Anda di halaman 1dari 54

(Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan

Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup)


Pembangunan Gedung Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Aceh
Lampiran 7

Biodata Tim Penyusun Dokumen


UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh Tahun 2019

KATA PENGANTAR

Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan


Lingkungan Hidup (UPL) Pembangunan Gedung Kantor Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Aceh di Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng
Bata Kota Banda Aceh Provinsi Aceh disusun sebagai komitmen untuk memenuhi peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UPL) ini berpedoman pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup,
Lampiran IV Pedoman Pengisian Formulir UKL-UPL.
Dokumen ini menjadi acuan bagi pemrakarsa, Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan
dan Keindahan Kota (DLHK3) Kota Banda Aceh dan instansi terkait untuk melakukan upaya
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup terhadap rencana kegiatan yaitu dengan
meminimalkan dampak negatif yang mungkin timbul dan memperbesar dampak positif yang
diharapkan timbul, sehingga keberadaan kantor ini dapat menunjang Pembangunan Daerah
Kota Banda Aceh khususnya dan Provinsi Aceh pada umumnya.
Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyusun dokumen ini.

Banda Aceh, Maret 2019


Kepala,
DPMPTSP Provinsi Aceh

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) i


UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh Tahun 2019

BAB I
IDENTITAS PEMRAKARSA

1.1 Identitas Pemrakarsa dan Tim Penyusun

Pemrakarsa kegiatan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya


Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Kegiatan Pembangunan Gedung Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Aceh.

Keterangan Pemrakarsa adalah sebagai berikut :

Nama Lembaga : Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(DPMPTSP) Provinsi Aceh
Penanggungjawab :
Jabatan : Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(DPMPTSP) Provinsi Aceh
Alamat : Banda Aceh
No Telpon : +62 651-23171, & +62 651-7554075
Fax : +62 651-23171
Email : investasi@acehprov.go.id & dpmptspaceh@gmail.com
Web : https://dpmptsp.acehprov.go.id/

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) I-1
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh Provinsi Aceh Tahun 2019

BAB II
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

2.1 Nama Rencana Usaha dan/atau Kegiatan

Nama Rencana Usaha dan/atau kegiatan adalah pembangunan Gedung Dinas


Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Aceh. Pembangunan ini
merupakan ketentuan dari Permen LH Nomor 5 tahun 2012 tentang jenis rancana usaha
dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan
hidup, kegiatan ini tidak termasuk usaha dan/atau kegiatan yang harus dilengkapi dengan
studi analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL).

2.2 Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan

Lokasi Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP terletak ±6 km disebalah Utara Mesjid


Raya Baiturahman dan ±2.5 km disebalah Timur dari lokasi terdapat Kampus Politeknik,
disebalah Selatan ±15 km Bandara Udara International Sultan Iskandar Muda.

Lokasi terletak didepan jalan Raya Banda Aceh-Medan merupakan daerah komersial,
yaitu kawasan perdagangan dan jasa.

Jalan raya Banda Aceh-Medan merupakan jalan Nasional yang memiliki lebar jalan
(row) ±30 meter dua jalur, yang masing-masing jalur selebar ±15 meter, dengan kualitas
jalan aspalt hotmix dan didepan lokasi terdapat drainase yang lebarnya ±1.5 meter dengan
saluran air terbuka dan dilalui kendaraan angkutan umum. Batas lokasi sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Ruko


- Sebelah Selatan berbatasan dengan Gudang milik Gudang garam
- Sebelah Barat berbatasan dengan Jalan raya Banda Aceh-Medan
- Sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Kontrol Sungai Krueng Aceh

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) II-1
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh Provinsi Aceh Tahun 2019

Gambar… 2.1 Peta Lokasi Kegiatan

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) II-2
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh Provinsi Aceh Tahun 2019

2.3 Skala/Besaran Rencana Usaha dan/atau Kegiatan

Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP direncanakan di atas lahan dengan luas


2.020 m2 yang didasarkan pada Sertipikat (Tanda Bukti Hak) BN 103657 Tanggal 24
Agustus 2015 yang dikuatkan dengan surat kuasa yang disahkan oleh notaris Erlina, SH,
MKn Nomor 62 Tanggal 17 Maret 1991. Rencana penggunaan areal bangunan pada setiap
lantai dipaparkan pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Rencana penggunaan areal bangunan
No Uraian Luas Jumlah (unit)
1 Lantai Dasar :
1. Teras 96 m2 1
2. Loby 128 m2 1
3. Toilet 64 m2 2
4. Mushalla 64 m2 2
5. Kantin 64 m2 1
6. Tempat wuduk + barak 128 m2 1
7. Ruang Pompa 12 m2 1
8. Parkiran 768 m2 1
2 Lantai 1 :
1. Ruang Pusat data dan informasi 80 m2 1
2. Ruang Kabid 9 m2 1
3. Ruang server 9 m2 1
4. Ruang pengaduan 153 m2 1
5. R. Bidang Pelayanan Perizinan 164 m2 3
6. Gudang 12 m2 1
7. Ruang 48 m2 1
8. Tangga + R. Kosong 128 m2 1
3 Lantai 2 :
1. R. Kepala Dinas 72 m2 1
2. R. Tamu 40 m2 1
3. Sub Bagian Keuangan 64 m2 1
4. Ruang 64 m2 1
5. Ruang Pengendalian Dan Pelayanan 48 m2 1
6. Ruang Promosi 64 m2 1
80 m2 1
7. Ruang rapat
32 m2 1
8. R. Sub Bag Program 48 m2 1
9. R. lain 30 m2 1
10. Gudang atk 180 m2 1
11. R. Staf Bagian Umum 96 m2 1
12. R. Perencanaan + Pengembangan 64 m2 1
13. R. Sekretaris
4 Lantai 3 :
1. Mushalla 140 m2 1
2. R. Meja pingpong 40 m2 1
3. Tempat wudhuk 60 m2 1
4. Ruang audio 35 m2 1
5. Ruang 64 m2 1
6. Aula rapat 312 m2 1
48 m2 1

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) II-3
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh Provinsi Aceh Tahun 2019

7. R. Gallery 64 m2 1
8. R. Fitness 48 m2 1
9. Toilet
5 Lantai 4 :
1. Gudang ATK 88 m2 1
2. Toilet 48 m2 1
3. Ruang rapat 160 m2 1
Sumber : Estimasi Konsultan, 2019

2.4 Garis Besar Komponen Rencana Usaha dan/atau Kegiatan

2.4.1 Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan dengan Tata Ruang


Kesesuaian lokasi rencana usaha/kegiatan dengan tata ruang didasarkan pada
ketentuan Qanun Kota Banda Aceh Tahun Nomor 4 tahun 2009 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2009-2029 bahwa peruntukan lahan lokasi
dimaksud sebagai Kawasan Perdagangan dan Jasa.

Rencana Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP Sudah sesuai dengan Tata Ruang
Kota Banda Aceh Nomor : 650/580/2015 tahun 2015 yang dikeluarkan oleh Dinas Pekerjaan
Umum Kota Banda Aceh.

2.4.2 Persetujuan Prinsip atas rencana kegiatan


Berdasarkan Arahan Pola Ruang dan Advice Planning Penetapan Lokasi Pengadaan
tanah untuk Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP Aceh Tahun Anggaran 2015 Nomor
590/973/2015 yang dikeluarkan oleh Gubernur Aceh, pada prinsipnya Rencana Pembangunan
Gedung Kantor DPMPTSP tersebut sudah dapat dilakukan.

2.4.3 Komponen Rencana Kegiatan yang Dapat Menimbulkan Dampak


Lingkungan

Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP akan berdampak terhadap kondisi


lingkungan hidup secara mendasar berupa dampak positif dan negatif akibat kegiatan. Oleh
karena itu, perlu diidentifikasi lebih jauh mengenai aktivitas kegiatannya, sehingga bisa
diminimalisir dampak yang akan terjadi. Sumber atau penyebab dampak yang perlu ditelaah
dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga) komponen besar yaitu: Kegiatan tahap pra-konstruksi,
tahap konstruksi, dan tahap operasi. Kegiatan–kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :

A. Tahap Pra-Kontruksi

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) II-4
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh Provinsi Aceh Tahun 2019

Kegiatan atau aktivitas proyek pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP, pada


tahap pra- konstruksi, adalah: Sosialisasi Rencana Pembangunan Gedung Kantor
DPMPTSP. Kegiatan pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP di Gampong Cot Mesjid
Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh diprakirakan akan menimbulkan dampak
sosial baik dampak positif maupun negatif. Oleh sebab itu perlu dilakukan sosialisasi
terutama terhadap masyarakat yang bermukim disekitar lokasi kegiatan yang akan
menerima dampak dari kegiatan tersebut. Dalam hal ini sosialisasi dimaksudkan untuk
menjelaskan kepada masyarakat mengenai rencana pembangunan Gedung Kantor
DPMPTSP dan manfaat yang bisa diperoleh terhadap keberadaan usaha tersebut bagi
perekonomian masyarakat.
Kegiatan sosialisasi tersebut dapat dilakukan secara berkelompok maupun
dengan cara dari rumah kerumah (door to door) atapun sesuai kebutuhan
(accidental). Adapun beberapa hal yang perlu disampaikan pada kegiatan sosialisasi
tersebut antara lain a) rencana pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP, b) rencana
pengelolaan lingkungan yang akan di lakukan, dan c) rencana penggunaan tenaga
kerja lokal, dan dampak-dampak lainnya yang mungkin terjadi akibat pembangunan
Gedung Kantor DPMPTSP.
Prakiraan dampak yang akan timbul : adanya sikap dan persepsi positif/negatif
masyarakat terkait dengan rencana kegiatan pembangunan Gedung Kantor
DPMPTSP.
B. Tahap Kontruksi
Aktivitas Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP pada tahap kontruksi
meliputi :
1. Penerimaan Tenaga Kerja
Kelancaran kegiatan pembangunan gedung sangat tergantung dari jumlah dan
kemampuan tenaga kerja yang akan dipekerjakan. Untuk kelancaran kegiatan
pembangunan tersebut, maka kegiatan pada tahap konstruksi yang perlu dan
penting untuk dilakukan adalah penerimaan tenaga kerja. Kegiatan ini dilakukan
dengan memberikan prioritas tenaga kerja lokal dalam rangka menciptakan
suasana yang kondusif antara pengusaha (pengembang) dengan penduduk lokal
yang berada disekitar lokasi tapak proyek.

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) II-5
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh Provinsi Aceh Tahun 2019

Tenaga kerja yang dibutuhkan dapat diklasifikasikan tenaga kerja ahli dan tenaga
kelompok buruh/tenaga kerja kasar. Adapun tenaga kerja yang diperlukan pada
tahap kontruksi dan kulaifikasinya disajikan sesuai pada Tabel 2.2 berikut :

Tabel 2.2 Rencana Kebutuhan Tenaga Kerja pada Tahap Kontruksi


Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
No Jenis Pekerjaan Jumlah (orang)
1 Mandor 1
2 Kepala Tukang 2
3 Tukang 15
4 Bagian Logistik 2
5 Pekerja/buruh 15
6 Tim pengawas 2
Jumlah 37
Sumber : Estimasi Konsultan, 2019

Pemrakarsa akan menyediakan barak kerja dan direksi kit (base camp). Hal ini
dimaksudkan untuk menyiapkan tempat para pekerja yang akan terlibat langsung
dalam kegiatan kontruksi bangunan, tempat penyimpanan bahan dan material
bangunan serta ruang kerja kantor pelaksana lapangan. Seluruh bahan atau
material yang akan dipergunakan untuk pembangunan barak kerja dan direksi kit
diharapkan berasal dari daerah setempat bila tersedia.
Bangunan base camp berupa konstruksi non permanen yang materialnya
sebagian besar berasal dari lokasi setempat. Kegiatan ini membutuhkan sejumlah
peralatan dan tenaga kerja (tenaga kerja menengah dan tenaga kerja kasar).
Dalam kegiatan pembangunan gudang, tenaga kerja yang dibutuhkan didasarkan
pada lingkup kegiatan yang akan dilakukan. Distribusi tenaga kerja yang
digunakan akan disesuaikan dengan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan.
Prakiraan dampak yang akan timbul: terbukanya lapangan kerja bagi
masyarakat sekitar lokasi proyek.

2. Mobilisasi Peralatan dan Material

Kegiatan ini bertujuan untuk mengumpulkan material yang akan digunakan pada
pelaksanaan pekerjaan, pengumpulan material biasanya dilakukan pada sumber-
sumber yang memiliki deposit yang cukup banyak seperti pasir, batu dan sirtu
yang pada umumnya dapat dijumpai pada sungai-sungai maupun pada daerah-

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) II-6
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh Provinsi Aceh Tahun 2019

daerah lain sekitarnya. Pada tahap ini akan dibutuhkan peralatan dan bahan
penunjang kegiatan fisik berupa alat berat seperti dump truck dan escavator
untuk kegiatan pembersihan dan pematangan lahan.

Kebutuhan bahan berupa; pasir, semen, batu kali, batu bata, pipa. kayu dan lain-
lain akan digunakan dalam melakukan aktivitas fisik. Sementara material berupa
berbagai jenis ukuran besi, bahan tripleks, atap, keramik, dan lainnya
didatangkan dari Banda Aceh dan Aceh Besar.

Tabel 2.3 Jenis Bahan dan Material yang dibutuhkan Pada Pembangunan
No Jenis Bahan
1 Semen
2 Pasir, kerikil dan batu
3 Kayu Berbagai Ukuran, Tipleks, dan Bahan Sejenis
4 Berbagai Jenis Ukuran Besi (SNI)
5 Bahan Atap (SNI)
6 Keramik
7 Batu Bata, Paving Block
8 Bahan untuk instalasi listrik (SNI)
Sumber : Pemrakarsa , 2019

Prakiraan dampak yang akan timbul: meningkatnya kadar debu di udara


ambien serta gangguan arus lalulintas.

