Anda di halaman 1dari 47

DOKUMEN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL) DAN

UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UPL)

KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT UJONG BLANG DI KOTA


LHOKSEUMAWE, PROVINSI ACEH
OLEH PT. SEGARA AGUNG KERJASAMA PEMERINTAH KOTA LHOKSEUMAWE

TIM PENYUSUN UPL-UPK


Nada Ariqah
Nanda Khairna
Naurah Nazhifah

PEMBIMBING
Prof. Nasri.........

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS SYIAH KUALA, ACEH
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan


Lingkungan Hidup (UPL) Pembangunan Pelabuhan Ujong Blang di Kota Lhokseumawe,
Provinsi Aceh disusun sebagai komitmen untuk memenuhi peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UPL) ini berpedoman pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup,
Lampiran IV Pedoman Pengisian Formulir UKL-UPL.
Dokumen ini menjadi acuan bagi pemrakarsa, PT Segara Agung Kota Lhokseumawe
dan instansi terkait untuk melakukan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
terhadap rencana kegiatan yaitu dengan meminimalkan dampak negatif yang mungkin timbul
dan memperbesar dampak positif yang diharapkan timbul, sehingga keberadaan pelabuhan ini
dapat menunjang kemajuan transportasi laut di Kota Lhokseumawe.
Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyusun dokumen ini.

Lhokseumawe, 24 Mei 2021


Kepala,
PT Segara Agung
BAB I
IDENTITAS PEMRAKARSA

1.1 Identitas Pemrakarsa dan Tim Penyusun

Pemrakarsa kegiatan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya


Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Kegiatan Pembangunan Pelabuhan Ujong Blang
Lhokseumawe.

Keterangan Pemrakarsa adalah sebagai berikut :

Nama Lembaga : PT Segara Agung


Penanggungjawab : Tubagus Mukhlis, S. T., M. Eng.
Jabatan : Kepala PT Segara Agung
Alamat : Lhokseumawe
No Telpon : +62 651-87439
Fax : +62 651-98996
Email : segaraagung@acehprov.go.id
Web : https://segaraagung.acehprov.go.id/
BAB II
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

2.1 Nama Rencana Usaha dan/atau Kegiatan

Nama Rencana Usaha dan/atau kegiatan adalah pembangunan Pelabuhan Ujong Blang
Lhokseumawe. Pembangunan ini merupakan ketentuan dari Permen LH Nomor 5 tahun 2012
tentang jenis rancana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan analisis mengenai
dampak lingkungan hidup, kegiatan ini tidak termasuk usaha dan/atau kegiatan yang harus
dilengkapi dengan studi analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL).

2.2 Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan

Lokasi Pembangunan Pelabuhan Ujong Blang Lhokseumawe terletak di Desa Ujong


Blang, Kota Lhokseumawe dengan lahan sempadan pantai Ujong Blang seluas 267.100 meter2
yang berfungsi sebagai kawasan lindung, dimana sebelum pengembangan pariwisata (sebelum
tahun 1990) yang penggunaan lahannya didominasi hutan bakau dan gisik/pasiran pantai
(57,54 %). Hutan bakau seluas 90.600 m2 atau sebesar 33,92 % dari total luas sempadan pantai
dan terdapat gisik/pasiran pantai alami (belum ada penutup lahan buatan) seluas 63.091 m 2
atau sebesar 23,62 %.

2.3 Skala/Besaran Rencana Usaha dan/atau Kegiatan

Pembangunan Pelabuhan Ujong Blang Lhokseumawe direncanakan dibangun dermaga


dengan panjang ≤ 20 m dan luas pelabuhan ≤ 6000 m 2 yang didasarkan pada Sertipikat (Tanda
Bukti Hak) BN 103657 Tanggal 24 Agustus 2020 yang dikuatkan dengan surat kuasa yang
disahkan oleh notaris Erlina, SH, MKn Nomor 62 Tanggal 17 Maret 1991. Rencana penggunaan
areal bangunan pada setiap lantai dipaparkan pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Rencana penggunaan areal bangunan
No Uraian Luas Jumlah (unit)
1 Lantai Dasar :
1. Teras 96 m2 1
2. Loby 128 m2 1
3. Toilet 64 m2 2
4. Mushalla 64 m2 2
5. Kantin 64 m2 1
6. Tempat wuduk + barak 128 m2 1
7. Ruang Pompa 12 m2 1
8. Parkiran 768 m2 1
2 Lantai 1 :
1. Ruang Pusat data dan informasi 80 m2 1
2. Ruang Kabid 9 m2 1
3. Ruang server 9 m2 1
4. Ruang pengaduan 153 m2 1
5. R. Bidang Pelayanan Perizinan 164 m2 3
6. Gudang 12 m2 1
7. Ruang 48 m2 1
8. Tangga + R. Kosong 128 m2 1
3 Lantai 2 :
1. R. Kepala Dinas 72 m2 1
2. R. Tamu 40 m2 1
3. Sub Bagian Keuangan 64 m2 1
4. Ruang 64 m2 1
48 m2 1
5. Ruang Pengendalian Dan Pelayanan
64 m2 1
6. Ruang Promosi 80 m2 1
7. Ruang rapat 32 m2 1
8. R. Sub Bag Program 48 m2 1
9. R. lain 30 m2 1
10. Gudang atk 180 m2 1
11. R. Staf Bagian Umum 96 m2 1
12. R. Perencanaan + Pengembangan 64 m2 1
13. R. Sekretaris
4 Lantai 3 :
1. Mushalla 140 m2 1
2. R. Meja pingpong 40 m2 1
3. Tempat wudhuk 60 m2 1
4. Ruang audio 35 m2 1
5. Ruang 64 m2 1
6. Aula rapat 312 m2 1
48 m2 1

7. R. Gallery 64 m2 1
8. R. Fitness 48 m2 1
9. Toilet
5 Lantai 4 :
1. Gudang ATK 88 m2 1
2. Toilet 48 m2 1
3. Ruang rapat 160 m2 1

2.4 Garis Besar Komponen Rencana Usaha dan/atau Kegiatan

2.4.1 Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan dengan Tata Ruang


Kesesuaian lokasi rencana usaha/kegiatan dengan tata ruang didasarkan pada
ketentuan Qanun Kota Lhokseumawe Nomor 1 Tahun 2014 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Lhokseumawe bahwa peruntukan lahan lokasi dimaksud sebagai
Kawasan Perdagangan dan Jasa.

Rencana Pembangunan Pelabuhan Ujong Blang Lhokseumawe Sudah sesuai dengan


Tata Ruang Kota Lhokseumawe Nomor : 650/580/2020 tahun 2020 yang dikeluarkan oleh
Dinas Pekerjaan Umum Kota Lhokseumawe.

2.4.2 Persetujuan Prinsip atas rencana kegiatan


Berdasarkan Arahan Pola Ruang dan Advice Planning Penetapan Lokasi Pengadaan
tanah untuk Pembangunan Pelabuhan Ujong Blang Lhokseumawe Tahun Anggaran 2020
Nomor 590/973/2020 yang dikeluarkan oleh Gubernur Aceh, pada prinsipnya Rencana
Pembangunan Pelabuhan Ujong Blang Lhokseumawe tersebut sudah dapat dilakukan.
2.4.3 Komponen Rencana Kegiatan yang Dapat Menimbulkan Dampak
Lingkungan

Pembangunan Pelabuhan Ujong Blang Lhokseumawe akan berdampak terhadap


kondisi lingkungan hidup secara mendasar berupa dampak positif dan negatif akibat kegiatan.
Oleh karena itu, perlu diidentifikasi lebih jauh mengenai aktivitas kegiatannya, sehingga bisa
diminimalisir dampak yang akan terjadi. Sumber atau penyebab dampak yang perlu ditelaah
dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga) komponen besar yaitu: Kegiatan tahap pra-konstruksi,
tahap konstruksi, dan tahap operasi. Kegiatan–kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :
A. Tahap Pra-Kontruksi
Kegiatan atau aktivitas proyek pembangunan Pelabuhan Ujong Blang
Lhokseumawe, pada tahap pra- konstruksi, adalah: Sosialisasi Rencana Pembangunan
Pelabuhan Ujong Blang Lhokseumawe. Kegiatan pembangunan Pelabuhan Ujong
Blang Lhokseumawe di Desa Ujong Blang, Kota Lhokseumawe diprakirakan akan
menimbulkan dampak sosial baik dampak positif maupun negatif. Oleh sebab itu perlu
dilakukan sosialisasi terutama terhadap masyarakat yang bermukim disekitar lokasi
kegiatan yang akan menerima dampak dari kegiatan tersebut. Dalam hal ini sosialisasi
dimaksudkan untuk menjelaskan kepada masyarakat mengenai rencana pembangunan
Pelabuhan Ujong Blang Lhokseumawe dan manfaat yang bisa diperoleh terhadap
keberadaan usaha tersebut bagi perekonomian masyarakat.
Kegiatan sosialisasi tersebut dapat dilakukan secara berkelompok maupun
dengan cara dari rumah kerumah (door to door) atapun sesuai kebutuhan (accidental).
Adapun beberapa hal yang perlu disampaikan pada kegiatan sosialisasi tersebut antara
lain a) rencana pembangunan Pelabuhan Ujong Blang Lhokseumawe, b) rencana
pengelolaan lingkungan yang akan di lakukan, dan c) rencana penggunaan tenaga kerja
lokal, dan dampak-dampak lainnya yang mungkin terjadi akibat pembangunan
Pelabuhan Ujong Blang Lhokseumawe.
Prakiraan dampak yang akan timbul : adanya sikap dan persepsi positif/negatif
masyarakat terkait dengan rencana kegiatan pembangunan Gedung Kantor
PELABUHAN UJONG BLANG (PUB).

