Abstrak
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah laut yang sangat luas. Hal
ini merupakan potensi sumber daya alam yang sangat besar untuk dikembangkan. Sektor
kelautan dan perikanan sangat dibutuhkan perannya untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam kegiatan
usaha perikanan khususnya perikanan tangkap di laut, terlibat tiga unsur utama yaitu
komoditas perikanan laut, pelabuhan perikanan dan manusia sebagai pengelolanya.
Sehingga diperlukan usaha-usaha pengembangan ketiga unsur perikanan tersebut, yaitu
dengan penggunaan IPTEK perikanan laut dan pengembangan sarana dan prasarana lainnya
yang berhubungan dengan usaha perikanan tangkap laut.
B86
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Unsyiah 2017, April 13, 2017, Banda Aceh, Indonesia
angkut logistik dalam jumlah besar. Kondisi topologi Aceh sendiri yang dikelilingi oleh lautan
menjadikan Aceh sangat berketergantungan pada transportasi laut untuk mengakses
wilayah lainnya terutama luar negeri. Pengembangan pelabuhan di Aceh dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah Aceh berpedoman pada suatu tatanan kepelabuhanan yang secara
hirarki dan terorganisasi dalam beberapa zona pengembangan transportasi. Zona
transportasi ini terbagi atas empat wilayah: Zona Pusat, Zona Utara-Timur, Zona Barat-
Selatan dan Zona Tenggara Selatan. Setiap zona diarahkan menjadikan pelabuhan sebagai
titik simpul jaringan yang akan menjembatani ke simpul transportasi di luar Aceh (skala
regional, nasional, dan internasional).
Pelabuhan dalam aktivitasnya mempunyai peran penting dan strategis untuk pertumbuhan
industri dan perdagangan serta merupakan segmen usaha yang dapat memberikan
kontribusi bagi pembangunan nasional. Hal ini membawa konsekuensi terhadap pengelolaan
segmen usaha pelabuhan tersebut agar pengoperasiannya dapat dilakukan secara efektif,
efisien dan profesional sehingga pelayanan pelabuhan menjadi lancar, aman, dan cepat
dengan biaya yang terjangkau. Secara teoritis, sebagai bagian dari mata rantai transportasi
laut, fungsi pelabuhan adalah tempat pertemuan (interface) dua moda angkutan atau lebih
serta interface berbagai kepentingan yang saling terkait. Barang yang diangkut dengan
kapal akan dibongkar dan dipindahkan ke moda lain seperti moda darat (truk atau kereta
api). Sebaliknya barang yang diangkut dengan truk atau kereta api ke pelabuhan bongkar
akan dimuat lagi ke kapal.
Oleh sebab itu berbagai kepentingan saling bertemu di pelabuhan seperti perbankan,
perusahaan pelayaran, bea cukai, imigrasi, karantina, syahbandar dan pusat kegiatan
lainnya. Atas dasar inilah dapat dikatakan bahwa pelabuhan sebagai salah satu infrastruktur
transportasi, dapat membangkitkan kegiatan perekonomian suatu wilayah karena
merupakan bagian dari mata rantai dari sistem transportasi maupun logistik. Namun jika
kita melihat kenyataan yang ada, harus kita akui bahwa memang pelabuhan-pelabuhan
yang ada di Aceh masih belum dikelola dengan baik.
Efektivitas sistem jaringan transportasi Aceh masih jauh dari hasil yang diharapkan.
Keberadaan pelabuhan-pelabuhan di Aceh saat ini masih terkesan terpisah dengan moda
jaringan transportasi lainnya. Pembangunan yang dilaksanakan masih dijalankan secara
terpisah diakibatkan berbagai persoalan kelembagaan dan kewenangannya, pendanaan dan
visi yang berbeda-beda di tiap daerah. Selain itu tidak ada fokus dari Pemerintah Aceh
dalam menetapkan prioritas pembangunan pelabuhan di masing-masing wilayah. Hampir di
setiap kabupaten/kota memiliki pelabuhan yang ingin dikembangkan. Sehingga semua dana
yang sudah dialokasikan tidak bisa terserap dengan baik. Banyak pelabuhan yang
berkembang hanya untuk melayani kebutuhan domestik, sehingga tidak mampu melakukan
ekspor-impor karena fasilitas yang tidak memadai
Revitalisasi perikanan tangkap sebagai salah satu kegiatan pembangunan perikanan di Aceh
diharapkan dapat menjadi sumber pertumbuhan baru (engine of growth) perekonomian
daerah. Hal penting yang sangat menunjang kegiatan perikanan tangkap adalah
B87
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Unsyiah 2017, April 13, 2017, Banda Aceh, Indonesia
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 37/
Permen-KP/2015 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang
Kelautan dan Perikanan Tahun 2016 dijelaskan bahwa Pelabuhan perikanan adalah tempat
yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai
tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan
sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh dan/atau bongkar muat ikan yang
dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan.
