Anda di halaman 1dari 13

KEPUTUSAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DAHA SEJAHTERA

NOMOR TAHUN 2018

TENTANG

PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS (MEDICAL STAFF BYLAWS)


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DAHA SEJAHTERA

DIREKTUR RSUD DAHA SEJAHTERA

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan tata kelola klinis


yang baik (clinical governance ) perlu adanya
Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff ByLaws )
untuk mengatur penyelenggaraan profesi medis dan
mekanisme kerja Komite Medik RSUD Daha Sejahtera;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan
Direktur tentang Peraturan Internal Staf Medis
(Medical Staf ByLaws) Rumah Sakit Umum Daerah
Daha Sejahtera Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik


Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4431);

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 5063);

3. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah


Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5072);

4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 298,Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5607);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3637);

6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


1333/MENKES/SK/ XII/1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit;

7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


512/MENKES/PER/IV/2007 tentang Ijin Praktik dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran;

8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


755/MENKES/PER/2011 tentang Penyelenggaraan
Komite Medik di Rumah Sakit;

9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit;

10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 56 Peraturan


Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang
Klasifikasi dan Perijinan Rumah Sakit (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1221);

11. Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan No


18 Tahun 2015 tentang Pembentukan, Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah
Kelas D Pratama Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

KESATU : Menetapkan Peraturan Internal Staf Medis (Medical


Staff ByLaws ) Rumah Sakit Umum Daerah Daha
Sejahtera sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Surat Keputusan ini.
KEDUA : Keputusan Direktur ini berlaku sejak tanggal
ditetapkan. Apabila dikemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan dalam penetapan ini akan dilakukan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Daha Selatan


Pada tanggal : 02 Juli 2018

DIREKTUR,

dr. ARTATY
NIP. 19840527 201101 2 012
LAMPIRAN 1. SK Direktur RSUD Daha Sejahtera
Nomor : Tahun 2018
Tanggal : 02 Juli 2018

PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS (MEDICAL STAFF BYLAWS)


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DAHA SEJAHTERA

MUKADIMAH/PENDAHULUAN

Komite medik RSUD Daha Sejahtera merupakan perangkat rumah sakit


untuk menerapkan tata kelola klinis (clinical governance ) agar staf medis di
RSUD Daha Sejahtera terjaga profesionalismenya. Seluruh staf medis di rumah
sakit mempunyai komitmen untuk selalu mengutamakan keselamatan pasien
dalam melakukan asuhan klinis. Komitmen ini diwujudkan melalui mekanisme
kredensial dan mekanisme peningkatan kualitas pelayanan medis lainnya.
Peraturan internal staf medis ini adalah upaya untuk memastikan agar
hanya staf medis yang kompeten sajalah yang boleh melakukan pelayanan medis
di rumah sakit. Kebijakan ini didukung oleh Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai
Selatan sebagai pihak pemilik Rumah Sakit dan Dewan Pengawas.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Internal Staf Medis ini yang dimaksud dengan:


(1) Komite Medik adalah perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata kelola
klinis (clinical governance) agar staf medis di rumah sakit terjaga
profesionalismenya melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi
medis, dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi medis.
(2) Staf medis adalah dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan dokter gigi spesialis
di rumah sakit.
(3) Kewenangan Klinis (clinical privilege) adalah hak khusus seorang staf medis
untuk melakukan sekelompok pelayanan medis tertentu dalam lingkungan
rumah sakit untuk suatu periode tertentu yang dilaksanakan berdasarkan
penugasan klinis (clinical appointment).
(4) Penugasan Klinis (clinical appointment) adalah penugasan kepala/direktur
rumah sakit kepada seorang staf medis untuk melakukan sekelompok
pelayanan medis di rumah sakit tersebut berdasarkan daftar kewenangan klinis
yang telah ditetapkan baginya.
(5) Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf medis untuk menentukan
kelayakan diberikan kewenangan klinis (clinical privilege).
(6) Rekredensial adalah proses reevaluasi terhadap staf medis yang telah memiliki
kewenangan klinis (clinical privilege) untuk menentukan kelayakan
pemberian kewenangan klinis tersebut.
(7) Audit medis adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu
pelayanan medis yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan rekam
medisnya yang dilaksanakan oleh profesi medis.
(8) Mitra bestari (peer group) adalah sekelompok staf medis dengan reputasi dan
kompetensi profesi yang baik untuk menelaah segala hal yang terkait dengan
profesi medis.

