Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN DISTOSIA, KELAHIRAN

PRETERM, PROLAPSE KORDA UMBILIKAL, DAN


KEHAMILAN MULTIPLE

KELOMPOK 4 :

1. KOMANG NOVY ARINI (17089014059)


2. KETUT SIPTA KRISMIYATI (17089014080)
3. NI KOMANG SRI MUDIARI (17089014081)
4. NI MADE SRI UTARI DEWI (17089014082)
5. TRI BUANA (17089014088)
6. NI KADEK YULI RINDI ANTIKA (17089014102)
7. PUTU KUSLITA DEWI (17089014105)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas
anugerah-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang merupakan
tugas dari Keperawatan Maternitas dalam pembuatan makalah dengan judul
“Asuhan Keperawatan Distosia, Kelahiran Preterm, Prolapse Korda Umbilikal,
dan Kehamilan Multiple”. Kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang
turut membantu proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari dalam makalah ini masih begitu banyak kekurangan dan
kesalahan baik dari isinya maupun struktur penulisannya, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran positif untuk perbaikan dikemudian hari.

Demikian semoga makalah ini memberikan manfaat umumnya pada para


pembaca dan khususnya bagi penyusun sendiri.

Singaraja, 29 Oktober 2019

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………….………….i

KATA PENGANTAR……………………………………………….……….ii

DAFTAR ISI………………….…………….……………………….……….iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang……………………………………………..………..……..1

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………..……….2

1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan………………………………………...……….……...2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Asuhan Keperawatan Distosia…………………………………………....3

2.2 Asuhan Keperawatan Kelahiran Preterm…………………………………12

2.3 Asuhan Keperawatan Prolapse Korda Umbilikal………………………....17

2.4 Asuhan Keperawatan Kehamilan Multiple…………………………..…..20

BAB II PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………....24

3.2 Saran……………………………………………………………………..24

DAFTAR PUSTAKA……………….…………………………………….....25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Distosia persalinan, persalinan disfungsi, tidak ada kemajuan persalinan


semua istilah ini mengacu pada kemajuan persalinan yang lambat atau tidak ada
kemajuan, yang merupakan suatu dari komplikasi persalinan yang
mengkhawatirkan. Jelas bahwa pencegahan distosia tidak hanya menurunkan
jumlah obstetrik yang beresiko, namun juga menghindarkan para wanita dari
perasaan takut dan kecewa yang sering kali menyertai persalinan memanjang atau
persalinan dengan komplikasi. Kemungkinan penyebab distosia cukup banyak
salah satu diantaranya adalah nyeri, kecemasan dan keadaan emosional wanita.

Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada umur kehamilan 20


– <37 minggu. Bayi yang dilahirkan pada usia kehamilan tersebut merupakan bayi
prematur. Bayi prematur akan mengalami morbiditas jangka pendek, seperti
sindroma gangguan pernapasan, displasia bronkopulmoner, perdarahan
intraventrikuler, retinopati akibat prematuritas dan morbiditas jangka panjang,
seperti gangguan perkembangan dan gangguan neurologis. (Steer, 2005; Barros et
al,2010;Cunningham et al, 2014).
Prolaps tali pusat merupakan penyulit didalam persalinan. Prolaps tali
pusat adalah keadaan darurat obstetrik langka yang terjadi ketika tali pusat turun
di samping atau di luar bagian presentasi janin. Hal ini dapat mengancam jiwa
janin karena aliran darah melalui pembuluh pusar tidak mampu mengkompromi
kompresi tali pusar diantara janin dan rahim, leher rahim, atau leher panggul.
Keadaan ini membuat janin dapat mengalami hipoksia yang dapat berakibat pada
asfiksia

Menurut Hurlock istilah kelahiran kembar mengacu pada kelahiran dua


atau lebih bayi dalam jangka beberapa jam atau hari, dapat berupa kembar dua,
kembar tiga, kembar empat dan kembar lima.

1
2
1.2 Rumusan Masalah

Adapun Rumusan Masalah yang didapat dari Latar Belakang diatas adalah:
1.2.1 Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Distosia?
1.2.2 Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Kelahiran Preterm?
1.2.3 Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Prolapse Korda Umbilikal?
1.2.4 Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Kehamilan Multiple?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun Tujuan Makalah ini yaitu:
1.3.1 Tujuan Umum
1. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan tentang Distosia, Kelahiran
Preterm, Prolapse Korda Umbilikal, dan Kehamilan Multiple
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan tentang Distosia
2. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan tentang Kelahiran Preterm
3. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan tentang Prolapse Korda
Umbilikal
4. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan tentang Kehamilan Multiple

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat penulisan makalh ini yaitu:
Agar Mahasiswa (Penulis atau Pembaca) dapat mengetahui apa itu
Keperawatan Maternitas seperti; Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan
tentang Distosia, Kelahiran Preterm, Prolapse Korda Umbilikal, dan
Kehamilan Multiple
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Distosia

2.1.1 Definisi

Distosia adalah persalinan abnormal yang ditandai oleh kemacetan atau


tidak adanya kemajuan dalam persalinan atau persalinan yang menyimpang dari
persalinan eustasia yang menunjukkan kegagalan.