3. Pembersihan dan Pematangan Lahan


Lahan untuk lokasi pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP, saat ini masih lahan
kosong yang ditumbuhi rumput dengan kontur tanah datar. Oleh sebab itu, perlu
dilakukan pembersihan dan pematangan lahan. Untuk mencapai elevasi, akan
dilakukan pengurugan atau penggalian agar mendapatkan permukaan yang rata
dan akan diikuti dengan pemadatan tanah. Kegiatan ini akan menimbulkan
peningkatan kadar debu di wilayah tersebut, sehingga akan mengakibatkan
penurunan kualitas udara akibat peningkatan kadar debu. Disamping itu,
beroperasinya berbagai peralatan berat seperti dump truck, escavator dan lainnya
akan menimbulkan meningkatkan kebisingan disekitar wilayah tersebut.
Prakiraan dampak yang akan timbul: peningkatan kadar debu di udara
ambien, peningkatan kebisingan.

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) II-7
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh Provinsi Aceh Tahun 2019

4. Pembangunan Unit-unit Gedung Kantor DPMPTSP


Pembangunan gudang sewa akan dilakukan pada lokasi yang sudah direncanakan
sebelumnya. Adapun tahap-tahapan dari pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
adalah :
- Pekerjaan galian
- Pekerjaan pondasi
- Pekerjaan dinding
- Pekerjaan penutup lantai
- Pekerjaan kayu
- Pekerjaan besi
- Pekerjaan penutup atap
- Pekerjaan instalasi listrik
- Pekerjaan pipa dan sanitasi
- Pekerjaan pengecatan
- Pekerjaan finishing detail
Prakiraan dampak yang akan timbul : Perubahan fungsi lahan, peningkatan
kebisingan, Gangguan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
5. Demobilisasi peralatan dan Tenaga Kerja
Adapun rencana kegiatan yang dilakukan pada saat pasca konstruksi adalah
pelepasan tenaga kerja, pembersihan limbah bangunan dan material yang tidak
terpakai, pembongkaran base camp dan demobilisasi peralatan.
Prakiraan dampak yang akan timbul : gangguan arus lalulintas dan
pelepasan hubungan kerja.
C. Tahap Pasca Kontruksi/Operasi
Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap pasca konstruksi/operasi pembangunan
Gedung Kantor DPMPTSP adalah Operasional Gedung Kantor DPMPTSP. Diprakirakan
akan menghasilkan limbah padat (sampah) dan limbah cair domestik yang berpotensi
menurunkan kualitas sanitasi lingkungan dan penurunan tingkat kesehatan
masyarakat. Operasional Gedung Kantor DPMPTSP juga akan menimbulkan proses-
proses sosial asosiatif dan disosiatif.
Prakiraan dampak yang akan timbul : persepsi masyarakat, peningkatan air
limbah domestik, peningkatan limbah padat (sampah), sanitasi lingkungan,
peningkatan kebutuhan air bersih, terbukanya kesempata kerja, proses sosial, dan
bahaya kebakaran.

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) II-8
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh Tahun 2019

BAB III
DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP SERTA UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Rencana pengelolaan lingkungan hidup dimaksudkan untuk meminimalkan dampak


negatif yang terjadi, dan memaksimalkan dampak positif yang akan ditimbulkannya. Program
pemantauan lingkungan hidup ditujukan untuk mencari bahan evaluasi pengelolaan yang
akan dilakukan, sehingga pengelolaan yang dilakukan maksimal.

Dari Uraian Bab II (Rencana Kegiatan) point 2.4. Garis besar komponen rencana
usaha dan/atau kegiatan. Komponen rencana kegiatan yang dapat menimbulkan dampak
lingkungan, pemrakarsa menyusun program Pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
yang disajikan pada tabel/matrix Tabel 3.1 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) dibawah ini.

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) III-1
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP

Tabel 3.1 Matrik Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL).
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Institusi Pengelola
Sumber Besaran
No Jenis Dampak Bentuk Lokasi Bentuk Lokasi dan Pemantau
Dampak Dampak Periode Periode
Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
Tahap Prakonstruksi
1. Sosialisasi Persepsi Keluhan dan - Memberikan Masyarakat Awal tahap - Melakukan Pada Minimal 1 a. Pelaksana :
Rencana Masyarakat protes terhadap informasi di sekitar prakonstru survey dan masyarakat kali selama DPMPTSP
Pembangunan rencana usaha/ mengenai rencana lokasi ksi. wawancara yang tahap pra b. Pengawas : Dinas
Gedung Kantor kegiatan pembangunan rencana langsung bermukim konstruksi.
Lingkungan Hidup
DPMPTSP Gedung Kantor proyek. dengan di sekitar
DPMPTSP dengan masyarakat lokasi Kebersihan dan
papan disekitar kegiatan. Keindahan Kota
pengumuman di lokasi (DLHK3) Kota
lokasi kegiatan. kegiatan. Banda Aceh dan
- Melakukan - Analis data Camat Lueng
koordinasi dan secara Bata.
pendekatan deskriptif c. Pelaporan :
dengan lurah, evaluatif
Pemerintah Kota
camat dan tokoh
masyarakat Banda Aceh
Melalui Dinas
Lingkungan Hidup
Kebersihan dan
Keindahan Kota
(DLHK3) Kota
Banda Aceh

2. Kegiatan Persepsi Negatif Keluhan dan Melakukan Masyarakat Selama Melakukan Masyarakat Selama a. Pelaksana :
pengukuran Masyarakat protes terhadap pendekatan secara sekitar lokasi tahap pendekatan sekitar lokasi tahap pemrakarsa
dan rencana usaha/ persuasif kepada Kegiatan Prakontruks secara Kegiatan Prakontruksi Perpustakaan
kegiatan
pematokan masyarakat, pembangunan persuasif pembangunan b. Pengawasan :
lahan memberi penjelasan kantor kepada kantor Dinas Lingkungan
tentang Kegiatan DPMPTSP masyarakat, DPMPTSP Hidup Kebersihan
pengukuran dan memberi dan Keindahan
pematokan lahan penjelasan Kota (DLHK3)
tentang Kota Banda Aceh
Kegiatan dan Camat Lueng
pengukuran Bata.
dan c. Pelaporan :
pematokan Pemerintah Kota
lahan Banda Aceh
Melalui Dinas
Lingkungan Hidup
Kebersihan dan
Keindahan Kota
(DLHK3) Kota
Banda Aceh
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)
III-2
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Institusi Pengelola
Sumber Besaran
No Jenis Dampak Bentuk Lokasi Bentuk Lokasi dan Pemantau
Dampak Dampak Periode Periode
Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup

Tahap Konstruksi
1. Penerimaan Kesempatan Tenaga - Pemberian skala Masyarakat di Selama - Mencatat Pada Minimal 1 a. Pelaksana :
Tenaga Kerja Kerja kerja lokal prioritas kepada sekitar lokasi kegiatan jumlah masyarakat kali selama DPMPTSP.
Konstruksi diterima masyarakat disekitar rencana tahap tenaga kerja yang tahap b. Pengawas : Dinas
dalam lokasi proyek proyek. konstruksi. lokal yang bermukim konstruksi.
Sosial dan tenaga
penerimaan berdasarkan diterima. di sekitar
tenaga kerja ketersediaan SDM - Membandingk lokasi Kerja Kota Banda
konstruksi. dan kebutuhan an upah yang kegiatan Aceh, dan Dinas
- Melakukan koordinasi diterima Lingkungan Hidup
dengan Dinas dengan Upah Kebersihan dan
Tenaga Kerja, Minimum Keindahan Kota
Kelurahan, dan Provinsi (DLHK3) Kota Banda
Kecamatan tentang Aceh
penerimaan tenaga
c. Pelaporan :
kerja
Pemerintah Kota
Banda Aceh Melalui
Dinas Lingkungan
Hidup Kebersihan
dan Keindahan Kota
(DLHK3) Kota Banda
Aceh

2. Mobilisasi Peningkatan Mengacu pada - Mengoperasikan Lokasi Selama Metode dust Lokasi tapak Minimal 1 a. Pelaksana :
Peralatan dan Kadar Debu di Kepmen LH No. kendaraan tapak kegiatan fall untuk proyek. kali dalam DPMPTSP.
Material Udara Ambien 41 Tahun pengangkut proyek. mobilisasi debu enam b. Pengawas adalah
1999 Tentang material yang peralatan tersedimenta bulan
Dinas
Pengendalian layak jalan. dan si dan selama
Pencemaran - Memasang plat material metode kegiatan Lingkungan
Udara. Baku penghalang berlangsu gravimetric mobilisasi Hidup
Mutu Kadar pada ban ng. untuk debu alat dan Kebersihan dan
Debu kendaraan tersuspensi. material. Keindahan Kota
Maksimal angkut. (DLHK3) Kota
3 - Semua truk Banda Aceh dan
90g/m .
pengangkut camat Lueng
material
Bata.
dilengkapi
dengan terpal c. Pelaporan :
penutup (bag Pemerintah Kota
cover). Banda Aceh
Melalui Dinas
Lingkungan
Hidup
Kebersihan dan
Keindahan Kota

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)


III-3
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Institusi Pengelola
Sumber Besaran
No Jenis Dampak Bentuk Lokasi Bentuk Lokasi dan Pemantau
Dampak Dampak Periode Periode
Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
(DLHK3) Kota
Banda Aceh
setiap 6 bulan
sekali

Gangguan Terjadi - Menggunakan jalan Lokasi tapak Selama - Wawancara - Rute masuk 1 kali a. Pelaksana :
Arus gangguan arus yang tidak padat lalu proyek dan rute kegiatan langsung kekawasan selama DPMPTSP.
Lalulintas lalulintas pada lintas dan dilakukan transportasi mobilisasi dengan warga Gedung Kantor kegiatan b. Pengawas adalah
jalur di luar waktu-waktu peralatan dan peralatan sekitarjalan DPMPTSP mobilisasi
Dinas
transportasi jam kerja (pergi- material. dan - Pengamatan - Sepanjang rute alat dan
bahan dan pulang kantor dan peralatan di lapangan mobilisasi alat material Perhubungan
material. sekolah). dan terhadap dan material Kota Banda
- Menyediakan material prillaku Aceh.
petugas untuk pengemudi c. Pelaporan :
pengaturan Pemerintah Kota
entry/exit truk Banda Aceh
pengangkut Melalui Dinas
peralatan dan
Lingkungan
material dari dan
keluar lokasi proyek. Hidup
- Memasang rambu- Kebersihan dan
rambu lalulintas atau Keindahan Kota
papan (DLHK3) Kota
pemberitahuan Banda Aceh
seperti: hati-hati setiap 6 bulan
kendaraan proyek sekali
keluar masuk

3. Pembersihan Peningkatan Keputusan - Menentukan Di tapak Selama Metode dust Lokasi tapak Minimal 1 a. Pelaksana :
dan Kadar Debu di Menteri Negara dengan jelas proyek kegiatan fall untuk proyek kali selama DPMPTSP.
Pematangan Udara Ambien LH No. 41 batas- batas pembersi pembersiha debu kegiatan b. Pengawas adalah
Lahan Tahun 1999 kepemilikan lahan han dan n dan tersedimenta pembersihan
Dinas
Tentang Baku sebelum pematang pematanga si dan dan
Mutu Udara pembersihan dan an lahan. n lahan metode pematangan Lingkungan
Ambien, Kadar pematangan berlansung. gravimetric lahan Hidup
Debu Maksimal lahan. untuk debu berlangsung. Kebersihan dan
3 - Membangun pagar tersuspensi Keindahan Kota
90 g/m .
pembatas lahan. di udara (DLHK3) Kota
- Melengkapi ambien. Banda Aceh dan
pekerja dengan camat Lueng
sarana K3 seperti
Bata.
masker.
- Melakukan c. Pelaporan :
penyiraman pada Pemerintah Kota
lahan yang sudah Banda Aceh
kering. Melalui Dinas
- Memasang plat Lingkungan
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)
III-4
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Institusi Pengelola
Sumber Besaran
No Jenis Dampak Bentuk Lokasi Bentuk Lokasi dan Pemantau
Dampak Dampak Periode Periode
Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
penghalang pada Hidup
ban kendaraan Kebersihan dan
angkut pada Keindahan Kota
pembersihan
(DLHK3) Kota
lahan.
- Semua truk Banda Aceh
pengangkut setiap 6 bulan
material dilengkapi sekali
dengan terpal
penutup (bag
cover).

