Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Bidan merupakan bentuk profesi yang erat kaitannya dengan etika karena lingkup
kegiatan bidan sangat berhubungan erat dengan masyarakat. Karena itu, selain mempunyai
pengetahuan dan keterampilan, agar dapat diterima di masyarakat, bidan juga harus memiliki
etika yang baik sebagai pedoman bersikap/ bertindak dalam memberikan suatu pelayanan
khususnya pelayanan kebidanan. Agar mempunyai etika yang baik dalam pendidikannya, bidan
dididik etika dalam mata kuliah Etika Profes,i namun semuanya mata kuliah tidak ada artinya
jika peserta didik tidak mempraktekannya dalam kehidupannya di masyarakat.
Pada masyarakat daerah, bidan yang di percaya adalah bidan yang beretika. Hal ini tentu
akan sangat menguntungkan, baik bidan yang mempunyai etika yang baik karena akan mudah
mendapatkan relasi dengan masyarakat sehingga masyarakat juga akan percaya pada bidan. Etika
dalam pelayanan kebidanan merupakan isu utama diberbagai tempat, dimana sering terjadi
karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan terhadap etika. Pelayanan
kebidanan adalah proses yang menyeluruh sehingga membutuhkan bidan yang mampu menyatu
dengan ibu dan keluarganya. Bidan harus berpartisipasi dalam memberikan pelayanan kepada
ibu sejak konseling pra konsepsi, skrening antenatal, pelayanan intrapartum, perawatan intensif
pada neonatal, dan postpartum serta mempersiapkan ibu untuk pilihannya meliputi persalinan di
rumah, kelahiran SC,dan sebagainya.
Bidan sebagai pemberi pelayanan harus menjamin pelayanan yang profesional dan
akuntabilitas serta aspek legal dalam pelayanan kebidanan. Bidan sebagai praktisi pelayanan
harus menjaga perkembangan praktik berdasarkan evidence based (fakta yang ada) sehingga
berbagai dimensi etik dan bagaimna kedekatan tentang etika merupakan hal yang penting untuk
digali dan dipahami.
Dari uraian diatas, makalah ini akan membahas tentang “Etika Bidan Bertugas dipoliklinik”
dalam masyarakat agar pembacanya dapat termotivasi dan terpacu untuk menjadi bidan yang
beretika, profesional dan berdedikasi tinggi di kalangan masyarakat yang dapat dipelajari dalam
kode etik bidan

1
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian etika
2. Untuk mengetahui pengertian poliklinik
3. Untuk mengetahui sistematika etika

1.3 Manfaat
Agar menegetahui bagaimana etika bertugas di poliklinik

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN ETIKA


Etika diartikan "sebagai ilmu yang mempelajari kebaikan dan keburukan dalam
hidup manusia khususnya perbuatan manusia yang didorong oleh kehandak dengan
didasari pikiran yang jernih dengan pertimbangan perasaan".
Menurut bahasa, Etik diartikan sebagai:
YUNANI Ethos, kebiasaan atau tingkah laku
INGGRIS Ethis, tingkah laku/prilaku manusia yg baik –> tindakan yg harus dilaksanakan
manusia sesuai dengan moral pada umumnya.
Sedangkan dalam konteks lain secara luas dinyatakan bahwa:
ETIK adalah aplikasi dari proses & teori filsafat moral terhadap kenyataan yg sebenarnya.
Hal ini berhubungan dengan prinsip-prinsip dasar & konsep yg membimbing makhluk hidup
dalam berpikir & bertindak serta menekankan nilai-nilai mereka.
(Shirley R Jones- Ethics in Midwifery)

2.2 PENGERTIAN POLIKLINIK

Poliklinik adalah salah satu unit pelayanan masyarakat yang bergerak pada bidang
kesehatan. Sebuah poliklinik yang menawarkan fasilitas perawatan kesehatan yang di khususkan
untuk perawatan pasien rawat jalan. Tujuan utama dari Poliklinik adalah melayani para pasien
yang akan berobat dan merupakan kegiatan utama, untuk itu penyediaan informasi yang dapat
mendukung dan meningkatkan sistem sangatlah di butuhkan.

