Anda di halaman 1dari 53

FASILITAS PENUNJANG EKOWISATA MANGROVE

PULAU KELELAWAR KAB. PARIGI MOUTONG

A. DESKRIPSI PERANCANGAN

Lokasi yang dijadikan sebagai objek perancangan adalah kawasan wisata


pulau kelelawar yang terletak di wilayah administrasi Kab. Parigi Moutong,
tepatnya di desa Tomoli Kec. Toribulu Sulawesi Tengah. Wisata Pulau Kelelawar
Kab. Parigi Moutong ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Perairan Daerah di
Kab. Parigi Moutong (Lampiran 2 dan 3) karena memiliki nilai eksotik dan keunikan
tersendiri berupa hamparan pasir putih di wilayah pesisir yang diapit oleh dua
buah tanjung dan memiliki pulau yang terbentuk dari karang serta berasosiasi
dengan tanaman mangrove sebagai tempat habitat burung kelelawar berwarna
putih, kuning, dan hitam.
Berkembangnya isu kerusakan lingkungan pada tanaman mangrove di
wilayah Sulawesi tengah menjadikan wisata pulau kelelawar sebagai Pusat
Rehabilitasi dan Pemanfaatan mangrove (PRPM) berkonsep ekowisata yang
direncanakan oleh KASI Konservasi Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Parigi
Moutong. Untuk menjalankan kegiatan ekowisata tersebut dibutuhkan fasilitas
yang dapat menunjang kegiatan didalamnya. Akan tetapi, Kebutuhan fasilitas
penunjang yang tersedia belum memenuhi prinsip ekowisata yang direncanakan.
Sehingga berdasarkan kebutuhan tersebut, dihasilkan judul “fasilitas
penunjang ekowisata mangrove pulau kelelawar kab. parigi moutong” sebagai
rumusan masalah dan bertujuan untuk menghasilkan rancangan ekowisata
mangrove dengan fokus pada desain fasilitas penunjang yang diharapkan mampu
memberikan pemahaman tentang arti pentingnya pelestarian alam (konservasi)
sebagai suatu aset ekosistem tanaman sekaligus perairan yang unik sebagai wisata
alam yang menarik khususnya di Kab. Parigi Moutong.

1
B. TEMA PERANCANGAN
Fasilitas penunjang ekowisata mangrove adalah sarana yang melengkapi
pelaksanaan kegiatan wisata alam dengan tujuan melestarikan, dan memberikan
pelajaran mengenai lingkungan mangrove sebagai objek wisata serta mampu
memperkenalkan struktur sosial di wilayah tersebut. Maka Fasilitas yang menjadi
penunjang harus sesuai dengan tema ekowisata, yaitu dengan mengimplementasi
ekologi arsitektur agar sejalan dalam melestarikan kawasan mangrove. Pencitraan
visual dilakukan dengan mengolah bentuk massa bangunan menjadi lebih rekreatif
yang dimulai dengan membuat skema sirkulasi kemudian dengan mengidentifikasi
bangunan lokal yang ada dipesisir pantai serta mengambil bentuk burung
kelelawar dan tanaman mangrove yang ada disekitar lokasi untuk dijadikan dasar
pengolahan bentuk bangunan yang menjadi fasilitas penunjang.

C. URGENSI DAN LEGALITAS PERANCANGAN


Terdapat beberapa pernyataan yang dikeluarkan pemerintah daerah
dengan jelas mendukung judul laporan perancangan, yaitu :
1) Surat Keputusan Bupati Parigi Moutong No. 380.45 / 2153 / DISKANLUT pada
tahun 2013 dengan menetapkan Pulau Kelelawar sebagai salah satu dari tiga
Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) di Kab. Parigi Moutong selain
pulau Tiga di Kec. Sausu dan kepulauan di Kec. Tomini;
2) PERDA Kab. Parigi Moutong nomor 2 tahun 2011 tentang rencana pola ruang
wilayah kabupaten parigi moutong 2010-2030 bagian kedua, dengan
menetapkan pulau kelelawar sebagai salah satu kawasan khusus yang harus
dilindungi, terdiri atas pulau mangrove sebagai tempat habitat burung
kelelawar. Selanjutnya, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah
kabupaten pada pasal 8 ayat 2 dalam mempertahankan dan merehabilitasi
kawasan mangrove sebagai ekosistem esensial pada kawasan pesisir untuk
pengendalian pencemaran, perlindungan pantai dari abrasi, dan menjamin
terus berlangsungnya reproduksi biota laut ;

2
3) Menjalankan Misi keenam Kab. Parigi Moutong dalam “meningkatkan kualitas
lingkungan sebagai wujud komitmen terhadap konsepsi pembangunan
berkelanjutan (Sustainable development) dan berwawasan lingkungan”.
Melalui penataan kawasan pantai, kawasan hutan, dan kawasan yang asri
sekaligus sebagai potensi pengembangan pariwisata berbasis masyarakat,
budaya dan lingkungan (ekoturisme);
4) Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kab. Parigi Moutong 2005-2025,
dengan menetapkan pulau kelelawar sebagai salah satu objek wisata
Bahari/Tirta di Kec. Toribulu;
5) Pengembangan wisata pantai yang tercantum dalam data objek wisata Kab.
Parigi Moutong tahun 2014 oleh Dinas Pemuda Olah Raga, Kebudayaan dan
Pariwisata Kab. Parigi Moutong.