Peningkatan Mengacu pada - Operasional alat Lokasi tapak Selama - Mengguna Lokasi tapak Minimal 1 a. Pelaksana :
kebisingan kepada berat tidak proyek kegiatan kan alat proyek kali selama DPMPTSP.
Kepmeneg LH menimbulkan pembersiha sound level kegiatan b. Pengawas adalah
No 48/1996 suara bising yang n dan meter. pembersihan
Dinas
untuk kawasan berlebihan. pematanga - Membandi dan
pemukiman - Para pekerja n lahan. ng kan pematangan Lingkungan
adalah 55 dBA memakai Alat hasilnya lahan. Hidup
pada radius Pelindung Diri dengan Kebersihan dan
500 m (APD) yang baku Keindahan Kota
sesuai misalnya tingkat (DLHK3) Kota
ear plug. kebisinga Banda Aceh dan
(Keputusa camat Lueng
n MENLH
Bata.
No. Kep
48/MENLH/ c. Pelaporan :
11/1996). Pemerintah Kota
- Banda Aceh
Melalui Dinas
Lingkungan
Hidup
Kebersihan dan
Keindahan Kota
(DLHK3) Kota
Banda Aceh
setiap 6 bulan
sekali

4. Pembangunan Perubahan Terjadi - Menyediakan ruang Lokasi Selama - Memantau Lokasi tapak 1 kali a. Pelaksana :
Unit- Unit fungsi lahan. perubahan terbuka hijau. tapak kegiatan ketersediaan proyek. dilakukan DPMPTSP
Gedung Kantor fungsi dan tata - Jika memungkinkan proyek. Pembangun ruang terbuka pada saat b. Pengawas : Dinas
DPMPTSP guna lahan membuat sumur an Unit-Unit hijau (RTH). pembangun
Lingkungan Hidup
resapan. Perumahan - Memantau an unit-unit
- Mengikuti Garis berlangsung perubahan perumahan Kebersihan dan
Sempadan relief elevasi Keindahan Kota

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)


III-5
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Institusi Pengelola
Sumber Besaran
No Jenis Dampak Bentuk Lokasi Bentuk Lokasi dan Pemantau
Dampak Dampak Periode Periode
Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
Bangunan dan yang rentan (DLHK3) Kota
Sempadan Jalan mengalami Banda Aceh, dan
yang ditetapkan. erosi Camat Lueng Bata
- Kekuatan bangunan
c. Pelaporan :
kantor harus
memperhitungkan Pemerintah Kota
faktor kegempaan. Banda Aceh
Melalui Dinas
Lingkungan Hidup
Kebersihan dan
Keindahan Kota
(DLHK3) Kota
Banda Aceh setiap
6 bulan sekali.

Peningkatan Kepmeneg LH Aktivitas Lokasi Selama Pengukuran Lokasi tapak Minimal1 a. Pelaksana :
Kebisingan. No 48/1996, pembangunan yang tapak kegiatan tingkat proyek dan kali dalam DPMPTSP.
untuk kawasan menimbulkan proyek. pembangu- kebisingan pemukiman enam b. Pengawas adalah
pemukiman, kebisingan hanya nan unit- (Leq) di lokasi penduduk. bulan
Dinas Lingkungan
kebisingan dilakukan pada unit proyek dan selama
adalah siang hari. Gedung tahap Hidup Kebersihan
pemukiman
maksimal 55 Kantor penduduk konstruksi dan Keindahan
dB(A) pada DPMPTSP menggunakan Kota (DLHK3)
radius 500 alat sound level Kota Banda Aceh
meter. meter. dan camat Lueng
Bata.
c. Pelaporan :
Pemerintah Kota
Banda Aceh
Melalui Dinas
Lingkungan
Hidup Kebersihan
dan Keindahan
Kota (DLHK3)
Kota Banda Aceh
setiap 6 bulan
sekali

Gangguan Tenaga kerja - Memakai APD yang Lokasi Selama Melakukan Lokasi base Minimal 1 a. Pelaksana :
Kesehatan dan mengalami sesuai (mis: masker, tapak kegiatan survey dan camp, lokasi kali dalam DPMPTSP
Keselamatan gangguan sarung tangan). proyek. pembangun wawancara. bongkar muat enam b. Pengawas :
Kerja (K3) kesehatan dan - Menyiapkan lokasi an unit-unit material dalam bulan
Dinas
kecelakaan pembongkaran Gedung tapak proyek. selama
kerja. material dan bahan Kantor tahap Lingkungan
bangunan yang DPMPTSP konstruksi Hidup

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)


III-6
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Institusi Pengelola
Sumber Besaran
No Jenis Dampak Bentuk Lokasi Bentuk Lokasi dan Pemantau
Dampak Dampak Periode Periode
Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
aman bagi pekerja berlangsung Kebersihan dan
dan masyarakat Keindahan Kota
sekitar lokasi proyek (DLHK3) Kota
- Menyiapkan bahan
Banda Aceh,
bahan kebutuhan
pekerja yang sesuai dan Camat
dengan standar Lueng Bata
keselamatan tenaga c. Pelaporan :
kerja. Pemerintah Kota
- Menyiapkan kotak Banda Aceh
P3K di lokasi proyek. Melalui Dinas
- Base camp Lingkungan
memenuhi standar
Hidup
kesehatan bagi
tenaga kerja. Kebersihan dan
- Tidak membuang Keindahan Kota
sampah dan sisa (DLHK3) Kota
makanan bagi Banda Aceh
pekerja yang tinggal setiap 6 bulan
di Base Camp. sekali.
- Tersedia cukup air
bersih di Base Camp.
- Karyawan yang
sedang sakit tidak
boleh bekerja.
5. Demobilisasi Gangguan Terjadi - Peningkatan disiplin Pada jalur yang Selama - Pengamatan Pada rute Dilakukan a. Pelaksana :
Peralatan. Arus gangguan pengemudi dilalui kegiatan lapangan. jalan yang minimal satu DPMPTSP.
Lalulintas arus lalulintas kendaraan kendaraan demobilisasi - Memantau dilalui untuk kali di akhir b. Pengawas
pada jalur pengangkut demobilisasi peralatan kondisi arus demobilisasi tahap
adalah Dinas
demobilisasi demobilisasi peralatan. dari lokasi lalulintas peralatan. konstruksi.
material. peralatan. proyek. khususnya di Perhubungan
- Mematuhi batas sekitar lokasi Kota Banda
tonase yang proyek. Aceh.
diijinkan sesuai c. Pelaporan :
kelas jalan. Pemerintah Kota
- Bila dibutuhkan Banda Aceh
dapat meminta Melalui Dinas
bantuan polisi untuk
Lingkungan
pengawalan
demobilisasi Hidup
peralatan. Kebersihan dan
Keindahan Kota
(DLHK3) Kota
Banda Aceh
setiap 6 bulan
sekali

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)


III-7
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Institusi Pengelola
Sumber Besaran
No Jenis Dampak Bentuk Lokasi Bentuk Lokasi dan Pemantau
Dampak Dampak Periode Periode
Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
Pelepasan Tenaga kerja Pihak perusahaan Tenaga Diakhir Wawancara Tenaga kerja Sekali di a. Pelaksana :
Hubungan konstruksi menuntaskan kerja tahap dan pada lokasi akhir DPMPTSP
Kerja kehilangan pembayaran konstruksi di konstru observasi tapak proyek. tahap b. Pengawas
pekerjaan. upah/gaji terhadap lokasi ksi. lapangan konstruksi.
adalah Dinas
setiap tenaga kerja proyek. terhadap
akibat berakhirnya pembayaran Lingkungan
masa konstruksi. upah/gaji Hidup
tenaga kerja Kebersihan dan
konstruksi. Keindahan Kota
(DLHK3) Kota
Banda Aceh,
dan Camat
Lueng Bata.
c. Pelaporan :
Pemerintah Kota
Banda Aceh
Melalui Dinas
Lingkungan
Hidup
Kebersihan dan
Keindahan Kota
(DLHK3) Kota
Banda Aceh

Tahap Operasi
1. Operasional Peningkatan Keputusan - Mengelola Gedung Selama - Pengambil an Outlet dan Sekali dalam a. Pelaksana :
Gedung Kantor Air Limbah Menteri Negara pembuangan air Kantor tahap sampel air saluran enam bulan. DPMPTSP
DPMPTSP Domestik LH Nomor limbah atau DPMPTSP dan operas limbah. drainase. b. Pengawas
PermenLH No membuat peresapan sarana - Analisis
adalah Dinas
68 Tahun dan saluran drainase pendukungnya laboratorium.
2016 Tentang dengan benar - Membandingka Lingkungan
Baku Mutu Air sehingga tidak n dengan Hidup
Limbah mencemari PermenLH No Kebersihan dan
Domestik. lingkungan. 68 Tahun 2016 Keindahan Kota
- Memeriksa kualitas Tentang Baku (DLHK3) Kota
air limbah ke Mutu Air Banda Aceh
laboratorium rujukan Limbah c. Pelaporan :
secara rutin. Domestik.
Pemerintah
Kota Banda
Aceh Melalui
Dinas
Lingkungan
Hidup

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)


III-8
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Institusi Pengelola
Sumber Besaran
No Jenis Dampak Bentuk Lokasi Bentuk Lokasi dan Pemantau
Dampak Dampak Periode Periode
Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
Kebersihan dan
Keindahan Kota
(DLHK3) Kota
Banda Aceh

Peningkatan Undang- Undang - Memasang tempat Kompleks Seluruh Melakukan Sarana Setiap 1 a. Pelaksana :
Limbah Padat Republik pembuangan sampah Gedung siklus survey dan persampahan di tahun sekali DPMPTSP
(Sampah) Indonesia Nomor di lokasi Gedung Kantor kegiatan wawancara lokasi proyek. selama b. Pengawas adalah
18 Tahun 2008 Kantor DPMPTSP. DPMPTSP di tahap langsung. masa
Dinas
tentang sampah - Pengangkutan operasi. operasional
sampah dari TPS ke Lingkungan
TPA dilakukan secara Hidup Kebersihan
periodik dan Keindahan
- Pengumpulan Kota (DLHK3)
sampah dipisahkan Kota Banda Aceh
berdasarkan jenisnya c. Pelaporan :
yaitu sampah organik Pemerintah Kota
dan anorganik,
Banda Aceh
seperti plastik, dan
kertas. Melalui Dinas
- Pemisahan sampah- Lingkungan
sampah yang dapat Hidup Kebersihan
di daur ulang dan Keindahan
- Memasukkan dalam Kota (DLHK3)
kantong plastik Kota Banda Aceh
sampah-sampah agar
mudah diangkut oleh
kendaraan
pengangkut sampah.
- Pengangkutan dari
TPS ke TPA .

Sanitasi Kondisi sanitasi - Menanam vegetasi Lokasi tapak Selama Pengamatan Lokasi tapak Minimal 1 a. Pelaksana :
Lingkungan lingkungan dan pada lokasi- lokasi proyek. tahap lapangan proyek. kali dalam DPMPTSP
jenis tertentu di sekitar operasi. dan data enam b. Pengawas
penyakit dapat lokasi perumahan dari bulan
adalah Dinas
muncul dan dan membuat jalur Puskesmas selama
berkembang. hijau. masa Lingkungan
- Menyediakan operasional Hidup
Ruang Terbuka Gedung Kebersihan dan
Hijau (RTH). Kantor Keindahan Kota
- Membersihkan DPMPTSP. (DLHK3) Kota
drainase secara Banda Aceh
berkala. c. Pelaporan :
- Mengumpulkan
Pemerintah Kota
data dari
Puskesmas Lueng Banda Aceh

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)


III-9
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Institusi Pengelola
Sumber Besaran
No Jenis Dampak Bentuk Lokasi Bentuk Lokasi dan Pemantau
Dampak Dampak Periode Periode
Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
Bata jenis penyakit Melalui Dinas
yang muncul dan Lingkungan
berkembang akibat Hidup
aktivits kantor.
Kebersihan dan
Keindahan Kota
(DLHK3) Kota
Banda Aceh

Peningkatan Kualitas Air Eksplorasi sumur Air bersih Seluruh Pengukuran Air bersih dalam Sekali dalam a. Pelaksana :
Kebutuhan Air Berdasarkan DAP (sumur dalam siklus debit dan lokasi tapak enam bulan. DPMPTSP
Bersih. Keputusan dangkal) dilakukan lokasi tapak kegiatan kualitas air proyek. b. Pengawas :
Menteri hanya untuk proyek. di tahap bersih.
Dinas
Kesehatan kebutuhan operasi.
Hidup No. 496 operasional kantor. Lingkungan
Tahun 2010 Hidup
tentang Kebersihan dan
persyaratan Keindahan Kota
kualitas air (DLHK3) Kota
minum Banda Aceh,
. dan Camat
Lueng Bata
c. Pelaporan :
Pemerintah Kota
Banda Aceh
Melalui Dinas
Lingkungan
Hidup
Kebersihan dan
Keindahan Kota
(DLHK3) Kota
Banda Aceh
setiap 6 bulan
sekali.

