepercayaan diri secara penuh dengan
membelajarkan orang dewasa. menambah pengetahuan atau keterampilannya.
2. 2. Kebutuhan Belajar Orang Perubahan penilaku terjadi karena adanya
perubahan (penambahan) pengetahuan atau
Dewasa keterampilan serta adanya perubalian sikap
Pendidikan orang dewasa dapat. diartikan mental yang sangat jelas, dalam hal pendidikan
sebagai keseluruhan proses pendidikan yang orang dewasa tidak cukup hanya dengan
diorganisasikan, mengenai apapun bentuk memberi tambahan pengetahuan, tetapi harus
isi, tingkatan status dan metoda apa yang dihekali juga dengan rasa percaya yang kuat
digunakan dalam proses pendidikan tersebut, dalam prihadiriya. Pertambahan pengetahuan
baik formal maupun non-formal, baik dalam saja tanpa kepercayaan diri yang kuat, niscaya
rangka kelanjutan pendidikan di sekolah mampu melahirkan perubahan ke arah
maupun sebagai pengganti pendidikan di positif herupa adanya pembaharuan baik fisik
sekolah, di tempat kursus, pelatihan kerja maupun mental secara nyata, menyeluruh dan
maupun di perguruan tinggi, yang membuat berkesinambungam
orang dewasa mampu mengembangkan Perubahan perilaku bagi orang dewasa
kemampuan, keterampilan, memperkaya terjadi melalui adanya proses pendidikan
khasanah pengetahuan, meningkatkan kualifikasi yang berkaitan dengan perkembangan
keteknisannya atau keprofesionalannya dalam dirinya sebagai individu, dan dalam hal ini,
upaya mewujudkan kemampuan ganda yakni sangat memungkinkan adanya partisipasi
di suatu sisi mampu mengem-bangankan dalam kehidupan sosial untuk meningkatkan
pribadi secara utuh dan dapat mewujudkan kesejahteraan diri sendiri, maupun kesejahteraan
keikutsertaannya dalam perkembangan sosial bagi orang lain, disehabkan produktivitas
budaya, ekonoini, dan teknologi secara bebas, yang lebih meningkat. Bagi orang dewasa
seimbang dan berkesinambungan. pemenuhan kebutuhannya sangat mendasar,
Dalam hal ini, terlihat adanya sehingga setelah kebutuhan itu terpenuhi
tekanan rangkap bagi perwujudan yang ingin ia dapat beralih kearah usaha pemenuhan
dikembangankan dalam aktivitas kegiatan kebutuhan lain yang lebih diperlukannya
di lapangan, pertama untuk mewujudkan sebagai penyempumaan hidupnya.
pencapaian perkemhangan setiap individu, Setiap individu wajib terpenuhi kebutuhannya
dan kedua untuk mewujudkan peningkatan yang paling dasar (sandang dan pangan),
keterlibatannya (partisipasinya) dalam aktivitas sebelum ia mampu merasakan kehutuhan yang
sosial dan setiap individu yang bersangkutan. lebih tinggi sebagai penyempumaan kebutuhan
Begitu pula pula, bahwa pendidikan orang dasar tadi, yakni kehutuhan keamanan,
dewasa mencakup segala aspek pengalaman penghargaan, harga diri, dan aktualisasi
belajar yang diperlukan oleh orang dewasa dirinya. Bilamana kebutuhan paling dasar yakni
baik pria maupun wania, sesuai dengan bidang kebutuhan fisik berupa sandang, pangan, dan
keahlian dan kemampuannya masing-masing. papan belum terpenuhi, maka setiap individu
Dengan demikian hal tersebut dapat

Andragogi Vol.1 No.1. 2007 15


Konsep dan Metode ........

belum membutuhkan atau merasakan apa yang pengendalian orang lain yaitu pengawasan dan
dinamakan sebagai harga diri. Setelah kebutuhan pengendalian orang dewasa yang berada di
dasar itu terpenuhi, maka setiap individu perlu sekeliling, terhadap dirinya.
rasa aman jauh dan rasa takut, kecemasan, Dalam kegiatan pendidikan atau belajar,
dan kekhawatiran akan keselamatan dirinya, orang dewasa bukan lagi menjadi obyek sosialisasi
sebab ketidakamanan hanya akan melahirkan yang seolah-olah dibentuk dan dipengaruhi
kecemasan yang herkepanjangan. Kemudian untuk menyesuaikan dirinya dengan keinginan
kalau rasa aman telah terpenuhi, maka setiap memegang otoritas di atas dirinya sendiri, akan
individu butuh penghargaan terhadap hak azasi tetapi tujuan kegiatan belajar alau pendidikan
dirinya yang diakui oleh setiap individu di luar orang dewasa tentunya lehih mengarah kepada
dirinya. Jika kesemuanya itu terpenuhi barulah pencapaian pemantapan identitas dirinya sendiri
individu itu merasakan mempunyai harga diri. untuk menjadi dirinya sendiri,— istilah Rogers
Dalam kaitan ini, tentunya pendidikan dalam Knowles (1979), kegiatan belajar bertujuan
orang dewasa yang memiliki harga diri dan dirinya mengantarkan individu untuk menjadi pribadi
membutuhkan pengakuan, dan itu akan sangat atau menemuan jati dirinya. Dalam hal belajar
berpengaruh dalam proses belajamya. Secara atan pendidikan merupakan prosess of becoining a
psikologis, dengan mengetahui kebutuhan orang person. Bukan proses pembentukan atau process
dewasa sebagai peserta kegiatan pendidikan/ of being shaped yaitu proses pengendalian dan
pelatihan, maka akan dapat dengan mudah dan manipulasi untuk sesuai dengan orang lain; atau
dapat ditentukan kondisi belajar yang harus kalau meminjam istilah Maslow (1966), belajar
disediakan, isi materi apa yang harus diberikan, merupakan proses untuk mencapai aktualiasi diri
strategi, teknik serta metode apa yang cocok (self-uchuslizatiun).
digunakan. Menurut Lunandi (1987) yang Seperti telah dikemukakan diatas
terpenting dalam pendidikan orang dewasa hahwa dalam diri orang dewasa sebagai siswa
adalah: Apa yang dipetajari pelajar, bukan apa yang sudah tumbuh kematangan konsep dirinya
yang diajarkan pengajar. Artinya, hasil akhir timbul kebutuhan psikologi yang mendalam yaitu
yang dinilai adalah apa yang diperoleh orang keinginan dipandang dan diperlakukan orang lain
dewasa dan pertemuan pendidikan/pelatihan, sebagai pribadi utuh yang mengarahkan dirinya
bukan apa yang dilalukukan pengajar, pelatih sendiri. Namun tidak hanya orang dewasa tetapi
atau penceramah dalam pertemuannya. juga pemuda atau remaja juga memiliki kebuluhan
2 . 3 . P r i n s i p P e n d i d i k a n O r a n g semacam itu. Sesuai teori Peaget (1959) mengenai
perkembangan psikologi dan kurang lebih 12
Dewasa tahun ke atas individu sudah dapat berfikir dalam
Pertumbuan orang dewasa dimulai pertengahan bentuk dewasa yaitu dalam istilah dia sudah
masa remaja (adolescence) sampai dewasa, di mencapai perkembangan pikir formal operation.
mana setiap individu tidak hanya memiliki Dalam tingkatan perkembangan ini individu
kecenderungan tumbuh kearah menggerakkan sudah dapat memecahkan segala persoalan secara
diri sendiri tetapi secara aktual dia menginginkan logik, berlikir secara ilmiah, dapat memecahkan
orang lain memandang dirinya sebagai prihadi masalah-masalah verbal yang kompleks atau
yang mandiri yang memiliki identitas diri. secara singkat sudah tercapai kematangan struktur
Dengan begitu orang dewasa tidak menginginkan kognitifnya. Dalam periode ini individu
orang memandangnya apalagi memperlakukan mulai mengembangkan pengertian akan diri (self)
dirinya seperti anak-anak. Dia mengharapkan atau identitas (identitiy) yang dapat dikonsepsikan
pengakuan orang lain akan otonomi dirinya, dan terpisah dari dunia luar di sekitamya. Berbeda
dijamin kelentramannya untuk menjaga identitas dengan anak-anak, di sini remaja (adolescence)
dirinya dengan penolakan dan ketidaksenangan tidak hanya dapat mengerti keadaan benda-benda
akan usaha orang lain untuk menekan, memaksa, di dekatnya tetapi juga kemungkinan keadaan
dan manipulasi tingkah laku yang ditujukan benda-benda itu di duga. Dalam masalah nilai-nilai
terhadap dirinya. Tidak seperti anak-anak remaja mulai mempertanyakan dan membanding-
yang beberapa tingkatan masih menjadi objek bandingkan Nilai-nilai yang diharapkan selalu
pengawasan, dibandingkan dengan nilai yang aktual. Secara

16 Andragogi Vol.1 No.1. 2007


Konsep dan Metode ........

dikatakan remaja adalah tingkatan kehidupan 1992). Sejalan dengan itu, kita berasumsi bahwa
dimana proses semacam itu terjadi, dan ini setiap individu menjadi matang, maka kesiapan
berjalan terus sampai mencapai kematangan. untuk belajar kurang dilentukan oleh paksaan
Dengan begitu jelaslah kiranya bahwa akademik dan perkembangan biologisnya,
pemuda (tidak hanya orang dewasa) memiliki tetapi lehih ditentukan oleh tuntutan-tuntutan
kemampuan memikirkan dirinya sendiri, dan tugas perkembangan untuk melakukan peranan
menyadari bahwa terdapat keadaan yang
sosialnya. Dengan perkataan lain, orang dewasa
bertentangan antara nilai-nilai yang dianut dan
tingkah laku orang lain. Oleh karena itu, dapat belajar sesuatu karena membutuhkan tingkatan
dikatakan sejak pertengahan masa remaja individu perkembangan mereka yang harus menghadapi
mengembangkan apa yang dikatakan “pengertian peranannya apakah sebagai pekerja, orang
diri” (sense of identity). tua, pimpinan suatu organisasi, dan lain-lain.
Selanjutnya, Knowles (1970) Kesiapan belajar mereka bukan semata-mata
mengembangkan konsep andragogi atas empat karena paksaan akademik, tetapi karena
asumsi pokok yang berbeda dengan pedagogi. kebutuhan hidup dan untuk melaksanakan tugas
Keempat asumsi pokok itu adalah sebagai berikut. peran sosialnya.Hal ini dikarenakan belajar bagi
Asumsi Pertama, seseorang tumbuh dan matang orang dewasa seolah-olah merupakan kebutuhan
konsep dirinya bergerak dan ketergantungan total untuk menghadapi masalah hidupnya.
menuju ke arah pengarahan diri sendiri. Atau
secara singkat dapat dikatakan pada anak-anak 2.4. Kondisi Pembelajaran Orang
konsep dirinya masih tergantung, sedang pada Dewasa
orang dewasa konsep dirinya sudah mandiri.
Karena kemandirian konsep dirinya inilah orang Pembelajaran yang diberikan kepada orang
dewasa membutuhkan penghargaan orang lain dewasa dapat efektif (lebih cepat dan melekat
sebagai manusia yang dapat mengarahkan diri pada ingatannya), bilamana pembimbing
sendiri. Apabila dia menghadapi situasi dimana (pelatih, pcngajar, penatar, instr uktur,
dia tidak memungkinkan dirinya menjadi self dan sejenisnya) tidak terlalu mendoininasi
directing maka akan timbul reaksi tidak senang atau kelompok kelas, mengurangi banyak bicara,
menolak. namun mengupayakan agar individu orang
Asumsi kedua, sebagaimana individu dewasa itu mampu menemukan altematif-
tumbuh matang akan mengumpulkan sejumlah altematif untuk mengembangkan kepribadian
besar pengalaman dimana hal ini menyebabkan mereka. Seorang pembimbing yang baik harus
dirinya menjadi sumber belajar yang kaya, dan berupaya untuk banyak mendengarkan dan
pada waktu yang sama memberikan dia dasar menerima gagasan seseorang, kemudian menilai
yang luas untuk belajar sesuatu yang baru. Oleh dan menjawab pertanyaan yang diajukan
karena itu, dalam teknologi andragogi terjadi mereka. Orang dewasa pada hakekalnya adalah
penurunan penggunaan teknik transmital seperti makhluk yang kreatif bilamana seseorang
yang dipakai dalam pendidikan tradisional dan mampu menggerakkan/menggali potensi
lebih-lebih mengembangkan teknik pengalaman yang ada dalam diri mereka. Dalam upaya
(experimental-technique). Maka penggunaan teknik ini, diperlukan keterampilan dan kiat khusus
diskusi, kerja laboratori, simulasi, pengalaman yang dapat digunakan dalam pembelajaran
lapangan, dan lainnya lebih banyak dipakai. tersebut. Di samping itn, orang dewasa dapat
Asumsi ketiga, bahwa pendidikan itu dibelajarkan lebih aktif apabila mereka merasa
secara langsung atau tidak langsung, secara ikut dilibatkan dalam aktivitas pembelajaran,
implisit atau eksplisit, pasti memainkan peranan terutama apabila mereka dilibatkan memberi
besar dalam mempersiapkan anak dain orang sumbangan pikiran dan gagasan yang membuat
dewasa untuk memperjuangkan eksistensinya mereka merasa berharga dan memiliki harga
di tengah masayarakat. Karena itu, sekolah diri di depan sesama temannya. Artinya, orang
dan pendidikan menjadi sarana ampuh untuk dewasa akan belajar lebih baik apabila pendapat
pribadiriya dihormati, dan akan lebih senang
melakukan proses integrasi maupun disintegrasi
kalau ia boleh sumbang saran pemikiran dan
sosial di tengah masyarakat (Kartini Kartono, mengemukakan

Andragogi Vol.1 No.1. 2007 17


Konsep dan Metode ........

ide pikirannya, daripada pembimbing melulu harus sama dalam prihadi, sebab akan sangat
menjejalkan teori dan gagasannya sendiri membosankan kalau saja suasana yang seakan
kepada mereka. hanya mengakui satu kebenaran tanpa adanya
Oleh karena sifat belajar hagi orang kritik yang memperlihatkan perbedaan tersehut.
dewasa adalah hersifat subjektif dan unik, maka Oleh sebab itu, latar belakang pendidikan, latar
terlepas dan benar atari salahnya, segala pendapat helakang kebudayaan, dan pengalaman masa
perasaan, pikiran, gagasan, teori, sistem nilainya lampau masing-masing individu dapat memberi
perlu dihargai. Tidak menghargai (meremehkan wama yang berbeda pada setiap keputusan yang
dan menyampingkan) harga diri mereka, hanya diambil.
akan mematikan gairah belajar orang dewasa. Bagi orang dewasa, terciptanya suasana
Namun demikian, pembelajaran orang dewasa belajar yang kondusif merupakan suatu fasilitas
perlu pula mendapatkan kepercayaan dart yang mendorong mereka mau mencoba perilaku
pembimbingnya, dan pada akhimya mereka baru, herani tampil beda, dapat berlaku dengan
harus mempunyai kepercayaan pada dirinya sikap baru dan mau mencoba pengetahuan baru
sendiri. Tanpa kepercayaan diri tersebut maka
yang mereka peroleh. Walaupun sesuatu yang baru
suasana belajar yang kondusif tak akan pemah
terwujud. mengandung resiko terjadinya kesalahan, namun
Orang dewasa memiliki sistem nilai kesalahan, dan kekeliruan itu sendiri merupakan
yang berbeda, mempunyai pendapat dan bagian yang wajar dan belajar.
pendirian yang berheda. Dengan terciptanya Pada akhimya, orang dewasa ingin
suasana yang baik, mereka akan dapat tahu apa arti dirinya dalam kelompok belajar
mengemukakan isi hati dan isi pikirannya tanpa itu. Bagi orang dewasa ada kecenderungan
rasa takut dan cemas, walaupun mereka saling ingin mengetahui kekuatan dan kelemahan
herbeda pendapat. Orang dewasa mestinya dirinya. Dengan demikian, diperlukan adanya
memiliki perasaan bahwa dalam suasana/ evaluasi bersama oleh seluruh anggota kelompok
situasi belajar yang hagaimanapun, mereka dirasakannya herharga untuk bahan renungan, di
boleh berbeda pendapat dan boleh berbuat
mana renungan itu dapat mengevaluasi dirinya
salah tanpa dirinya terancam oleh sesuatu sanksi
(dipermalukan, pemecatan, cemoohan, dll). dan orang lain yang persepsinya bisa saja memiliki
Keterbukaan seorang pembimbing perbedaan
sangat membantu bagi kemajuan orang dewasa 2.5. Pengaruh Penurunan Faktor
dalam mengembangkan potensi pribadiriya Fisik Orang Dewasa dalam
di dalam kelas, atau di tempat pelatihan. Sifat Belajar
keterbukaan untuk mengungkapkan diri, dan Proses belajar manusia berlangsung hingga
terbuka untuk mendengarkan gagasan, akan ahkir hayat (long life education). Namun, ada
berdampak baik bagi kesehatan psikologis, dan korelasi negatif antara pertarubahan usia dengan
pisis mereka. Di samping itu, harus dihindari kemampuan belajar orang dewasa. Artinya, setiap
segala bentuk akibat yang membuat orang dewasa individu orang dewasa, makin bertambah usianya,
mendapat ejekan, hinaan, atau diperma1ukan. akan semakin sukar baginya belajar (karena semua
Jalan terbaik hanyalah diciptakannya suasana aspek kemampuan fisiknya semakin menurun).
keterbukaan dalam segala hal, sehingga berbagai Misalnya daya ingat, kekuatan fisik, kemampuan
altematif kebebasan mengemukakan ide/ menalar, kemampuan berkonsentrasi, dan lain-lain
gagasan dapat diciptakan. semuanya memperlihatkan penurunannya sesuai
Dalam hal lainnya, tidak dapat pertambahan usianya pula. Menurut Lunandi
dinafikkan bahwa orang dewasa belajar sccara (1987), kemajuan pesat dan perkembangan berarti
khas dan unik. Faktor tingkat kecerdasan, tidak diperoleh dengan menantikan pengalaman
kepercayaan diri, dan perasaan yang terkendali melintasi hidup saja. Kemajuan yang seimbang
harus diakui sebagai hak pribadi yang khas dengan perkembangan zaman harus dicari melalui
sehingga keputusan yang diambil tidak harus pendidikan. Menurut Vemer dan Davidson dalam
selalu sama dengan pribad i orang lain. Lunandi (1987) ada enam faktor yang secara
Kebersamaan dalam kelompok tidak selalu mengurang dengan bertambahnya usia. Dengan

18 Andragogi Vol.1 No.1. 2007


Konsep dan Metode ........