Pengembangan pelabuhan perikanan diarahkan untuk meningkatkan fasilitas/sarana dan
prasarana pelabuhan perikanan dalam memenuhi kapasitas produksi atau pemenuhan
fasilitas agar pelabuhan perikanan dapat memiliki syarat minimal operasional.
Sesuai dengan PP No.61 Tahun 2009 yang menyebutkan bahwa dalam penetapan hierarkhi
kepelabuhan, Pelabuhan Utama memiliki karakteristik kedekatan secara geografis dengan
tujuan pasar internasional, kedekatan dengan jalur pelayaran internasional, memiliki jarak
tertentu dengan pelabuhan utama lainnya, memiliki luas daratan dan perairan tertentu,
mampu melayani kapal dengan kapasitas tertentu, tempat alih muat penumpang dan
barang internasional, dan volume kegiatan bongkar muat dengan jumlah tertentu.
Berdasarkan hal tersebut, keberadaan wilayah Aceh yang didukung oleh Alur laut Kepulauan
Indonesia (ALKI) I, berada pada lintasan koridor pelayaran internasional di Selat Malaka
sangat potensial untuk memiliki Internasional Hub Port.
B88
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Unsyiah 2017, April 13, 2017, Banda Aceh, Indonesia
Hal lain terkait regulasi adalah ketidakjelasan batasan kewenangan dalam hirarkhi
pelabuhan. Dalam klasifikasi tersebut dijelaskan, Pelabuhan Utama merupakan kewenangan
pemerintah pusat, pelabuhan pengumpul merupakan kewenangan Provinsi dan Pelabuhan
Pengumpan merupakan kewenangan Kabupaten/Kota. Sedangkan berdasarkan UUPA,
kewenangan terhadap seluruh pelabuhan di Aceh menjadi tanggung jawab Pemerintah
Aceh. Mengingat besarnya tanggung jawab yang diemban, hal ini membutuhkan persiapan
yang sangat besar terkait keberadaan otoritas pelabuhan, sumber daya manusia, dan
berbagai fasilitas pendukung sampai dengan dukungan dunia usaha, agar dapat
terlaksananya amanat undang-undang maka selanjutnya Pemerintah Aceh harus segera
menentukan langkah-langkah apa yang perlu diambil dalam melaksanakan UUPA untuk
menjalankan kewenangan mengelola pelabuhan (Dishubkomintel Aceh, 2017).
Penentuan pelabuhan utama untuk ekspor ikan tuna di Aceh perlu dilakukan untuk
pengembangan kawasan industri perikanan yang maju di Aceh. Beberapa faktor yang
mempengaruhi keputusan lokasi adalah:
1. Produktivitas tenaga kerja;
2. Nilai tukar mata uang;
3. Budaya;
4. Perubahan perilaku menuju industry; dan
5. Kedekatan pada pangsa pasar, para pemasok dan para pesaing.
Terdapat empat metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah lokasi, yaitu:
B89
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Unsyiah 2017, April 13, 2017, Banda Aceh, Indonesia
5. Mengalikan skor itu dengan bobot dari setiap faktor, dan menentukan jumlah total
untuk setiap lokasi; dan
6. Membuat rekomendasi yang didasarkan pada skor laba maksimal, dengan juga
mempertimbangkan hasil dari pendekatan kuantitatif.
Lokasi yang ideal adalah lokasi yang membuat jarak tertimbang antara gudang dan outlet
pengecernya menjadi minimal, jarak ini diberi bobot sesuai dengan banyaknya kontainer
yang diangkut. Langkah pertama dalam metode pusat gravitasi adalah menempatkan lokasi
pada suatu sistem koordinat. Titik asal sistem koordinat dan skala yang digunakan bersifat
berubah-ubah selama jarak relative (antar lokasi) dinyatakan secara tepat. hal ini mudah
dilakukan dengan menempatkan titik-titik pada peta biasa. Pusat gravitasi dapat ditentukan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
Model Transportasi
Tujuan dari model transportasi adalah untuk menetapkan pola pengiriman terbaik dari
beberapa titik penawaran (pasokan/sumber) ke beberapa titik permintaan (tujuan) agar
dapat meminimalkan produksi total dan biaya transportasi. Walaupun teknik pemrograman
linier dapat digunakan untuk menyelesaikan jenis masalah ini, telah dikembangkan
algoritma bertujuan khusus yang lebih efisien untuk aplikasi transportasi. Model
Transportasi memberikan solusi awal yang pantas, kemudian perbaikan bertahap dilakukan
hingga solusi optimal dicapai.