Terbukanya Masyarakat - Memberi Pada Selama Pengamatan Pada Minimal 1kali a. Pelaksana :
Kesempata sekitar kesempatan kerja masyarakat tahap lapangan masyarakat dalam enam DPMPTSP.
Kerja lokasi kepada anggota sekitar lokasi operasi. dan sekitar lokasi bulan selama b. Pengawas : Dinas
proyek. masyarakat kegiatan. wawancara kegiatan. masa
Sosial dan tenaga
sekitar. operasional
- Memberikan skala Gedung Kerja Kota Banda
prioritas kepada Kantor Aceh, dan Dinas
tenaga kerja DPMPTSP. Lingkungan Hidup
lokal. Kebersihan dan
Keindahan Kota

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)


III-10
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Institusi Pengelola
Sumber Besaran
No Jenis Dampak Bentuk Lokasi Bentuk Lokasi dan Pemantau
Dampak Dampak Periode Periode
Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
(DLHK3) Kota
Banda Aceh
c. Pelaporan :
Pemerintah Kota
Banda Aceh
Melalui Dinas
Lingkungan Hidup
Kebersihan dan
Keindahan Kota
(DLHK3) Kota
Banda Aceh

Proses Sosial Jumlah kasus/ - Membentuk forum Masyarakat Dilakukan - Observasi Masyarakat 1kali dalam a. Pelaksana :
konflik akibat terbatas untuk sekitar lokasi pada dan sekitar lokasi setahun DPMPTSP.
operasional membantu kegiatan. seluruh Wawancara kegiatan. selama masa b. Pengawas : Dinas
Gedung Kantor pemrakarsa untuk siklus - Analisis Data operasional
Sosial dan tenaga
DPMPTSP. menangani kegiatan secara kantor
permasalahan di tahap deskriptif Kerja Kota Banda
sosial. operasi. evaluatif Aceh, dan Dinas
- Memfasilitasi Lingkungan Hidup
berbagai kegiatan Kebersihan dan
masyarakat sekitar Keindahan Kota
untuk membangun (DLHK3) Kota
kebersamaan Banda Aceh
dengan
c. Pelaporan :
masyarakat di
sekitar lokasi Pemerintah Kota
proyek Banda Aceh Melalui
Dinas Lingkungan
Hidup Kebersihan
dan Keindahan Kota
(DLHK3) Kota
Banda Aceh

Bahaya Besaran - Mengupayakan Lokasi Dilakukan Mengadakan Lokasi tapak Minimal sekali a. Pelaksana :
Kebakaran dampak pencegahan dan tapak pada pemantauan kegiatan dalam enam DPMPTSP.
dinilai potensi penanggulangan kegiatan seluruh tentang operasional bulan selama b. Pengawas adalah
terjadinya bahaya kebakaran, operasional siklus penyedian alat kantor masa
Dinas Lingkungan
kebakaran. yang meliputi kantor kegiatan pemadam api operasional
penyediaan alat pada tahap dan SOP dalam Hidup Kebersihan
pemadam api ringan operasi menghadapi dan Keindahan
(APAR), berlangsung bahaya Kota (DLHK3)
- menyiapkan SOP kebakaran Kota Banda Aceh
(Standard Operating dan Dinas
Procedure) serta Pemadam

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)


III-11
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Institusi Pengelola
Sumber Besaran
No Jenis Dampak Bentuk Lokasi Bentuk Lokasi dan Pemantau
Dampak Dampak Periode Periode
Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Lingkungan Hidup
membuat peringatan Kebakaran dan
bahaya kebakaran. Penyelamatan
- Memasang papan (DPKP) Kota
peringatan untuk tidak
merokok ataupun Banda Aceh.
melakukan sesuatu c. Pelaporan :
yang memicu Pemerintah Kota
terjadinya kebakaran Banda Aceh
Melalui Dinas
Lingkungan
Hidup Kebersihan
dan Keindahan
Kota (DLHK3)
Kota Banda Aceh
setiap 6 bulan
sekali

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)


III-12
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh Tahun 2019

BAB IV
JUMLAH DAN JENIS PPLH YANG DIBUTUHKAN

Mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang


Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) dan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan maka setiap kegiatan yang wajib
AMDAL dan UKL - UPL harus memperoleh Izin Lingkungan.

4.1 Jumlah dan Jenis Izin PPLH yang dibutuhkan Untuk Pembangunan Gedung
Kantor DPMPTSP

Kegiatan pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP pada tahap konstruksi dan operasi
akan menghasilkan dampak yang harus dikelola sesuai dengan pedoman dan petunjuk
berdasarkan peraturan yang sudah ditetapkan, sehingga dalam kegiatan pembangunan ini
memerlukan izin pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup Izin PPLH yang dibutuhkan
untuk pembangunan ada 2 (dua) katagori yaitu :

1. Rekomendasi UKL-UPL dan Izin Lingkungan


2. Izin Pembuangan Limbah Cair

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) IV-1
BAB V
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
Jabatan : Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Aceh
Nomor Telpon : +62 651-23171, & +62 651-7554075
Fax : +62 651-23171
Email : investasi@acehprov.go.id & dpmptspaceh@gmail.com
Web : https://dpmptsp.acehprov.go.id/

Selaku penanggung jawab atas pengelolaan lingkungan hidup dari:


Nama Kegiatan : UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Aceh
Alamat Kegiatan : Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh

Dengan ini menyatakan bahwa :


1) Kami bersedia melaksanakan program-program dalam pengelolaan lingkungan hidup
yang termuat dalam dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) Pembangunan Gedung Kantor Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Aceh di Gampong
Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh.
2) Kami bersedia melaksanakan program-program dalam pemantauan lingkungan hidup
yang termuat dalam dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) Pembangunan Gedung Kantor Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Aceh di Gampong
Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh.

Apabila kami tidak melaksanakan sebagaimana butir 1) dan butir 2) tersebut, kami bersedia
menghentikan kegiatan dan mempertanggung jawabkannya secara hukum yang berlaku.

Banda Aceh, Maret 2019


Kepala DPMPTSP Aceh,

Dr. Aulia Sofyan, S.Sos., M.Si.


NIP : 19721018 199203 1 002

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) V-1
No :
Hal : Rekomendasi
Lampiran : Dokumen UKL-UPL

Kepada Yth,
Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Keindahan Kota
(DLHK3) Kota Banda Aceh
Di
Banda Aceh

Dengan Hormat,

Sehubungan dengan telah selesainya penyusunan dokumen Upaya Pengelolaan


Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) Pembangunan
Gedung Kantor Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Aceh
di Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh, maka bersama ini kami
sampaikan dokumen tersebut kepada bapak untuk dapat dikoreksi dan sekaligus
pengesahannya (Rekomendasi).
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, atas kerjasama yang baik diucapkan
terimakasih

Banda Aceh, 13 Maret 2019


Kepala DPMPTSP Aceh,

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) V-2
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh Tahun 2019

BAB VI
RONA LINGKUNGAN AWAL

Pembahasan rona lingkungan awal dalam dokumen ini adalah komponen lingkungan
hidup yang diperkirakan akan terkena dampak. Komponen lingkungan hidup yang akan
dibahas meliputi: (1) Komponen Fisik-Kimia yang mencakup iklim, kualitas udara, kualitas air,
(2) Komponen Biologi yang mencakup flora, fauna, dan biota perairan; (3) Komponen sosial
yang mencakup aspek kependuduk, aspek ekonomi. Aspek sosial budaya dan kesehatan
masyarakat.

6.1 Komponen Fisik-Kimia


Komponen Fisik Kimia yang dibahas meliputi: iklim, kualitas udara, kualitas air. Data
aspek Fisik Kimia diperoleh dari data sekunder dan data primer melalui pengamatan
langsung di lapangan (insitu), analisis dan penelitian di laboratorium. Lokasi pengambilan
contoh ditentukan dengan mempertimbangkan batas wilayah studi, yang meliputi batas
proyek, batas ekologi, batas sosial, batas administrasi, dan batas teknis. Data primer yang
dikumpulkan antara lain: kualitas udara, kualitas air, kebisingan, dan transportasi. Sedangkan
data sekunder meliputi iklim, geologi, fisiografi lahan, dan tata ruang.

6.1.1 Iklim (Curah Hujan)


Tabel 6.1. Curah Hujan Bulanan Stasiun Klimatologi Indrapuri 2006-2015 (mm)
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulan Total Rerata
CH CH CH CH CH CH CH CH CH CH
1 129 189 151 232 135 243 267 360 77 181 1964 196,4
2 177 36 69 170 42 98 95 173 71 13 944 94,4
3 103 146 220 128 128 235 150 187 65 55 1417 141,7
4 167 278 136 99 223 207 155 170 170 318 1923 192,3
5 66 214 72 89 202 78 145 259 168 188 1481 148,1
6 114 49 87 27 141 17 20 142 80 23 700 70,0
7 7 73 35 6 107 79 59 65 29 107 567 56,7
8 18 41 58 146 82 80 51 38 60 32 606 60,6
9 96 24 99 85 102 125 86 188 162 142 1109 110,9
10 163 132 115 85 127 118 146 82 296 212 1476 147.6
11 271 276 262 188 327 195 381 190 409 324 2908 290,8
12 87 228 238 327 258 213 199 297 460 267 2574 257,4
Total 1,398 1,686 1,542 1,582 1,874 1,688 1,754 2,151 2,047 1,734 17669 1766,9
Rerata 116.50 140.50 128.50 131.83 156.17 140.67 146.17 179.25 170.58 144,50 1472,41 147,24
Sumber : BMKG Stasiun Klimatologi Indrapuri (2015)

Kisaran curah hujan 1.398 mm tahun-1 – 2.151 mm tahun-1. Selama 10 tahun (2006-
2015) terdapat 72 bulan basah (CH > 100 mm), Rerata bulan basah (BB) = 7,2 bulan

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) VI-1
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh Tahun 2019

tahun-1. Selama 10 tahun (2006-2015) terdapat 2,0 bulan kering (CH < 60 mm), Rerata
bulan kering (BK) = 2, 0 mm tahun-1. Tipe iklim menurut Schmidr&Ferguson : B
(basah/wet), dengan nilai Q = 27,78% (Q=14,3 – 33,0% → basah).

6.1.2 Kualitas Udara dan Kebisingan


a. Kualitas Udara dan kebisingan
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang pengendalian
Pencemaran Udara, maka perlu dilakukan pengukuran kualitas udara ambient di lapangan.
Pengambilan sampel udara di lokasi kegiatan dilakukan di rencana pembangunan gedung
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Aceh,
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata, Kota Banda Aceh.

Komponen kualitas udara yang diteliti meliputi kadar SO 2 , NO 2 , CO, dan debu (TSP)
sesuai dengan SK MENLH No. 41/MENLH/1999, sedangkan kebisingan sesuai dengan KepMen
LH No. 48/MENLH/11/1996. Pemilihan lokasi pengambilan sampel didasarkan pada
pertimbangan bahwa lokasi tersebut berada di lokasi kegiatan dan di pemukiman sekitar
lokasi kegiatan.

Pembangunan gedung DPMPTSP di Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata Kota
Banda Aceh selama masa konstruksi dan operasi berlangsung diperkirakan dapat
memberikan dampak terhadap penurunan kualitas lingkungan yang salah satunya adalah
kualitas udara ambien. Pengaruh pada kualitas udara ambien oleh aktifitas konstruksi seperti
pengolahan tanah (land clearing), mobilisasi bahan dan peralatan serta kebisingan akan
terjadi. Hasil pengukuran terhadap parameter kualitas udara di dua lokasi uji ditabulasikan
pada Tabel 6.2. Hasil pengukuran terhadap kandungan debu total (TSP) untuk kedua lokasi
sampling memperlihatkan hasil yang masih berada di bawah baku mutu berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 untuk lingkungan udara ambien. Debu halus
yang terdispersi ke udara secara umum disebut total kelarutan debu atau partikulat (TSP:
Total Suspended Particulates) merupakan salah satu bentuk pencemar yang berbahaya.
Banyak bentuk senyawaan kimia di udara terikat dalam partikel. Besarnya debu itu sangat
mempengaruhi keberadaannya di udara, bertambah kecil diameternya keberadaannya
tambah lama atau penyebarannya semakin luas. Sebagai sumber kandungan debu pada
udara ambien pada umumnya adalah berasal dari kegiatan transportasi dan adanya angin
dan mgangkat debu-debu pada tanah dan jalan yang tidak tertutup vegetasi dan aspal.
Kadar debu di pemukiman terlihat sedikit lebih kecil dari pada lokasi rencana pembangunan
gedung DPMPTSP, hal ini akibat banyaknya kendaraan yang lewat di pemukiman lebih sedikit

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) VI-2
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh Tahun 2019

dibanding dengan lokasi rencana pembangunan gedung DPMPTSP. Lokasi gedung DPMPTSP
(U-01) berada di jalan nasional yang banyak dilalui oleh kedaraan dan kondisi jalan juga ada
bagian yang tidak tertutup dipinggirnya membuat debu yang beterbangan jadi lebih banyak.
Hal ini juga dipengaruhi oleh angina dan kecepatan kendaraan yang melewati jalan nasional
tersebut. Adapun kondisi dipemukiman (U-02) jumlah kenderaan yang melintas lebih sedikit
dan pada umumnya pada kecepatan yang lebih rendah disbanding dengan di jalan nasional,
hal ini berdampak pada rendahnya debu yang beterbangan di udara.

Hasil pengukuran untuk parameter kualitas udara lainnya seperti CO, NO 2 dan SO 2
semuanya juga di bawah ambang batas. Parameter CO dan NO 2 yang terukur di pemukiman
(U-02) menunjukkan fenomena yang sama dengan debu yaitu lebih kecil jika dibandingkan
dengan di lokasi rencana pembangunan gedung DPMPTSP, hal ini karena jumlah kenderaan
yang melintasi di jalan nasional jauh lebih banyan disbanding dengan yang melintasi di jalan
dalam area pemukiman. Karbon monoksida yang terdapat di udara terbentuk dari salah satu
peroses pembakaran tidak sempurna terhadap karbon atau komponen yang mengandung
karbon menjadi karbon monoksida. Sedangkan gas NO 2 juga dapat di sebabkan oleh aktifitas
pembakaran pada kegiatan transportasi oleh kendaraan bermotor dan dari kegiatan industri.