D. PROGRAM ARSITEKTURAL
Fasilitas penunjang yang mengakomodasi kegiatan ekowisata mangrove
ditinjau dengan berdasarkan aspek ekologi arsitektur berupa faktor eco-mental
(Lampiran 1). Sehingga didapatkan kebutuhan besaran ruang untuk mewadahi
kegiatan sebagaimana dijelaskan pada tabel berikut :

Tabel 1. Luas Fasilitas Penunjang Terencana


Zona Bagian Kelompok Ruang Luas Total
Parkir Parkir Out Door 1694
Rg. Lobi utama 45.6
Resepsionis 4.2
Front office
Money changer 9.3
Toilet umum 43.2
Rg. Kerja manajer 10.2
Adventage

Rg. Rapat 13.2


Rg. Pelayanan tamu 7.8
Toilet manajer 3.6
Head office Rg. Kerja sekretaris 10.2
Rg. Arsip 6
Rg. Kerja bidang kegiatan 51
Rg. Pelayanan tamu 39
Toilet umum 48

3
Retail penjualan 82.8
Comfort & Restoran 172.8
Education Dapur 69.12
Gudang makanan 26.88
Rg. Kasir 18
Kamar ganti 19.2
Rg. servis 10.8
Rg. Pameran 418.5
Rg. Kelas/ belajar 90
Gudang alat 6
Out door Kamar bilas 21.6
Gazebo 124.8
Menara pantau 17.28
Buffer zone

Pos jaga 22.5


Pos siap siaga 39.6
Dermaga perahu 46
Mushollah 87
Rg. Peminjaman alat 6
Toilet umum 14.4
Indoor Rg. Penelitian 72.576
laboratory gudang alat 6
Vila standar Rg. Menginap 1942.8
Core zone

Kamar mandi+ toilet

Guest house Rg. Menginap 684

Kamar mandi+ toilet

Total 5,983.956m2
Dibulatkan 5,984 m2

Sumber : Analisa penulis 2016

4
E. ANALISA-SINTESA PERANCANGAN

Analisa-sintesa yang dilakukan berasal dari metode pemograman William


pena (1985) yang diambil berdasarkan kajian dan kompilasi data dari teori-teori
yang mendukung. Faktor-faktor penentu pada tahap analisa disesuaikan
berdasarkan aspek dari muatan ekologi arsitektur seperti faktor fisik (eco-
technical), faktor manusia (eco-mental), dan faktor eksternal (eco-
environtment). Sedangkan tahap sintesa dilakukan dengan membuat konsep
perancangan yang diimplementasikan ke dalam model (dua dimensi maupun tiga
dimensi) untuk menghasilkan representasi desain.

1) Analisa Faktor Fisik (eco-technical)

Analisa faktor fisik berhubungan dengan analisa secara teknis pada tapak,
lingkungan fisik, kualitas bangunan dan ruang serta sistem yang terjadi.

a) Tapak

Lokasi perancangan fasilitas penunjang ekowisata mangrove lebih


dikhususkan pada area konservasi sebagai lokasi perencanaan Pusat Rehabilitasi
dan Pemanfaatan Mangrove (PRPM) yang diusulkan oleh Dinas Kelautan dan
Perikanan Kab. Parigi Moutong (Nomor satu pada gambar). Pada lokasi ini juga
terdapat permukiman penduduk yang dapat berpartisipasi mendukung kegiatan
ekowisata sebagai usaha bersama. Peletakan tapak pada area pulau sangat tidak
memungkinkan disebabkan adanya rekayasa konstruksi yang berlebihan untuk
mewadahi kegiatan utama sehingga berdampak buruk pada kawasan tersebut
yang dapat menyebabkan kerusakan pada karang dan lain-lain, mengganggu
kenyamanan burung kelelawar, serta dengan mempertimbangkan bau tidak sedap
yang dihasilkan dari kelelawar itu sendiri.

5
Gambar 1. Tapak Ekowisata Mangrove
(Sumber: Google Earth, digambar kembali oleh Haedir, 2016)

Luasan pada tapak yang tersedia adalah sekitar 2,5 ha memanjang kearah
utara dan selatan, sedangkan kearah barat dibatasi oleh garis sempadan pantai
sejauh 100 meter dari pasang tertinggi (PERDA Kab. Parigi Moutong No. 2 Tahun
2011). Wilayah dalam garis sempadan pantai dapat dimanfaatkan untuk kawasan
pariwisata dan pengelolaan kawasan pantai berhutan mangrove melalui
penanaman mangrove di wilayah pantai. Sedangkan wilayah laut di lokasi wisata
merupakan wilayah teritorial negara Indonesia yang memiliki batasan tertentu
sampai 12 mil dari titik ujung terluar pulau Indonesia, sehingga bersifat publik dan
dapat dinikmati masyarakat secara umum.

6
Gambar 2. Kondisi Tapak
(Sumber: Google Earth, digambar kembali oleh haedir, 2016)

b) Iklim
Penanganan iklim dilakukan dengan menjaga jarak fasilitas penunjang
terhadap sempadan pantai, penempatan barrier dan wind buffer berupa tanaman
mangrove pada wilayah pantai dan penggunaan ventilasi alamiah pada fasilitas
penunjang. Sedangkan pada arah timur dan barat bukaan dipasangi sun shading
atau over stek, dan dengan mengatur orientasi bangunan agar tidak tegak lurus ke
arah timur secara langsung.

