Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP MANAJEMEN
2.1.1 DEFINISI
Manajemen berasal dari kata perancis “kuna management” yang
memiliki arti seni dalam melaksanakan dan mengatur.Maka dapat
diartikan bahwa manajemen adalah ilmu atau seni tentang upaya
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan secara
efisien dan efektif (Simamora, 2012).
Manajemen diartikan sebagai ilmu atau seni tentang bagaimana
menggunakan sumber daya secara efisien, efektif dan rasional untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya (Swanburg,
2000 dalam Mugianti, 2016).
Manajemen adalah proses yang dinamis, yang senantiasa berubah
sesuai dengan tuntutan perkembangan. Manajemen merupakan proses
mengorganisir sumber-sumber untuk mencapai tujuan dimana arah tujuan
yang akan dicapai ditetapkan berdasarkan visi, misi, filosofi organisasi
(Mugianti, 2016).
2.1.2 PRINSIP MANAJEMEN
Manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari planning, organizing,
actuating, dan controlling (POAC) yang masing-masing menggunakan
ilmu dan seni untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya
(Terry & Rue, 2010).
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada
danmelekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh
manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan (Terry &
Rue, 2010) yaitu :
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah kemampuan memilih satu kemungkinan dari
berbagai kemungkinan yang tersedia dan dipandang paling tepat

3
untuk mencapai tujuan. Perencanaan adalah menentukan tujuan yang
hendak dicapai selama suatumasa yang akan datang dan apa yang
harus diperbuat agar dapat mencapaitujuan-tujuan itu.
Perencanaan merupakan komponen dasar atau fungsi dari
manajemen melalui perencanaan, pelaksanaan atau manajer
melaksanakan hal-hal yang telah digariskan untuk mewujudkan
tujuan yang telah ditentukan oleh organisasii Setiap kegiatan
hendaknya dimulai dari perencanaan secara umum disebutkan apabila
pelaksanaan suatu upaya kesehatan tidak didukung oleh suatu
perencanaan yang baik maka akan sulit dapat diharapkan tercapainya
tujuan dari upaya kesehatan tersebut (Azwar, 1996).
Ada empat tahap dasar perencanaan menurut Hani Handoko
(1999), yaitumenetapkan tujuan, merumuskan keadaan saat ini,
mengidentifikasi masalah segala kemudahan dan hambatan, serta
mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk mencapai
tujuan. Suatu perencanaan yang baik, harus mengandung berbagai
unsur yang terpenting adalah :
a) Misi, dalam perencanaan tersebut harus mengandung uraian
tentang misi organisasi yang mengajukan rencana tersebut.
b) Masalah, harus mengandung rumusan masalah, yaitu sesuatu
yang ingin diselesaikan oleh perencanaan yang sedang dibuat.
c) Tujuan Umum dan Tujuan Khusus
Tujuan adalah suatu keadaan dimana yang ingin dicapai oleh
suatu perencanaan.Rumuskanlah tujuan tersebut dengan
selengkap-lengkapnya.
d) Kegiatan, perencanaan yang baik harus mengandung uraian
kegiatan yang akan dilakukan.

