Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENERAPAN PRINSIP CARING DI GAWAT DARURAT

ATAU BENCANA DAN CARING DI RUANG RAWAT INAP

KEPERAWATAN BENCANA

oleh
Gilang Ramadhan
NIM 162310101140

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persaingan dalam hal pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu


telah menjadi sorotan masyarakat sebagai pengguna jasa layanan kesehatan.
Hal ini dikarenakan para konsumen sangat memperhatikan mutu pelayanan
yang diberikan oleh penyedia seperti rumah sakit (Potter & Perry, 2005).
Sesuai dengan pasal 32 (d) UU No. 44 2009 tentang Rumah Sakit, pasien
mempunyai hak untuk memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai
dengan standar profesi dan standar operasional prosedur (UU RS no 44
tahun 2009).

Pelayanan keperawatan mempunyai peranan penting dalam


meningkatkan dan menentukan keberhasilan mutu pelayanan kesehatan.
Hasil penelitian Huber (1996) dalam Wijaya (2008) menyatakan bahwa
90% pelayanan yang diberikan di rumah sakit adalah pelayanan
keperawatan. Dengan demikian baik buruknya pelayanan kesehatan di suatu
rumah sakit sangat ditentukan oleh kualitas pelayanan keperawatan itu
sendiri (Wijaya, 2008). Pelayanan keperawatan yang berkualitas dapat
diwujudkan melalui pemberian asuhan keperawatan dengan didasari oleh
perilaku caring perawat (Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik
DepKes RI, 2008).

Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan


untuk berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, perasaan
empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi. Dalam
keperawatan, Nursalam (2002) menyatakan bahwa caring adalah komponen
penting dalam keperawatan dan merupakan inti dari praktek keperawatan
karena mengandung nilai-nilai humanistik, menghormati kebebasan
manusia terhadap suatu pilihan, menekankan pada peningkatan kemampuan
dan kemandirian, peningkatan pengetahuan dan menghargai setiap manusia.
Perawat yang mempunyai nilai dan jiwa caring akan mempunyai perilaku
kerja yang sesuai dengan prinsip etik dikarenakan kepedulian perawat yang
memandang klien sebagai makhluk humanistik sehingga termotivasi untuk
memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu tinggi (Nursalam,
2002).

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang pertama kali bertemu


dengan pasien akan lebih dahulu mengetahui keadaan dan perasaan pasien
akan sakit yang dialami. Pasien yang datang ke unit gawat darurat dengan
berbagai keluhan akan mengalami masalah emosional, seperti kecemasan
akan sakit yang dirasakan, mudah tersinggung dan marah, dan kurang
konsentrasi. Masalah emosional pasien dapat terjadi karena rasa sakit akut
yang dirasakan, belum mengetahui diagnosa penyakit, dan belum mendapat
terapi. Dalam keadaan seperti ini pasien sangat membutuhkan perhatian,
kepekaan, dan sikap peduli dari perawat untuk menanggapi keluhannya,
sehingga perilaku caring sangat dibutuhkan dalam pelayanan keperawatan
di unit gawat darurat (Nurul, 2012).

Menurut Departemen Kesehatan RI (1999), kualitas pelayanan


rawat inap di rumah sakit salah satunya dapat dilihat melalui pemanfaatam
penggunaan tempat tidur. Pemanfaatan penggunaan temapat tidur untuk
pelayanan rawat inap dinilai melalui indikator seperti Bed Occupancy Ratio
(BOR), Length Of Stay (LOS), Turn Over Interval (TOI), Bed Turn Over
(BTO). BOR yang ideal adalah sekitar 60%-85%. Menurut Dharmawan
(2006) jika BOR berada lebih dari ambang batas atas (lebih dari 85%),
artinya adalah over loaded yang akan mengakibatkan mutu pelayanan medis
menjadi berkurang, dimana dalam kondisi yang padat pasien dapat
menimbulkan buruknya sanitasi ruangan dan menurunkan mutu pelayanan.
Selain itu waktu petugas untuk pasien pun hanya sebentar dan harus
melayani pasien yang lainnya. Hasil penelitian Malini (2009) di RS Dr. M.
Djamil Padang didapati salah satu penyebab kurangnya perilaku caring
perawat adalah karena banyaknya pasien yang akan dilayani dan banyaknya
tugas lain seperti pencatatan dan pelaporan pasien. Dengan demikian,
semakin banyak pasien yang akan dilayani, maka berisiko menurunkan
caring petugas dalam memberikan pelayanan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan analisis dari permasalahan diatas, maka dapat ditarik


suatu rumusan masalah yaitu “Penerapan Prinsip Caring di Gawat Darurat
atau Bencana dan Caring di Ruang Rawat Inap?”