7
Gambar 3. Analisa Iklim
(Sumber: Analisa Penulis, 2016)

Jalur sirkulasi laut menggunakan perahu dilakukan dengan cara berlindung


dari badan pulau sebelah barat dan bersandar secara aman pada sisi barat pulau
di sebuah dermaga. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya gelombang besar
terhadap perahu dan fasilitas penunjang yang diletakkan pada bagian pulau.
Fasilitas alam yang disediakan berupa dermaga perahu (boat pier) yang diletakkan
pada bagian barat, serta walking board dan juga tempat beristirahat berupa
gazebo.
Selain itu, disediakan juga pos siap siaga bagi para pengunjung apabila
terjadi kecelakaan dalam melakukan kegiatan wisata alam. Pos siap siaga
ditempatkan pada dermaga yang menghubungkan antar jalur menuju pulau yang
berjarak 350 meter.

8
Gambar 4. Analisa Jalur Sirkulasi Laut
(Sumber: Analisa Penulis, 2016)

c) Zonifikasi

Zona inti adalah zona umum yang diletakkan berdekatan entrance utama
sebagai pintu awal kedatangan dalam memudahkan pencapaian dari luar tapak.
Sedangkan zona atraksi merupakan zona yang secara langsung melibatkan
masyarakat untuk merasakan keindahan alam dan lingkungan sekitar sebagai
objek utama dari kegiatan ekowisata mangrove. Maka dari itu, zona ini diletakkan
berdekatan dengan area pelestarian dan objek alam yang menarik. Zona privat
lebih bersifat privasi dan kurang mendapatkan pengaruh dari zona lainnya, fasilitas
yang ditempatkan pada zona ini adalah berupa tempat menginap atau
laboratorium.

9
Gambar 5. Analisa Zonifikasi
(Sumber: Analisa Penulis, 2016)

d) Sirkulasi dan Pencapaian

Dibuat dua pintu yang terdiri dari satu pintu masuk dan satu pintu keluar
kendaraan pada bagian entrance. Sirkulasi dalam tapak dibedakan dalam 3 jenis,
yaitu sirkulasi kendaraan pengunjung, kendaraan pengelola, dan kendaraan servis.
Hal ini dilakukan untuk menjaga keteraturan, kepentingan dan fungsi tiap ruang
serta untuk menciptakan kenyamanan kepada wisatawan yang berkunjung.

10
Gambar 6. Sirkulasi Kendaraan Dalam Tapak
(Sumber: Analisa Berdasarkan Data, 2016)

Dari skema semua sirkulasi ruang dan fasilitas yang didapatkan, maka
hubungan fungsional ruang secara menyeluruh dapat dilihat pada skema berikut :

Gambar 7. Skema Hubungan Fungsional Ruang


(Sumber : Hasil Analisa, 2016)
e) Tata Massa Bangunan

11
Didapatkan tata massa bangunan yang rekreatif dari bentuk monoton,
yaitu dengan cara mengolah bentuk tubuh kelelawar yang menggantung menjadi
suatu pola sebagai tempat fasilitas penunjang sebagaimana dijelaskan pada
gambar berikut :

Gambar 8. Olahan Massa Bangunan


(Sumber: Analisa Penulis, 2016)

f) Orientasi dan View


Fasilitas penunjang berupa bangunan yang berkaitan kegiatan umum lebih
berorientasi ke jalan utama sebagai akses masuk para pengunjung, sedangkan
fasilitas penunjang lainnya lebih berorientasi ke objek alam atau mengarah ke
timur serta menyesuaikan dengan arah sirkulasi pejalan kaki antar setiap
bangunan.
Dari jalan utama terlihat sebagian area tapak sekaligus keindahan wilayah
pesisir pantai beserta tanaman mangrove sebagai tempat habitat burung
kelelawar. Maka dari itu, view ini dijadikan sebagai view utama pada area tapak
khususnya pada fasilitas penunjang yang mendukung kegiatan berkaitan dengan
wisata alam.

12
Gambar 9. View Dari Tapak
(Sumber: Analisa Penulis, 2016)

g) Vegetasi

Pemilihan vegetasi pada desain lansekap dipertimbangkan berdasarkan


fungsi dan estetika serta dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan dan iklim
dipinggir pantai. Hasil dari analisa menetapkan penggunaan vegetasi berupa
mangrove ikutan yang ditemukan di dekat pesisir berupa tanaman pohon dan
semak sebagaimana diuraikan pada tabel berikut:

13
Tabel 2. Penggunaan Mangrove Ikutan di Pesisir Pantai Sebagai Vegetasi
Nama Gambar Keterangan
Ketapang Fungsi :
(Terminalia catappa) - Sebagai pelindung
Ciri-ciri :
-Tinggi pohon bisa mencapai 10 meter
-Memiliki tajuk yang lebar

Pandan Laut Fungsi :


(Pandanus odoratissima) - Sebagai estetika
-Sebagai pengarah
Ciri-ciri :
-Memiliki struktur batang dan daun
yang unik
-Tinggi pohon bisa mencapai sekitar 5
meter
Bintaro/ Mangga laut Fungsi :
(Carbera manghas) -Sebagai Pelindung
- Sebagai estetika
-Sebagai pembatas

