Anda di halaman 1dari 18

PERENCANAAN LAYOUT PELABUHAN MALAHAYATI,

KABUPATEN ACEH BESAR, PROVINSI ACEH


Layout Design of Malahayati Port at Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh

Alya Rismayanti1 dan Paramashanti2


Program Studi Teknik Kelautan
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesha 10 Bandung 40132
1
rismayantialya@gmail.com dan 2parama@ocean.itb.ac.id

Abstrak: Sebagai negara kepulauan, Indonesia dituntut untuk memiliki keterhubungan dan
keterjangkauan antar pulau-pulau dan wilayah di dalamnya. Maka dari itu, dibutuhkan sarana dan
prasarana penunjang transportasi laut, sungai, danau, dan penyebrangan sebagai penghubung utama antar
pulau-pulau di Indonesia, maupun Indonesia dengan negara-negara lain. Keterhubungan tersebut sangat
penting terutama dalam hal pengangkutan barang ekspor ataupun impor yang mempunyai peran strategis
sebagai pendukung kegiatan pembangunan perekonomian, industri, dan perdagangan. Pelabuhan
merupakan sarana utama untuk mewujudkan keterhubungan tersebut dimana pada tahun 2014 terdapat
sekitar 2,392 pelabuhan dan 11 pelabuhan komersial diantaranya berada di Aceh. Provinsi Aceh termasuk
ke dalam Koridor Ekonomi Sumatera dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025, namun sebagian besar komoditas ekspor dari sektor perkebunan
dan pertanian yang berasal dari Provinsi Aceh selama ini diekspor melalui Pelabuhan Belawan di
Sumatera Utara karena pelabuhan-pelabuhan umum yang diusahakan di Aceh belum memadai. Maka dari
itu, direncanakan pembangunan Pelabuhan Malahayati sebagai pelabuhan umum yang diusahakan di
Kecamatan Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh untuk melayani angkutan barang general
cargo dan peti kemas nasional dan internasional.

Pada tugas akhir ini akan akan dianalisis kebutuhan fasilitas darat dan perairan untuk terminal general
cargo dan terminal peti kemas Pelabuhan Malahayati berdasarkan prediksi arus barang dan peti kemas
yang akan dilayani pelabuhan, serta kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan meliputi arah dan kecepatan
arus, serta arah dominan dan tinggi gelombang berdasarkan pemodelan hidrodinamika menggunakan
software Delft3D. Pemodelan gelombang dilakukan pada lokasi tinjauan sebelum dan sesudah diberi
struktur breakwater. Kemudian ditentukan beberapa alternatif layout pelabuhan meliputi alternatif tata
letak breakwater dan orientasi dermaga untuk selanjutnya dipilih layout pelabuhan terbaik berdasarkan
faktor lingkungan, kemudahan akses alur pelayaran, serta faktor biaya dan volume pekerjaan
menggunakan skoring matriks. Faktor lingkungan yang ditinjau ialah tinggi gelombang pada kolam
pelabuhan setelah diberi struktur breakwater, kemudahan akses alur pelayaran ditinjau berdasarkan
tikungan pada alur pelayaran, sedangkan faktor biaya dihitung berdasarkan harga satuan pekerjaan trestle
dan volume pekerjaan breakwater.

Kata Kunci: Layout, Pelabuhan, Terminal, General Cargo, Peti Kemas, Breakwater, Delft3D

Abstract: As an archipelago country, Indonesia should has a connectivity and accessability between its
islands and regions. Therefore, infrastructure is needed to support sea, river, lake, and crossover
transportation as a main connector between islands in Indonesia, or between Indonesia and other
countries. These connectivity is very important especially for transporting export and import commodities
which has a strategic role to support trade, ecomonic, and industrial development. Port is the main
infrastructure to create these connectivity where in 2014, there were 2,392 ports in Indonesia with 11
commercial ports were located in Aceh. Provinsi Aceh is a part of Koridor Ekonomi Sumatera in
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Masterplan 2011-2025, but the
majority of its export commodities from plantation and agriculture sector were exported through Belawan
Port in Sumatera Utara because most of public ports in Aceh hadn’t fulfill the standards. Depends on
those considerations, the construction of Malahayati Port as a public port which is located in Kecamatan
Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh to handle both domestic and international general
cargo and container transportation is planned.

In this final bachelor thesis, the shore and offshore facilities for general cargo and container terminal in
Malahayati Port will be analyzed based on general cargo and container traffic which will be handled by
the port, and environmental condition. The environmental condition itself consisted of direction and
current speed, and also main direction of wave and wave height based on hydrodynamics modelling using
Delft3D software. The wave modelling will be done in observation area before and after the breakwater
structure is built. Then, several layout alternatives of the port can be determined. The layout alternatives
will consist of breakwater layout and berth orientation alternatives for then the best port layout can be
chosen based on environmental factor, accessability of navigation channel, and also cost and work
volume factor using scoring matrix. The environmental factor that will be scored is the wave height in the
basin after the breakwater structure is built, the accessability of navigation channel will be scored by
whether there is a turnover or not, while the cost and work volume factor will be scored based on the cost
needed to build the trestle and the work volume of breakwater structure.

