Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK

A. Defenisi

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah keadaan adanya infeksi

(pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri) dalam saluran kemih, meliputi

infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah

bakteriuria yang bermakna. Bakteriuria adalah ditemukannya bakteri dalam urin

yang berasal dari ISK atau kontaminasi dari uretra, vagina ataupun dari flora di

periuretral. Dalam keadaan normal, urin baru dan segar adalah steril.

Bakteriuria bermakna yaitu bila ditemukan jumlah koloni > 105/ml spesies

yang sama pada kultur urin dari sampel mid-stream urine. Berikut ini

merupakan gold standard untuk diagnostik ISK:

Tabel 1. Interpretasi Hasil Biakan Urin

Cara penampungan Jumlah Koloni Kemungkinan Infeksi

Pungsi supra pubik Bakteri gram negatif : asal ada kuman >99%

Kateterisasi 95%
kandung kemih

Urin pancar tengah Bakteri gram positif : beberapa ribu

- Laki-laki > 105 Diperkirakan ISK


- Perempuan
104 - 105 Diragukan, ulangi

103 - 104 Tidak ada ISK /


Kontaminasi

< 103 Diperkirakan ISK

> 104 95%

3x biakan > 105 90%


2x biakan > 105
80%
1x biakan > 105
Diragukan, ulangi
5 x 104 - 105
Diperkirakan ISK,
104 – 5x 104 : ulangi

Klinis simtomatik Tidak ada ISK

Klinis asimtomatik

< 104 Tidak ada ISK

B. Epidomologi

ISK terjadi pada 3-5% anak perempuan dan 1% dari anak laki-laki.

Pada anak perempuan, ISK pertama biasanya terjadi pada umur 5 tahun,

dengan puncaknya pada bayi dan anak-anak yang sedang toillete training. Setelah

ISK pertama, 60%-80% anak perempuan akan mengembangkan ISK yang

kedua dalam 18 bulan. Pada anak laki-laki, ISK paling banyak terjadi selama

tahun pertama kehidupan; ISK jauh lebih sering terjadi pada anak laki-laki yang

tidak disunat. Prevalensi ISK bervariasi berdasarkan usia. Selama tahun

pertama kehidupan, rasio penderita laki-laki: rasio wanita adalah 2,8-5,4 : 1.

Sedangkan dalam tahun pertama sampai tahun kedua kehidupan, terjadi

perubahan yang mencolok, dimana rasio laki-laki: rasio perempuan adalah 1:10.

Pada anak-anak usia prasekolah, prevalensi anak perempuan dengan

infeksi tanpa gejala yang akhirnya didiagnosa oleh aspirasi suprapubik adalah

0,8%dibandingkan dengan 0,2% pada anak laki-laki. Pada kelompok usia

sekolah, angka insidensi bakteriuria pada perempuan lebih banyak 30 kali

dibandingkan pada anak laki-laki.

C. Anatomi Saluran Kemih


Organ urinaria terdiri atas ginjal beserta salurannya, ureter, buli-buli dan uretra.

1. Ginjal

Ginjal terletak diruang retroperitoneal antara vertebra torakal 12 atau lumbal 1 dan

lumbal 4. Panjang dan beratnya bervariasi yaitu lebih kurang 6 cm dan 24 gram pada

bayi yang lahir cukup bulan. Pada bayi baru lahir ginjal sering dapat diraba. Secara

anatomis ginjal terbagi menjadi 2 bagian yaitu korteks dan medula ginjal. Didalam

korteks terdapat berjuta-juta nefron sedangkan didalam medula banyak

terdapat duktuli ginjal. Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal yang terdiri atas

tubulus kontortus proksimalis, tubulus kontortus distalis dan duktus kolegentes. Darah

yang membawa sisa-sisa hasil metabolisme tubuh difiltrasi di dalam glomeruli

kemudian di tubuli ginjal, beberapa zat yang masih diperlukan tubuh mengalami

reabsorbsi dan zat-zat hasil sisa metabolisme mengalami sekresi bersama air

membentuk urin. Urin yang terbentuk di dalam nefron disalurkan melalui piramid ke

sistem pelviokaliks ginjal untuk kemudian disalurkan ke dalam ureter. Sistem

pelviokaliks ginjal terdiri atas kaliks minor, infundibulum, kaliks mayor dan pielum/

pelvis renalis. Mukosa sistem pelviokaliks terdiri atas epitel transisional dan dindingnya

terdiri atas otot polos yang mampu berkontraksi untuk mengalirkan urin sampai ke

ureter.

2. Ureter

Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi mengalirkan urin

dari pielum ginjal ke dalam buli-buli. Dindingnya terdiri atas mukosa yang dilapisi oleh

sel-sel transisional, otot-otot polos sirkuler dan longitudinal yang dapat melakukan

gerakan peristaltik (berkontraksi) guna mengeluarkan urin ke buli-buli.