4
e) Asumsi Perencanaan, perencanaan tersebut harus mengandung
uraian tentang berbagai perkiraan dan ataupun kemungkinan
yang akan dihadapi jika rencana tersebut dilaksanakan.
f) Strategi Pendekatan, terdapat uraian tentang strategi pendekatan
yang akan digunakan pada waktu pelaksanaan program.
g) Sasaran, kepada siapa program kesehatan tersebut ditujukan.
h) Waktu, perencanaan yang baik harus mempunyai uraian tentang
waktu (jangka waktu) perencanaan tersebut akan dilaksanakan.
i) Organisasi dan Tenaga Pelaksana
Terdapat atau tidaknya uraian tentang organisasi dan tenaga
pelaksana dalam suatu rencana, juga menentukan baik atau
tidaknya rencana tersebut.
j) Biaya, haruslah dicantumkan berapa jumlah biaya yang
dibutuhkan untuk melaksanakan rencana program tersebut.
2. Pengorganisasian (Organization)
Pengorganisasian adalah pengelompokan berbagai kegiatan yang
diperlukan untuk melaksanakan suatu rencana sedemikian rupa
sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan
memuaskan. Pengorganisasian adalah kegiatan penentuan sumber
daya-sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan organisasi, perancangan dan pengembangan suatu
organisasi atau kelompok kerja yang akan dapat membawa ke arah
tujuan, penugasan tanggung jawab tertentu, dan pendelegasian
wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk
melaksanakan tugasnya.
Pengorganisasian bertujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi
kegiatan-kegiatan yang lebih kecil.Selain itu, mempermudah manajer
dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang
dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi
tersebut.

5
Proses pengorganisasian dapat ditunjukkan dengan tiga langkah
prosedur berikut ini:
a) Perincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk
mencapai tujuan organisasi.
b) Pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan
yang secara logika dapat dilaksanakan oleh satu orang.
Pembagian kerja sebaiknya tidak terlalu berat sehingga tidak
dapat diselesaikan atau terlalu ringanbsehingga ada waktu
menganggur, tidak efisien dan terjadi biaya yang tidakperlu.
c) Pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk
mengkoordinasikan pekerjaan para anggota organisasi menjadi
kesatuan terpadu dan harmonis. Mekanisme pengkoordinasian
ini membuat para anggota organisasinmenjaga perhatiannya pada
tujuan organisasi dan mengurangi ketidakefisienan dan konflik-
konflik yang merusak.
3. Pelaksanaan (Actuating)
Menggerakkan atau Actuating adalah suatu tindakan untuk
mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk
mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-
usaha organisasi. Jadi, Actuating artinya adalah menggerakkan
orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau penuh
kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki secara efektif.Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah
kepemimpinan (leadership).
Menurut Wijono, pergerakan adalah membuat semua anggota
kelompok agar mau bekerja sama dan bekerja secara ikhlas serta
bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan
upaya pengorganisasian.
Actuating merupakan pergerakan seluruh kegiatan manajemen
dengan mempergunakan organisasi yang lebih dibentuk untuk

6
memimpin, memotivasi, mengarahkan, dan mengkomunikasikan apa
yang direncanakan sebagai tujuan yang telah ditetapkan dapat
tercapai.
Pekerjaan pelaksanaan bukanlah pekerjaan yang mudah, karena
dalam melaksanakan suatu rencana terkandung berbagai aktivitas
yang bukan saja satu sama lain saling berpengaruh, tapi juga bersifat
kompleks dan majemuk. Keseluruhan aktivitas ini harus dipadukan
sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai
dengan memuaskan.
Pergerakan terkait dengan leadership, motivation, human
relationship, dan communication.
4. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan adalah suatu proses untuk mengukur penampilan
suatu program yang kemudian dilanjutkan dengan mengarahkannya
sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat
tercapai.
Pengawasan adalah kegiatan untuk melihat dan memperhatikan
sebuah proses-upaya yang sedang berjalan. Bisa dikatakan juga
dengan kegiatan untuk menjaga agar proses yang sedang diamati
senantiasa berada pada jalur yang telah ditentukan atau direncanakan.
Pengendalian adalah proses penentuan apa yang harus dicapai
yaitu standar, apa yang harus dilakukan yaitu pelaksanaan, dan bila
perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai
dengan rencana, yaitu sesuaindengan standar.
Ada tiga tipe dasar pengawasan yaitu :
a) Pengawasan pendahuluan (feedforward control), dirancang untuk
mengantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan-
penyimpangan dari standar atau tujuan dan memungkinkan
koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu terselesaikan.