Tabel 6.2 Hasil pengukuran parameter kualitas udara dan kebisingan


Waktu Hasil Pengukuran
No. Parameter Satuan Baku mutu
Pengukuran U-01 U-02
3 *)
1. TSP (debu) 24 jam µg/Nm 230 31,0 20,6
2. Carbon Monoksida 1 jam µg/Nm3 30.000*) 1.340 1.225
(CO)
3. Nitrogen Dioksida 1 jam µg/Nm3 400*) 67,5 58,7
(NO 2 )
4. Sulfur Dioksida 1 jam µg/Nm3 900*) 87,6 96,9
(SO 2 )
5. Kebisingan dB(A) 55**) 51,2 47,0
*)
SK MENLH No. 41/MENLH/1999.
**)
SK MENLH No. 48/MENLH/1996.
Lokasi pengamatan:
U-01 : Lokasi Pembangunan DPMPTSP, Gampong Cot Mesjid, Kec. Lueng Bata Kota Banda Aceh
(N 05O 32' 12,41" ; E 095O 20' 30,48")
U-02 : Lokasi Pemukiman, Gampong Cot Mesjid, Kec. Lueng Bata Kota Banda Aceh
(N 05O 32' 04,41" ; E 095O 20' 19,45")

Sulfur Dioksida (SO 2 ) merupakan gas yang sangat mudah terlarut dalam air, gas tidak
berwarna, berbau dalam konsentrasi pekat dan tidak mudah terbakar. Gas SO 2 terbentuk
saat terjadi pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung sulfur. Di daerah lokasi

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) VI-3
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh Tahun 2019

rencana pembangunan gedung DPMPTSP dan dipemukiman Gampong Cot Mesjid terdapat
pembangkit listrik yang juga menggunakan bahan bakar fosil yang dapat menghasilkan gas
SO 2 juga. Hasil pengukuran menunjukkan fenomena berbeda dimana kandungan SO2 di
udara di lokasi DPMPTSP lebih rendah dibandingkan di lokasi pemukiman. Ada factor lain
juga yang mempengaruhi yaitu suhu dan keberadaan pohon, dimana pada lokasi rencana
gedung DPMPTSP lebih banyak pohon dan sejuk disbanding pengukuran yang dilakukan di
lokasi pemukiman. Perbedaan ini tidak begitu signifikan dan masih jauh dari baku mutu juga.

Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu kegiatan dalam tingkat dan
waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan. Tingkat kebisingan suatu lokasi menunjukkan ukuran energi bunyi
yang dinyatakan dalam satuan desibel atau disingkat dengan notasi dB(A). Lokasi
pengambilan sampel tingkat kebisingan sama dengan lokasi pengambilan sampel kualitas
udara. Cara pengukuran dengan menggunakan alat Sound Level Meter, perhitungan dan
evaluasi tingkat kebisingan berpedoman pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor Per.13/Men/X/2011 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas faktor
fisika dan faktor kimia di tempat kerja.

Gambar 6.1 Pengukuran kualitas udara dan kebisingan di lokasi kegiatan rencana
pembangunan gedung DPMPTSP di Gampong Cot Mesjid, Kecamatan Lueng
Bata, Kota Banda Aceh.

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) VI-4
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh Tahun 2019

Hasil pengukuran parameter kebisingan memperlihatkan bahwa derajat kebisingan di


lokasi studi baik di lokasi rencana pembangunan gedung DPMPTSP dan lokasi pemukiman
menunjukkan kondisi masih di bawah ambang batas kebisingan untuk kawasan pemukiman
(SK MENLH No. 41/MENLH/1996). Kebisingan di lokasi studi Gampong Cot Mesjid ini
disebabkan dari aktifitas masyarakat dan transportasi. Pengukuran di lakukan dekat dengan
jalan, baik jalan nasional maupun jalan gampong sehingga aktifitas kendaraan yang lewat
sangat mmempengaruhi. Hasil pengukuran juga menunjukkan pengukuran di lokasi rencana
pembangunan gedung DPMPTSP jauh lebih tinggi disbanding dengan pada lokasi
pemukiman. Hal ini terjadi karena jumlah dan intensitas kendaraan yang lewat di jalan
nasional lebih banyak debanding dengan yang lebat di kawasan pemukiman. Hasil
pengukuran parameter kualitas udara dan tingkat kebisingan berdasarkan Kep. MenLH No.
48/1996, seperti ditunjukkan pada Tabel 6.3 untuk ke dua lokasi dapat disimpulkan bahwa
kualitas udara khususnya parameter kebisingan di lokasi studi dinilai masih sangat baik, tidak
berbahaya, dan tidak mengganggu.

Hasil pengukuran parameter kualitas kebisingan ini, dikaitkan dengan kriteria tingkat
kebisingan berdasarkan Kep. MenLH No. 48/1996 (Tabel 6.3), dapat disimpulkan bahwa
kebisingan untuk lokasi rencana pembangunan gedung DPMPTSP di gampong Cot Mesjid,
Kecamatan Lueng Bata, Kota Banda Aceh masih sangat baik.

Tabel 6.3 Kriteria Tingkat Kebisingan dan Nilai Kebisingan di Lokasi Sampling
Intensitas Kriteria Kualitas Bakumutu kebisingan
No.
Kebisingan (dBA) Lingkungan (Kep. MenLH No. 48/1996)
1 > 100 Terlalu bising
(berbahaya)
2 71 – 100 Mengganggu dan
berbahaya
3 51 – 70 Tidak mengganggu 55 dBA (kawasan pemukiman)
4 20 – 50 Tidak menimbulkan
kebisingan
5 0 – 20 Sunyi
Sumber: Kep. MenLH No. 48/1996.

b. Kualitas Air
Air merupakan unsur penting bagi kehidupan, karena air dapat membantu
metabolisme dalam tubuh, untuk minum, mencuci, dan sebagainya. Kebutuhan air bersih
terus meningkat dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan industri. Untuk
menjaga atau mencapai kualitas air sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) VI-5
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh Tahun 2019

sesuai dengan tingkat mutu air yang diinginkan, maka perlu upaya pelestarian dan atau
pengendalian. Pelestarian kualitas air merupakan upaya untuk memelihara fungsi air agar
kualitasnya tetap pada kondisi alamiahnya. Pengelolaan kualitas air pada berbagai sumber
dilakukan dengan upaya pengendalian pencemaran air, yaitu upaya memelihara fungsi air
sehingga kualitas air memenuhi baku mutu air. Pengelolaan kualitas air adalah upaya
pemeliharan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk
menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisi alamiahnya.

Pada dasarnya semua jenis usaha/kegiatan yang akan dan sedang dilaksanakan
harus selalu dapat menjaga dan menjamin kelestarian lingkungan dengan mengelola dan
meminimalkan dampak negatif yang mungkin ditimbulkan terhadap komponen lingkungan
termasuk salah satunya kualitas air. Kegiatan pembangunan kantor Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) yang akan dilaksanakan berdekatan dengan
kawasan pemukiman pendudul dan saluran drainase perkotaan. Untuk menjaga dan
mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan terhadap kualitas air baku pada saat
pembangunan dan pengoperasian kantor DPMPTSP dilaksanakan sangat perlu dilakukan
pemantauan dan pengujian terhadap kualitas air tanah dan air permukaan di sekitar lokasi
kegiatan. Sampel air drainase yang berbatasan langsung dan merupakan saluran
pembuangan dari dengan lokasi pembangunan kantor DPMPTSP telah diambil sebagai
sampel untuk dianalisis di Laboratorium. Disamping air sumur bor masyarakat di desa Cot
Mesjid yang berdekatan dengan lokasi rencana kegiatan pembangunan kantor DPMPTSP juga
telah diambil air untuk dianalisis secara insitu dan di laboratorium. Pengambilan contoh air
dan analisis kualitas air mengacu pada Standard Method (APHA, 1999). Analisis kualitas air
dilakukan di dua tempat, yaitu analisis di titik pengambilan contoh (in situ) dan analisis di
laboratorium uji. Contoh air yang dianalisis di laboratorium induk diletakkan dalam botol
contoh (disesuaikan sesuai dengan parameter) dan secepat mungkin dilakukan analisis.
Contoh air tersebut disimpan dalam lemari pendingin (ice box). Metoda pengambilan contoh
yang dilakukan adalah metoda sesaat (Grab Sampling). Jumlah sampel yang diambil
sebanyak 5 L sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan untuk keperluan analisis. Hasil
pengujian terhadap kualitas air sumur bor dan air drainase ditabulasikan pada Tabel 6.4 dan
Tabel 6.5.

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) VI-6
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh Tahun 2019

Gambar 6.2 Tim Fisik Kimia sedang mengambil sampel dan pengujian insitu air sumur
bor masyarakat berbatasan langsung dengan lokasi rencana pembangunan
kantor DPMTSP

Hasil pengukuran kualitas air sumur bor baik parameter fisik maupun kimia serta
mikrobiologi dapat dilihat pada Tabel 6.4. Parameter fisika air yang merupakan parameter
yang tidak terkena langsung dengan kesehatan seperti suhu, bau, TSS, kekeruhan, dan TDS
telah dipilih untuk diukur nilainya. Dari hasil analisa menunjukkan bahwa kualitasi air secara
fisik umumnya dalam kondisi relatif baik yaitu di bawah baku mutu air minum sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air untuk Baku mutu air Kelas I (air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
air baku air minum) dan Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/V/2010 tentang persyaratan
kualitas air minum. Hasil analisis menunjukkan bahwa air sumur yang diambil dari lokasi
studi tidak berbau dan berasa tawar. Hal ini menunjukkan bahwa air sumur di lokasi studi
tidak dipengaruhi oleh adanya pencemaran oleh zat organik dan anorganik lainnya. Hasil
pengujian secara laboratorium terhadap kualitas kimia juga menunjukkan kualitas air sumur
bor menunjukkan bahwa nilai total zat organik masih dibawah baku mutu. Hasil pengujian
terhadap kandungan logam berat menunjukkan bahwa air sumur tersebut tidak mengandung
logam-logam berbahaya atau kalaupun ada konsentrasinya sangat rendah.

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) VI-7
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh Tahun 2019

Tabel 6.4 Kualitas air sumur bor sekitar lokasi rencana pembangunan kantor DPMPTSP
Hasil Baku Metoda
No Parameter Unit
Analisa Mutu Analisa
Tidak Tidak
1 Bau*) - Organoleptik
berbau berbau
Tidak Tidak
2 Rasa*) - Organoleptik
berasa berasa
Suhu
3 Temperatur*) 0
C 29,7 udara ± Termometri
3 0C
4 Daya hantar listrik (DHL) *) µmhos/cm 1,07 - Konduktometri
Total Padatan Tersuspensi
5 mg/L 14 50 Gravimetri
(TSS)
6 Total Padatan Terlarut (TDS) mg/L 71 1000 Potensiometri
7 pH*) 6,63 6-9 pH meter
8 Total Besi (Fe) mg/L 0,0105 0,3 AAS
9 Kadmium (Cd) mg/L ND 0,01 AAS
10 Perak (Ag) mg/L ND - AAS
11 Seng (Zn) mg/L 0,0341 0,05 AAS
12 Mangan (Mn) mg/L < 0,002 1 AAS
13 Timbal (Pb) mg/L ND 0,03 AAS
14 Krom (Cr) mg/L ND 0,05 AAS
15 Tembaga (Cu) mg/L 0,0103 0,02 AAS
16 Cobalt (Co) mg/L ND 0,2 AAS
17 Nikel (Ni) mg/L ND - AAS
MPN/ 100
18 e-coli 0 100 MPN
mL
MPN/ 100
19 Coliform 0 1000 MPN
mL
Keterangan :
*)
= hasil pengukuran insitu
Lokasi Sampling : Dekat lokasi rencana pembangunan Kantor DPMPTSP
Titik Koordinat : N : 050 32’ 13,0” E : 090 20’ 28,1”
Standar Mutu sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air dan Baku mutu air Kelas I (air yang peruntukannya dapat
digunakan untuk air baku air minum) dan Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/V/2010 tentang
persyaratan kualitas air minum

Hasil pengujian mikrobilogis menunjukkan bahwa air sumur bor masyarakat tidak
tercemar dengan bakteri ecoli atau sejenisnya. Bakteri coliform total merupakan semua jenis
bakteri aerobik, anaerobic fakultatif, dan rod-shape (bakteri batang) yang dapat
memfermentasi laktosa dan menghasilkan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35 0C. Bakteri
coliform total terdiri dari Escherichia coli, Citrobacter, Klebsiella, dan Enterobacter. Fecal
coliform adalah anggota dari coliform yang mampu memfermentasi laktosa pada suhu
44,5 0C dan merupakan bagian yang paling dominan pada tinja manusia dan hewan (Inggrid
dkk., 2018). Adanya kontaminasi bakteri ini dapat membahayakan kesehatan masyarakat jika

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) VI-8
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh Tahun 2019

air tersebut digunakan secara langsung sebagai air minum. Salah satu cara yang dapat
direkomendasikan untuk pengolahan air tercemar bakteri adalah dengan memasak air
tersebut sampai mendidih selama beberapa menit sehingga bakteri di dalam air menjadi mati
dan air tersebut kemudian dapat dikonsumsi sebagai air minum. Berdasarkan hasil
wawancara dan pengamatan di lokasi kegiatan, masyarakat Cot Mesjid dan sekitar lokasi
Kantor DPMPTSP tidak menggunakan air sumur sebagai sumber air minum. Sumber air
minum berasal dari air PDAM dan air isi ualng. Masyarakat sekitar menggunakan air sumur
untuk keperluan mencuci dan menyiram tanaman di perkarangan rumah.

Gambar 6.3 Tim Fisik Kimia sedang mengambil sampel dan pengujian insitu air
selokan/parit de depan lokasi rencana pembangunan kantor DPMTSP

Hasil analisa laboratorium terhadap kualitas air limbah domestik di drainase sekitar
lokasi rencana pembangunan Kantor DPMPTSP (tabel yy) menunjukkan bahwa beberapa
parameter yang diuji pada air saluran nilainya berada di bawah baku mutu sedangkan
beberapa parameter lainnya berada diatas baku air limbah domestik (Permen LHK Tahun
2016 No. P.63 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik). Secara visual, terlihat kualitas air
saluran (drainase) relatif jelek dan berwarna kehitaman dengan padatan tersuspensi yang
tinggi. Pada saat pengambilan sampel keadaan lokasi kegiatan sedang musim kemarau
dimana air saluran drainase tidak dalam keadaan mengalir dan air hanya terkonsentrasi
(terkumpul) pada titik tertentu. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
nilai BOD air drainase berkisar 1,6260 mg/L dan nilai CODnya berkisar 4 mg/L.
Berdasarkan hasil tersebut ditinjau dari kadar bahan organik dan anorganiknya air drainase
memenuhi persyaratan sebagai air buangan domestik.