BAB II
TUJUAN
Pasal 2

Tujuan peraturan internal staf medis (medical staff bylaws) adalah agar
komite medik dapat menyelenggarakan tata kelola klinis yang baik (good clinical
governance ) melalui mekanisme kredensial, peningkatan mutu profesi, dan
penegakan disiplin profesi. Selain itu peraturan internal staf medis (medical staf
bylaws) juga bertujuan untuk memberikan dasar hukum bagi mitra bestari ( peer
group ) dalam pengambilan keputusan profesi melalui komite medik. Putusan itu
dilandasi semangat bahwa hanya staf medis yang kompeten dan berperilaku
profesional sajalah yang boleh melakukan pelayanan medis di rumah sakit.

BAB III
KEWENANGAN KLINIS (CLINICAL PRIVILEGE)
Pasal 3

(1) Semua pelayanan medis hanya boleh dilakukan oleh staf medis yang telah
diberi kewenangan klinis.
(2) Pemberian dan perubahan kewenangan klinis staf medis ditetapkan atas
rekomendasi Komite Medik dan disahkan oleh Direktur.
(3) Mekanisme sebagaimana nomor 2 diatas diatur dalam:
a. Pedoman kredensial dan rekredensial staf medis;
b. Pedoman kewenangan klinis;
c. Daftar rincian kewenangan klinis dari komite medik.
(4) Jenis kategori staf medis diatur sesuai dengan lingkup kewenangan yang
diberikan padanya, misalnya pengaturan kewenangan klinis sementara
(temporary clinical privilege), kewenangan klinis dalam keadaan darurat
(emergency clinical privilege) , dan kewenangan klinis bersyarat (provisional
clinical privilege) .
(5) Lingkup kewenangan klinis (clinical privilege) diatur untuk pelayanan medis
tertentu dengan berpedoman pada buku putih (white paper).
(6) Subkomite kredensial mengatur proses penilaian untuk merekomendasikan
pemberian kewenangan klinis untuk masing-masing staf medis.
(7) Subkomite etika dan disiplin profesi melalui Komite Medik mengatur
prosedur tentang tata cara pemberian dan pengakhiran “privilege” oleh
Direktur Rumah Sakit.

BAB IV
PENUGASAN KLINIS (CLINICAL APPOINTMENT)
Pasal 4

(1) Setiap staf medis yang melakukan asuhan medis harus memiliki surat
penugasan klinis dari Direktur Rumah Sakit berdasarkan rincian kewenangan
klinis setiap staf medis (delineation of clinical privilege) yang
direkomendasikan komite medik.
(2) Perubahan Penugasan Klinis staf medis dapat dilakukan oleh Direktur atas
rekomendasi Komite Medik.
(3) Mekanisme sebagaimana nomor 1 dan 2 diatas diatur dalam Panduan
Kredensial dan Re-Kredensial Staf Medis.

BAB V
KOMITE MEDIK
Pasal 5

Komite medik dibentuk dengan tujuan untuk menyelenggarakan tata kelola klinis
(clinical governance) yang baik agar mutu pelayanan medis dan keselamatan
pasien lebih terjamin dan terlindungi.

Pasal 6

(1) Komite medik merupakan organisasi non struktural yang dibentuk di rumah
sakit oleh kepala/direktur.
(2) Komite medik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan merupakan wadah
perwakilan dari staf medis.

Pasal 7

Komite medik dibentuk oleh direktur rumah sakit.