Ciri-ciri :
-Memiliki daun yang lebat
-Bentuk dan struktur pohon yang
dinamis
-Memiliki bunga yang indah
-Tinggi pohon bisa mencapai 3

Bintangur Fungsi :
(Calophyllum inophyllum)
-Sebagai Pelindung
-Sebagai Estetika
Ciri-ciri :
-Memiliki daun yang cukup lebat
-Memiliki bunga yang indah
-Tinggi pohon bisa mencapai 8

14
Nama Gambar Keterangan
Waru Fungsi :
(Hibiscus tiliaceous)
-Sebagai Pelindung
-Sebagai Estetika
Ciri-ciri :
-Memiliki daun yang cukup lebat
-Memiliki bunga yang indah
-Tinggi pohon bisa mencapai 3

Harendong Fungsi :
(Melastona candidum) -Sebagai tanaman perdu
-Sebagai estetika
Ciri-ciri :
-Memiliki bunga yang indah

Rotan Laki Fungsi :


(Flagellaria indica) -Sebagai tanaman Merambat.
-Sebagai penutup bidang.

Ciri-ciri :
-Memiliki bunga
-Struktur batang yang bisa
memanjang dan merambat.

Ambung Fungsi :
(Derris trifoliata) -Sebagai tanaman merambat
-Sebagai Penutup bidang

Sumber: Sosia et al., 2014. Mangroves Siak dan Kepulauan Meranti.


Penerbit Environmental & Regulatory Compliance Division Safety, Health & Environment Department
Energi Mega Persada, Jakarta. Hal 17

15
h) Struktur dan Material
Fasilitas berupa bangunan penunjang menggunakan pondasi jalur dengan
bahan beton dan susunan batu kali. Pada tanah berlumpur sebagai tempat
hidupnya kepiting maupun kerang, menggunakan tiang/pondasi yang terbuat dari
bahan beton yang ditanam pada pasir sedalam ± 1 meter dengan jarak 3-5 meter
dan tinggi 1,5 meter dari atas permukaan tanah. Hal ini dilakukan agar tidak
merusak volume tanah secara berlebihan yang berdampak buruk bagi mahluk kecil
didalamnya. Untuk mencegah naiknya kelembaban pada bangunan maka
digunakan material berupa trasram. Trasram tersebut bisa berupa lapisan aspal
(atau kertas aspal), karet trasram (lembaran dari karet), seng papak, atau mortar
emulsi (mortar yang mutunya diperbaiki dengan bahan sintetis), yang diletakkan
pada permukaan atas sloof beton bertulang.

Gambar 10. Pencegahan Kelembaban Tanah Yang Naik ke Bangunan Pada Pondasi Jalur (kiri)
dan Pondasi Tiang (kanan).
(Sumber : Analisa Penulis, 2016)

Sedangkan struktur dinding setengah bata digunakan untuk menghemat


penggunaan kayu yang berfungsi menjaga suhu agar tetap nyaman dan dapat
didesain untuk mengalirkan udara kedalam bangunan melalui celah sebuah panel
yang terbuat dari bambu dan kayu.

16
Gambar 11. Struktur Dinding Fasilitas Penunjang
(Sumber: Analisa Penulis, 2016)

Analisa terhadap kondisi iklim dipinggir pantai dengan tetap menjaga


keselarasan terhadap alam merupakan hal yang harus diperhatikan. Sehingga
dalam struktur atapnya digunakan atap berbahan ijuk beserta rangka kayu dan
bambu dengan kemiringan lebih dari 40 derajat, serta menggunakan lapisan
insulator air pada bagian bawahnya untuk mencegah rembesan air hujan yang
masuk kedalam bangunan.

Gambar 12. Struktur Atap Ijuk Pada Fasilitas Penunjang


(Sumber: Analisa Penulis, 2016)

17
i) Utilitas

Air bersih diperoleh dari sumber PAMSIMAS yang merupakan salah satu
program pemerintah pada tahun 2015 berupa penyediaan air minum dan sanitasi
berbasis masyarakat di Kab. Parigi Moutong. Diperlukan juga sebuah
penampungan air khusus untuk cadangan air dan kemudian dialirkan ke unit-unit
tertentu yang membutuhkan.

Gambar 13. Jaringan Air Bersih


(Sumber: Analisa Penulis, 2016)

Air limbah yang berasal dari bangunan dialirkan menuju ke bak kontrol/ bak
penguras melalui pipa, kemudian melalui sistem saringan pasir dan tumbuhan
(sanitasi taman) serta merembeskannya kedalam tanah, dan dengan cara
memasukkannya kedalam laut sebagai makanan kepiting , alga dan hewan kecil
lainnya.

18
Gambar 14. Jaringan Air Limbah Cair
(Sumber: Analisa Penulis, 2016)

Untuk pembuangan air limbah padat dibutuhkan penampungan khusus.


Digunakan septictank seperti jenis Biotop yang dilapisi oleh bahan kedap air / fiber
glass yang dapat mencegah rembesan air tinja agar tetap menjaga kualitas baik
suatu lingkungan.

