Anda di halaman 1dari 17

DIH, Jurnal Ilmu Hukum

Pebruari 2013, Vol. 9, No. 18, Hal. 93 - 109

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEREMPUAN KORBAN PERKOSAAN


YANG MELAKUKAN ABORSI

Wiwik Afifah
Dosen Pengajar Fakultas Hukum
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Email : wiwik4afifah@yahoo.com

Abstrak

Korban pemerkosaan mengalami banyak kerugian diantaranya fisik, spikis,


seksual dan ekonomi. Dampak ini menekan korban secara psikis atas ketidak
siapkannya menerima kenyataan harus mengalami kehamilan. Oleh karenanya
korban perkosaan seringkali melakukan aborsi atau pengguguran janin secara
sengaja. Aborsi dilarang oleh Undang-Undang No.39 tahun 2009 tentang
Kesehatan, namun khusus korban perkosaan dikecualikan dengan syarat adanya
indikasi kedaruratan media yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang
mengancam nyawa ibu dan/atau janin, kehamilan akibat perkosaan yang dapat
menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan. Pelaksanaan aborsi oleh
korban perkosaan dapat dilakukan dengan beragam persyaratan baik secara
legalmaupun sosial. Adanya kelompok masyarakat yang menentang aborsi pada
korban perkosaan dirasa telah bertentangan juga dengan Pasal 49 ayat 3 UU No 39
tahun 1999 tentang HAM, menyatakan bahwa perempuan berhak memperoleh
perlindungan hukum yang berkaitan dengan fungsi reproduksinya.
Key Word : Korban Perkosaan, Aborsi, Perlindungan Hukum

LATAR BELAKANG tidak sampai tejual ke rekan SK namun PTR


melaporkan peristiwa tersebut ke Polrestabes
Saat ini tindak pidana perkosaan merupa-
Kota Surabaya.1. Masih banyak lagi contoh
kan kejahatan yang cukup mendapat perhatian
kasus perkosaan yang memiliki dampak tragis
di kalangan masyarakat. Kejahatan pemerko-
yaitu traumatis pada korban, kehamilan tidak
saan mengalami peningkatan yang sangat
diinginkan hingga korban buhun diri.
signifikan baik dari segi kualitas maupun
Kasus tindak pidana perkosaan paling
kuantitas. Modus operandi yang dilakukan
banyak menimbulkan kesulitan dalam penye-
pelaku tindak pemerkosaa cukup beragam,
lesaiannya baik pada tahap penyidikan, penun-
seperti: diancam, dipaksa, dirayu, dibunuh,
tutan, maupun pada tahap penjatuhan putusan.
dan diberi obat bius, perangsang dibohongi
Selain kesulitan dalam batasan di atas, juga
atau diperdaya dan sebagainya.
kesulitan pembuktian misalnya perkosaan atau
Banyak kasus yang terjadi, tidak hanya
perbuatan cabul yang umumnya dilakukan
pada perempuan dewasa, namun juga pada
remaja dan anak-anak. Contoh kasus yang ada
di Jawa Timur, seorang gadis diperkosa oleh
kenalan barunya di jejaring social facebook.
Korban yang bernama PTR (14 tahun) menga-
1
ku diperkosa oleh SK (22 tahun) lalu menjual- Laporan Korban pada Koalisi Perempuan Indonesia
wilayah Jawa Timur,12 Oktober 2012
nya ke beberapa temannya dikampus. PTR
93
Wiwik Afifah