Pasal 8

Susunan organisasi komite medik terdiri dari:


a. ketua;
b. sekretaris; dan
c. subkomite.
Pasal 9

(1) Keanggotaan komite medik ditetapkan oleh direktur rumah sakit dengan
mempertimbangkan sikap profesional, reputasi, dan perilaku.
(2) Jumlah keanggotaan komite medik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disesuaikan dengan jumlah staf medis di rumah sakit.

Pasal 10

(1) Ketua komite medik ditetapkan oleh direktur rumah sakit dengan
memperhatikan masukan dari staf medis yang bekerja di rumah sakit.
(2) Sekretaris komite medik dan ketua subkomite ditetapkan oleh direktur rumah
sakit berdasarkan rekomendasi dari ketua komite medik dengan
memperhatikan masukan dari staf medis yang bekerja di rumah sakit.

Pasal 11

(1) Anggota komite medik terbagi ke dalam subkomite.


(2) Subkomite sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. subkomite kredensial yang bertugas menapis profesionalisme staf medis;
b. subkomite mutu profesi yang bertugas mempertahankan kompetensi dan
profesionalisme staf medis; dan
c. subkomite etika dan disiplin profesi yang bertugas menjaga disiplin, etika,
dan perilaku profesi staf medis.

Pasal 12

Komite medik mempunyai tugas meningkatkan profesionalisme staf medis yang


bekerja di rumah sakit dengan cara:
a. melakukan kredensial bagi seluruh staf medis yang akan melakukan pelayanan
medis di rumah sakit;
b. memelihara mutu profesi staf medis; dan
c. menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf medis.

BAB VI
RAPAT

Pasal 13
Rapat Komite Medik

(1) Rapat Komite Medik terdiri atas Rapat Rutin, Rapat Khusus, dan Rapat Pleno.
(2) Setiap rapat Komite Medik dinyatakan sah hanya bila undangan telah
disampaikan secara pantas kecuali seluruh anggota Komite Medik yang
berhak memberikan suara menolak undangan tersebut.

Pasal 14
Rapat Rutin Komite Medik

(1) Komite menyelenggarakan rapat rutin satu bulan sekali pada waktu dan
tempat yang ditetapkan oleh Komite Medik.
(2) Sekretaris Komite Medik menyampaikan pemberitahuan rapat rutin beserta
agenda rapat kepada para anggota yang berhak hadir paling lambat lima hari
kerja sebelum rapat tersebut dilaksanakan.
(3) Rapat rutin dihadiri oleh pengurus Komite Medik.
(4) Ketua dapat mengundang pihak lain bila dianggap perlu.
(5) Setiap undangan rapat yang disampaikan oleh Sekretaris Komite Medik
sebagaimana diatur dalam ayat (2) pasal ini harus melampirkan:
a. Satu salinan agenda rapat
b. Satu salinan risalah rapat rutin yang lalu.
c. Satu salinan risalah rapat khusus yang lalu.

Pasal 15
Rapat Khusus Komite Medik

(1) Rapat khusus Komite Medik diselenggarakan dalam hal:


(a) Diperintahkan oleh Ketua; atau
(b) Permintaan yang diajukan secara tertulis oleh paling sedikit tiga pengurus
Komite Medik dalam waktu empat puluh delapan jam sebelumnya; atau
(c) Permintaan Ketua Komite Medik untuk hal-hal yang memerlukan
penetapan kebijakan Komite Medik dengan segera.
(2) Sekretaris Komite Medik menyelenggarakan rapat khusus dalam waktu empat
puluh delapan jam setelah diterimanya permintaan tertulis rapat yang
ditandatangani oleh seperempat dari jumlah anggota Komite Medik yang
berhak untuk hadir dan memberikan suara dalam rapat tersebut.
(3) Sekretaris Komite Medik menyampaikan pemberitahuan rapat khusus beserta
agenda rapat kepada para pengurus yang berhak hadir paling lambat dua
puluh empat jam sebelum rapat tersebut dilaksanakan.
(4) Pemberitahuan rapat khusus akan menyebutkan secara spesifik hal-hal yang
akan dibicarakan dalam rapat tersebut, dan rapat hanya akan membicarakan
hal-hal yang tercantum dalam pemberitahuan tersebut.