19
Gambar 15. Sistem Air Limbah Padat
(Sumber: Analisa Penulis, 2016)

Penghawaan secara pasif dilakukan dengan membuat lubang ventilasi dan


membuat croos ventilation dalam pengaliran udara didalam bangunan, serta
menggunakan peneduh berupa tanaman dan desain konstruksi atap yang lebih
tinggi.
Cahaya disiang hari diperoleh dengan cara memanfaatkan sinar matahari
yang masuk kedalam bangunan melewati lubang pada dinding dan bagian atap
bangunan, serta menggunakan dinding dari bambu pecah yang memiliki celah
cahaya. Sedangkan pada malam hari menggunakan cahaya lampu yang bersumber
dari energi listrik dan cahaya api dari sebuah obor yang diletakkan pada unit-unit
bangunan untuk menambah kesan eksotik pada malam hari.
Sampah yang dihasilkan dari suatu kegiatan didalam bangunan dipisahkan
secara organik dan anorganik di tempat sampah. Pada iklim tropis, penguraian
sampah organik terjadi lebih cepat dan dapat menimbulkan bau tidak sedap jika
dibiarkan tercampur. Sedangkan sampah B3 tidak dibiarkan bercampur dengan
tanah, melainkan harus dimusnahkan secara khusus di TPA melalui proses
tertentu.

20
Gambar 16. Sistem Persampahan
(Sumber: Analisa Penulis, 2016)

Suplay listrik utama berasal dari PLN dan panel surya sebagai cadangan.
Suplay listrik dari panel surya hanya digunakan pada bangunan tertentu yang lebih
membutuhkan misalnya kantor utama dan gedung observasi indoor. Panel surya
tersebut di letakkan pada bagian atas bangunan dan berjauhan dari kegiatan agar
aman dari aktifitas pengunjung. Untuk sistem komunikasi dan informasi dapat
berupa jaringan telepon yang ditempatkan pada bangunan kantor utama, dan
memanfaatkan ketersediaan jaringan handphone untuk komunikasi secara privasi
di lingkungan tempat wisata, dan Untuk menjaga keamanan dilingkungan
ekowisata, dilakukan suatu pengawasan lingkungan yang dilihat secara langsung
dengan menggunakan CCTV. CCTV tersebut diletakkan pada tiap titik di area
walking board pada radius 150 meter, sedangkan ruang control CCTV berada pada
pos siap siaga yang juga merupakan tempat tim penyelamatan apabila terjadi
bahaya pada area Buffer Zone dan Core Zone.

21
Gambar 17. CCTV (Closed Circuit Television)
(Sumber: http://mvrprojects.com/cctv.html, di unduh 2 Februari 2016)

2) Analisa Faktor Manusia (Eco-Mental)


Analisa faktor manusia berkaitan dengan ekologi lingkungan fisik dan
kualitas ruang secara kualitatif dan kuantitatif yang mempengaruhi mental
psikologis atau watak manusia yang berada di dalam ataupun luar bangunan.
a) Kunjungan wisatawan Per Hari
Persentase jumlah kenaikan pengunjung di wisata pulau kelelawar adalah
sebanyak 49% terhitung sejak tahun 2006 sampai 2009. Sehingga hitungan
proyeksi untuk 10 tahun kedepan pada tahun 2017 adalah mencapai 11.988/
tahun. Kemudian dibagi berdasarkan jumlah hari libur sebagai waktu terpadat
untuk meminimalisir banyaknya angka kunjungan untuk masuk kedalam tapak.
Di Indonesia ada terdapat 74 hari libur nasional, maka dapat diperkirakan
jumlah pengunjung yang datang adalah sekitar 162 orang atau dibulatkan sekitar
160 orang perharinya. Dari jumlah total pengunjung yang datang perhari dapat
menentukan jumlah tempat menginap di lokasi wisata pulau kelelawar. Hal
tersebut berkaitan dengan adanya kegiatan yang mengharuskan pengunjung
menginap di lokasi tersebut, diantaranya untuk keperluan observasi dan juga
atraksi alam menjelang magrib yaitu dengan terbangnya kelelawar dalam jumlah
yang sangat banyak.

22
Fasilitas tempat menginap yang disediakan berupa vila dengan dua kamar
dan guest house dengan satu kamar. Maka, jumlah kamar yang dibutuhkan
berdasarkan hitungan adalah 100 kamar. Dengan menggunakan rasio
perbandingan 70 : 30 didapatkan jumlah vila sebanyak 35 unit dan guest house
sebanyak 30 unit.
Rasio perbandingan daerah terbangun dan tidak terbangun (Open Space)
pada tapak adalah 40 : 60 (PERDA Kab. Parigi Moutong No. 4 Tahun 2005). Dimana
luas lantai terbangun adalah 5.984 m2, sedangkan Open Space adalah 8.976 m2
yang merupakan 60% / 40% dari daerah terbangun. Maka luas total lahan yang
dibutuhkan adalah 14.960 m2 Atau sekitar 1,4 Ha.

b) Aktifitas dan Kegiatan Wisatawan

Kegiatan yang terjadi di lokasi wisata secara umum dapat dilihat pada tabel
berikut :

Tabel 3. Aktivitas Pengunjung di Lokasi Wisata Pulau Kelelawar


Kegiatan Foto Keterangan

Bersantai Keindahan dan suasana pesisir pantai yang


asri menjadikan para pengunjung tertarik
untuk melakukan kegiatan bersantai dengan
keluarga, teman, maupun kerabat kerja.
Adapun kegiatan yang mereka lakukan di
lokasi wisata adalah makan dan minum,
istirahat, selfie bersama, dan lain-lain.