2.1.2 Etiologi

a. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat
upaya mengedan ibu (kekuatan/power)
b. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir/passage)
c. Sebab pada janin meliputi kelainan presentasi/kelainan posisi, bayi besar, dan
jumlah bayi (passengger)
d. Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan
pengalaman, persiapan, budaya, serta sistem pendukung

2.1.3 Patofisiologi

His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang kemudian
menjalar merata simetris keseluruhkorpus uteri dengan adanya dominasi kekuatan
pada fundus uteri dimana lapisan otot uteri paling dominan, kemudian
mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh hingga tekanan dalam ruang
amnion balik keasalnya
Incoordinate uteri action yaitu sifat his yang berubah. Tonus ototuterus
meningkat juga diluar his dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena
tidak ada sinkronnasi kontraksi bagian-bagiannya tidak adanya koordinasi antara
kontraksi atas, tengah dan bawah menyebabkan tidak efisisen dalam mengadakan
pembukaan.

3
4
Disamping itu tonus otot yang menarik menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras
dan lama bagi ibu dan dapat menyebabkan pula hipoksia pada janin. His ini juga
disebut sebagai incoordinate hypertonic uterin contraction . kadang-kadang pada
persalinan lama dengan ketuban yang sudah lama pecah, kelainan his ini
menyebabkan spasmus sirkuler setempat, hingga terjadi penyempitan kapum
uterin pada tempat itu. Ini dinamakan lingkaran kontraksi atau lingkaran kontriksi
secara teoritis lingkarin ini dapat terjadi dimana-mana, biasanya ditemukan batas
antara bagian atas dengan segmen bawah uterus. Lingkaran kontriksi tidak dapat
diketahui dengan pemeriksaan dalam kecuali kalau pembukaan sudah lengkap
sehingga tangan dapat dimasukkan kedalam kapum uteri

2.1.4 WOC

Persalinan disfungsional, Perubahan


struktur pelvis, kelainan
presentasi/kelainan posisi, bayi
besar, dan jumlah bayi

Kesulitan Persalinan

Distosia

Partus lama

Penekanan jalan Jalan lahir tertapar Rencana tindakan


lahir terlalu lama dengan SC
udara
Krisis situasi
Menekan saraf
Pathogen sudah
masuk
Ketokolamin
Respon hipotalamus
(nyeri)
Risiko infeksi
stress
Nyeri akut

ansietas
5
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
DISTOSIA

1. Pengkajian Keperawatan
A. Anamnese

1. Data umum

a) Identitas pasien yang meliputi nama, umur, alamat, tempat/tanggal lahir,

jenis kelamin, agama, suku, diagnose medis, No. RM, tanggal MRS,

golongan darah.

b) Identitas penanggung jawab yaitu meliputi nama, hubungan dengan

pasien, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan telp/No. HP.

2. Riwayat kesehatan saat ini

a) Keluhan utama : keluhan yang paling dirasakan pasien.

b) Alasan masuk RS : hal/ kejadian pertama kali yang menyebabkan

masuk rumah sakit.

c) Riwayat penyakit : tanyakan pada pasien apakah memiliki riwayat

penyakit sebelumnya seperti hipertensi.

3. Riwayat kesehatan dahulu

a) Penyakit yang pernah dialami : tanyakan pada pasien apakah pernah

memiliki penyakit lain, seperti DM, hipertensi.

b) Penyakit perawatan : tanyakan pada pasien sebelumnya pernah mernah

melakukan perawatan/mendapatkan perawatan di RS / tidak pernah.

c) Riwayat operasi : tanyakan pada pasien apakah pernah mengalami operasi

di RS.
6

d) Riwayat pengobatan : tanyakan pada pasien sebelumnya pernah

melakukan pengobatan.

e) Kecelakaan yang pernah dialami

f) Riwayat alergi : tanyakan apakah memiliki riwayat alergi.

4. Riwayat psikologi dan spiritual

5. 11 pola fungsional GORDON

1. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan

Ketidaktahuan pasien tentang pemeliharaan atau kesehatan serta mengikuti

anjuran dokter dan perawat.

2. Pola nutrisi / metabolic

Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan

banyak, kurus, makanny sering, mual dan muntah.

3. Pola eliminasi

Urine dalam jumlah banyak, berwarana pucat dan kuning, perubahan

dalam fases, sering buang air besar dan terkadang diare keringat

berlebihan, berkeringat dingin.