Pasal 16
Rapat Pleno Komite Medik

(1) Rapat pleno Komite Medik diselenggarakan satu kali satu tahun.
(2) Rapat pleno dihadiri oleh seluruh staf Medis RSUD Daha Sejahtera.
(3) Agenda rapat pleno paling tidak memuat laporan kegiatan yang telah
dilaksanakan Komite Medik, rencana kegiatan yang akan dilaksanakan
Komite Medik, dan agenda lainya yang ditetapkan oleh Komite Medik.
(4) Sekretaris Komite Medik menyampaikan pemberitahuan rapat tahunan secara
tertulis beserta agenda rapat kepada para anggota yang berhak hadir paling
lambat empat belas hari sebelum rapat tersebut dilaksanakan.

Pasal 17
Kuorum

(1) Sekretaris Komite Medik menyampaikan pemberitahuan rapat tahunan kepada


seluruh anggota Komite Medik. Kuorum rapat tercapai bila rapat dihadiri oleh
paling sedikit setengah dan jumlah Pengurus Komite Medik ditambah satu
yang berhak untuk hadir dan memberikan suara.
(2) Keputusan hanya dapat ditetapkan bila kuorum telah tercapai.

Pasal 18
Pengambilan Putusan Rapat

Kecuali telah diatur dalam peraturan ini, maka:


(1) Pengambilan putusan rapat diupayakan melalui musyawarah dan mufakat.
(2) Dalam hal tidak tercapai mufakat, maka putusan diambil melalui pemungutan
suara berdasarkan suara terbanyak dan anggota yang hadir.
(3) Dalam hal jumlah suara yang diperoleh adalah sama maka Ketua berwenang
membuat keputusan hasil rapat.

Pasal 19
Tata Tertib Rapat

(1) Setiap rapat Komite Medik berhak dihadiri oleh seluruh Pengurus Komite
Medik.
(2) Rapat dipimpin oleh Ketua Komite Medik atau yang ditunjuk oleh Ketua
Komite Medik.
(3) Sebelum rapat dimulai agenda rapat dan notulen dibacakan atas perintah
Ketua.
(4) Setiap peserta rapat wajib mengikuti rapat sampai selesai.
(5) Setiap peserta rapat hanya dapat meninggalkan rapat dengan seijin pimpinan
rapat.
(6) Setiap peserta wajib menjaga ketertiban selama rapat berlangsung.
(7) Hal-hal lain yang menyangkut teknis tata tertib rapat akan ditetapkan oleh
Ketua sebelum rapat dimulai.
Pasal 20
Notulen Rapat

(1) Setiap rapat harus dibuat notulennya.


(2) Semua notulen rapat Komite Medik dicatat oleh Sekretaris Komite Medik
atau penggantinya yang ditunjuk.
(3) Notulen akan diedarkan kepada semua peserta rapat yang berhak hadir
sebelum rapat berikutnya.
(4) Notulen rapat tidak boleh dirubah kecuali untuk hal-hal yang berkaitan
dengan keakuratan notulen tersebut.
(5) Notulen rapat ditandatangani oleh Ketua Komite Medik dan sekretaris
Komite Medik pada rapat berikutnya, dan notulen tersebut diberlakukan
sebagai dokumen yang sah.
(6) Sekretaris memberikan salinan notulen direktur paling lambat satu minggu
setelah ditandatangani oleh Ketua dan sekretaris Komite Medik.