Sepanjang perjalanan ureter dari pielum menuju buli-buli, secara anatomis terdapat

beberapa tempat yang ukuran diameternya relatif lebih sempit daripada di tempat lain,
sehingga batu atau benda-benda lain yang berasal dari ginjal seringkali tersangkut

ditempat itu. Tempat-tempat penyempitan itu antara lain adalah (1) pada perbatasan

antara pelvis renalis dan ureter atau pelvicoureter junction (2) tempat ureter menyilang

arteri iliaka di rongga pelvis dan (3) pada saat ureter masuk ke buli-buli. Ureter masuk

ke buli-buli dalam posisi miring dan berada di dalam otot buli-buli (intramural) ;

keadaan ini dapat mencegah terjadinya aliran balik urine dari buli-buli ke ureter atau

refluks vesiko-ureter pada saat buli-buli berkontraksi.

Untuk kepentingan radiologi dan kepentingan pembedahan, ureter dibagi

menjadi dua bagian yaitu : ureter pars abdominalis yaitu yang berada dari pelvis renalis

sampai menyilang vasa iliaka dan ureter pars pelvika yaitu mulai dari persilangan

dengan vasa iliaka sampai masuk ke buli-buli. Disamping itu secara radiologis ureter

dibagi dalam tiga bagian yaitu (1) ureter 1/3 proksimal mulai dari pelvis renalis sampai

batas atas sakrum (2) ureter 1/3 medial mulai dari batas atas sakrum sampai pada batas

bawah sakrum dan (3) ureter 1/3 distal mulai batas bawah sakrum sampai masuk ke

buli-buli.

3. Buli-buli

Buli-buli adalah organ berongga yang berdinding otot polos yang terdiri dari

dua bagian besar: (1) badan (korpus), merupakan bagian utama kandung kemih dimana

urin berkumpul, dan (2) leher (kollum) merupakan lanjutan dari badan yang berbentuk

corong, berjalan secara inferior dan anterior kedalam daerah segitiga urogenital dan

berhubungan dengan uretra. Bagian yang lebih rendah dari leher kandung kemih

disebut uretra posterior karena hubungannya dengan uretra.

Otot polos kandung kemih disebut otot detrusor. Serat-serat ototnya meluas

kesegala arah dan, bila berkontraksi, dapat meningkatkan tekanan dalam kandung

kemih. Dengan demikian, kontraksi otot detrusor adalah langkah terpenting untuk
mengosongkan kandung kemih.sel-sel otot polos dari otot detrusor terangkai satu

sama lain sehingga timbul aliran listrik berhambatan rendah dari satu sel otot ke sel

otot lain. Oleh karena itu, potensial aksi dapat menyebar keseluruh otot detrusor, dari

satu sel otot ke sel otot berikutnya, sehingga terjadi kontraksi seluruh kandungan kemih

dengan segera. Pada dasar buli-buli kedua muara ureter dan meatus uretra internum

membentuk suatu segitiga yang disebut trigonum buli-buli.

Secara anatomi bentuk buli-buli terdiri atas 3 permukaan yaitu (1) permukaan

superior yang berbatasan dengan rongga peritoneum (2) dua permukaan inferiolateral

dan (3) permukaan posterior. Permukaan superior merupakan lokus minoris (daerah

terlemah) dinding buli-buli. Buli-buli berfungsi menampung urin dari ureter dan

kemudian mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme miksi (berkemih). Pada

anak, kapasitas buli-buli menurut formula dari Koff adalah :

Kapasitas Buli-buli = {Umur (tahun) + 2}x 30 ml

4. Uretra

Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urin ke luar dari buli-buli melalui

proses miksi. Secara anatomis uretra dibagi menjadi 2 bagian yaitu uretra posterior dan

uretra anterior. Uretra dilengkapi dengan sfingter uretra interna yang terletak pada

perbatasan buli-buli dan uretra, serta sfingter uretra eksterna yang terletak pada

perbatasan uretra anterior dan posterior. Sfingter uretra interna terdiri dari otot polos

yang dipersarafi oleh sistem saraf simpatik sehingga pada saat buli-buli penuh, sfingter

ini terbuka. Sfingter uretra eksterna terdiri atas otot bergaris yang dipersarafi oleh

sistem somatik yang dapat diperintah sesuai dengan keinginan seseorang. Pada saat

kencing sfingter ini terbuka dan tetap tertutup pada saat menahan kencing.
5. Fisiologi Saluran Kemih

Neonatus memiliki fungsi ginjal imatur saat kelahiran yang membuat

mudahnya kehilangan cairan, seperti kehilangan cairan lewat pernafasan yang cepat

atau kegagalan dalam pemasukan cairan. Berat ginjal neonatus sekitar 23 gram, berat

ini akan menjadi dua kali lipat dari semula pada usia 6 bulan dan meningkat pada akhir

satu tahun pertama dan tumbuh seperti ginjal orang dewasa pada saat pubertas yaitu

10 kali ukuran pada saat kelahiran. Ketika bayi dilahirkan, maka ia akan kehilangan

aliran darah dari plasenta, diikuti dengan peningkatan yang tinggi dari aliran darah pada

ginjalnya sendiri, menyebabkan peningkatan resistensi pembuluh darah pada ginjal.