7
b) Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
kegiatan (concurrent control). Pengawasan ini sering disebut
pengawasan “ya-tidak”, screening control atau ” berhenti-terus”,
dilakukan selama suatu kegiatan berlangsung. Tipe pengawasan
ini merupakan proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur
harus disetujui dulu, atau syarat tertentu harus dipenuhi dulu
sebelum kegiatan-kegiatan bisa dilanjutkan, atau semacam
peralatan “double check” yang lebih menjamin ketepatan
pelaksanaan kegiatan.
c) Pengawasan umpan balik (feedback control) yang dikenal sebagai
past-action controls, mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang
telah pdiselesaikan. Sebab-sebab penyimpangan dari rencana atau
standar ditentukan, dan penemuan-penemuan ditetapkan untuk
kegiatan serupa di masa yang akan datang. Pengawasan ini
bersifat historis, pengukuran dilakukan setelah kejadian terjadi.
2.2 KONSEP PENGORGANISASIAN LEADERSHIP
2.2.1 DEFINISI
Pengorganisasian adalah pengelompokan/pengaturan kegiatan yang
dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi, melalui supervisi,
komunikasi dan koordinasi dengan unit kerja lain secara vertical atau
atasan dan horizontal atau bawahan ( Depkes RI, 2001 dalam Mugianti,
2016).
Pengorganisasian adalah memobilisasi sumber daya manusia dan
material dari lembaga untuk mencapai tujuan organisasi, dapat juga untuk
mengidentifikasi antara hubungan yang satu dengan yang lain.
Pengorganisasian dapat dilihat secara statis dan dinamis.Secara statis
merupakan wadah kegiatan sekelompok orang untuk mencapai tujuan,
sedangkan secara dinamis merupakan suatu aktivitas dari tata hubungan
kerja yang teratur dan sistematis untuk mencapai tujuan tertentu (Suarli
dan Bahtiar, 2009).

8
Pengorganisasian pelayanan keperawatan adalah proses
pengelompokan kegiatan terhadap tugas, wewenang, tanggung jawab dan
koordinasi kegiatan baik vertikal maupun horizontal yang dilakukan oleh
tenaga keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi
ini mencakup penetapan tugas-tugas yang harus dilakukan, siapa yang
harus melakukan, seperti apa tugas-tugas dikelompokkan, siapa yang
melaporkan ke siapa, dan di mana serta kapan keputusan harus diambil
oleh seorang perawat (Mugianti, 2016).
2.2.2 TUJUAN
Berikut ini akan diuraikan tentang tujuan pengorganisasian dalam
manajemen keperawatan sebagai berikut :
1. Pencapaian tujuan organisasi
2. Pengorganisasian sumber daya secara efektif dan efisien
3. Melakukan pembagian tugas dan pertanggungjawaban yang efektif
antara perorangan dan kelompok.
4. Menentukan jalur komunikasi dan koordinasi yang efektif melaui
penyusunan struktur organisasi yang baik
5. Melakukan pengambilan keputusan secara tepat
6. Melakukan pengawasan kegiatan-kegiatan organisasi secara efektif
melalui supervisi.
7. Melakukan antisipasi terhadap berbagai perubahan yang mungkin
terjadi dengan melalui penyesuaian-penyesuaian yang penting.
(Swansburg & Swansburg, 1999 dalam Mugianti, 2016).
2.2.3 PRINSIP PENGORGANISASIAN
Untuk menyusun pengorganisasian kerja yang efektif dalam mencapai
tujuan organisasi, ada empat prinsip yang harus diperhatikan. Empat
prinsip tersebut adalah (Mugianti, 2016) :
1. Pembagian kerja.
Pembagian kerja dimaksudkan bahwa semua pekerjaan dibagi
habis kepada semua staf.Setiap staf memiliki tugas yang jelas untuk