Sumber :
https://www.facebook.com/pages
/Pulau-KelelawarDesa-
Tomoli/310076385763890?fref=ts

23
Kegiatan Foto Keterangan

Berenang Lokasi yang berada di pinggir pantai sangat


identik dengan kegiatan berenang. Terdapat
banyak spot yang bisa dijadikan sebagai
tempat berenang baik yang pasirnya landai
maupun dalam. Akan tetapi, terdapat
wilayah laut yang tidak boleh dijadikan
sebagai tempat berenang seperti pada lokasi
terumbu karang karena dikhawatirkan akan
merusak terumbu karang tersebut.

Sumber :
https://www.facebook.com/pa
ges/Pulau-KelelawarDesa-
Tomoli/310076385763890?fref
=ts

Kumpul Waktu libur merupakan saat yang baik untuk


bersama berwisata bersama keluarga. Di tempat
keluarga wisata ini juga terdapat pengunjung yang
datang bersama dengan keluarganya.
Pengunjung yang datang tersebut
menggunakan mobil dengan membawa
makanan dari rumah masing-masing.

Sumber :
https://www.facebook.com/pages
/Pulau-KelelawarDesa-
Tomoli/310076385763890?fref=ts

24
Kegiatan Keterangan
Foto
Menaiki perahu Mangrove yang dijadikan sebagai tempat
habitat burung kelelawar merupakan objek
utama yang ada di lokasi wisata tersebut.
Untuk melihat secara jelas aktifitas dari
burung kelelawar, maka pengunjung harus
menggunakan perahu yang sudah disiapkan
oleh para nelayan dengan tarif 10.000 per
orangnya. Pengunjung yang menaiki perahu
secara bebas bisa memilih spot yang dia
inginkan untuk kebutuhan pengambilan
gambar (fotografer) maupun penelitian.

Sumber :
https://www.facebook.com/pages
/Pulau-KelelawarDesa-
Tomoli/310076385763890?fref=ts

Penelitian Lokasi wisata pulau kelelawar dijadikan


sebagai tempat penelitian seperti yang
dilakukan oleh mahasiswa UNTAD fakultas
MIPA jurusan Biologi pada 22-24 april 2016,
mengenai tumbuhan rendah dan hewan
laut. Kegiatan yang tidak membutuhkan
waktu singkat mengharuskan mereka
menginap di lokasi wisata tersebut selama
tiga hari dengan menggunakan fasilitas
panggung pertunjukan karena tidak adanya
tempat untuk menginap seperti bangunan
cottage dan lain-lain. Disana mereka juga
melakukan kegiatan wisata alam lainnya
seperti mengelilingi daerah mangrove yang
Sumber : merupakan tempat habitat bagi burung
https://www.facebook.com/pages
/Pulau-KelelawarDesa- kelelawar dengan menggunakan perahu.
Tomoli/310076385763890?fref=ts

25
Kegiatan Keterangan
Foto
Penanaman Terdapat area penanaman mangrove pada
1000 Pohon lokasi wisata pulau kelelawar yang dilakukan
Oleh LSM dan oleh LSM dan pemerintah Kab. Parigi
Pemerintah Moutong pada tahun 2015. Program ini
Kab. Parigi terus dilakukan sebagai program lanjutan
Moutong dalam upaya melestarikan sumber daya
alam laut di Kab. Parigi Moutong khususnya
pada Kawasan Konservasi Perairan Daerah
(KKPD).

Sumber : Dokumentasi Dinas PLH


Kab. Parigi Moutong, 2015

Sumber : Data Primer dan Data Sekunder Penulis, 2016

c) Kebutuhan Ruang

Aktifitas dan kegiatan wisatawan menghasilkan kebutuhan ruang yang


diperoleh untuk diwadahi oleh fasilitas penunjang sebagaimana dijelaskan pada
tabel berikut :

26
Tabel 4. Kegiatan dan Kebutuhan Ruang
Sifat ruang
Pengguna Kegiatan Kebutuhan ruang
B SP P S
Pengunjung Rg. Parkir
Memarkir kendaraan o
pengunjung
Membutuhkan informasi Resepsionis o
Duduk, menunggu Rg. Lobi utama o
Menukar uang Money changer o
Membeli tiket Loket tiket o
Makan & minum Restoran o
Belanja souvenir Retail penjualan o
Berenang Pantai o
Membilas badan Kamar bilas o
Buang air Toilet umum o
Duduk istirahat Gazebo o
Pelatihan / workshop Rg. Kelas/ belajar o
Mengetahui informasi
pendidikan alam Rg. Pameran o

Ibadah Mushollah o
Berjalan Sambil Melihat
Walking Board o
burung kelelawar
Melihat kawasan wisata
pulau kelelawar Menara pantau o

Melakukan penanaman Touch Pond o


Penelitian/ observasi Rg. Penelitian o
Tidur, istirahat Kamar tidur o
Menuju pulau Dermaga perahu o
Mandi, buang air dsb. Kamar mandi+ toilet o

27
Sifat ruang
Pengguna Kegiatan Kebutuhan ruang
B SP P S
Pengelola
Memarkir Kendaraan Rg. Parkir manajer o
Memimpin operasional
sistem manajemen Rg. Kerja manajer o
pengelolaan lokasi wisata
Manajer Rapat bersama seksi bidang
kegiatan Rg. Rapat o