Neonatus akan menghasilkan 20 – 35 ml dari urin sebanyak 4 kali sehari, tapi ini akan

meningkat sampai 100 – 200 ml sebanyak 10 kali sehari pada hari kesepuluh setelah

lahir. Urin saat produksi pertama memperlihatkan eksresi urea yang sedikit karena pada

saat ini protein lebih banyak digunakan pada bayi dibandingkan dengan jumlah yang

dipecah dalam hati. Resistensi dari anyaman kapiler ginjal berkurang pada minggu

pertama kehidupan, yang memungkinkan peningkatan kemampuan filtrasi glomerulus,

akan tetapi kapsul glomerulus saat lahir dibentuk dari epitel kubus dan belum

sepenuhnya digantikan oleh epitel berlapis gepeng dan baru berfungsi secara penuh

setelah tahun pertama. Nefron yang kecil dan immatur ini juga memiliki Lengkung

Henle yang pendek juga, dimana air dan natrium secara normal diatur, garam (natrium)

sebaiknya tidak ditambahkan ke diet bayi karena tidak dapat diekskresikan dengan

mudah dan natrium yang tersisa akan mempertahankan arteri dan vena, meningkatkan

tekanan darah dan dilatasi dari jantung yang berkembang.

- Perkembangan Kontinensia
Bayi memiliki keadaan inkontinensia, kemampuan untuk mengontrol pengeluaran

urin tergantung pada sistem renal yang lengkap dan berfungsi, kematangan saraf,

kesempatan yang diberikan kepada anak untuk buang air kecil dan kebiasaan. Anak

dapat menjadi cemas dan melemah jika harapan yang diberikan melebihi kemampuan

dan kontrol mereka. Kematangan terhadap mekanisme kontrol biasanya

membutuhkan sekitar lima tahun untuk anak yang sehat agar tetap terkontrolpada

siang dan malam. Kandung kemih adalah organ yang kompleks yang terbentuk dari

lapisan otot dan dienervasikan oleh kompleks refleks dari tulang belakang dan

koordinasi dari otak. Perlu diingat bahwa jika anak tidak mau buang air kecil, utuk

alasan apapun, mereka dapat memberikan pesan kepada otaknya dari kandung kemih

mereka yang penuh itu.

Kemampuan untuk mengontrol pengosongan kandung kemih adalah sebuah

proses yang dipelajari biasanya pada awal masa kanak-kanak sebagai hasil dari ‘toillete

training’. Seorang bayi tidak mampu berlatih mengontrol proses ini, karena

pengosongan kandung kemih tergantung pada kerja kompleks refleks. Kandung kemih

mereka akan secara volunter mengosongkan diri saat teregang pada volume 15 ml,

seperti yang diketahui pada dewasa rangsangan untuk buang air kecil pada volume 200

ml. Saat kandung kemih penuh dan merangsang reseptor trigonal, dan hasilnya

mengirimkan impuls ke area sakral tulang belakang melalui sistem saraf otonom.

Impuls motorik dari tulang belakang lewat sistem saraf otonom menginisiasi relaksasi

sfingter internal dan kontraksi otot detrusor, yang selanjutnya mengakibatkan urin

keluar dari kandung kemih. Kapasitas kandung kemih anak bervariasi berdasarkan

umur. Jumlah urin bervariasi pada neonatus dan anak.

Tabel 1 . Frekuensi Rata-Rata Miksi Pada Bayi dan Anak


Umur Frekuensi Miksi/ 24 Jam

3-6 bulan 20

6-12 bulan 16

1-2 tahun 12

2-3 tahun 10

3-4 tahun 9

12 tahun 4-6

Tabel 2. Jumlah Urin Pada Neonatus dan Anak

Umur Jumlah Urin (ml)

1 hari 0-20

2 hari 20-50

3 hari 20-60

4 hari 30-70

5-7 hari 40-90

1 bulan 200-400

2 bulan 300-500
3 bulan 500-700

1-2 tahun 600-800

3-5 tahun 800-1200

6-10 tahun 800-1400

10-14 tahun 800-1500

Kematangan sistem saraf diperlukan untuk pengontrolan kandung kemih, jadi

impuls saraf dapat bergerak melalui tulang belakang menuju pusat kontrol miksi di

otak. Saat kewaspadaan untuk buang air kecil dan keinginan untuk mengontrol miksi

telah berkembang, bersama dengan kematangan biologis dari sistem saraf dan

perkembangan sosial si anak, menjadikan aktivitas sistem saraf pusat mengambil alih

kerja sistem refleks. Kontrol yang baik dapat dimulai pada usia dua tahun saat anak

dapat secara sadar merelaksasikan otot dasar pinggul untuk buang air kecil.