9
mengerjakan pekerjaan tertentu.Untuk menghindari kesalahan maka
manajer perawat hendaknya mengerti karakteristik tugas, tanggung
jawab dan wewenang stafnya.Job description, pengembangan prosedur
dan deskripsi hasil kerja diperlukan sebagai rambu-rambu pembagian
kerja (Mugianti, 2016).
2. Pendelegasian tugas.
Pendelegasian, menurut ANA (2005) dalam Mugianti (2016)
adalah penyerahan tanggung jawab kinerja atas suatu tugas dari satu
individu kepada individu lain sedangkan pertanggung jawaban tetap
tergantung hasilnya. Pendelegasian tugas merupakan pelimpahan
wewenang dan tanggung jawab kepada staf untuk melakukan tindakan
dengan batas kewenangan tertentu, Dalam pendelegasian mengandung
unsur mentoring dan regenerasi yang baik atau alami serta memiliki
nilai bagaimana mengelola sumber daya yang efektif dan efisien
dengan kemampuan terbatas (Mugianti, 2016).
Menurut Rose K.N (2008) dalam Kurniadi(2013)
pendelegasian yang baik harus melihat The five right of delegation
meliputi tugas atau pekerjaan, lingkungan sekitarnya, orang yang
ditunjuk, adanya pengarahan atau komunikasi yang baik dan dilakukan
supervisi atau evaluasi (Mugianti, 2016).
3. Koordinasi
Koordinasi, adalah suatu kegiatan melakukan komunikasi dan
hubungan dengan pihak yang terlibat dalam melancarkan kegiatan
agar terjadi nada atau irama yang sama sehingga terjadi keselarasan
tindakan, usaha, sikap dan penyesuaian antar tenaga yang ada di
tempat kerja (Mugianti, 2016).
Koordinasi efektif bisa dilakukan dengan cara (Mugianti,
2016) :
1) membangun komunikasi dua arah baik dengan atasan maupun
bawahan,

10
2) membiasakan melakukan rapat formal ( rapat resmi, pre dan post
conferent),
3) melakukan pelaporan dan pencatatan yang teratur dan
berkelanjutan,
4) membuat pembakuan formulir–formulir yang dipakai dalam
semua kegiatan sebagai bukti tanggung jawab dan tanggung gugat
4. Manajemen waktu.
Manajemen waktu biasanya digunakan oleh setiap orang untuk
melakukan aktivitas apa saja. Kemampuan mengelola waktu
merupakan capaian keberhasilan seseorang. Agar dapat berhasil dalam
mengelola waktu maka diperlukan pemanfaatan waktu yang efektif
dengan cara (Mugianti, 2016) :
1) Analisa waktu yang dipakai dengan membuat jadwal dan kategori
kegiatan,
2) Memeriksa kembali tiap porsi kategori sesuai waktu yang ada,
3) Menentukan prioritas pekerjaan menurut kegawatan, mendesak, dan
tidak mendesak atau rutin,
4) Mendelegasikan kepada bawahan, sesuai dengan sifat pekerjaan
2.2.4 JENIS STRUKTUR ORGANISASI
Secara umum struktur organisasi dibagi menjadi tiga macam yaitu
(Mugianti, 2016) :
1. Organisasi Lini
Bentuk organisasi lini merupakan yang tertua di dunia,
organisasi lini mencirikan bahwa pembagian tugas dan wewenang
terdapat perbedaan yang nyata antara satuan organisasi pimpinan dan
satuan organisasi pelaksana.Peran pimpinan sangat dominan, segala
kendali ada di tangan pimpinan, dan dalam melaksanakan kegiatan
yang diutamakan adalah wewenang dan perintah (Mugianti, 2016).
Organisasi lini lebih cocok digunakan untuk organisasi dengan
jumlah karyawan sedikit, sarana dan prasarana terbatas, serta tujuan

