Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN STUDI KASUS MINIMNYA SARANA PRASARANA DAN MEDIA

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI


DISUSUN MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
DOSEN PENGAMPU
Dr. RAHMA DEWI M.Pd

DISUSUN OLEH:
NAMA : Ismail Fauzan Nasution
NIM : 6221121010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa,
karena dengan rahmatNya kita masih diberikan kehidupan yang sejahtera. Shalawat dan salam
disampaikan kepada nabi Muhammad SAW semoga tetap tercurahkan kepada junjungan
besar kita Habibana Wanabiyana Muhammad SAW, karena bimbingannyalah kita bisa
berjalan pada jalan yang diridhoi Allah SWT.

Saya berterima kasih kepada Ibu Dosen Dr. RAHMA DEWI M.Pd sebagai pengampu
mata kuliah Pertumbuhan dan Perkembangan Belajar Gerak atas bimbingan dan arahan dalam
penulisan Case method ini. Mudah-mudahan dengan telah selesainya Case method ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Dan mudah-mudahan menambah wawasan kita semua serta
bermanfaat untuk seterusnya. Terima kasih atas segala masukkan dan kritiknya.

Mahasiswa,

(Ismail Fauzan Nasution)


Nim: 6221121010
DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................................1
Kata Pengantar…………………………………………………………………………..2
Daftar Isi…………………………………………………………………………………3
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………………………....4
A. Latar Belakang…………………………………………………………………..........4
B. Tujuan…………………………………………………………………………………4
C. Manfaat…………………………………………………………………....................4
D. Ruang Lingkup………………………………………………………………………5
BAB II. PELAKSANAAN..……………...…………………………………………….6
A. Identifikasi Masalah…………………………………………….………….......6
1. Studi kasus.......................................................................................................6
2. Analisis............................................................................................................6
3. Treatment.........................................................................................................8
4. Evaluasi/Follow up..........................................................................................8
B. Kendala, Hambatan dan Solusi..........................................................................8
BAB III. PENUTUP…………………………………………….....................................9
A. Kesimpulan………………………………………………………………….......10
B. Saran……….………………………………………………………………........10
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………....……..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan atau
anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan
jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani,
kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang
harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila.

Menurut Dini Rosdiani (2015:1) Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan melalui
penyediaan pengalaman belajar kepada siswa berupa aktivitas jasmani, bermain, dan
berolahraga yang direncanakan secara sistematik guna merangsang pertumbuhan dan
perkembangan fisik, keterampilan motorik, keterampilan berfikir, emosional, sosial, dan
moral. Manusia dalam belajar pasti banyak melakukan kegiatan yang lebih dominan bergerak
sehingga pendidikan jasmani juga merupakan bagian dari proses belajar melalui gerak
(Mulyanto, 2014:34).

Pendidikan jasmani merupakan sarana interaksi yang sangat efisien dalam


mengembangkan potensi baik guru dan siswa. Dalam melaksanakan pendidikan jasmani di
sekolah, guru berperan dalam mengatur dan mengkondisikan lingkungan belajar agar siswa
dapat belajar dengan aman dan nyaman. Oleh karena itu guru pendidikan jasmani perlu
memilih dan menggunakan cara-cara pengajaran serta persiapan yang dapat meningkatkan
kualitas pengajaran, sehingga dari kegiatan pendidikan siswa akan memperoleh pengalaman
belajar gerak yang efektif. Persiapan yang dilakukan adalah mendesain pembelajaran mulai
dari menyiapkan materi pembelajaran, menentukan metode mengajar yang sesuai dengan
kondisi sekolah dan kemampuan siswa, serta menentukan alat atau media pembelajaran yang
akan digunakan. Untuk beraktifitas olahraga maka dibutuhkan Sarana dan Prasarana Olahraga.
Sarana dan Prasarana Olahraga merupakan kebutuhan dasar untuk melakukan aktivitas
olahraga. Tanpa adanya Sarana dan Prasarana Olahraga yang memadai sulit untuk
mengharapkan partisipasi masyarakat dalam aktivitas olahraga, seperti yang dikemukakan oleh
Maksum (2004) bahwa: Semakin banyak Sarana dan Prasarana Olahraga yang tersedia,
semakin mudah masyarakat menggunakan dan memanfaatkannya untuk kegiatan olahraga.
Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang memiliki arti
penting. Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian
guru dalam setiap kegiatan pembelajaran karena merupakan alat atau media penyampaian
pesan bagi siswa. Oleh karena itu guru harus mempelajari bagaimana menetapkan media
pembelajaran agar siswa belajar lebih banyak, dan meningkatkan performa mereka sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar mengajar. Menurut Hamalik (dalam
Azhar, 2009: 15-16), pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan penguatan
kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Media
pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan
menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.