tanpa kehadiran orang lain2. Walaupun banyak hukum (pidana) nasional. Sekalipun naskah
tindak pidana perkosaan yang telah diproses rancangan KUHP Nasional (di bawah judul:
sampai ke Pengadilan, tapi dari kasus-kasus Tindak Pidana Terhadap Perbuatan Melanggar
itu pelakunya tidak dijatuhi hukuman yang Kesusilaan di muka Umum, Bab XVI Pasal
maksimal sesuai dengan ketentuan perundang 467) sudah selesai disusun namun rancangan
undangan yang tercantum dalam Kitab ketentuan sekitar tindak pidana di bidang
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) kesusilaan (bukan jenisnya melainkan kons-
BAB XIV tentang Kejahatan Terhadap Kesu- truksi hukumnya) masih memerlukan kajian
silaan (Pasal 281 s/d 296), khususnya yang secara khusus terutama dari sudut pendekatan
mengatur tentang tindak pidana perkosaan kriminologi dan viktimologi4.
(Pasal 285) yang menyatakan: Faktor korban berperan penting untuk dapat
“Barangsiapa dengan kekerasan atau anca- mengatasi atau menyelesaikan kasus perko-
man kekerasan memaksa seorang perempuan saan ini, hal ini memerlukan keberanian dari
bersetubuh dengan dia di luar pernikahan, korban untuk melaporkan kejadian yang me-
diancam karena melakukan perkosaan, dengan nimpanya kepada polisi, karena pada umum-
pidana penjara paling lama dua belas tahun”. nya korban mengalami ancaman akan dilaku-
Untuk menanggulangi kejahatan diperlukan kan perkosaan lagi dari pelaku dan hal ini
suatu usaha yang rasional dari masyarakat, membuat korban takut dan trauma. Ketidak-
yaitu dengan cara politik kriminal. Kebijakan mauan korban melapor seringkali karena
atau upaya penanggulangan kejahatan pada stigma yang dilekatkan kepada korban seperti
hakekatnya merupakan bagian integral dari “perempuan nakal”, mengandung anak haram.
upaya perlindungan masyarakat (social Diharapkan dari pengaduan ini, maka kasus-
defence). Oleh karena itu dapat dikatakan, nya dapat terbuka dan dapat dilakukan proses
bahwa tujuan utama dari politik criminal pemeriksaan sehingga korban akan mempero-
adalah “perlindungan masyarakat untuk men- leh keadilan atas apa yang menimpa dirinya.
capai kesejahteraan masyarakat”3. Tindak pidana perkosaan berakibat kehami-
Alasan kasus-kasus perkosaan tidak dila- lan atapun tidak merupakan salah satu bentuk
porkan oleh korban kepada aparat penegak kekerasan terhadap perempuan yang merupa-
hukum untuk diproses ke Pengadilan karena kan contoh kerentanan posisi perempuan,
beberapa faktor, diantaranya korban merasa utamanya terhadap kepentingan seksual laki-
malu dan tidak ingin aib yang menimpa laki. Citra seksual perempuan yang telah
dirinya diketahui oleh orang lain, atau korban ditempatkan sebagai obyek seksual laki-laki,
merasa takut karena telah diancam oleh pelaku ternyata berimplikasi jauh pada kehidupan
bahwa dirinya akan dibunuh jika melaporkan perempuan, sehingga dia terpaksa harus selalu
kejadian tersebut kepada polisi. Hal ini tentu menghadapi kekerasan, pemaksaan dan pe-
saja mempengaruhi perkembangan mental/ nyiksaan fisik serta psikis. Perhatian dan
kejiwaan dari para korban dan juga berpe- perlindungan terhadap kepentingan korban
ngaruh pada proses penegakan hukum itu tindak pidana perkosaan baik melalui proses
sendiri untuk mewujudkan rasa keadilan bagi peradilan pidana maupun melalui sarana
korban dan masyarakat. kepedulian sosial tertentu merupakan bagian
Upaya perekayasaan hukum tentang perko- mutlak yang perlu dipertimbangkan dalam
saan di Indonesia kiranya merupakan momen- kebijakan hukum pidana dan kebijakan-
tum yang tepat karena pembangunan hukum di kebijakan sosial, baik oleh lembaga eksekutif,
dalam era Pembangunan antara lain bertujuan legislatif dan yudikatif maupun oleh lembaga-
untuk melaksanakan penyusunan suatu sistem lembaga sosial yang ada.

2
Leden Marpaung, Kejahatan Terhadap Kesusilaan
Dan Masalah Prevensinya, Sinar Grafika, Jakarta,1996, 4
Romli Atmasasmita, Kapita Selekta Hukum Pidana
hal. 81, dan Kriminologi, Mandar Maju, Bandung, 1995, hal.
3
Ibid, hal. 81 106