11
dan kegiatan organisasi yang sederhana.Bentuk organisasi lini
mempunyai keuntungan pengambilan keputusan dapat dilaksanakan
dengan cepat, kesatuan arah dan perintah lebih terjamin, serta
koordinasi dan pengawasan lebih mudah.Kelemahannya adalah
keputusan sering kurang sempurna, dibutuhkan pemimpin yang benar
benar dapat memegang kendali dan berwibawa, dan unsur manusiawi
sering terabaikan (Mugianti, 2016).
2. Organisasi Staf
Organisasi staf merupakan pengembangan dari organisasi
lini.Organisasi staf dicirikan bahwa dalam organisasi dikembangkan
satuan organisasi sataf yang berperan sebagai pembantu
pimpinan.Orang yang duduk dalam organisasi staf adalah individu ahli
sesuai dengan kebutuhan organisasi.Pimpinan membutuhkan orang
yang mampu membantu memecahkan masalah
organisasi.Pengambilan keputusan berada di tangan pimpinan.
Keuntungannya adalah pengambilan keputusan akan lebih baik,
kerugiannya pengambilan keputusan membutuhkan waktu yang lebih
lama (Mugianti, 2016).
3. Organisasi Lini Staf
Merupakan pengembangan dari organisasi staf.Pada bentuk
organisasi ini, staf tidak hanya diberi job sebagai penasiaht, tetapi staf
juga diberikan tanggung jawab untuk melaksanakan nasihat
tersebut.Organisasi lini staf diterapkan jika permasalahan organisasi
sangat kompleks sehingga staf tidak hanya memberikan ide tetapi juga
harus melaksanakan (Mugianti, 2016).
Keuntungan organisasi lini staf adalah pengambilan keputusan
telah dipikirkan oleh sejumlah orang, tanggung jawab pimpinan
berkurang karena pimpinan dapat lebih memusatkan perhatian pada
masalah yang lebih penting serta pengembangan bakat dan
kemampuan dapat dilakukan sehingga mendorong tanggung jawab

12
kerja yang baik. Kelemahannya adalah pengambilan keputusan
memakan waktu lebih lama, dapat menimbulkan kebingungan
pelaksana jika staf tidak mengetahui batas batas wewenangnya
(Mugianti, 2016).
2.2.5 KEGIATAN PENGORGANISASIAN
Beberapa kegiatan pengorganisasian dalam manajemen keperawatan
yang biasa dilakukan oleh manajer keperawatan adalah seperti berikut ini
(Mugianti, 2016) :
1. Mengelompokkan dan membangi kegiatan yang harus dilakukan oleh
staf dibagi habis sesuai kompetensi dan tanggung jawabnya.
2. Menentukan jalinan hubungan kerja antar tenaga kesehatan, agar
komunikasi baik dan mendukung kegiatan srhari hari.
3. Menentukan penugasan yang kondusif, semua tugas dikerjakan secara
sukarela dan optimal tanpa ada rasa curiga antar perawat
2.3 KONSEP PENGOGANISASIAN ASUHAN KEPERAWATAN
Pengeorganisasian pelayanan di bangsal perawatan mengacu pada metode
asuhan keperawatan yang digunakan. Berikut ini akan dijelaskan beberapa
metode yang digunakan dan bentuk struktur pengorganisasian kerja yang
digunakan supaya efektif dan efisien.
1. Model Asuhan Keperawatan Fungsional
Yaitu pengorganisasian tugas keperawatan yang didasarkan kepada
pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan.Seorang perawat
dapat melakukan dua jenis atau lebih untuk semua klien yang ada di unit
tersebut.Metode ini berkembang ketika perang dunia II, akibat kurangnya
perawat profesional, maka banyak direkrut tenaga pembantu perawat. Mereka
dilatih minimal cara merawat, diajarkan tugas yang sederhana dan berulang
seperti menyuntik, ukur tekanan darah, mengukur suhu, merawat luka dan
sebagainya. Awalnya hal tersebut bersifat sementara, karena keterbatasan
tenaga perawat yang ada, namun dalam kenyataannya hal tersebut tetap
bertahan sampai saat ini , khususnya di Indonesia.