psikologis dapat menghambat keikutsertaan orang demikian, bicara orang lain yang terlalu
dewasa dalam suatu program pendidikan: cepat makin sukar ditangkapnya, dan hunyi
1. Dengan bertambahnya usia, titik dekat sampingan dan suara di latar belakangnya bagai
penglilhatan atau titik terdekat yang menyatu dengan bicara orang. Makin sukar
dapat dilihat secara jelas mulai hergerak pula membedakan bunyi konsonan seperti t, g,
makin jauh. Pada usia dua puluh tahun b, c, dan d.
seseorang dapat melihat jelas suatu Ada beberapa hal yang perlu
benda pada jarak 10 cm dari matanya. diperhatikan orang dewasa dalam situasi
Sekitar usia empat puluh fahun titik belajar mempunyai sikap tertentu, maka purlu
dekat penglihatan itu sudah menjauh diperhatikan hal-hal tersebut di bawah ini:
sampai 23 cm. 1. Terciptanya proses belajar adalah
2. Dengan bertambahnya usia, titik suatu prose pengalaman yang ingin
jauh penglihatan atau titik terjauh diwujudkan oleh setiap individu orang
yang dapat dilihat secara jelas mulai dewasa. Proses pembelajaran orang
berkurang, yakni makin pendek. Kedua dewasa berkewajiban memotivasi/
faktor ini perlu diperhatikan dalam mendorong untuk mencari
pengadaan dan penggunaan bahan dan pengetahuan yang lebih tinggi.
alat pendidikan. 2. Setiap individu orang dewasa dapat
3. Makin bertambah usia, makin besar pula belajar secara efektif bila setiap
jumlah penerangan yang diperlukan dalam individu mampu menemukan makna
suatu situasi belajar. Kalau seseorang pribadi bagi dirinya dan memandang
pada usia 20 tahun memerlukan 100 makna yang baik itu berhubungan
Watt cahaya1 maka pada usia 40 tahun dengan keperluan pribadinya.
diperlukan 145 Watt, dan pada usia 70
tahun seterang 300 Watt baru cukup
untuk dapat melihat dengan jelas. 3. Kadangkala proses pembelajaran
4. Makin bertambah usia, persepsi kontras orang dewasa kurang kondusif, hal ini
warna cenderung ke arah merah daripada dikarenakan belajar hanya diorientasikan
spektrum. Hal ini disebabkan oleh terhadap peruhahan tingkah laku,
menguningnya komea atau lensa mata, sedang perubahan perilaku saja tidak
sehingga cahaya yang masuk agak cukup, kalau perubahan itu tidak
terasing. Akibatnya ialah kurang dapat mampu menghargai hudaya bangsa
dibedakannya warna-warna lenmbut. yang luhur yang harus dipelihara, di
Untuk jelasnya perlu digunakan warna- samping metode berpikir tradisional
warna cerah yang kontras untuk alat-alat yang sukar diubah.
peraga. 4. Proses pembelajaran orang dewasa
5. Pe n d e n g a r a n a t a u k e m a m p u a n merupakan hal yang unik dan khusus
menerima suara mengurang dengan serta bersifat individual. Setiap individu
bertambahnya usia. Pada umumnya orang dewasa memiliki kiat dan
seseorang mengalami kemunduran strategi sendiri untuk memperlajari
dalam kemampuannya membedakan dan menemukan pemecahan masalah
nada secara tajam pada tiap dasawarsa yang dihadapi dalam pembelajaran
dalam hidupnya. Pria cenderung lebih tersebut. Dengan adanya peluang untuk
cepat mundur dalam hal ini daripada mengamati kiat dan strategi individu lain
wanita. Hanya 11 persen dan orang dalam belajar, diharapkan hal itu dapat
berusia 20 tahun yang mengalami kurang memperbaiki dan menyempurnakan
pendengaran. Sampai 51 persen dan caranya sendiri dalam belajar, sebagai
orang yang berusia 70 tahun ditemukan upaya koreksi yang lebih efeklif.
mengalami kurang pendengaran. 5. Faktor pengalaman masa lampau
6. Pemhedaan bunyi atau kemampuan sangat berpengaruh pada setiap
untuk membedakan bunyi makin

Andragogi Vol.1 No.1. 2007 19


Konsep dan Metode ........

tindakan yang akan dilakukan, sehingga yang diterapkan seharusnya mempertimbangkan


pengalaman yang baik perlu digali dan faktor sarana dan prasarana yang tersedia untuk
ditumbuhkembangkan ke arah yang mencapaiMerupakan suatu kekeliruan besar
lebih bermanfaat. bilamana dalam hal ini, pembimbing secara
6. Pen g em b a n g a n i n tel ek tu a l i ta s kurang wajar menetapkan pemanfaatan metode
seseorang melalui suatu proses hanya karena faktor pertimbangannya sendiri
pengalaman secara bertahab dapat yakni menggunakan metode yang dianggapnya
diperluas. Pemaksimalan hasil belajaran paling mudah, atau hanya disebabkan karena
dapat dicapai apabila setiap individu keinginannya dikagumi oleh peserta di kelas itu
dapat memperluas jangkauan pola ataupun mungkin ada kecenderungannya hanya
herpikimya menguasai satu metode tertentu saja.
Di satu sisi, helajar dapat diartikan Penetapan pemilihan metode seharusnya
sebagai suatu proses evolusi. Artinya penerimaan guru mempertimbangkan aspek tujuan yang ingin
ilmu tidak dapat dipaksakan sekaligus begitu dicapai, yang dalam hal ini mengacu pada garis
saja, tetapi dapat dilakukan secara bertahap besar program pengajaran yang dibagi dalam dua
melalui suatu urutan proses tertentu. Dalam jenis:
kegiatan pendidikan, umumnya pendidik 1. Rancangan proses untuk mendorong
menentukan secara jauh mengenai materi orang dewasa mampu menata dan
pengetahuan dan keterampilan yang akan mengisi pengalaman baru dengan
disajikan. Mereka mengatur isi (materi) ke dalam memmedomani masa lampau yang
unit-unit, kemudian memilih alat yang paling pernah dialami, misalnya dengan latihan
efisien untuk menyanipaikan unit-unit dan keterampilan, melalui tanya jawab,
materi tersebut, misalnya ceramah, membaca, wawancara, konsultasi, latihan kepekaan,
pekerjaan laboratorium, film,, mendengar kaset dan lain-lain, sehingga mampu memberi
dan lain-lain. Selanjutnya mengembangkan suatu wawasan baru pada masing-masing
rencana untuk menyampaikan unit-unit isi ini individu untuk dapat memanfaatkan apa
dalam suatu hentuk urutan. yang sudah diketahuinya.
Dalam andragogi, pendidik atau 2. Proses pembelajaran yang dirancang
fasilitator mempersiapkan secara jauh satu untuk tujuan meningkatkan transfer
perangkat prosedur untuk melibatkan siswa, pengetahuan baru, pengalaman baru,
untuk selanjutnya dalam prosesnya melibatkan keterampilan baru, untuk mendorong
elemen-elemen sebagai berikut: masing-masing individu orang dewasa
(a) menciptakan iklim yang mendukung dapat meraih semaksimal mungkin
belajar, ilmu pengetahuan yang diinginkannya,
(b) menciptakan mekanisme untuk perencanaan apa yang menjadi kebutuhannya,
bersama, keterampilan yang diperlukannya,
(c) diagnosis kehutuhan-kebutuhan belajar, misalnya belajar menggunakan program
(d) merumuskan tujuan-tujuan program yang komputer yang dibutuhkan di tempat ia
memenuhi kebutuhan-kebutuhan belajar, bekerja.
(e) merencanakan pola pengalaman Sejalan dengan itu, orang dewasa belajar
helajar, lebih efektif apabila ia dapat mendengarkan dan
(f) melakukan pengalaman helajar ini dengan berbicara. Lebih baik lagi kalau di samping itu ia
teknik-teknik dan materi yang memadai, dapat melihat pula, dan makin efektif lagi kalau
dan dapat juga mengerjakan.
(g) mengevaluasi hasil belajar dan mendiagnosa Fnngsi bicara hanya sedikit terjadi pada
kembali kebutuhan kebutuhan belajar. waktu tanya jawab. Untuk metode diskusi bicara
2.6. Metode Pendidikan dan mendengarkan adalah seimbang. Dalam
Orang Dewasa pendidikan dengan cara demonstrasi, peserta
Dalam pembelajaran orang dewasa banyak sekaligus mendengar, melihat dan berbicara. Pada
metode yang diterapkan. Untuk memberhasilkan saat latihan praktis peserta dapat mendengar,
pembelajaran semacam ini, apapun metode berbicara, melihal dan mengerjakan sekaligus,

20 Andragogi Vol.1 No.1. 2007


Konsep dan Metode ........

tujuan akhir pembelajaran, yakni agar peserta program, dimana harus disusun secara
dapat memiliki suatu pengalaman belajar yang harmonis kegiaan belajar dengan
bermutusehingga dapat diperkirakan akan m em b u a t kel o m p o k -kel o m p o k
menjadi paling efektif, belajar baik kelompok besar maupun
. kelompok kecil.
2.7. Implikasi Terhadap 6. Perencanaan evaluasi. Seperi halnya
Pembelajaran Orang Dewasa dalam diagnosa kebutuhan, dalam
Usaha-usaha ke arah penerapan teori andragogi evaluasi harus sejalan dengan prinsip-
dalam kegiatan pendidikan orang dewasa telah prinsip orang dewasa, yaitu sebagai
dicobakan oleh beberapa ahli, berdasarkan pribadi dan dapat mengarahkan diri
empat asumsi dasar orang dewasa seperti telah sendiri. Maka evaluasi lebih bersifat
dijelaskan di atas yaitu: konsep diri, akumulasi evaluasi sendiri atau evaluasi hersama.
pengalaman, kesiapan belajar, dan orientasi Aplikasi yang diuaraikan di atas
belajar. Asumsi dasar tersebut dijabarkan dalam sebenamya lebih bersifat prinsip-prinsip
proses perencanaan kegiatan pendidikan dengan atau rambu-rambu sebagai kendali tindakan
langkah-langkah sehagai berikut: membelajarkan orang dewasa. Oleh karena itu,
1. Menciptakan suatu struktur untuk keberhasilannya akan lebih benyak lergantung
perencanaan bersama. Secara ideal pada setiap pelaksanaan dan tentunya juga
struktur semacam ini seharusrwa tergantung kondisi yang dihadapi. Tapi, implikasi
melibatkan semua pihak yang akan pengembangan teknologi atau pendekatan
terkenai kegiatan pendidikan yang andragogi dapat dikaitkan terhadap penyusunan
direncanakan, yaitu termasuk para kurikulum atau cara mengajar terhadap
peserta kegiatan belajar atau siswa, guru mahasiswa. Namun, karena keterikatan pada
atau fasilitator, wakil-wakil lembaga dan sistem lembaga yang biasanya berlangsung,
masyarakat. maka penyusunan program atau kurikulum
2. Menciptakan iklim belajar yang dengan menggunakan andragogi akan banyak
mendukung untuk orang dewasa belajar. lebih dikembangkan dengan menggunakan
Adalah sangat penting menciptakan pendekatan andragogi ini.
iklim kerjasama yang menghargai antara 3. Kesimpulan dan Saran
guru dan siswa. Suatu iklim belajar orang
3.1. Kesimpulan
dewasa dapat dikembangkan dengan
pengaturan lingkungan phisik yang Pendidikan atau belajar adalah sebagai proses
memberikan kenyamanan dan interaksi menjadi dirinya sendiri (process of becoining)
yang mudah, misalnya mengatur bukan proses untik dibentuk (proces of beings
kursi atau meja secara melingkar,
Imped) nunurut kehendak orang lain, maka
bukan berbaris-berbaris ke helakang.
Guru lebih bersifat membantu bukan kegiatan belajar harus melihatkan individu
menghakimi. atau client dalam proses pemikiran apa yang
3. Diagnosa sendiri kebutuhan belajamya. mereka inginkan, mencari apa yang dapat
Diagnosa kebutuhari harus melibatkan dilakukan untuk memenuhi keinginan itu,
semua pihak, dan hasilnya adalah menentukan tindakan apa yang harus dilaku-
kehutuhan bersama. kan, dan merencanakan serta melakukan apa
4. For mulasi tujuan. Ag ar secara saja yang perlu dilakukan untuk mewujudkan
operasional dapat dikerjakan maka keputusan itu. Dapat dikatakan disini tugas
perumusan tujuan itu hendaknya pendidik pada umumnya adalah menolong
diker jakan bersama-sama dalam orang be1ajar bagaimana memikirkan diri
deskripsi tingkah laku yang akan
mereka sendiri, mengatur urusan kehidupan
dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut diatas. mereka sendiri dan mempertimhangkan
5. Mengembangkan model umum. ini pandangan dan interest orang lain. Dengan
merupakan aspek seni dan perencanaan singkat menolong orang lain untuk

Andragogi Vol.1 No.1. 2007 21


Konsep dan Metode ........

berkemhang dan matang. Dalam andragogi, keterlibatan orang dewasa dalam proses helajar jauh
lehih besar, sebab sejak awal harus diadakan suatu diagnosa kebutuhan, merumuskan tujuan, dan
mengevaluasi hasil belajar serta mengimplementasikannya secara bersama-sama

3.2. Saran
Pengembangan teknologi andragogi hanya dapat dilakukan apabila diyakini bahwa orang dewasa
sebagai pribadi yang matang sudah dapat mengarahkan diri mereka sendiri, mengerti diri sendiri,
dapat mengambil keputusan untuk sesuatu yang menyangkut dirinya. Tanpa ada keyakinan semacam
itu kiranya tidak akan tumbuh pendekatan andragogi. Dengan kata lain andragogi tidak akan mungkin
berkembang apabila meninggalkan ideal dasar orang dewasa sebagai pribadi yang mengarahkan
diri sendiri. Bagi pengambil kebijakan dalam hal pembelajaran orang dewasa diharapkan mampu
memberikan pertimbangan holistik ke arah pengembangan keterampilan dan pemngkatan sumber
daya orang dewasa yang berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmuddiputra, Enuh, & Atmaja, Bisar, Suyatna. (1986). Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta:
Karunika.
Arif, Zainuddin. (1994). Andragogi. Bandung: Angkasa.
Lunandi, A, G. (1987). Pendidikan orang dewasa. Jakarta: Gramedia.
Kartono, Kartini. (1992 ). Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis: Apakah Pendidikan Masih Diperlukun?.
Bandung: Mandar Maju.di
- - - - ,(1997). Tinjauan Politik Mengenni Sistem Pendikan Nasional: Beberapa Kritik Dan Sugesti. Jakarta:
Pradriya Paramtra
Knowles, Malcolm S. (1970). “The modetn practiesof adult aduce education, andragogy versus pedagogi”, New
York : Association Press..
Piaget, J. (1 959) “The growth of logical thinking Jmm ehildood fo adolescence”. New York: Basic Books.
Tamat, Tisnowati. (1 984) Dari Pedagogik ke Andragogik, Jakarta: Pustaka Dian.
Drost, S.J.,(1998), Sekolah Mengajar atau Mendidik?, Kanisius, Yogyakarta
———, (2005), Dari KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) Sampai MBS (Manajemen Berbasis Sekolah),
Penerbit Buku Kompas, Jakarta
Durkheim, Emile, (1990), Pendidikan Moral (Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan), Erlangga,
Jakarta.
Gie, The Liang (2004), Pengantar Filsafat Ilmu, Liberty, Yogyakarta

Penulis adalah - Dosen Jurusan PLS FIP UNM


- Tim Akademisi BPPLSP Regional V Makassar

22 Andragogi Vol.1 No.1. 2007


Hubungan Latar Belakang Pendidikan ....

HUBUNGAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN,


USIA DAN MASA JABATAN DENGAN
KEBERHASILAN MELAKSANAKAN TUGAS
PENILIK.
Berbagai faktor diduga dapat mempengaruhi keberhasilan Penilik dalam melaksanakan tugasnya.
Faktor-faktor tersebut antara lain adalah tingkat pendidikan formal, pendidikan dalam jabatan, usia
dan masa jabatan. Penilik sebagai tenaga profesional di bidang pendidikan nonformal harus memiliki
keahlian, kemampuan dan keterampilan yang memadai agar dapat melaksanakan tugasnya dengan
baik dan berhasil.
Oleh : Drs. M.Ali Latif Amri, M.Pd.

ABSTRAK, Populasi penelitian adalah Penilik di wilayah Kabupaten Dati II Malang, jumlahnya 31 orang. Dari
hasil analisis data diketahui bahwa tingkat pendidikan formal, pendidikan dalam jabatan, usia dan masa jabatan
Penilik mempunyai peranan penting dalam mencapai keberhasilan tugasnya. Dengan kata lain, semakin tinggi
tingkat pendidikan, semakin sering mengikuti pendidikan dalam jabatan, semakin tua usia, dan semakin lama
memangku jabatan Penilik, semakin berhasil pula dalam melaksanakan tugasnya.

PENDAHULUAN sebagai tenaga profesional di bidang pendidikan


nonformal harus memiliki keahlian, kemampuan
Terselenggaranya pendidikan nonformal tidak dan keterampilan yang memadai agar dapat
dapat dipisahkan dengan berfungsi tidaknya melaksanakan tugasnya dengan baik dan berhasil.
komponen-komponen yang mendukungnya. Hal ini dapat diperoleh melalui pendidikan, baik
Salah satu komponen yang mendukung pendidikan formal, maupun pendidikan dalam
penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan jabatan, pengalaman jabatan.
nonformal adalah Penilik. Mandolang (1991:62), dalam penelitiannya
Penilik adalah pegawai negeri sipil yang diberi menyimpulkan adanya hubungan kemampuan
tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak petugas dengan tingkat pendidikan formal
secara penuh oleh pejabat yang berwenang yang dimilikinya. Sejaln dengan itu, Sulaiman
untuk melakukan penilikan pendidikan luar (1984) menyimpulkan bahwa salah satu faktor
sekolah/ pendidikan nonformal, yang meliputi yang mempengaruhi keberhasilan Penilik
pendidikan masyarakat, kepemudaan, pendidikan dalam melaksanakan tugasnya adalah tingkat
anak usia dini dan keolahragaan ( pasal 1 ayat 1 pendidikan formal yang telah ditempuhnya.
KepMenPan nomor 15 tahun 2002). Untuk mencapai dayaguna dan hasilguna yang
Dengan tugas dan tang gung jawab yang sebesar-besarnya bagi pegawai negeri, maka
dibebankan kepada Penilik, dapat diperkirakan pemerintah menyelenggarakan pendidikan in-
bahwa jabatan Penilik harus diduduki oleh orang service atau pendidikan dalam jabatan, yang
yang benar-benar mempunyai kemampuan bertujuan untuk meningkatkan pengabdian,
profesional. mutu, keahlian, kemampuan dan keterampilan
Berbagai faktor diduga dapat mempengaruhi siap pakai (Widjaya, 1986:193). Hal ini dapat
keberhasilan Penilik dalam melaksanakan dipahami karena pegawai negeri yang menduduki
tugasnya. Faktor-faktor tersebut antara lain jabatan tertentu memerlukan penyesuaian-
adalah tingkat pendidikan formal, pendidikan
dalam jabatan, usia dan masa jabatan. Penilik

Andragogi Vol.1 No.1. 2007 23


Hubungan Latar Belakang Pendidikan ....

penyesuaian dalam pekerjaannya, disebabkan sumberdaya lokal pendidikan, merupakan


perkembangan ipteks dan kebijakan yang salah satu faktor penentu dalam kepenilikan.
senantiasa berubah. Dalam kaitan dengan Data yang lengkap dan aktual dan akurat akan
pendidikan in-service atau pendidikan dalam mempermudah bagi setiap orang termasuk
jabatan, Herrick (1957) dalam evaluasinya Penilik mamanfaatkannya.
terhadap peserta pendidikan in-ser vice, Dalam melaksanakan tugas Penilik dituntut lebih
menemukan adanya perubahan positif pada diri profesional, namun ketersediaan dana operasional
peserta dalam (1) pengetahuan dan keterampilan, yang cukup, sering menjadi hambatan, ketika
(2) sikap dan niali, (3) hubungan individu dalam seorang petugas ingin menjangkau daerah-daerah
kelompok, (4) kedalaman persaan, motivasi dan yang cukup jauh dan terpencil dalam melakukan
aspirasi individu (Henry, 1957: 172). tugas penilikan.
Pegawai negeri seperti Penilik dalam melaksanakan Dipilihnya faktor tingkat pendidikan foram.
tugasnya banyak memrlukan tenaga fisik dan Latar pendidikan dalam jabatan, masa jabatan,
ketahanan mental, karena mereka langsung usia, dukungan pemimpin formal dan informal,
berhadapan dengan permasalahan masyarakat, ketersediaan data dan dana pendukung, untuk
terutama masalah pendidikan yang memerlukan diteliti karena diduga bahwa faktor-faktor
pemecahan secepatnya. Dengan demikian tersebut lebih dominan berpengaruh pada
faktor usia dapat menjadi pertimbangan dalam keberhasilan melaksanakan tugas Penilik. Selain
pengangkatan dan mempertahankan jabatan. itu, penelitian ini dimaksudkan untuk mencari
Menurut Saksono (1988), pekerjaan yang kebenaran ada-tidaknya pengaruh faktor-faktor
memerlukan tenaga fisik dan ketahanan mental tersebut terhadap pelaksanaan tugas Penilik.
cenderung dapat dilakukan dengan berhasil Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
oleh orang yang berusia cukup. Hasil survei bahan masukan bagi pengambil kebijakan
yang dilakukan oleh National Manufactures dalam pengelolaan tugas-tugas kepenilikan
membuktikan bahwa lebih 93 % pegawai usia dan pengangkatan Penilik, serta menjadi
lanjut lebih baik dari pegawai usia muda. Pegawai bahan kajian bagi Lembaga Pendidikan Tenaga
berusia lanjut mempunyai rasa berbakti, tanggung Kependidikan Nonformal dan Lembaga yang
jawab dan tidak sering mengalami kecelakaan, melakukanDiklat pendidikan nonformal seperti
dibandingkan dengan pegawai berusia muda. Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah
Pengalaman yang diperoleh dari pekerjaan dan Pemuda (BPPLSP) dan Balai Pengembangan
sebelumnya dan yang sedang dijabatnya, dapat Kegiatan Belajar (BPKB), demi pengembangan
pula meningkatkan kemampuan kerja Penilik. pendidikan nonformal.
Menurut Soeroto (1983), bahwa makin lama
dalam pekerjaan dan bervariasi kegiatan,
serta semakin intensif pengalaman kerja yang
METODE PENELITIAN
diperoleh orang yang bersangkutan. Demikian
pula, makin banyak kesulitan atau tantangan yang Sasaran (populasi) penelitian ini adalah seluruh
dihadapi semakin cepat pula pengembangan Penilik di wilayah Kentor Dinas Pendidikan
kemampuan dan keterampilannnya. Dengan K abupaten Daerah Tingkat II Malang.
semakin berkembangnya kemampuan dan Keseluruhan anggota populasi berjumlah
keterampilan seorang petugas, maka akan 31 orang yang tersebar di 31 kecamatan.
semakin sering dia melakukan tugasnya. Data tentang tingkat pendidikan formal, latar
Dalam melaksanakan tugas Penilik memerlukan belakang pendidikan dalam jabatan, masa
dukungan pemimpin formal.dan pemimpin jabatan, usia, dukungan pemimpin formal dan
informal seperti camat, kepala desa/ lurah, informal, ketersediaan data dan dana pendukung
tokoh masyarakat, mereka adalah merupakan operasional, serta data pelaksanaan tugas Penilik
mitra dan penentu kebijakan lokal, tanpa diperoleh dengan menggunakan angket. Jawaban
dukungan dari mereka, maka dapat dipastikan dari setiap butir pertanyaan/ pernyataan yang
akan mengalami hambatan dalam tugas. diajukan diberi skor, untuk memmpermudah
Ketersediaan data seperti data sasaran, data mengolah dan menganalisis datanya.