4. Pola aktifitas dan latian

Ketidakefektifan melakukan aktifitas

5. Pola tidur dan istirahat

Insomnia sehingga sulit untuk berkonsentrasi

6. Pola kognitif – perpseptual

Ada kehawatiran karena pusing, kesemutan gangguan penglihatan,

gangguan kordinasi, pikiran susah berkonsentrasi.


7

7. Pola persepsi diri / konsep diri

tidak merasa rendah diri dengan kondisinya saat ini.

8. Pola seksual dan rproduksi

Pada pasien Anemia memiliki keluarga.

9. Pola peran – hubungan

10. pola hubungan antara keluarga maupun saat diruangan dengan pasien

lainnya baik.

11. Pola manajemen

jika bosan dengan suasana rumah sakit keluarga selalu menghibur.

12. Pola keyakinan nilai

Pasien yakin bisa cepat pulang dari rumah sakit dan melanjutkan aktifitas

kembali.

B. Pemeriksaan fisik

1. Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat

badan dan tanda – tanda vital.

2. Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,

telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah

sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi

mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia,

lensa mata keruh.


8

3. Sistem integument

Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,

kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren,

kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.

4. Sistem pernafasan

Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita Tb Paru

mudah terjadi infeksi.

5. Sistem kardiovaskuler

Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,

takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.

6. Sistem gastrointestinal

Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,

perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.

7. Sistem urinary

oliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat

berkemih.

8. Sistem musculoskeletal

Penyebaran bakteri , penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat

lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.

9. Sistem neurologis

Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,

reflek lambat, kacau mental, disorientasi.


9

2. Diagnosa Keperawatan

1. nyeri akut berhubungan dengan tekanan kepala pada serviks, partus


lama,kontreaksi tidak efektif
2. risiko infeksi
3. ansietas berhubungan dengan persalinan lama

3.Rencana Tindakan Keperawatan

N Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan


o Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Pain management 1. mengetahui
berhubungan tindakan asuhan 1. lakukan nyeri pasien
dengan keperawatan selama pengkajian 2. mengetahui
tekanan ….X24 jam nyeri secra reaksi non
kepala diharapkan nyeri komprehensif verbal dari
serviks , terkontrol dengan 2. observasi ketidaknyama
partus lama, KH : reaksi non nan pasien
kontraksi 1. mampu verbal dari 3. untuk
tidak efektif mengontrol ketidaknyamana mengetahui
nyeri (tau n skala nyeri
penyebab nyeri, 3. gunakan teknik pasien
mampu komunikasi 4. untuk
menggunakan terapeutik untuk mengurangi
tehnik non mengetahui nyeri
farmakologi pengalaman
untuk nyeri pasien
mengurangi 4. kolaborasikan
nyeri) dengan dokter
2. mengatakan rasa dalam
nyaman setelah pemberian
nyeri berkurang analgesic
2. Risiko Setelah dilakukan infection protection 1. untuk
infeksi tindakan asuhan (ptokteksi terhadap mengetahui
berhubungan keperawatan selama infeksi) adanya tanda
dengan ….X24jam 1. monitor tanda dan gejala
tindakan diharapkan dan gejala infeksi pada
invasif risikoinfeksi infeksi sitemik pasien
berkurangdengan dan local 2. untuk
KH: 2. monitor ulang mengetahui
1. klien bebas dari granulosit, granulosit dan
tanda dan gejala WBC WBC paien
infeksi 3. monitor 3. untuk
2. mendeskripsika kerentanan mengetahui
n proses terhadap infeksi kerentanan
penularan 4. kolaborasikan pasien
penyakit, faktor dengan terhadap
yang dokterdalam infeksi
mempengaruhi pengobatan 4. untuk
penularan pasien mengetahui
beserta proses
penatalaksanaan pengobatan
ya lebih lanjut
ansietas
3 Setelah dilakukan Anxiety reduction 1. agar pasien
3. berhubungan tindakan asuhan (penurunan merasa lebih
dengan keperawatan selama kecemasan) tenang
persalinan ….X24jam 1. gunakan 2. untuk
lama diharapkan ansietas pendekatan memberikan
pasien berkurang yang keamanan dan
dengan KH: menenangkan mengurangi
1. klien mampu 2. temani pasien rasa takut
mengidentifikas untuk 3. agar pasien
i dan memeberikan merasa lebih
mengungkapkan keamanan dan nyaman
gejala cemas mengurangi 4. untuk
2. mengindentifika takut mengurangi
si 3. dorang keluarga kecemasan
mengungkapkan untuk pasien
dan menunjukan menemani
tehnik untuk pasien
mengontrol 4. kolaborasikan
cemas pemeberian obat

4. Implementasi

Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan dan

disesuaikan dengan kebutuhan pasien.