13
Contoh:
Perawat A tugasnya menyuntik, dan perawat B melakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital serta penyuapi pasien.dan Perawat C bertugas
untuk merawat luka dan sebagainya.
Keuntungan :
a. Perawat trampil untuk tugas dan pekerjaan tertentu
b. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas
c. Kekurangan tenaga yang ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk satu tugas sederhana.
d. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik
yang praktek untuk ketrampilan tertentu.
Kerugian :
a. Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau tidak memungkinkan untuk
melakukan keperawatan secara holistic
b. Apabila pekerjaan selesai cenderung perawat meninggalkan klien dan
melaksanakan pekerjaan non keperawatan.
c. Kepuasan kerja secara keseluruhan sulit dicapai dan sulit
diidentifikasi kontribusi terhadap pelayanan.
d. Perawat hanya melihat asuhan keperawatan sebagai ketrampilan saja.
e. kepemimpinan dalam praktek keperawatan

Kepala rungan

Perawat obat
Perawat administrasi
Perawatan Perawat
luka hygien

Klien-klien
14
Gambar 2.1 : Struktur Model Asuhan Keperawatan Fungsional

2. Model Asuhan Keperawatan Tim


Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok
perawat kepada sekelompok klien yang dipimpin oleh perawat teregistrasi
dan berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam bidangnya. Pembagian
tugas dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan kelompok/Ketua Tim. Selain
itu Ketua Tim bertanggung jawab dalam mengarahkan anggotanya sebelum
tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta
membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami
kesulitan.
Tabel 2.1 ketua tim yang melaporkan kepada kepala ruangan tentang kemajuan
pelayanan atau asuhan keperawatan klien.
Keuntungan Kelemahan
Memfasilitasi pelayanan keperawatan Rapat tim memerlukan waktu sehingga
yang komprehensif pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan
atau terburu-buru, sehingga dapat
mengakibatkan komunikasi dan
koordinasi antar anggota tim terganggu
sehingga kelancaran tugas terhambat
Memungkinkan pencapaian proses Perawat yang belum trampil dan belum
keperawatan berpengalaman cenderung tergantung
atau berlindung kepada anggota tim
yangmampu atau ketua tim
Konflik atau perbedaan pendapat antar Akontabilitas dalam tim kabur
staf dapat ditekan melalui rapat tim .
Cara ini efektif untuk belajar
Memungkinkan menyatukan
kemampuan anggota tim yang berbeda-
beda dengan aman dan efektif.

15
Berikut ini bentuk pengorganisasian manajemen keperawatan dengan metode tim di
ruang perawatan.
3 Berikut ini bentuk pengorganisasian manajemen keperawatan dengan metode tim di
ruang perawatan.

Kepala ruangan

perawat Perawat katim Perawat katim

Perawat Perawat Perawat anggota


anggota tim anggota tim tim

pasien pasien pasien

Gambar 2.2 : Struktur Model Asuhan Keperawatan Tim

Dalam Struktur pengorganisasian kerja dengan model Tim tergambar bahwa


sekelompok pasien diasuh oleh 1 tim perawat. Setiap tim akan memiliki anggota tim
yang terdiri dari beberapa perawat untuk mengasuh beberapa pasien yang menjadi
kelolaan yang konsisten mulai masuk sampai keluar RS.

3. Model Asuhan Keperawatan Alokasi Klien


Yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan untuk satu atau
beberapa klien oleh satu perawat pada saat tugas/jaga selama periode waktu
tertentu sampai klien pulang.Kepala ruangan bertanggung jawab dalam

16
pembagian tugas dan menerima laporan tentang pelayanan keperawatan
klien.Berikut ini keuntungan dengan kerugian metode tim dalam pengelolaan
pelayanan/ asuhan keperawatan berikut.