94
Perlindungan Hukum Bagi Perempuan Korban Perkosaan Yang Melakukan Aborsi

Dampak yang paling merugikan korban akibat perkosaan itu adalah ciptaan tuhan yang
perkosaan (dalam skripsi ini disebut dengan berhak menikmati kehidupan. Bagi kalangan
korban) adalah terjadinya kehamilan yang yang setuju dapat dilakukanya aborsi bagi
tidak dikehendaki. Kehamilan yang dialami korban perkosaan, kehamilan itu timbul bukan
korban sangatlah bertentangan dengan hak- dari atas kemauan korban jadi dapat mengu-
hak reproduksi. Kehamilan tersebut akan rangi penderitaan korban baik secara psikis
membawa dampak negatif yakni mengalami maupun sosial, maka diberi hak bagi korban
penderitaan secara fisik, mental dan sosial. perkosaan untuk dapat melakukan aborsi.
Korban mengalami trauma psikologis dan Contoh yang terjadi pengguguran yang dilaku-
merasa tidak berharga lagi dimata masyarakat. kan pelajar SLTP di Surabaya diduga aborsi
Hal ini dapat mendorong korban untuk akibat pemerkosaan karena masih dibawah
melakukan aborsi ilegal yang bisa memba- umur. Meskipun di duga aborsi akibat perko-
hayakan nyawa korban itu sendiri, yakni saan, tetap diproses secara hukum yang ber-
melalui cara-cara diluar medis, oleh tenaga laku, tergantung dari keyakinan hakim untuk
non-medis yang tidak kompeten dan pada usia memberikan peringanan hukuman bagi pelaku,
kandungan yang tidak memenuhi syarat mengingat kehamilan akibat diperkosa dan
medis. masih dibawa umur.
Pengguguran kandungan atau aborsi sudah Aborsi merupakan tindak pidana namun
ada sejak awal sejarah manusia. Mempunyai bagi korban perkosaan diharapkan dapat per-
pengertian bahwa gugurnya kandungan ketika lindungan hukum bagi mereka yang melaku-
belum saatnya. Masalah aborsi ini adalah hal kan pengguguran dengan harapan dapat me-
yang kontoversial sejak jaman dahulu. Ada ngurangi penderitaan yang dialami. Menurut
pihak yang setuju dan tidak setuju dilegalkan- ketua MUI " korban perkosaan dapat melaku-
nya pengguguran kandungan bagi korban kan aborsi selama usia kehamilanya belum
pemerkosaan meskipun diharapkan dapat me- mencapai usia 40 hari, sebab teraniaya bukan
ngurangi penderitaan korban tersebut. Masalah karena dikehendaki melainkan karena paksaan
aborsi bagi perempuan hamil ini memang seseorang. Alasan utama melakukan aborsi
sangat riskan, apabila mereka dapat mmelaku- untuk menghindari kontroversi tentang hak
kan aborsi secara sah karena mengingat ada hidupnya"6.
kehidupan yang harus dipertaruhkan atau di- Perdebatan mengenai aborsi banyak terjadi
korbankan. dimana-mana, baik yang dari media cetak
Aborsi istilah populernya adalah menggu- maupun elektronik. Tindakan aborsi setiap
gurkan kandungan. Yang dimaksud dengan tahunya meningkat, baik yang dilakukan
perbuatan menggugurkan kandungan adalah tenaga medis, dukun maupun yang dilakukan
melakukan perbuatan yang bagaimanapun perempuan itu sendiri. Banyak pendapat
wujud dan caranya terhadap kandungan seo- mengenai aborsi yang dapat dilegalkan terha-
rang perempuan yang menimbulkan akibat dap perempuan korban pemerkosaan baik
lahirnya bayi atau janin dari dalam rahim ditinjau dari hukum, hak-hak dari kesehatan
perempuan tersebut sebelum waktunya dilahir- reproduksi, dari para sarjana hukum,kelompok
kan menurut alam. Perbuatan memaksa kela- feminis, agama, maupun hak asai manusia.
hiran bayi atau janin belum waktunya ini Sehingga hal ini menimbulkan perdebatan.
sering disebut dengan abortus provocatus atau Demikan juga di dalam peraturan perundang-
kadang disingkat dengan aborsi saja5. undangan terdapat perbedaan yaitu Kitab
Bagi kalangan yang tidak setuju dilakukan- Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
nya aborsi bagi korban perkosaan mereka melarang disisi lain aborsi diperbolehkan
berpendapat setiap orang berhak untuk hidup, dengan alasan medis,menurut Undang-Undang
janin yang ada dalam kandungan perempuan No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
5
Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh dan
6
Nyawa, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta,2004,hal. http://sipangkar.blogspot.com/2011/03/makalah-
113. aborsi-menurut-hukum-di.html