B. Tahap Kontruksi
Aktivitas Pembangunan Pelabuhan Ujong Blang Lhokseumawe pada tahap kontruksi
meliputi :
1. Penerimaan Tenaga Kerja
Kelancaran kegiatan pembangunan gedung sangat tergantung dari jumlah dan
kemampuan tenaga kerja yang akan dipekerjakan. Untuk kelancaran kegiatan
pembangunan tersebut, maka kegiatan pada tahap konstruksi yang perlu dan
penting untuk dilakukan adalah penerimaan tenaga kerja. Kegiatan ini dilakukan
dengan memberikan prioritas tenaga kerja lokal dalam rangka menciptakan
suasana yang kondusif antara pengusaha (pengembang) dengan penduduk lokal
yang berada disekitar lokasi tapak proyek.

Tenaga kerja yang dibutuhkan dapat diklasifikasikan tenaga kerja ahli dan tenaga
kelompok buruh/tenaga kerja kasar. Adapun tenaga kerja yang diperlukan pada
tahap kontruksi dan kulaifikasinya disajikan sesuai pada Tabel 2.2 berikut :

Tabel 2.2 Rencana Kebutuhan Tenaga Kerja pada Tahap Kontruksi


Pembangunan GedungPelabuhan Ujong Blang
No Jenis Pekerjaan Jumlah (orang)
1 Mandor 1
2 Kepala Tukang 2
3 Tukang 15
4 Bagian Logistik 2
5 Pekerja/buruh 15
6 Tim pengawas 2
Jumlah 37
Sumber : Estimasi Konsultan, 2019

Pemrakarsa akan menyediakan barak kerja dan direksi kit (base camp). Hal ini
dimaksudkan untuk menyiapkan tempat para pekerja yang akan terlibat langsung
dalam kegiatan kontruksi bangunan, tempat penyimpanan bahan dan material
bangunan serta ruang kerja kantor pelaksana lapangan. Seluruh bahan atau material
yang akan dipergunakan untuk pembangunan barak kerja dan direksi kit
diharapkan berasal dari daerah setempat bila tersedia.
Bangunan base camp berupa konstruksi non permanen yang materialnya sebagian
besar berasal dari lokasi setempat. Kegiatan ini membutuhkan sejumlah peralatan
dan tenaga kerja (tenaga kerja menengah dan tenaga kerja kasar).
Dalam kegiatan pembangunan gudang, tenaga kerja yang dibutuhkan didasarkan
pada lingkup kegiatan yang akan dilakukan. Distribusi tenaga kerja yang
digunakan akan disesuaikan dengan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan.
Prakiraan dampak yang akan timbul: terbukanya lapangan kerja bagi
masyarakat sekitar lokasi proyek.

2. Mobilisasi Peralatan dan Material

Kegiatan ini bertujuan untuk mengumpulkan material yang akan digunakan pada
pelaksanaan pekerjaan, pengumpulan material biasanya dilakukan pada sumber-
sumber yang memiliki deposit yang cukup banyak seperti pasir, batu dan sirtu yang
pada umumnya dapat dijumpai pada sungai-sungai maupun pada daerah-

daerah lain sekitarnya. Pada tahap ini akan dibutuhkan peralatan dan bahan
penunjang kegiatan fisik berupa alat berat seperti dump truck dan escavator untuk
kegiatan pembersihan dan pematangan lahan.

Kebutuhan bahan berupa; pasir, semen, batu kali, batu bata, pipa. kayu dan lain-
lain akan digunakan dalam melakukan aktivitas fisik. Sementara material berupa
berbagai jenis ukuran besi, bahan tripleks, atap, keramik, dan lainnya didatangkan
dari Lhokseumawe dan Langsa.

Tabel 2.3 Jenis Bahan dan Material yang dibutuhkan Pada Pembangunan
No Jenis Bahan
1 Semen
2 Pasir, kerikil dan batu
3 Kayu Berbagai Ukuran, Tipleks, dan Bahan Sejenis
4 Berbagai Jenis Ukuran Besi (SNI)
5 Bahan Atap (SNI)
6 Keramik
7 Batu Bata, Paving Block
8 Bahan untuk instalasi listrik (SNI)
Sumber : Pemrakarsa , 2019

Prakiraan dampak yang akan timbul: meningkatnya kadar debu di udara ambien serta
gangguan arus lalulintas.
3. Pembersihan dan Pematangan Lahan
Lahan untuk lokasi pembangunan Pelabuhan Ujong Blang Lhokseumawe, saat ini masih
lahan kosong yang ditumbuhi rumput dengan kontur tanah datar. Oleh sebab itu, perlu
dilakukan pembersihan dan pematangan lahan. Untuk mencapai elevasi, akan dilakukan
pengurugan atau penggalian agar mendapatkan permukaan yang rata dan akan diikuti
dengan pemadatan tanah. Kegiatan ini akan menimbulkan peningkatan kadar debu di
wilayah tersebut, sehingga akan mengakibatkan penurunan kualitas udara akibat
peningkatan kadar debu. Disamping itu, beroperasinya berbagai peralatan berat seperti
dump truck, escavator dan lainnya akan menimbulkan meningkatkan kebisingan disekitar
wilayah tersebut.
Prakiraan dampak yang akan timbul: peningkatan kadar debu di udara ambien,
peningkatan kebisingan.
4. Pembangunan Unit-unit Gedung Pelabuhan Ujong Blang
Pembangunan gudang sewa akan dilakukan pada lokasi yang sudah
direncanakan sebelumnya. Adapun tahap-tahapan dari pembangunan
Pelabuhan Ujong Blang Lhokseumawe adalah :
- Pekerjaan galian
- Pekerjaan pondasi
- Pekerjaan dinding
- Pekerjaan penutup lantai
- Pekerjaan kayu
- Pekerjaan besi
- Pekerjaan penutup atap
- Pekerjaan instalasi listrik
- Pekerjaan pipa dan sanitasi
- Pekerjaan pengecatan
- Pekerjaan finishing detail
Prakiraan dampak yang akan timbul : Perubahan fungsi lahan,
peningkatan kebisingan, Gangguan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

5. Demobilisasi peralatan dan Tenaga Kerja


Adapun rencana kegiatan yang dilakukan pada saat pasca konstruksi
adalah pelepasan tenaga kerja, pembersihan limbah bangunan dan material
yang tidak terpakai, pembongkaran base camp dan demobilisasi peralatan.
Prakiraan dampak yang akan timbul : gangguan arus lalulintas dan
pelepasan hubungan kerja.

C. Tahap Pasca Kontruksi/Operasi


Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap pasca konstruksi/operasi
pembangunan Pelabuhan Ujong Blang Lhokseumawe adalah Operasional
Pelabuhan Ujong Blang Lhokseumawe. Diprakirakan akan menghasilkan
limbah padat (sampah) dan limbah cair domestik yang berpotensi menurunkan
kualitas sanitasi lingkungan dan penurunan tingkat kesehatan masyarakat.
Operasional Pelabuhan Ujong Blang Lhokseumawe juga akan menimbulkan
proses- proses sosial asosiatif dan disosiatif.
Prakiraan dampak yang akan timbul : persepsi masyarakat, peningkatan air
limbah domestik, peningkatan limbah padat (sampah), sanitasi lingkungan,
peningkatan kebutuhan air bersih, terbukanya kesempata kerja, proses sosial,
dan bahaya kebakaran.
BAB III
DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA UPAYA
PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Rencana pengelolaan lingkungan hidup dimaksudkan untuk meminimalkan


dampak negatif yang terjadi dan memaksimalkan dampak positif yang akan
ditimbulkannya. Program pemantauan lingkungan hidup ditujukan untuk mencari
bahan evaluasi pengelolaan yang akan dilakukan, sehingga pengelolaan yang
dilakukan maksimal.

Dari Uraian Bab II (Rencana Kegiatan) point 2.4. Garis besar komponen
rencana usaha dan/atau kegiatan. Komponen rencana kegiatan yang dapat
menimbulkan dampak lingkungan, pemrakarsa menyusun program Pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup yang disajikan pada tabel/matrix Tabel 3.1 Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-
UPL) dibawah ini.
Tabel 3.1 Matrik Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL).
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Institusi Pengelola
Sumber Besaran
No Jenis Dampak dan Pemantau
Dampak Dampak Bentuk Lokasi Bentuk Lokasi
Periode Periode Lingkungan Hidup
Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan
Tahap Prakonstruksi
1. Sosialisasi Persepsi Keluhan dan - Memberikan Masyarakat Awal tahap - Melakukan Pada Minimal 2 a. Pelaksana :
Rencana Masyarakat protes terhadap informasi mengenai di sekitar prakonstru survey dan masyarakat kali selama b. Pengawas : Dinas
Pembangunan rencana usaha/ rencana lokasi ksi. wawancara yang tahap pra
Lingkungan Hidup
Pelabuhan kegiatan pembangunan rencana langsung bermukim di konstruksi.
Ujong Blang Pelabuhan Ujong proyek. dengan sekitar Kebersihan dan
Blang dengan papan masyarakat lokasi Keindahan Kota
pengumuman di disekitar kegiatan. (DLHK3) Kota
lokasi kegiatan. lokasi Lhokseumawe dan
- Melakukan kegiatan. Camat Banda Sakti
koordinasi dan - Analis data c. Pelaporan :
pendekatan secara Pemerintah Kota
dengan lurah, deskriptif
Lhokseumawe
camat dan tokoh evaluatif
masyarakat Melalui Dinas
Lingkungan Hidup
Kebersihan dan
Keindahan Kota
(DLHK3) Kota
Lhokseumawe

2. Kegiatan Persepsi Negatif Keluhan dan Melakukan Masyarakat Selama Melakukan Masyarakat Selama tahap a. Pelaksana :
pengukuran Masyarakat protes terhadap pendekatan secara sekitar lokasi tahap pendekatan sekitar lokasi Prakontruksi pemrakarsa
dan rencana usaha/ persuasif kepada Kegiatan Prakontruks secara Kegiatan Perpustakaan
kegiatan
pematokan masyarakat, memberi pembangunan persuasif pembangunan b. Pengawasan :
lahan penjelasan tentang Pelabuhan kepada Ujong Blang Dinas Lingkungan
Kegiatan pengukuran Ujong Blang masyarakat, Hidup Kebersihan
dan pematokan lahan memberi dan Keindahan
penjelasan Kota (DLHK3)
tentang Kota
Kegiatan Lhokseumawe dan
pengukuran Camat Banda
dan Sakti.
pematokan c. Pelaporan :
lahan Pemerintah Kota
Lhokseumawe
Melalui Dinas
Lingkungan Hidup
Kebersihan dan
Keindahan Kota
(DLHK3) Kota
Lhokseumawe

