PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
hampir semua aspek kehidupan manusia. Dengan demikian setiap individu harus
agar mudah beradaptasi terhadap perkembangan tersebut. Hal ini juga berlaku
mereka, seperti misalnya : mesin ventilator, monitoring, infus pump, syringe pump,
dan lain-lain. Dengan adanya situasi dan kondisi tersebut maka tenaga kesehatan
khususnya perawat yang ada di ruang perawatan kritis, seharusnya mampu dan
tersebut, karena perawat lebih banyak ada di sisi pasien selama 24 jam.
Penggunaan teknologi di area perawatan kritis terjadi dengan dua proses yaitu
tugas, peran atau penggunaan peralatan yang sebelumnya dilakukan oleh satu
1
2
Ventilasi mekanik atau yang lebih dikenal dengan ventilator merupakan teknologi
medis yang ditransfer oleh dokter kepada perawat dan selanjutnya ditransform oleh
ventilator sebagai beban kerja tambahan, karena mereka hanya bisa melakukan
monitoring dan merekam hasil observasi pasien. Tetapi bagi perawat yang memiliki
ruang perawatan intensif dan akan berdampak positif terhadap profesi keperawatan.
memasukan sehingga ujung kira-kira berada dipertengahan trachea antara pita suara
dan bifurkasio trachea (Baker, 2013). Ventilasi mekanik merupakan salah satu
aspek yang penting dan banyak digunakan bagi perawatan pasien yang kritis di
Intensive Care Unit (ICU), dengan penggunaan di Amerika Serikat mencapai 1,5
Pasien yang dirawat di ICU memiliki resiko kematian tidak hanya dari penyakit
kritisnya akan tetapi juga karena proses sekunder seperti infeksi nosokomial.
Jenis infeksi ini merupakan penyebab kematian kedua tersering pada pasien dengan
infeksi nosokomial yang terjadi setelah 48 jam pada pasien dengan bantuan
ventilasi mekanik, baik melalui pipa endotrakeal maupun pipa trakeostomi. VAP
oleh infeksi dari agen-agen yang tidak ada atau belum ada pada masa inkubasi pada
Pneumonia (VAP) banyak terjadi di ruang Intensive Care Unit (ICU) (Japoni,
dengan rata-rata 13,6 per 1000 pengguna ventilasi mekanik perhari. Angka
mortalitas terjadi 24-76 % terutama pada pasien dengan penyakit kritis. Sedangkan
menurut Centers for Disease Control and Prevention (2015) menyebutkan 157.000
pasien di ICU mengalami VAP selama perawatan. Angka kejadian berkisar 0,01-
4,4 per 1000 pasien setiap hari di berbagai unit rumah sakit di dunia pada tahun
2012.
(RISKESDES, 2018). Penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Budiono (2013) di
ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang menunjukkan sebesar 36,8%. Penelitian yang
menyebutkan kejadian pneumonia pada pasien ICU sebesar 42%, dan dari jumlah
tersebut ditemukan pasien meninggal 86,8% dan 13,2% hidup. Di Provinsi Banten
2018). Di Rumah Sakit Provinsi Banten dalam satu tahun jumlah pasien yang
VAP dapat didiagnosis apabila terdapat tanda diagnosis standar seperti demam,
radiografi thoraks. Diagnosis VAP agak sulit dilakukan jika hanya melihat
Pulmonary Infection Score (CPIS). Score CPIS 0-12. Penentuan CPIS berdasarkan
pada 6 variabel, yaitu suhu tubuh, jumlah leukosit, volume dan tingkat kekentalan
secret dalam trakea, oxigenasi, foto thorax dan analisa semi kuantitatif cairan
endotrakeal dengan pewarnaan gram. Pasien dengan score CPIS lebih dari 6
penelitian lebih lanjut dan menemukan bahwa score CPIS lebih dari 6 memiliki
Beberapa faktor risiko dicurigai dapat memicu terjadinya VAP, faktor tersebut
antara lain: usia lebih dari 60 tahun, derajat keparahan penyakit, penyakit paru akut
atau kronik, sedasi yang berlebihan, nutrisi enteral, luka bakar yang berat, posisi
tubuh yang supine, Glasgow Coma Scale (GCS) kurang dari 9, penggunaan obat
Faktor usia sangat mempengaruhi kejadian VAP, penelitian Susanti dkk, (2015)
pada Pasien yang Terpasang Ventilator di Ruang Intensive Care RS Eka Hospital
Pekanbaru”, dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien dengan usia di atas
60 tahun memiliki risiko yang lebih besar untuk menderita pneumonia pada
Penelitian tentang VAP juga sudah cukup banyak dilakukan di Indonesia, salah
satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Nur Imama Pranita R. disebuah
rumah sakit di Surabaya. Penelitian ini mengkaji beberapa faktor risiko yang terkait
dengan kejadian VAP, seperti metode suction, umur, riwayat penyakit paru,
VAP, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor apa saja yang
dapat menimbulkan kejadian VAP. Maka dari itu, peneliti ingin meneliti lebih
Pneumonia Pada Pasien yang Terpasang Ventilasi Mekanik di ICU RSU Provinsi
Banten”. Namun penelitian ini lebih menitikberatkan pada adakah faktor usia, lama
penggunaan ventilator, oral hygiene, suction, cuci tangan, serta penggunaan sedasi
B. Rumusan Masalah
Dari beberapa faktor yang dapat mendukung terjadinya infeksi nosokomial pada
pasien dengan ventilasi mekanik, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
C. Pertanyaan Penelitian
ventilasi mekanik?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
di ICU
ventilator
ventilator
ventilator.
terpasang ventilator.
terpasang ventilator.
8
ventilator.
terpasang ventilator.
terpasang ventilator.
E. Manfaat Penelitian.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan atau sumber informasi serta
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bukti nyata tentang efek
Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya dan
mekanik, dari segi perawatan yang lama, serta biaya pengobatan yang mahal.
10