Keyword: Layout, Port, Terminal, General Cargo, Container, Breakwater, Delft3D


PENDAHULUAN diusahakan untuk melayani angkutan
barang general cargo dan peti kemas
Sebagai negara kepulauan, nasional dan internasional.
Indonesia dituntut untuk memiliki
Dalam penulisan Tugas Akhir ini,
keterhubungan dan keterjangkauan antar
akan dilakukan identifikasi kebutuhan
pulau-pulau dan wilayah di dalamnya.
fasilitas darat dan perairan pelabuhan yang
Keterhubungan tersebut sangat penting
diperlukan oleh Terminal General Cargo
terutama dalam hal pengangkutan barang dan Peti Kemas Pelabuhan Malahayati di
ekspor ataupun impor yang mempunyai Kabupaten Aceh Besar, penentuan beberapa
peran strategis sebagai pendukung kegiatan
alternatif orientasi dan desain layout
pembangunan perekonomian, industri, dan
fasilitas darat dan perairan Pelabuhan
perdagangan. Saat ini, transportasi laut,
Malahayati di Kabupaten Aceh Besar, serta
sungai, danau, dan penyebrangan Indonesia pemilihan alternatif terbaik layout Terminal
digunakan oleh sekitar 90% perdagangan General Cargo dan Terminal Peti Kemas
domestik dan internasional.
Pelabuhan Malahayati berdasarkan kondisi
Pelabuhan merupakan sarana utama
lingkungan, kemudahan akes alur pelayaran,
untuk mewujudkan keterhubungan tersebut.
serta faktor biaya dan volume pekerjaan
Berdasarkan data Kementerian
yang dilakukan menggunakan skoring
Perhubungan (2014), di Indonesia terdapat matriks.
2,392 pelabuhan yang terdiri dari 111
pelabuhan komersial, 1,481 pelabuhan non
- komersial, dan 800 Terminal Khusus TEORI DAN METODOLOGI
untuk Kepentingan Sendiri. Sementara itu,
Secara umum, metodologi
11 pelabuhan di antaranya berada di
pengerjaan tugas akhir mengenai
Provinsi Aceh.
Provinsi Aceh termasuk ke dalam perencanaan layout terminal general cargo
Koridor Ekonomi Sumatera dalam dan teriminal peti kemas Pelabuhan
Masterplan Percepatan dan Perluasan Malahayati dapat dilihat pada Gambar 2. 1.
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
2011-2025. Namun, sebagian besar
komoditas ekspor dari sektor perkebunan
dan pertanian yang berasal dari Provinsi
Aceh selama ini diekspor melalui
Pelabuhan Belawan di Sumatera Utara
karena pelabuhan-pelabuhan umum yang
diusahakan di Provinsi Aceh masih belum
memadai sehingga Provinsi Aceh
mengalami potensi kerugian ekonomi
mencapai Rp 14.435 miliar per tahun akibat
transaksi ekspor melalui pelabuhan di luar
Provinsi Aceh.
Pelabuhan Malahayati adalah
pelabuhan yang direncanakan akan
dibangun di Kecamatan Mesjid Raya,
Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh dan
akan ditargetkan sebagai infrastruktur
pendukung Koridor Ekonomi Sumatera
dalam MP3EI, dan Kawasan Industri Aceh
(KIA). Sehubungan dengan itu, berdasarkan
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Aceh
2013-2033 oleh Dishubkomintel Provinsi
Aceh, Pelabuhan Malahayati akan
diarahkan sebagai pelabuhan umum yang

1
Gambar 2. 1 Metodologi pengerjaan tugas akhir.

2
Pelabuhan adalah tempat yang terdiri Singapura, dan Pelabuhan Bungkutoko di
atas daratan dan/atau perairan dengan Sulawesi Tenggara. Layout terminal
batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan general cargo dan peti kemas yang terletak
pemerintahan dan kegiatan pengusahaan di Jurong Port dapat dilihat pada Gambar
yang dipergunakan sebagai tempat kapal 2. 3. Sedangkan layout terminal general
bersandar, naik turun penumpang, dan/atau cargo dan peti kemas pada Pelabuhan
bongkar muat barang, berupa terminal dan Bungkutoko dapat dilihat pada Gambar 2.
tempat berlabuh kapal yang dilengkapi 4.
dengan fasilitas keselamatan dan keamanan
pelayaran dan kegiatan penunjang
pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan
intra-dan antarmoda transportasi.
Tempat untuk pemindahan muatan
pada pelabuhan di antara sistem
pengangkutan yang berbeda yaitu dari Gambar 2. 3 Layout Combi Terminal,
angkutan darat ke angkutan laut ataupun Jurong Port, Singapura.
sebaliknya disebut terminal. Terminal
dibedakan berdasarkan jenis muatan yang
dilayaninya seperti barang umum (general
cargo), barang curah (bulk cargo), dan peti
kemas (container). Masing-masing terminal
mempunyai bentuk dan fasilitas yang
berbeda-beda. Namun beberapa jenis
terminal tersebut dapat berada dalam satu
pelabuhan yang sama, dan letak antara
terminal satu dengan lainnya dapat
berdampingan.
Pada Tugas Akhir ini, pelabuhan Gambar 2. 4 Layout Pelabuhan
Malahayati direncanakan akan melayani Bungkutoko, Kendari, Sulawesi Tenggara.
muatan jenis general cargo dan peti kemas, Untuk membantu kegiatan operasi
sehingga dalam pelabuhan Malahayati akan khususnya dalam menanani muatan, baik
terdapat dua jenis terminal yang saling terminal peti kemas ataupun general cargo,
berdampingan. Adapun contoh layout umumnya dilengkapi oleh fasilitas-fasilitas
penggabungan antara terminal general darat berikut.
cargo dengan peti kemas dapat dilihat pada
Gambar 2. 2. 1. Apron
Apron adalah halaman di atas dermaga
yang terbentang dari sisi muka dermaga
sampai gudang laut atau lapangan
penumpukan terbuka. Panjang apron sama
dengan ukuran panjang dermaga. Lebar
apron yaitu sekitar 15-50 meter, bergantung
pada peralatan bongkar muat, truk, dan
peralatan lain yang ditempatkan di atasnya.
Gambar 2. 2 Contoh penggabungan terminal
general cargo dan terminal peti kemas. 2. Yard Area