- Mengompol – Enuresis Nokturnal

Mengompol pada malam hari adalah suatu pengalaman yang umum pada awal

masa anak-anak; sebuah gangguan pada fungsi neuromuskular yang sering tidak

berbahaya dan akan membaik sendiri. Akan tetapi, mengompol dapat disebabkan oleh

kesedihan yang sangat kuat pada kehidupan berkeluarga. Diagnosis dari enuresis

nokturnal timbul saat aliran involunter dari urin, saat tidur, yang timbul pada anak usia

lima tahun atau lebih, dengan tidak adanya kelainan kongenital atau yang didapat oleh

sistem saraf, ditemukan satu dari banyak penyebab buruknya kontrol buang air kecil

pada malam hari (termasuk stres, riwayat keluarga, infeksi saluran kemih, dan hambatan
perkembangan). Hal itu menunjukkan bagaimana pengeluaran urin diatur, sebagai

bagian dari ritme sirkadia sehari-hari. Pada malam hari kita normalnya menurunkan

kadar ekskresi air, elektrolit, dan sisa-sisa sebagai persiapan menjelang tidur. Meski

begitu, beberapa anak membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan yang lainnya

untuk perkembangan ritme ini; 7% dari anak usia tujuh tahun mengompol di malam

hari. Diperkirakan bahwa pada beberapa anak, hal ini tidak disebabkan oleh volume

urin yang diproduksi pada malam hari atau kandung kemih terlalu kecil untuk

menampung, tapi ritme sirkadia ginjal memiliki peranan dalam mengatur

keseimbangan natrium pada awal pagi.

D. Etiologi

Penyebab terbanyak ISK pada anak (sekitar 80-90%), baik yang

simtomatikmaupun yang asimtomatik adalah kuman gram negatif Escherichia coli (E.

Coli).Penyebab lainnya adalah Klebsiella, Proteus, Staphylococcus Saphrophyticus.

ISK nosokomial sering disebabkan E. coli, Pseudomonas sp, Coagualase-negatif

Staphylococcus, Klebsiella sp, Aerobacter sp jarang ditemukan. Pada uropati obstruktif

dan pada kelainan struktur saluran kemih pada anak laki-laki sering ditemukan Proteus.

ISK nosokomial sering disebabkan E.coli, Pseudomonas sp, coagulase-negative

Staphylococcus, Klebsiella sp, dan Aerobacter species. Infeksi virus, terutama

adenovirus juga dapat terjadi, terutama sebagai penyebab sistitis.

E. Faktor Risiko

Bila ISK didiagnosis pada anak, upaya harus dilakukan untuk mengidentifikasi

faktor risiko pada anak (misalnya, anomali anatomi, disfungsi berkemih, dan

sembelit). Anak yang menerima antibiotik spektrum luas (misalnya, amoxicillin,

cephalexin) yang bisa mengganggu kondisi fisiologis gastrointestinal (GI) dan


periurethral flora, hal tersebut akan meningkatkan risiko untuk ISK, karena obat ini

mengganggu pertahanan alami saluran kemih dalam menghadapi kolonisasi oleh

bakteri patogen.

Lamanya inkubasi urin dalam kandung kemih akibat beberapa hal merupakan salah

satu faktor terjadinya ISK. Inkubasi urin ini bisa terjadi akibat anak memiliki disfungsi

berkemih atau anak memilih untuk menahan pipisnya. Berbagai keadaan bisa menjadi

penyebab disfungsi berkemih. Sembelit, dengan pembesaran rectum oleh feses

merupakan penyebab penting terjadinya disfungsi berkemih. Kelainan neurogenik atau

kelainan anatomi kandung kemih juga dapat menyebabkan disfungsi

berkemih. Sedangkan kebiasaan menahan pipis biasanya terjadi pada anak usia

prasekolah dan sekolah.

Bayi laki-laki yang disunat bisa mengurangi risiko ISK sekitar 90% khususnya

selama tahun pertama kehidupan. Risiko ISK pada bayi disunat adalah sekitar 1 dari

1000 jika mereka disunat selama tahun pertama,dan bayi yang tidak disunat memiliki 1

dari 100 risiko terjadinya ISK. Secara keseluruhan, tingkat ISK pada anak laki-laki yang

telah disunat diperkirakan 0,2%-0,4%, dengan tingkat faktor risiko anak laki-laki tidak

disunat menjadi 5-20 kali lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki yang disunat.

F. Klasifikasi

- ISK Atas (upper UTI) merupakan ISK bagian atas terutama parenkim ginjal,

lazimnya disebut sebagai pielonefritis.

- ISK bawah (lower UTI): bila infeksi di vesika urinaria (sistitis) atau uretra. Batas

antara atas dan bawah adalah hubungan vesikoureter. Untuk membedakan ISK

atas dengan bawah.


- ISK simpleks: ISK sederhana (uncomplicated UTI), ada infeksi tetapi tanpa penyulit

(lesi) anatomik maupun fungsional saluran kemih.

- ISK kompleks: ISK dengan komplikasi (complicated UTI), adanya infeksi disertai

lesi anatomik ataupun fungsional, yang menyebabkan obstruksi mekanik maupun

fungsional saluran kemih, misalnya sumbatan muara uretra, refluks vesikoureter,

urolitiasis, parut ginjal, buli-buli neurogenik, dan sebagainya. Dalam kelompok ini

termasuk ISK pada neonatus dan sebagian besar kasus dengan pielonefritis akut.

G. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis dari ISK pada anak terbagi atas dua macam yaitu manifestasi

klinis yang berasal dari traktur urinarius serta manifestasi klinis sistemiknya.

1. Manifestasi klinis yang berasal dari traktus urinarius

- Disuria

- Perubahan frekuensi buang air kecil

- Mengompol padahal anak telah diajarkan toilete training

- Urin yang sangat berbau

- Hematuri

- Scoattin

- Nyeri abdomen atau supra pubik

2. Manifestasi klinis sistemik

- Demam

- Muntah/ diare

- Nyeri pinggang

Sedangkan manifestasi klinis menurut usia, bisa dibedakan atas:


1. Usia antara 1 bulan sampai kurang dari 1 tahun, tidak menunjukkan gejala yang

khas, dapat berupa :

- Demam

- Irritable

- Kelihatan sakit

- Nafsu makan berkurang

- Muntah, diare, dan lainnya

- Ikterus dan perut kembung bisa juga ditemukan.

2. Usia prasekolah dan sekolah gejala ISK umumnya terlokalisasi pada saluran

kemih.

- ISK Bawah (Lower UTI) :

 Disuria

 Polakisuria

 Urgency.

- ISK Atas (Upper UTI) :

 Enuresis diurnal ataupun nocturnal terutama pada anak wanita

 Sakit pinggang

 Demam

 Menggigil

 Sakit pada daerah sudut kostovertebra.

H. Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis pada ISK pada anak bisa berdasarkan gejala atau

temuan pada urine, atau bahkan keduanya, tetapi kultur urin sangat diperlukan
untuk konfirmasi dan pemberian terapi yang sesuai. Kecurigaan yang tinggi harus

dipikirkan pada anak demam, terutama ketika demam yang tidak jelas berlangsung

selama dua sampai tiga hari, ini bisa mengurangi angka kejadian ISK yang tidak

terdeteksi. Pedoman terbaru yang dikeluarkan oleh American Academy of

Pediatrics (AAP) untuk evaluasi demam (39,0 ° C [102,2 ° F] atau lebih tinggi) yang

tidak diketahui penyebabnya dianjurkan melakukan pemeriksaan urinalisis

dan kultur urine untuk semua kasus pada semua anak laki-laki dengan usia kurang

dari enam bulan dan semua anak perempuan dengan usia kurang dari dua tahun.

Diagnosis ISK yang tepat tergantung pada pengambilan sampel urin yang tepat.

1. Pengumpulan dan Analisa Urin

Standar kriteria untuk mendiagnosis ISK adalah isolasi kuman patogen

dari kultur urin yang diperoleh melalui aspirasi suprapubik. Meskipun aspirasi

suprapubik adalah metode kriteria standar untuk mendapatkan urin, namun

kateterisasi adalah teknik yang paling umum digunakan pada bayi dan anak-

anak muda. Selain untuk pengambilan urin, kateterisasi juga dapat digunakan

untuk mengetahui volume residu urin sehingga dapat mengetahui klinis pasien

seperti kemungkinan adanya neuropati bladder. Pengambilan spesimen urin

midstream untuk anak-anak yang lebih tua dinilai cukup adekuat untuk

menegakkan ISK. ISK didefenisikan jika ditemukan sejumlah 100.000 CFU/

mL dalam spesimen mid stream urine. Sedangkan pengambilan spesimen

melalui urine bag dinilai tidak cukup valid untuk menilai ISK pada anak karena

tingginya angka positif palsu.

Meskipun kultur urin adalah standar kriteria untuk diagnosis UTI,

mungkin diperlukan waktu selama 48 jam untuk budaya menjadi positif. Oleh
karena itu, urine sering dibutuhkan untuk membantu membuat diagnosis awal

ISK. Untuk penapisan pertama adanya ISK atau untuk mengetahui adanya ISK

berulang dapat digunakan:

a. Cara dip slide yaitu suatu gelas objek yang dilapisi media biakan diatasnya,

direndam kedalam pot yang berisi urin didalamnya dan siintubasi sebelum

24 jam.

b. Plastik dip stick test (Multistix, Ames Company) yaitu suatu batang plastic tipis

yang pada ujungnya terdapat reagent pads.

1) Untuk mengetahui adanya nitrit dalam urin. Bakteri gram negatif dalam

urin di kandung kemih mengubah nitrat (yang berasal dari makanan)

menjadi nitrit. Nitrit paling baik ditemukan bila urin dalam kandung

kemih sudah tertahan lebih dari 4 jam.

2) Menghitung bakteri gram negatif (bacteri count) Leukosit granulosit

mengandung esterase yang merupakan katalisatorhydrolysis pyrole

aminoacid ester yang menghasilkan 3-hydroxy 5-phenyl pyrrole; pyrrole ini

bereaksi dengan gram diazonium, yang memberikan warna ungu

pada reagent pads.

Dengan dip-stick ini diketahui 1,6% kulturnya positif palsu.

(IDAI)Penghitungan jumlah bakteri dari sediaan langsung urin tanpa

sentrifugasi yang diwarnai dengan pewarnaan gram dengan satu tetes

urin diletakkan diatas gelas objek dan sesudah kering diwarnai dengan

pewarnaan gram, memberikan korelasi yang tinggi dengan biakan urin.