BAB VII
SUBKOMITE KREDENSIAL
Pasal 21

(1) Sub Komite Kredensial bertugas menapis profesionalisme staf medis dengan
cara melakukan kredensial dan rekredensial.
(2) Subkomite kredensial memiliki fungsi sebagai berikut :
a. penyusunan dan pengkompilasian daftar kewenangan klinis sesuai dengan
masukan dari kelompok staf medis berdasarkan normakeprofesian yang
berlaku;
b. penyelenggaraan pemeriksaan dan pengkajian:
1. kompetensi;
2. kesehatan fisik dan mental;
3. perilaku;
4. etika profesi.
c. evaluasi data pendidikan profesional kedokteran/kedokteran gigi
berkelanjutan;
d. wawancara terhadap pemohon kewenangan klinis;
e. penilaian dan pemutusan kewenangan klinis yang adekuat.
f. pelaporan hasil penilaian kredensial dan menyampaikan rekomendasi
kewenangan klinis kepada komite medik;
g. melakukan proses rekredensial pada saat berakhirnya masa berlaku surat
penugasan klinis dan adanya permintaan dari komite medik; dan
h. rekomendasi kewenangan klinis dan penerbitan surat penugasan klinis.
(3) Sub Komite Kredensial terdiri dari :
a. Ketua Sub Komite Kredensial;
b. Sekretaris;
c. Anggota.
(4) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana nomor 1 diatas, Sub Komite
Kredensial berpedoman kepada:
a. Pedoman Kredensial dan Rekredensial;
b. Pedoman Kewenangan Klinis;
c. Daftar Rincian Kewenangan Klinis Dokter dan Dokter Spesialis.
(5) Sub Komite Kredensial bertanggung jawab kepada Ketua Komite Medik.

BAB VIII
SUBKOMITE MUTU PROFESI
Pasal 22

(1) Sub Komite Mutu Profesi bertugas memelihara mutu profesi staf medis
dengan cara mempertahankan kompetensi dan profesionalisme staf medis
dalam bidang pelayanan, pendidikan dan penelitian.
(2) Subkomite mutu profesi memiliki fungsi sebagai berikut :
a. pelaksanaan audit medis;
b. rekomendasi pertemuan ilmiah internal dalam rangka pendidikan
berkelanjutan bagi staf medis;
c. rekomendasi kegiatan eksternal dalam rangka pendidikan berkelanjutan
bagi staf medis rumah sakit tersebut; dan
d. rekomendasi proses pendampingan (proctoring) bagi staf medis yang
membutuhkan.
(3) Sub Komite Mutu Profesi terdiri dari :
a. Ketua Sub Komite Mutu Profesi;
b. Sekretaris;
c. Anggota.
(4) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana nomor 1 diatas Sub Komite Mutu
Profesi berpedoman kepada :
a. Pedoman Tata Kelola Klinis;
b. Pedoman Audit Medis;
c. Pedoman Pendampingan Profesi Medis (Proctoring );
(5) Sub Komite Mutu Profesi bertanggung jawab kepada Ketua Komite Medik.

BAB IX
SUBKOMITE ETIKA DAN DISIPLIN PROFESI
Pasal 23

(1) Sub Komite Etika dan Disiplin Profesi menjaga etika, disiplin dan perilaku
staf medis dengan cara melindungi pasen dari pelayanan staf medis yang tidak
memenuhi syarat (unqualified ) dan tidak layak (unfit/unproper) untuk
melakukan asuhan klinis serta membina staf medis.
(2) Subkomite etika dan disiplin profesi memiliki fungsi sebagai berikut :
a. pembinaan etika dan disiplin profesi kedokteran;
b. pemeriksaan staf medis yang diduga melakukan pelanggaran disiplin;
c. rekomendasi pendisiplinan pelaku profesional di rumah sakit; dan
d. pemberian nasehat/pertimbangan dalam pengambilan keputusan etis pada
asuhan medis pasien.
(3) Sub Komite Etika dan Disiplin Profesi terdiri dari :
a. Ketua Sub Komite Etika dan Disiplin Profesi;
b. Sekretaris;
c. Anggota
(4) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana nomor 1 diatas Sub Komite Etika
dan Disiplin Profesi berpedoman kepada :
a. Pedoman Pembinaan Etika dan Disiplin Profesi Medis;
b. Pedoman penanganan Dugaan Pelanggaran Etika dan Disiplin Profesi
Medis.
(5) Sub Komite Etik dan Disiplin Profesi bertanggung jawab kepada Ketua
Komite Medik.
(6) Upaya pendisiplinan staf medis yang dilakukan oleh subkomite disiplin
profesi dilakukan melalui :
a. Peringatan tertulis sampai penangguhan kewenangan klinis staf medis yang
dinilai melanggar disiplin profesi, baik seluruhnya maupun sebagian;
b. Dengan ditangguhkannya kewenangan klinis maka staf medis tersebut tidak
diperkenankan melakukan pelayanan medis di rumah sakit;
c. Perubahan kewenangan klinis akibat tindakan disiplin profesi tersebut di
atas ditetapkan dengan surat keputusan Direktur Rumah Sakit atas
rekomendasi Komite Medik.