Pelabuhan lain yang juga Yard area merupakan wilayah di


menggabungkan antara terminal general belakang apron. Menurut Thoresen (2014),
cargo dan terminal peti kemas, atau luas yard area dapat dihitung menggunakan
memiliki kedua terminal tersebut secara Pers.1 dan Pers.2.
berdampingan diantaranya Jurong Port di

3
𝐴 𝑇 = 𝐴𝑃𝑌 + 𝐴𝐶𝐹𝑆 + 𝐴𝐸𝐶 + 𝐴𝑅𝑂𝑃 Pers.1 𝐷 : Dwell time atau lamanya peti
kemas berada di stacking area saat
transit (dalam hari). Dwell time
Pers.2 dapat menggunakan nilai-nilai yang
𝐶𝑇𝐸𝑈 × 𝐷 × 𝐴 𝑇𝐸𝑈 × (1 + 𝐵𝑓 )
𝐴𝑇 = tertera pada Tabel 2. 1.
365 × 𝐻 × 𝐿 × 𝑁 × 𝑆
Tabel 2. 1 Dwell Time Peti Kemas saat
Transit
Dimana,
Jenis Peti Kemas Dwell Time (hari)
𝐴𝑇 : Luas yard area total
Impor 7
𝐴𝑃𝑌 : Luas lapangan primer (lapangan Ekspor 5
penumpukkan peti kemas), yaitu Kosong 20
antara 50 – 70% dari luas yard area
keseluruhan 𝐵𝑓 : Buffer storage factor (nilainya
antara 0.05 – 0.1)
𝐴𝐶𝐹𝑆 : Luas container freight station,
yaitu antara 15 – 30% dari luas 𝑁 : Primary yard area atau
yard area keseluruhan perbandingan antara luas lapangan
peti kemas dengan luas total yard
𝐴𝐸𝐶 : Luas lapangan peti kemas kosong, area. Umumnya nilainya bervariasi
yaitu antara 10 – 20% dari luas antara 0.6 – 0.75 dari total yard
keseluruhan area.
𝐴𝑅𝑂𝑃 : Luas fasilitas pendukung seperti 𝐿 : Layout factor bergantung pada
jalan, bangunan kantor, lapangan bentuk area terminal (0.7 untuk
parkir, dan sebagainya. Umumnya area berbentuk segitiga dan 1.0
bernilai 5 – 15% dari luas untuk area berbentuk persegi
keseluruhan. panjang)
𝐶𝑇𝐸𝑈 : Kapasitas peti kemas (dalam 𝑆 : Segregation factor bergantung
TEUs) per tahun pada perbedaan tujuan peti kemas,
𝐻 : Rasio rata-rata tinggi penumpukan sistem pemeliharaan peti kemas,
peti kemas dengan tinggi prosedur-prosedur, dan lain-lain
maksimum penumpukan peti kemas, (umumnya bervariasi antara 0.8 –
biasanya berkisar antara 0.5 – 0.8 1.0)

𝐴 𝑇𝐸𝑈 : Luas area yang dibutuhkan per Luas gudang dan lapangan
TEU, bergantung pada sistem penumpukkan pada Terminal General
penanganan peti kemas yang dapat Cargo dapat dihitung menggunakan Pers.3.
dilihat pada Gambar 2. 5. Pers.3
𝑇 × 𝑇𝑟𝑇 × 𝑆𝑓
𝐴=
365 × 𝑆𝑡ℎ × (1 − 𝐵𝑆)

Dimana,
𝐴 : Luas gudang (𝑚2 )
𝑇 : Throughput per tahun (muatan
yang lewat setiap tahun, dalam ton)
𝑇𝑟𝑇 : Transit time / dwelling time
(waktu transit, dalam hari)
𝑆𝑓 : Storage factor (rata-rata volume
untuk setiap satuan berat komoditi,
dalam 𝑚3 /𝑡𝑜𝑛 ; misalkan setiap 1
𝑚3 muatan mempunyai berat 1.5
Gambar 2. 5 Luas area yang dibutuhkan per ton berarti Sf = 1/1.5 = 0.6667)
TEU.

4
𝑆𝑡ℎ : Stacking height (tinggi Elevasi dermaga dapat dihitung
penumpukkan muatan, dalam m) menggunakan Pers.6.
𝐵𝑆 : Broken storage of cargo (volume
𝐸𝐷 = 𝐻𝑊𝑆 + 0.5𝐻𝑑 + 𝑆𝑆 + 𝐹
Pers.6
ruang yang hilang di antara
tumpukan muatan dan ruangan
yang diperlukan untuk lalu lintas Dimana,
alat pengangkut seperti forklift atau 𝐸𝐷 : Elevasi dermaga (m)
peralatan lain untuk menyortir, 𝐻𝑊𝑆 : Muka air tertinggi ditinjau dari
menumpuk, dan memindahkan LWS (m)
muatan, dalam %) 𝐻𝑑 : Tinggi gelombang rencana (m)
Fasilitas-fasilitas perairan pelabuhan 𝑆𝑆 : Storm surge jika ada (m)
antara lain sebagai berikut. 𝐹 : Freeboard (m)
1. Dermaga
1. Alur Pelayaran
Dermaga adalah suatu bangunan
pelabuhan yang digunakan untuk merapat Alur pelayaran digunakan untuk
dan menambatkan kapal yang melakukan mengarahkan kapal yang akan masuk ke
bongkar muat barang dan menaik-turunkan kolam pelabuhan. Lebar alur pelayaran
penumpang. Panjang dermaga dapat untuk satu jalur dapat dihitung
dihitung menggunakan Pers.4 dengan menggunakan Pers.7.
ilustrasi yang ditunjukkan oleh Gambar 2. Pers.7
6. 𝐿𝑝 = 0.5 × 𝐿𝑂𝐴