B. Tujuan

Pendidikan Jasmani dan Olahraga Kesehatan merupakan mata pelajaran yang menjadikan
aktivitas jasmani sebagai cara untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Proses untuk
mencapai tujuan terrsebut diperlukan metode yang tepat, salah satunya case method (Metode
kasus) yang merupakan metode pembelajaran yang berbasis masalah, yang bertujuan agar
proses pembelajaran lebih kongkrit, dan dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam
berpikir kritis, kreatif, inovatif dan memecahkan masalah.

Keberadaan guru-guru PJOK menjadi sangat penting khususnya dalam membantu


menyelenggarakan pendidikan jasmani di sekolah. Penerapan metode ini akan membantu
mahasiswa mengasah dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis untuk memecahkan
masalah, kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi, dan kreativitas.

C. Manfaat

Adapun manfaat model kasus (case method) untuk memberikan gambaran bahwa model
pembelajaran ini merupakan salah satu penentu keberhasilan pembemlajaran. Case method
merupakan strategi yang dapat mengembangkan keterampilan pembelajaran. Disamping itu,
ini juga membangun suasana belajar yang demokratis antar anggota kelompok yang berperan
aktif dan bekerjasama dalam mempertahankan pendapat, dengan menghormati dan menghargai
pendapat orang lain menjadikan suasana belajar yang menyenangkan.
D. Ruang lingkup

Adapun ruang lingkup pendidikan jasmani meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

1. permainan dan olahraga,


2. aktivitas pengembangan, senam,
3. aktivitas ritmik,
4. akuatik (aktivitas air),
5. pendidikan luar kelas, dan
6. kesehatan.
BAB II

PELAKSANAAN

A. Identifikasi Masalah
1. Studi kasus

Kelengkapan dan ketersediaan fasilitas pendidikan di sekolah sangat berpengaruh terhadap


keaktifan dan kelancaran pembelajaran di dalam kelas (Darmastuti, 2014, hal. 10). Hal ini
sejalan dengan yang disampaikan oleh Husdarta (2011, hal. 176) bahwa ketersediaan sarana
prasarana yang memadai akan dapat mengoptimalkan kemampuan guru dalam menunjang
proses pembelajaran yang efektif dan efisien dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Lebih
lanjut Rosdiani (2012, hal. 47) mengemukakan bahwa fasilitas pembelajaran pendidikan
jasmani bagi anak SMP berupa tersedianya sarana dan prasarana yang digunakan untuk
mencapai tujuan dari proses belajar mengajar dalam pembelajaran pendidikan jasmani.
Pendidikan jasmani memerlukan sarana media pembelajaran, alat dan perlengkapannya. Alat
dan media yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak SMP akan mengembangkan
potensi serta keterampilannya secara optimal. Dengan demikian, sarana prasarana dalam
pendidikan jasmani sangat penting dan memiliki pengaruh yang besar terhadap pelaksanaan
pembelajaran pendidikan jasmani.