1.1 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengetahui dan mengaplikasikan teknik caring


dalam gawat darurat ataupun bencana, maupun situasi dalam rawat inap
sehingga nantinya dapat menghasilkan kualitas pelayanan keperawatan
yang optimal.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu memahami konsep caring


b. Mahasiswa mampu memahami dan menempatkan caring dalam
kondisi gawat darurat atau bencana maupun di ruang rawat inap
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pendapat Pakar tentang Caring sebagai Esensi Keperawatan untuk


Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan yang Berwawasan
Agronursing di Era Industri 4.0
a. Ns. Anisah Ardiana, M.Kep., Ph.D.
Menurut Ns. Anisah Ardiana, M.Kep., Ph.D mengapa perawat
harus caring yaitu karena:
1) Memiliki kesempatan lebih banyak dibandingkan staf
kesehatan yang lain
2) Sebagian besar waktu perawat di rumah sakit dihabiskan
untuk merawat pasien (24/7)
3) Tenaga keperawatan: a key component in the health care
system
4) Posisi ideal dalam peningkatan kualitas perawatan pasien.

Perilaku caring dapat dinternalisasikan melalui suatu proses


pembelajaran dengan mengaplikasikan komponen-komponen
dari caring dalam setiap pemberian pelayanan keperawatan.

b. Prof. Achir Yani S. Hamid, MN, DNSc


Menurut Prof. Achir Yani S. Hamid, MN, DNSc komponen
caring dalam asuhan keperawatan diantaranya yaitu:
1) Rasa percaya
2) Rasa tertarik yang tulus
3) Empati
4) Penerimaan
5) Pujian positif
6) Kesadaran diri

Untuk perawat dapat caring terhadap klien, perawat memerlukan:

1) Mengembangkan kepekaan dimensi etik dalam praktik


keperawatan
2) Menilai value diri sendiri
3) Memahami bagaimana nilai mempengaruhi keputusan
4) Mengantisipasi potensi masalah moral yang mungkin
dihadapi
c. Dr.Rr.Tutik Sri Hariyati, SKp., MARS
Menurut Dr.Rr. Tutik Sri Hariyati, SKp., MARS yang
dikutip dari IOM, pada Nico A Lumenta, 2018 patient-centered care
sebagai asuhan yang menghormati dan responsif terhadap pilihan,
kebutuhan dan nilai-nilai pribadi pasien. Serta memastikan bahwa
nilai-nilai pasien menjadi panduan bagi semua keputusan klinis.
Patient-Centred care:
1) Suatu pendekatan inovatif
2) Untuk perencanaan, pemberian, evaluasi pelayanan
kesehatan
3) Dasarnya kemitraan yang saling menguntungkan
antar PPK-Pasien & keluarga
4) Diterapkan kepada pasien dari segala kelompok usia
5) Dipraktekkan dalam setiap bentuk pelayanan
kesehatan
6) Hormati nilai-nilai, pilihan dan kebutuhan yang
diutarakan oleh pasien
7) Koordinasi dan integrasi asuhan
8) Informasi, komunikasi dan edukasi
9) Kenyamanan fisik
10) Dukungan emosional dan penurunan rasa takut &
kecemasan
11) Keterlibatan keluarga & teman-teman
12) Asuhan yang berkelanjutan dan transisi yang lancar
13) Akses terhadap pelayanan
Asuhan 4.0 menurut Dr. Rr. Tutik Sri Hariyati, SKp.,
MARS yaitu asuhan pasien yang terkini, modern, dan
distandarkan dalam SNARS Edisi 1 yang:

1) Berbasis PCC – patient centred care dan


asuhan pasien terintegrasi
2) Dilaksanakan oleh PPA sebagai tim,
berkolaborasi interprofesional dengan
kompetensi untuk berkolaborasi
3) Asuhan pasiennya didokumentasikan
terintegrasi melalui IT dalam Sirsak
d. Ns. Jauhari, S.Psi., M.Kep
Revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan kemunculan
superkomputer, robot pintar, kendaraan tanpa pengemudi, cloud
computing, sistem big data, rekayasa genetika dan perkembangan
neuroteknologi yang memungkinkan manusia untuk lebih
mengoptimalkan fungsi otak.
Ns. Jauhari, S.Psi., M.Kep menyampaikan caring perawat di
rumah sakit dipengaruhi oleh kurangnya penghargaan, sistem dan
lingkungan kerja, kurang role model, persepsi tidak elit, kurang
kesadaran dan juga proses pendidikan.
2.1 Telaah Perbedaan Caring pada Perawatan Biasa dengan Caring pada
Perawatan Bencana atau Gawat Darurat