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Institusi Pengelola
Sumber Besaran
No Jenis Dampak dan Pemantau
Dampak Dampak Bentuk Lokasi Bentuk Lokasi
Periode Periode Lingkungan Hidup
Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan
Tahap Konstruksi
1. Penerimaan Kesempatan Tenaga kerja - Pemberian skala Masyarakat di Selama - Mencatat Pada Minimal 1 a. Pelaksana :
Tenaga Kerja Kerja lokal prioritas kepada sekitar lokasi kegiatan jumlah masyarakat kali selama Pelabuhan
Konstruksi diterima masyarakat disekitar rencana proyek. tahap tenaga kerja yang tahap Ujong
dalam lokasi proyek konstruksi. lokal yang bermukim di konstruksi.
penerimaan sekitar
Blang.
berdasarkan diterima.
tenaga kerja ketersediaan SDM dan - Membandingk lokasi b. Pengawas : Dinas
konstruksi. kebutuhan an upah yang kegiatan Sosial dan tenaga
- Melakukan koordinasi diterima Kerja Kota
dengan Dinas Tenaga dengan Upah Lhokseumawe, dan
Kerja, Kelurahan, dan Minimum Dinas Lingkungan
Kecamatan tentang Provinsi Hidup Kebersihan
penerimaan tenaga dan Keindahan Kota
kerja
(DLHK3) Kota
Lhokseumawe
c. Pelaporan :
Pemerintah Kota
Lhokseumawe
Melalui Dinas
Lingkungan Hidup
Kebersihan dan
Keindahan Kota
(DLHK3) Kota
Lhokseumawe
2. Mobilisasi Peningkatan Mengacu pada - Mengoperasikan Lokasi Selama Metode dust Lokasi tapak Minimal 1 a. Pelaksana :
Peralatan dan Kadar Debu di Kepmen LH No. kendaraan tapak kegiatan fall untuk proyek. kali dalam Pelabuhan
Material Udara Ambien 41 Tahun pengangkut proyek. mobilisasi debu enam bulan Ujong
1999 Tentang material yang peralatan tersedimenta selama
Pengendalian dan kegiatan
Blang
layak jalan. si dan metode
Pencemaran - Memasang plat material gravimetric mobilisasi b. Pengawas adalah
Udara. Baku penghalang pada berlangsu untuk debu alat dan Dinas Lingkungan
Mutu Kadar ban kendaraan ng. tersuspensi. material. Hidup Kebersihan
Debu angkut. dan Keindahan
Maksimal - Semua truk Kota (DLHK3)
3 pengangkut Kota
110 g
material Lhokseumawe
/m .
dilengkapi
dan camat Banda
dengan terpal
penutup (bag Sakti
cover). c. Pelaporan :
Pemerintah Kota
Lhokseumawe
Melalui Dinas
Lingkungan
Hidup
Kebersihan dan
Keindahan Kota

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Institusi Pengelola
Sumber Besaran
No Jenis Dampak dan Pemantau
Dampak Dampak Bentuk Lokasi Bentuk Lokasi
Periode Periode Lingkungan Hidup
Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan
(DLHK3) Kota
Lhokseumawe
setiap 6 bulan
sekali
Gangguan Terjadi - Menggunakan jalan Lokasi tapak Selama - Wawancara - Rute masuk 1 kali a. Pelaksana :
Arus gangguan arus yang tidak padat lalu proyek dan rute kegiatan langsung kekawasan selama Segara
Lalulintas lalulintas pada lintas dan dilakukan di transportasi mobilisasi dengan warga Pelabuhan kegiatan Agung
jalur luar waktu-waktu jam peralatan dan peralatan sekitarjalan Ujong Blang mobilisasi
transportasi kerja (pergi- pulang material. dan alat dan b. Pengawas adalah
- Pengamatan - Sepanjang rute
bahan dan kantor dan sekolah). peralatan di lapangan mobilisasi alat material Dinas
material. - Menyediakan petugas dan terhadap dan material Perhubungan Kota
untuk pengaturan material prillaku Lhokseumawe
entry/exit truk pengemudi c. Pelaporan :
pengangkut peralatan Pemerintah Kota
dan material dari dan Lhokseumawe
keluar lokasi proyek. Melalui Dinas
- Memasang rambu-
Lingkungan
rambu lalulintas atau
papan pemberitahuan Hidup Kebersihan
seperti: hati-hati dan Keindahan
kendaraan proyek Kota (DLHK3)
keluar masuk Kota
Lhokseumawe
setiap 6 bulan
sekali

3. Pembersihan Peningkatan Keputusan - Menentukan Di tapak Selama Metode dust Lokasi tapak Minimal 1 a. Pelaksana :
dan Kadar Debu di Menteri Negara dengan jelas batas- proyek kegiatan fall untuk proyek kali selama Segara
Pematangan Udara Ambien LH No. 41 batas kepemilikan pembersi pembersiha debu kegiatan Agung
Lahan Tahun 1999 lahan sebelum han dan n dan tersedimenta pembersihan
Tentang Baku pembersihan dan pematang pematanga n si dan dan b. Pengawas adalah
Mutu Udara pematangan lahan. an lahan. lahan metode pematangan Dinas Lingkungan
Ambien, Kadar - Membangun pagar berlansung. gravimetric lahan Hidup Kebersihan
Debu Maksimal pembatas lahan. untuk debu berlangsung. dan Keindahan
110 g
3 - Melengkapi tersuspensi Kota (DLHK3)
pekerja dengan di udara Kota
/m . ambien.
sarana K3 seperti Lhokseumawe dan
masker. camat Banda
- Melakukan Sakti.
penyiraman pada
lahan yang sudah c. Pelaporan :
kering. Pemerintah Kota
- Memasang plat Lhokseumawe
Melalui Dinas
Lingkungan

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Institusi Pengelola
Sumber Besaran
No Jenis Dampak dan Pemantau
Dampak Dampak Bentuk Lokasi Bentuk Lokasi
Periode Periode Lingkungan Hidup
Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan
penghalang pada Hidup
ban kendaraan Kebersihan dan
angkut pada Keindahan Kota
pembersihan
(DLHK3) Kota
lahan.
- Semua truk Lhokseumawe
pengangkut material setiap 6 bulan
dilengkapi dengan sekali
terpal penutup (bag
cover).

Peningkatan Mengacu pada - Operasional alat Lokasi tapak Selama - Mengguna Lokasi tapak Minimal 1 a. Pelaksana :
kebisingan kepada berat tidak proyek kegiatan kan alat proyek kali selama Pelabuhan
Kepmeneg LH menimbulkan pembersiha sound level kegiatan Ujong
No 48/1996 suara bising yang n dan meter. pembersihan
untuk kawasan pematanga n - Membandi dan
Blang
berlebihan.
pemukiman - Para pekerja lahan. ng kan pematangan (PUB).
adalah 55 dBA memakai Alat hasilnya lahan. b. Pengawas adalah
pada radius 500 Pelindung Diri dengan Dinas Lingkungan
m (APD) yang baku Hidup Kebersihan
sesuai misalnya tingkat dan Keindahan
ear plug. kebisinga Kota (DLHK3)
(Keputusa Kota
n MENLH
Lhokseumawe dan
No. Kep
48/MENLH/ camat Banda
11/1996). Sakti.
- c. Pelaporan :
Pemerintah Kota
Lhokseumawe
Melalui Dinas
Lingkungan
Hidup Kebersihan
dan Keindahan
Kota (DLHK3)
Kota
Lhokseumawe
setiap 6 bulan
sekali
4. Pembangunan Perubahan Terjadi - Menyediakan ruang Lokasi Selama - Memantau Lokasi tapak 1 kali a. Pelaksana :
Unit- Unit fungsi lahan. perubahan terbuka hijau. tapak kegiatan ketersediaan proyek. dilakukan Pelabuhan
GedungPelabuh fungsi dan tata - Jika memungkinkan proyek. Pembangun ruang terbuka pada saat Ujong
an Ujong Blang guna lahan membuat sumur an Unit-Unit hijau (RTH). pembangun
Perumahan an unit-unit
Blang
resapan. - Memantau
- Mengikuti Garis berlangsung perubahan perumahan (PUB)
Sempadan relief elevasi b. Pengawas : Dinas
Lingkungan Hidup
Kebersihan dan
Keindahan Kota
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Institusi Pengelola
Sumber Besaran
No Jenis Dampak dan Pemantau
Dampak Dampak Bentuk Lokasi Bentuk Lokasi
Periode Periode Lingkungan Hidup
Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan
Bangunan dan yang rentan (DLHK3) Kota
Sempadan Jalan mengalami Lhokseumawe, dan
yang ditetapkan. erosi Camat Banda Sakti
- Kekuatan bangunan
c. Pelaporan :
kantor harus
memperhitungkan Pemerintah Kota
faktor kegempaan. Lhokseumawe
Melalui Dinas
Lingkungan Hidup
Kebersihan dan
Keindahan Kota
(DLHK3) Kota
Lhokseumawe
setiap 6 bulan
sekali.
Peningkatan Kepmeneg LH Aktivitas Lokasi Selama Pengukuran Lokasi tapak Minimal1 a. Pelaksana :
Kebisingan. No 48/1996, pembangunan yang tapak kegiatan tingkat proyek dan kali dalam PELABUH
untuk kawasan menimbulkan proyek. pembangu- kebisingan (Leq) pemukiman enam AN UJONG
pemukiman, kebisingan hanya nan unit- di lokasi proyek penduduk. bulan
kebisingan dilakukan pada siang unit selama
BLANG
dan pemukiman
adalah maksimal hari. GedungPela penduduk tahap (PUB).
55 dB(A) pada buhan menggunakan konstruksi b. Pengawas adalah
radius 500 Ujong alat sound level Dinas Lingkungan
meter. Blang meter. Hidup Kebersihan
dan Keindahan
Kota (DLHK3)
Kota
Lhokseumawe dan
camat Banda Sakti.
c. Pelaporan :
Pemerintah Kota
Lhokseumawe
Melalui Dinas
Lingkungan Hidup
Kebersihan dan
Keindahan Kota
(DLHK3) Kota
Lhokseumawe
setiap 6 bulan
sekali
Gangguan Tenaga kerja - Memakai APD yang Lokasi Selama Melakukan Lokasi base Minimal 1 a. Pelaksana :
Kesehatan dan mengalami sesuai (mis: masker, tapak kegiatan survey dan camp, lokasi kali dalam Pelabuhan
Keselamatan gangguan sarung tangan). proyek. pembangun wawancara. bongkar muat enam bulan Ujong
Kerja (K3) kesehatan dan - Menyiapkan lokasi an unit-unit material dalam selama
kecelakaan Gedung tapak proyek. tahap
Blang
pembongkaran
kerja. material dan bahan Kantor konstruksi (PUB)
bangunan yang Pelabuhan b. Pengawas :
Ujong Blang Dinas
(PUB) Lingkungan
Hidup