95
Wiwik Afifah

Berdasarkan ketentuan Kitab Undang- tan undang-undang (statute approach) dilaku-


Undang Hukum Pidana (KUHP) terdapat dua kan dengan menelaah semua undang-undang
bentuk perbuatan pada aborsi yakni perbuatan dan peraturan yang berkaitan dengan masalah.
menggugurkan kandungan dan perbuatan me-
matikan kandungan. Menurut KUHP, setiap PEMBAHASAN
tindakan aborsi dengan motif, indikasi dan
Perkosaan Dalam Kitab Undang-Undang
cara apa pun dalam usia kehamilan berapa pun
Hukum Pidana
adalah tindak pidana. Tindak pidana aborsi
dimasukkan ke dalam Bab XII Buku II KUHP Tindak pidana perkosaan dapat digolong-
tentang kejahatan terhadap nyawa yaitu pada kan ke dalam bentukkejahatan dengan keke-
Pasal 346, 347, 348, 349 KUHP, selain itu rasan, karena biasanya tindak pidana ini
juga diatur dalam Pasal 299 KUHP. Tetapi disertai dengan kekerasan/ancaman kekerasan.
Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 Menurut Soerjono Soekantoyang dikutip oleh
tentang Kesehatan secara khusus mengatur Mulyana W. Kusuma, penyebab terjadinya
tentang pengecualian larangan aborsi. kejahatan dengan kekerasan adalah:
a. Adanya orientasi pada benda yang menim-
Rumusan masalah bulkan keinginan untukmendapat materi
dengan jalan mudah.
Permasalahan-permasalahan yang dihadapi b. Tak ada penyaluran kehendak serta adanya
oleh korban tindak pidana perkosaan sangatlah semacam tekananmental pada seseorang.
kompleks. Permasalahan yang dihadapi tidak c. Keberanian mengambil resiko.
hanya perkosaan yang terjadi pada dirinya, d. Kurangnya perasaan bersalah dan adanya
namun juga terjadi dalam proses hukum keteladanan yang kurangbaik7.
terhadap aborsi yang dilakukan. Korban
perkosaan bisa menjadi korban ganda dalam Kekerasan terhadap perempuan menurut
proses persidangan dan bisa juga mendapat Konvensi Internasional adalah:
perlakuan yang tidak adil dalam proses untuk “Setiap tindakan berdasarkan perbedaan
mencari keadilan itu sendiri. Dari uraian di jenis kelamin yang berakibatkesengsaraan atau
atas, maka rumusan masalahnya sebagai penderitaan perempuan secara fisik, seksual
berikut : Apa dampak perkosaan dan aborsi danpsikologis, termasuk ancaman tindakan
pada perempuan? Bagaimanakah bentuk tertentu, pemaksaan, perampasan kemerde-
perlindungan hukum yang diberikan Negara kaan secara sewenang-wenang baik yang
kepada korban perkosaan yang melakukan terjadidi depan umum atau dalam kehidupan
aborsi? pribadi”8.
Kekerasan terhadap perempuan mengha-
METODE PENULISAN langi atau meniadakan kemungkinan perem-
puan untuk menikmati hak-hak asasi dan
Metode penelitian yang digunakan dalam kebebasannya9. Dalam tindak pidana perko-
penulisan ini adalah jenis penelitianhukum saan, yang paling menderita adalah korban.
normatif dan dikaji dengan menggunakan jenis
pendekatan undang-undang.Bahan hukum 7
yang digunakan adalah bahan hukum primer Mulyana W. Kusuma, Analisa Kriminologi Tentang
Kejahatan-Kejahatan Kekerasan, Ghalia Indonesia,
dari perundang-undangan dan bahan hukum Jakarta,1982, hal. 41
sekunder.Metode pendekatan yuridis yang 8
Deklarasi Penghapusan Kekerasan Terhadap
digunakan adalah pendekatan yuridis adalah Perempuan (Diadopsi oleh Majelis Umum Perserikatan
pendekatan yang memakai kaidah-kaidah serta Bangsa-Bangsa pada tanggal 20 Desember 1993, GA
perundang-undangan yang berkaitan dengan Res 48/104, Pasal 1)
masalah yang diteliti. Adapun penulisan 9
Saparinah Sadli, Beberapa Catatan Tentang Kekerasan
menggunakan pendekatan undang-undang- Terhadap Perempuan di
undang (statute approach), dan pendekatan
Indonesia,Makalah Program Studi Kajian Perempuan
konseptual (conceptual approach). Pendeka- PPS-UI, Jakarta, 2001, hal. 23