3
2.3 SISTEMATIKA ETIKA
Sebagai suatu ilmu maka Etika terdiri atas berbagai macam jenis dan ragamnya antara
lain:
1. Etika deskriptif, yang memberikan gambaran dan ilustrasi tentang tingakh laku manusia
ditinjau dari nilai baik dan buruk serta hal-hai,mana yang boleh dilakukan sesuai dengan norma
etis yang dianut oleh masyarakat.
2. Etika Normatif, membahas dan mengkaji ukuran baik buruk tindakan manusia, yang
biasanya dikelompokkan menjadi-.
a. Etika umum; yang membahas berbagai hal yang berhubungan dengan kondisi manusia
untuk bertindak etis dalam mengambil kebijakan berdasarkan teori-teori dan prinsip-prinsip
moral.
b. Etika khusus; terdiri dari Etika sosial, Etika individu dan Etika Terapan.
 Etika sosial menekankan tanggungjawab sosial dan hubungan antarsesama
manusia dalam aktivitasnya,
 Etika individu lebih menekankan pada kewajiban-kewajiban manusia sebagai
pribadi,
 Etika terapan adalah etika yang diterapkan pada profesi
Pada tahun 2001 ditetapkan oleh MPR-RI dengan ketetapan MPR-RI No.VI/MPR/2001
tentang Etika Kehidupan Bangsa. Etika kehidupan bangsa bersumber pada agama yang
universal dan nilai-nilai luhur budaya bangsa yaitu Pancasila. Etika kehidupan berbangsa
antara lain meliputi: Etika Sosial Budaya, Etika Politij dan Pemerintahan, Etika Ekonomi
dan Bisnis, Etika Penegakkan Hukum yang Berkeadilan, Etika Keilmuan, Etika
Lingkungan, Etika Kedokteran dan Etika Kebidanan.

2.4. FUNGSI ETIKA DAN MORALITAS DALAM PELAYANAN KEBIDANAN


1. Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya Bidan dan Klien
2. Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah tindakan yg
merugikan/membahayakan orang lain
3. Menjaga privacy setiap individu
4. Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai dengan porsinya

4
5. Dengan etik kita mengatahui apakah suatu tindakan itu dapat diterima dan apa
alasannya
6. Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau dalam menganalisis suatu
masalah
7. Menghasilkan tindakan yg benar
8. Mendapatkan informasi tenfang hal yg sebenarnya
9. Memberikan petunjuk terhadap tingkah laku/perilaku manusia antara baik, buruk, benar atau
salah sesuai dengan moral yg berlaku pada umumnya
10. Berhubungan dengans pengaturan hal-hal yg bersifat abstrak
11. Memfasilitasi proses pemecahan masalah etik
12. Mengatur hal-hal yang bersifat praktik
13. Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib masyarakat maupun tata cara di dalam
organisasi profesi
14. Mengatur sikap, tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas profesinya yg biasa
disebut kode etik profesi.

2.5 .KODE ETIK PROFESI BIDAN


Setiap profesi mutlak mengenal atau mempunyai kode etik. Dengan demikian dokter,
perawat,-,bidan, guru dan sebagainya yang merupakan bidang pekerjaan profesi mempunyai
kode etik.
Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota
profesi yang bersangkutan didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di
masyarakat.
Kode etik profesi merupakan "suatu pernyataan komprehensif dari profesi yang memberikan
tuntunan bagi angotanya untuk melaksanakan praktik dalam bidang profesinya baik yang
berhubungan dengan klien /pasien, keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi dan
dirinya sendin". Namun dikatakan bahwa kode etik pada zaman dimana nilai–nilai perada
ban semakin kompleks, kode etik tidak dapat lagi dipakai sebagai pegangan satu–satunya dalam
menyelesaikan masalah etik, untuk itu dibutuhkan juga suatu pengetahuan yang berhubungan
dengan hukum. Benar atau salah pada penerapan kode etik, ketentuan/nilai moral yang

5
berlaku terpulang kepada profesi.