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Institusi Pengelola
Sumber Besaran
No Jenis Dampak dan Pemantau
Dampak Dampak Bentuk Lokasi Bentuk Lokasi
Periode Periode Lingkungan Hidup
Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan
aman bagi pekerja dan berlangsung Kebersihan dan
masyarakat sekitar Keindahan Kota
lokasi proyek (DLHK3) Kota
- Menyiapkan bahan Lhokseumaw
bahan kebutuhan
pekerja yang sesuai
e, dan Camat
dengan standar Banda Sakti
keselamatan tenaga c. Pelaporan :
kerja. Pemerintah Kota
- Menyiapkan kotak P3K Lhokseumawe
di lokasi proyek. Melalui Dinas
- Base camp Lingkungan
memenuhi standar Hidup Kebersihan
kesehatan bagi dan Keindahan
tenaga kerja.
Kota (DLHK3)
- Tidak membuang
sampah dan sisa Kota
makanan bagi pekerja Lhokseumawe
yang tinggal di Base setiap 6 bulan
Camp. sekali.
- Tersedia cukup air
bersih di Base Camp.
- Karyawan yang
sedang sakit tidak
boleh bekerja.

5. Demobilisasi Gangguan Terjadi - Peningkatan disiplin Pada jalur yang Selama - Pengamatan Pada rute Dilakukan a. Pelaksana :
Peralatan. Arus gangguan arus pengemudi dilalui kendaraan kegiatan lapangan. jalan yang minimal satu Pelabuhan
Lalulintas lalulintas pada kendaraan demobilisasi demobilisasi - Memantau dilalui untuk kali di akhir Ujong
jalur pengangkut peralatan. peralatan dari kondisi arus demobilisasi tahap
demobilisasi lokasi peralatan. konstruksi.
Blang
demobilisasi lalulintas
material. peralatan. proyek. khususnya di (PUB).
- Mematuhi batas sekitar lokasi b. Pengawas
tonase yang proyek. adalah Dinas
diijinkan sesuai Perhubungan
kelas jalan. Kota
- Bila dibutuhkan dapat Lhokseumawe
meminta bantuan c. Pelaporan :
polisi untuk
pengawalan
Pemerintah Kota
demobilisasi Lhokseumawe
peralatan. Melalui Dinas
Lingkungan
Hidup Kebersihan
dan Keindahan
Kota (DLHK3)
Kota
Lhokseumawe
setiap 6 bulan
sekali

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Institusi Pengelola
Sumber Besaran
No Jenis Dampak dan Pemantau
Dampak Dampak Bentuk Lokasi Bentuk Lokasi
Periode Periode Lingkungan Hidup
Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan
Pelepasan Tenaga kerja Pihak perusahaan Tenaga kerja Diakhir Wawancara Tenaga kerja Sekali di a. Pelaksana :
Hubungan konstruksi menuntaskan konstruksi di tahap dan observasi pada lokasi tapak akhir tahap Pelabuhan
Kerja kehilangan pembayaran lokasi konstru lapangan proyek. konstruksi. Ujong
pekerjaan. upah/gaji terhadap proyek. ksi. terhadap
Blang
setiap tenaga kerja pembayaran
akibat berakhirnya upah/gaji
(PUB)
masa konstruksi. tenaga kerja b. Pengawas adalah
konstruksi. Dinas
Lingkungan
Hidup
Kebersihan dan
Keindahan Kota
(DLHK3) Kota
Lhokseumawe,
dan Camat
Banda Sakti.
c. Pelaporan :
Pemerintah Kota
Lhokseumawe
Melalui Dinas
Lingkungan
Hidup Kebersihan
dan Keindahan
Kota (DLHK3)
Kota
Lhokseumawe
Tahap Operasi
1. Operasional Peningkatan Keputusan - Mengelola GedungPelabuh Selama - Pengambil an Outlet dan Sekali dalam a. Pelaksana :
GedungPelabuh Air Limbah Menteri Negara pembuangan air an Ujong Blang tahap sampel air saluran enam bulan. Pelabuhan
an Ujong Blang Domestik LH Nomor limbah atau membuat dan sarana operas limbah. drainase. Ujong
PermenLH No peresapan dan saluran pendukungnya - Analisis
68 Tahun
Blang
drainase dengan benar laboratorium.
2016 Tentang sehingga tidak (PUB)
- Membandingka
Baku Mutu Air mencemari n dengan b. Pengawas adalah
Limbah lingkungan. PermenLH No Dinas
Domestik. - Memeriksa kualitas air 68 Tahun 2016 Lingkungan
limbah ke Tentang Baku Hidup
laboratorium rujukan Mutu Air Kebersihan dan
secara rutin. Limbah Keindahan Kota
Domestik.
(DLHK3) Kota
Lhokseumawe
c. Pelaporan :
Pemerintah
Kota
Lhokseumaw
e Melalui
Dinas
Lingkungan
Hidup

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Institusi Pengelola
Sumber Besaran
No Jenis Dampak dan Pemantau
Dampak Dampak Bentuk Lokasi Bentuk Lokasi
Periode Periode Lingkungan Hidup
Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan
Kebersihan dan
Keindahan Kota
(DLHK3) Kota
Lhokseumawe

Peningkatan Undang- Undang - Memasang tempat Kompleks Seluruh Melakukan Sarana Setiap 1 a. Pelaksana :
Limbah Padat Republik Indonesia pembuangan sampah di GedungPe siklus survey dan persampahan di tahun sekali PELABUH
(Sampah) Nomor 18 Tahun lokasi Gedung labuhan kegiatan wawancara lokasi proyek. selama masa AN UJONG
2008 tentang Pelabuhan Ujong Ujong di tahap langsung. operasional
sampah Blang operasi.
BLANG
Blang.
- Pengangkutan sampah
(PUB)
dari TPS ke TPA b. Pengawas adalah
dilakukan secara Dinas Lingkungan
periodik Hidup Kebersihan
- Pengumpulan sampah dan Keindahan
dipisahkan berdasarkan Kota (DLHK3)
jenisnya yaitu sampah Kota Lhokseumawe
organik dan anorganik,
seperti plastik, dan
c. Pelaporan :
kertas. Pemerintah Kota
- Pemisahan sampah- Lhokseumawe
sampah yang dapat di Melalui Dinas
daur ulang Lingkungan Hidup
- Memasukkan dalam Kebersihan dan
kantong plastik Keindahan Kota
sampah-sampah agar (DLHK3) Kota
mudah diangkut oleh
Lhokseumawe
kendaraan pengangkut
sampah.
- Pengangkutan dari
TPS ke TPA .
Sanitasi Kondisi sanitasi - Menanam vegetasi Lokasi tapak Selama Pengamatan Lokasi tapak Minimal 1 a. Pelaksana :
Lingkungan lingkungan dan pada lokasi- lokasi proyek. tahap lapangan dan proyek. kali dalam Pelabuhan
jenis tertentu di sekitar operasi. data dari enam bulan Ujong
penyakit dapat lokasi perumahan Puskesmas selama
muncul dan masa
Blang
dan membuat jalur
berkembang. hijau. operasional (PUB)
- Menyediakan GedungPela b. Pengawas adalah
Ruang Terbuka buhan Dinas
Hijau (RTH). Ujong Lingkungan
- Membersihkan Blang. Hidup
drainase secara Kebersihan dan
berkala. Keindahan Kota
- Mengumpulkan (DLHK3) Kota
data dari
PuskesmasBanda Lhokseumawe
c. Pelaporan :
Pemerintah Kota
Lhokseumawe

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Institusi Pengelola
Sumber Besaran
No Jenis Dampak dan Pemantau
Dampak Dampak Bentuk Lokasi Bentuk Lokasi
Periode Periode Lingkungan Hidup
Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan
Sakti jenis penyakit Melalui Dinas
yang muncul dan Lingkungan
berkembang akibat Hidup
aktivits kantor.
Kebersihan dan
Keindahan Kota
(DLHK3) Kota
Lhokseumawe

Peningkatan Kualitas Air Eksplorasi sumur Air bersih Seluruh Pengukuran Air bersih dalam Sekali dalam a. Pelaksana :
Kebutuhan Air Berdasarkan DAP (sumur dalam lokasi siklus debit dan lokasi tapak enam bulan. PELABUH
Bersih. Keputusan dangkal) dilakukan tapak kegiatan kualitas air proyek. AN UJONG
Menteri hanya untuk proyek. di tahap bersih.
Kesehatan kebutuhan operasi.
BLANG
Hidup No. 496 operasional kantor. (PUB)
Tahun 2010 b. Pengawas :
tentang Dinas
persyaratan Lingkungan
kualitas air Hidup
minum Kebersihan dan
.
Keindahan Kota
(DLHK3) Kota
Lhokseumawe,
dan Camat
Banda Sakti
c. Pelaporan :
Pemerintah Kota
Lhokseumawe
Melalui Dinas
Lingkungan
Hidup Kebersihan
dan Keindahan
Kota (DLHK3)
Kota
Lhokseumawe
setiap 6 bulan
sekali.
Terbukanya Masyarakat - Memberi Pada Selama Pengamatan Pada Minimal 1kali a. Pelaksana :
Kesempata sekitar kesempatan kerja masyarakat tahap lapangan dan masyarakat dalam enam Pelabuhan
Kerja lokasi kepada anggota sekitar lokasi operasi. wawancara sekitar lokasi bulan selama Ujong
proyek. masyarakat sekitar. kegiatan. kegiatan. masa
Blang
- Memberikan skala operasional
Gedung (PUB).
prioritas kepada
tenaga kerja lokal. Pelabuhan b. Pengawas : Dinas
Ujong Blang. Sosial dan tenaga
Kerja Kota
Lhokseumawe, dan
Dinas Lingkungan
Hidup
Kebersihan dan
Keindahan Kota