Menurut Husdarta (2011, hal. 176) fungsi dan sarana prasarana sangat strategis dalam
pembelajaran. Dengan alat dan media yang tepat, proses pembelajaran akan berjalan dengan
baik dan partisipasi anak dalam proses belajar akan terwujud. Sarana prasarana pendidikan
jasmani berfungsi dan berperan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang
mampu bersaing dan kerjasama di era globalisasi, meningkatkan keterampilan dan kualitas
fisik untuk mendukung aktivitas sehari-hari, dan untuk meningkatkan kemandirian dalam
mengikuti intrakurikuler maupun ekstrakurikuler dan belajar di rumah. Lebih lanjut menurut
Rink (1993) yang dikutip Husdarta (2011, hal. 177) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar mengajar dalam pendidikan jasmani adalah (1) motivasi belajar
siswa, (2) kemampuan siswa, (3) kemampuan guru, dan (4) fasilitas pembelajaran. Dengan
demikian, keberadaan sarana prasarana dalam pendidikan jasmani tidak dapat dianggap remeh
dan harus mendapatkan perhatian khusus, karena sarana prasarana turut menentukan tercapai
tidaknya tujuan pendidikan jasmani itu sendiri.
Pada dasarnya pemerintah telah menentukan standar minimal dari sarana prasarana yang
harus dimiliki satuan pendidikan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pada pasal 25 dijelaskan tentang
standar sarana prasarana yang diwajibkan bagi setiap sekolah. Pada ayat 2 sarana prasarana
berupa tempat olahraga merupakan salah satu dari sekian banyak sarana prasarana yang
diwajibkan bagi setiap satuan Pendidikan. Pada dasarnya pemerintah telah menentukan standar
minimal dari sarana prasarana yang harus dimiliki satuan pendidikan yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Pada pasal 25 dijelaskan tentang standar sarana prasarana yang diwajibkan bagi
setiap sekolah. Pada ayat 2 sarana prasarana berupa tempat olahraga merupakan salah satu dari
sekian banyak sarana prasarana yang diwajibkan bagi setiap satuan Pendidikan.

Berdasarkan Standar Nasional Pendidikan tempat bermain/berolahraga berfungsi sebagai


area bermain berolahraga, pendidikan jasmani, upacara, dan kegiatan ekstrakurikuler. Rasio
minimum luas tempat bermain/ berolahraga 3 m2 /peserta didik. Untuk SMP dengan banyak
peserta didik kurang dari 180, luas minimum tempat bermain/berolahraga 540 m2. Di dalam
luasan tersebut terdapat ruang bebas untuk tempat berolahraga berukuran minimum 20 m x 15
m. Tempat bermain/berolahraga yang berupa ruang terbuka sebagian ditanami pohon
penghijauan. Tempat bermain/berolahraga diletakkan di tempat yang tidak mengganggu proses
pembelajaran di kelas. Tempat bermain/berolahraga tidak digunakan untuk tempat parkir.
Ruang bebas yang dimaksud di atas memiliki permukaan datar, drainase baik, dan tidak
terdapat pohon, saluran air, serta benda-benda lain yang mengganggu kegiatan olahraga.

Pidarta (2013:116) mengemukakan, persyaratan kemampuan yang harus dimiliki guru


dalam melaksanakan proses belajar mengajar meliputi kemampuan: (1) menggunakan metode
belajar, media pelajaran, dan bahan latihan yang sesuai dengan tujuan pelajaran, (2)
mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran dan perlengkapan pengajaran, (3)
berkomunikasi dengan peserta didik, (4) mendemonstrasikan berbagai metode mengajar, dan
(5) melaksanakan evaluasi proses belajar mengajar. Dengan demikian guru harus senantiasa
mengenal diri dan kehendak untuk memurnikan keguruannya. Mau belajar dengan meluangkan
waktu untuk menjadi guru. Seorang guru yang tidak bersedia belajar, tidak mungkin kerasan
dan bangga menjadi guru. Kerasan dan kebanggaan atas keguruannya adalah langkah untuk
menjadi guru yang professional, sehingga upaya guru penjas dalam meningkatkan prestasi
belajar peserta didik semakin meningkat.
2. Analisis