Keuntungan Kelemahan
Fokus keperawatan sesuai dengan Beban kerja tinggi terutama jika klien
kebutuhan klien banyak sehingga tugas yang sederhana
terlewatkan
kebutuhan klien Beban kerja tinggi Peserta didik sulit untuk memperoleh
terutama jika klien banyak sehingga ketrampilan khusus yang tidak dilakukan
tugas yang sederhana 1.4 terlewatkan pada klien yang menjadi kelolaannya:
misal kateterisasi, NGT dsb
Memotivasi perawat selalau bersama Pendelegasian tugas tertentu
klien selama bertugas, tugas non
keperawatan dapat dilakukan oleh bukan
perawat
Mendukung penerapan proses Kelanjutan perawatan klien anya
keperawatan sebagaian selama perawat penagggung
jawab klien bertugas
Kepuasan kerja secara keseluruhan Kelanjutan perawatan klien hanya
dapat dicapai sebagaian selama perawat penaggung
jawab klien bertugas

Karu

Perawat A Perawat B Perawat C

Pelaksana Pelaksana Pelaksana

Pasien Pasien Pasien

Gambar 2.3 Struktur Model Asuhan Keperawatan Alokasi Klien

17
Dalam gambar terlihat bahwa satu perawat bertanggung jawab
mengasuh beberapa pasien, contoh perawat B mengelola 3 pasien dan
bertanggung jawab kepada Kepala Ruang demikian juga perawat A dan C
akan mempunyai pasien kelolaan. Sedikit berbeda dengan tim, perawat
anggota mempertanggungjawabkan asuhan keperawatan kepada ketua tim.
Model alokasi memungkinkan perawat bertanggungn jawab langsung kepada
kepala ruang.
4. Model Asuhan Keperawatan Primer
Keperawatan primer adalah suatu metode pemberian asuhan
keperawatan dimana perawat profesional bertanggung jawab dan bertanggung
gugat terhadap asuhan keperawatan pasien selama 24 jam/hari.Metode ini
dikembangkan sejak tahun 1970'an.Tanggung jawab meliputi pengkajian
pasien, perencanaan, Implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan dari
sejak pasien masuk rumah sakit hingga pasien dinyatakan pulang, ini
merupakan tugas utama perawat primer yang dibantu oleh perawat asosiet.
Keperawatan primer ini akan menciptakan kesempatan untuk
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, dimana asuhan
keperawatan berorientasi kepada pasien. Pengkajian dan menyusun rencana
asuhan keperawatan pasien dibawah tanggung jawab perawat primer, dan
perawat assosiet yang akan melaksanakan rencana asuhan keperawatan dalam
tindakan keperawatan.
Table 2.2 keuntungan dan kelemahan model asuhan keperawatan
primer

Keuntungan Kelemahan
Otonomi perawat meningkat, karena Ruangan tidak memerlukan bahwa
motivasi, tanggung jawab dan tanggung semua perawat pelaksana harus perawat
gugat meningkat professional
Menjamin kobtinuitas asuhan Biaya yang di perlukan mahal
keperawatan

18
Meningkatnya hubungan antara perawat
dan pasien
Membebaskan perawat dari tugas-tugas
yang bersifat perbantuan
Metode ini mendukung pelayanan
professional
Teciptanya kolaborasi yang baik

Dokter SDM RS
Kepala ruang

Perawat Primer

Klien

Perawat Perawat
Perawat
Asosiet Asosiet
Asosiet

Gambar 2.4 : Struktur Model Asuhan Keperawatan Primer

Pada Model Asuhan Keperawatan Primer membutuhkan kualifikasi


tertentu karena perawat primer harus tenaga perawat profesional (Register
Nurse) yang mengasuh pasien mulai pengkajian, penentuan diagnosa,
membuat rencana, melakukan implementasi dan evaluasi.Dalam kegiatan
implementasi perawat primer dibantu oleh perawat assosiete.Jadi peran
perawat assosiate adalah membantu saat pelaksanaan tindakan. Perawat
primer akan mengasuh 4 – 6 klien/pasien selama 24 jam.