TUJUAN KODE ETIK


Pada dasarnya tujuan menciptakan atau merumuskan kode etik suatu profesi adalah untuk
kepentingan anggota dan kepentingan organisasi.

Secara umum tujuan menciptakan kode etik adalah sebagai berikut:


1). Untuk menjunjung tinggi martabat dan citra profesi
Dalam hal ini yang dijaga adalah image dad pihak luar atau masyarakat mencegah orang
luar memandang rendah atau remeh suatu profesi. Oleh karena itu, setiap kode etik suatu profesi
akan melarang berbagai bentuk tindak tanduk atau kelakuan anggota profesi yang dapat
mencemarkan nama baik profesi di dunia luar. Dari segi ini kode etik juga disebut kode
kehormatan.
2). Untuk menjaga dan memelihara kesejahtraan para anggota
Yang dimaksud kesejahteraan ialah kesejahteraan material dan spiritual atau mental.
Dalam hal kesejahteraan materil angota profesi kode etik umumnya menerapkan larangan-
larangan bagi anggotanya untuk melakukan perbuatan yang merugikan kesejahteraan. Kode etik
juga menciptakan peraturan-peraturan yang ditujukan kepada pembahasan tingkah laku yang
tidak pantas atau tidak jujur para anggota profesi dalam interaksinya dengan sesama anggota
profesi.
3). Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
Dalam hal ini kode etik juga berisi tujuan pengabdian profesi tertentu, sehingga para
anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian
profesinya. Oleh karena itu kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan
oleh para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.
4). Untuk meningkatkan mutu profesi
Kode etik juga memuat tentang norma-norma serta anjuran agar profesi selalu
berusaha untuk meningkatkan mutu profesi sesuai dengan bidang pengabdiannya. Selain itu kode
etik juga mengatur bagaimana cara memelihara dan meningkatkan mutu organisasi profesi.

6
Dimensi Kode Etik
1. Anggota profesi dan Klien/ Pasien.
2. Anggota profesi dan sistem kesehatan.
3. Anggota profesi dan profesi kesehatan
4. Anggota profesi dan sesama anggota profesi

Prinsip Kode Etik


1. Menghargai otonomi
2.Melakukan tindakan yang benar
3. Mencegah tindakan yang dapat merugikan.
4. Memberlakukan manisia dengan adil.
5. Menjelaskan dengan benar.
6. Menepati janji yang telah disepakati.
7. Menjaga kerahasiaan
Penetapan Kode Etik
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh organisasi untuk para anggotanya. Penetapan kode etik IBI
harus dilakukan dalam kongres IBI.

KODE ETIK BIDAN


Kode etik bidan di Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disyahkan dalam
kongres nasional IBI X tahun 1988, sedang petunjuk pelaksanaanya disyahkan dalam rapat kerja
nasional (RAKERNAS) IBI tahun 1991, kemudian disempurnakan dan disyahkan pada kongres
nasional IBI XII tahun 1998. Sebagai pedoman dalam berperilaku, kode etik bidan Indonesia
mengandung beberapa kekuatan yang semuanya tertuang dalam mukadimah, tujuan dan bab.

SECARA UMUM KODE ETIK TERSEBUT BERISI 7 BAB YAITU:


1. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat (6 butir)
1). Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah jabatannya
dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
2). Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan
martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.

7
3). Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan
tanggungjawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
4). Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien,
menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
5). Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan klien,
keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
6). Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan
pelaksanaan - tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyar akat untuk
meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal.
2. Kewajiban bidan terhadap tugasnya (3 butir)
1). Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna terhadap klien, keluarga dan
masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien,
keluarga dan masyarakat.
2). Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam mengambil
keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan atau rujukan.
3). Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan atau
dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau dipedukan
sehubungan kepentingan klien.
3. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya (2 butir)
1). Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan suasana
kerja yang serasi.
2). Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap
sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.
4. Kewajiban bidan terhadap profesinya (3 butir)
1). Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan
menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu kepada
masyarakat.
2). Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan did dan meningkatkan kemampuan
profesinya seuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