11

5. Evaluasi

Evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini menggunakan SOAP

S : data subjektif berisi data dari pasien melalui anamnesis.

O : data objektif data yang dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik.

A : analisis dan intrepretasi berdasarkan data yang terkumpul kemudian

dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah

potensial, serta perlu tidaknya dilakukan tindakan.

P : perencanaan merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan

termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, diagnosis atau laboratorium serta

konseling untuk tindak lanjut.


12
2.2 Kelahiran Preterm

2.2.1 Definisi

Kelahiran Preterm / premature adalah bila berat badannya kurang dari 2500
gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya
kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat
mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan
dapat menggangu kelangsungan hidupnya (Prawirohardjo, 2006).
Kelahiran Preterm / Premature adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang
bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction)
(Pudjiadi, dkk., 2010).
2.2.2 Etiologi
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan
Ismawati, 2010), yaitu:
a. Faktor ibu

1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV)
dan Herpes simplex virus), danpenyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
13
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah.
b. Faktor janin Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik
(inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa,
solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban
pecah dini.
d. Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal
di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
2.2.3 Patofisiologi
Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin tinggi
resiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.
Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh
sedikit, hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi, kalsium,
fosfor dan seng di deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian
bayi preterm mempunyai potensi terhadap peningkatan hipoglikemia, anemia dan
lain-lain. Hipoglikemia menyebabkan bayi kejang terutama pada bayi BBLR
Prematur. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm
mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk
mencerna dan mengabsorpsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm. Belum
matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi antara refleks
hisap dan menelan belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-34
minggu, padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena target
pencapaian BB nya lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya
motilitas usus terjadi pada bayi preterm. Paru yang belum matang dengan
peningkatan kerja napas dan kebutuhan kalori yang meningkat. Potensial untuk
kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak sebanding dengan BB dan
sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit. Kehilangan panas ini akan
meningkatkan kebutuhan kalori.
14

2.2.4 WOC

Factor ibu:
Ibu berusia <20th
Ibu berusia >35th
Factor Janin Factor lingkungan
Jarak kehamilan terlalu dekat Terpapar asap rokok,
Kehamilan ganda
Keadaan soial ekonomi yang radar dan zat-zat
(gameh)
rendah Ibu yang terkena Ht bercun
Hindramnion infeksi
dan DM

Kelahiran pretrem

System imun yng Kehamilan 37-42 minggu System GI


belum sempurna

Tanda-tanda inpartu
Reflek telan imatur
System kekebalan
tubuh lebih rentan
terhadap infeksi Proses persalinan Daya hisap menurun

Resiko Infeksi
Kala IV
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Post partum kebutuhan tubuh

Nyeri Akut
15

2.2.5 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agent biologis

2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat

3. Risiko infeksi berhubungan dengan luka pendarahan

2.2.6 Rencana Asuhan Keperawatan


No Diagnosa Rencana tindakan keperawatan
keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional

1 nyeri akut Setelah dilalukan Management nyeri 1. mengetahui


berhubungan tindakan kondisi pasien
dengan agent keperawatan selama 1. Monitor tanda- secara umum
biologis ...x 24 jam tanda vital pasien
diharapkan 2. untuk
2. berikan posisi memberikan rasa
diharapkan nyeri yang aman nyaman
terkontrol dengan aman dan nayaman
kreteria hasil : 3. Ajarkan pasien 3. untuk pasien
status kenyamanan terapi relaksasi merasa rileks
1. nyeri dapat
4. kolaborasikan 4. untuk
berkurang
dengan doketr dalam mengurangi nyeri
2. Klien bebas dari
pemeberian
tanda dan gejala
analgesic
infeksi
2 ketidakseimba Setelah dilalukan Aktivity therapy 1. untuk
ngan nutrisi : tindakan mengetahui status
kurang dari keperawatan selama 1. monitor status nutrisi pasien
kebutuhan ...x 24 jam nutrsisi pasien
berhubungan diharapkan nutrisi 2. agar berat badan
2. berikan makanan pasien bertamabah
dengan pasien terpenuhi sedikit tapi sering
penurunan dengan kreteria 3. agar terapi diet
berat badan hasil : 3. anjurkan pasien yang diberikan
dengan asupan untuk mematuhi diet terlaksana dengan
makanan 1. berat badan yang telah
meningkat baik
adekuat diprogramkan
2. status nutrisi 4. untuk
membaik 4. kolaborasikan memberikan nutrisi
dengan ahli gizi yang tepat untuk
untuk nutrisi pasien pasien