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) VI-9
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh Tahun 2019

Tabel 6.5 Kualitas air saluran/drainase di saluran pembuangan depan lokasi rencana
pembangunan kantor DPMPTSP
Hasil Baku Mutu Metoda
No Parameter Unit
Analisa 1 2 Analisa
1 Bau*) - berbau - - Organoleptik
2 Rasa*) - berasa - - Organoleptik
Suhu
3 Temperatur*) 0
C 29,7 udara - Termometri
± 3 0C
1 pH*) - 6,38 - 6-9 pH meter
2 Minyak Lemak mg/L 0,192 1 5 Extraksi
Total Padatan Tersuspensi
3 mg/L 32 50 30 Gravimetri
(TSS)
4 Total Padatan Terlarut (TDS) mg/L 107 1000 - Potensiometer
5 Nitrat (NO 3 -N) mg/L 12,5 10 - Spektrometri
6 Nitrit (NO 2 -N) mg/L < 0,002 0.06 - Spektrometri
7 Ammonia (NH 3 -N) mg/L 108,76 0,5 10 Spektrometri
8 Posphate (PO 4 3-) mg/L 12,2695 400 - Spektrometri
9 BOD mg/L 1,6260 2 30 Winkler
10 COD mg/L 4 10 100 COD Mn
11 Besi (Fe) mg/L 0,0156 0,3 - AAS
12 Crom (Cr) mg/L ND 0,05 - AAS
13 Seng (Zn) mg/L 0,0187 0,05 - AAS
14 Merkuri (Hg) mg/L ND 0,001 - AAS
MPN/
15 Total Coliform 29 1000 3000 MPN
100 mL
Keterangan :
*)
= hasil pengukuran insitu
Lokasi Sampling : Air Saluran Drainase di depan rencana lokasi pembangunan KANTOR DPMPTSP
Titik Koordinat : N : 050 32’ 12,0” E : 0950 20’ 28”
Standar Mutu sesuai dengan : 1. Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk
Baku mutu air Kelas I dan 2. Permen LHK Tahun 2016 No. P.63 tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik

Konsentrasi minyak dan lemak memberikan hasil positif dengan kadar 0,192 mg/L
tetapi kadarnya masih relatif rendah dibandingkan dengan konsentrasi maksimum yang
diperbolehkan menurut Permen LHK Tahun 2016 No. P.63 tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik. Adanya minyak diduga berasal dari ceceran oli atau minyak yang berasal dari
buangan yang berasal dari rumah tangga atau bengkel sekitar lokasi. Pengujian secara
laboratorium terhadap kandungan logam-logam berat menunjukkan kualitas sampel air
drainase bebas dari kandungan logam – logam berat yang membahayakan atau kalaupun
ada konsentrasinya masih jauh di bawah batas ambang normal. Hal ini disebabkan karena

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) VI-10
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh Tahun 2019

belum adanya berbagai aktivitas yang menghasilkan logam sebagai limbahnya di sepanjang
drainase tersebut.

Dalam air limbah domestik, senyawa nitrogen dapat berada dalam bentuk amoniak
tereduksi sampai senyawa nitrat teroksidasi. Amoniak merupakan bagian dari nitrogen total
yang berasal dari oksidasi zat organis secara mikrobilogis yang berasal dari air buangan
industri dan penduduk. Amoniak merupakan senyawa organik yang penting di perairan.
Amoniak dapat berasal dari ekskresi mikroorganisme dan timbunan organik di perairan
(Arrie H, 2012). Pada proses penguraian bahan/material yang mengandung Nitrogen oleh
mikroorganisme dirubah menjadi Amoniak (NH4). Hasil pengujian menunjukkan nilai
ammoniak dengan konsentrasi 108,76 mg/L sudah berada diatas baku mutu. Tingginya
ammoniak ini juga didukung oleh tingginya nilai nitrat dalm air dengan konsentrasi 12,5
mg/L dalam air selokan. Senyawa amoniak, dapat ditemukan dimana-mana, dari kadar yang
relatif pada air selokan. Amoniak dengan konsentrasi yang tinggi pada sistem perairan dapat
merupakan racun bagi kehidupan air, terutama bagi kehidupan ikan karena adanya amoniak
dapat mengurangi kandungan oksigen dalam air (Housecroft, 2005). Namun demikian
khusus untuk air selokan di depan rencana kantor DPMPTSP konsentrasi ammoniak menjadi
sangat tinggi karena terjadi pemekatan amoniak terlarut mencapai nilai kelarutan yang tinggi
karena air selokan sudah mengering dan terkonsentrasi akibat musim kemarau. Jika terjadi
musim hujan atau air mengalir maka konsentrasi ammoniak dalam air selokan akan terjadi
pengenceran sehingga konsentrasi ammoniak diharapkan akan menjadi rendah.

6.2 Lingkungan Biologi


a. Flora

Secara umum tipe vegetasi di kawasan pembangunan gedung kantor Dinas


Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Aceh di Lueng Bata Banda
Aceh dapat dibagi menjadi dua golongan vegetasi, yaitu vegetasi alami dan vegetasi
budidaya sebagaimana diuraikan dibawah ini. Jenis tumbuhan yang terdapat pada masing-
masing tipe vegetasi yang diamati di kawasan tersebut dikelompokkan menjadi jenis flora
non-budidaya dan budidaya. Jenis flora non-budidaya yang terdapat adalah pohon, herba
dan semak liar yang umum dikenal antara lain :

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) VI-11
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh Tahun 2019

Tabel 6.6 Jenis flora non-budidaya di sekitar lokasi kegiatan


Nama Daerah Nama ilmiah Perawakan

Rumput teki Cyperus rotundus Herba

Tumbuhan rambat Cylea barbata Herba

Sumber : Hasil pengamatan lapangan 2019

1) Vegetasi Alam : Vegetasi alami yang dominan ditemukan di lokasi kegiatan adalah
rumput-rumputan.
2) Vegetasi Budaya : Umumnya jenis tanaman yang ditemukan di lokasi kegiatan adalah
jenis tanaman budidaya, hal ini dikarenakan lokasi kegiatan berada dalam pemukiman
penduduk. Jenis tanaman yang ditemukan beragam. Berdasarkan pengamatan, jenis-
jenis tumbuhan/tanaman yang terdapat di lokasi kegiatan ditampilkan pada Tabel 6.7

Tabel 6.7 Jenis tanaman budidaya di sekitar lokasi kegiatan


Nama Daerah Nama Ilmiah Perawakan
Asam jawa Tamarindus indica Pohon
Belimbing wuluh Averhoa bilimbi Pohon
Jambu biji Psidium guajava Tiang
Kupula Mimosop elengii Pohon
Kedodondong pagar Lannea nigritana Pohon
Daun kari Murayya koenigii Pohon
Pepaya Carica papaya Tiang
Jambu botol Syzygium malacance Pohon
Jeruk nipis Citrus aurantifolia Pohon
Rumput gajah Pennisetum purpureum Semak
Mangga Mangifera indica Pohon
Ubi kayu Manihot esculenta Pancang
Pisang Musa acuminata Tiang
Sumber : Hasil pengamatan lapangan 2019

Vegetasi budidaya yang dominan ditemukan di lokasi kegiatan adalah rumput gajah
(Pennisetum purpureum) tanaman ini sengaja ditanam oleh masyarakat untuk kebutuhan
pakan ternak warga.

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) VI-12
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh Tahun 2019

Gambar 6.4 Rumput gajah (Pennisetum purpureum) yang mendominasi di


lokasi pembangunan kantor Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Aceh

3) Vegetasi di pekarangan penduduk sekitar lokasi kegiatan


Jenis-jenis tanaman yang terdapat di pekarangan penduduk umumnya adalah jenis
tanaman hias. Selain tanaman hias penduduk juga menanam jenis-jenis tanaman yang
berguna untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Hasil pengamatan terhadap jenis-jenis tanaman
yang terdapat di pekarangan penduduk sekitar lokasi kegiatan pembangunan gedung kantor
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Aceh di Lueng Bata
Banda Aceh ditunjukkan pada Tabel 6.8
Tabel 6.8 Jenis tanaman pekarangan penduduk di sekitar lokasi kegiatan
Nama Daerah Nama Ilmiah Perawakan
Mangga Mangifera indica Pohon
Belimbing wuluh Averrhoa carambola Pohon
Pinang Arecca catechu Pohon
Nangka Artocarpus heterophyllus Pohon
Jambu air Syzium aqueum Pohon
Jeruk purut Citrus hystrix Pohon
Kedongdong Spondius dulcis Pohon
Pepaya Carica papaya Tiang
Jambu biji Syzigium malacence Tiang
Bunga kertas Bougainvillea spinosa Tiang
Daun afrika Vernonia amygdalina Herba
Cabe merah Capsicum annum Herba
Cabe rawit Capsicum frutescens Herba
Kamboja Adenium obesum semak
Kunyit Curcuma longa Herba

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) VI-13
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh Tahun 2019

Kencur Kaempferia galanga Herba


Pandan wangi Pandanus amaryllifolius Herba
Miana Coleus hybrydus Herba
Sumber : Hasil pengamatan lapangan 2019

b. Fauna
1) Satwa Liar

Satwa liar merupakan salah satu kekayaan hayati yang terdapat di suatu tempat.
Secara definisi satwa liar adalah berbagai vertebrata yang hidup liar, yang berasosiasi
dengan lingkungannya dalam suatu ekosistem alam (Alikodra, 1990). Dalam sebuah
ekosistem fungsi satwa liar antara lain sebagai konsumen, penyerbuk, penyebar biji dan
pengontrol populasi mangsanya.

Pengambilan data dilakukan dengan cara mengamati secara langsung dan


pengamatan secara tidak langsung melalui wawancara dengan penduduk setempat. Data
yang dikumpulkan berupa daftar jenis (list of species), keadaan populasi dalam
kelompoknya. Kawasan habitat alami ditemukan meskipun sangat sedikit dan luasannya
sangat kecil, jenis satwa yang didapatkan beragam.

Jenis satwa liar yang ditemukan di kawasan di sekitar lokasi dikelompokkan atas lima
kelompok besar, yaitu mamalia, burung (aves), reptilian, amphibian dan insekta. Jenis satwa
liar yang terdapat di lokasi kegiatan ditampilkan pada table berikut.

Tabel 6.9 Daftar jenis satwa di lokasi kegiatan


Nama Daerah Nama Ilmiah Keterangan
Musang Paradoxurus hermaphrodites Mamalia
Tikus Rattus sp Mamalia
Balam Streptopelia cinensis Aves
Pipit pinang Lonchura punctulata Aves
Pipit kepala putih Lonchura maja Aves
Burung madu sriganti Nectarinia jugularis Aves
Burung gereja Passer montanus Aves
Biawak Varanus salvatorius Reptilia
Kadal Maboyya multifasciata Reptilia
Katak Rana sp Amphibia
Kupu-kupu Pieris sp Insekta
Capung Pantala flavescens Insekta
Sumber: Hasil pengamatan lapangan 2019

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) VI-14
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh Tahun 2019

2) Satwa Peliharaan

Untuk ternak dan satwa peliharaan diperhatikan populasi dan jenisnya yang terdapat
di sekitar kegiatan. Selain itu diperhatikan pula jenis dan keterdapatan di tempat tersebut.
Selain pengambilan data primer, data sekunder dari informasi masyarakat setempat juga
digunakan sebagai pendukung. Jenis satwa peliharaan yang umumnya terdapat dilokasi
kegiatan dapat dilihat pada Tabel 6.10

Tabel 6.10 Daftar jenis hewan ternak dan peliharaan di sekitar lokasi kegiatan
Nama Daerah Nama Ilmiah Keterangan
Ayam Galus galus Burung/hewan ternak
Kucing Felis silvestris, Felis catus Mamalia/Hewan peliharaan
Sumber: Hasil pengamatan lapangan 2019

6.3 Komponen Sosial Ekonomi, Budaya dan Kesehatan Masyarakat


6.3.1 Gambaran Umum

Kota Banda Aceh adalah ibu kota dari Provinsi Aceh. Letak geografis Kota Banda Aceh
antara 050 16’ 15’’ - 5°36’ – 050 36’ 16’’ LU dan 95°16’ 15’’– 950 22’ 35’’ BT. Tinggi rata-rata
0,80 meter diatas permukaan laut, dengan luas wilayah 61,36 km2. Batas-batas wilayahnya
adalah sebagai berikut: Utara : Selat Malaka, Selatan : Kecamatan Darul Imarah dan
Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar, Barat : Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten
Aceh Besar, Timur : Kecamatan Barona Jaya dan Kecamatan Darussalam, Kabupaten Aceh
Besar. Adapun Wilayah administrasi Kota Banda Aceh meliputi 9 Kecamatan, 90 gampong,
Sedangkan luas dan prosentase untuk tiap kecamatan dapat dilihat pada Gambar 6.5 di
bawah ini.

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) VI-15
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh Tahun 2019

Gambar 6.5 Luas Wilayah Kota Banda Aceh Menurut Kecamatan (%).
Sumber : BPS Kota Banda Aceh, Tahun 2018

6.3.2 Aspek Demografi


Data jumlah penduduk di Kota Banda Aceh dari hasil proyeksi yaitu sebesar 259.913
jiwa pada tahun 2017 dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,96 persen dari tahun
sebelumnya. Penduduk laki-laki sebanyak 133.728 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak
126.185. Kecamatan Kuta Alam adalah kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak
(51.614 jiwa) dan Kecamatan Kuta Raja merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk
paling sedikit (13.365 jiwa). Jumlah penduduk terpadat berada di Kecamatan Baiturrahman
dengan kepadatan penduduk 8.088 jiwa per Km2. Sedangkan jumlah penduduk terjarang
berada di Kecamatan Kuta Raja dengan kepadatan penduduk sebesar 2.565 jiwa per Km2.