B90
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Unsyiah 2017, April 13, 2017, Banda Aceh, Indonesia
Dalam penentuan pelabuhan utama ekspor ikan tuna ini menggunakan metode pusat
gravitasi karena dinilai lebih fleksibel dan tidak memerlukan lokasi yang memerlukan
pembatasan.
Tabel 1 Titik Koordinat Pelabuhan dan Volume Ikan Tuna yang Dihasilkan/hari (ton)
Koordinat Volume ikan tuna yang
No Pelabuhan
X y dihasilkan/hari (ton)
1 PPS Lampulo 5.34 95.19 170
2 PPP Kuala Meureudu 4.57 97.45 50
3 PPN Kuala Idi 4.54 96.1 50
4 PPP Meulaboh 4.06 96.35 32
= 4.94
95.19x170+97.45x50+96.1x50+96.35x32
Koordinat x pusat gravitasi =
170 + 50 + 50 +32
= 95.84
B91
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Unsyiah 2017, April 13, 2017, Banda Aceh, Indonesia
Aceh, termasuk ekspor komoditi perkebunan, pertanian dan hasil industri lainnya (VOA
Indonesia, 2012).
Rencana pembangunan pelabuhan ekspor di Pidie Jaya cukup strategis dan berbatasan
langsung dengan akses perdagangan melalui jalur laut terpadat di dunia, yaitu berada di
sekitar perairan selat Malaka. Kalangan praktisi maritim sebelumnya mengatakan, wilayah
tangkapan tuna di Aceh salah satu yang terluas di Asia, mencakup hingga berbatasan
dengan perairan (internasional) di Selat Malaka, Laut Andaman serta Samudera Hindia di
bagian barat dan utara provinsi Aceh. Untuk mengembangkan potensi ini, dibutuhkan
komitmen para pihak yang berkepentingan dalam menghadapi masalah-masalah
lingkungan, stabilitas harga, kualitas dan kapasitas tangkapan hasil perikanan laut
termasuk tuna, agar lebih proporsional sesuai kebutuhan pasar ekspor, baik lokal maupun
global. Beberapa faktor yang perlu mendapat perhatian serta pertimbangan dalam
pengembangan pelabuhan ekspor utama untuk komoditi ikan tuna adalah sebagai berikut:
1. Pertumbuhan/perkembangan ekonomi daerah penyangga (hinterland) dari pelabuhan
yang bersangkutan;
2. Perkembangan industri yang terkait dengan pelabuhan;
3. Data arus (cargo flow) sekarang dan perkiraan yang akan datang serta jenis dan
macam komoditi yang akan keluar masuk;
4. Tipe dan ukuran kapal yang diperkirakan akan memasuki pelabuhan;
5. Jaringan jalan (prasarana dan sarana angkutan dari/ke daerah penyangga;
6. Alur masuk/keluar menuju laut;
7. Aspek nautis dan hidraulis;
8. Dampak keselamatan dan lingkungan hidup;
9. Analisa ekonomi dan keuangan; dan
10. Koordinasi antara lembaga penyelenggara yang seimbang.
Kesimpulan
Berdasarkan metode pusat gravitasi, tulisan ini menyarankan Pelabuhan Perikanan yang
layak dikembangkan menjadi pelabuhan utama untuk ekspor ikan tuna di Aceh adalah
Pelabuhan Kuala Meureudu Pidie Jaya. Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah perlu
mengembangkan pelabuhan perikanan ini sehingga menjadi pelabuhan ekspor tuna
terbesar dengan standar internasional sehingga dapat meningkatkan perekonomian
masyarakat Aceh.
Daftar Pustaka
Aksen, A., Altinkemer, K. (2008). A location-routing problem for the conversion to the
‘‘click-and-mortar” retailing: The static case, European Journal of Operational
Research, 186 : 554–575.
Ambrosino, D., Scutellà, M.G. (2005). Distribution network design: New problems and
related models, European Journal of Operational Research, 165 : 610–624.
Aghezzaf, E. (2005). Capacity planning and warehouse location in supply chains with
uncertain demands, Journal of the Operational Research Society, 56 : 453–462.
Avittathur, B., Shah, J., Gupta, O.K. (2005). Distribution centre location modelling for
differential sales tax structure, European Journal of Operational Research, 162 :
191–205.
Amiri. (2006). Designing a distribution network in a supply chain system: Formulation
and efficient solution procedure, European Journal of Operational Research 171
(2006) 567–576.
Chen, S., Liu, X. (2006). Factors That Affecting Logistics Center Location and One Site
Selecting Method. Weinan Teacher's college Journal, 21(2) : 22-24
B92
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Unsyiah 2017, April 13, 2017, Banda Aceh, Indonesia
B93