8
3). Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenis
yang dapat meningkatkan mute dan citra profesinya.
5. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (2 butir)
1). Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas
profesinya dengan baik.
2). Setiap bidan harus berusaha secara terus menerus untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
6. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air (2 butir)
1). Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuanketentuan
pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/KB dan kesehatan
keluarga dan masyarakat.
2). Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya kepada
pemerintah untuk- meningkatkan mutu jangakauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan
KIA/KB dan kesehatan keluarga.
7. Penutup (1 butir)
Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa menghayati dan mengamalkan
Kode Etik Bidan Indonesia

2.6.TUGAS UTAMA BIDAN DI KOMUNITAS


1. Pelaksana asuhan atau pelayanan kebidanan.
a. Melaksanakan asuhan kebidanan dengan standar profesional.
b. Melaksanakan asuhan kebidanan ibu hamil normal dengan komplikasi, patologis dan resiko
tinggi dengan melibatkan klien/keluarga.
c. Melaksanakan asuhan ibu bersalin normal dengan komplikasi, patologis dan resiko tinggi
dengan melibatkan klien/keluarga.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal dengan komplikasi, patologis
dan resiko tinggi dengan melibatkan klien/keluarga.
e. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dan menyusui normal dengan komplikasi,
patologis dan resiko tinggi dengan melibatkan klien/keluarga.
f. Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan klien/keluarga.

9
g. Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita atau ibu dengan gangguan sistem reproduksi
dengan melibatkan klien/keluarga.
h. Melaksanakan asuhan kebidanan komunitas melibatkan klien/keluarga.
i. Melaksanakan pelayanan keluarga berencana melibatkan klien/keluarga.
j. Melaksanakan pendidikan kesehatan di dalam pelayanan kebidanan.

2. Pengelola pelayanan KIA/KB.


a. Mengembangkan pelayanan kesehatan masyarakat terutama pelayanan kebidanan untuk
individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat diwilayah kerjanya dengan melibatkan
keluarga dan masyarakat.
b. Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan program sektor lain
diwilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan, dan tenaga
kesehatan lain yang berada diwilayah kerjanya.
3. Pendidikan klien, keluarga, masyarakat dan tenaga kesehatan.
Melaksanakan bimbingan/penyuluhan, pendidikan pada klien, masyarakat dan tenaga kesehatan
termasuk siswa bidan/keperawatan, kader, dan dukun bayi yang berhubungan dengan KIA/KB.
4. Penelitian dalam asuhan kebidanan.
Melaksanakan penelitian secara mandiri atau bekerjasama secara kolaboratif dalam tim
penelitian tentang askeb.

TUGAS TAMBAHAN BIDAN DI KOMUNITAS


1. Upaya perbaikan kesehatan lingkungan.
2. Mengelola dan memberikan obat - obatan sederhana sesuai dengan kewenangannya.
3. Survailance penyakit yang timbul di masyarakat.
4. Menggunakan tehnologi tepat guna kebidanan.

2.7. BIDAN PRAKTEK SWASTA


Praktek pelayanan bidan perorangan (swasta), merupakan penyedia layanan kesehatan, yang
memiliki kontribusi cukup besar dalam memberikan pelayanan, khususnya dalam meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak. Supaya masyarakat pengguna jasa layanan bidan memperoleh akses
pelayanan yang bermutu dari pelayanan bidan, perlu adanya regulasi pelayanan praktek bidan