Dimana,
𝐿𝑝 : Lebar alur pelayaran (m)
𝐿𝑂𝐴 : Panjang kapal rencana (m)

Alur pelayaran disarankan didesain


Gambar 2. 6 Ilustrasi penentuan panjang dengan alur yang lurus atau setidaknya
dermaga. sudut tikungan tidak lebih dari 30°. Lebar
𝐿𝐷 = (𝑛 × 𝐿𝑂𝐴 ) + (𝑛 + 1) × 10%𝐿𝑂𝐴 Pers.4 alur pelayaran pada tikungan minimum
dapat dihitung menggunakan Pers.8.

Dimana, 𝐿′𝑝 = 𝐿𝑂𝐴 Pers.8


𝐿𝐷 : Panjang dermaga (m)
𝑛 : Jumlah tambatan
Dimana,
𝐿𝑂𝐴 : Panjang kapal rencana (m)
𝐿′𝑝 : Lebar alur pelayaran pada
Menurut Thoresen (2014), perhitungan tikungan (m)
lebar dermaga dapat dilakukan
menggunakan Pers.5. Kedalaman alur pelayaran dapat
Pers.5 dihitung seperti Pers.9 berikut dengan
𝑊𝐷 = 𝐶 + 𝑅 + 𝑇 ilustrasi seperti pada Gambar 2. 7.
Dimana,
𝐷 = 1.1 × 𝑑 Pers.9
𝑊𝐷 : Lebar dermaga
C : Jarak dari titik tambat kapal
menuju crane rail (clearance) tidak
boleh kurang dari 2.5 meter.
R : Jarak antar crane rail
T : Backreach crane Gambar 2. 7 Ilustrasi penentuan panjang
dermaga

5
2. Kolam Pelabuhan miring, breakwater sisi tegak, dan
breakwater sisi campuran.
Kolam pelabuhan merupakan kawasan
perairan yang terlindungi dari pengaruh Perencanaan fasilitas darat dan perairan
gelombang, angin, dan arus agar perairan pelabuhan juga mempertimbangkan kondisi
tersebut aman digunakan untuk kepentingan lingkungan seperti batimetri, angin,
operasional sandar dan olah gerak kapal. gelombang, pasang surut, dan arus.
Kolam pelabuhan dikatakan aman jika Pengolahan data lingkungan yang dilakukan
tinggi gelombang memenuhi kriteria pada ialah hindcasting (peramalan gelombang
Tabel 2. 2 berdasarkan jenis kapal yang berdasarkan data angin) serta peramalan
dilayani pelabuhan tersebut. pasang surut. Diagram alir proses
hindcasting dapat dilihat pada Gambar 2. 8.
Tabel 2. 2 Syarat Keamanan Kolam
Pelabuhan
Tinggi
Jenis
Gelombang Keterangan
Kapal
(Hs)
Kapal Kecil 0.3 m < 500 GT
Kapal 500 GT ≤
Menengah / 0.5 m Kapal <
Besar 50,000 GT
Kapal
Sangat 0.7 - 1.5 m ≥ 50,000 GT
Besar

Lebar pintu masuk pelabuhan


minimum dapat dihitung berdasarkan
Pers.10.
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑝𝑖𝑛𝑡𝑢 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 = 0.7 × 𝐿𝑂𝐴 Pers.10

Di dalam kolam pelabuhan, terdapat


kolam putar yang berfungsi sebagai tempat Gambar 2. 8 Diagram alir proses
kapal melakukan putaran untuk keperluan hindcasting.
tambat atau pergi meninggalkan pelabuhan.
Ketentuan untuk diameter kolam putar HASIL DAN PEMBAHASAN
ditunjukkan pada Tabel 2. 3.
A. Kondisi Lingkungan
Tabel 2. 3 Ketentuan Diameter Kolam
Untuk meramalkan kondisi pasang
Putar
surut selama 18.6 tahun pada lokasi rencana
Diameter pembangunan Pelabuhan Malahayati
Kondisi
Kolam Putar (5.610536° N dan 95.51764° E), digunakan
Tanpa bantuan tug boat 3 LOA software ERGTIDE, ERGRAM, dan
Dengan bantuan tug boat 2 LOA ERGELV dengan input berupa data pasang
surut dari NAOTide pada Maret 2018. Hasil
Kedalaman kolam pelabuhan dihitung peramalan pasang surut tersebut berupa
sama seperti kedalaman alur pelayaran. elevasi-elevasi penting yang dapat dilihat
3. Breakwater pada Tabel 3. 1.
Breakwater adalah struktur yang Tabel 3. 1 Nilai Elevasi-Elevasi Penting di
digunakan untuk melindungi daerah Malahayati
perairan pelabuhan dari gangguan Elevasi
Elevasi Acuan
gelombang. Berdasarkan bentuknya, cm m
struktur breakwater dapat dibedakan Highest Water Spring
160.6 1.606
menjadi tiga jenis, yaitu breakwater sisi (HWS)