Bila ditemukan suatu bakteri gram negatif/ lapang pandang dengan

minyak emersi (oil immersion field = oil); maka 88% daripadanya

ditemukan hasil biakan kuman yang bermakna (significant bacteriuria).


Weinberg menyatakan bila ditemukan dua atau lebih bakteri/oif 97,6%

dari padanya ditemukan biakan bakteri yang bermakna. Pyuria,

proteinuria dan hematuria dapat terjadi dengan atau tanpa ISK.

Sebaliknya, ISK dapat terjadi tanpa pyuria. Pada Urinalisis terdapat

sensitivitas dan spesifitas yang bervariasi

Sebagian besar ISK disebabkan oleh organisme tunggal, kehadiran dua atau lebih

organisme biasanya menunjukkan adanya kontaminasi. Sebuah kultur urin tidak wajib

pada perempuan remaja, khususnya dengan episode pertama. Pada episode

ISKberulang, episode yang gagal terapi dan pada anak perempuan dengan pyuria tanpa

bakteriuria, pemeriksaan kultur urin dianjurkan.

I. Pemeriksaan Radiologi

Imaging study Advantages Disadvantages

Ultrasound Measures renal size and shape Not reliable to detect


Identifies hydronephrosis, structural vesicoureteral reflux, renal
or anatomic abnormalities and renal scarring or inflammatory
calculi changes
No radiation

Intravenous Precise anatomic image of the kidneys Not as reliable to detect


urography Estimates renal function renal scarring or
pyelonephritis
High radiation dose
Risk of reaction to
contrast medium
Poor detail in infants

Renal cortical Detects pyelonephritis and renal Does not evaluate


scintigraphy scarring even in early stages collecting system
Useful in neonates Cannot detect obstruction
Little radiation
Useful in patients with poor renal
function
Computed Provides both anatomic and Expensive
tomography functional information about the High radiation
kidney Few clinical or
Possibly more sensitive in diagnosing experimental data to
pyelonephritis support its use at present

Voiding Assesses the size and shape of bladder Gonadal radiation


cystourethrography Detects and grades vesicoureteral Catheterization
reflux
Evaluates posterior urethral
anomalies in boys

J. Diagnosis banding pada anak yang dicurigai ISK


 Appendisitis pada anak
 Gastroenteritis
 Cacingan
 Batu ginjal
 Obstruksi saluran kemih
 Vaginitis
 Vulvovaginitis
 Tumor Wilms

K. Pengobatan
a. Antibiotik Paraenteral

Obat Dosis dan Rute Pemberian Keterangan

Ceftriaxone 50-75 mg/kg/d IV/IM sebagai dosis Tidak digunakan pada bayi < 6
tunggal atau dibagi setiap 12 jam. minggu; antibiotic parenteral
dengan waktu paruh panjang.

Cefotaxime 150 mg/kg/d IV/IM dibagi setiap 6-8 jam. Aman digunakan pada bayi < 6
minggu, digunakan dengan
ampisilin pada bayi usia 2 – 8
minggu.

Ampicillin 100 mg/kg/d IV/IM dibagi setiap 8 jam Digunakan bersama gentamisin
pada neonatus <2 minggu, untuk
kuman enterokokus dan pasien
yang alergi dengan sefalosporin.

Gentamicin Neonatus < 7 hari: 3.5-5 Monitor darah dan fungsi ginjal.
mg/kg/dosis IVsetiap 24 jam
Bayi dan anak < 5 tahun: 2.5
mg/kg/dosisIV setiap 8 jam atau dosis
tunggal dengan fungsi ginjal normal yaitu 5-
7.5 mg/kg/dosis IV setiap 24 jam

Anak =5 tahun: 2-2.5


mg/kg/dosis IV setiap 8 jam atau dosis
tunggal dengan fungsi ginjal normal 5-7.5
mg/kg/dosis IV setiap 24 jam

b. Antibiotik Oral

Agen Antibakteri Dosis Harian

Sulfisoxazole 120-150 mg/kg dibagi setiap 4–6 jam.

Sulfamethoxazole and trimethoprim 6-12 mg/kg TMP, 30-60 mg/kg SMZ, dibagi stiap
12 jam

Amoxicillin and clavulanic acid 20-40 mg/kg dibagi tiap 8 jam

Cephalexin 20-50 mg/kg dibagi tiap 6 jam

Cefixime 8 mg/kg dibagi tiap 12-24 jam

Cefpodoxime 10 mg/kg dibagi tiap 12 jam

Nitrofurantoin* 5-7 mg/kg dibagi tiap 6 jam

*Nitrofurantoin dapat digunakan pada infeksi saluran saluran kemih bawah. Tapi, karena
daya penetrasi terhadap jaringan yang terbatas, nitrofurantoin tidak cocok digunakan untuk
pengobatan infeksi pada ginjal.

c. Antibiotik untuk mencegah infeksi ulang

Agent Single Daily Dose

Nitrofurantoin 1-2 mg/kg PO

Sulfamethoxazole and trimethoprim 1-2 mg/kg TMP, 5-10 mg/kg SMZ PO

Trimethoprim 1-2 mg/kg PO

L. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian
Pengkajian fokus yang biasa dilakukan untuk mengkaji keluhan pasien dengan

ISK antara lain:

1) Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe dan sistem tubuh.

2) Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:

- Adakah riwayat infeksi sebelumnya?

- Adakah obstruksi pada saluran kemih?

3) Adanya faktor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi

nosokomial.

- Bagaimana dengan pemasangan kateter?

- Imobilisasi dalam waktu yang lama.

- Apakah terjadi inkontinensia urine?

4) Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih

- Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi faktor

predisposisi terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)

- Adakah disuria?

- Adakah urgensi?

- Adakah darah sewaktu berkemih?

- Adakah hesitancy?

- Adakah bau urine yang menyengat?

- Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan

konsentrasi urine?

- Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian

bawah

- Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran

kemih bagian atas


- Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian

atas.

5) Pengkajian psikologi pasien:

- Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan

yang telah dilakukan?

- Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap

penyakitnya?

b. Analisa Data

Data Subyektif Data Obyektif Masalah


Pasein mengatakan Pasien terlihat meringis Nyeri
nyeri saat berkemih saat buang air kecil
Pasien mengatakan Pemeriksaan PQRST:
nyeri saat perkusi panggul

Pasien mengatakan Urin pasien berwarna Gangguan eliminasi


kencingnya tersendat- keruh, terdapat darah, urinarius
sendat purulent.
Pasien mengatakan Hasil pemeriksaan lab
sering ingin buang air adanya bakteri pathogen
kecil, tapi urinnya tidak
keluar

Pasien mengatakan Suhu tubuh pasien Hipertermia


badannya panas meningkat 38-390C

Pasien mengatakan Mata pasien terlihat Insomnia


susuah tidur di malam hari lelah dan merah
Pasien mengatakan Terdapat lingkar hitam
hanya bisa tidur 2 sampai pada mata
3 jam / hari
Pasien mengatakan
sering terbangun di malam
hari
Pasien mengatakan
tidak bisa tidur siang
Pasien mengatakan Pasien terlihat bingung Defisiensi pengetahuan
tidak paham tentang ketika ditanya tentang
penyakitnya penyakitnya
Pasien mengatakan
tidak tahu tentang
pengobatan penyakitnya

c. Diagnosa

Kemungkinan diagnosa yang muncul menurut NANDA 2015-2017

1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis, fisik, zat kimia, dan

psikologis.

2. Gangguan eliminasi urinarius berhubungan dengan obstruksi anatomik, infeksi

saluran kemih, penyebab multiple, gangguan sensorik-motorik.

3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.

4. Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik, nyeri.

5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi,

salah interpretasi informasi, tidak familier dengan sumber informasi.

d. Intervensi

Diagnosa Rencana Tujuan


No. Rencana Tindakan
Keperawatan dan
Kriteria Hasil
1. 1. Nyeri berhubungan Tujuan : Mandiri
dengan agen cedera Setelah dilakukan 1. Berikan tindakan nyaman,
biologis, fisik, zatkimia, asuhan seperti pijatan punggung,
dan psikologis. keperawatan ...x 24 lingkungan istirahat
jam diharapkan 2. Bantu atau dorong
ditandai dengan : masalah nyeri dapat penggunaan nafas berfokus
DS: teratasi dengan 3. Berikan perawatan perineal
Pasein mengatakan kriteria hasil : 4. Jika dipasang kateter
nyeri saat berkemih indwelling, berikan perawatan
- Tidak nyeri waktu kateter 2 kali per hari
Pasien mengatakan berkemih . 5. Catat lokasi, lamanya intensitas
nyeri saat perkusi skala (1-10) penyebaran nyeri.
panggul - Tidak nyeri pada 6. Pantau haluaran urine terhadap
perkusi panggul perubahan warna, bau dan pola
berkemih, masukan dan haluaran
setiap 8 jam dan pantau hasil
DO:
urinalisis ulang
Pasien terlihat
Kolaborasi
meringis saat buang air
1. Konsul dokter bila:
kecil
sebelumnya kuning gading-urine
Pemeriksaan kuning, jingga gelap, berkabut
PQRST: atau keruh. Plak berkemih
berubah, sering berkemih dengan
jumlah sedikit, perasaan ingin
kencing, menetes setelah
berkemih. Nyeri menetap atau
bertambah sakit
2. Berikan analgesic sesuai
kebutuhan dan evaluasi
keberhasilannya
2. Gangguan eliminasi Tujuan : Mandiri
urinarius berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Dorong meningkatkan
dengan obstruksi keperawatan … x 24 jam pemasukan cairan
anatomik, infeksi diharapkan masalah gangguan 2. Kaji keluhan kandung
saluran kemih, eliminasi urinarius dapat kemih penuh
penyebab multiple, teratasi dengan kriteria hasil : 3. Observasi perubahan status
gangguan sensorik- 1. Polaeliminasi membaik mental, perilaku atau tingkat
motorik. 2. tidak terjadi tanda-tanda kesadaran
ditandai dengan : gangguan berkemih (urgensi, 4. Awasi pemasukan dan
DS : oliguri, disuria) pengeluaran karakteristik urin
Pasien mengatakan 5. Ubah posisi pasien setiap
kencingnya tersendat- dua jam
sendat Kolaborasi :
1. Lakukan tindakan untuk
Pasien mengatakan memelihara asam urin:
sering ingin buang air tingkatkan masukan sari buah
kecil, tapi urinnya tidak berry dan berikan obat-obat
keluar untuk meningkatkan aamurin.