10
secara jelas, persiapan sebelum bidan melaksanakan pelayanan praktek, seperti perizinan,
tempat, ruangan, peralatan praktek, dan kelengkapan administrasi semuanya harus sesuai dengan
standar.
Setelah bidan melaksanakan pelayanan di lapangan, untuk menjaga kualitas dan keamanan dari
layanan bidan, dalam memberikan pelayanan harus sesuai dengan kewenangannya. Pihak
pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan organisasi Ikatan Bidan
memiliki kewenangan untuk pengawasan dan pembinaan kepada bidan yang melaksanakan
praktek perlu melaksanakan tugasnya dengan baik.
Penyebaran dan pendistribusian bidan yang melaksanakan praktek perlu pengaturan agar terdapat
pemerataan akses pelayanan yang sedekat mungkin dengan masyarakat yang membutuhkannya.
Tarif dari pelayanan bidan praktek akan lebih baik apabila ada pengaturan yang jelas dan
trasparan, sehingga masyarakat tidak ragu untuk datang ke pelayanan bidan praktek perorangan
(swasta). Informasi dari jasa pelayanan bidan untuk masyarakat perlu pengaturan yang jelas, agar
masyarakat mendapatkan informasi yang jelas, sehingga konsumen bidan praktek swasta
mendapatkan kepuasan akan layanan yang diterimanya.
Kompetensi minimal bidan praktek swasta meliputi :
1. Ruang lingkup profesi
a. Diagnostik (klinik, laboratorik)
b. Terapy (promotif, preventif)
c. Merujuk
d. Kemampuan komunikasi interpersonal
2. Mutu pelayanan
a. Pemeriksaan seefisien mungkin
b. Internal review
c. Pelayanan sesuai standar pelayanan kebidanan dan etika profesi
d. Humanis (tidak diskriminatif)
3. Kemitraan
a. Sejawat/kolaborasi
b. Dokter, perawat, petugas kesehatan yang lain, psikolog, sosiolog
c. Pasien, komunitas
4. Manajemen

11
a. Waktu
b. Alat
c. Informasi/MR
d. Obat
e. Jasa
f. Administrasi/regulasi/Undang-Undang
5. Pengembangan diri
a. CME (Continue Midwifery Education)
b. Information Search

2.8 MEKANISME TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

1. Keperawatan atau Kebidanan Klinis


Kelompok perawat atau bidan bertanggung jawab selama 24 jam, 7 hari dalam seminggu untuk
merencanakan, mengimplementasikan dan mengevaluasi asuhan keperawatan atau kebidanan
untuk sekelompok pasennya. Mereka mempunyai wewenang penting untuk memenuhi tanggung
jawabnya. Untuk itu mereka harus memiliki wewenang dalam memenuhi tanggung jawabnya
dan harus mampu menerima akontabilitas untuk pencapaian hasil praktek keperawatan atau
kebidanan. Kewenangan yang dimiliki perawat atau bidan untuk memberikan asuhan
keperawatan atau kebidanan diarahkan langsung kepada pasen pada setiap saat dalam
pelaksanaan tugas. Praktek klinik keperawatan atau kebidanan merupakan instrument yang sudah
biasa dilakukan dan dapat dipergunakan dalam mempromosikan praktek profesionalnya. Seorang
manajer dapat mengembangkannya melalui dorongan dan kepercayaan terhadap staf perawat
atau bidan, agar mereka semakin memiliki kesadaran, dan kemampuan klinis dalam memberikan
pelayanan yang berkualitas tinggi.

2. Etika Perawat / Bidan


Kerangka konsep dan dimensi moral dari suatu tanggung jawab dan akontabilitas dalam praktek
klinis keperawatan dan kebidanan didasarkan atas prinsip-prinsip etika yang jelas serta
diintegrasikan ke dalam pendidikan dan praktek klinis. Hubungan perawat atau bidan dengan
pasen dipandang sebagai suatu tanggung jawab dan akuntabilitas terhadap pasien yang pada

12
hakekatnya adalah hubungan memelihara (caring). Elemen dari hubungan ini dan nilai-nilai
etiknya merupakan tantangan yang dikembangkan pada setiap sistem pelayanan kesehatan
dengan berfokus pada sumber-sumber yang dimiliki. Perawat atau bidan harus selalu
mempertahankan filosofi keperawatan atau kebidanan yang mengandung prinsip-prinsip etik dan
moral yang tinggi sebagaimana perilaku memelihara dalam menjalin hubungan dengan pasen
dan lingkungannya. Sebagai contoh, ketika seorang perawat/bidan melakukan kesalahan dalam
memberikan obat kepada pasen, dia harus secara sportif (gentle) dan rendah hati (humble) berani
mengakui kesalahannya. Pada kasus ini dia harus mempertanggungjawabkan kepada: (1) pasen
sebagai konsumen, (2) dokter yang mendelegasikan tugas kepadanya, (3) Manajer Ruangan yang
menyusun standar atau pedoman praktek yang berhubungan dengan pemberian obat (4) Direktur
Rumah Sakit atau Puskesmas yang bertanggung jawab atas semua bentuk pelayanan di
lingkungan organisasi tersebut.