6
Elevasi Data gelombang diperoleh dari hasil
Elevasi Acuan hindcasting data angin sehingga didapatkan
cm m
Mean High Water Spring gelombang yang diperhitungkan dalam
148.7 1.487 perencanaan berasal dari arah Utara (N),
(MHWS)
Mean High Water Level
122.25 1.22
Timur Laut (NE) dan Barat Laut (NW)
(MHWL) seperti pada Gambar 3. 3.
Mean Sea Level (MSL) 78.79 0.79
Mean Low Water Level
35.2 0.35
(MLWL)
Mean Low Water Spring
13.05 0.13
(MLWS)
Lowest Water Spring
0 0
(LWS)
Tunggang Pasang 160.6 1.606

Perbandingan elevasi muka air hasil


peramalan dengan NAOTide dapat dilihat
pada Gambar 3. 1 dan memiliki error
1.0458%.

Gambar 3. 3 Waverose gelombang akibat


angin berdasarkan arah datang selama 10
tahun di Malahayati.
Tinggi gelombang rencana periode
ulang 50 tahun diperoleh dengan
menganalisis tinggi gelombang hasil
hindcasting menggunakan metode Normal,
Gambar 3. 1 Perbandingan elevasi muka Log Normal, Log Pearson III, dan Gumbel.
air NAOTide dengan hasil peramalan ERG. Setelah dianalisis, metode Log Normal
merupakan distribusi yang paling cocok
Data angin di lokasi rencana pembangunan sehingga diperoleh tinggi dan perioda
pelabuhan Malahayati pada tahun 2009- desain dengan periode ulang 50 tahun
2018 diperoleh dari ECMWF dengan arah seperti pada Tabel 3. 2.
angin dominan berasal dari Timur Laut Tabel 3. 2 Tinggi dan Perioda Gelombang
(NE) seperti yang ditunjukkan pada Desain 50 Tahun
Gambar 3. 2 dengan kecepatan maksimum
9.09 m/s. Periode Ulang 50 Tahun
𝐻𝐷
Arah Datang Ts (s)
(m)
Utara (N) 4.14 10.18
Timur Laut (NE) 3.82 9.77
Barat Laut (NW) 1.56 6.25

Data arus di Malahayati (5.611°N dan


5.518°E) diperoleh dari BMKG pada
tanggal 3 Mei – 6 Mei 2019 dimana kondisi
arus pada saat itu cenderung berasal dari
arah Barat (W) dengan kecepatan
maksimum 0.262 m/s.
B. Pemodelan Hidrodinamika
Gambar 3. 2 Windrose di Malahayati, Pemodelan gelombang dan arus
Aceh berdasarkan arah datang pada tahun dilakukan menggunakan Delft3D. Domain
2009-2018. pemodelan arus dan gelombang dapat

7
dilihat pada Gambar 3. 4. Input untuk Arah Datang Gelombang
Tinggi
Gelombang Menuju
pemodelan arus dan gelombang berupa grid Sudut
Gelom
bang Sudut
pada domain dan batimetri. Arah Datang
(m) (deg)
Arah
(deg)
NE 45 2.203 186.0443 S
NW 135 1.22 139.7003 SE

Arus yang dimodelkan berupa arus


pasang surut. Pemodelan arus dilakukan
dengan memasukkan kondisi batas berupa
konstituen pasang surut dari TPXO ke
dalam open boundaries seperti pada
Gambar 3. 6.
Gambar 3. 4 Domain pemodelan
gelombang.
Batimetri untuk pemodelan didapatkan
dari Batimetri Nasional (BATNAS)
sehingga setelah digabungkan dengan grid
pemodelan, diperoleh hasi seperti pada
Gambar 3. 5.

Gambar 3. 6 Open boundaries pada grid


komputasi.
Untuk memperoleh hasil pemodelan
arus, ditentukan tiga titik observasi dengan
koordinat dan hasil yang dapat dilihat pada
Tabel 3. 5.
Tabel 3. 5 Hasil Pemodelan Arus
Gambar 3. 5 Penggabungan grid dengan
Kec.
batimetri BATNAS. Titik
X Y Arus
Arah
Observasi Menuju
(m/s)
Data gelombang yang diperoleh dari Timur
hasil hindcasting dijadikan kondisi batas 1 95.518 5.611 0.191
Laut
pemodelan gelombang dengan rincian yang 2 95.500 5.636 0.223 Timur
Timur
dapat dilihat pada Tabel 3. 3. 3 95.519 5.669 0.355
Laut
Tabel 3. 3 Kondisi Batas Pemodelan Hasil pemodelan arus pada ketiga
Gelombang divalidasi menggunakan data pasang surut
Kondisi Batas Pemodelan Gelombang NAOTide dan juga data kecepatan arus
𝐻𝐷 BMKG. Validasi dengan data pasang surut
Arah Datang Sudut (deg) Ts (s) Tp (s)
(m)
Utara (N) 0 4.144 10.178 10.713
memperoleh nilai error seperti pada Tabel
Timur Laut (NE) 45 3.821 9.772 10.286 3. 6, sedangkan hasil validasi dengan data
Barat Laut (NW) 135 1.562 6.249 6.578 BMKG menghasilkan nilai error 36.2%
Hasil dari pemodelan gelombang namun masih memiliki distribusi arah yang
tersebut berupa pola arah gelombang serta sama. Sehingga hasil pemodelan masih
tinggi dan perioda gelombang seperti pada dianggap valid.
Tabel 3.4. Tabel 3. 6 Hasil Validasi Elevasi Muka Air
Tabel 3. 4 Hasil Pemodelan Gelombang Pemodelan dengan Elevasi Muka Air
NAOTide.
Arah Datang Gelombang
Tinggi
Gelombang Menuju
Gelom Titik Observasi Error
Sudut
bang Sudut
Arah Datang Arah
(m) (deg)
(deg) 1 2.95%
N 0 3.749 163.2002 S