96
Perlindungan Hukum Bagi Perempuan Korban Perkosaan Yang Melakukan Aborsi

Declaration of Basic Principles of Justice for bersetubuh dengan dia, karena perkosaan,
Victims of Crimeand Abuses of Power mende- dipidana dengan pidana penjara selama-
finisikan korban sebagai berikut: lamanya dua belas tahun”.
“Victims” means persons who, indivi- Ketentuan Pasal 285 diatasterdapat unsur-
dually, or collectively, have suffered harm, unsur untuk membuktikan ada atau tidaknya
including physical or mental injury, emoti- tindak pidana perkosaan, unsur-unsur yang
onal suffering, economic loss or substantial dimaksud adalah sebagai berikut:
impairment of their fundamental rights, a. Adanya kekerasan atau ancaman kekerasan
through acts or ommisions that are in b. Memaksa seorang wanita
violation of criminal laws operative within c. Bersetubuh di luar perkawinan dengan dia
Member States, including those laws (pelaku)
proscribing criminal abuse of power. Penjelasan poin a) Adanya kekerasan atau
(Korban kejahatan diartikan sebagai orang ancaman kekerasan, artinya mempergunakan
yang secara perseoranganatau bersama- tenaga atau kekuatan jasmani tidak kecil
sama, menderita kerugian, termasuk keru- secaratidak sah, misalnya memukul dengan
gian fisik ataumental, penderitaan emosi- tangan atau dengan segala senjata, menyepak,
onal, kerugian ekonomis atau pelemahan menendang, dan sebagainya sampai orang itu
substansial dari hak-hak dasar mereka, jadi pingsan atau tidak berdaya. Atapun
melalui tindakan atau kelalaian yang meru- bahkan korban merasa sakit yang teramat
pakan pelanggaran terhadap hukum yang sangat.
berlaku di Negara-negaraanggota termasuk Penjelasan poin b) Memaksa seorang
hukum-hukum yang melarang penyalahgu- wanita, artinya dengan kekerasan atau anca-
naan kekuasaan yang bersifat pidana). man kekerasan memaksa perempuan yang
bukan istrinya bersetubuh dengan dia. Misal-
Korban kasus tindak pidana perkosaan
nya: merangkul perempuan itu demikian
antara lain anak-anak, gadis, perempuan
keras, sehingga akhirnya ia tidak dapat mela-
dewasa, termasuk golongan lemah mental,
wan lagi dan mudahlah pelaku menyetubuhi.
fisik dan sosial yang peka terhadap berbagai
Sedangkan mengenai persetubuhan, lihat
ancaman dari dalam dan dari luar keluarganya.
penjelasan pasal 284.
Ancaman kekerasan dari luar keluarganya,
Penjelasan poin c) Bersetubuh di luar
rumahnya seringkali dapat dihalau, karena
perkawinan, artinya peraduan antara kemaluan
dapat dilihat oleh sekelilingnya. Tetapi anca-
man kekerasan di dalam rumah yang dilaku- laki-laki dan perempuan yang biasa dijalankan
untuk mendapatkan anak, jadi anggota kela-
kan oleh anggota keluarga sendiri sering susah
min laki-laki harus masuk ke anggota kelamin
dapat dilihat oleh orang luar. Pada umumnya
perempuan, sehingga mengeluarkan mani
yang mengalami kekerasan adalah istri,ibu,
dengan wanita yang bukan istrinya.
anak perempuan, pembantu rumah tangga
Sementara tindak pidana perkosaan menu-
perempuan. Mereka seringkali tidak berani
rut RUU KUHP diatur dalam Bab XVI
melapor antara lain karena ikatan-ikatan
Tentang Tindak Pidana Kesusilaan Bagian11
keluarga, nilai-nilai sosial tertentu, nama baik
Kelima Tentang Perkosaan dan Perbuatan
tertentu dan kesulitan-kesulitan yang diper-
Cabul Paragraf 1, yang berbunyi:
kirakan akan timbul apabila yang bersang-
“Dipidana karena melakukan tindak pidana
kutan melapor10.
perkosaan, dengan pidana penjara paling
Perkosaan untuk bersetubuh (Verkrach-
singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12
ting), dalam Pasal 285 KUHP dirumuskan
tahun:
suatu tindak pidana berupa: “Barangsiapa
1) Laki-laki yang melakukan persetubuhan
yang dengan kekerasan atau dengan ancaman
dengan perempuan di luar perkawinan,
memaksa perempuan yang bukan isterinya
11
R. Soesilo, KUHP Serta Komentar-Komentarnya
10
Arif Gosita, Victimisasi Kriminal Kekerasan, edisi II, Lengkap Dengan Pasal Demi Pasal, Karya Nusantara
Akademika presindo,Jakarta, 1985, hal. 45 Cetakan X, Bandung, 1988, hal. 98, 209, 210