24 Andragogi Vol.1 No.1. 2007


Hubungan Latar Belakang Pendidikan ....

HASIL DAN PEMBAHASAN Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat


pendidikan Penilik, semakin berhasil pula
1. Tingkat Keberhasilan Penilik dalam dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini dapat
Melaksanakan Tugasnya ditafsirkan bahwa Penilik yang memiliki
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian pengetahuan, keterampilan dan wawasan
besar Pnilik mencapai tingkat keberhasilan yang luas dalam berbagai hal, dibandingkan
sedang di dalam melaksanakan tugasnya. dengan Penilik yang memiliki tingkat
Tugas yang dimaksud adalah pelaksanaan pendidikan rendah. Tingkat pendidikan
kepenilikan, pelaksanaan bimbingan tinggi hendaknya menjadi syarat diangkatnya
peningkatan mutu PLS/PNF, penilaian dan seseorang menjadi penilik. Hal ini sesuai
pelaporan hasil penilikan PLS/PNF. dengan Peraturan Pemerintah nomor
Dengan tingkat keberhasilan yang dicapai 19 tahun 2005, mengenai syarat menjadi
tersebut, dapat ditafsirkan bahwa Penilik tenaga kependidikan (termasuk tenaga
telah melaksanakan sebagian besar dari tugas- kependidikan nonformal) yaitu minimal
tugas mereka sebagaimana yang tertuang tamat Strata satu atau memiliki akta IV.
pada pasal 5 ayat 2 KepMenPan nomor 15/
2002. Hal ini mengisyaratkan pula perlunya
Penilik meningkatkan kemampuan kerja serta 3. Hubungan latar belakang
bekerja lebih giat lagi, agar dimasa mendatang pendidikan dalam jabatan Penilik
dapat mencapai tingkat keberhasilan tinggi dengan keberhasilan melaksanakan
dalam melaksanakan tugasnya. tugasnya.
Tingkat keberhasilan Penilik dalam Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
melaksanakan tugasnya mendapat pengaruh hubungan positif yang signifikan antara latar
dari variabel prediktornya yang cukup kuat, belakang pendidikan dalam jabatan Penilik
dengan kontribusi 90,247 %. Pengaruh dengan keberhasilan melaksanakan tugasnya.
tersebut terdiri dari variasi tingkat pendidikan Dengan kata lain, semakin sering Penilik
formal, latar belakang pendidikan dalam mengikuti pendidikan dalam jabatan semakin
jabatan, masa jabatan dan usia Penilik. Selain berhasil pula dalam melaksanakan tugasnya.
pengaruh tersebut, diduga dipengaruhi pula Temuan penelitian ini, sejalan dengan tinjauan
oleh faktor lain, yaitu (1) hampir semua teoretik, bahawa pendidikan dalam jabatan
Penilik mempunyai tugas rangkap sebagai diberikan dengan maksud agar kemampuan
tokoh masyarakat (pengurus organisasi profesional pesertanya dapat ditingkatkan,
kemasyarakatan) dan terlibat dalam berbagai sehingga mereka selalu up to date dan dapat
kegiatan keasyarakatan, (2) tdak jarang bekerja lebih baik (Nurtain 1979). Penilik yang
dijumpai sarana perhubungan di tem;at tugas sering mengikuti pendidikan dalam jabatan,
seperti mengikuti diklat teknis dan fungsional,
yang kurang memadai, (3) beratnya beban
seminar, lokakarya dan aktifitas pendidikan
tugas mereka sebagai petugas pendidikan lainnya, akan menambah kemampuan kerja
nonformal, karena Penilik di samping sebagai dan kualitas kerjanya, sehingga dapat dicapai
tenaga kependidikan juga sebagai tenaga keberhasilan dalam melaksanakan tugas.
administrasi di bidang pendidikan nonformal
(Depdikbud, 1988). 4. Hubungan usia Penilik dengan
keberhasilan melaksanakan
2. Hubungan tingkat pendidikan tugasnya
Penilik dengan keberhasilan
Dalam penelitian ini ditemukan, bahaw ada
melaksanakan tugas hubungan positif yang signifikan antara usi
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa Penilik dengan keberhasilan melaksanakan
ada hubungan positif yang signifikan tugasnya. Denag kata lain, semakin tua
antara tingkat pendidikan Penilik dengan usia Penilik semakin berhasil pula dalam
keberhasilan melaksanakan tugasnya. melaksanakan tugasnya. Temuan penelitian

Andragogi Vol.1 No.1. 2007 25


Hubungan Latar Belakang Pendidikan ....

ini, sesuai dengan tinjauan teoretik, bahwa melakukan tugasnya, tanpa tergantung pada
pegawai berusia tua cenderung lebih baik orang lain. Semakin lama pegawai dalam
dibandingkan dengan pegawai usia muda. jabatannya, maka semakin cakap ia untuk
Pegawai yang berusia muda pada umumnya tetap dalam pekerjaannya (Moekijat 1988).
belum mempunyai kedewasaan berfikir dan Hasil penelitian ini memberi arti bahwa
rasa tanggung jawab yang justru diperlukan Penilik yang telah lama dalam jabatannya,
untuk setiap jenis pekerjaan yang dilakukan; jangan cepat-cepat diganti atau dimutasi,
sedangkan pegawai yang berusia lebih tua karena mereka dapat melakukan tugasnya
cenderung mampu berfikir secara dewasa dan dengan baik dan berhasil.
mempunyai rasa tanggung jawab terhadap
segala sesuatu yang menjadi tugasnya
(Saksono, 1988). Dengan kemampuan
berfikir secara dewasa dan rasa tanggung KESIMPULAN DAN SARAN
jawab yang dimiliki Penilik yang berusia Ada hubungan positif dan signifikan antara
lebih tua, dapat menjadikan mereka lebih tingkat pendidikan, latar belakang pendidikan
berhasil dalam melaksanakan tugasnya. Hasil dalam jabatan, usia dan masa jabatan Penilik
penelitian ini dapat menjadi salah satu alasan dengan keberhasilan me;aksanakan tugasnya.
yang mendukung keinginan sebagian dari Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat
Penilik untuk memperpanjang usia pensiun pendidikan, semakin sering mengikuti
mereka. pendidikan dalam jabatan, semakin tua usia,
dan semakin lama dalam jabatan Penilik,
semakin berbasil pula dalam melaksanakan
2. H u b u n g a n m a s a j a b a t a n tugasnya.
Penilik dengan keberhasilan Berdasarkan kesimpulan tersebut disarankan
melaksanakan tugasnya (1) perlunya Penilik meningkatkan pendidikan
formalnya ke jenjang lebih tinggi sampai menjadi
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa ada sarjana/ S1 sebagaimana yang diamanatkan
hubungan positif yang signifikan antara dalam PP.no/19 tahun 2005. (2) Penilik
masa jabatan Penilik dengan keberhasilan hendaknya diberi peluang untuk menambah
melaksanakan tugasnya. Dengan kata lain, wawasan, pengetahuan dan keterampilannya
semakin lama Penilik dalam jabatannya, dalam berbagai diklat teknis dan fungsional,
semakin berhasil pula dalam melaksanakan seminar , lokakarya, dan pendidikan lainnya, (3)
tugasnya. Temuan penelitain ini, sejalan Jabatan Penilik hendaknya dapat dipertahankan
dengan tinjauan teoretik, bahwa Penilik tanpa melihat usia, dan merupakan alasan yang
yang mempunyai banyak pengalaman rasional untuk mengusulkan perpanjangan usia
dalam jabatannya lebih mudah memcahkan pensiun bagi Penilik. (4) Penilik yang telah
masalah yang ditemukan, dibanding dengan memiliki pengalaman kerja dalam jabatannya
yang sedikit pengalamannya. Senada dengan mengisyaratkan jangan dimutasi ke jabatan lain
itu, Saroja (1990) mengemukakan bahwa karena dengan pengelaman dalam jabatan akan
seorang pegawai yang memiliki kematangan mempermudah melaksanakan tugasnya.
kerja (kecakapan) tinggi dalam bidangnya,
memiliki pula pengalaman yang cukup dalam

26 Andragogi Vol.1 No.1. 2007


Hubungan Latar Belakang Pendidikan ....

DAFTAR PUSTAKA

Henry, Nelson.B, 1957, Inservice Education For Teachers, Supervisor, and Administrator, Chicago: University
Chicago Press, Illinous.
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara R.I, nomor 15 tahun 2002 tentang Jabatan Fungsional
Penilik dan Angka Kreditnya
Moekijat, 1986, Perencanaan dan Pengembangan Karier Pegawai, Bandung: Remaja Karya
Nurtain, 1989, Pengajaran Teoridan Praktek, Jakarta: Proyek PLPTK, Dirjen Dikti
Saksono, Slamet, 1983, Administrasi Kepegawaian, Yogyakarta: Kanisius
Sarojo, Riyadi, 1990, Kepemimpinan Organisasi (Pandangan Barat) Pidato Ilmiah Disnatalis VIII
Universitas Katolik Widya Karya Malang, tanggal 9 Mei 1990
Sulaeman, Inam, 1984, Hubungan antara Status Sosial Ekonomi, Kreativitas dan Human Relatian dengan
upaya Mengikutsertakan Masyarakat dalam Pembangunan Desa di Kabupaten Malang, PPS IKIP
Malang
Widjaya, 1988, Administrasi Kepegawaian Suatu Pengantar, Jakarta: CV Rajawali

Penulis: Staf Pengajar Jurusan PLS Universitas Negeri Makassar


Tim Akademisi BPPLSP Regional V

Andragogi Vol.1 No.1. 2007 27


Analisis Sumber Daya Lokal ....

ANALISIS SUMBERDAYA LOKAL


PENDIDIKAN NONFORMAL

Menganalisis sumberdaya lokal pendidikan nonformal, merupakan bagian dari aktifitas dalam men-
caritahu dan menentukan seberapa banyak dan bervariasinya sumberdaya lokal, sehingga menjadi
dasar dukungan dalam pelaksanaan program pendidikan nonformal.

Oleh: Suardi, SPd, M.Pd

ABSTRAK; Sumberdaya lokal pendidikan merupakan segenap kemampuan yang dimiliki suatu wilayah atau
komunitas tertentu. Sumberdaya dibagi menjadi sumberdaya manusia dan sumberdaya non manusia. Sumberdaya
lokal pendidikan nonformal, seharusnya dianalisis keberadaan dan kemampuannya sehingga secara optimal dapat
didayagunakan dalam penyelenggaraan pendidikan nonformal

PENGERTIAN
Sumberdaya lokal pendidikan adalah segenap manusia dan non manusia. Berbagai sumberdaya
potensi atau kemampuan yang ada di suatu lokal yang dapat mendukung proses pendidikan
wilayah/ lokasi, yang dapat dijadikan daya nonformal dikemukakan sebagai berikut
dukung dalam pelaksanaan program pendidikan
1. Sumberdaya manusia
nonformal
a. Calon warga belajar, yaitu mereka yang
Potensi atau kemampuan tersebut jika dikelola
memiliki persyaratan untuk menjadi
dan dimanfaatkan secara baik sesuai dengan
peserta didik pada program pendidikan
fungsinya, maka dapat menjadi kekuatan atau
nonformal. Diperlukan data minimal
masukan yang berarti pada pelaksanaan program
tentang jumlah, nama, jenis kelamin,
pendidikan. Keberadaan sumberdaya pada
alamat lengkap
suatu wilayah atau daerah (seperti pada tingkat
b. Calon tutor/ nara sumber teknis, yaitu
kecamatan,desa/ kelurahan, dusun/ RK/RT},
mereka yang memiliki persyaratan
dimana program-program pendidikan nonformal
untuk menjadi pendidik program
akan dilaksanakan merupakan indikator yang
pendidikan nonformal Diperlukan data
akan mendatangkan keberhasilan pada program
minimal Jumlah, nama, jenis kelamin,
pendidikan tersebut.
tingkat pendidikan, keahlian, alamat
Menganalisis sumberdaya lokal pendidikan
lengkap,
nonformal, merupakan bagian dari aktifitas
dalam mencaritahu dan menentukan seberapa
2. Sumberdaya non manusia
banyak dan bervariasinya sumberdaya lokal,
a. Lembaga sosial kemasyarakatan.
sehingga menjadi dasar dukungan dalam
Yaitu organisasi sosial kemasyarakatan
pelaksanaan program pendidikan nonformal.
yang dapat berpartisipasi sebagai
penyelenggara dan pelaksana program
MENGENAL SUMBERDAYA
pendidikan nonformal, seperti PKK,
PENDIDIKAN NONFORMAL Majlis ta’lim, Remaja masjid, Karang
Dalam proses pelaksanaan pendidikan taruna, organisasi keagamaan, dsb.
memerlukan berbagai masukan atau dukungan b. Lembaga/ yayasan pendidikan non
dari berbagai komponen, komponen-komponen pemerintah. Yaitu lembaga/ yayasan
tersebut sebagai sumberdaya yang meliputi kelompok-kelompok yang ada dalam
masyarakat yang bergerak dalam

28 Andragogi Vol.1 No.1. 2007


Analisis Sumber Daya Lokal ....

pendidikan, seperi PKBM, lembaga Kursus, suatu kondisi atau keadaan yang terjadi
dsb. dan disepakati oleh warga masyarakat,
c. Lembag a/ instansi pendidikan seperti gotong royong, kebijakan yang
pemerintah. Yaitu lembaga atau instansi menunjang pendidikan, persepsi tentang
pemerintah yang bertugas dalam waktu dan kerja, kekuatan pemangku
menangani pendidikan, seperti SKB, adat/ tokoh masyarakat, dsb.
Sekolah, dsb. f. Komunikasi dan penerangan. Yaitu
d. Lembaga bisnis dan keuangan. Yaitu ketersediaan sarana kominikasi dan
lembaga-lembaga yang bergerak sarana penerangan di suatu lokasi.
dalam urusan bisnis/ perdagangan Seperti ketersediaan pesawat televisi,
dan keuangan, seperti koperasi, usaha radio, telepon, alat transportasi (jenisnya),
kecil, perbankan, dsb. sarana jalan, listrik, dsb.
e. Keadaan budaya dan adat istiadat. Yaitu

LANGKAH-LANGKAH ANALISIS SUMBER DAYA PNF


1. Menetapkan kisi-kisi tentang sumberdaya lokal
Kisi-kisi sumberdaya lokal merupakan rincian komponen-komponen yang perlu diidentifikasi
atau dicari, yang selanjutnya mengisi format atau daftar pertanyaan dalam instrumen/ alat
pengumpul data.

2. Menyusun instrumen identifikasi sumberdaya lokal


Contoh 1:
dalam bentuk format isian
Tujuan : untuk mendapatkan data tentang sumber daya manusia yang berkaitan dengan
ketersediaan calon tutor Paket A di suatu wilayah.

No Nama Umur L/P Tkt Pend Keahlian Alamat Keter.


Contoh 2. dalam bentuk format isian


Tujuan: untuk mendapatkan data tentang sumberdaya non manusia yang berkaitan dengan
ketersediaan lembaga sosial kemasyarakatan di suatu wilayah.

No Nama Lembaga Alamat Nama Pimpinan


3. Pelaksanaan,
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan:
a. Sosialisasi. Kegiatan identifikasi sumberdaya lokal perlu disosialisasikan kepada segenap
komponen yang ada dalam masyarakat, untuk mendapatkan dukungan moral dan
fasilitas, sehingga proses identifikasi dan analisis sumberdaya lokal pendidikan dapat
berjalan lancar dan tercapai sesuatu tujuan. Hal ini dapat dilakukan melalui persuratan,
kunjungan, pertemuan/rapat, pengumuman di media.
b. Melakukan identifikasi sumnberdaya lokal, sebagai upaya menjaring data dengan

Andragogi Vol.1 No.1. 2007 29


Analisis Sumber Daya Lokal ....

cara/ instrumen:
1) Mengedarkan angket (daftar pertanyaan)
2) Wawancara (pedoman wawancara)
3) Observasi (pedoman observasI)
4) Daftar isian / format isian
5) Dokumnentasi (dokumen)
Dengan responden/ informan:
1) Aparat pemerintah setempat (Kepala Desa/ Lurah)
2) Pimpinan informal (tokoh masyarakat, ketua RW/Dusun/RK/ RT)
3) Pimpinan lembaga/ instansi/ yayasan
4) Warga masyarakat dan pihak lain yang dianggap dapat memberi informasi

4. Pengolahan dan Analisis data


Pengolahan dan analisis data sumberdaya lokal pendidikan merupakan langkah penting dari
langkah sebelumnya, dalam upaya menentukan kondisi dan keadaan sumberdaya yang ada
berdasarkan bidang atau unsur-unsur secara detail dan terinci.
Contoh 3. Pengolahan dan analisis data
Tujuan: untuk mengolah dan menganalisis data yang berkaitan dengan
ketersediaan calon tutor Paket A
Tabel ...Keadaan calon tutor berdasarkan tingkat pendidikan dan dusun
tempat tinggalnya.

Nama Dusun Tingkat Pendidikan Jumlah


SLTP
1 A SLTA
S1
SLTP
2 B SLTA
S1
SLTP
3 C SLTA
S1

Berdasarkan tabel .... diatas menunjukkan bahwa di desa .... kecamatan....... terdapat
...... orang calon turor Paket A yang dapat dimanfaatkan mendukung pelaksanaan
program Paket A setara SD, dengan rincian ..... orang di dusun ........,, yang terdiri dari
..... orang berpendidikan SLTP, .... orang berpendidikan SLTA, ..... orang berpendidikan
Diploma, dan ..... orang berpendidikan Sarjana (S1); ....... orang
di dusun .........., yang terdiri dari ............................... dst (dikemukakan seperti penjelasan
sebelumnya).
Untuk memanfaatkannya dapat menghubungi penyelenggara program Paket A (nama
dan alamat calon tutor terlampir).

30 Andragogi Vol.1 No.1. 2007


Analisis Sumber Daya Lokal ....

Contoh 4. Pengolahan dan analisis data


Tujuan: untuk mengolah dan menganalisis data yang ber-kaitan dengan ketersediaan
lembaga sosial kemasyarakatan
Tabel ... Keadaan lembaga sosial kemasyarakatan berdasarkan Dusun di
Desa............Kecamatan ......... tahun 2007

Nama Dusun Jumlah

TOTAL

Berdasarkan tabel ........ diatas, menunjukkan bahwa di desa ......... kecamatan


.......... terdapat ........ lembaga sosial kemasyarakatan yang dapat dimanfaatkan atau
mendukung pelaksanaan pendidikan kesetaraan, dengan rincian ....... lembaga di
dusun ....., ..... lembaga di dusun ................... .,...........lembaga di dusun ......... dan ......
lembaga di dusun ......... . Untuk dapat memanfaatkannya dapat menghubungi para
pimpinan lembaga sosial kemasyarakatan (nama dan alamat terlampir).