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Institusi Pengelola
Sumber Besaran
No Jenis Dampak dan Pemantau
Dampak Dampak Bentuk Lokasi Bentuk Lokasi
Periode Periode Lingkungan Hidup
Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan
(DLHK3) Kota
Lhokseumawe
c. Pelaporan :
Pemerintah Kota
Lhokseumawe
Melalui Dinas
Lingkungan Hidup
Kebersihan dan
Keindahan Kota
(DLHK3) Kota
Lhokseumawe

Proses Sosial Jumlah kasus/ - Membentuk forum Masyarakat Dilakukan - Observasi Masyarakat 1kali dalam a. Pelaksana :
konflik akibat terbatas untuk sekitar lokasi pada dan sekitar lokasi setahun Pelabuhan
operasional membantu kegiatan. seluruh Wawancara kegiatan. selama masa Ujong
GedungPelabuh pemrakarsa untuk siklus - Analisis Data operasional
an Ujong Blang. kegiatan di kantor
Blang
menangani secara
permasalahan tahap deskriptif
(PUB).
sosial. operasi. evaluatif b. Pengawas : Dinas
- Memfasilitasi Sosial dan tenaga
berbagai kegiatan Kerja Kota
masyarakat sekitar Lhokseumawe, dan
untuk membangun Dinas Lingkungan
kebersamaan dengan
masyarakat di Hidup Kebersihan
sekitar lokasi proyek dan Keindahan
Kota (DLHK3)
Kota
Lhokseumawe
c. Pelaporan :
Pemerintah Kota
Lhokseumawe
Melalui Dinas
Lingkungan Hidup
Kebersihan dan
Keindahan Kot
(DLHK3) Kota
Lhokseumawe
Bahaya Besaran - Mengupayakan Lokasi tapak Dilakukan Mengadakan Lokasi tapak Minimal sekali a. Pelaksana :
Kebakaran dampak dinilai pencegahan dan kegiatan pada seluruh pemantauan kegiatan dalam enam Pelabuhan
potensi penanggulangan operasional siklus tentang operasional bulan selama Ujong
terjadinya bahaya kebakaran, kantor kegiatan penyedian alat kantor masa
kebakaran. pada tahap pemadam api operasional
Blang
yang meliputi
penyediaan alat operasi dan SOP dalam (PUB).
pemadam api ringan berlangsung menghadapi b. Pengawas adalah
(APAR), bahaya Dinas Lingkungan
- menyiapkan SOP kebakaran Hidup Kebersihan
(Standard Operating dan Keindahan
Procedure) serta Kota (DLHK3)
Kota
Lhokseumawe dan
Dinas
Pemadam

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Institusi Pengelola
Sumber Besaran
No Jenis Dampak dan Pemantau
Dampak Dampak Bentuk Lokasi Bentuk Lokasi
Periode Periode Lingkungan Hidup
Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan
membuat peringatan Kebakaran dan
bahaya kebakaran. Penyelamatan
- Memasang papan (DPKP) Kota
peringatan untuk tida
merokok ataupun Lhokseumaw
melakukan sesuatu e.
yang memicu c. Pelaporan :
terjadinya kebakaran Pemerintah Kota
Lhokseumawe
Melalui Dinas
Lingkungan Hidup
Kebersihan dan
Keindahan Kota
(DLHK3) Kota
Lhokseumawe
setiap 6 bulan
sekali
BAB IV
JUMLAH DAN JENIS PPLH YANG DIBUTUHKAN

Mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang


Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) dan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan maka setiap kegiatan
yang wajib AMDAL dan UKL - UPL harus memperoleh Izin Lingkungan.

4.1 Jumlah dan Jenis Izin PPLH yang dibutuhkan Untuk Pembangunan Pelabuhan
Ujong Blang Lhokseumawe

Kegiatan pembangunan Pelabuhan Ujong Blang Lhokseumawe pada tahap konstruksi


dan operasi akan menghasilkan dampak yang harus dikelola sesuai dengan pedoman dan
petunjuk berdasarkan peraturan yang sudah ditetapkan, sehingga dalam kegiatan
pembangunan ini memerlukan izin pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup Izin
PPLH yang dibutuhkan untuk pembangunan ada 2 (dua) katagori yaitu :

1. Rekomendasi UKL-UPL dan Izin Lingkungan


2. Izin Pembuangan Limbah Cair
BAB V
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Tubagus Mukhlis, S. T., M. Eng.
Jabatan : Kepala PT Segara Agung
Telpon : +62 651-87439
Fax : +62 651-98996
Email : segaraagung@gmail.com
Web : https://segaraagung.acehprov.go.id/

Selaku penanggung jawab atas pengelolaan lingkungan hidup dari:


Nama Kegiatan : UKL-UPL Pembangunan Pelabuhan Ujong Blang
Lhokseumawe
Alamat Kegiatan : Desa Ujong Blang, Kota Lhokseumawe, Aceh.

Dengan ini menyatakan bahwa :


1) Kami bersedia melaksanakan program-program dalam pengelolaan lingkungan hidup yang
termuat dalam dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UKL-UPL) Pembangunan Pelabuhan Ujong Blang Lhokseumawe di Desa
Ujong Blang Kota Lhokseumawe, Aceh.
2) Kami bersedia melaksanakan program-program dalam pemantauan lingkungan hidup yang
termuat dalam dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UKL-UPL) Pembangunan Pelabuhan Ujong Blang Lhokseumawe di Desa
Ujong Blang Kota Lhokseumawe, Aceh.

Apabila kami tidak melaksanakan sebagaimana butir 1) dan butir 2) tersebut, kami bersedia
menghentikan kegiatan dan mempertanggung jawabkannya secara hukum yang berlaku.

Lhokseumawe, 24 Mei 2021


Kepala PT Segara Agung,

Tubagus Mukhlis, S. T., M. Eng.


NIP : 19801002 200802 1 002
No : DOK/UkL-UPL/024/V/2021
Hal : Rekomendasi
Lampiran : Dokumen UKL-UPL

Kepada Yth,
Dinas Perhubungan Kota Lhokseumawe
Di
Lhokseumawe

Dengan hormat,

Sehubungan dengan telah selesainya penyusunan dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan


Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) Pembangunan Pembangunan
Pelabuhan Ujong Blang Lhokseumawe di Desa Ujong Blang Kota Lhokseumawe, Aceh, maka
bersama ini kami sampaikan dokumen tersebut kepada bapak untuk dapat dikoreksi dan sekaligus
pengesahannya (Rekomendasi).
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, atas kerjasama yang baik diucapkan terimakasih.

Lhokseumawe, 24 Mei 2021


Kepala PT Segara Agung
BAB VI
RONA LINGKUNGAN AWAL

Pembahasan rona lingkungan awal dalam dokumen ini adalah komponen


lingkungan hidup yang diperkirakan akan terkena dampak. Komponen lingkungan hidup
yang akan dibahas meliputi: (1) Komponen Fisik-Kimia yang mencakup iklim, kualitas
udara, kualitas air,
(2) Komponen Biologi yang mencakup flora, fauna, dan biota perairan; (3) Komponen
sosial yang mencakup aspek kependuduk, aspek ekonomi. Aspek sosial budaya dan
kesehatan masyarakat.

6.1 Komponen Fisik-Kimia


Bulan 2006
CH
2007 2008
CH CH
2009 2010
CH CH
2011
CH
2012 2013
CH CH
2014 2020
CH CH Total Rer
1 129 189 151 232 135 243 267 360 77 181 1964 1
2 177 36 69 170 42 98 95 173 71 13 944 9
3 103 146 220 128 128 235 150 187 65 55 1417 1
4 167 278 136 99 223 207 155 170 170 318 1923 1
5 66 214 72 89 202 78 145 259 168 188 1481 1
6 114 49 87 27 141 17 20 142 80 23 700 7
7 7 73 35 6 107 79 59 65 29 107 567 5
8 18 41 58 146 82 80 51 38 60 32 606 6
9 96 24 99 85 102 125 86 188 162 142 1109 1
10 163 132 115 85 127 118 146 82 296 212 1476 1
11 271 276 262 188 327 195 381 190 409 324 2908 2
12 87 228 238 327 258 213 199 297 460 267 2574 2
Total 1,398 1,686 1,542 1,582 1,874 1,688 1,754 2,151 2,047 1,734 17669 17
Rerat 116.50 140.50 128.50 131.83 156.17 140.67 146.17 179.25 170.58 144,50 1472,41 14
a
Komponen Fisik Kimia yang dibahas meliputi: iklim, kualitas udara, kualitas air.
Data aspek Fisik Kimia diperoleh dari data sekunder dan data primer melalui pengamatan
langsung di lapangan

(insitu), analisis dan penelitian di laboratorium. Lokasi pengambilan contoh ditentukan


dengan mempertimbangkan batas wilayah studi, yang meliputi batas proyek, batas ekologi,
batas sosial, batas administrasi, dan batas teknis. Data primer yang dikumpulkan antara
lain: kualitas udara, kualitas air, kebisingan, dan transportasi. Sedangkan data sekunder
meliputi iklim, geologi, fisiografi lahan, dan tata ruang.