DO :
Urin pasien
berwarna keruh,
terdapat darah,
purulent.
Hasil pemeriksaan
lab adanya bakteri
pathogen

3. Hipertermia Tujuan : Mandiri


berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan 1. Jelaskan pada keluarga
proses penyakit. keperawatan ... x 24 jam tindakan perawatan yang akan
ditandai dengan diharapkan masalah dilakukan.
DS : hipertermia pasien dapat 2. Berikan kompres.
Pasien teratasi dengan kriteria hasil : 3. Anjurkan kepada pasien
mengatakan badannya 1. Suhu tubuh dalam batas untuk memakai baju yang
panas normal (360C – 370C) tipis dan menyerap keringat
untuk klien
4. Anjurkan kepada klien
DO : untuk minum lebih banyak.
Suhu tubuh
pasien meningkat 38- Kolaborasi
390C 1. Kolaborasi dalam
pemberin antipiretik
4. Insomnia Tujuan : Setelah dilakukan asuhan Mandiri
berhubungan keperawatan ... x 24 jam diharapkan 1. Ajarkan teknik distraksi dan
dengan masalah insomnia pasien dapat relaksasi
ketidaknyamanan teratasi dengan kriteria hasil : 2. Libatkan keluarga untuk
fisik, nyeri 1. Istirahat dan tidur adekuat menemani pasien mengobrol
ditandai dengan 2. Tidak terbangun pada malam hari atau pun pada saat tidur
DS: 3. Atur tata ruangan agar
Pasien senyaman mungkin dan terjaga
mengatakan susuah kebersihannya
tidur di malam hari
Pasien
mengatakan hanya
bisa tidur 2 sampai
3 jam / hari
Pasien
mengatakan sering
terbangun di malam
hari
Pasien
mengatakan tidak
bisa tidur siang

DO :
Mata pasien
terlihat lelah dan
merah
Terdapat
lingkar hitam pada
mata

5. Kurangnya Tujuan : Setelah dilakukan asuhan Mandiri


pengetahuan keperawatan ... x 24 jam diharapkan1. Kaji ulang proses penyakit
tentang kondisi, masalahkurang pengetahuan pasien dan harapan yang akan datanng
prognosis, dan dapat teratasi dengan kriteria hasil :
2. Berikan informasi tentang:
kebutuhan sumber infeksi, tindakan untuk
pengobatan 1. Menyatakan dan mengerti tentang mencegah penyebaran, jelaskan
berhubungan kondisi, pemeriksaan diagnostic, pemberian antibiotic,
dengan kurangnya rencana pengobatan, dan tindakan pemeriksaan diagnostic: tujuan,
sumber informasi perawatan diri preventif. gambaran singkat, persiapan
ditandai dengan yang dibutuhkan sebelum
DS: pemeriksaan, perawatan
Pasien sesudah pemeriksaan
mengatakan tidak
paham tentang 3. Pastikan pasien atau orang
penyakitnya terdekat telah menulis perjanjian
untuk perawatan lanjut dan
Pasien instruksi tertulis untuk
mengatakan tidak perawatan sesudah pemeriksaan
tahu tentang 4. Instruksikan pasien untuk
pengobatan menggunakan obat yang
penyakitnya diberikan sebanyak kurang lebih
delapan gelas per hari khususnya
DO : sari buah berry
Pasien
terlihat bingung
ketika ditanya
tentang penyakitnya 5. Berikan kesempatan kepada
pasien untuk mengekspresikan
perasaan dan masalah tentang
rencana pengobatan.

e. Evaluasi

1) Nyeri teratasi

2) Tidak mengalami gangguan eliminsi urin, urin lancar tanpa tersendat

3) Suhu tubuh dalam rentang normal (360C – 370C)

4) Istirahat dan tidur adekuat

5) Klien mendapat pengetahuan baru dan mengerti tentang penyakit serta pengobatannya

DAFTAR PUSTAKA
Ahmed SM, Swedlund SK. Evaluation and treatment of urinary tract infection in
children. Diunduh dari http://www.aafp.org/afp/. Diakses 2 Sept 2019.
Carpenito, Lynda Juall. 2008. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC
Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 2. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA,
Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC

LAPORAN PENDAHULUAN
INFEKSI SALURAN KEMIH (ANAK)

OLEH :

FAKHRUNIZAH N. HI. AHMAD

NIM. 201910461011041

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019

Anda mungkin juga menyukai