3 risiko infeksi Setelah dilalukan 1. kaji adanya 1. untuk


berhubungan tindakan infeksi mengetahui adanya
dengan luka keperawatan selama risiko infeksi
pendarahan ...x 24 jam 2. Bersihkan
diharapkan tidak lingkungan setelah 2. untuk
terjadinya dipakai pasien lain meminimalisir
keparahan infeksi adanya risiko
3. Ajarkan cara infeksi
dengan kreteria untuk menghindari
hasil : infeksi 3. agar pasien
1. Klien bebas dari terhindar dari
4. kolaborasikan infeksi
tanda dan gejala dengan dokter
infeksi tentang risiko infeksi 4. untuk
2. Menunjukan yang mungkin mengetahui risiko
keamampuan untuk terjadi infeksi yang
mencegah mungkin timbul
timbulnya infeksi pada pasien

2.2.4 Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan dan
disesuaikan dengan kebutuhan pasien.

2.2.5 Evaluasi
Evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini menggunakan SOAP
S : data subjektif berisi data dari pasien melalui anamnesis.
O : data objektif data yang dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik.
A : analisis dan intrepretasi berdasarkan data yang terkumpul kemudian
dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah
potensial, serta perlu tidaknya dilakukan tindakan.
P : perencanaan merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan
termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, diagnosis atau laboratorium serta
konseling untuk tindak lanjut.
17
2.3 Prolapse Korda Umbilikal

2.3.1 Definisi

Prolaps Corda Umbilical atau prolaps tali pusat adalah tali pusat berada di
samping atau melewati bagian terendah janin dalam jalan lahir sebelum ketuban
pecah.

Prolaps Tali pusat dapat dibedakan menjadi 3 derajat yaitu :

Prolaps Occult : Keadaan dimana tali pusat terletak diatas di dekat pelvis tetapi
tidak dalam jangkauan jari pada pemeriksaan vagina.

Tali Pusat mungkin fore lying :Adalah keadaan dimana tali pusat dapat diraba
melalui arteum uteri, tetapiberada didalam kantong ketuban yang utuh.

Tali pusat mungkin prolaps kedalam vagina atau bahkan diluar vagina
setelah ketuban pecah

2.3.2 Etiologi

Penyebab terjadinya prolapse korda umbilical pada janin atau yang sering disebut
dengan lilitan tali pusat pada janin :

1. Usia kehamilan Kematian bayi pada trimester pertama atau kedua sering
disebabkan karena puntiran tali pusat secara berulang-ulang ke satu arah. Ini
mengakibatkan arus darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tersumbat total.
Karena dalam usia kehamilan tersebut umumnya bayi masih bergerak dengan
bebas. Hal tersebut menyebabkan kompresi tali pusat sehingga janin
mengalami kekurangan oksigen.

2. Polihidramnion kemungkinan bayi terlilit tali pusat semakin meningkat.

3. Panjangnya tali pusat dapat menyebabkan bayi terlilit. Panjang tali pusat bayi
rata-rata 50 sampai 60 cm. Namun, tiap bayi mempunyai panjang tali pusat
berbeda-beda. Panjang pendeknya tali pusat tidak berpengaruh terhadap
kesehatan bayi, selama sirkulasi darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tidak
terhambat.
18
2.3.3 Patofisiologi

Beberapa etiologi yang dapat menyebabkan prolapsus tali pusat


diantaranya adalah kehamilan kembar, hidroamnion, kehamilan prematur, janin
terlalu kecil, kelainan presentasi dan plasenta previa. Pada kehamilan kembar
akan mengalami hidramnion, dimana cairan ketuban banyak dan inilah yang
menyebabkan janin dapat bergerak lebih leluasa dalam rahim. Dan keadaan ini
dapat mengakibatkan kelainan presentasi (letak sungsang, lintang, presentasi
kepala). Sedangkan pada kehamilan prematur selain terjadi hidramnion juga
terjadi ukuran janin yang kecil karena usia gestasi yang masih muda sehingga
janinnya memiliki ukuran kepala yang kecil. Pada plasenta previa, plasenta akan
mendekati atau menutup jalan lahir. Semua keadaan tersebut akan menyebabkan
janin sulit beradaptasi terhadap panggul ibu,sehingga PAP (pintu atas panggul)
tidak tertutupi oleh bagian bawah janin, dan inilah yang mengakibatkan tali pusat
bergeser atau turun dari tempatnya sehingga terjadilah prolaps tali pusat.

Prolaps tali pusat akan mengakibatkan tali pusat terjepit antara bagian
terendah janin dan jalan lahir sehingga sirkulasi janin akan terganggu dan ini
mengakibatkan terjadi hipoksia fetal dan bila berlanjut dapat mengakibatkan fetal
distress yang ditandai dengan melemahnya DJJ. Bila eadaan ini terus berlangsung
dapat mengakibatkan terjadinya kematian pada janin. Tapi bila dapat ditangani
maka janin tetap hidup, ini ditandai dengan adanya teraba denyutan pada tali
pusat.