Menerima Tamu Rg. Pelayanan tamu o


Buang air Toilet manajer o
Sekretaris Memarkir Kendaraan Rg. Parkir pengelola o
Mengatur keluar masuk
surat, dan kepengurusan Rg. Kerja sekretaris o
arsip
Menyimpan arsip Rg. Arsip o
Buang air Toilet umum o
Seksi Pendidikan Memarkir kendaraan Rg. Parkir pengelola o
& Lingkungan, Menjalankan bidang Rg. Kerja bidang
o
Seksi Ekowisata, kegiatan kegiatan
Seksi Pelatihan, Menerima tamu Rg. Pelayanan tamu o
Seksi Penelitian, Menyimpan alat penelitian Gudang alat
Seksi Informasi, Makan & minum Restoran o
Buang air Toilet umum o
Karyawan/ Memakir kendaraan Rg. Parkir pengelola o
Partisipasi memasak & mencuci piring Dapur o
masyarakat Menyimpan bahan makanan Gudang makanan o
menjual souvenir Retail penjualan o
Transaksi pembayaran Rg. Kasir o
Mengganti pakaian kerja Rg. Ganti o
Adm. Penyewaan Rg. Peminjaman alat o
Menyimpan barang Gudang barang o
Menukar uang Money changer o
Penjualan tiket Loker tiket o
Memantau Keamanan Pos jaga o
Pertolongan gawat darurat Pos siap siaga o
Parkir perahu Dermaga perahu o
Melakukan pembibitan
Touch Pond o
tanaman mangrove
Buang air Toilet umum o
Operator Mekanikal elektrikal Rg. Servis o
Sumber : Analisa Penulis, 2016

Ket : B = Publik SP = Semi Privat P = Privat S = Servis

28
3) Analisa Faktor Eksternal (eco-environment)

Analisa faktor eksternal berkaitan dengan ekologi lingkungan dan kualitas


ruang secara kualitatif. Aspek ini mempertimbangkan pengaruh kejiwaan manusia
yang berada di dalam ataupun di luar bangunan dari sebuah pencitraan visual di
lingkungan sekitar.
Langkah yang ditempuh dalam mewujudkan faktor eksternal dilakukan
dengan mengolah bentuk massa bangunan dan lansekap serta permainan sirkulasi
yang tidak monoton pada area tapak seperti dijelaskan pada gambar berikut :

Gambar 18. Perwujudan Faktor Eksternal


(Sumber: Analisa Penulis, 2016)

Konsep bentuk fasilitas penunjang ekowisata mangrove dibuat dengan


mengadopsi bangunan lokal pesisir pantai yang berdekatan dengan area tapak dan
akan dihubungkan dengan bentuk objek kelelawar yang ada disekitar lokasi.

29
Gambar 19. Identifikasi Bangunan Lokal Pesisir Pantai
(Sumber: Analisa Penulis, 2016)

Selanjutnya dengan menjelaskan langkah-langkah perubahan bentuk pada


fasilitas penunjang dari objek kelelawar yang ada disekitar lokasi. Sebagaimana
dijelaskan pada gambar berikut.

30
Gambar 20. Konsep Bentuk Bangunan Utama
(Sumber: Analisa Penulis, 2016)

31
Gambar 21. Konsep Bentuk Bangunan Restoran & Kelas Belajar
(Sumber: Analisa Penulis, 2016)

32
Gambar 22. Konsep Bentuk Laboratorium
(Sumber: Analisa Penulis, 2016)

33
F. PENGEMBANGAN RANCANGAN

Pengawalan desain dilakukan dengan membagi zona pada tapak yang


sesuai dengan teori-teori sebagai acuan untuk berfungsi dalam menentukan letak
fasilitas penunjang. Sirkulasi dan pola yang rekreatif dalam tapak didapatkan dari
out put faktor manusia (eco-mental) dan faktor eksternal (eco-environtment).
Selanjutnya dengan membuat gambar kerja yang menjelaskan fungsi dan
hubungan ruang secara keseluruhan.
Terdapat perbedaan antara luas ruang terencana dengan yang tergambar
secara fisik, hal tersebut disebabkan olahan bentuk denah yang menjadi rekreatif
dari hasil faktor eksternal (eco-environment) dan juga perubahan luas fasilitas
penunjang wisata alam terhadap ruang luar (lansekap) seperti walking board,
menara pantau, dermaga perahu, dan lain-lain.
Perubahan tersebut tidak lebih dari 3 % luas terencana, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5. Perbandingan Luas Ruang Terhitung dan Tergambar


Luas
Zona Bagian Kelompok Ruang Luas Ruang (m2)
Tergambar
Rg. Lobi utama 45.6 152
Resepsionis 4.2 56
Front office
Money changer 9.3 10
Toilet umum 43.2 30
Rg. Kerja manajer 10.2 33
Rg. Rapat 13.2 49
Rg. Pelayanan
7.8 22
tamu
Adventage

Toilet manajer 3.6 6


Rg. Kerja
10.2 29
sekretaris
Head office
Rg. Arsip 6 22
Rg. Kerja bidang
51 18
kegiatan
Rg. Pelayanan
39 11
tamu
Toilet umum
48 34

34
Retail penjualan 82.8 34
Restoran 172.8 237
Dapur 69.12 26
Gudang makanan 26.88 19
Comfort & Rg. Kasir 18
Education Kamar ganti 19.2 18
Rg. servis 10.8 12
Rg. Pameran 418.5 402
Rg. Kelas/ belajar 90 108
Gudang alat 6 44
Kamar bilas 21.6 18
Gazebo 124.8 104
Menara pantau 17.28 48
Pos jaga 22.5 31.5
Buffer