Mempertahankan Tugas dan tanggung jawab Profesional dalam Asuhan Keperawatan atau
Kebidanan

1. Terhadap Diri Sendiri; (a) Tidak dibenarkan setiap personal melakukan tindakan yang
membahayakan keselamatan status kesehatan pasen. (b) Mengikuti praktek keperawatan atau
kebidanan berdasarkan standar baru dan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi
canggih. (c) Mengembangkan opini berdasarkan data dan fakta.
2. Terhadap Klien atau Pasen; (a) Memberikan informasi yang akurat berhubungan dengan
asuhan keperawatan atau kebidanan. (b) Memberikan asuhan keperawatan atau kebidanan
berdasarkan standar yang menjamin keselamatan, dan kesehatan pasen.
3. Terhadap Profesinya; (a). Berusaha mempertahankan, dan memelihara kualitas asuhan
keperawatan, atau kebidanan berdasarkan standar, dan etika profesi. (b) Mampu dan mau
mengingatkan sejawat perawat/bidan untuk bertindak profesional, dan sesuai etik moral profesi.
4. Terhadap Institusi/Organisasi; Mematuhi kebijakan dan peraturan yang berlaku, termasuk
pedoman yang disiapkan oleh institusi atau organisasi.
5. Terhadap Masyarakat; Menjaga etika dan hubungan interpersonal dalam memberikan
pelayanan keperawatan, atau kebidanan yang berkualitas tinggi.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Bidan merupakan bentuk profesi yang erat kaitannya dengan etika karena lingkup
kegiatan bidan sangat berhubungan erat dengan masyarakat. Karena itu, selain mempunyai
pengetahuan dan keterampilan, agar dapat diterima di masyarakat bidan juga harus memiliki
etika yang baik sebagai pedoman bersikap/ bertindak dalam memberikan suatu pelayanan
khususnya pelayanan kebidanan. Agar mempunyai etika yang baik dalam pendidikannya bidan
dididik etika dalam mata kuliah Etika profesi namun semuanya mata kuliah tidak ada artinya jika
peserta didik tidak mempraktekannya dalam kehidupannya di masyarakat.

Pelayanan kebidanan kominitas dikembangkan berawal dari pola hidup masyarakat yang
tidak lepas dari faktor lingkungan, adat istiadat, ekonomi, social budaya dll. Sebagian masalah
komunitas merupakan hasil perilaku masyarakat sehingga perlu melibatkan masyarakat sangat
penting untuk meningkatkan rasa percaya diri masyarakat terhadap kemampuan yang mereka
miliki.

Pelayanan yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat adalah proses dimana


masyarakat dapat mengidentifikasi kebutuhan dan tentukan prioritas dari kebutuhan sesuai skala
prioritas berdasarkan atas sumber-sumber yang ada di masyarakat sendiri maupun berasal dari
luar secara gotong royong.

3.2 SARAN

Penulis menyarankan kepada pembaca makalah ,agar dapat mengerti apa yang dimaksud
dengan etika dan kode etik bertugas serta penulis juga mengharapkan agar pembaca mampu
mengetahui bagaimana etika bertugas dipoliklinik.Dan penulis meminta saran dan kritik yang
sifatnya membangun karna makalah ini jauh dari kesempurnaan

14
DAFTAR PUSTAKA

Patricia A. Potter and Anne G.Perry ,1989 “ Fundamental Of Nursing, Concepts, Process ,and
Practice, The Mosby Company,USA.
Ann Marine- Tomey R.N,Ph.D,FAAN, 1992” Guide To Nursing Management and Leadership “
Mosby Company ,USA.

Internet

www.akhlakislam.com/.../himpunan-perundangan-
www.depnakertrans.go.id/.../perundangan/
yovie.info/update-himpunan-peraturan

15

Anda mungkin juga menyukai