Tabel 6.11 Jumlah Penduduk Laki-Laki dan Perempuan, Sex Ratio dan Kepadatan
Penduduk Per Kecamatan di Kota Banda Aceh Tahun 2017.
Jumlah Sex Kepadatan
No Kecamatan Laki-Laki Perempuan
Penduduk Ratio (jiwa/Km2)
1 Meuraxa 10.466 9.304 19.770 112,5 2.723
2 Jaya Baru 13.148 12.355 25.503 106,4 6.747
3 Banda Raya 11.973 11.946 23.919 100,2 4.994
4 Baiturrahman 18.760 17.961 36.721 104,4 8.088
5 Lueng Bata 13.111 12.496 25.607 104,9 4.795
6 Kuta Alam 26.839 24.775 51.614 108,3 5.136
7 Kuta Raja 7.151 6.214 13.365 115,1 2.565

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) VI-16
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh Tahun 2019

8 Syiah Kuala 18.966 18.227 37.193 104,1 2.612


9 Ulee Kareng 13.314 12.907 26.221 103,2 4.264
2017 133.728 126.185 259.913 106,00 4.236
Jlh 2016 131.010 123.894 254.904 105,74 4.154
2015 128.982 121.321 250.303 106,31 4.079
Sumber : Kota Banda Aceh dalam Angka, 2018

Jumlah penduduk Kecamatan Lueng Bata sebagai lokasi rencana pembangunan


gedung DPMPTSP pada tahun 2017 sebanyak 25.607 jiwa yang terdiri dari 13.111 jiwa
penduduk laki-laki dan 12.496 jiwa penduduk perempuan. Kecamatan Lueng Bata mengalami
pertambahan penduduk minus sebanyak -0,04 persen pada tahun 2017 dibandingkan tahun
2016. Jumlah penduduk laki-laki secara umum lebih sedikit dari pada jumlah penduduk
perempuan. Berdasarkan sex rasio, Pada tahun 2017, untuk setiap 100 penduduk
perempuan terdapat 98 penduduk laki-laki di kecamatan ini. Kepadatan penduduk
Kecamatan Lueng Bata mencapai 4.795 jiwa per Km2. Berikut tabel Indikator Kependudukan
rinci di Kecamatan Lueng Bata.

Tabel 6.12 Jumlah Penduduk Laki-Laki dan Perempuan, Sex Ratio dan Kepadatan
Penduduk Per Gampong di Kec. Lueng Bata Kota Banda Aceh Tahun 2017.
Laki- Jumlah Kepadatan
No Gampong Perempuan Sex Ratio
Laki Penduduk (jiwa/Ha)
1 Lamdom 1.086 1.063 2.149 102,16 29
2 Cot Mesjid 1.961 2.164 4.125 90,62 119
3 Batoh 2.838 3.045 5.883 93,20 43
4 Lueng Bata 1.738 1.637 3.375 106,17 51
5 Blang Cut 975 811 1.786 120,22 34
6 Lampaloh 335 306 641 109,48 48
7 Sukadamai 804 778 1.582 103,34 52
8 Panteriek 2.358 2.104 4.462 112,07 87
9 Lamseupeung 1.261 1.704 2.965 74,00 39
2017 13.356 13.612 26.968 98,12 50
Jlh 2016 13.342 13.638 26.980 97,83 51
2015 13.199 13.436 26.638 98,21 50
Sumber : Kecamatan Lueng Bata dalam Angka, 2018

Sementara itu data penduduk di Gampong Cot Mesjid sebagai lokasi rencana
pembangunan gedung didiami oleh penduduk dengan jumlah 4.125 jiwa yang terdiri dari
1.961 jiwa penduduk laki-laki dan 2.164 jiwa penduduk perempuan. Dari jumlah penduduk
tersebut, ternyata jumlah penduduk laki-laki di gampong ini lebih sedikit dari pada jumlah

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) VI-17
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh Tahun 2019

penduduk perempuannya dengan sek rasio sebesar 90,62. Indikator kependudukan di


Gampong Cot Mesjid ditampilkan pada Tabel 6.13

Tabel 6.13 Jumlah Penduduk, Sex Ratio dan Kepadatan Penduduk Di Gampong Cot Mesjid
Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh.
Luas Laki-Laki Perempuan Jumlah Sex Kepadatan
Gampong 2
(km ) (jiwa) (jiwa) (jiwa) Ratio (jiwa/km2)
Cot Mesjid 34,06 1.961 2.164 4.125 90 50
Sumber : Kecamatan Lueng Bata dalam Angka, 2018

6.3.3 Pemanfaatan Ruang Kota


1) Penggunaan Lahan
Arahan zonasi fisik Banda Aceh, yang secara garis besar terbagi atas Kawasan
Pengembangan Terbatas (Restristic Development Area, meliputi zona I, II, dan III), Kawasan
Pengembangan (Promoted Development Area, zona IV). pola penggunaan lahannya yang
terdiri dari kawasan terbangun seluas 2.124,95 Ha atau 34,63% dan kawasan non terbangun
berupa ruang terbuka seluas 4.010,95 Ha atau 65,37%. Kawasan terbangun meliputi
permukiman, perkantoran baik pemerintah maupun swasta, pelayanan umum, perdagangan
dan jasa, pendidikan, kesehatan, rekreasi dan wisata, pelabuhan, peribadatan, dan
kesehatan, sedangkan ruang terbuka meliputi taman, hutan kota, kawasan lindung, kuburan,
rawa-rawa, dan tambak atau areal genangan. pembangunan perumahan baru kondisi
sesudah bencana gempa dan tsunami di kawasan prioritas umumnya adalah rumah kavling
sedang (antara 200-500 m²), kavling besar (di atas 500 m²) dan bahkan ada pembangunan
rumah dengan ukuran kavling sangat besar (di atas 1.000 m²).

2) Kecenderungan Perkembangan Kota


Perkembangan Kota Banda Aceh dapat dikategorikan dalam pola tumbuh ”Multi
Nuclei Model” atau yang mempunyai beberapa titik tumbuh. Pola pertumbuhan dari titik-titik
tumbuh tersebut ternyata mempunyai kecenderungan pola linier dan berkembang mengikuti
jaringan jalan sehingga menunjukkan pola pengembangan ruang dengan Linear Growth
Model. Dari struktur ruang yang ada terlihat bahwa arah kecenderungan perkembangan
perkotaan (Kota Banda Aceh) mengarah ke selatan (berbatasan langsung dengan Aceh
Besar) maka pusat pelayanan kota (perdagangan dan jasa), sport center (Pusat Olahraga) di
Lhong Raya berada diperbatasan antara wilayah Kota Banda Aceh dengan wilayah Kabupaten
Aceh Besar. Dengan demikian, kecenderungan pusat perkotaan Banda Aceh untuk

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) VI-18
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh Tahun 2019

mendatang diperkirakan mengarah ke Selatan di Kawasan Batoh/Lamdom bahkan sampai ke


wilayah Kabupaten Aceh Besar (Keutapang dan Lambaro).

6.3.4 Aspek Ekonomi


a. Ekonomi Rumah Tangga
Sektor jasa, perdagangan, pemerintahan, industri kecil dan sektor mikro (PKL), kecil
dan menengah merupakan lapangan usaha yang menjadi mata pencaharian utama
masyarakat di sekitar lokasi Kegiatan Pembangunan Kantor DPMPTSP Provinsi Aceh.
Lapangan Usaha keluarga di Kecamatan Studi sebagian besar adalah Pedagang/wiraswasta,
Pegawai swasta, PNS, Guru dan ABRI. Sektor jasa dan industri kecil adalah mata pencaharian
lain yang juga cukup dominan dan terus berkembang di wilayah studi. Namun ada juga
masyarakat yang belum mempunyai mata pencaharian tetap (mocok-mocok) dan sedang
mencari pekerjaan atau ada yang masih menggangur.

Kegiatan Rencana Pembangunan Kantor DPMPTSP Provinsi Aceh secara langsung


maupun tidak langsung akan membuka kesempatan kerja baru bagi penduduk lokal. Secara
langsung akan membuka lapangan kerja bagi masyarakat di Gampong Cot Mesjid dan Kota
Banda Aceh dan sekitarnya. Secara tidak langsung akan membuka peluang usaha baru
seperti muncul kedai sembako dan warung makanan dan minuman, bengkel, pengangkutan,
dan lainnya. Sehingga itu akan memacu pertumbuhan perekonomian daerah dan
meningkatkan PAD Kota Banda Aceh.

b. Pendapatan Rumah Tangga


Hasil wawancara dengan masyarakat diperoleh data tentang pendapatan dan
pengeluaran responden di lokasi studi. Data pendapatan agak sulit dihitung, karena sangat
beragamnya sumber pendapatan masyarakat. Pada akhirnya dilakukan pendekatan
pengeluaran dengan menghitung range pengeluaran penduduk per rumah tangga (RT) per
bulan berkisar antara Rp. 2.750.000 (RT dengan dua anak) sampai Rp. 5.000.000 (RT
dengan empat anak) seperti diperlihatkan pada gambar berikut.

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) VI-19
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh Tahun 2019

6.000.000
5.000.000
4.000.000
3.000.000
2.000.000
1.000.000
-
Minimum Maksimu Rata-Rata
m
Pendapatan
3.000.000 5.500.000 3.250.000
(Rp/RT/Bulan)
Pengeluaran
2.750.000 5.000.000 3.000.000
(Rp/RT/Bulan)
Simpanan (Rp/RT/Bulan) - 500.000 250.000

Gambar 6.6 Deskripsi Pendapatan dan Pengeluaran Responden


Sumber : Hasil Survey, Tahun 2019

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata pendapatan responden sebesar
Rp.3.250.000,- per bulan dengan pendapatan minimum Rp.3.000.000,- dan pendapatan
maksimum Rp. 5.500.000,-. Pendapatan rata-rata sebesar itu sudah berada diatas Upah
Minimum Propinsi (UMP) daerah Aceh. Pemerintah Aceh menetapkan Upah Minimum Provinsi
(UMP) Aceh tahun 2019 sebesar Rp2.916.810. Jumlah ini naik sekitar Rp200.000 dari tahun
lalu. Hal itu tertuang dalam Peraturan Gubernur Aceh nomor 98/2018 tentang Penetapan
Upah Minimum Provinsi Aceh/2019, ditandatangani oleh Pelaksana Tugas Gubernur Aceh
Nova Iriansyah, 25 Oktober 2018.

Sedangkan rata-rata pengeluaran responden sebesar Rp.3.000.000,- per bulan


dengan pengeluaran minimum Rp.2.750.000,- dan pengeluaran maksimum Rp.5.000.000,-.
Hal ini berarti selisih rata-rata pendapatan dengan pengeluaran responden akan ada
kelebihan untuk di tabung yaitu sebesar rata-rata Rp.250.000. Kondisi ini sama seperti
komposisi distribusi pendapatan sehingga masyarakat dianggap tidak ada yang besar pasak
dari pada tiang atau pengeluaran lebih besar dari pendapatan.

c. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Kota Banda Aceh (Juta
Rupiah) di tahun 2017 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 3,04%. Tahun
2017 PDRB atas dasar harga konstan Kota Banda Aceh (juta rupiah) sebesar 13.940.316,5.

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) VI-20
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh Tahun 2019

Sektor perdagangan dan adminitrasi pemerintahan masih memegang peranan penting dalam
PDRB di Kota Banda Aceh.

Tabel 6.14 Perkembangan PDRB Kota Banda Aceh, Tahun 2016-2017


Uraian 2016 2017
PDRB ADHB (juta Rp) 15.813.962,45 16.808.137,40
PDRB ADHK (juta Rp) 13.529.409,90 13.940.316,50
Laju Pertumbuhan PDRB (%) 6,32 3,03
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Banda Aceh, 2018
6.3.5 Ketenagakerjaan
Jumlah angkatan kerja di Kota Banda Aceh tahun 2017 sejumlah 119.439 jiwa.
Dimana terdapat yang bekerja sejumlah 110.184 jiwa dan pengangguran sejumlah 9.255
jiwa. Sementara yang termasuk bukan angkatan kerja sejumlah 78.157 jiwa. Angka ini
diperoleh dari Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) yang rutin dilakukan oleh Badan
Pusat Statistik setiap semester dalam satu tahun.
Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) sejumlah 60,45 persen dan tingkat
pengangguran terbuka sejumlah 7,75 persen. Jumlah pencari kerja yang terdaftar pada
tahun 2017 sejumlah 1.155 orang. Hal ini menunjukkan kenaikan dari tahun sebelumnya
sejumlah 440 orang dengan kelompok umur tertinggi sebagai pencari kerja sejumlah 689
orang di umur 30-44 dan kelompok umur terendah sejumlah 29 orang di umur 45-54.

6.3.6 Kesempatan Kerja dan Kesempatan Berusaha


Pembangunan gedung biasanya melibatkan banyak tenaga kerja sehingga berpeluang
untuk melakukan rekrutmen tenaga kerja, sehingga akan menciptakan kesempatan kerja
baru dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Jumlah tenaga kerja berfluktuasi sesuai
dengan tahapan kegiatan. Meskipun banyak terjadi kesempatan kerja, tetapi kesempatan
yang tersedia di lokasi tidak mungkin bisa menampung angkatan kerja yang tersedia. Kondisi
ini dapat menimbulkan hubungan antarpenduduk yang kurang baik.