6.1.1 Iklim (Curah Hujan)

Kisaran curah hujan 1.398 mm tahun-1 – 2.151 mm tahun-1. Selama 10 tahun


(2010- 2020) terdapat 72 bulan basah (CH > 100 mm), Rerata bulan basah (BB) = 7,2
bulan

tahun-1. Selama 10 tahun (2006-2020) terdapat 2,0 bulan kering (CH < 60 mm), Rerata
bulan kering (BK) = 2, 0 mm tahun-1. Tipe iklim menurut Schmidr&Ferguson : B
(basah/wet), dengan nilai Q = 27,78% (Q=14,3 – 33,0% → basah).

6.1.2 Kualitas Udara dan Kebisingan


a. Kualitas Udara dan kebisingan
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang pengendalian
Pencemaran Udara, maka perlu dilakukan pengukuran kualitas udara ambient di lapangan.
Pengambilan sampel udara di lokasi kegiatan dilakukan di rencana pembangunan
Pelabuhan Ujong Blang di Provinsi Aceh, Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe.

Komponen kualitas udara yang diteliti meliputi kadar SO 2, NO2, CO, dan debu
(TSP) sesuai dengan SK MENLH No. 41/MENLH/1999, sedangkan kebisingan sesuai
dengan KepMen LH No. 48/MENLH/11/1996. Pemilihan lokasi pengambilan sampel
didasarkan pada pertimbangan bahwa lokasi tersebut berada di lokasi kegiatan dan di
pemukiman sekitar lokasi kegiatan.

Pembangunan gedung Pelabuhan Ujong Blang (PUB) di Kecamatan Banda Sakti


Kota Lhokseumawe selama masa konstruksi dan operasi berlangsung diperkirakan dapat
memberikan dampak terhadap penurunan kualitas lingkungan yang salah satunya adalah
kualitas udara ambien. Pengaruh pada kualitas udara ambien oleh aktifitas konstruksi
seperti pengolahan tanah (land clearing), mobilisasi bahan dan peralatan serta kebisingan
akan terjadi. Hasil pengukuran terhadap parameter kualitas udara di dua lokasi uji
ditabulasikan pada Tabel 6.2. Hasil pengukuran terhadap kandungan debu total (TSP)
untuk kedua lokasi sampling memperlihatkan hasil yang masih berada di bawah baku mutu
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 untuk lingkungan udara ambien.
Debu halus yang terdispersi ke udara secara umum disebut total kelarutan debu atau
partikulat (TSP: Total Suspended Particulates) merupakan salah satu bentuk pencemar
yang berbahaya. Banyak bentuk senyawaan kimia di udara terikat dalam partikel. Besarnya
debu itu sangat mempengaruhi keberadaannya di udara, bertambah kecil diameternya
keberadaannya tambah lama atau penyebarannya semakin luas. Sebagai sumber kandungan
debu pada udara ambien pada umumnya adalah berasal dari kegiatan transportasi dan
adanya angin dan mgangkat debu-debu pada tanah dan jalan yang tidak tertutup vegetasi
dan aspal. Kadar debu di pemukiman terlihat sedikit lebih kecil dari pada lokasi rencana
pembangunan gedung Pelabuhan Ujong Blang (PUB), hal ini akibat banyaknya kendaraan
yang lewat di pemukiman lebih sedikit dibanding dengan lokasi rencana pembangunan
gedung Pelabuhan Ujong Blang (PUB). Lokasi gedung Pelabuhan Ujong Blang (PUB) (U-
01) berada di jalan nasional yang banyak dilalui oleh kedaraan dan kondisi jalan juga ada
bagian yang tidak tertutup dipinggirnya membuat debu yang beterbangan jadi lebih banyak.
Hal ini juga dipengaruhi oleh angina dan kecepatan kendaraan yang melewati jalan nasional
tersebut. Adapun kondisi dipemukiman (U-02) jumlah kenderaan yang melintas lebih
sedikit dan pada umumnya pada kecepatan yang lebih rendah disbanding dengan di jalan
nasional, hal ini berdampak pada rendahnya debu yang beterbangan di udara.

Hasil pengukuran untuk parameter kualitas udara lainnya seperti CO, NO 2 dan SO2
semuanya juga di bawah ambang batas. Parameter CO dan NO2 yang terukur di pemukiman
(U-02) menunjukkan fenomena yang sama dengan debu yaitu lebih kecil jika dibandingkan
dengan di lokasi rencana pembangunan gedung Pelabuhan Ujong Blang (PUB), hal ini
karena jumlah kenderaan yang melintasi di jalan nasional jauh lebih banyan disbanding
dengan yang melintasi di jalan dalam area pemukiman. Karbon monoksida yang terdapat di
udara terbentuk dari salah satu peroses pembakaran tidak sempurna terhadap karbon atau
komponen yang mengandung karbon menjadi karbon monoksida. Sedangkan gas NO 2 juga
dapat di sebabkan oleh aktifitas pembakaran pada kegiatan transportasi oleh kendaraan
bermotor dan dari kegiatan industri.

Tabel 6.2 Hasil pengukuran parameter kualitas udara dan kebisingan


Waktu Hasil Pengukuran
No. Parameter Pengukuran Satuan Baku mutu U-01 U-02
1.TSP (debu) 24 jam µg/Nm3 230*) 31,0 20,6
2.Carbon Monoksida 1 jam µg/Nm3 30.000*) 1.340 1.225
(CO)
3.Nitrogen Dioksida 1 jam µg/Nm3 400*) 67,5 58,7
(NO2)
4.Sulfur Dioksida (SO2) 1 jam µg/Nm3 900*) 87,6 96,9

5.Kebisingan dB(A) 55**) 51,2 47,0


*)
SK MENLH No. 41/MENLH/1999.
**)
SK MENLH No. 48/MENLH/1996.

Lokasi pengamatan:

U-01 : Lokasi Pembangunan Pelabuhan Ujong Blang (PUB), Gampong Cot Mesjid, Kec. Banda Sakti
Kota Lhokseumawe 5°12'34.82" N 97°7'18.74" E.
U-02 : Lokasi esisir Pantai Kec. Banda Sakti Kota Lhokseumawe 5°12'34.82" N 97°7'18.74" E.

Sulfur Dioksida (SO2) merupakan gas yang sangat mudah terlarut dalam air, gas tidak
berwarna, berbau dalam konsentrasi pekat dan tidak mudah terbakar. Gas SO2 terbentuk
saat terjadi pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung sulfur. Di daerah lokasi
rencana pembangunan gedung Pelabuhan Ujong Blang (PUB) terdapat pembangkit listrik
yang juga menggunakan bahan bakar fosil yang dapat menghasilkan gas SO2 juga. Hasil
pengukuran menunjukkan fenomena berbeda dimana kandungan SO2 di udara di lokasi
Pelabuhan Ujong Blang (PUB) lebih rendah dibandingkan di lokasi pemukiman. Ada faktor
lain juga yang mempengaruhi yaitu suhu dan keberadaan pohon, dimana pada lokasi
rencana gedung Pelabuhan Ujong Blang (PUB) lebih banyak pohon dan sejuk dibanding
pengukuran yang dilakukan di lokasi pemukiman. Perbedaan ini tidak begitu signifikan dan
masih jauh dari baku mutu juga.

Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu kegiatan dalam tingkat
dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan. Tingkat kebisingan suatu lokasi menunjukkan ukuran energi
bunyi yang dinyatakan dalam satuan desibel atau disingkat dengan notasi dB(A). Lokasi
pengambilan sampel tingkat kebisingan sama dengan lokasi pengambilan sampel kualitas
udara. Cara pengukuran dengan menggunakan alat Sound Level Meter, perhitungan dan
evaluasi tingkat kebisingan berpedoman pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor Per.13/Men/X/2011 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas faktor
fisika dan faktor kimia di tempat kerja

Hasil pengukuran parameter kebisingan memperlihatkan


bahwa derajat kebisingan di lokasi studi baik di lokasi rencana
pembangunan gedung Pelabuhan Ujong Blang (PUB) dan lokasi
pemukiman menunjukkan kondisi masih di bawah ambang batas
kebisingan untuk kawasan pemukiman (SK MENLH No.
41/MENLH/1996). Kebisingan di lokasi Pantai Ujong Blang ini
disebabkan dari aktifitas masyarakat dan transportasi. Pengukuran di
lakukan dekat dengan jalan, baik jalan nasional maupun jalan
gampong sehingga aktifitas kendaraan yang lewat sangat
mmempengaruhi. Hasil pengukuran juga menunjukkan pengukuran
di lokasi rencana pembangunan gedung Pelabuhan Ujong Blang
(PUB) jauh lebih tinggi dibanding dengan pada lokasi pemukiman.
Hal ini terjadi karena jumlah dan intensitas kendaraan yang lewat di
jalan nasional lebih banyak debanding dengan yang lebat di kawasan
pemukiman. Hasil pengukuran parameter kualitas udara dan tingkat
kebisingan berdasarkan Kep. MenLH No. 48/1996, seperti
ditunjukkan pada Tabel 6.3 untuk ke dua lokasi dapat disimpulkan
bahwa kualitas udara khususnya parameter kebisingan di lokasi
studi dinilai masih sangat baik, tidak berbahaya, dan tidak
mengganggu.

Hasil pengukuran parameter kualitas kebisingan ini,


dikaitkan dengan kriteria tingkat kebisingan berdasarkan Kep.
MenLH No. 48/1996 (Tabel 6.3), dapat disimpulkan bahwa
kebisingan untuk lokasi rencana pembangunan gedung Pelabuhan
Ujong Blang (PUB) di Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe
masih sangat baik.