PENUTUP

Sumberdaya lokal sebagai kekuatan atau potensi lokal yang diharapkan menjadi daya dukung
dalam penyelenggaraan pendidikan kesetaraan, perlu terus diidentifikasi dan dianalisis keberadaan
dan kemampuannya. Analisis sumberdaya lokal pendidikan nonformal berguna bagi perencana,
penyelenggara dan PTK-PNF dalam upaya pelaksanaan dan pengembangan program pendidikan
nonformal di suatu wilayah tertentu menurut karakteristik yang ada.

Penulis adalah Staf Pengajar PLS UNM/


Pengurus Forum PAUD Sulawesi Selatan

Andragogi Vol.1 No.1. 2007 31


Pendidikan Profesi PTK - PNF ...

PENDIDIKAN PROFESI PTK-PNF


SEBAGAI SALAH SATU STRATEGI PENYIAAPAN
TENAGA PENDIDIK/KEPENDIDIKAN YANG
PROFESIONAL
Mungkin juga PTK - PNF (Pamong/Tutor) yang masih kurang profesional itu, bahkan sudah
lulusan jurusan PLS, tapi tetap masih kurang profesional. Oleh karena itu, diperlukan Pendidikan
Profesi Pamong/Tutor sebagai salah satu cara untuk peningkatan mutu profesinya sebagai PTK
- PNF (Pamong/Tutor) di balai/sanggar. Bagi PTK - PNF (Pamong/Tutor) yang bukan lulusan
jurusan PLS, sebaiknya menyesuaikan pendidikannya dengan tugas profesinya sebagai PTK - PNF
(Pamong/Tutor). Mereka diberi kesempatan untuk mengambil program S1 program studi PLS
(disesuaikan pendidikan prajabatannya), setelah itu melanjutkan ke program pendidikan profesi

Oleh: Drs. Mustafa , M.Si.

A. PENDAHULUAN

Berdasar pengalaman penulis ketika diskusi mau PTK - PNF (Pamong/Tutor) memberikan
tentang PTK-PNF (Pamong/Tutor) dengan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada warga
warga belajar di balai/sanggar, hasilnya ada belajar. Dengan demikian, perubahan ke arah
yang menggembirakan dan ada juga yang tidak pelayanan yang lebih baik perlu segera dilakukan.
menggembirakan. Menggembirakan sewaktu Perlu adanya sesegera mungkin peningkatan mutu
warga belajar menyatakan bahwa dia sangat PTK - PNF (Pamong/Tutor) yang bergerak
terbantu oleh PTK - PNF (Pamong/Tutor) dalam profesi pendidikan non-formal.
dalam pemecahan masalahnya dengan kegiatan
bimbingan dan tutorial yang dilaksanakan oleh
PTK - PNF (Pamong/Tutor)nya di balai/ B. PENDIDIKAN PRAJABATAN
sanggar. Tidak menggembirakan ketika warga
belajar mengatakan bahwa adanya PTK - PNF Berdasarkan penjelasan pada bagian pendahuluan,
(Pamong/Tutor) di balai/sanggar tidak ada dapat dijelaskan bahwa sebagian PTK-PNF
manfaat apa-apa bagi mereka. Mereka merasa (Pamong/Tutor) masih kurang profesional.
terpaksa untuk mengisi modul atau sejenisnya, Kita perlu mempelajari lebih jauh, apakah PTK
setelah itu tidak ada tindak lanjutnya. PTK - PNF - PNF (Pamong/Tutor) yang kurang profesional
(Pamong/Tutor) tidak memperlihatkan perilaku tersebut berlatar belakang pendidikan prajabatan
bersahabat dengan warga belajar, kadang-kadang dari jurusan Non-Formal atau Pendidikan Luar
cerewet kepada warga belajar. Lebih baik tidak ada Sekolah (PLS)? Di balai/sanggar ada PTK -
PTK - PNF (Pamong/Tutor) di balai/sanggar, PNF (Pamong/Tutor) yang berasal dari PTK-
karena tidak ada manfaatnya bagi mereka. PTK mata pelajaran lain, dan bukan barasal
Keadaan yang tidak menggembirakan dari jurusan PNF/PLS, diberi tugas untuk
ini mungkin disebabkan ketidaksesuaian antara melaksanakan kegiatan Non-Formal. Seperti
harapan terhadap PTK - PNF (Pamong/Tutor) PTK-PTK Balai yang dialihfungsikan menjadi
dan kenyataan yang ditemui di balai/sanggar. PTK - PNF di BPKB/SKB/PKBM, PTK-PTK
Masih ada praktek bantuan bimbingan dan tutorial yang kurang jam tugasnya diberi tugas tambahan
yang dilakukan oleh PTK - PNF (Pamong/ untuk melaksanakan kegiatan PLS di balai/
Tutor) menunjukkan kelemahan, tidak sesuai sanggar lain.
dengan apa yang semestinya dilakukan. Hal ini Mungkin juga PTK - PNF (Pamong/
tentu tidak dapat dibiarkan begitu saja kalau kita Tutor) yang masih kurang profesional itu,

32 Andragogi Vol.1 No.1. 2007


Pendidikan Profesi PTK - PNF ...

bahkan sudah lulusan jurusan PLS, tapi tetap bersama-sama dengan Asosiasi Profesi PNF/PLS.
masih kurang profesional. Oleh karena itu, Hal ini sesuai dengan PP RI No. 19 tahun 2005
diperlukan Pendidikan Profesi Pamong/Tutor tentang Standar Nasional Pendidikan, bab XIII,
sebagai salah satu cara untuk peningkatan mutu pasal 86, ayat 1, 2, dan 3 yang berbunyi:
profesinya sebagai PTK - PNF (Pamong/ (1) Pemerintah melakukan akreditasi pada
Tutor) di balai/sanggar. Bagi PTK - PNF setiap jenjang dan satuan pendidikan
(Pamong/Tutor) yang bukan lulusan jurusan untuk menentukan kelayakan program
PLS, sebaiknya menyesuaikan pendidikannya dan/atau satuan pendidikan.
dengan tugas profesinya sebagai PTK - PNF (2) Kewenangan akreditasi sebagaimana
(Pamong/Tutor). Mereka diberi kesempatan dimaksud pada ayat (1) dapat pula
untuk mengambil program S1 program studi PLS dilakukan oleh lembaga mandiri yang
(disesuaikan pendidikan prajabatannya), setelah diberi kewenangan oleh Pemerintah
itu melanjutkan ke program pendidikan profesi untuk melakukan akreditasi.
pendidikan non-formal. (3) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada
UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang ayat (1) dan ayat (2) sebagai bentuk
Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat 6 akuntabilitas, dilakukan secara obyektif,
menyatakan bahwa: “Pendidik adalah tenaga adil, transparan, dan komprehensif
kependidikan yang berkualifikasi sebagai dengan menggunakan instrumen dan
PTK, dosen, Pamong/Tutor, pamong belajar, kriteria yang mengacu kepada Standar
widyaiswara, instruktur, fasilitator, dan sebutan Nasional Pendidikan.
lain yang sesuai dengan kekhususannya, LPTK yang terakreditasi dan berwenang
serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan diperkirakan dapat mewujudkan dan membantu
pendidikan”. PTK - PNF (Pamong/Tutor) terlaksananya dasar standardisasi profesi tutorial.
adalah pendidik yang dididik dan dihasilkan Dengan demikian diharapkan mutu pelayanan
oleh program studi Pendidikan Non-Formal di profesi tutorial pada masa yang akan datang lebih
Perguruan Tinggi Lembaga Pendidikan Tenaga meningkat.
Kependidikan (LPTK). Upaya peningkatan
profesionalisme PTK - PNF (Pamong/Tutor)
sangat erat kaitannya dengan peran LPTK
sebagai lembaga yang melaksanakan pendidikan C. PENINGKATAN MUTU PTK - PNF
prajabatan. (PAMONG/TUTOR)
Pendidikan prajabatan PTK-PNF
(Pamong/Tutor) dilaksanakan melalui pendidikan Kompetensi pendidik menurut PP RI No.
di pergur uan ting gi yang secara khusus 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
membina calon PTK - PNF (Pamong/Tutor) Pendidikan, bab VI, pasal 28, ayat 3, kompetensi
untuk memperoleh wawasan, pengetahuan, pendidik sebagai agen pembelajaran pada
keterampilan, nilai, dan sikap yang terpadu jenjang pendidikan dasar dan menengah serta
untuk melaksanakan kegiatan Non-Formal dan pendidikan anak usia dini meliputi: kompetensi
tutorial di balai/sanggar. Program pendidikan pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
PTK - PNF (Pamong/Tutor) mulai jenjang S1, profesional, dan kompetensi sosial. Kompetensi
S2, S3, dan Pendidikan Profesi Pamong/Tutor yang berhubungan dengan pelaksanaan Non-
yang dilaksanakan di Perguruan Tinggi Lembaga Formal dan tutorial merupakan salah satu dimensi
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). dari profesionalisme PTK-PNF (Pamong/Tutor).
Di samping hal tersebut di atas, program Kompetensi ini ditunjukkan dari unjuk kerja PTK-
studi PLS yang dimasuki hendaklah program studi PNF (Pamong/Tutor) dalam merencanakan,
PNF/PLS yang ada di LPTK, program studi melaksanakan, mengevaluasi, menganalisis hasil
yang terakreditasi dan berwenang menyiapkan evaluasi dan melaksanakan tindak lanjut kegiatan
tenaga Pamong/Tutor profesional. Lembaga Non-Formal dan tutorial yang menjadi tanggung
penyelenggara pendidikan Pamong/Tutor yang jawabnya. Pelaksanaan kegiatan Non-Formal dan
layak, didasarkan pada hasil akreditasi yang tutorial yang dirancang PTK-PNF (Pamong/
dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional (BAN) Tutor) hendaklah berdasarkan kebutuhan (need

Andragogi Vol.1 No.1. 2007 33


Pendidikan Profesi PTK - PNF ...

assessment) warga belajar, sehingga pelayanan D. PENDIDIKAN PROFESI


yang diberikan kepada warga belajar betul-betul
terasa manfaatnya bagi warga belajar. Hal ini
perlu dipelajari dan dilatih dalam pendidikan Dari gejala yang tampak di balai/
prajabatan, dan lebih dimantapkan dalam sanggar dewasa ini, Sarjana PLS sebagai PTK
program Pendidikan Profesi PNF/PLS. - PNF (Pamong/Tutor) yang bekerja di balai/
Profesionalisme PTK-PNF (Pamong/ sanggar, ada yang menjadi “luntur idealismenya”
Tutor) merupakan keharusan yang perlu dalam melaksanakan tugas, sehingga mutu
dipenuhi dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanannya kepada warga belajar menjadi
pelayanan Non-Formal dan tutorial. Salah satu rendah. Hal ini mungkin disebabkanan terbawa
upaya dalam meningkatkan profesionalisme oleh arus lingkungan masyarakat balai/sanggar,
PTK-PNF (Pamong/Tutor) adalah dengan tidak ada tuntutan yang tegas dari Kepala
menetapkan persyaratan jenjang pendidikan Balai/sanggar atau Pengawas Balai/sanggar,
minimal dan standar kompetensi minimal yang keadaan ekonomi keluarga yang lemah, wawasan,
harus dimiliki oleh PTK - PNF (Pamong/Tutor). pengetahuan, dan keterampilan profesi yang
Ada ahli yang berpendapat bahwa program studi dimiliki sudah tidak memadai untuk menghadapi
akademik dengan misi pengembangan ilmu tuntutan yang semakin kompleks. Oleh karena itu
dilaksanakan terpisah dari pendidikan profesi perlu peningkatan mutu, pencerahan kompetensi
yang misinya adalah pendidikan tenaga profesi profesi, dan pembaharuan komitmen kembali
dalam bidang tertentu. Oleh karena itu, kedua melalui pendidikan profesi.
jenis program studi tersebut dikembangkan Program pendidikan profesi secara
masing-masing. Misalnya pendidikan keilmuan umum bertujuan untuk menyiapkan para sarjana
tutorial dikembangkan dan diselenggarakan PLS untuk meraih kompetensi profesi dengan
terpisah dari program pendidikan akademik. kewenangan melakukan pelayanan profesi pada
Unjuk kerja PTK - PNF (Pamong/ berbagai latar, seperti balai/sanggar, instansi atau
Tutor) dapat dilihat dari keberhasilannya dalam lembaga pemerintah atau swasta, keluarga, dunia
mengerjakan tugas di balai/sanggar. PTK- usaha, dan dunia industri, serta lembaga atau
PNF (Pamong/Tutor) hendaklah mendapat organisasi sosial kemasyarakatan. Sama halnya
kesempatan untuk memperbaharui kemampuan dalam penyiapan Profesi, seperti sarjana psikologi
dan keterampilannya. Kompetensi yang terkait disiapkan menjadi Psikolog, sarjana farmasi
dengan penguasaan substansi Non-Formal disipkan menjadi Apoteker, sarjana kedokteran,
dan tutorial merupakan salah satu tuntutan disiapkan menjadi Dokter, sarjana akuntansi
kompetensi PTK-PNF (Pamong/Tutor). disipkan menjadi Akuntan, begitu pula sarjana
Keberhasilan PTK-PNF (Pamong/Tutor) PNF/PLS dipersiapkan menjadi Profesi Spesialis.
dalam melaksanakan tugasnya dapat dilihat dari Penyelenggaraan program pendidikan profesi
kesesuaian antara kebutuhan warga belajar dan PNF/PLS diharapkan dapat diorientasikan
cara dia memberikan pelayanan dengan tepat. kepada peningkatan mutu profesional sesuai
Dalam peningkatan mutu pelayanan Non- dengan standar Nasional bahkan Internasional.
Formal dan tutorial, PTK-PNF (Pamong/Tutor) Kurikulum pendidikan profesi berbobot 36 SKS
harus dapat merubah dirinya sendiri ke arah yang dengan praktik pengalaman lapangannya minimal
lebih profesional. Hal ini dapat dilaksanakan setara 600 jam nyata.
dengan cara selalu belajar melalui berbagai Lembaga/program studi perguruan
media, baik melalui belajar secara informal tinggi yang dapat menyelenggarakan pendidikan
dengan cara belajar sendiri maupun melalui profesi adalah jurusan/program studi PLS yang
pendidikan formal. Pendidikan non-formal terakreditasi dan berwenang menyiapkan tenaga
dapat mempertimbangkan atau mengambil PNF/PLS profesional di LPTK.. Program
keputusan dengan memilih dan menyesuaikan pendidikan profesi dapat dilaksanakan dalam
dengan keadaan yang mereka hadapi. Cara bentuk perkuliahan reguler selama satu tahun
peningkatan mutu mana yang lebih sesuai dengan mengambil mata kuliah antara 36 – 38
dengan kondisi mereka di balai/sanggar. SKS. Dapat juga dilaksanakan dalam bentuk
program berlapis, diambil 12 SKS dalam masa
libur secara intensif, kemudian praktek di

34 Andragogi Vol.1 No.1. 2007


Pendidikan Profesi PTK - PNF ...

balai/sanggar dan/atau di luar balai/sanggar, Salah satu cara dalam meningkatkan


selanjutnya ambil lagi 12 SKS pada waktu libur mutu profesionalisme PTK-PNF adalah dengan
berikutnya, demikian selanjutnya sampai selesai menetapkan persyaratan jenjang pendidikan
program yang diikuti. Ini dapat dilakukan dengan minimal dan standar kompetensi minimal
mengadakan kerjasama antara LPTK, balai/ yang harus dimiliki oleh PTK-PNF. Oleh
sanggar dan Dinas Diknas. karena itu, PTK-PNF hendaklah mendapat
kesempatan untuk memperbaharui kemampuan
dan keterampilannya. Kompetensi yang terkait
dengan penguasaan substansi Pendidikan
E. KESIMPULAN Non-Formal merupakan salah satu tuntutan
kompetensi PTK-PNF.
Warga belajar mempunyai harapan Tujuan program pendidikan profesi
tertentu terhadap PTK-PNF di balai/sanggar. PTK-PNF adalah untuk meningkatkan
Harapan terhadap pribadi dan perilaku Standar Layanan Minimal serta kualitas dan
profesionalismenya dalam melakukan kegiatan relevansi Jur usan/ program Studi PNF/
pendidikan Non-Formal. Profesionalisasi PLS, dan mempercepat pertumbuhan profesi
PTK-PNF dimulai dari pendidikan prajabatan tutorial melalui pendidikan profesi berdasarkan
pada jenjang (S1) jurusan/program studi PLS, kompetensi, sehingga tida pilar pembangunan
dilanjutkan dengan program pendidikan profesi pendidikan (perluasan akses, peningkatan mutu
di LPTK. Kemudian dilaksanakan dengan dan manajemen, akutabilitas dan pencitraan
komitmen dan tanggung jawab yang tinggi. LPTK publik) dapat tercapai.
yang terakreditasi dan berwenang diperkirakan
dapat mewujudkan dan membantu terlaksananya
dasar standardisasi profesi PTK-PNF.
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2004). Dasar Standardisasi Profesi Tutorial. Jakarta: Direktorat P2TK dan Ketenagaan
PT.
PP RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Selebaran Program Pendidikan Profesi Jurusan Non-Formal, 2005.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Kartono, Kartini. (1992 ). Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis: Apakah Pendidikan Masih Diperlukun?.
Bandung: Mandar Maju.di
- - - - ,(1997). Tinjauan Politik Mengenni Sistem Pendikan Nasional: Beberapa Kritik Dan Sugesti. Jakarta:
Pradriya Paramtra
Drost, S.J.,(1998), Sekolah Mengajar atau Mendidik?, Kanisius, Yogyakarta
———, (2005), Dari KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) Sampai MBS (Manajemen Berbasis Sekolah),
Penerbit Buku Kompas, Jakarta
Durkheim, Emile, (1990), Pendidikan Moral (Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan), Erlangga,
Jakarta.
Gie, The Liang (2004), Pengantar Filsafat Ilmu, Liberty, Yogyakarta
Jadman, Darmanto (1986), Sekitar Masalah Kebudayaan, Alumni, Bandung

1
Penulis adalah :
Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan UNM,
Tim Akademisi BPPLSP Regional V Makassar.

Andragogi Vol.1 No.1. 2007 35


Sertifikasi dan Kompetensi .....

SERTIFIKASI DAN KOMPETENSI


PROFESI PENDIDIK DAN TENAGA
KEPENDIDIKAN
PENDIDIKAN NON FORMAL
Sertifikasi yang dibicarakan dalam makalah ini difokuskan kepada sertifikasi profesi yaitu keahlian
sebagai PTK-PNF yang dapat diperoleh di jalur pendidikan formal, non-formal, maupun lembaga
kerja yang terakreditasi, pengalaman kerja atau bahkan campuran dari keempatnya sekaligus

H. Syamsuddin

Abstaract; Hasil penelitian mutakhir telah merubah paradigma lama tentang pentingnya kualitas Pendidik Tenaga
Kependidikan Pendidikan Non-Formal (PTK-PNF) dalam meningkatkan mutu pendidikan. Paradigma yang
mengandalkan kualitas PTK-PNF dilihat semata-mata dari sertifikasi ijazahnya ternyata keliru, karena yang
lebih penting adalah tingkat kopetensinya dan seberapa besar kompetensi yang dimiliki itu benar-benar dipraktekkan
dalam sejumlah jam secara efektif di kelas. Ini berarti peran PTK-PNF yang profesional dari kacamata kompetensi
profesi sangat diperlukan. Sayangnya, seperti juga sebagian besar profesi lainnya, PTK-PNF sebagai profesi masih
dalam taraf perkembangan. Oleh sebab itu, sertifikasi profesi PTK-PNF menjadi sangat penting dikembangkan
dan ditata karena tidak hanya untuk mendorong perkembangan profesi PTK-PNF tetapi juga berperan dalam
meningkatat kualitas, efektivitas dan ketertiban dalam proses pendidikan. Karena penegakan profesi PTK-PNF
tidak hanya menjamin mutu, tetapi juga melindungi pendidikan dari malpraktek dalam proses dan materi PTK-
PNFan, mendorong kinerja profesi PTK-PNF, dan memberikan perlindungan hukum dan renumerasi bagi profesi
PTK-PNF secara berkelayakan.
Dalam rangka menuju sertifikasi profesi PTK-PNF yang mapan dan akuntabel perlu dilakukan langkah sistemik
yang meliputi: perumusan standar kompetensi PTK-PNFan dan body of knowledge yang mendukungnya, rincian
jenis dan jenjang profesi PTK-PNF, kode etik profesi, standar penyelenggaraan pendidikan dan latihan PTK-PNF,
sistem dan mekanisme sertifikasi profesi, sistem dan mekanisme lisensi dan akreditasi penyelenggaraan PTK-PNFan
dan pelatihan profesi, sistem pengendalian profesi, sistem sanksi terhadap pelanggaran profesi, perlindungan profesi,
dan manajemen sertifikasi profesi.
Pemerintah sebagai regulator, distributor, dan resource allocator perlu secara integratif mengatur sertifikasi profesi
PTK-PNF dengan mengikutsertakan organisasi profesi, lembaga pendidikan tinggi, orang tua dan warga belajar.
Bekerja sama dengan akademisi, praktisi, dan orang tua peserta didik, organisasi profesi perlu ambil inisiatif
dalam gerakan menegakkan dan mengembangkan sertifikasi profesi PTK-PNF. Perpamongan tinggi dapat ambil
bagian dalam pengembangan konsep dan regulasi baik secara kelembagaan maupun individual melalui akademisinya,
serta dalam menyelenggarakan pre-service dan in-service training bagi pembentukan salah satu kompetensi profesi
PTK-PNF.