Keterbatasan sarana prasarana pendidikan jasmani dapat terjadi di beberapa sekolah


menengah pertama (SMP). Keterbatasan sarana prasarana pendidikan jasmani ini juga dialami
di salah satu Sekolah SMP Negeri 3 Binjai. Sekalipun letaknya di pusat kota namun sekolah
ini memiliki lahan yang terbatas untuk memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh
pemerintah. Luas lapangan yang dimiliki 20 m x 7 m disertai peralatan pendidikan jasmani
dalam jumlah yang sedikit dan terbatas. Keterbatasan sarana prasarana pendidikan jasmani
tersebut tentu akan menghambat pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani dan
ketercapaian tujuan dari pendidikan jasmani. Tempat bermain/berolahraga di SMP Negeri 3
Binjai dilengkapi sarana sebagai berikut pada tabel dibawah ini:

NO Jenis Rasio Deskripsi

1 Peralatan bola Baket 2 buah/sekolah Minimum 6 bola

2 Peralatan badminton Tidak ada Minimum 2 net dan 8 raket.

Minimum 4 tolak peluru, 4


3 Peralatan atletik Tidak ada cakram, 8 tongkat estafet,
dan 1 bak loncat.

4 Peralatan senam 2 matras/sekolah Minimum 4 matras

5 Peralatan sepak bola 2 set/sekolah Minimum 6 bola

6 Peralatan bola voli 2 set/sekolah Minimum 6 bola

Berdasarkan data diatas sarana prasarana dalam pembelajaran pendidikan jasmani di SMP
Negeri 3 Binjai tidak memadai. Kondisi ini dapat membuat pembelajaran tidak akan efektif.
Lapangan olahraga/tempat bermain juga tidak memiliki fasilitas lengkap. Mereka terkadang
harus membawa siswa mereka ke stadion yang berjarak 600 meter dari sekolah. Hal ini
dikarenakan jumlah siswa yang masuk pada jam pembelajaran pendidikan jasmani yaitu 2
kelas. Sehingga membuat salah satu guru harus membawa muridnya ke stadion untuk
melakukan pembelajaran secara praktek.
3. Treatment

Kekurangannya sarana dan prasarana dalam pembelajaran pendidikan jasmani sangat


mempengaruhi keberhasilan dalam pembelajaran. Tujuan pembelajaran jasmani tidak dapat
tercapai secara efektif. Hal ini dikarenakan kurangnya sarana prasarana dalam pembelajaran
pendidikan jasmani. Hal inilah yang membuat seorang guru penjas mengajar secara tidak
efektif. Sehingga mereka hanya dapat melakukan pengajaran pada bidang tertentu saja.

Oleh karena itu, pihak sekolah harus dapat memenuhi sarana prasrana pembelajaran
pendidikan jasmani. Dengan terpenuhinya sarana prasarana maka tujuan pembelajaran
pendidikan jasmani dapat tercapai. Serta membuat guru penjas dapat melakukan banyak
kegiatan mengajar dengan sarana prasarana yang lengkap.

Kebutuhan sarana prasarana sudah tercukupi, maka guru penjas harus dapat mengajar
dengan maksimal dan harus dapat mencapain tujuan pendidikan jasmani. Guru juga harus dapat
menggunakan semua sarana prasarana yang sudah disedikan agar siswa merasa tidak bosan
dengan pembelajaran yang sama secara terus menerus.

Strategi pembelajaran pendidikan jasmani adalah serangkaian rencana kegiatan yang