8
berdasarkan Gambar 3. 7 sehingga
Titik Observasi Error
diperoleh 3 tambatan kapal untuk Terminal
2 2.93% Peti Kemas Pelabuhan Malahayati.
3 3.01% Sedangkan jumlah tambatan kapal
untuk terminal general cargo dihitung
C. Analisis Kebutuhan Fasilitas berdasarkan Pers.11 dengan keterangan dan
Terminal general cargo di Pelabuhan hasil perhitungan seperti pada Tabel 3. 14
Malahayati direncanakan akan dapat sehingga diperoleh 2 tambatan kapal untuk
menangani arus barang sebesar 282,791 Terminal General Cargo Pelabuhan
ton/tahun. Sedangkan terminal peti kemas Malahayati.
Pelabuhan Malahayati direncanakan akan
𝑄 Pers.11
dapat menangani arus peti kemas sebesar
19,106 TEUs/tahun. Adapun kapal rencana 24 × 𝑘0 × 𝑞 × 𝑝 × 𝑟 × 𝑁
yang akan dilayani oleh Pelabuhan Adapun hasil perhitungan dimensi
Malahayati ialah kapal berkapasitas 17,000 fasilitas darat dan perairan Terminal
DWT dengan spesifikasi kapal cargo General Cargo dan Peti Kemas Pelabuhan
seperti pada Tabel 3. 7 dan kapal peti Malahayati dapat dilihat pada Tabel 3. 10.
kemas seperti pada Tabel 3.8.
Tabel 3. 10 Hasil Perhitungan Kebutuhan
Tabel 3. 7 Spesifikasi Kapal Cargo Fasilitas Darat dan Perairan Pelabuhan
Rencana Malahayati
Spesifikasi Nilai Satuan
Komponen Dimensi Nilai Ket.
DWT 17,000 ton
Length Over All (LOA) 154 m Fasilitas Darat
Length Between Yard Area 103,5
145 m
Perpendicular (LBP) Terminal Luas 48.18
Breadth (B) 22.6 m Peti Kemas m2
Draft (D) 9.6 m Yard Area
Capacity 20,000 m3 Terminal 1,253.
Luas
General 4 m2
Tabel 3. 8 Spesifikasi Kapal Peti Kemas Cargo
Rencana Penjumlaha
n yard area
Spesifikasi Nilai Satuan 104,8 terminal
Length Over All (LOA) 133.7 m Yard Area
Luas 01.58 peti kemas
Length Between Total
m2 dengan
122.45 m
Perpendicular (LBP) general
Breadth (B) 22.7 m cargo
Draft (D) 7.8 m Fasilitas Perairan
Capacity 1000 TEU
Dermaga
Adapun truk yang direncanakan terminal
peti kemas
memasuki terminal memiliki spesifikasi menyambu
seperti pada Tabel 3. 9. Panjang
809 m ng dengan
Total
dermaga
Tabel 3. 9 Spesifikasi Truk Rencana terminal
general
No Spesifikasi Dimensi (m) cargo
1 Panjang 6.9 Dermaga Berlaku
2 Lebar 2.5 27.5 untuk
Lebar
m kedua
3 Tinggi 3 terminal
4 Radius Putar 8.05
22,24
Panjang x
Luas 7.5
Jumlah tambatan kapal yang diperlukan m2
lebar
terminal peti kemas untuk dapat menangani
Lebar 21.1
arus peti kemas rencana dihitung trestle m

9
Komponen Dimensi Nilai Ket. dan peti kemas dapat dilihat pada Gambar
3. 8.
10.56
Kedalaman
m

Lebar Pintu 107.8


Kolam Masuk min. m
Pelabuhan
Thoresen
Jarak 231 –
(2014) dan
Pemberhent 1232
PIANC
ian kapal m
(2014)