Aktivitas bangunan gedung yang sangat sibuk, dan banyaknya tenaga kerja yang
dapat ditampung, akan membutuhkan sarana pemukiman untuk pekerja. Lokasi pemukiman
pekerja biasanya terletak di sekitar lokasi bangunan gedung. Kesempatan berinteraksi atau
hubungan antarpenduduk pendatang dengan masyarakat asli atau dengan masyarakat
lainnya akan terbuka.

Para pekerja biasanya banyak dari pendatang. Akibatnya, secara tidak langsung akan
meningkatkan kebutuhan pemukiman baru dan akan mempengaruhi jumlah populasi dan

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) VI-21
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh Tahun 2019

komposisi penduduk sebelumnya. Aktivitas yang tinggi dan populasi penduduk yang
meningkat menciptakan berbagai kegiatan ekonomi lainnya. Biasanya akan muncul peluang
usaha untuk masyarakat setempat dengan membuka rumah pondokan atau usaha makanan
dan warung.

Keseluruhan dampak yang berkaitan dengan kesempatan kerja dan peluang usaha
dapat muncul di Tahap Konstruksi sampai Operasi. Kebutuhan tenaga kerja biasanya
berkaitan dengan pekerjaan pembangunan. Pada saat gedung mulai beroperasi akan banyak
tenaga dibutuhkan untuk paramuniaga, tenaga administrasi, keamanan, parkir, maupun
administrasi dan petugas kebersihan (cleaning service).

6.3.7 Aspek Sosial Budaya


a. Adat-istiadat, Budaya dan Agama
Dilihat dari sisi sosial budaya, secara umum struktur masyarakat/penduduk di
Kecamatan Lueng Bata, maupun di Gampong Cot Masjid adalah homogen, mayoritas suku
bangsa Aceh. Oleh karena itu, adat-istiadat dan budaya yang berlaku dalam masyarakat juga
adalah adat dan budaya Aceh. Begitu juga halnya dengan agama yang dianut mereka,
dimana umumnya masyarakat menganut Agama Islam. Dengan demikian semua adat
istiadat yang berkembang dan dipraktikkan dalam kehidupan seharian selalu mengacu pada
nilai sosio-agama Islam, baik adat perkawinan, kematian dan kelahiran, maupun dalam
struktur sosial masyarakat.

1) Kondisi Sosial
"Hukom" (dalam arti aturan-aturan Agama Islam) merupakan wewenang para ulama
yang dilambangkan pada Ulama Besar yang terkenal "Tgk. Lueng Bata (Syekh Abdurrauf)".
Urusan "qanun" seperti tertib sopan santun didalam perkawinan dan lain-lain diserahkan
menjadi urusan Maharani, yang dilambangkan dengan Putroe Phang (Putri Pahang).
Urusan "reusam" (kebiasaan) menjadi wewenang panglima kaum dan bentara-bentara di
masingmasing tempat atau negeri. "Hukom ngon adat lagee zat ngon sipheut" adalah hukum
dengan adat terjalin erat bagaikan zat dengan sifat.
2) Sifat Gotong Royong
Konsep gotong royong dikalangan masyarakat Aceh dikenal dengan
ungkapan "Meuyo ka mufakat lampoh jeurat pih ta pengala", artinya kalau sudah mufakat,
tanah kuburan keluargapun bisa kita gadaikan. Sifat gotong royong masih dijalankan dalam
kehidupan masyarakat di lokasi studi.

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) VI-22
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh Tahun 2019

3) Kehidupan Religius
Masyarakat Aceh sangat menjunjung tinggi nilai-nilai dan ajaran agama Islam,
sehingga di setiap sendi-sendi kehidupan tidak pernah lepas dari pengaruh agama Islam.
Dari prinsip hidup masyarakat Aceh itulah barangkali yang menjadi salah satu faktor
penyebab lahirnya istilah daerah Aceh sebagai "Serambi Mekkah", dan faktor itu pula
sebagai salah satu ukuran untuk menjadikan Aceh sebagai Daerah Istimewa, yang berubah
menjadi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).
b. Proses dan Pranata Sosial
Proses sosial, seperti asimilasi, integrasi, dan kerjasama masyarakat yang mendiami di
wilayah-wilayah tersebut sudah sangat baik, karena mereka berada dalam lingkungan agama,
suku, dan pandangan yang sama. Hal ini dapat dilihat bahwa mereka bertempat
tinggal/bermukim secara rukun dan damai. Masyarakanya dapat bebas menjalankan ibadah,
berusaha, menempuh pendidikan, dan berhubungan antar sesama warga masyarakat.

c. Pelapisan Sosial
Berdasarkan hasil kajian menunjukkan bahwa kelompok pelapisan sosial yang paling
berpengaruh dalam masyarakat Gampong Cot Masjid terdiri dari; kelompok Geuchik atau
kepala pemerintahan kampung, ulama, imum mukim atau pimpinan pemerintahan formal
tingkat kemukiman, dan tokoh adat atau tokoh masyarakat tokoh pemuda, tokoh perempuan,
dan pemilik modal atau orang kaya juga berpengaruh dalam masyarakat. Artinya, bahwa
pelapisan sosial yang berlaku dalam masyarakat didasarkan pada tingkat kekuasaan dan jenis
pekerjaan/jabatan, baik jabatan formal maupun jabatan informal.

d. Kekuasan dan Wewenang


Hampir semua penduduk di wilayah studi ini mengenal orang-orang tertentu yang
dinamakan pemimpin formal maupun informal. Ke dalam kelompok pemimpin formal mereka
tempatkan Geuchik, Sekretaris Gampong, dan Imam. Ketiga pemimpin ini dikatakan formal
karena adanya Surat Keputusan (SK) dari Kecamatan. Mereka memiliki wewenang dalam
melaksanakan tugas-tugas pembangunan dari Pemerintah Daerah maupun Pemerintah
Nasional, serta melaksanakan kegiatan-kegiatan peribadatan. Ke dalam kelompok pemimpin
informal mereka golongkan Kepala Dusun, Ketua Pemuda, dan lain-lain. Kewenangan mereka
umumnya berpautan dengan kemuslihatan masyarakat. Di dalamnya termasuk penyelesaian
sengketa dalam masyarakat, pelaksanaan upacara-upacara daur hidup, serta memberikan
pertimbangan-pertimbangan kelayakan dari segi agama dan adat terhadap kebijakan yang
dijalankan ketiga pemimpin utama (formal).

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) VI-23
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh Tahun 2019

6.3.8 Aspek Lingkungan Kesehatan Masyarakat


a. Sanitasi Perumahan
Sanitasi perumahan penduduk di sekitar lokasi kegiatan pembangunan yang dilihat
dari jenis lantai, penggunaan air minum layak, memiliki jamban sendiri dan penggunaan
listrik. Pada tahun 2017 hampir seluruh rumah tangga sudah menggunakan lantai bukan
tanah. Hampir semua rumah tangga yang menggunakan air PDAM dan air kemasan untuk
minum dan memasak. Sebahagian besar keluarga yang sudah memiliki jamban pribadi di
rumah. Untuk penerangan dan energi sudah semua rumah tangga (100%) menggunakan
listrik/PLN.

b. Jumlah Tenaga dan Pelayanan Kesehatan


Jumlah tenaga kesehatan pada tahun 2017 di Kecamatan Lueng Bata sudah cukup
memadai. Terdapat 38 orang dokter, 11 orang dokter gigi, 61 orang bidan, 97 orang tenaga
kesehatan lainnya. Di Gampong Cot Masjid terdapat 13 dokter dan 4 dokter gigi, 10 orang
bidan. Terdapat 0 unit rumah sakit, 2 unit rumah sakit bersalin, 1 unit puskesmas, 2 unit
pustu, 0 unit poskesdes, 4 unit polindes, dan 9 unit posyandu. Selain itu, terdapat juga
praktek dokter dan praktek bidan masing-masing sebanyak 7 dan 9 unit. Pada umumnya
pasien yang berobat di Puskesmas Lueng Bata pada tahun 2017 menggunakan JKA,
Jamkesmas dan Askes.

c. Pola Penyakit
Status kesehatan masyarakat di lokasi studi dapat digambarkan dari angka paparan
lima penyakit terbesar. Pada tahun 2017 umumnya penyakit yang menonjol adalah Diare
mencapai 236 kasus, penyakit demam berdarah mencapai 32 kasus. Selebihnya adalah
penyakit campak sebanyak 13 kasus, TBC ada 29 kasus dan Malaria tidak ada kasus. Dari
data yang ada terlihat penyakit pada urutan pertama adalah Diare, penyakit ini erat kaitamya
dengan kualitas air (water borne diseases) baik di luar rumah (outdoor) maupun di dalam
rumah (in door). Beberapa penyakit berbasis lingkungan yaitu diare, DBD, campak,malaria
dan disentri perlu diwaspadai pada rona awal ini. Berikut 5 jenis penyakit yang banyak
menyerang masyarakat di Kecamatan Lueng Bata.

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) VI-24
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh Tahun 2019

Tabel 6.15 Wabah yang Banyak Melanda Warga di Lokasi Studi Tahun 2017
Jenis Penyakit Kasus
Diare 236
Demam Berdarah 32
Campak 13
TBC 29
Malaria 0
Sumber : Kecamatan Lueng Bata dalam Angka, 2018

d. Resiko Pencemaran Lingkungan


Melihat resiko penyakit yang berkembang di masyarakat, maka potensi penyebaran
penyakit di masyarakat umumnya dipengaruhi oleh lingkungan, meliputi kualitas udara,
kualitas air serta perkembangbiakan vektor di alam. Resiko kejadian penyakit saluran
pernafasan seperti ISPA dan pneumonia terkait dengan kualitas udara di tempat tinggal
masyarakat, meliputi kondisi perumahan secara umum, pencahayaan dan ventilasi ditambah
pencemar udara di lingkungan sekitar rumah atau tempat kerja. Population at risk penyakit
pernafasan adalah anak-anak, balita, lansia serta tenaga kerja yang terpapar faktor risiko.

6.3.9 Persepsi dan Respon Masyarakat


Berdasarkan hasil sosialisasi dan wawancara, umumnya masyarakat sekitar lokasi
menyatakan setuju dan mendukung terhadap Rencana Pembangunan Kantor DPMPTSP
Provinsi Aceh di Daerah mereka dengan berbagai alasan, antara lain ; Lokasi tersebut
memang strategis untuk Kantor DPMPTSP karena mudah diakses masyarakat seperti dekat
dengan kawasan terbangun meliputi permukiman, perkantoran baik pemerintah maupun
swasta, pelayanan umum, perdagangan dan jasa, pendidikan, kesehatan, rekreasi dan
wisata, bandara, peribadatan, dan kesehatan.

Masyarakat setempat sangat menghendaki agar kehidupan sosial budaya, ekonomi


dan kesehatan di daerah mereka dapat ditingkatkan untuk mewujudkan kesejahteran yang
makmur. Oleh karena itu, apa saja kegiatan sosial dan perekonomian yang dapat menunjang
kemajuan daerah dan tidak akan membawa kemudharatan bagi kehidupan sosial, ekonomi,
dan budaya serta kesehatan setempat, sangat diharapkan dan didukung oleh masyarakat.

Berbagai alasan masyarakat mendukung terhadap Rencana Pembangunan Kantor


DPMPTSP Provinsi Aceh di daerah mereka antara lain adalah; dapat mendorong peningkatan
perekonomian masyarakat, membuka lapangan usaha kecil dan industri, peningkatan
prasarana dan sarana umum, transfer ilmu pengetahuan, dan hal-hal lain yang dapat

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) VI-25
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh Tahun 2019

membawa manfaat bagi masyarakat setempat. Akan tetapi ada beberapa catatan penting dari
masyarakat yaitu :
- Melibatkan/koordinasi dengan aparat gampong dalam berbagai kegiatan.
- Perparkiran ditata rapi sehingga tidak menyebabkan kecelakaan dan kemacetan
lalulintas disekitar gedung.
- Memberi kesempatan bagi Vendor lokal dalam pengadaan bahan/material
pembangunan gedung.
- Mengupayakan akses lorong untuk warga yang bermukim di samping dan di
belakang kantor.
- Pihak pemrakarsa melakukan pengelolaan limbah cair yang dihasilkan dengan baik,
sehingga tidak mencemari sungai dan lingkungan di sekitarnya.

Pihak pemrakarsa harus memperhatikan tradisi masyarakat Aceh yaitu, adat istiadat
dan kebiasaan hidup yang sangat menjunjung tinggi nilai religius (agama) Islam,
sebagaimana Aceh yang dijuluki dengan daerah Serambi Mekah, karena nilai
keislaman masyarakat Aceh masih sangat kental.

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) VI-26
UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor DPMPTSP
Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata
Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh Tahun 2019

BAB VIII
DAFTAR PUSTAKA

APHA, 1997, Standard Methods for the Examination Water and Waste Water, American Public
Health Association, 20th Edition, Washington DC

Arrie, Herlambang.2012. Proses Nitrifikasi dengan Sistem Biofilter untuk Pengolahan Air
Limbah yang Mengandung amoniak .Issn 195-204 Vol. 3 No.3 Jurnal Teknologi
Lingkungan

Housecroft, C. E. & Sharpe, A.G. 2005. Inorganik Chemistry, second edition. Pearson
Prentice Hall: London.

Ingrid S. S., Agus Sudibyo, dan Priyo Waspodo, 2018, Pengantar Keamanan Pangan untuk
Industri Pangan, Binus University

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2012
Tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup

PP. No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

Peraturan Menteri Kementerian Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki analisis mengenai dampak
lingkungan hidup

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) VI-1

Anda mungkin juga menyukai