termasuk didalamnya penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau
kekuatan dalam suatu pembelajaran pendidikan jasmani. Strategi pembelajaran memiliki
tujuan untuk menciptakan kondisi dan kegiatan belajar yang memungkinkan siswa lancar
belajar dan mencapai sasaran belajar atau agar proses belajar mengajar pendidikan jasmani itu
berhasil. Strategi pembelajaran merupakan hasil pilihan yang disesuaikan dengan situasi,
kondisi, dan tujuan pembelajaran tertentu, karena situasi, kondisi, dan tujuan pembelajaran itu
dapat berbeda-beda (Rahayu, 2013, hal. 59). Lebih lanjut Abdul Majid (2013, hal. 6)
mengemukakan bahwa sumber pedukung kegiatan pembelajaran mencakup fasilitas dan alat-
alat bantu pembelajaran. Strategi pembelajaran mencakup penggunaan pendekatan, metode
dan teknik, bentuk media, sumber belajar, pengelompokan peserta didik, untuk mewujudkan
interaksi edukasi antara pendidik dengan peserta didik, antar peserta didik, dan antara peserta
didik dengan lingkungannya, serta upaya pengukuran terhadap proses, hasil, dan/atau dampak
kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, yang dimaksud strategi pembelajaran dalam
penelitian ini adalah suatu rencana tindakan yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani
dalam mengatasi keterbatasan sarana prasarana pendidikan jasmani. Observasi ini bertujuan
untuk mendeskripsikan tentang strategi pembelajaran pendidikan jasmani dalam mengatasi
keterbatasan sarana prasarana.
4. Evaluasi/ Follow up

Kekurangan sarana prasarana pembelajaran khususnya pada pembelajaran pendidikan


jasmani akan mempengaruhi keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Walaupun
fungsinya hanya sebatas unsur penunjang apabila tidak adanya sarana prasarana yang baik
proses belajar olahraga tidak akan berjalan secara optimal. Penyelenggara pendidikan sekolah
membutuhkan fasilitas sekolah yang baik dan memenuhi kriteria yang memadai dengan begitu
disebut ideal. Dalam aspek psikologis kondisi fasilitas sarana dan prasarana sekolah menunjang
siswa dalam memberikan motivasi belajar yang baik sehingga ketercapaiannya proses belajar
berjalan dengan efektif. Kurikulum nasional memiliki sebuah pencapaian dalam bidang
olahraga untuk itu olahraga itu sendiri menjadi bagian yang sangat vital dalam mencapai
kemampuan kognitif dalam aspek pendidikan tanpa mengadakan unsur afektif dan psikomotor.

Alat dan media yang sesuai dengan kebutuhan karakteristik anak didik akan
mengembangkan potensi serta keterampilannya secara optimal. Untuk meningkatkan tingkat
Kesegaran Jasmani yang maksimal, tentunya diperhatikan berbagai faktor yang
membangkitkan para siswa untuk berlatih dengan efektif. Hal tersebut dapat ditingkatkan
apabila ada sarana yang penunjang, yaitu faktor sarana dan prasarana dan dapat memanfaatkan
dengan tepat dan seoptimal mungkin pasti akan memberikan dampak yang positif terhadap
hasil belajarnya (Miski, 2015). Walaupun masih ada beberapa kekurangan dalam pengadaan
sarana dan prasarana pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, namun hal ini bukan
merupakan hambatan bagi sekolah dalam menyelenggarakan pembelajaran pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan disekolahnya, sebab keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan yang mampu disediakan sekolah tersebut, justru menjadi
tantangan yang harus diatasi oleh pihak sekolah bersama-sama dengan guru pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan, guna mencari solusi terbaik.

B. Kendala, Hambatan, dan Solusi


Menurut Barrow dalam Abduljabar (2011) menerangkan bahwa: Pendidikan Jasmani dapat
didefinsikan sebagai ”pendidikan tentang dan melalui gerak insani ketika tujuan kependidikan
dicapai melalui media aktivitas otot-otot, termasuk: olahraga (sport), permainan, senam, dan
latihan (exercise). Hasil yang ingin dicapai individu yang terdidik secara fisik. Nilai ini menjadi
salah satu bagian nilai individu yang terdidik, dan bermakna hanya ketika berhubungan dengan
sisi kehidupan individu. Dari penjelasan tersebut, jelas bahwa kontribusi penjas hanya akan
bermakna ketika pengalaman-pengalaman dalam penjas berhubungan dengan proses
kehidupan seseorang secara utuh. Manakala pengalaman Penjas tidak memberikan kontribusi
pada pengalaman kependidikan lainnya, maka pasti terdapat kekeliruan dalam pelaksanaan
program penjas (Budi et al., 2020; Nur et al., 2020; Suhartoyo et al., 2019).