97
Wiwik Afifah

bertentangan dengan kehendak perempuan diatasi dengan kekuatan dan ketakutan, atau
tersebut; di bawah keadaan penghalang…)
2) Laki-laki yang melakukan persetubuhan Dalam kamus tersebut dijelaskan bahwa:
dengan perempuan di luar perkawinan, Seorang laki-laki yang melakukan ‘sexual
tanpa persetujuan perempuan tersebut; intercourse’ dengan seorang perempuan yang
3) Laki-laki yang melakukan persetubuhan bukan istrinya dinyatakan bersalah jika :
dengan perempuan, dengan persetujuan 1) Dia memaksa perempuan itu untuk tunduk/
perempuan tersebut, tetapi persetujuan menyerah dengan paksa atau dengan anca-
tersebut dicapai melalui ancaman untuk man akan segera dibunuh, dilukai berat,
dibunuh atau dilukai; disakiti atau diculik, akan dibebankan pada
4) Laki-laki yang melakukan persetubuhan orang lain; atau
dengan perempuan, dengan persetujuan 2) Dia telah menghalangi kekuatan perempuan
perempuan tersebut karena perempuan itu untuk menilai atau mengontrol perbu-
tersebut percaya bahwa laki-laki tersebut atannya dengan memberikan obatobatan,
adalah suaminya yang sah; tanpa pengetahuannya, racun atau bahan-
5) Laki-laki yang melakukan persetubuhan bahan lain dengan tujuan untuk mencegah
dengan perempuan yang berusia di bawah perlawanannya; atau
14 (empat belas) tahun, dengan persetuju- 3) Perempuan itu dalam keadaan tidak sadar;
annya; atau 4) Perempuan itu di bawah usia 10 tahun.
6) Laki-laki yang melakukan persetubuhan
dengan perempuan, padahal diketahui bah- Menurut Z.G. Allen dan Charles F.
wa perempuan tersebut dalam keadaan Hemphill, yang dikutip oleh Abdul Wahid dan
pingsan atau tidak berdaya. Muhammad Irfan, perkosaan adalah:
“an act of sexual intercourse wiyh a female
Back’s Law Dictionary, yang dikutip oleh resist and her resistence is overcome by
Topo Santoso, merumuskan perkosaan atau force”13. (suatu persetubuhan dengan perla-
rape sebagai berikut: wanan dari perempuan dan perlawanannya
“…unlawfull sexual intercourse with a diatasi dengan kekuatan).
female without her consent. The unlawfull
carnal knowledge of a woman by a man Perumusan di atas mengandung pengertian
forcibly and against her will. The act of bahwa korban (wanita) tidak memberikan
sexual intercourse committed by a man persetujuan. Hal ini tampak dengan diguna-
with a woman not his wife and without her kannya istilah resists (perlawanan) dengan
consent, committed when the woman’s konsekuensi lebih lanjut overcome by force
resistance is overcome by force of fear, (mengatasi dengan kekuatan).
orunder prohibitive conditions…”12 Perkosaan dapat digolongkan dalam ber-
(…hubungan seksual yang melawan bagai jenis, yaitu :
hukum/tidak sah dengan seorang perem- a. Sadistic Rape
puan tanpa persetujuannya. Persetubuhan Perkosaan sadistis, artinya pada tipe ini
secara melawan hukum/tidak sah terhadap seksualitas dan agresif berpadu dalam
seorang perempuan oleh seorang laki-laki bentuk yang merusak. Pelaku perkosaan
dilakukan dengan paksaan dan berten- telah nampak menikmati kesenangan erotik
tangan dengan kehendaknya. Tindak perse- bukan melalui hubungan seksnya, melain-
tubuhan yang dilakukan oleh seorang laki- kan melalui serangan yang mengerikan atas
laki terhadap seorang perempuan bukan alat kelamin dan tubuh korban.
istrinya dan tanpa persetujuannya, dilaku- b. Anger Rape
kan ketika perlawanan perempuan tersebut
13
Abdul Wahid dan Muhammad Irfan, Perlindungan
Terhadap Korban KekerasanSeksual Advokasi Atas
12
Topo Santoso, Seksualitas Dan Hukum Pidana, Hak Perempuan, Refika Aditama, Bandung, 2001, hal.
IND.HILL-CO,Jakarta, 1997, hal.17 65