Kata kunci: sertifikasi;kompetensi; profesi; PTK-PNF.

36 Andragogi Vol.1 No.1. 2007


Sertifikasi dan Kompetensi .....

A. SERTIFIKASI DAN LISENSI sertifikasi untuk PTK-PNF yang bersifat voluntary


ditingkatkan menjadi mandatory dalam bentuk
Istilah sertifikasi dipergunakan dalam pengertian lisensi seperti contoh yang dilakukan Ohio State
yang bervariasi tergantung kepada konteksnya. Amerika Serikat. Lisensi menunjukkan ijin untuk
Di dunia perbankan misalnya, sertifikasi diartikan praktek yang dapat terbatas dalam artian lokasi,
sebagai “process by which a bank or other financial jangka waktu, dan dapat diberikan atas dasar
insititution guarantees a signature in the request for hasil evaluasi.
payment on a savings bond, a request for reissue, or Di peraturan perudangan-undangan yang
other application or request relating to savings bonds”. berlaku menyangkut pendidikan di Indonesia,
Dalam arti yang lain, sertifikasi merupakan proses istilah lisensi belum dipergunakan, yang dipakai
dimana pengakuan resmi (keabsahan) terhadap adalah sertifikasi, akreditasi, dan standar
orang, produk, proses, kepemilikan, atau nasional. Menurut UU No. 30/2003 tentang
keterangan, dan biasanya diatur dengan peraturan Sistem Pendidikan Nasional, sertifikasi dapat
perundangan yang berlaku. Sertifikasi produk berbentuk dua macam, yaitu dalam bentuk
misalnya diujudkan dalam bentuk sertifikasi ijazah dan sertifikasi kompetensi, sedang istilah
halal terhadap produk makanan tertentu atau yang digunakan dalam UU No. 13/2003 tentang
sertifikasi komputer yang kompatibel terhadap Ketenagakerjaan adalah sertifikasi kompetensi
sejumlah program tertentu. Sedangkan sertifikasi kerja atau sertifikasi profesi.1 Ijazah diberikan
yang berupa kepemilikan adalah sertifikat tanah. sebagai pengakuan terhadap prestasi belajar
Sertifikasi keterangan misalnya adalah sertifikasi dan/atau penyelesaian suatu jejang pendidikan
kelahiran atau adopsi anak. Sertifikasi untuk orang setelah lulus ujian yang diselenggarakan oleh
biasanya diberikan karena yang bersangkutan satuan pendidikan yang terakreditasi. Menurut
mempunyai pengetahuan, ketrampilan, dan peraturan perundangan tersebut, sertifikat
atau kemampuan yang diakui oleh lembaga kompetensi diberikan oleh penyelenggara
yang memberikan sertifikat. Sebagai bentuk pendidikan dan lembaga pelatihan kepada peserta
pengakuan keabsahan dan keauntentikan, didik dan warga masyarakat sebagai pengakuan
biasanya sertifikasi itu diterbitkan secara resmi terhadap kompetensi untuk melakukan pekerjaan
yang dikuatkan dengan stempel atau meterai tertentu setelah lulus uji kompetensi yang
(seal). Dalam makalah ini, istilah sertifikasi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang
dimaksud merupakan pengakuan resmi terhadap terakreditasi atau lembaga sertifikasi. Sedangkan
orang yang karena kepemilikan pengetahuan, sertifikasi kompetensi kerja diberikan kepada
ketrampilan, dan kemampuannya diberikan tenaga kerja yang telah mengikuti pelatihan kerja
pengakuan resmi. Pengakuan itu diberikan yang diselenggarakan oleh lembaga pelatihan
oleh lembaga yang mempunyai wewenang baik pemerintah maupun swasta, atau pelatihan
untuk memberikan sertifikasi. Karena untuk di tempat kerja. Jadi kompetensi disini adalah
memperolehnya diperlukan persyaratan tertentu kualifikasi kemampuan yang mencakup sikap,
dan proses tertentu yang harus dilalui, maka pengetahuan, dan ketrampilan sesuai dengan
sertifikasi juga diartikan sebagai proses yang harus standar yang disepakati. Sertifikasi profesi biasa
ditempuh untuk memperoleh pengakuan resmi, diberikan oleh lembaga profesi sebagai bentuk
yang antara lain berupa pengujian (testing). pengakuan penguasaan kinerja seseorang di
Dalam beberapa penggunaan di bidang pendidikan, lapangan dengan berbasis body of knowledge,
sertifikasi (certification) sering disamakan dengan pengalaman kerja, dan berdasarkan kode etik
lisensi (licensure), seperti yang dipakai oleh profesi.
beberapa peraturan perundangan Dewan Membedakan antara sertifikasi ijazah dan
Pendidikan di Amerika Serikat yang diberlakukan sertifikasi kompetensi sebenarnya kurang tepat,
bagi balai negeri (dalam bentuk Public School karena yang berupa ijazah maupun sertifikasi
Code and statutes). Sementara itu menurut Balasa kompetensi kerja, semuanya membutuhkan
(2003), perbedaan antara sertifikasi dan lisensi landasan ilmu pengetahuan (body of knowledge),
terletak pada sifat pemberlakuannya, sertifikasi keterampilan dan pengalaman lapangan yang
diberlakukan secara sukarela (volutarity) sedangkan harus memenuhi standar kompetensi. Oleh
lisensi bersifat keharusan (mandatory). Di beberapa sebab itu, sertifikasi yang dibicarakan dalam
negara bagian di Amerika Serikat, program

Andragogi Vol.1 No.1. 2007 37


Sertifikasi dan Kompetensi .....

B. Sertifikasi Profesi
(Asosiasi Pustakawan).
Sertifikasi kompetensi profesi menjadi penting
Profesi merupakan bagian dari, tetapi tidak sama karena jurisdiksi pelaksanaan suatu jabatan
dengan okupasi (jabatan). Seperti dijelaskan dapat dilindungi dan dikontrol dari orang-orang
dalam The American College Dictionary, bahwa yang tidak mempunyai kompetensi profesi di
“the term occupation as one’s business or trade and notes bidangnya sehingga publik dapat dilindungi
that the term profession implies an occupation requiring dari kemungkinan malpraktek di bidang profesi
special knowledge and training”. Ini mengandung tersebut. Dan jurisdiksi profesi secara langsung
makna bahwa okupasi adalah apa yang dikerjakan berhubungan dengan sistem ilmu pengetahuan
oleh seseorang sedangkan profesi adalah jabatan yang mendasarinya yang diakui dan didukung
yang memerlukan pengetahuan dan ketrampilan dengan pendidikan/pelatihan sebagai dasar
spesifik. Tidak semua okupasi memerlukan terbentuknya profesi.2. Dengan sertifikasi profesi
sertifikasi profesi. Jabatan bersifat pilah sedang maka keandalan kinerja dari jabatan yang dipegang
profesi bersifat kontinum dari yang paling rendah oleh seseorang akan dijamin, paling tidak pada
tingkatannya, para-profesional, sampai dengan tingkat kualifikasi kompetensi minimal. Dan
profesional.1 Jadi dalam pengertian ini, kepala dalam tatanan masyarakat global yang semakin
balai adalah okupasi, ahli manajemen balai terbuka dan kompetitif, tuntutan akan kebutuhan
adalah profesi. Begitu pula pamong balai sertifikasi profesi ini semakin besar.
adalah okopasi, tetapi pamong pembina adalah
Selain itu, sertifikasi profesi juga merupakan
profesi. Yang ideal adalah okupasi kepala balai
pengakuan legal terhadap kemampuan kinerja
didukung dengan salah satu jenis dan tingkatan
seseorang yang juga dapat dipergunakan untuk:
profesi di bidang manajemen pendidikan, begitu
1) Penyusunan basis data (data base) sumber
pula untuk menduduki salah satu okupasi daya manusia berkeahlian profesional;
pamong misalnya, diperlukan tingkat profesi 2) Bencmarking tenaga profesional;
pamong tertentu. Jadi bisa saja seseorang 3) Pe m b e r i a n p e n g a k u a n t e r h a d a p
mempunyai sertifikasi ijazah yang tinggi tetapi kemampuan yang diperoleh dari
masih mempunyai kualifikasi sertifikasi profesi pengalaman kerja;
yang masih rendah karena masih rendahnya 4) Mendorong terjadinya peningkatan
pengalaman di lapangan. Sebaliknya seseorang kemampuan profesional baik dalam
bisa saja memiliki sertifikasi profesi yang tinggi aspek pengetahuan, ketrampilan, maupun
walaupun sertifikasi ijazahnya lebih rendah kemampuan teknis;
karena tingginya tingkat kompetensi yang 5) Memberikan insentif kepada munculnya
diperoleh dari lamanya pelatihan dan pengalaman spesialisasi profesi;
di lapangan yang diakui oleh lembaga profesi. 6) Menciptakan lingkungan kerja yang
Profesi tidak cukup dengan body of knowledge profesional, ini semakin diperlukan dalam
saja, karena profesi juga harus dibuktikan iklim pemerintahan yang lebih menganut
dengan penerapannya di lapangan yang hanya desentralisasi,
bisa diujudkan di dunia kerja yang dilakukan 7) Dapat dipergunakan sebagai pedoman
berdasarkan kode etik profesi. Oleh sebab itu, skala renumerasi dan karier;
sertifikasi ijazah yang hanya diperoleh di jalur 8) Membuka akses ke pasar tenaga kerja
PTK-PNFan formal belum tentu serta merta baik di tingkat nasional, regional, maupun
menjamin terbentuknya profesi secara utuh. internasional.3
Uji kompetensi profesi masih diperlukan untuk
memperoleh sertifikasi kompetensi profesi. C. PTK-PNF Sebagai Profesi
Misalnya, di Inggris seseorang sarjana ilmu
perpustakaan yang baru lulus bisa memperoleh Baik di negara maju maupun di negara yang se-
ijazah Master di bidang Ilmu Perpustakaan, tetapi dang berkembang, baru profesi di bidang kedok-
untuk memperoleh sertifikat profesi pustakawan teran dan hukum yang sudah terbentuk, kuat dan
orang itu harus bekerja di perpustakaan minimal ditaati dalam pengisian okupasi. Misalnya untuk
dua tahun dan lulus uji kompetensi yang mengisi jabatan kepala Puskesanggars seseorang
diselenggarakaan oleh Associate Library Association harus memiliki sertifikasi profesi sebagai dokter.

38 Andragogi Vol.1 No.1. 2007


Sertifikasi dan Kompetensi .....

Demikian pula untuk mengisi jabatan penasehat tenaga profesional, PTK-PNF harus memiliki
hukum seseorang harus mempunyai sertifikasi kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai
advokat. Di Indonesia beberapa profesi masih dengan jenjang kewenangan mengajarnya.1 Dari
pada taraf sedang dikembangkan, termasuk pengertian di atas maka disimpulkan bahwa tidak
profesi PTK-PNF. Dalam praktek di lapangan, semua tenaga kependidikan merupakan jabatan
tidak semua okupasi didukung dengan kemam- yang memerlukan keahlian profesional, karena
puan profesi, karena kondisi pasar tenaga kerja, termasuk dalam pengertian ini adalah tenaga
belum dirumuskannya standar profesi, lemahnya administrasi dan penyelenggara pendidikan.
organisasi profesi dalam mengontrol pengisian Selain kelima ciri profesi pada umumnya di atas,
okupasi, dan penerapan pengetahuan dan ke- PTK-PNF sebagai profesi juga bercirikan sebagai
trampilan yang lebih dikontrol oleh profesi lain.1 layanan sosial yang esensial dan unik, berbasis
Kondisi semacam ini akan semakin berbahaya kepada teknik-teknik ilmiah diterima oleh
apabila dibiarkan karena tidak ada kepastian teman sejawat, dan titik berat tugasnya adalah
kemampuan minimal yang harus dipenuhi dalam memberikan layanan dan bukannya semata-mata
mengisi okupasi, jeleknya layanan publik, dan tujuan komersiil. Seperti diungkapkan oleh Robin
biasanya cenderung berdampak kepada peny- Ann Martin (2000)1 yang mengembangkan
alahgunaan kewenangan (malpraktek). pemikiran Myron Lieberman (1956), bahwa ciri
Suatu jabatan dapat termasuk kategori profesi profesi itu meliputi hal-hal sbb.:
apabila memenuhi setidak-tidaknya lima syarat, (1) Offering a unique, definite, and
yaitu: essential social service. For teaching,
1) Didasarkan atas sosok ilmu pengatahuan this service is the facilitation of learning,
teoritik (body of theoretical knowledge) yang though, how that is accomplished and
disepakati bersama; what teachers (as well as parents and
2) Ko m i t m e n u n t u k m e n e r a p k a n community members) believe needs
pengetahuan dan keterampilannya to be learned may vary based on the
dalam praktek secara otonom dan beliefs, needs, and practices of each
berkekuatan monopoli; community and each individual.
3) Adanya kode etik profesi sebagai
instrumen untuk memonitor tingkat (2) An emphasis upon intellectual
ketaatan anggotanya dan sistem sanksi techniques in performing its service.
yang perlu diterapkan; While health and legal professions (for
4) Adanya organisasi profesi yang example) may use physical techniques
mengembangkan, menjag a, dan in varying degrees, they also require
melindungi profesi; complex intellectual operations, as
5) Sistem sertifikasi bagi individu yang does teaching.
memiliki pengetahuan dan ketrampilan
untuk dapat menjalankan profesi (3) A long period of specialized
tersebut. training. Just how much training
is needed is debated within every
profession.
Bagaimanakah dengan profesi PTK-PNF?
Undang-undang Nomor 20/2003 tentang (4) A broad range of autonomy for
Sistem pendidikan Nasional jelas membedakan both the individual practitioner and
antara PTK-PNF dan tenaga kependidikan. the occupational group as a whole.
PTK-PNF dipastikan merupakan tenaga While this has arguably been reached
profesional, yaitu yang bertugas merencanakan within many full professions, it still is
dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai a primary point of contention between
hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan teachers and their governing bodies
dn pelatihan, serta melakukan penelitian dan (which are state and local Boards of
pengabdian kepada masyarakat. Karena sebagai Education in the United States).

Andragogi Vol.1 No.1. 2007 39


Sertifikasi dan Kompetensi .....

(5) An acceptance by the practitioners profesional yang memadai dan semuanya


of broad personal responsibility for didasarkan kepada kode etik profesi sebagai
judgments made and acts performed pendidik yang oleh NEA dirumuskan sebagai
within the scope of professional berikut:
autonomy. This is another tricky The educator, believing in the worth and dignity of each
issue within education because the human being, recognizes the supreme importance of the
results of more humanistic teaching pursuit of truth, devotion to excellence, and the nurture
are often long-term, where the most of the democratic principles. Essential to these goals is
important outcomes of teaching the protection of freedom to learn and to teach and the
(such as the development of the guarantee of equal educational opportunity for all. The
learner’s lifelong curiosity to learn) are educator accepts the responsibility to adhere to the highest
often immeasurable as well as being ethical standards
influenced by many others than simply Di Indonesia profesi PTK-PNF masih pada
the teachers. taraf dikembangkan sehingga masih memerlukan
perjuangan berat baik dari sisi internal maupun
(6) An organizational emphasis eksternal untuk mewujudkannya. Setidak-
upon the service to be rendered, tidaknya ada dua hal yang menjadi masalah
rather than economic gain for the dalam mengembangkan profesi PTK-PNFan
occupational group. This is what di Indonesia, yaitu tantangan yang dihadapi
distinguishes many professions from dan tuntutan kebijakan pemerintah akan
businesses that serve people, though it mutu pendidikan. Secara internal, tantangan
does not refer to personal motivations yang dihadapi adalah masih bervariasinya
of any individual professional. kualitas dasar keilmuan yang dimiliki oleh
PTK-PNF, sebagaian besar belum memenuhi
(7) A comprehensive self-governing standard minimum tingkat pendidikan yang
organization of practitioners. While diharapkan, dan masih besarnya salah kamar
teaching now has an untold number (miss-match) antara kompetensi PTK-PNF dan
of national and local organizations peran PTK-PNF yang ditugaskan di balai.
to support its development, they are Secara eksternal, penghargaan pemerintah dan
seldom self-governing of teaching masyarakat terhadap profesi PTK-PNF juga
itself (even if they govern their own masih rendah. Akibatnya masih banyak terjadi
organization), especially within the malpraktek pendidikan dalam melaksanakan
public domains of education. tugasnya. Banyak kesalahan terjadi pada peserta
didik yang merupakan akibat dari malpraktek
(8) A code of ethics which has yang dilakukan oleh seorang PTK-PNF, baik
been clarified and interpreted at its disengaja maupun tidak disengaja. Misalnya,
ambiguous points by concrete cases. salah satu keluhan diutarakan oleh teman yang
Returning to the NEA code of ethics, mengelola bimbingan belajar warga belajar
coming from an alternative education Balai menemukan bahwa salah konsep dan
perspective, I find that statement rendahnya tingkat pemahaman konsep dasar
about as vague and ambiguous as it Matematika banyak terjadi pada warga belajar
can be. While both traditional and sanggar, seperti: setengah dibagi setengah sama
alternative educators might agree with dengan seperempat; kalau 5x5 sama dengan 25,
the statement, what they’re agreeing tetapi nxn sama dengan 2n; kalau dalam bejana
to would refer to quite different (and dituangi air dengan suhu 20 derajad celcius
sometimes opposite) means and ends dan air mendidih yang suhunya 100 derajad
for education. celsius maka suhu air campuran dalam bejana
Di Amerika Serikat, profesi kependidikan sudah menjadi 120 derajad celsius.1 Belum kesalahan di
lebih diakui oleh pemerintah dan masyarakat bidang bahasa dan logika. Kesalahan-kesalahan
sehingga untuk mencapainya benar-benar akibat malpraktek PTK-PNF seperti ini tidak
dilakukan secara ketat dengan kendali mutu hanya mempengaruhi tingkat kelulusan, tetapi

40 Andragogi Vol.1 No.1. 2007


Sertifikasi dan Kompetensi .....