Tabel 6.3 Kriteria Tingkat Kebisingan dan Nilai Kebisingan di Lokasi


Sampling
Intensitas Kriteria Kualitas Bakumutu kebisingan
No.
Kebisingan (dBA) Lingkungan (Kep. MenLH No. 48/1996)
1 > 100 Terlalu
bising
(berbahaya)
2 71 – 100 Mengganggu dan
berbahaya
3 51 – 70 Tidak mengganggu 55 dBA (kawasan pemukiman)
4 20 – 50 Tidak
menimbulkan
kebisingan
5 0 – 20 Sunyi
Sumber: Kep. MenLH No. 48/1996.

b. Kualitas Air
Air merupakan unsur penting bagi kehidupan, karena air
dapat membantu metabolisme dalam tubuh, untuk minum, mencuci,
dan sebagainya. Kebutuhan air bersih terus meningkat dengan
meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan industri. Untuk
menjaga atau mencapai kualitas air sehingga dapat dimanfaatkan
secara berkelanjutan

Sesuai dengan tingkat mutu air yang diinginkan, maka perlu


upaya pelestarian dan atau pengendalian. Pelestarian kualitas air
merupakan upaya untuk memelihara fungsi air agar kualitasnya
tetap pada kondisi alamiahnya. Pengelolaan kualitas air pada
berbagai sumber dilakukan dengan upaya pengendalian pencemaran
air, yaitu upaya memelihara fungsi air sehingga kualitas air
memenuhi baku mutu air. Pengelolaan kualitas air adalah upaya
pemeliharan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai
peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisi
alamiahnya.

Pada dasarnya semua jenis usaha/kegiatan yang akan dan


sedang dilaksanakan harus selalu dapat menjaga dan menjamin
kelestarian lingkungan dengan mengelola dan meminimalkan
dampak negatif yang mungkin ditimbulkan terhadap komponen
lingkungan termasuk salah satunya kualitas air. Kegiatan
pembangunan kantor Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (Pelabuhan Ujong Blang (PUB)) yang akan
dilaksanakan berdekatan dengan kawasan pemukiman penduduk dan
saluran drainase perkotaan. Untuk menjaga dan mengantisipasi hal-
hal yang tidak diinginkan terhadap kualitas air baku pada saat
pembangunan dan pengoperasian Pelabuhan Ujong Blang
dilaksanakan sangat perlu dilakukan pemantauan dan pengujian
terhadap kualitas air tanah dan air permukaan di sekitar lokasi
kegiatan. Sampel air drainase yang berbatasan langsung dan
merupakan saluran pembuangan dari dengan lokasi
pembangunanPelabuhan Ujong Blang telah diambil sebagai sampel
untuk dianalisis di Laboratorium. Disamping air sumur bor
masyarakat nelayan Ujong Blang yang berdekatan dengan lokasi
rencana kegiatan pembangunanPelabuhan Ujong Blang juga telah
diambil air untuk dianalisis secara insitu dan di laboratorium.
Pengambilan contoh air dan analisis kualitas air mengacu pada
Standard Method (APHA, 1999). Analisis kualitas air dilakukan di
dua tempat, yaitu analisis di titik pengambilan contoh (in situ) dan
analisis di laboratorium uji. Contoh air yang dianalisis di
laboratorium induk diletakkan dalam botol contoh (disesuaikan
sesuai dengan parameter) dan secepat mungkin dilakukan analisis.
Contoh air tersebut disimpan dalam lemari pendingin (ice box).
Metoda pengambilan contoh yang dilakukan adalah metoda sesaat
(Grab Sampling). Jumlah sampel yang diambil sebanyak 5 L sesuai
dengan jumlah yang dibutuhkan untuk keperluan analisis. Hasil
pengujian terhadap kualitas air sumur bor dan air drainase
ditabulasikan pada Tabel 6.4 dan Tabel 6.5

Hasil pengukuran kualitas air sumur bor baik parameter fisik


maupun kimia serta mikrobiologi dapat dilihat pada Tabel 6.4.
Parameter fisika air yang merupakan parameter yang tidak terkena
langsung dengan kesehatan seperti suhu, bau, TSS, kekeruhan, dan
TDS telah dipilih untuk diukur nilainya. Dari hasil analisa
menunjukkan bahwa kualitasi air secara fisik umumnya dalam
kondisi relatif baik yaitu di bawah baku mutu air minum sesuai
dengan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk
Baku mutu air Kelas I (air yang peruntukannya dapat digunakan
untuk air baku air minum) dan Permenkes RI No.
492/Menkes/Per/V/2010 tentang persyaratan kualitas air minum.
Hasil analisis menunjukkan bahwa air sumur yang diambil dari
lokasi studi tidak berbau dan berasa tawar. Hal ini menunjukkan
bahwa air sumur di lokasi studi tidak dipengaruhi oleh adanya
pencemaran oleh zat organik dan anorganik lainnya. Hasil pengujian
secara laboratorium terhadap kualitas kimia juga menunjukkan
kualitas air sumur bor menunjukkan bahwa nilai total zat organik
masih dibawah baku mutu. Hasil pengujian terhadap kandungan
logam berat menunjukkan bahwa air sumur tersebut tidak
mengandung logam-logam berbahaya atau kalaupun ada
konsentrasinya sangat rendah.
Tabel 6.4 Kualitas air sumur bor sekitar lokasi rencana pembangunanPelabuhan
Ujong Blang
Hasil Baku Metoda
No Parameter Unit
Analisa Mutu Analisa
Tidak Tidak
1 Bau*) - Organoleptik
berbau berbau
Tidak Tidak
2 Rasa*) - Organoleptik
berasa berasa
Suhu
3 Temperatur*) 0
C 29,7 udara  Termometri
3 0C
4 Daya hantar listrik (DHL) *) µmhos/cm 1,07 - Konduktometri
Total Padatan Tersuspensi (TSS)
5 mg/L 14 50 Gravimetri
6 Total Padatan Terlarut (TDS) mg/L 71 1000 Potensiometri
7 pH*) 6,63 6-9 pH meter
8 Total Besi (Fe) mg/L 0,0105 0,3 AAS
9 Kadmium (Cd) mg/L ND 0,01 AAS
10 Perak (Ag) mg/L ND - AAS
11 Seng (Zn) mg/L 0,0341 0,05 AAS
12 Mangan (Mn) mg/L < 0,002 1 AAS
13 Timbal (Pb) mg/L ND 0,03 AAS
14 Krom (Cr) mg/L ND 0,05 AAS
15 Tembaga (Cu) mg/L 0,0103 0,02 AAS
16 Cobalt (Co) mg/L ND 0,2 AAS
17 Nikel (Ni) mg/L ND - AAS
MPN/ 100
18 e-coli 0 100 MPN
mL
MPN/ 100
19 Coliform 0 1000 MPN
mL
Keterangan :
*)
= hasil pengukuran insitu
Lokasi Sampling : Dekat lokasi rencana
pembangunan Pelabuhan Ujong Blang Titik
Koordinat : N: 5°12'34.82" E:
97°7'18.74"

Standar Mutu sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001


tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dan
Baku mutu air Kelas I (air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air
baku air minum) dan Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/V/2010 tentang
persyaratan kualitas air minum

Hasil pengujian mikrobilogis menunjukkan bahwa air sumur


bor masyarakat tidak tercemar dengan bakteri ecoli atau sejenisnya.
Bakteri coliform total merupakan semua jenis bakteri aerobik,
anaerobic fakultatif, dan rod-shape (bakteri batang) yang dapat
memfermentasi laktosa dan menghasilkan gas dalam waktu 48 jam
pada suhu 35 0C. Bakteri coliform total terdiri dari Escherichia coli,
Citrobacter, Klebsiella, dan Enterobacter. Fecal coliform adalah
anggota dari coliform yang mampu memfermentasi laktosa pada
suhu 44,5 0C dan merupakan bagian yang paling dominan pada tinja
manusia dan hewan (Inggrid dkk., 2018). Adanya kontaminasi
bakteri ini dapat membahayakan kesehatan masyarakat jika

Air tersebut digunakan secara langsung sebagai air minum. Salah


satu cara yang dapat direkomendasikan untuk pengolahan air
tercemar bakteri adalah dengan memasak air tersebut sampai
mendidih selama beberapa menit sehingga bakteri di dalam air
menjadi mati dan air tersebut kemudian dapat dikonsumsi sebagai
air minum. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan di lokasi
kegiatan, masyarakat nelayan dan sekitar lokasi Pelabuhan Ujong
Blang tidak menggunakan air sumur sebagai sumber air minum.
Sumber air minum berasal dari air PDAM dan air isi ualng.
Masyarakat sekitar menggunakan air sumur untuk keperluan
mencuci dan menyiram tanaman di perkarangan rumah.

Gambar 6.3 Tim Fisik Kimia sedang mengambil sampel dan


pengujian insitu air selokan/parit de depan lokasi
rencana pembangunan kantor DPMTSP

Hasil analisa laboratorium terhadap kualitas air limbah


domestik di drainase sekitar lokasi rencana pembangunanPelabuhan
Ujong Blang (tabel yy) menunjukkan bahwa beberapa parameter
yang diuji pada air saluran nilainya berada di bawah baku mutu
sedangkan beberapa parameter lainnya berada diatas baku air limbah
domestik (Permen LHK Tahun 2016 No. P.63 tentang Baku Mutu
Air Limbah Domestik). Secara visual, terlihat kualitas air saluran
(drainase) relatif jelek dan berwarna kehitaman dengan padatan
tersuspensi yang tinggi. Pada saat pengambilan sampel keadaan
lokasi kegiatan sedang musim kemarau dimana air saluran drainase
tidak dalam keadaan mengalir dan air hanya terkonsentrasi
(terkumpul) pada titik tertentu. Hasil penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa nilai BOD air drainase berkisar 1,6260 mg/L
dan nilai CODnya berkisar 4 mg/L. Berdasarkan hasil tersebut
ditinjau dari kadar bahan organik dan anorganiknya air drainase
memenuhi persyaratan sebagai air buangan domestik.