98
Perlindungan Hukum Bagi Perempuan Korban Perkosaan Yang Melakukan Aborsi

Yakni penganiayaan seksual yang berciri- cinta kasih). Tindak perkosaan selalu mengi-
kan seksualitas yangmenjadi sarana untuk nginkan bukti, meskipun peristiwanya ber-
menyatakan dan melampiaskan rasageram langsung dalam rumah dan tidak ada saksi
dan marah yang tertahan. Tubuh korban kecuali korban itu sendiri. Visum et Repertum
disini seakan akan merupakan obyek (VER) adalah laporan hasil pemeriksaan
terhadap siapa pelaku yang memproyek- dokter terhadap seorang korban. VER pada
sikan pemecahan atas frustasi-frustasi, kasus perkosaan merupakan alat bukti untuk
kelemahan, kesulitan dan kekecewaan membuktikan ada tidaknya persetubuhan dan
hidupnya. kekerasan yang dilakukan (pelaku) terhadap
c. Domination Rape korban. Secara fisik, perkosaan dapat menim-
Yaitu suatu perkosaan yang terjadi ketika bulkan rasa sakit pada perempuan korban
pelaku mencobauntuk gigih atas kekuasaan perkosaan apalagi kalau perkosaan itu dilaku-
dan superioritas terhadap korban.Tujuannya kan secara berulang-ulang dan dalam jangka
adalah penaklukan seksual, pelaku menya- waktu yang lama. Selain kekerasan fisik,
kiti korban, namun tetap memiliki keingi- perempuan korban dari perkosaan dapat pula
nan berhubungan seksual. mengalami komplikasi lain dari perkosaan
d. Seductive Rape berupa penyakit kelamin atau kehamilan yang
Suatu perkosaan yang terjadi pada situasi- tidak dikehendakinya.
situasi yang merangsang yang tercipta oleh
kedua belah pihak. Padamulanya korban Dampak Perkosaan Pada Perempuan
memutuskan bahwa keintiman personal Tindak pidana perkosaan yang banyak
harus dibatasi tidak sampai sejauh per- terjadi dalam realita kehidupan sehari-hari
senggamaan. Pelaku pada umumnya mem- mengakibatkan dalam diri perempuan timbul
punyai keyakinan membutuhkan paksaan, rasatakut, was-was dan tidak aman. Apalagi
oleh karena tanpa itu tidak mempunyai ditunjang dengan posisi korban yang sering-
perasaan bersalah yangmenyangkut seks. kali tidak berdaya dalam proses peradilan
e. Victim Precipitated Rape pidana. Artinya, derita korban tidak dijemba-
Yaitu perkosaan yang terjadi (berlangsung) tani oleh penegak hukum. Tindak pidana
dengan menempatkan korban sebagai perkosaan merupakan pengalaman traumatis
pencetusnya. yang mungkin lama sekali membekas.
f. Exploitation Rape Burgess/Holmstrom membagi sindrom pasca
Perkosaan yang menunjukkan bahwa pada perkosaan dalam 2 (dua) tahap: fase akut,
setiap kesempatan melakukan hubungan dimana korban secara terbuka memperlihatkan
seksual yang diperoleholeh laki-laki dengan emosinya yang terganggu atau menyembunyi-
mengambil keuntungan yang berlawanan kan penderitaannya dengan tabah dan tenang.
dengan posisi perempuan yang bergantung Gejala-gejaladalam periode awal adalah rasa
padanya secara ekonomis dan sosial. Misal- sakit, mual, kurang nafsu makandan gangguan
nya istri yang diperkosa oleh suaminya atau tidur. Jika untuk mencegah kehamilan dia
pembantu rumah tangga yang diperkosa harus menelan“morning-after pill”, dia juga
oleh majikannya, sedangkan pembantunya harus menanggung sakit karena akibat itu.
tidak mempersoalkan atau mengadukan Kalau ternyata dia ketularan penyakit kelamin,
kasusnya ini kepada pihak yang berwajib14. maka perawatannya akanselalu mengingatkan
Hal terpenting dalam mengidentifikasi dia akan musibah yang telah dialaminya.
bahwa seuatu tindakan seksual adalah perko- Dalam fase selanjutnya, korban sering mimpi
saan yaitu apabila terdapat unsur kekerasan buruk dan menderita depresi yang dalam15.
terhadap korban (perempuan) berupa keke-
rasan fisik, kekerasan fisik yang dimanipulasi 15
Seminar Nasional Tentang Aspek Perlindungan
oleh pelaku (dianggap sebagai pengungkapan Hukum Bagi Korban Perkosaan : Perkosaan, Berbagai
Penafsirannya Dan Penanganan Korbannya, Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 1991,
14
Ibid, hal. 46-47 hal.9