Dalam rangka membantu terlaksananya proses pembelajaran penjas, terutama dalam


pembelajaran olahraga permainan walaupun dengan fasilitas pembelajaran yang kurang
mendukung, namun proses pembelajaran tetap harus diberikan dan dilaksanakan sesuai
kurikulum. Pembelajaran penjas yang diarahkan dan disesuaikan dengan tingkat
perkembangan kemampuan siswa akan memberikan hasil positif bagi siswa, baik dalam
perkembangan kemampuan motorik maupun kepribadian siswa

Dalam pembelajaran Pendidikan jasmani dan kesehatan juga seorang guru harus
melakukan evaluasi dalam pembelajaran. Mathews (1978) menyatakan evaluasi mencakup
pengambilan keputusan, penaksiran, penilaian, dan implementasi terhadap proses pendidikan
secara keseluruhan. Dengan melakukan tes yang akan diumumkan diharapakan seorang siswa
dapat membangkitkan motivasi belajar untuk terus berprestasi. Dengan begini tujuan
pembelajaran pendidikan jasmani akan tercapai.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran pendidikan jasmani sangat penting untuk kesehatan fisik siswa. Dengan
beraktivitas fisik siswa dapat menjaga kebugaran jasmaninya. Kelengkapan saran prasarana
juga memiliki peran penting dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Fasilitas olahraga yang
lengkap juga harus dapat dimanfaatkan dengan baik agar dapat memberikan dampak yang baik
bagi siswa. Strategi pembelajaran dan evaluasi harus dapat dipahami seorang guru serta
dilaksanakan agar dapat mengimplementasikan kegiatan pembelajaran yang efektif.

B. Saran
Dalam penulisan ini saya harap kita dapat mengerti tentang pentingnya fungsi sarana
prasarana dalam keberlangsungan pembelajaran pendidikan jasmani. Dengan tercukupinya
fasilitas olahraga, maka pembelajaran harus dapat memberikan dampak positif bagi siswa.
Meskipun fasilitas olahraga yang kurang lengkap seorang guru penjas juga harus mempelajari
strategi pembelajaran agar dapat menciptakan kondisi dan kegiatan belajar yang
memungkinkan siswa lancar belajar dan mencapai sasaran belajar atau agar proses belajar
mengajar pendidikan jasmani itu berhasil.
DAFTAR P USTAKA
Rahayu, E. T. 2013. Strategi pembelajaran pendidikan jasmani. Bandung: Alfabeta.
Majid, A. 2013. Strategi pembelajaran. Bandung: PT Remanja Rosdakarya.
Winarno, M.E.2014.Evaluasi Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Budi,Rilastiyo.D.2021. “Model pembelajaran pendidikan jasmani”. Jurnal Olahraga, Vol
4 No. 1, Hal 1-20.
Widiastuti.2019. “Mengatasi Keterbatasan Sarana Prasarana Pada Pembelajaran Pendidikan
Jasmani (Overcoming Facilites Limitations Affecting Physical Education Learning
Activities)”. Jurnal Ilmiah, Vol 15 No. 1, Hal 140-155
Gani, Muhammad.2020. “Studi Tentang Kompetensi Pelatih dalam Meningkatakan Prestasi
Olahraga Siswa”. Indonesian Journal of education & Administration review, vol 4
No. 1, Hal 187-195.
Sudibyo, Afifah Nur. Reza Adhi Nugroho.2020. “Survei Sarana dan Prasarana
Pembelajaran Pendidikan Jasmani olahraga dan Kesehatan pada Sekolah
Menengah pertama di Kabupaten Pringsewu”. Journal of Physical Education, Vol
1 No. 1, Hal 18-34.
Saleh, M.Sahib. Syahru Ramdhani.2020. “Survei Sarana dan Prasarana Pendidikan Jasmani
dan Tingkat Kesegaran Jasmani Siswa Kelas VIII SMP PGRI Barembang
Kabupaten Gowa”. Journal Coaching Education Sports, Vol 1 No. 1, Hal 51-64.

Anda mungkin juga menyukai