Pada dasarnya perilaku caring terhadap pasien baik di ruang rawat inap
ataupun di keadaan gawat darurat dan bencana sebenarnya sama saja. Setiap
perawat hendaknya memiliki perilaku caring guna memberikan pelayanan
keperawatan yang optimal dan memuaskan untuk klien. Sesuai dengan yang
telah di sampaikan oleh Ns. Anisah Ardiana, M.Kep., Ph.D dalam Seminar
Nasional Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Jember dengan
tema “Caring sebagai Esensi Keperawatan untuk Meningkatkan Kualitas
Pelayanan Kesehatan yang Berwawasan Agronursing di Era Industri 4.0”
perawat harus caring karena memiliki kesempatan lebih banyak
dibandingkan staf kesehatan yang lain, sebagian besar waktu perawat di
rumah sakit dihabiskan untuk merawat pasien (24/7), tenaga keperawatan:
a key component in the health care system, posisi ideal dalam peningkatan
kualitas perawatan pasien.

Perawat sebagai tenaga kesehatan akan lebih dahulu mengetahui


keadaan dan perasaan pasien akan sakit yang dialami. Pasien yang datang
ke unit gawat darurat dengan berbagai keluhan akan mengalami masalah
emosional, seperti kecemasan akan sakit yang dirasakan, mudah
tersinggung dan marah, dan kurang konsentrasi. Masalah emosional pasien
dapat terjadi karena rasa sakit akut yang dirasakan, belum mengetahui
diagnosa penyakit, dan belum mendapat terapi. Dalam keadaan seperti ini
pasien sangat membutuhkan perhatian, kepekaan, dan sikap peduli dari
perawat untuk menanggapi keluhannya, sehingga perilaku caring sangat
dibutuhkan dalam pelayanan keperawatan di unit gawat darurat (Nurul,
2012).

Pemberian pelayanan keperawatan baik di ruang rawat inap maupun di


gawat darurat atau bencana yang didasari oleh perilaku caring perawat
mampu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Penerapan caring yang
diintegrasikan dengan pengetahuan biofisikal dan pengetahuan mengenai
perilaku manusia akan dapat meningkatkan kesehatan individu dan
memfasilitasi pemberian pelayanan kepada pasien. Hal yang penting adalah
mengetahui bagaimana klien menerima Caring dan pendekatan apa yang
paling baik dalam menyelenggarakan pelayanan. Sikap Caring merupakan
permulaan yang baik. Membangun suatu hubungan yang baik terhadap
klien. Sikap ini juga membantu perawat mengatasi perbedaan antara
persepsi perawat dan klien tentang Caring. Perawat harus mengetahui siapa
klien dan mengenali klien agar suatu hubungan yang baik terwujud dan
perawat mampu memilih pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan klien
(Triwijayanti, 2015).
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Caring dalam keperawatan dalam kondisi apapun pada dasarnya


memiliki esensi yang sama. Melihat besarnya manfaat caring, seharusnya
caring tercermin dalam setiap interaksi perawat dan klien. Dalam
berinteraksi perawat harus memiliki standar dan kompetensi sehingga
mampu menerapkan asuhan keperawatan menggunakan caring.
Pelaksanaan caring akan meningkatkan mutu asuhan keperawatan,
memperbaiki image perawat di masyarakat dan membuat profesi
keperawatan memiliki tempat khusus di mata para pengguna jasa pelayanan
kesehatan. Namun permasalahan yang sering terjadi pada konsep bencana
dan gawat darurat yaitu perawat dituntut untuk respon cepat dan tanggap
bencana sehingga perawat tidak siap melakukan caring secara maksimal.
Hal inilah yang menjadi salah satu penghambat bagi perawat bencana atau
gawat darurat dalam melaksanakan caring secara maksimal.

3.2 Saran

Pelatihan tentang caring sering dilakukan agar perawat-perawat yang


bekerja baik di ruang rawat inap maupun di bencana atau gawat darurat
telah terbiasa dan juga hendaknya sudah di tanamkan sejak dalam awal
dasar pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik


Indonesia. 2008. Kualitas Pelayanan Keperawatan Indonesia [Diakses
pada 13 November 2019].

Malini, Ananda. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kualitas


Pelayanan Keperawatan di RS Dr. M. Djamil Padang tahun 2009. Skripsi:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.

Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Nurul, Qomariah. 2012. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Perilaku Caring


Perawat Pada Praktik Keperawatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Skripsi: Universitas Sumatra
Utara.

Potter, P.A., & Perry, A.G. 2005. Fundamental of Nursing (6th ed). Missouri:
Elsevier Mosby.

Triwijayanti, Renny. 2015. Caring Dimensions Inventory dalam Tatanan


Pelayanan Keperawatan. Jurnal Managemen Keperawatan. Vol 3(1): 42
47.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

Wijaya, Muncul. 2008. Supervisi dalam Keperawatan. Yogyakarta: Penerbit


Andi.

Anda mungkin juga menyukai