Diameter 1
308 m
kolam putar

Luas 1 74,50 Gambar 3. 8 Layout fasilitas darat


Kolam kolam putar 6 m2 Pelabuhan Malahayati.
Putar
Luas 2 Sedangkan layout fasilitas perairan
149,0 kolam putar
Luas Total terdiri dari 6 alternatif yang meliputi
12 m2 untuk 2
terminal kombinasi dari tiga alternatif tata letak
Lebar 77 m breakwater dan dua alternatif orientasi
Alur dermaga.
Pelayaran 10.56
Kedalaman
m
Keenam alternatif kemudian dinilai
menggunakan skoring matriks berdasarkan
faktor lingkungan lingkungan yang meliputi
tinggi gelombang maksimum pada kolam
pelabuhan, faktor kemudahan akses alur
pelayaran, serta faktor biaya yang dihitung
berdasarkan harga satuan pekerjaan trestle
dan volume pekerjaan breakwater.
Tinggi gelombang maksimum pada
kolam pelabuhan merupakan tinggi
gelombang hasil pemodelan pada lokasi
rencana setelah ada struktur breakwater
dengan penilaian yang dapat dilihat pada
Tabel 3. 11. Kemudahan akses pelayaran
dinilai berdasarkan ada tidaknya dan besar
sudut pada tikungan alur pelayaran,
sehingga penilaian untuk keenam alternatif
layout dapat dilihat pada Tabel 3. 12.
Sedangkan faktor biaya dinilai berdasarkan
harga satuan pekerjaan trestle yang
perhitungannya dapat dilihat pada
Tabel 3. 15 dan volume pekerjaan
breakwater yang meliputi perbandingan
panjang breakwater antara keenam
alternatif dengan perhitungan yang dapat
Gambar 3. 7 Diagram alir perhitungan dilihat pada Tabel 3. 13. Sehingga hasil
jumlah tambatan kapal terminal peti kemas. penilaian keenam alternatif terhadap faktor
biaya dan volume pekerjaan dapat dilihat
D. Penentuan Layout Alternatif pada Tabel 3.16
Layout fasilitas darat Pelabuhan
Malahayati untuk terminal general cargo

10
Tabel 3. 11 Hasil Penilaian Alternatif
Layout terhadap Faktor Lingkungan
H max setelah ada Nilai
Alternatif breakwater
Nilai Bobot
Terbobot

1 1.74 m 1 0.4
2 1.17 m 1 0.4
3 0.2 m 3 1.2
40%
4 1.74 m 1 0.4
5 1.17 m 1 0.4
6 0.2 m 3 1.2
Gambar 3. 9 Alternatif (6) layout fasilitas
perairan Pelabuhan
Tabel 3. 12 Hasil Penilaian Alternatif
Layout terhadap Kemudahan Akses Desain rencana layout fasilitas darat
Pelayaran Pelabuhan Malahayati meliputi yard area
untuk terminal general cargo dan yard area
untuk terminal peti kemas. Sedangkan
desain rencana layout fasilitas perairan
Pelabuhan Malahayati meliputi dermaga
untuk terminal general cargo dan terminal
peti kemas, kolam pelabuhan, alur
pelayaran, trestle, dan breakwater.
Sehingga, desain rencana layout terpilih
Pelabuhan Malahayati, Kabupaten Aceh
Besar, Provinsi Aceh yang terdiri dari
terminal general cargo dan terminal peti
kemas dapat dilihat pada Gambar 3. 10.
Tabel 3. 13 Perhitungan Volume Pekerjaan
Breakwater (Panjang) pada enam alternatif

Panjang
Panjang Total
Alternatif BW 1
BW 2 (m) (m)
(m)
1 911.66 631.16 1,542.82
2 473.05 769.34 1,242.39
3 620.14 909.17 1,529.31
4 911.66 631.16 1,542.82
5 473.05 769.34 1,242.39
6 620.14 909.17 1,529.31

Hasil penilaian dari setiap aspek


terhadap enam alternatif layout tersebut
kemudian dijumlahkan sehingga total
penilaian yang diperoleh keenam alternatif
dapat dilihat pada Tabel 3.7. Berdasarkan
tabel tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa alternatif (6) merupakan alternatif
layout fasilitas perairan terbaik untuk
Pelabuhan Malahayati yang dapat
dilihat pada Gambar 3. 9.

11
Tabel 3. 14 Perhitungan Jumlah Tambatan Kapal pada Terminal General Cargo Pelabuhan Malahayati
No Parameter Nilai Satuan Keterangan

1 Q Arus general cargo tahunan 282,791 Ton

Asumsi awal berdasarkan Tabel


2 Berth Occupancy Factor 0.4
𝑘0 5.10 (Tsinker, Greorge P.)

Rata-rata muatan yang dapat Ton / Gang /


3 q 32
ditangani oleh satu gang per jam Jam
Jumlah jam kerja dalam 1 hari:
12 jam
4 p Fraction time 0.5
Jumlah hari kerja dalam 1
minggu: 7 hari
Jumlah gang per hari yang dapat
5 r 3 gang
ditangani
Jumlah hari dermaga beroperasi
6 N 364 hari
dalam 1 tahun
Jumlah Tambatan Kapal 1.685977 2 Tambatan

Tabel 3. 15 Perhitungan Biaya Pembangunan Trestle untuk Keenam Alternatif Layout Fasilitas Perairan
Pelabuhan Malahyati
Trestle 1 Trestle 2
Harga Satuan (per
Alternatif Panjang Panjang Biaya
Lebar (m) Luas (m²) Lebar (m) Luas (m²) m²)
(m) (m)
1 502.93 21.1 10,611.82 336.96 21.1 7,109.86 Rp11,978,296.88 Rp212,275,532,274.06
2 502.93 21.1 10,611.82 336.96 21.1 7,109.86 Rp11,978,296.88 Rp212,275,532,274.06
3 502.93 21.1 10,611.82 336.96 21.1 7,109.86 Rp11,978,296.88 Rp212,275,532,274.06
4 245.12 21.1 5,172.03 221.08 21.1 4,664.79 Rp11,978,296.88 Rp117,828,350,315.12
5 245.12 21.1 5,172.03 221.08 21.1 4,664.79 Rp11,978,296.88 Rp117,828,350,315.12
6 245.12 21.1 5,172.03 221.08 21.1 4,664.79 Rp11,978,296.88 Rp117,828,350,315.12

Tabel 3. 16 Hasil Penilaian Alternatif Layout Fasilitas Perairan Pelabuhan terhadap Faktor Biaya dan
Volume Pekerjaan