kebih jauh juga mempengaruhi masa depan D. Menuju Sertifikasi Profesi PTK-
kehidupannya. Malpraktek yang lain adalah
maraknya program bimbingan belajar di balai
oleh pamong sebagai kegiatan non-kurikuler Dalam rangka menuju sertifikasi profesi
disatu sisi dan tidak intensifnya kegiatan pamong PTK-PNF yang mapan dan akuntabel perlu
mengajar di kelas di sisi yang lain. Hasil ujian dilakukan langkah sistemik yang meliputi
nasional yang menunjukkan banyak warga belajar setidak tidaknya komponen sbb: perumusan
yang tidak lulus hanya dengan standar kelulusan standar kompetensi PTK-PNF dan body of
4,26 saja, merupakan salah satu akibat dari telah knowledge yang mendukungnya, rincian jenis
terjadinya malprakatek di antara para PTK-PNF. dan jenjang profesi PTK-PNF, kode etik
Apabila standar kelulusan dinaikkan pada taraf profesi, standar penyelenggaraan pendidikan
kewajaran yaitu 6,0, dapat dibayangkan semakin dan latihan PTK-PNF, sistem dan mekanisme
besar proporsi warga belajar yang tidak lulus ujian sertifikasi profesi, sistem dan mekanisme lisensi
nasional. Terjadinya seorang warga belajar yang dan akreditasi penyelenggaraan pendidikan
gantung diri karena mempunyai persoalan di dan pelatihan profesi, sistem pengendalian
balai, merupakan salah satu kegagalan dari peran profesi, sistem sanksi terhadap pelanggaran
seorang konselor di balai yang sangat diperlukan, profesi, perlindungan profesi, dan manajemen
yang selama ini malah dianggap sebagai tugas sertifikasi profesi.
seorang pamong yang tidak memperoleh
penugasan mengajar. Sementara itu, dengan Pertama, standar kompetensi profesi disusun
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan menggunakan pendekatan competency-
dan maraknya desakan diselenggarakannya based approach yang dimulai dari identifikasi
manajemen berbasis balai, peran dan keahlian profil keahlian PTK-PNF yang ideal dengan
yang dituntut dari seorang PTK-PNF profesional mempertimbangkan perkembangan lingkungan
semakin meningkat. Seperti analisis yang strategis baik yang bersifiat internal maupun
dilakukan oleh The Teacher Center, tanggung jawab internal, serta identifikasi faktor-faktor yang
profesi pamong di masa kini cakup hal-hal sbb.: mendukung terbentuknya standar kompetensi
1) Diagnosing learner needs, tersebut. Kompetensi tidak hanya menyangkut
2) Consulting with colleagues to plan bidang ilmu dan pengetahuan metodologi
individualized/personalized programs mengajarkannya, tetapi tak kalah pentingnya
for all learners, adalah sikap dan keyakinan akan nilai-nilai
3) Creating and maintaining learner- sosok PTK-PNF yang baik dan berpenampilan.
centered environments, Oleh sebab itu, stadar kompetensi profesi lebih
4) Aligning curriculum with instructional berorentasi kepada kualitas kinerja sehingga
strategies, setidak-tidaknya menggambarkan kinerja
5) Planning lessons, seperti apa yang diharapkan dapat dilakukan
6) Modifying content and instructional oleh seseorang yang mempunyai kompetensi
activities to meet the needs of individual itu, dasar keilmuan dan kode etik yang mana
learners, yang diperlukan untuk menghasilkan kinerja
7) Facilitating learning, tersebut, seberapa jauh tingkat kesempurnaan
8) Assessing learning outcomes, and pelaksanaan pekerjaan yang diharapkan, dan
9) Involving parents or other caregivers in seperti apa indikator penilaian yang dapat
all aspects of their child’s education. dipergunakan untuk menilai kinerja profesi.
Hasil penelitian yang mutakhir menunjukkan
Pengembangan standar kompetensi ini dapat
bahwa bukannya latar belakang ijazah dan ting-
dilakukan dengan pendekatan benckmarking,
ginya PTK-PNFan yang dimiliki oleh PTK-PNF
adopt dari standar yang sudah ada baik di bidang
yang memberikan kontribusi kepada kualitas
profesi lain maupun di bidang profesi yang sama
luaran pendidikan, tetapi lebih kepada seberapa
dari luar negeri, pendekatan “field research”, atau
jauh tingkat penguasaan kompetensi yang dimiliki
kombinasi keduanya.1 Produk dari standar
dan seberapa intensive kompetensi itu diterapkan
kompetensi ini dapat bertaraf nasional maupun
dalam praktek mengajar sehari-hari di dalam
internasional. Pendekatan fourpartiet antara
kelas

Andragogi Vol.1 No.1. 2007 41


Sertifikasi dan Kompetensi .....

birokrat, organisasi profesi, penyelenggaran oleh Pemerintah demi legitimasi, dalam proses
pendidikan dan pelatihan profesi, dan pemakai perumusannya harus mendayagunakan oganisasi
profesi sangat diperlukan untuk memperoleh profesi sehingga setiap perkembangan profesi
rumusan yang sempurna. dapat diintegrasikan di dalamnya. Kemudian,
regulasi tentang persyaratan dan standar lembaga
Hasil rumusan kompetensi tersebut pendidikan dan latihan profesi PTK-PNF
dijabarkan lebih lanjut untuk mengidentifikasi ini dilengkapi dengan sistem dan mekanisme
kompetensi dasar (core competence), body of knowledge sertifikasi yang harus dirumuskan sebagai lisensi
yang mendukungnnya, kompetensi pendukung, sehingga bersifat mandatory, dan akreditasi untuk
kompetensi yang sudah dibawa sejak lahir menetapkan kualitasnya.
(askriptif), kompetensi yang dapat diperoleh di
jenjang pendidikan formal, kompetensi yang Kelima, untuk menghindari ter jadinya
hanya dapat diperoleh di tempat kerja, dan malpraktek dalam pelaksanaan tugas PTK-
kompetensi yang menyangkut nilai, budaya, dan PNF maka regulasi tentang pengendalian dan
sikap yang pembentukannya diperlukan cara sanksi terhadap pelanggaran profesi PTK-
khusus. PNF perlu dirumuskan dan dituangkan dalam
Kedua, karena profesi itu bersifat bentuk peraturan perundang-undangan yang
kontinum, maka perlu dirinci jenjang profesi menjabarkan pasal 35 UU NO. 30/2003,
PTK-PNF mulai dari yang paling rendah sampai yaitu tentang sertifikasi profesi. Dengan
yang paling tinggi untuk menunjukkan tingkat demikian ada kepastian hukum, mendorong
kualitas kompetensi yang dimiliki oleh seseorang peningkatan profesionalisme kinerja profesi,
dan jejang okupasi yang sesuai. Rincian profesi dan perlindungan terhadap dampak malpraktek
PTK-PNF juga dapat dilakukan menurut jenisnya di kalangan PTK-PNF.
untuk memberikan variasi spesialisasi keahlian.
Misalnya dibedakan antara profesi PTK-PNF Keenam, regulasi tentang sertifikasi profesi tidak
untuk pamong kelas di balai dasar dan untuk hanya mengatur kewajiban akan dipenuhinya
pamong bidang studi di balai menengah, dsb. persyaratan dan standar, tetapi juga memberikan
perlindungan terhadap profesi terutama dari
Ketiga, kode etik profesi perlu ancaman terhadap otonomi dan akuntabilitas
dikembangkan sebagai pedoman norma dalam profesi, ancaman hukum, dan penghasilan
menjalankan profesi sehari-hari, yang dilengkapi berdasarkan kinerja dan jenjang profesi.
dengan indikatornya, dan sekaligus juga sebagai Dengan perlindungan ini maka semua orang
alat kontrol untuk menghindari terjadinya merasa aman dan nyaman dalam mengotimalkan
malpraktek dalam melaksanakan profesi. Dengan kinerja profesi PTK-PNF guna mendukung
memperoleh masukan dari berbagai pihak yang peningkatan mutu pendidikan.
berkaitan terutama klien, organisasi profesi E. Aktor Pengembangan Profesi
bertanggungjawab merumuskan kode etik
profesi ini.
Setidak-tidaknya ada empat aktor besar yang
Keempat, sesuai dengan peraturan seharusnya berperan dalam mengembangkan,
perudangan yang berlaku, pendidikan dan melaksanakan dan menjaga profesi PTK-PNF,
pelatihan profesi dapat diselenggarakan baik oleh yaitu: pemerintah, pendidikan tinggi, organisasi
satuan pendidikan atau lembaga sertifikasi mandiri profesi, dan konsumen, yaitu peserta didik
yang dibentuk oleh organisasi profesi yang diakui dan orang tua. Keempat aktor tersebut harus
oleh Pemerintah.2 Guna menghasilkan produk memberikan peran dan kontribusinya sesuai
yang diharapkan, perlu ditetapkan persyarataan dengan tugas dan fungsinya masing-masing
dan standar penyelenggaraan pendidikan dan sehingga tidak perlu terjadi tumpang-tindih.
pelatihan profesi PTK-PNF, yang tidak hanya
berorientasi kepada inputs tetapi tidak kalah Dalam masyarakat madani yang demokratis,
pentingnya juga kepada proses. Walaupun Pemerintah mempunyai tiga fungsi utama,
persyaratan dan standar ini secara resmi ditetapkan yaitu sebagai regulator, distributor, dan resource

42 Andragogi Vol.1 No.1. 2007


Sertifikasi dan Kompetensi .....

allocator. Sebagai regulor, Pemerintah secara dengan dua cara, yaitu secara kelembagaan
legitimate menyusun dan mengeluarkan melalui anggotanya (akademisi) dan secara
peraturan perundang-undangan yang dapat kelembagaan. Sebagai pemikir, akademisi di
mengikat semua unsur masyarakat, baik negeri perguruan tinggi, termasuk LPTK (FIP/JIP),
maupun swasta. Peraturan tentang persyaratan, secara individual sangat besar perannya dalam
standar, dan prosedur dalam memperoleh memberikan kontribusi kepada organisasi profesi
sertifikasi dan lisensi profesi PTK-PNF serta bagi tersusunnya konsep kompetensi yang akan
perangkat teknis lainnya perlu diterbitkan oleh dituangkan dalam peraturan perudang-udangan
Pemerintah. Yang menjadi pedoman dalam Pemerintah. Secara kelembagaan, perpamongan
penyusunan peraturan perundangan adalah tinggi mempunyai tugas utama menyiapkan orang
bahwa peraturan itu bukan untuk mempersulit untuk memperoleh kompetensi atau sebagian
tetapi untuk mempermudah dan memberikan dari kompentensi profesi melalui pendidikan
kepastian hukum dalam pelaksanaannya. Oleh formal. Rincian kompetensi yang dapat dididikan
karenanya harus cukup detail, self explanatory, seperti yang dirumuskan oleh organisasi profesi,
dan tidak lagi dapat ditafsirkan ganda. Dari dijabarkan menjadi program pendidikan dan
segi substansi, dalam penyusunan peraturan pengajaran baik untuk program akademik
perundang-undangan ini harus melibatkan maupun profesional, melalui program pra-jabatan
ketiga aktor yang lain. Kontribusi terbesar yang (pre-service training) maupun dalam-jabatan (in-
harus diberikan oleh organisasi profesi PTK- service training). Karena pembentukan profesi
PNF adalah konsep tentang profile profesi, PTK-PNF tidak dapat lepas dari pengalaman
rincian kompetensi, standar kompetensi, serta praktek dan bimbingan para praktisi, maka mulai
mekanisme untuk memperoleh kompetensi dari penyusunan kurikulum sampai dengan
tersebut baik yang melalui pendidikan formal pelaksanaan program pengajarannya, pendidikan
maupun pengalaman praktek, serta evaluasi tinggi perlu mendayagunakan peran praktisi dan
dan sertifikasinya. Rumusan seperti ini hanya lembaga balai dimana lulusannya akan bekerja.
akan dapat dirumuskan dengan baik apabila Untuk pengembangan model pendidikannya,
dilakukan oleh sekelompok orang yang sudah tersedianya balai laboratorium menjadi sangat
melaksanakan profesi di lapangan. Konsep yang signifikan.
dihasilkan oleh organisasi profesi inilah yang Warga belajar dan masyarakat yang akan menjadi
kemudian dituangkan dalam bentuk peraturan konsumen perlu dilibatkan dalam setiap proses
perundang-undangan. baik yang dilakukan oleh Pemerintah, organisasi
Organisasi profesi memegang kunci dalam profesi, maupun pendidikan tinggi. Maksudnya
pengembangan profesi PTK-PNF, karena agar selera, kebutunan, dan harapan mereka
organisasi inilah yang dapat merumuskan dapat diakomodasikan sejalan dengan terjadinya
kompetensi profesi. Rumusan kompetensi pergeseran sistem sosial, pergeseran peran
profesi tidak hanya menyangkut profile PTK- keluarga, pergeseran nilai dan norma, dan harapan
PNF dan kompetensinya, tetapi juga norma masyarakat akan peran PTK-PNF dalam konteks
dan kode etik profesi sebagai pedoman perubahan masyarakat dan teknologi yang sangat
dalam melaksanakan pelaksanaan tugas cepat.
profesi. Organisasi profesi juga bertanggung Dalam mengkoordinasikan peran masing-masing
jawab terhadap penetapan, pemberdayaan, aktor, suatu lembaga independen yang sehari-
pengendalian, penilaian, perlindungan, dan harinya mengevaluasi, mengembangkan dan
melakukan sosialisasi dan promosi tentang menpamongsi layanan untuk profesi PTK-PNF
profesi PTK-PNF, serta pemberian sanksi ini perlu dibentuk. Forum untuk mempertemukan
terhadap setiap bentuk pelanggaran profesi. keempat aktor tersebut dapat diujudkan dalam
Oleh sebab, organisasi profesi harus aktif bentuk Badan Sertifikasi Profesi pendidikan yang
memberikan masukan konsep dan pemberdayaan independen.
kepada aktor lainnya, terutama pemerintah dan
perpamongan tinggi.

Peran perpamongan tinggi dapat dilakukan

Andragogi Vol.1 No.1. 2007 43


Sertifikasi dan Kompetensi .....
F. Penutup

Menutup uraian ini dapat disimpulkan bahwa dan ini dapat menghambat upaya peningkatan
sertifikasi (baca lisensi) profesi PTK-PNF sangat kinerja profesi PTK-PNF dalam meningkatkan
perlu guna meningkatkan mutu PTK-PNFan, mutu pendidikan sebagaimana diamanatkan oleh
menghidari malpraktek dalam pelaksanaan tugas Propenas Tahun 2001. Oleh sebab itu, koordinasi
PTK-PNF, meningkatkan kinerja profesional dalam peraturan perundang-undangan dan antar
PTK-PNF, dan meningkatkan peluang kerja di instansi pemerintah perlu dilakukan sehingga
luar negeri dalam era kompetisi global. Untuk hanya ada satu peraturan perudangan dan institusi
itu pemerintah sebagai badan regulator bertugas perintah yang menangani profesi PTK-PNF ini.
untuk mengatur secara legal melalui peraturan
perundang-undangan sehingga bersifat mandatory Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) dan
dan mengikat. Pengembangan konsepnya Ikatan Sarjana di bidang spesialisasi pendidikan
dapat diserahkan kepada kombinasi antara lainnya sebagai organisasi profesi, mempunyai
organisasi profesi, akademisi, dan praktisi, sedang
kepentingan dan komitmen yang sama dengan
penyelenggaraaannya dapat diserahkan kepada pemerintah. Oleh karena itu, dengan bekerjasama
organisasi non-pemerintah yang memperoleh dengan akademisi, praktisi, dan birokrasi, ISPI
lisensi karena memenuhi persyaratan dan standar dan forum pertemuan FIP/JIP harus siap dengan
yang ditetapkan. konsep-konsepnya untuk membantu pemerintah
dalam mengembangkan konsep sertifikasi PTK-
Masalah klasik yang dihadapi adalah terjadinya PNF di Indonesia baik pada tataran nasional
tumpang tindih pengaturan dan regulasi yang maupun internasional.
dikeluarkan dari berbagai badan pengelola
sertifikasi oleh berbagai insititusi pemerintah,
menjadikan pengelolaan sertifikasi profesi
menjadi birokrasi yang tidak efisien dan rumit,

DAFTAR PUSTAKA
Balasa, Donald A. (2003). “Cetification and Licensure: Fact You Should Know.” In American
Association of Medical Assistants, Chicago, p. 108.
Barnett, Ronald (1992). Improving Higher Education: total Quality Care. Buckingham: SRHE and Open
University Press.
Bishop, Lou Don (2002). Definition, Regulation, and Licence of Paralegals in The United States, Dissertation
submitted to the Faculty of Virginia Polytechnic Institute and State Univesity.
Chapman, David and Don Adams (2002). The Quality of Eduction: Dimensions And Strategies. Hoghkong:
ADB and Comparative Education Research Centre.
Chapman, Judith D. et.al. (1996). The Reconstruction on Education: Quality, Equality, and Control. New
York: Cessell Welington House.
Komisi Sertifikasi Ikatan Geologi Indonesia (http://sertifikasi.iagi.or.id/manfaaat.prinsip. html)
Meylina Djafar (2005). “Standar Kompetensi Kesehatan Dalam Rangka Pengembangan Kualitas
Diknaker”. Media Pengembangan SDM Kesehatan, Volume. 1 No. 1 Januari 2005. pp.1-2.
Nurhadi, Muljani A. (2003). Sistem Manajemen Yang efektif Untuk Menunjang Mutu PTK-PNFan Dalam
Iklim Desentralisasi (Makalah disampaikan dan dibahas pada Seminar Nasional Tentang
Peningkatan Mutu Manajemen dan Kepemimpinan PTK-PNFan, di Program Pasca
Sarjana Univeritas Negeri Semarang, tanggal 4 Oktober 2003).
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional PTK-PNFan
Rakesh, Khurana, Nitin Nohria, and Daniel Penrice (2005). Is Business Management a profesion?.
Harvard: Harvard Business School, Special to SearchCIO.com (Rakesh Khurana, Nitin
Nohria, and Daniel Penrice, “Management as a Profession,” reprinted from Restoring Trust in
American Business, editors Jay W. Lorsch, Leslie Berlowitz, and Andy Zelleke, produced by the
American Academy of Arts & Sciences and published by The MIT Press, 2005).

44 Andragogi Vol.1 No.1. 2007


Sertifikasi dan Kompetensi .....

Robin Ann Martin (2000). Teaching as a Profession: Historic, Public, Union, and Alternative
Perceptions, Prepared for: HPC 690: Special Topics on U.S. History and Redefining Public Education
with Chris Lubienski, Iowa State University; also a possible background paper for
facilitating dialogue in an NEA Online Conference, Fall 2000.
Silvers, Julia Rutherford (2004). Certified Special Events Professional
Seminar Internasional “Menggali Manajemen PTK-PNFan Yang Efektif” diselenggarakan oleh ISanggarPI,
tanggal 30 dan 31 Agustus 2004 di Jakarta.
Sertifikasi Insinyur Profesional (http://www.pii.or.id/sertifikasi/).
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Program Pembvangunan Nasional (Propenas) Tahun 2000-
2004.
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Undang-undang Nomor 30 Tahun 2003 Tentang Sistem PTK-PNFan Nasional.
.http://www.investordictionary.com/definition/Certification.aspx
http://www.investorwords.com/813/certification.html, dan http://www.advfn.com/money-
words_term_813_certification.html
[11-14-98; 6.60.2.7 NMAC - Rn, 6 NMAC 4.2.4.1.7, 10-31-01] cidis dalam
http://www.lse.co.uk/financeglossary.asp?searchTerm=&iArticleID=474&definition=certificati
on
EDUCATOR\social_educator.htm
EDUCATOR\codenea.htm
EDUCATOR\kyepsb.htm
The NEA 1975 Representative Assembly; full Preamble at: http://www.nea.org/aboutnea/code.
html.
Changing_teaching_profession.htm

Andragogi Vol.1 No.1. 2007 45


Pendekatan Analisisi SWOT ....

PENDEKATAN ANALISIS SWOT


DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN NON
FORMAL
Perencanaan hanya akan dapat dilakukan apabila perencana megenal, mamahami dengan benar kekua-
tan dan kelemahan sebagai aspek internal aspek eksternal dari organisasi/ lembaga atau perencana,
sehingga dapat diungkap tantangan yang akan timbul di masa depan dan peluang yang mungkin
terbuka untuk diraih untuk kebaikan/ peningkatan kinerja. Tanpa mengetahui aspek-aspek tersebut
rencana yang disusun hanya merupakan angan-angan yang tidak berdasar
Dra. Sitti Hasnah

Abstract :
Pengambilan keputusan tentang program Pendidikan nonformal yang akan dilaksanakan, sebagian ditentukan oleh
perencanaan yang baik. Salah satu pendekatan perencanaan pendidikan nonformal yang dilakukan disebut Analisis
SWOT (Strengths, Weaknesses, opportunities, threats = kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman). Melalui analisis
SWOT akan melahirkan program Pendidikan nonformal yang realistiK dan sesuai kebutuhan sasaran.