19
5. Model Asuhan Keperawatan Moduler (Gabungan model asuhan keperawatan
primar dan Tim)
Yaitu pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat profesional dan non profesional (perawat trampil)
untuk sekelompok klien dari mulai masuk rumah sakit sampai pulang, disebut
tanggung jawab total atau keseluruhan. Untuk metode ini diperlukan perawat
yang berpengetahuan, trampil dan memiliki kemampuan memimpin.Idealnya
2 - 3 perawat untuk 8 - 12 klien.
Semua model di atas dapat digunakan untuk mengorganisasikan
pelayanan/asuhan keperawatan sesuai situasi dan kondisi ruangan, jumlah
perawat serta kemampuan perawat yang ada. Jumlah perawat yang ada harus
seimbang sesuai dengan jumlah klien. Selain itu kategori pendidikan tenaga
keperawatan yang ada perlu diperhatikan sesuai dengan tugas dan tanggung
jawab yang akan dibebankan.
2.4 PERBEDAAN BUDAYA DAN IKLIM ORGANISASI
2.4.1 BUDAYA ORGANISASI
Budaya adalah suatu pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan,
atau dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai pembelajaran untuk
mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal yang resmi
dan terlaksana dengan baik”. Oleh karena itu, budaya diajarkan
(diwariskan) kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat
memahami, memikirkan, dan merasakan terkait masalah-masalah
tersebut. (Edgar H. Schein dalam Umam, 2010).
Budaya organisasi pada dasarnya merupakan nilai dan norma yang
dianut dan dijalankan oleh organisasi terkait dengan lingkungan tempat
organisasi tersebut menjalankan kegiatannya. (Simamora, 2012).
2.4.2 IKLIM ORGANISASI
Iklim orgasisasi adalah “organizational climate is the study of
perceptions that individual have of various aspect of the environment in
the organization”. (Owens, 1991).Dengan demikian pengkajian iklim

20
organisasi dapat dilakukan dengan menggali data dari persepsi individu
yang ada dalam organisasi.
Iklim organisasi adalah suatu kualitas lingkungan internal organisasi
yang dialami oleh anggotanya, mempengaruhi prilakunya dan dapat
dideskripsikan dengan nilai-nilai karakteristik organisasi.(Taguiri dan
Litwin dalam Soetopo, 2010).

21
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Manajemen merupakan proses yang dinamis, yang senantiasa berubah sesuai
dengan tuntutan perkembangan. Manajemen merupakan proses mengorganisir
sumber-sumber untuk mencapai tujuan dimana arah tujuan yang akan dicapai
ditetapkan berdasarkan visi, misi, filosofi organisasi.Sedangakan
pengorganisasian merupakan bentuk memobilisasi sumber daya manusia dan
material dari lembaga untuk mencapai tujuan organisasi, dapat juga untuk
mengidentifikasi antara hubungan yang satu dengan yang lain. Pengorganisasian
dapat dilihat secara statis dan dinamis.Secara statis merupakan wadah kegiatan
sekelompok orang untuk mencapai tujuan, sedangkan secara dinamis merupakan
suatu aktivitas dari tata hubungan kerja yang teratur dan sistematis untuk
mencapai tujuan tertentu.
3.2 SARAN
Kami menyarankan kepada pembaca agar makalah ini dapat dimengerti dan
dipahami dengan baik, sehingga kita dapat mengetahui tentanng menejemen
keperawatan penggorganisasian leadership dan asuhan keperawatan.

22
DAFTAR PUSTAKA
Mugiati, sri.2016.Manajemen Kepemimpinan dalam Praktek Keperawatan.jakarta.

Nursalam.2011. Manajemen Keperawatan edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Simamora, Roymond H. 2012. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta.

Swansburg, Russel C. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan

untuk Perawat Klinis.Jakarta: EGC.

23

Anda mungkin juga menyukai