Tabel 6.5 Kualitas air saluran/drainase di saluran pembuangan depan lokasi


rencana pembangunanPelabuhan Ujong Blang

Hasil Baku Mutu Metoda


No Parameter Unit
Analisa 1 2 Analisa
1 Bau*) - berbau - - Organoleptik
2 Rasa *)
- berasa - - Organoleptik
Suhu
3 Temperatur*) 0
C 29,7 udara - Termometri
 3 0C
1 pH*) - 6,38 - 6-9 pH meter
2 Minyak Lemak mg/L 0,192 1 5 Extraksi
Total Padatan Tersuspensi (TSS)
3 mg/L 32 50 30 Gravimetri
4 Total Padatan Terlarut (TDS) mg/L 107 1000 - Potensiometer
5 Nitrat (NO3-N) mg/L 12,5 10 - Spektrometri
6 Nitrit (NO2-N) mg/L < 0,002 0.06 - Spektrometri
7 Ammonia (NH3-N) mg/L 108,76 0,5 10 Spektrometri
8 Posphate (PO43-) mg/L 12,2695 400 - Spektrometri
9 BOD mg/L 1,6260 2 30 Winkler
10 COD mg/L 4 10 100 CODMn
11 Besi (Fe) mg/L 0,0156 0,3 - AAS
12 Crom (Cr) mg/L ND 0,05 - AAS
13 Seng (Zn) mg/L 0,0187 0,05 - AAS
14 Merkuri (Hg) mg/L ND 0,001 - AAS
MPN/
15 Total Coliform 29 1000 3000 MPN
100 mL
Keterangan :
*)
= hasil pengukuran insitu
Lokasi Sampling : Air Saluran Drainase di depan rencana lokasi
pembangunanPelabuhan Ujong Blang Titik Koordinat : N: 5°12'34.82" E:
97°7'18.74"

Standar Mutu sesuai dengan : 1. Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian


Pencemaran Air untuk Baku mutu air Kelas I dan 2. Permen LHK Tahun
2016 No. P.63 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik

Konsentrasi minyak dan lemak memberikan hasil positif


dengan kadar 0,192 mg/L tetapi kadarnya masih relatif rendah
dibandingkan dengan konsentrasi maksimum yang diperbolehkan
menurut Permen LHK Tahun 2016 No. P.63 tentang Baku Mutu
Air Limbah Domestik. Adanya minyak diduga berasal dari ceceran
oli atau minyak yang berasal dari buangan yang berasal dari rumah
tangga atau bengkel sekitar lokasi. Pengujian secara laboratorium
terhadap kandungan logam-logam berat menunjukkan kualitas
sampel air drainase bebas dari kandungan logam – logam berat
yang membahayakan atau kalaupun ada konsentrasinya masih jauh
di bawah batas ambang normal. Hal ini disebabkan karena belum
adanya berbagai aktivitas yang menghasilkan logam sebagai
limbahnya di sepanjang drainase tersebut.
Dalam air limbah domestik, senyawa nitrogen dapat berada
dalam bentuk amoniak tereduksi sampai senyawa nitrat teroksidasi.
Amoniak merupakan bagian dari nitrogen total yang berasal dari
oksidasi zat organis secara mikrobilogis yang berasal dari air
buangan industri dan penduduk. Amoniak merupakan senyawa
organik yang penting di perairan. Amoniak dapat berasal dari
ekskresi mikroorganisme dan timbunan organik di perairan (Arrie
H, 2012). Pada proses penguraian bahan/material yang mengandung
Nitrogen oleh mikroorganisme dirubah menjadi Amoniak (NH4).
Hasil pengujian menunjukkan nilai ammoniak dengan konsentrasi
108,76 mg/L sudah berada diatas baku mutu. Tingginya ammoniak
ini juga didukung oleh tingginya nilai nitrat dalm air dengan
konsentrasi 12,5 mg/L dalam air selokan. Senyawa amoniak, dapat
ditemukan dimana-mana, dari kadar yang relatif pada air selokan.
Amoniak dengan konsentrasi yang tinggi pada sistem perairan dapat
merupakan racun bagi kehidupan air, terutama bagi kehidupan ikan
karena adanya amoniak dapat mengurangi kandungan oksigen dalam
air (Housecroft, 2010). Namun demikian khusus untuk air selokan
di depan rencanaPelabuhan Ujong Blang konsentrasi ammoniak
menjadi sangat tinggi karena terjadi pemekatan amoniak terlarut
mencapai nilai kelarutan yang tinggi karena air selokan sudah
mengering dan terkonsentrasi akibat musim kemarau. Jika terjadi
musim hujan atau air mengalir maka konsentrasi ammoniak dalam
air selokan akan terjadi pengenceran sehingga konsentrasi
ammoniak diharapkan akan menjadi rendah.

6.2 Lingkungan Biologi


a. Flora

Secara umum tipe vegetasi di kawasan pembangunan gedung


kantor Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Provinsi Aceh di Banda Sakti Lhokseumawe dapat dibagi menjadi
dua golongan vegetasi, yaitu vegetasi alami dan vegetasi budidaya
sebagaimana diuraikan dibawah ini. Jenis tumbuhan yang terdapat
pada masing- masing tipe vegetasi yang diamati di kawasan tersebut
dikelompokkan menjadi jenis flora non-budidaya dan budidaya.
Jenis flora non-budidaya yang terdapat adalah pohon, herba dan
semak liar yang umum dikenal antara lain :

Tabel 6.6 Jenis flora non-budidaya di sekitar lokasi kegiatan


Nama Daerah Nama ilmiah Perawakan

Rumput teki Cyperus rotundus Herba

Tumbuhan rambat Cylea barbata Herba

Sumber : Hasil pengamatan lapangan 2019

1) Vegetasi Alam : Vegetasi alami yang dominan ditemukan di lokasi


kegiatan adalah rumput-rumputan.
2) Vegetasi Budaya : Umumnya jenis tanaman yang ditemukan di lokasi
kegiatan adalah jenis tanaman budidaya, hal ini dikarenakan lokasi
kegiatan berada dalam pemukiman penduduk. Jenis tanaman yang
ditemukan beragam. Berdasarkan pengamatan, jenis- jenis
tumbuhan/tanaman yang terdapat di lokasi kegiatan ditampilkan pada
Tabel 6.7
Tabel 6.7 Jenis tanaman budidaya di sekitar lokasi kegiatan
Nama Daerah Nama Ilmiah Perawakan
Cemara Casuarina equisetifolia Pohon
Bakau Rhizophora Mucronata Tiang
Ketapang Terminalia cattapa Pohon
Kelapa Cocos nucifera Pohon
Rumput gajah Pennisetum purpureum Semak
Mangga Mangifera indica Pohon
Ubi kayu Manihot esculenta Pancang
Sumber : Hasil pengamatan lapangan 2019

Vegetasi budidaya yang dominan ditemukan di lokasi kegiatan


adalah Kelapa (Cocus nucifera) tanaman ini tumbuh secara alami di
pesisir pantai Ujong Blang

b. Fauna
1) Satwa Liar

Satwa liar merupakan salah satu kekayaan hayati yang terdapat di


suatu tempat. Secara definisi satwa liar adalah berbagai vertebrata yang
hidup liar, yang berasosiasi dengan lingkungannya dalam suatu ekosistem
alam (Alikodra, 1990). Dalam sebuah ekosistem fungsi satwa liar antara
lain sebagai konsumen, penyerbuk, penyebar biji dan pengontrol populasi
mangsanya.

Pengambilan data dilakukan dengan cara mengamati secara


langsung dan pengamatan secara tidak langsung melalui wawancara
dengan penduduk setempat. Data yang dikumpulkan berupa daftar jenis
(list of species), keadaan populasi dalam kelompoknya. Kawasan habitat
alami ditemukan meskipun sangat sedikit dan luasannya sangat kecil, jenis
satwa yang didapatkan beragam.

Jenis satwa liar yang ditemukan di kawasan di sekitar lokasi


dikelompokkan atas lima kelompok besar, yaitu mamalia, burung ( aves),
reptilian, amphibian dan insekta. Jenis satwa liar yang terdapat di lokasi
kegiatan ditampilkan pada table berikut.

Tabel 6.9 Daftar jenis satwa di lokasi kegiatan

Nama Daerah Nama Ilmiah Keterangan


Musang Paradoxurus hermaphrodites Mamalia
Tikus Rattus sp Mamalia
Balam Streptopelia cinensis Aves
Burung madu sriganti Nectarinia jugularis Aves
Biawak Varanus salvatorius Reptilia
Kadal Maboyya multifasciata Reptilia
Katak Rana sp Amphibia
Kupu-kupu Pieris sp Insekta
Capung Pantala flavescens Insekta
Sumber: Hasil pengamatan lapangan 2019

2) Satwa Peliharaan

Untuk ternak dan satwa peliharaan diperhatikan populasi dan


jenisnya yang terdapat di sekitar kegiatan. Selain itu diperhatikan pula
jenis dan keterdapatan di tempat tersebut. Selain pengambilan data primer,
data sekunder dari informasi masyarakat setempat juga digunakan sebagai
pendukung. Jenis satwa peliharaan yang umumnya terdapat dilokasi
kegiatan dapat dilihat pada Tabel 6.10

Tabel 6.10 Daftar jenis hewan ternak dan peliharaan di sekitar lokasi kegiatan
Nama Daerah Nama Ilmiah Keterangan
Ayam Galus galus Burung/hewan ternak
Kucing Felis silvestris, Felis catus Mamalia/Hewan peliharaan
Sumber: Hasil pengamatan lapangan 2019

Pihak pemrakarsa harus memperhatikan tradisi masyarakat Aceh


yaitu, adat istiadat dan kebiasaan hidup yang sangat menjunjung tinggi
nilai religius (agama) Islam, sebagaimana Aceh yang dijuluki dengan
daerah Serambi Mekah, karena nilai keislaman masyarakat Aceh
masih sangat kental
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

APHA, 1997, Standard Methods for the Examination Water and Waste Water,
American Public Health Association, 20th Edition, Washington DC

Arrie, Herlambang.2012. Proses Nitrifikasi dengan Sistem Biofilter untuk


Pengolahan Air Limbah yang Mengandung amoniak .Issn 195-204 Vol. 3 No.3
Jurnal Teknologi Lingkungan
Housecroft, C. E. & Sharpe, A.G. 2010. Inorganik Chemistry, second edition.
Pearson Prentice Hall: London.
Ingrid S. S., Agus Sudibyo, dan Priyo Waspodo, 2018, Pengantar Keamanan Pangan
untuk Industri Pangan, Binus University
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2012 Tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup

PP. No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran

Air Peraturan Menteri Kementerian Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012


Tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki analisis mengenai dampak
lingkungan hidup

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan


Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Anda mungkin juga menyukai