PENDAHULUAN
Dengan perencanaan diharapkan dapat
dihindari penyimpangan sekecil mungkin dalam
Perencanaan adalah proses yang sistematis penggunaan sumber-sumber tersebut.
dalam pengambilan keputusan tentang tindakan Perencanaan hanya akan dapat dilakukan
yang akan dilakukan pada waktu yang akan apabila perencana megenal, mamahami dengan
datang. Disebut sistematis karena perencanaan benar kekuatan dan kelemahan sebagai aspek
itu dilaksanakan dengan menggunakan prinsip- internal aspek eksternal dari organisasi/ lembaga
prinsip tertentu di dalam proses pengambilan atau perencana, sehingga dapat diungkap
keputusan, penggunaan pengetahuan dan teknik/ tantangan yang akan timbul di masa depan dan
pendekatan secara ilmiah, serta tindakan atau peluang yang mungkin terbuka untuk diraih
kegiatan yang terorganisasi. untuk kebaikan/ peningkatan kinerja. Tanpa
Perencanaan dilakukan untuk menyusun mengetahui aspek-aspek tersebut rencana yang
rangkaian kegiatan guna mencapai tujuan disusun hanya merupakan angan-angan yang
yang ditentukan sebelumnya. Tujuan tersebut tidak berdasar, karena itulah diperlukan data yang
dapat mencakup tujuan umum (goals) dan cermat dan akurat dan terbaru dari semua lini/
tujuan khusus (objectives) suatu kegiatan/ komponen terkait.
program. Dalam menyusun rencana sebaiknya Perencanaan yang tidak didukung data, sering
mempertimbangkan sumber-sumber yang menimbulkan adanya rencana yang tidak akan
tersedia atau dapat disediakan. Sumber-sumber pernah tercapai, walaupun didukung oleh
itu meliputi sumber manusia dan sumber non- sumberdaya yang cukup memadai.
manusia. Sumber manusia mencakup antara Perencanaan memerlukan adanya data dasar yang
lain pamong belajar, fasilitator, tutor, warga diterima dan diakui oleh semua pihak termasuk
belajar, pimpinan lembaga dan masyarakat. disemua jenjang organisasi/lembaga terkait.
Sumber non-manusia meliputi fasilitas, alat- Setiap ada perubahan harus dilakukan secara
alat, waktu, biaya, lingkungan sosial budaya, serentak, disemua tingkatan organisasi/ lembaga
lingkungan fisik, dsb.

46 Andragogi Vol.1 No.1. 2007


Pendekatan Analisisi SWOT ....

terkait. Data dasar harus diperbaiki setiap tahun eksistensinya oleh semua pihak (masyarakat).
perencanaan. Sering suatu rencana sudah disusun Contoh kekuatan-kekuatan yang ada
tanpa si perencana memahami apa yang ada dan pada program pendidikan luar sekolah
sudah terjadi dan apa penghambat yang dihadapi. antara lain dapat menggunakan fasilitas-
Dalam keadaan seperti ini, tujuan yang disusun fasilitas yang ada di masyarakat tanpa harus
dalam rencana tersebut hampir dapat dipastikan memenuhi persyaratan tertentu/ ketat, yang
tidak akan dapat dicapai. tidak mungkin dipenuhi oleh masyarakat.
Perencanaan sering dianggap sebagai tugas rutin Fasilitas-fasilitas tersebut, antara lain, balai
semata, pada hal perencanaan adalah sesuatu desa, gedung SD dan Puskesmas yang
yang dinamis, kreatif, dan inovatif. Perencanaan kosong, gedung milik Yayasan ataupun
tidak pasif dan statis, karena itulah diperlukan rumah-rumah penduduk. Penilik PLS dapat
kereasi dan rasa memiliki (sense of ownership) melakukan bimbingan kepada penyelenggara
dari para perencana serta rasa malu apabila program PLS kapan saja tanpa terikat oleh
rencana yang disusun ternyata tidak realistis dan jam kantor.
tidak dapat diwujudkan. 2. Kelemahan
Pada setiap setiap perencanaan, hindarilah Maksud kelemahan dalam analisis ini
ungkapan “perencanaan untuk perencanaan” adalah permasalahan yang timbul dari
yang mengandung makna ketidakpeduliaan penyelenggaraan program dan hasilnya.
akan tujuan yang dirancang tetapi hanya asal ada Per masalahan merupakan kelemahan
kegiatan. yang dapat berubah menjadi tantangan
Untuk menyusun rencana yang dapat direalisasikan kelancaran pelaksanaan tugas/ program.
dalam kegiatan nyata dan berhasil, diperlukan Sebagai contoh disebutkan bahwa maasih
bebagai pendekatan untuk mengetahui atau banyak gedung-gedung yang ada , baik
memahami sejumlah informasi yang diperlukan, milik pemerintah maupun milik yayasan/
baik aspek internal maupun aspek ekternal. swasta belum semua termanfaatkan sebagai
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan tempat belajar. Hal ini disebabkan oleh
adalah analisis “SWOT” (Strengths, Weaknesses, beberapa hal, antara lain: (a) rendahnya
Opportunities, Threats). Sejanjutnya, pendekatan kesungguhan petugas (penilik/tenaga TLD/
ini akan dibahas pada bagian lain tulisan ini. penyelenggara program) dalam mendekati
pihak-pihak yang memiliki gedung kosong,
untuk dapat dimanfaatkan, (b) masyarakat
belum memahami secara baik dan benar
tentang penting dan keuntungan, jika
KONSEP ANALISIS SWOT program PLS diberikan tempat belajar,
(3) rendahnya perhatian pemerintah pada
SWOT mer upakan singkatan dari kata penyediaan tempat belajar program PLS
Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), 3. Peluang
Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman). Maksud peluang dari analisis ini adalah
Menurut Sihombing (2000), kata Threats hal-hal atau faktor-faktor dari luar program
mengandung unsur yang negatif, sehingga lebih yang kalau dicermati dan dimanfaatkan
cenderung menggunakan kata yang mengandung dengan baik dapat menjadi tumpuan
unsur positif yaitu tantangan (Challenges). harapan dimasa depan. Contoh hingga
Pengubahan ancaman menjadi tantangan karena saat ini masih cukup banyak tenaga terdidik
dia melihat bahwa ancaman kalau dikelola dengan yang belum mendapatkan pekerjaan sesuai
tepat dapat berubah menjadi peluang, sedangkan dengan keinginannya; sehingga mereka
tantangan selalu berisi peluang. Sehingga masih menganggur dan dapat dimanfaatkan
pendekatannya menjadi SWOC. sebagai tenaga pendidik (tutor/ fasilitator)
1. Kekuatan dalam program-pogram PLS.
Maksud kekuatan dalam analisis ini 4. Tantangan
adalah faktor-fakor yang mendukung Maksud tantangan dalam analisis ini adalah
penyelenggaraan program, serta diakui hal-hal yang harus diatasi, direbut, diperbaiki

Andragogi Vol.1 No.1. 2007 47


Pendekatan Analisisi SWOT ....

dan ditingkatkan untuk mendukung kelancaran mempertahankan keutuhan kelompok minimal


pelaksanaan tugas dalam usaha mencapai sampai mereka menyelesaikan satu program
tujuan. Tantangan bukan penghambat, tetapi pembelajaran.
perangsang untuk mendorong perencana
pendidikan luar sekolah untuk lebih kreatif
dan dinamis. Tantangan dapat berubah menjadi
peluang bagi perencana yang tidak berperilaku
apatis, statis dan mudah puas. STRATEGI PENYUSUNAN
Contoh tantangan, penyebaran pemukiman RENCANA
baik warga belajar maupun tenaga kependidikan,
serta mobilitas warga belajar merupakan Apabila petugas PLS ingin kegiatan/ programnya
tantangan besar dalam pembentukan dan dalam terlaksana, dicintai dan dirindukan oleh semua
mempertahankan kelangsungan kegiatan/ orang termasuk atasan, maka dalam penggalian
program PLS. Untuk itu, tantangan-tantangan faktor kekuatan, kelemahan yang dimiliki
yang dihadapi adalah (a) menempatkan kelompok dan peluang dan tantangan yang dihadapi,
belajar yang dapat terjangkau baik oleh warga dapat disusun pola dasar penyusunan rencana
belajar maupun tenaga kependidikan /tutor, kegiatan/ program sebagai berikut
dan (b) menemukan strategi-strategi untuk

Faktor eksternal

Faktor internal Peluang Tantangan

Kekuatan Rencana Rencana

Kelemahan Rencana Rencana

Pola dasar seperti di atas dapat dijadikan panduan sama dengan faktor peluang. Dalam situasi
untuk melihat kemungkinan apa yang harus ini program/ kegiatan memfokuskan diri pada
diperbuat atau rencana program apa yang akan peningkatan kualitas dan mencari peluang yang
dilakukan dengan mengaitkan faktor kekuatan baru.
(K), kelemahan (KL) (internal) dengan faktor Apabila kekuatan dikaitkan dengan tantangan,
peluang (P) dan tantangan (T) (eksternal). situasi yang dihasilkan akan menggambarkan:
Apabila faktor kekuatan dikaitkan dengan (1) Fakor kekuatan lebih besar dari faktor
peluang, maka akan dapat dilihat 3 kemungkinan: tantangan. Disini program/ kegiatan dapat
(1) faktor kekuatan lebih besar dari peluang memperkenalkan program-program baru
yang ada. Pada situasi ini program/ kegiatan karena tidak akan ada hambatan yang berarti.
dapat mengkonsentrasikan diri pada pemantapan (2) Faktor kelemahan lebih sedikit dari
program dan menghindari penurunan kualitas. faktor tantangan. Pada situasi ini program/
(2) Faktor kekuatan lebih kecil dari peluang. kegiatan akan memperhemat programnya agar
Disini program/ kegiatan dapat memanfaatkan mampu mengubah tantangan menjadi peluang;
peluang dengan mengadakan penyeragaman (3) Faktor kekuatan sama dengan faktor
garis program dan penganekaragaman mutu tantangan. Disini dapat diperkenalkan program
program. Sehingga peluang-peluang yang terbuka baru, karena tantangan harus dikendalikan
dapat dimanfaatkan. (3) Faktor kekuatan dengan program-program yang berkualitas.

48 Andragogi Vol.1 No.1. 2007


Pendekatan Analisisi SWOT ....

Secara singkat uraian di atas dapat diiingkas dalam bentuk gambar berikut:

No Faktor Situasi Strategi rencana

1 K dan P K > P Pemantapan program, mencegah penurunan kualitas.


K < P Penganekaragaman programPeningkatan kualitas
K = P program

2 K dan T K > T
Buat program baruMemperkuat program yang
K <T adaPerkenalkan program baru
K =T

3 KL dan P KL > P Tambal sulam atau meng ganti dgn program


KL < P baruMemanfaatkan situasi dan perkuat programPerkuat
program,
KL = P

4 KL dan T KL > T Ganti program atau hapus program yang lemahUbah


KL < T tantangan menjadi peluangHilangkan kelemahan/
kurangi kelemahan
KL = T
Keterangan : K = Kekuatan
KL = Kelemahan
P = Peluang
T = Tantangan
Contoh: Lembar Analisis SWOT

Bidang Tugas Kekuatan Kelemahan Peluang Tantangan Program

Dst

DAFTAR PUSTAKA

Aditya Prabhaswara, Peti Savitri, 2002, Dasar Penyusunan Project Proposal, Yogyakarta: Andi
H.D. Sudjana, 2005, Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah, Bandung: Falah
Production
Umberto Sihombing, 2000, Pendidikan Luar Sekolah Manajemen Strategi, Jakarta: PD
Mahkota.

Penulis adalah pemerhati Pendidikan Nonformal/ Alumni Jurusan PLS FIP UNM

Andragogi Vol.1 No.1. 2007 49


Pendidikan Kesetaraan Unggulan ..

PENDIDIKAN KESETARAAN UNGGULAN


(Sebuah Paradigma Baru Dalam Pendidikan Non Formal)

Arifin (2005) Satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal, merupakan paradigma baru
pendidikan untuk mendorong percepatan pembangunan di daerah berdasarkan potensi yang dimiliki
oleh masyarakat lokal. Dalam hal ini pengwilayahan komoditas harus dibarengi dengan lokalisasi
pendidikan dengan basis keunggulan lokal. Bukan hanya berkaitan dengan kurikulum yang merupakan
juga muatan lokal (pasal 37 ayat 1 huruf j), melainkan lebih memperjelas spesialisasi peserta didik,
untuk segera memasuki dunia kerja di lingkungan terdekatnya dan juga untuk menjadi ahli dalam
bidang tersebut.
Oleh : Ibrahim

Abstract
Pendidikan kesetaraan adalah pendidikan nonformal bagi warga Negara Indonesia usia sekolah yang berfungsi untuk
mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada pengetahuan akademik dan keterampilan fungsional
serta pengembangan sikap dan keperibadian professional. Penyelenggaraan pendidikan kesetaraan unggulan dapat
dilaksanakan dengan target pencapaian Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah bagaimana warga belajar
memiliki keterampilan dasar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bagi lulusan Paket A, bagaimana warga
belajar memiliki pengetahuan untuk memenuhi tuntutan dunia kerja bagi lulusan Paket B, sedangkan untuk
Paket C diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk berwirausaha. yang mengacu pada
akumulasi dari tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) pendidikan kesetaraan yang bekualitas, singkronisasi
kebutuhan warga belajar dengan analisis potensi local daerah, Partisipasi orang tua warga belajar dan masyarakat
di lingkungan pembelajaran serta penyediaan anggaran pendidikan kesetaraan yang memadai.

PENDAHULUAN mulai bermunculan, antara lain Houm schooling,


mobile sckhooling, e-learning dan bentuk-bentuk
A. Latar Belakang
lain. Kesemuanya ini adalah merupakan dinamika
Pendidikan Kesetaraan merupakan pendidikan perkembangan kemajuan pendidikan kesetaraan.
nonformal bagi warga Negara Indonesia usia Di sisi lain, penyelenggaraan pendidikan kesetraan
sekolah yang berfungsi untuk mengembangkan dewasa ini yang berlangsung secara reguler
potensi peserta didik dengan penekanan pada tidak diiringi oleh penyediaan Sumber Daya
penguasaan pengetahuan dan keterampilan Manusia yang unggul, mengakibatkan berbagai
fungsional serta pengembangan sikap dan perkembangan tersebut tidak berjalan sesuai
kepribadian professional. Hal ini tertuang harapan. Secara faktual, SDM pendidikan
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 kesetaraan ditinjau dari beberapa aspek antara
tentang Sistem Pendidikan Nasional. lain: (1) kualifikasi dan kompetensi Pendidik dan
Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan Tenaga Kepependidikannya belum terstandar
sudah mulai dikenal oleh masyarakat, terutama (2) analisis kebutuhan warga belajar sering tidak
masyarakat yang selama ini termarginalkan dari disinkronisasikan dengan analisis potensi lokal (3)
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kompetensi lulusan diukur dengan kemampuan
bahkan pendidikan kesetaraan sudah ada yang akademik melalui UAN, sedangkan pendidikan
menjadikan sebagai alternatif disebabkan keterampilan hidup (life skill) belum jelas
oleh kurangnya jaminan yang pasti bahwa pengukurannya. Terlebih lagi jika dikaitkan dengan
pendidikan persekolahan dapat membawa dana penyelenggaraan pendidikan kesetaraan
per ubahan ekonomi dan kesejahteraan yang serba tanggung, berakibat pada kompetensi
keluarga. (Yulaelawati, 2006:6) Model-model lulusan tidak sesuai dengan harapan.
penyelenggaraan pendidikan kesetaraan sudah Perlu diketahui bahwa warga belajar pada

50 Andragogi Vol.1 No.1. 2007


Pendidikan Kesetaraan Unggulan ..

pendidikan kesetaraan adalah orang-orang lokal (pasal 37 ayat 1 huruf j), melainkan lebih
yang memiliki permasalahan dalam mengikuti memperjelas spesialisasi peserta didik, untuk
pendidikan, jika pemeblajaran pendidikan segera memasuki dunia kerja di lingkungan
kesetaraan hanya menekankan pada kesetaraan terdekatnya dan juga untuk menjadi ahli dalam
akademik, maka warga belajar akan berhenti di bidang tersebut.
tengah jalan. Akan tetapi yang harus dipahami
pula bahwa warga belajar pada umumnya ikut B. Permasalahan
belajar sambil memikirkan tentang apa yang
Pendidikan kesetaraan yang dilaksanakan
akan dikerjakan nantinya. Artinya setelah selesai
selama ini belum dapat diukur dengan jelas
mengikuti pendidikan, warga belajar ingin
tentang kuantitas dan kualitasnya, mengingat
memperbaiki kehidupannya. Oleh karena itu
permasalahan yang sangat kompleks. Mulai
pendidikan kecakapan hidup (life skill) harus
dari keberadaan komunitas warganya, siapa
lebih dominan dibandingkan dengan pendidikan
penyelenggaranya, bagaimana kualifikasi tenaga
akademik. Senada dengan hal tersebut di
pendidiknya, dan bagaimana kompetensi lokal
atas, menurut Sihombing (1999: 47), bahwa
sumberdayanya, serta alokasi pendanaanya yang
“Program pendidikan masyarakat janganlah
serba tanggung.
diciptakan hanya sekedar belajar untuk belajar,
Untuk penyelenggaraan pendidikan Kesetaraan
tetapi harus belajar untuk hidup”. Dengan
unggulan perlu data yang akurat tentang
demikian kurikulum pendidikan kesetaraan,
warga belajar dan potensi sumberdaya lokal.
khususnya program Paket A, Paket B dan
Demikian pula kualifikasi dan standar kompetensi
Paket C hendaknya mengutamakan sinkronisasi
pengelola/penyelenggara, tenaga pendidiknya,
antara kebutuhan warga belajar dengan potensi
serta alokasi dana yang tersedia.
sumberdaya lokal, sehingga dapat menciptakan
Oleh karena itu yang menjadi rumusan
luaran Pendidikan Kesetaraan yang fungsional
masalah dalam penulisan karya ini adalah;
dan diunggulkan untuk mengolah kompetensi
dapatkah program pendidikan Kesetaraan
lokal daerahnya.
diunggulkan?
Penyelenggaraan program Pendidikan Kesetaraan
Paket A, Paket B dan Paket C dengan mengacu
pada pencapaian Standar Kompetensi Lulusan PEMBAHASAN
(SKL) adalah bagaimana warga belajar memiliki
keterampilan dasar untuk memenuhi kebutuhan A. Pengertian
sehari-hari bagi lulusan Paket A, bagaimana Sudah kita ketahui bersama bahwa kondisi
warga belajar memiliki pengetahuan untuk Sumber Daya Manusia (SDM) kita dibandingkan
memenuhi tuntutan dunia kerja bagi lulusan Paket dengan Negara-negara Asia adalah selalu
B, sedangkan untuk Paket C diharapkan dapat terdepan dari sisi ketertinggalan. Segala daya
memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk dan upaya pemerintah dan masyarakat telah
berwirausaha. Oleh karena itu penyelenggaraan dilaksanakan, terutama di sektor pendidikan.
pembelajaran untuk Paket A, Paket B dan Paket Dewasa ini peningkatan mutu SDM dituangkan
C harus betul-betul menerapkan pembelajaran dalam bentuk pendidikan sekolah-sekolah
keterampilan yang berbasis kompetensi lokal, unggulan, terutama di sektor pendidikan formal.
bukan hanya penguatan pembelajarannya Namun dalam pelaksanannya sekolah tersebut
ditekankan untuk pembelajaran akademik hanya menerima warga belajar yang sudah
komvensional. berprestasi. Jadi sesungguhnya hanyalah sekolah
Satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal, dengan kumpulan warga belajar yang cerdas
merupakan paradigma baru pendidikan untuk sehingga dengan memilih input yang baik, secara
mendorong percepatan pembangunan di daerah logika akan mmenghasilkan out put yang baik.
berdasarkan potensi yang dimiliki oleh masyarakat Lalu bagaimana dengan pendidikan nonformal
lokal. Dalam hal ini pengwilayahan komoditas yang nota bene warga belajarnya adalah orang-
harus dibarengi dengan lokalisasi pendidikan dan orang yang bermasalah? Tentu tidak menciplak
basis keunggulan lokal. Bukan hanya berkaitan secara kongkrit penyelenggaraan pendidikan
dengan kurikulum yang merupakan juga muatan formal, melainkan dengan metode pembelajaran

Andragogi Vol.1 No.1. 2007 51


Pendidikan Kesetaraan Unggulan ..