Letak lintang, letak sungsang terutama presentase bokong, hidraamnion,


KPD, dan plasenta previa dapat menyebabkan prolaps tali pusat. Dimana tali pusat
berada dibagian terendah janin didalam jalan lahir atau berada diantara bagian
yang disiapkan untuk janin dan tulang pelvis ibu, sehingga tali pusat keluar dari
uterus mendahului bagian persentase pada setiap kontraksi. Dengan demikian tali
pusat akan kelihatan menonjol keluar dari vagina.
19

2.3.4 Diagnosa Keperawatan

1. risiko infeksi berhubungan dengan adanya prosedur invasif


2. risiko cedera terhadap janin berhubungan dengan hipoksia janin
3. ansietas berhubungan dengan situasi, ancaman yang dirasakan oleh ibu dan
janin
2.3.5 Rencana Asuhan Keperawatan

N Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan


o Keperawa
tan Tujuan Intervensi Rasional
1. risiko Setelah dilakukan infection protection 1. untuk mengetahui
infeksi tindakan asuhan (ptokteksi terhadap adanya tanda dan
berhubun keperawatan selama infeksi) gejala infeksi
gan ….X24 jam 1. monitor tanda pada pasien
dengan diharapkan infeksi dan gejala 2. untuk mengetahui
adanya tidak terjadi dengan infeksi sitemik granulosit dan
prosedur KH : dan local WBC paien
invasif 1. tidak tampak 2. monitor ulang 3. untuk mengetahui
tanda-tanda granulosit, WBC kerentanan pasien
infeksi 3. monitor terhadap infeksi
2. tidak terjadi luka kerentanan 4. untuk mengetahui
parah padakulit terhadap infeksi proses
yang telah 4. kolaborasikan pengobatan lebih
dilakukan dengan lanjut
tindakan invasive dokterdalam
pengobatan
2. risiko Setelah dilakukan 1. berikan terapin 1. untuk memenuhi
cedera tindakan asuhan oksigen sesuai kebutuhan
terhadap keperawatan selama indikasi oksigen pasien
janin ….X24jam 2. pantau aktivitas 2. untuk
berhubun diharapkan klien pergerakan serta mengethaui
gan cidera tidak terjadi denyut jantung denyut jantung
dengan dengan KH: janin secara janin
hipoksia 1. lilitan tali pusat berkala 3. untuk
janin dapat terlepas 3. monitor ttv mengetahui
2. saluran O2 dan pasien keadaan umum
nutrisi pada janin 4. kolaborasikan pasien
kembali normal dengan dokter 4. untuk
3. keamanan ibu untuk meberikan memberikan
terjaga intervensi yang intervensi yang
tepat tepat
3
ansietas Setelah dilakukan Anxiety reduction 1. agar pasien
3. berhubun tindakan asuhan (penurunan merasa lebih
gan keperawatan selama kecemasan) tenang
dengan ….X24jam 1. gunakan 2. untuk
situasi, diharapkan ansietas pendekatan yang memberikan
ancaman pasien berkurang menenangkan keamanan dan
yang dengan KH: 2. temani pasien mengurangi rasa
dirasakan 1. klien mampu untuk takut
oleh ibu mengidentifikasi memeberikan 3. agar pasien
dan janin dan keamanan dan merasa lebih
mengungkapkan
mengurangi takut nyaman
gejala cemas
2. mengindentifik 3. dorang keluarga 4. untuk
asi untuk menemani mengurangi
mengungkapka pasien kecemasan pasien
n dan 4. kolaborasikan
menunjukan pemeberian obat
tehnik untuk
mengontrol
cemas

2.3.6 Implementasi

Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan dan


disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
2.3.7 Evaluasi
Evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini menggunakan SOAP
S : data subjektif berisi data dari pasien melalui anamnesis.
O : data objektif data yang dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik.
A : analisis dan intrepretasi berdasarkan data yang terkumpul kemudian
dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah
potensial, serta perlu tidaknya dilakukan tindakan.
P : perencanaan merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan
termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, diagnosis atau laboratorium serta
konseling untuk tindak lanjut.
20
2.4 Kehamilan Multiple

2.4.1 Definisi

Kehamilan kembar ialah suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih yang
ada didalam kandungan selama proses kehamilan. Bahaya bagi ibu tidak begitu
besar, tetapi wanita dengan kehamilan kembar memerlukan perhatian dan
pengawasan khusus bila diinginkan hasil yang memuaskan bagi ibu janin
(Wiknjosastro, 2012:286). Sedangkan menurut Mochtar Rustam (2012:259)
kehamilan ganda atau kembar adalah kehamilan dengan dua jenis janin atau lebih.
Jadi, kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dengan dua jenis janin atau lebih
yang ada didalam kandungan selama proses kehamilan

2.4.2 Etiologi

kehamilan multiple dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah : bangsa, umur dan paritas sering


mempengaruhi kehamilan 2 telur
b. Faktor obat-obat induksi ovulasi profertil, domid dan hormone gonadotropin
dapat menyebabkan kehamilan dizigotik dan kembar lebih dari dua
c. Faktor keturunan
2.4.3 Patofisiologi

Menurut Manuaba (2012:464) kehamilan kembar dibagi menjadi dua.