BAB X
PERATURAN PELAKSANAAN TATA KELOLA KLINIS
Pasal 24

(1) Staf Medis melaksanakan keprofesian medis sesuai dengan Kewenangan


Klinis dan Penugasan Klinis masing masing dalam Tata Kelola Klinis
(Clinical Governance) Rumah Sakit dan kelompok staf medis (SMF).
(2) Tata Kelola Klinis Rumah Sakit (Clinical Governance ) adalah sistem
penjaminan mutu layanan di Rumah Sakit .
(3) Tata Kelola Klinis Rumah Sakit disusun oleh Bidang Pelayanan, ditetapkan
serta disahkan oleh Direktur.
(4) Tata Kelola Klinis Staf Medis Fungsional disusun oleh Ketua Staf Medis
Fungsional, ditetapkan dan disahkan penerapannya oleh Direktur.
(5) Pelaksanaan Tata Kelola Klinis Rumah Sakit sebagaimana nomor 3 dan
Tatakelola Klinis SMF sebagaimana nomor 4 diatas untuk Staf Medis diatur
lebih lanjut dalam bentuk Medical Staff Rules and Regulation .
(6) Medical Staff Rules and Regulation disusun oleh Kepala Bidang Pelayanan
bersama Kepala Seksi Pelayanan Medis dan para Staf Medis Fungsional,
ditetapkan dan disahkan oleh Direktur.
(7) Untuk melaksanakan tata kelola klinis (clinical governance) diperlukan
aturan-aturan profesi bagi staf medis (medical staff rules and regulations)
secara tersendiri diluar medical staff by laws. Aturan profesi tersebut antara
lain adalah:
a. pemberian pelayanan medis dengan standar profesi, standar pelayanan, dan
standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;
b. kewajiban melakukan konsultasi dan/atau merujuk pasien kepada dokter,
dokter spesialis, dokter gigi, atau dokter gigi spesialis lain dengan disiplin
yang sesuai.

BAB XI
TATA CARA REVIEW DAN PERBAIKAN
PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS
Pasal 25

Peraturan Internal Staf Medis ini dapat dilakukan review dan perubahan bilamana
:
(1) Adanya Perubahan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Peraturan Internal
Korporasi Rumah Sakit, Peraturan Internal Staf Medis ataupun
peraturan/perundangan lainnya yang menyangkut profesi medis;
(2) Kebijakan baru lain mengenai status Rumah Sakit.

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 26

(1) Peraturan Internal Rumah Sakit dan Peraturan Internal Staf medis ini berlaku
sejak tanggal ditetapkan.
(2) Semua peraturan Rumah Sakit yang dilaksanakan sebelum berlakunya
Peraturan Internal Rumah Sakit dan Peraturan Internal Staf Medis ini
dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
Internal Rumah Sakit/Peraturan Internal Staf Medis.

DIREKTUR,

dr. ARTATY
NIP. 19840527 201101 2 012

Anda mungkin juga menyukai