tertentu, yang mengarah pada teknik pembelajaran 1. Pemetaan wilayah sasaran pendidikan
pedagogik/andragogik yang lazim dilakukan kesetaraan
dalam penyelenggaraan pendidikan Kesetaraan.
Bukan berarti harus sama dengan pendidikan Profil pendidikan di Indonesia kompleks dan
formal, akan tetapi kesetaraan yang dimaksudkan sangat beragam oleh karena perbedaan yang
adalah sepadan dalam pengakuan, bobot, nilai, sangat mencolok antar daerah, khususnya
ukuran/kadar, pengaruh, kedudukan, fungsi, dan perbedaan antara pulau Jawa dan yang
kewenangan. Berdasarkan uraian tersebut di atas, lainnya, perbedaan antar kota dan desa,
maka pendidikan kesetaraan dapat dirumuskan perbedaan antar daerah maju dan daerah
sebagai berikut : terpencil di Papua. Kesemuanya ini adalah
1. Merupakan salah satu jenis pendidikan bukti bahwa pembangunan pendidikan di
Nonformal yang berstruktur dan Indonesia belum mampu diwujudkan secara
berjenjang merata akibat berbagai macam keterbatasan.
2. Memiliki kesamaan standar kompetensi Pemerataan pembangunan pendidikan sering
minimal bidang akademik dengan diukur dengan banyaknya sekolah formal yang
pendidikan formal pada level atau dibangun disetiap daerah. Sementara sekolah
jenjang tertentu formal belum bisa menampung semua
3. Diperkaya dengan keterampilan yang aspirasi pendidikan masyarakat sehingga
lebih berorientasi pada kecakapan pemerataan pendidikan dilaksanakan dengan
hidup (Paparan Direktur Kesetaraan th sistem pendididkan formal, nonformal
2006) dan informal. Penyelenggaraan pendidikan
Pendidikan kesetaraan sebenarnya dengan sistem pendidikan nonformal dengan
sebelum dicetuskan ide sekolah unggulan sasaran peserta didik usia sekolah yang
sudah memiliki nilai-nilai keunggulan, yakni dikenal dengan istilah pendidikan kesetaraan
dengan adanya pengayaan keterampialan dapat dilaksanakan untuk memberikan
yang lebih berorientasi pada kecakapan jaminan memperoleh pendidikan bagi warga
hidup. Namun demikian pendidikan Negara, khususnya siswa yang bermasalah.
kesetaraan unggulan, penekanannya adalah Siswa bermasalah di sini adalah :
bagaimana membina warga belajar agar a. Tidak mengikuti pendidikan formal
dapat memiliki pengetahuan akademik setara karena; malas mengikuti
dengan pendidikan formal dan unggul dalam pembelajaran. Nakal dan sering
mengelola potensi sumberdaya ekonomi mengganggu lingkungan, anak jalanan,
lokal yang dapat bermanfaat bagi warga dan korban penyalah gunaan narkoba
belajar dan masyarakat sekitarnya. Oleh (sering terjadi di kota-kota)
karena itu defenisi program pendidikan b. Tidak mengikuti pendidikan formal
kesetaraan unggulan adalah suatu kelompok karena; tidak punya waktu, alasan
belajar pendidikan kesetaraan yang mampu ekonomi, korban keluarga berantakan,
membawa setiap warga belajarnya mencapai dan korban bencana alam. (sering
kemampuannya secara terukur dan mampu terjadi di kota-kota dan di desa)
menunjukkan prestasinya tersebut, baik c. Tidak mengikuti pendidikan formal
secara akademik maupun keterampilan karena; tidak ada sekolah formal di
hidup daerahnya, alasan geografis seperti
di kepulauan dan pesisir, daerah
terpencil, pegunungan, daerah
B. Penyelenggaraan Pendidikan terisolasi, dan alasan budaya. (sering
Kesetaraan terjadi di desa-desa)
Pendidikan kesetaraan unggulan adalah Berdasarkan masalah yang dialami oleh warga
sebuah paradigma bar u pendidikan belajar tersebut di atas, juga mencerminkan
nonformal, khususnya pendidikan kesetaraan wilayah sasaran pendidikan kesetaraan yang
yang dapat dilaksanakan dengan mengacu dapat didata, dianalisis dan dikelompokkan
pada beberapa kriteria, antara lain: untuk merencanakan penyelenggaraan
pendidikan kesetaraan sesuai dengan kondisi

52 Andragogi Vol.1 No.1. 2007


Pendidikan Kesetaraan Unggulan ..

wilayah tempat tinggalnya masing-masing. Paket C, dibutuhkan sosok penyelenggara


Dengan demikian maka sasaran pendidikan yang memiliki kualifikasi pendidikan minimal,
kesetaraan menjadi jelas pengwilayahannya, sebagaimana yang diisyaratkan dalam
yakni perkotaan, pedesaan, pesisir, kepulauan, Undang-undang dan memahami hakekat
daerah terpencil/terisolasi dan suku terasing. penyeleng garaan program pendidikan
Daerah perkotaan sebagai sasaran kesetaraan. Oleh karena itu penyelenggara
pendidikan kesetaraan juga memiliki karakter program pendidikan kesetaraan diharapkan
yang berbeda sesuai kondisi lokal sasaran, memiliki standar kompetensi minimal sebagai
sehing ga penyeleng garaan pendidikan berikut:
kesetaraan mengikuti karakter sumberdaya a. Kompetensi akademik
lokal. Demikian pula daerah pedesaan dan Kompetensi akademik yang dimaksudkan
daerah lain. adalah pemahaman terhadap konsep
pendidikan kesetaraan secara umum,
sasaran pendidikan kesetaraan, dan program
pendidikan kesetaraan.
2. Analisis sumberdaya lokal b. Kompetensi teknis
Sumberdaya lokal yang dimaksudkan di Penguasaan terhadap teknis penyelenggaraan
dalam tulisan ini adalah sumber daya manusia pendidikan kesetaraan, menyangkut teknik
(SDM), sumber daya alam (SDA), dan koordinasi, pelaksanaan, kemitraan, evaluasi
sumberdaya ekonomi lokal yang dapat dan pelaporan, serta tindak lanjut.
mendukung penyelenggaraan pendidikan c. Kompetensi kepribadian, adalah
kesetaraan. Oleh karena itu sumberdaya kemampuan kepribadian yang mantap,
lokal pendidikan adalah segenap potensi atau berahlak mulia, arif dan berwibawa, serta
kemampuan yang ada di suatu wilayah/lokasi, menjadi teladan bagi komunitas pembelajar
yang dapat dijadikan daya dukung dalam tenaga kependidikan, masyarakat dan peserta
pelaksanaan program pendidikan kesetaraan didik.
(Ali Latif, 2007:1). Lebih lanjut dikatakan d. Kompetensi sosial, adalah kemampuan
bahwa keberadaan sumberdaya pendidikan penyelenggara untuk berkomunikasi dan
di suatu wilayah dapat dijadiikan indikator berinteraksi secara efektif dan efisien dengan
keberhasilan penyelenggaraan pendidikan peserta didik, Tutor, orangtua peserta didik
kesetaraan. dan masyarakat, serta kemampuan untuk
Menganalisis sumberdaya lokal pendidikan, memahami perubahan sosial yang terjadi
merupakan bagian dari aktifitas mencari
tahu dan menentukan seberapa banyak dan
bervariasinya sumberdaya lokal pendidikan,
baik sumberdaya manusia maupun sumberdaya 4. Analisis kebutuhan warga belajar
non manusia sehingga menjadi dasar dukungan Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan Yang
dalam pelaksanaan program pendidikan Maha Esa, sejak lahir selalu dihadapkan
kesetaraan. dengan kebutuhannya. Dalam memenuhi
3. Kualifikasi/Kompetensi penyelenggara kebutuhannya itu sangat bergantung pada
Untuk Pendidikan Nonformal yang dimaksud lingkungan keluarga, lingkungan tetangga,
tenaga kependidikan adalah pengelola teman sepermainan, teman sekolah dan
kelompok belajar, tenaga administrasi, dan sebagainya. Dalam lingkungan itu manusia
tenaga perpustakaan (Pasal 35 ayat 1 bagian dihadapkan dengan benda-benda, anggapan-
f). Akan tetapi dalam penyusunan karya tulis anggapan, dan nila-nilai. Kebutuhan manusia
ini, yang dimaksud tenaga kependidikan banyak sekali ragamnya, akan tetapi tidak
adalah penyelenggara program pendidikan semua kebutuhan itu dapat dikategorikan
kesetaraan, yakni orang yang memgorganisir sebagai kebutuhan belajar (learning needs).
dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Salah satu penyebab timbulnya kebutuhan
Penyelenggaraan pendidikan kesetaraan belajar karena adanya perubahan dalam
unggulan, khususnya Paket A, Paket B dan masyarakat sebagai konsekuensi akan adanya

Andragogi Vol.1 No.1. 2007 53


Pendidikan Kesetaraan Unggulan ..

perkembangan ilmu pengetahun dan teknologi


Dari ...................jenis kebutuhan belajar
yang semakin pesat. yang dinyatakan oleh calon peserta didik,
Dalam diri individu, kelompok atau masyarakat
ada.............atau.......% yang menyatakan butuh
sering suatu kebutuhan belajar perlu untuk
belajar keterampiln........................,...........
disadari, tetapi karena mereka tidak memiliki
atau .......% menyatakan butuh belajar
kemampuan bagaimana menyadarinya sehinggake t e r a m p i l a n . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . , . . . . . . . . . . .
kebutuhan itu tidak disadari. Sebaliknya ada
atau .......% menyatakan butuh belajar
kebutuhan yang dianggap kebutuhan belajar dan
ke t e r a m p i l a n . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . , . . . . . . . . . . .
bisa disadari akan tetapi individu, keompok atau
atau ........% menyatakan butuh belajar
masyarakat itu sendiri belum merasakan bahwa
ke t e r a m p i l a n . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . , . . . . . . . . . . .
itu adalah suatu kebutuhan belajar yang penting
atau .........% menyatakan butuh belajar
untuk disadari menjadi suatu kebutuhan belajar
keterampilan.........................
yang nyata (Syamsul Bahkri, 2007:1). Dari hasil pengolahan data tersebut, nampak
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka analisis
bahwa kebutuhan belajar keterampilan
kebutuhan belajar pada suatu daerah sasaran
yang paling dibutuhkan oleh calon warga
penyelenggaraan dibutuhkan analisis kebutuhan
belajar adalah jenis kebutuhan belajar
belajar dan diawali dengan identifikasi. Untuk
keterampilan............dan jenis kebutuhan
melakukan identifikasi kebutuhan belajar dapat
Keterampilan...............
digunakan berbagai instrumen, baik dalam Namun oleh karena di sekitar lokasi kelompok
bentuk format isian maupun dalam bentuk belajar tersebut tidak terdapat sumber belajar
wawancara. keterampilan (1)........................dan sulit untuk
Contoh. Format Isian Kebutuhan Belajar mengadakannya, maka keterampilan tersebut
a) Nama : sulit dilaksanakan, sehingga yang dapat
b) Umur : menjadi alternatif adalah jenis kebutuhan
c) Jenis Kelamin : belajar keterampilan...............................
d) Pendidikan/Kelas terakhir :
5. Kompetensi tutor
e) Alamat :
f) Keterampilan yang dimikili : Tutor adalah merupakan ujung tombak kegiatan
pembelajaran karena berhadapan langsung
1).............................................................
dengan warga belajar. Tutor hendaknya
2).............................................................
memiliki kualifikasi yang dipersyaratkan
3).............................................................
dan standar kompetensi minimal sebagai
g) Keterampilan yang dibutuhkan :
tenaga pendidik, yakni berkualifikasi minimal
1).............................................................
S1 atau D IV, mengacu pada PP No. 19
2).............................................................
tahun 2005. Standar kompetensi minimal
3).............................................................
yang harus dimiliki bagi seorang Tutor
4).............................................................
adalah kompetensi kepribadian, pedagogik/
5).............................................................
andragogik, kompetensi profesional, dan
h. Harapan/cita-cita setelah tamat:
kompetensi sosial. Tutor yang professional
adalah yang mampu mewujudkan keinginan
Contoh 1: for mat Analisis Kebutuhan
warga belajar untuk senantiasa mau belajar
dan mampu mewujudkan harapan-harapan
orang tua, penyelenggara dan masyarakat pada
No Jenis F Keterangan
umumnya di mana ia melaksanakan tugasnya.
Kebutuhan
6. Memiliki tujuan pencapaian filosofis yang
jelas
1 Tujuan filosofis diwujudkan dalam bentuk
2 Visi dan Misi seluruh kegiatan program satuan
3 pembelajaran. Tidak hanya itu visi dan misi
4 dapat dicerna dan dilaksanakan secara bersama
oleh setiap elemen kelompok pembelajaran.

54 Andragogi Vol.1 No.1. 2007


Pendidikan Kesetaraan Unggulan ..

7. Lingkungan yang kondusif 11.Partisipasi orang tua dan masyarakat


untuk pembelajaran
Lingkungan yang kondusif bukanlah hanya Di sekolah formal terutama sekolah unggulan
ruang kelas dengan berbagai fasilitas mewah, selalu melibatkan partisipasi orang tua
lingkungan tersebut bisa berada di tengah dalam kegiatannya. Konstribusi minimal
sawah, di bawah pohon, di bawah kolom adalah memberikan pengawasan secara
rumah atau di berbagai tempat yang dapat suka rela. Jika penyelenggaraan pendidikan
menciptakan suasana pembelajaran yang kon- kesetaraan juga dapat melibatkan orang
dusif. Yang jelas lingkungan yang kondusif tua warga belajar, otomatis memuluskan
adalah lingkungan yang dapat memberikan harapan untuk pencapaian target tujuan
dimensi pemahaman secara menyeluruh bagi pembelajaran, terutama adanya sinkronisasi
warga belajar. antara pola pembelajaran dengan kebutuhan
8. Jaringan organisasi yang baik hidup bagi keluarga warga belajar. Pada
akhirnya Program Pendidikan Kesetaraan
Organisasi yang baik dan solid akan menambah adalah merupakan program bersama dengan
wawasan dan kemampuan anggotanya untuk masyarakat.
belajar dan terus berkembang. Serta perlu 12. Dukungan Pendanaan yang Memadai
pula dialog dan komunikasi antar organisasi Kinerja pendidikan kesetaraan dapat pula
tersebut. Yang dimaksudkan dalam hal ini ditingkatkan jika dukungan pendanaannya
adalah jaringan kemitraan dalam rangka memadai dan konsisten sesuai bentuk
pencapaian tujuan pendidikan kesetaraan dan jenis pendidikan yang didanai. Jika
unggulan; baik hubungan antar forum Tutor, pendanaan pendidikan kesetaraan memadai,
PKBM, Instansi terkait maupun jaringannya maka program penguatan dalam bidang
dengan orang tua warga belajar dan masyarakat pendidikan keterampilan bisa dioptimalkan.
sekitarnya. Hal ini seiring dengan apa yang diungkapkan
9. Kurikulum yang jelas oleh Ki Supriyono dalam Editorial Toni d,
Permasalahan yang umum ditemui adalah Widiastono (2004,434) “Komitmen untuk
kurikulum yang sentralistik, dimana Diknas memajukan pendidikan melalui penerapan
membuat kurikulum dan dilaksanakan secara sistem pembiayaan pendidikan secara
nasional. Dengan memuat sedikit muatan konsisten dan inovatif merupakan kunci
lokal, sehingga potensi daerah dan kemampuan kemajuan pendidikan pada khususnya dan
mengajar bagi Tutor dan potensi warga belajar kemajuan bangsa Indonesia umumnya.
terpasung. Sebaiknya kurikulum dirancang oleh
setiap daerah dengan mengacu pada potensi
unggulan daerah masing-masing, sehingga C. Administrasi Pendidikan
muncul program pendidikan kesetaraan Kesetaraan
unggulan dari masing-masing daerah yang Sistem administrasi Pendidikan Kesetaraan
memiliki keragaman dan corak masing- adalah juga merupakan syarat mutlak. Untuk
masing. Oleh karena itu, kurikulum yang sosialisasi penyelenggaraan tentu dilihat dari
dapat dipergunakan adalah mengacu pada sistem administrasi, terutama dalam hal
kurikulum baru, yakni Kurikulum Tingkat penilaian penyelenggaraannya.
Satuan Pendidikan (KTSP). Administrasi yang dibutuhlan adalah:
10. Evaluasi 1. Papan nama lelompok belajar
Evaluasi belajar yang baik adalah berdasarkan 2. Papan struktur organisasi penyelenggara
acuan patokan atau acuan norma untuk 3. Kelengkapan administrasi penyelenggaraan
mengetahui apakah tujuan pembelajaran dari a. Buku Induk Warga Belajar
kurikulum sudah tercapai. Bila kurikulum sudah b. Buku Induk Tenaga Pendidik
tertata rapi dan jelas, akan dapat terukur target (Tutor dan Nara sumber Teknis)
pencapaian pembelajaran sehingga evaluasi c. Buku daftar hadir warga belajar
belajar yang diadakan mampu mempetakan d. Buku Keungan/Kas umum
kemampuan warga belajar

Andragogi Vol.1 No.1. 2007 55


Pendidikan Kesetaraan Unggulan ..

e. Buku daftar inventaris berikut:


f. Buku agenda pembelajaran 1. Penyelenggaraan pendidikan kesetaraan
g. Buku agenda surat masuk dan keluar unggulan adalah merupakan paradigma
h.Buku laporan bulanan Tutor/Nara baru pendidikan nonformal
sumber teknis 2. Pendidikan kesetaraan unggulan dapat
i. Buku daftar nilai warga belajar dikatakan unggul jika penyelenggaraannya
j. Buku tanda terima ijazah terdiri dari akumulasi SDM pendidikan
4. Buku daftar tamu yang unggul disinkronkan dengan analisis
5. Buku daftar hadir pengelola kompetensi lokal sebagai kebutuhan belajar
6. Slogam visi dan misi penyelenggaraan dan dan pendanaan yang memadai.
7. Atribut lainnya yang dapat menunjang
program pembelajaran pendidikan
kesetaraan B. Saran-saran
unggulan. a. Penyelenggaraan program pendidikan
PENUTUP kesetaraan senantiasa disosialisasikan
A. Kesimpulan secara massal kepada masyarakat, baik
Pendidikan kesetaraan yang terdiri dari pada tingkat bawah maupun pada tingkat
program Paket A, Paket B dan Paket C penentu kebijakan agar kompetensi
dapat dikatakan unggul jika outputnya lulusan program pendidikan kesetaraan
dapat setara dengan pendidikan formal, benar-benar setara dalam civil effect.
ditinjau dari segi akademik dan kompetensi b. Perlunya ada jaminan hukum bagi Tutor
luarannya dapat langsung mengaplikasikan pendidikan kesetaraan sehingga jelas
ilmu pengetahuan dan keterampilannya keberadaannya.
dalam rangka mengelolah sumberdaya lokal c. Pendanaan pendidikan kesetaraan perlu
untuk peningkatan mutu dan taraf hidupnya. ditinjau dalam rangka penyelenggaraan
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat kesimpulan yang lebih efektif dan efesien.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar. 2005. Format Baru Pengelolaan Pendidikan, Jakarta: Pustaka Indonesia.
Gaffar, Syamsul B. 2007. Analisis Sumber Belajar dan Kebutuhan Belajar. Disajikan pada Diklat
Penyelenggara Pendidikan Kesetaraan. Maros, 26 April
Latif, M. Ali 2007. Analisis Sumber Daya Lokal Pendidikan. Disajikan pada Diklat Penyelenggara
Pendidikan Kesetaraan. Maros, 25 April
Daud, Marwah. 2002. Mengelola Hidup Merencanakan Masa Depan, Sukses Bangsa Adalah Akumulasi
Sukses Individu. Jakarta; Simpul Madani
Ditjen PLSP Diktentis, 2005. Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan. Jakarta: Depdiknas.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2004. Standar Kompetensi Lulusan pendidikan Luar Sekolah (SKL
PLS). Jakarta: Dedinas.
Sihombing, Umberto. 1999. Pendidikan Luar Sekolah Kini dan Masa Depan Konsep, Kiat, dan Pelaksanaan.
Jakarta: PD Mahkota
Tonny D, Widiastono. 2004, Pendidikan Manusia Indonesia, Jakarta:Buku Kompas.
Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Citra Umbara
Yulaelawati, Ella. 2006, Pendidikan Kesetaraan Mencerahkan Anak Bangsa, Jakarta; Depdiknas
———————————. 2006, Komunitas Sekolah Rumah Sebagai Satuan Pendidikan Kesetaraan,
Jakarta; Depdiknas

Penulis : Tenaga Fungsional pada Balai Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal BP-PNFI
Reg. V Makassar Kelompok Kerja Pendidikan Kesetaraan

56 Andragogi Vol.1 No.1. 2007

Anda mungkin juga menyukai