Nilai Nilai
Alternatif Bobot
Aspek Biaya Aspek Volume Pekerjaan Terbobot

1 1 1 0.5
2 1 3 1
3 1 2 0.75
25%
4 2 1 0.75
5 2 3 1.25
6 2 2 1

12
Tabel 3. 17 Hasil Penilaian Keenam Alternatif Layout Fasilitas Perairan Pelabuhan terhadap Faktor
Lingkungan, Kemudahan Akses Pelayaran, serta Faktor Biaya dan Volume Pekerjaan

Aspek Penilaian
Kemudahan Akses Faktor Biaya dan
Alternatif Faktor Lingkungan Total
Alur Pelayaran Volume Pekerjaan
Nilai Terbobot Nilai Terbobot Nilai Terbobot
1 0.4 1.05 0.5 1.95
2 0.4 0.7 1 2.1
3 1.2 0.35 0.75 2.3
4 0.4 1.05 0.75 2.2
5 0.4 0.7 1.25 2.35
6 1.2 0.35 1 2.55

13
Gambar 3. 10 Layout fasilitas darat dan perairan Pelabuhan Malahayati, Aceh Besar, Provinsi Aceh.

14
KESIMPULAN DAN SARAN Kemas Pelabuhan Malahayati,
Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh
Kesimpulan dari penulisan Tugas Akhir
adalah alternatif (6) yang dapat dilihat
mengenai Perencanaan Layout Pelabuhan
pada Gambar 3. 10 berdasarkan
Malahayati ialah sebagai berikut.
penilaian pada Tabel 3. 17.
1. Fasilitas darat yang dibutuhkan oleh
Terminal General Cargo dan Terminal Sedangkan saran dari penulisan tugas akhir
Peti Kemas Pelabuhan Malahayati, ini ialah:
Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh 1. Hasil dari pemodelan arus sebaiknya
meliputi: divalidasi dengan data hasil survey di
a. Terminal General Cargo lapangan, bukan dengan data arus
Gudang seluas 771.365 𝑚2 dan BMKG agar lebih valid. Hal tersebut
lapangan penumpukan terbuka seluas dikarenakan data arus yang diperoleh
482.079 𝑚2 . dari BMKG merupakan kecepatan arus
b. Terminal Peti Kemas pada kedalaman yang tertentu,
Lapangan penumpukan peti kemas sedangkan hasil pemodelan dua
seluas 62,128.91 𝑚2 , Container Freight dimensi menghasilkan kecepatan arus
Station (CFS) seluas 15,532.23 𝑚2 , rata-rata.
lapangan peti kemas kosong seluas 2. Perhitungan biaya pekerjaan trestle
15,532.23 𝑚2 , dan fasilitas lainnya yang dilakukan merupakan perhitungan
seluas 10,354.82 𝑚2 . kasar berdasarkan harga satuan
pekerjaan struktur sehingga kuran detail.
Fasilitas perairan yang dibutuhkan oleh Akan lebih baik jika perhitungan biaya
Terminal General Cargo dan Terminal pekerjaan trestle dilakukan secara lebih
Peti Kemas Pelabuhan Malahayati, rinci dan detail sehingga semakin
Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh mendekati biaya sebenarnya.
meliputi: 3. Perhitungan volume pekerjaan
a. Dermaga sepanjang 354.2 𝑚 untuk breakwater pada Tugas Akhir ini hanya
terminal general cargo dan sepanjang meninjau dimensi panjang breakwater
454.6 𝑚 untuk terminal peti kemas saja. Akan lebih baik jika volume
yang dibuat berdampingan. Lebar pekerjaan ditinjau dari volume struktur
dermaga untuk kedua terminal ialah breakwater secara keseluruhan agar
27.5 m dengan elevasi dermaga +2.35 lebih detail.
m dari LWS. 4. Selanjutnya dapat dilakukan
b. Trestle untuk menghubungkan dermaga perencanaan desain struktur breakwater
dengan fasilitas darat dengan lebar 21.1 ataupun dermaga Pelabuhan Malahayati,
m. Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh.
c. Kolam pelabuhan yang terdiri dari dua
kolam putar dengan radius masing- REFERENSI
masing 308 m, lebar pintu masuk kolam Dinas Perhubungan, Komunikasi, Informasi,
pelabuhan 107.8 m, dan kedalaman dan Telematika (Dishubkomintel).
kolam 10.56 m. (2013). Laporan Draf Akhir Rencana
d. Alur pelayaran dengan lebar alur 77 m Induk Pelabuhan Aceh. Aceh:
dan kedalaman 10.56 m. Dishubkomintel.
2. Terdapat satu layout fasilitas darat dan
Japan’s Ministry of Land, Infrastructure,
enam alternatif layout fasilitas perairan
Transport, and Tourism (MLIT). (2009).
untuk Terminal General Cargo dan Peti
Technical Standards and Commentaries
Kemas Pelabuhan Malahayati yang
for Port and Harbour Facilities in
dapat dilihat pada Bagian D.
Japan. Tokyo: The Overseas Coastal
Penentuan Layout Alternatif.
Area Development Institute of Japan
3. Alternatif layout terbaik untuk
(OCDI).
Terminal General Cargo dan Peti

15
Thoresen, C. A. (2014). Port Designer’s
Handbook (Third ed.). London: ICE
Publishing.
Triatmodjo, B. (2009). Perencanaan
Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
Tsinker, Gregory P. (2004), Port
Engineering: Planning, Construction,
Maintenance, and Security. New
Jersey: John Wiley & Sons.

16

Anda mungkin juga menyukai