Pos siap siaga 39.6 33


Out door
Dermaga perahu 46 110
Mushollah 87 113
Rg. Peminjaman
6 9
alat
Toilet umum 14.4 12
Indoor Rg. Penelitian 72.576 238
laboratory gudang alat 6 12
Rg. Menginap
Vila standar Kamar mandi+ 1942.8 1619
Core

toilet
Rg. Menginap
Guest house Kamar mandi+ 684 690
toilet
Total 4289.956 4409.5

Sumber : Analisa penulis 2016

Berikut merupakan beberapa hasil gambar pengembangan fasilitas


penunjang ekowisata mangrove Pulau Kelelawar Kab. Parigi Moutong.

35
Gambar 23. Lay Out Plan
(Sumber: Dokumentasi Penulis, 2016)

36
Gambar 24. Tampak Tapak
(Sumber: Dokumentasi Penulis, 2016)

37
Gambar 25. Potongan Tapak
(Sumber: Dokumentasi Penulis, 2016)

38
Gambar 26. Bangunan Kantor Pengelola
(Sumber: Dokumentasi Penulis, 2016)

39
Gambar 27. Bangunan Restoran dan Pameran
(Sumber: Dokumentasi Penulis, 2016)

40
Gambar 28. Bangunan Laboratorium
(Sumber: Dokumentasi Penulis, 2016)

41
Gambar 29. Vila Standard dan Guest House
(Sumber: Dokumentasi Penulis, 2016)

42
Gambar 30. Mushollah dan Menara Pantau
(Sumber: Dokumentasi Penulis, 2016)

43
Gambar 31. Pos Jaga, Toilet Umum, Kamar Bilas, dan Loker Tiket
(Sumber: Dokumentasi Penulis, 2016)

44
Gambar 32. Detail Eksterior
(Sumber: Dokumentasi Penulis, 2016)

45
Gambar 33. Detail Interior
(Sumber: Dokumentasi Penulis, 2016)

46
Gambar 34. Perspektif
(Sumber: Dokumentasi Penulis, 2016)

47
G. PENUTUP

1) Kesimpulan

Output desain yang didapatkan berdasarkan laporan perancangan


diharapkan menjadi pemecahan masalah atas kebutuhan fasilitas penunjang
ekowisata mangrove di wisata Pulau Kelelawar Kab. Parigi moutong serta menjadi
bagian terpenting dalam berperan melestarikan kawasan mangrove di wilayah
Sulawesi Tengah.
Adapun fasilitas penunjang yang menjadi output desain adalah berupa
fasilitas penunjang utama berupa bangunan kantor pengelola, ruang pameran,
ruang kelas, restoran, retail penjualan dan edukasi out door, serta laboratorium
untuk keperluan observasi khususnya yang berkaitan dengan tanaman mangrove,
fasilitas menginap seperti vila standard dan guest house, fasilitas untuk
menunjang atraksi wisata alam seperti walking board, gazebo, dan menara
pantau, serta fasilitas umum lainnya seperti tempat parkir, mushollah, plaza
terbuka dan lain-lain.

2) Saran

a. Dalam pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) di Kab. Parigi


Moutong sebagai objek ekowisata ini diharapkan menjadi suatu masukan dan
arahan tema wisata yang pada gilirannya menjadi rekomendasi perencanaan
yang lebih matang bagi Pemerintah Daerah.
b. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, dengan adanya fasilitas penunjang
ekowisata mangrove di Kab. Parigi Moutong ini diharapkan dapat memberikan
suatu wadah dalam menambah wawasan dan pemahaman tentang arti
pentingnya upaya pelestarian alam (konservasi) sebagai suatu aset ekosistem
tanaman sekaligus perairan yang unik yang dapat dikembangkan sebagai
wisata alam yang menarik sehingga dapat memberi pengaruh positif bagi
semua pihak.

48
c. Menjadi kontribusi tersendiri terhadap pembangunan sektor pariwisata
dengan adanya fasilitas penunjang melalui pendekatan ekologi dalam
mengakomodasi kegiatan ekowisata di wisata Pulau Kelelawar Kab. Parigi
Moutong.

49
DAFTAR PUSTAKA

PEMDA Kab. Parigi Moutong. 2011. PERDA Kab. Parigi Moutong No. 2 Tahun 2011
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kab. Parigi Moutong 2010-2030.
Parigi.
PEMDA Kab. Parigi Moutong. 2005. PERDA Kab. Parigi Moutong No. 4 Tahun 2005
Tentang Bangunan Gedung. Parigi.
Pena, William, et.al. '77 — Problem seeking, An Architectural Programming
Primer, Boston Cahners Books International, Inc.
Sosia et al., 2014. Mangroves Siak dan Kepulauan Meranti. Penerbit
Environmental & Regulatory Compliance Division Safety, Health &
Environment Department. Energi Mega Persada, Jakarta.

50
LAMPIRAN

Lampiran 1 (Alur Pikir Penelitian)

51
Lampiran 2 (S.K. Bupati Parigi Moutong No. 380.45/2153/DISKANLUT)

52
Lampiran 3 (peta rencana kawasan konservasi pulau kelelawar)

53

Anda mungkin juga menyukai