Monozigot, kembar yang berasal dari satu telur dan dizigot kembar yang berasal
dari dua telur. Dari seluruh jumlah kelahiran kembar, sepertiganya adalah
monozigot. Kembar dizigot berarti dua telur matang dalam waktu bersamaan, lalu
dibuahi oleh sperma. Akibatnya, kedua sel telur itu mengalami pembuahan dalam
waktu bersamaan. Sedangkan kembar monozigot berarti satu telur yang dibuahi
sperma, lalu membelah dua. Masa pembelahan inilah yang akan berpengaruh pada
kondisi bayi kelak. Masa pembelahan sel telur terbagi dalam empat waktu, yaitu 0
–72 jam, 4 – 8 hari, 9-12 dan 13 hari atau lebih. Pada pembelahan pertama, akan
terjadi diamniotik yaitu rahim punya dua selaput ketuban, dan dikorionik atau
rahim punya dua plasenta. Sedangkan pada pembelahan kedua, selaput ketuban
21

tetap dua, tapi rahim hanya punya satu plasenta. Pada kondisi ini, bisa saja terjadi
salah satu bayi mendapat banyak makanan, sementara bayi satunya tidak.
Akibatnya, perkembangan bayi bisa terhambat. Lalu, pada pembelahan ketiga,
selaput ketuban dan plasenta masing-masing hanya sebuah, tapi bayi masih
membelah dengan baik. Pada pembelahan keempat, rahim hanya punya satu
plasenta dan satu selaput ketuban, sehingga kemungkinan terjadinya kembar siam
cukup besar. Pasalnya waktu pembelahannya terlalu lama, sehingga sel telur
menjadi berdempet. Jadi kembar siam biasanya terjadi pada monozigot yang
pembelahannya lebih dari 13 hari. Dari keempat pembelahan tersebut, tentu saja
yang terbaik adalah pembelahan pertama, karena bayi bisa membelah dengan
sempurna. Namun, keempat pembelahan ini tidak bisa diatur waktunya. Faktor
yang mempengaruhi waktu pembelahan, dan kenapa bisa membelah tidak
sempurna sehingga mengakibatkan dempet, biasanya dikaitkan dengan infeksi,
kurang gizi, dan masalah lingkungan.

2.4.5 WOC
Sel3.sperma membuahi 1 ovarium (1 zigot ) Bangsa, umur, keturunan, obat
4. penginduksi ovulasi

Hambatan pada tingkah blastula zygote 2 ovum


mengalami pembelahan

Kehamilan multiple

Perubahan hormon Kepekaan uterus meningkat


Uterus membesar sesuai usia
kehamilan

Mual, muntah, anoreksia Resiko tinggi intoleransi


Tekanan abdomen meningkat aktivitas

Ketidakseimbangan nutrisi
Perubahan eliminasi urine atau sering
kurang dari kebutuhan tubuh
bekemih
22
2.4.6 Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Berhubungan Dengan

Mual muntah dan anoreksia

2. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan pembesaran uterus dan

peningkatan abdomen

3. Risiko tinggi intoleransi aktivitas berhubungan dengan kepekaan uterus

meningkat

2.4.7 Rencana Asuhan Keperawatan


No Diagnosa Rencana tindakan keperawatan
keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional

1 Ketidakseimba Setelah dilalukan 1. Kaji pola makan 1. memastikan


tindakan klien saat ini dan status nutrisi
ngan Nutrisi masa lalu
keperawatan selama sebelum konsepsi
2. Timbang berat
Kurang Dari
...x 24 jam badan klien, 2. berat badan yang
Kebutuhan diharapkan sesuai bandingkan BB saat kurang berisiko
ini dengan BB
dengan criteria: terhadap anemia
Berhubungan kehamilan
1. mual dan muntah 3. Berikan informasi 3. meningkatkan
Dengan Mual tentang risiko
berkurang penegtahuan klien
penurunan berat
muntah dan 2. berat badan guna memperbaiki
badan selama
meningkat karena kehamilan dan status gizi
anoreksia
adanya kehamilan tentang kebutuhan 4. agar pasien dapat
ganda makanan klien dan memenuhi nutrisi
janin
3. nafsu makan 4. Kolaborasi secara benar dan
meningkat dengan ahli gizi baik
tentang pemberian
nutrisi
2 Perubahan Setelah dilalukan 1. Kaji pengeluaran 1. Untuk
tindakan urine pada pasien mengetahui
eliminasi urin
keperawatan selama 2. Berikan informasi pengeluaran urine
berhubungan
...x 24 jam menegnai perlunya pasien
dengan diharapkan sesui pemasukan cairan 6- 2. Mempertahankan
dengan kreteria 8 gelas perhari tingkat cairan
pembesaran
hasil : 3. Anjurkan klien 3. Meningkatkan
uterus dan
1. frekuensi untuk melakukan perfusi ginjal,
peningkatan berkemih 6-7 kali posisi miring saat memobilisasi
perhari tidur bagian yang
abdomen
2. dapat 4. Kolaborasi mengalami edema
mengidentifikasi dengan keluarga 4. Agar cairan
cara-cara untuk pasien dalam pasien terkontrol
mencegah status pemantauan
urine pemasukan cairan

3 Risiko tinggi Setelah dilalukan 1. Kaji kemampuan 1. agar dapat


tindakan pasien dalam mengetahui
intoleransi keperawatan selama
melakukan aktivitas aktivitas pasien
...x 24 jam
aktivitas
diharapkan sesuai 2. Intruksikan klien 2. agar pasien tidak
berhubungan dengan criteria untuk menghindari melakukan aktvitas
hasil:
aktivitas berat yang berat
dengan 1. klien dapat
menyatakan 3. anjurkan klien 3. agar kondisi
kepekaan kesadaran terhadap untuk istihat yang pasien
toleransi aktivitas
uterus cukup 4. agar kondisi
2. klien dapat
merencanakan 4. Kolaborasi pasien terkontrol
meningkat
perubahan yang dengan keluarga
perlu pada gaya pasien agar aktivitas
hidup atau aktivitas
setiap hari pasien terkontrol
23

2.4.8 Implementasi

Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan dan

disesuaikan dengan kebutuhan pasien.

2.4.9 Evaluasi

Evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini menggunakan SOAP

S : data subjektif berisi data dari pasien melalui anamnesis.

O : data objektif data yang dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik.

A : analisis dan intrepretasi berdasarkan data yang terkumpul kemudian

dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah

potensial, serta perlu tidaknya dilakukan tindakan.

P : perencanaan merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan

termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, diagnosis atau laboratorium serta

konseling untuk tindak lanjut.


BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Distosia adalah persalinan abnormal yang ditandai oleh kemacetan atau tidak

adanya kemajuan dalam persalinan atau persalinan yang menyimpang dari

persalinan eustasia yang menunjukkan kegagalan.

Kelahiran Preterm / premature adalah bila berat badannya kurang dari 2500

gram (sampai dengan 2499 gram).

Prolaps Corda Umbilical atau prolaps tali pusat adalah tali pusat berada di

samping atau melewati bagian terendah janin dalam jalan lahir sebelum ketuban

pecah.

Kehamilan kembar ialah suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih yang

ada didalam kandungan selama proses kehamilan. Bahaya bagi ibu tidak begitu

besar, tetapi wanita dengan kehamilan kembar memerlukan perhatian dan

pengawasan khusus bila diinginkan hasil yang memuaskan bagi ibu janin

1.2 Saran

Dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, jadi penulis

mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Pembahasan dalam makalah ini

asuhan keperawatan maternitas merupakan masalah yang ada di masyarakat kita

sebagai perawat harus mampu melaksanaan tugas dalam asuhan keperawatan

maternitas.

24
DAFTAR PUSTAKA

Ditha, Buntuan.2013. Askep Prolaps Corda Umbilical.


https://www.academia.edu/33829050/prolaps_tali_pusat

Diakses pada tanggal 29 Oktober 2019

Gunawan, Agung N.2010.Pengaruh Kehamilam di Usia Muda Terhadap


Kelahiran Prematur. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/12410161165-1411-
9498.pdf.

Diakses pada tanggal 29Oktober 2019

Muhammad, Ilham.2011. Lp Askep Kehamilan Kembar.

https://id.scribd.com/doc/55103821/lp-askep-kehamilam-kembar

Diakses pada tanggal 29 Oktober 2019

Icemi, Sukarsi. 2013.Keperawatan Maternitas.Yogyakarta.Nuhu Medika

Prawiro, Hardjo.2019. Gudang Askep. https://www.gudangaskep.com/2019/03/lp-


askep-ditosia-aplikasi-nanda-nic-noc.html?m=1

Diakses pada tanggal 29 Oktober 2019

25

Anda mungkin juga menyukai