99
Wiwik Afifah

Pertimbangan sosial dan psikologis bahkan mandiri16. Abortus adalah ancaman atau
medis,dari terjadinya perkosaan itu, tidak pengeluaran hasil konsepsi pada usia
terlepas dari kewajiban memberikan perlin- kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
dungan kepada para korban perkosaan dari janin kurang dari 500 gram. Istilah abortus
masyarakat, karena bagaimanapun juga, akibat dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil
medis-sosial psikologis perbuatan yang kejiitu konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
akan harus ditanggung oleh korban perkosaan kandungan. Berdasarkan variasi berbagai bata-
itu (bahkan juga olehkeluarganya) kadang- san yang ada tentang usia / berat lahir janin
kadang sampai akhir hayatnya. Berikut ini viable (yang mampu hidup di luar kandungan),
beberapa akibat perkosaan yang timbul pada akhirnya ditentukan suatu batasan abortus
korban : sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin
a. Perempuan korban dapat menjadi hamil. mencapai berat 500 gratau usia kehamilan 20
Akibatnya, ia akan melahirkan seorang minggu17.
anak yang mungkin sekali sangat dibenci- Dunia medis membagi aborsi secara umum
nya; bukan karena anak itu melakukan menjadi dua jenis, sebagaimana dikemukakan
sesuatu terhadapnya, tetapi karena ayahnya Musa Perdanakusuma dalam kutipan Suryono
selain merusaktubuhnya juga merusak masa Ekotama18 yaitu:
depannya. Dengan demikian perkosaan itu
a. Aborsi spontan ( Abortus Spontaneous )
bahkan dapat merusak dua generasi, yaitu yaitu abortus yang terjadi dengan sendiri-
korban perkosaan dan anaknya yang tidak nya bukan perbuatan manusia.Dalam baha-
berdosa, karena status hukumnya ialah anak sa sehari-hari aborsi jenis ini bisa disebut
yang tidak sah dan ibu yang tidak sah. keguguran.
b. Apabila korban tidak sampai hamil, korban b. Aborsi buatan (Abortus provocatus), yaitu
pasti kehilangan keperawanannya atau pengguguran kandungan yang dilakukan
secara moril, kehilangan martabatnya seba- secara sengaja. Aborsi ini dibedakan lagi
gai seorang perempuan. menjadi dua golongan yaitu : 1), Abortus
c. Bagaimanapun juga korban tindak pidana provocatus therapeuticus, yaitu aborsi
perkosaan selalu akan mengalami gangguan yang dilakukan dengan sengaja karena
traumatis dan psikologis, yang kalau tidak alasan medis yang sangat darurat atau jika
dirawat dengan tepat dan penuh kasih ada indikasi bahwa kehamilan dapat mem-
sayang, akan menjadi proses yang berke- bahayakan atau mengancam ibu bila keha-
panjangan dan dapat merusak seluruh milan berlanjut. 2). Abortus provokatus
hidupnya. Korban merasa rendah diri dan criminalis, ialah pengguguran kandungan
ternoda, benci terhadap semua pria, dan yang dilakukan dengan sengaja tanpa
takut memasuki jenjang perkawinan yang mempunyai alasan kesehatan (medis),
sangat mempengaruhi jalan hidupnya sehi- didorong oleh alasan-alasan yang laindan
ngga ia jauh dari kebahagiaan. melawan hukum
d. korban tindak pidana perkosaanmungkin
pula menjadi penderita penyakit kelamin Tindakan aborsi yang tidak aman mengan-
dan bahkan terjangkit penyakit AIDS yang dung resiko yang cukup tinggi, yaitu apabila
tentu saja sangat membahayakan kelang- dilakukan tidak sesuai dengan standar profesi
sungan hidupnya. medis, misalnya dengan cara : penggunaan

Aborsi dan dampaknya bagi perempuan 16


Suryono Ekotomo dkk, 2001 hal. 31 dalam
Secara medis aborsi adalah berakhirnya/ http://www.aborsi.org/definisi.htm
17
gugurnya kehamilan sebelum kehamilan men- WHO/FIGO 1998 dalam http://www.lbh-
capai usia 20 minggu, yaitu sebelum janin apik.or.id/fact-32.htm
dapat hidup di luar kandungan secara 18
Efendi Biran .” Kesehatan Repro,”Hak Reproduksi
Dan Realita Sosial ” dalam Seminar Hak Dan
Kesehatan Reproduksi. UGM Yogyakarta 2009

100
Perlindungan Hukum Bagi Perempuan Korban Perkosaan Yang Melakukan Aborsi

ramuan peluruh rahim, manipulasi fisik, 5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacera-
seperti dengan pijatan pada rahim agar janin tions) yang akan menyebabkancacat pada
terlepas dari rahim, menggunakan alat bantu anak berikutnya.
tradisional yang tidak steril dan berakibat 6. Kanker payudara (karena ketidakseim-
negatif pada rahim. bangan hormon estrogen pada perempuan)
Melakukan aborsi yang tidak aman pada 7. Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
remaja mengandung resiko antara19 lain : 8. Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
a. Infeksi alat reproduksi 9. Kanker hati (Liver Cancer)
b. Kemandulan 10. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta
c. Pendarahan dan gangguan neurologis/ Previa) yang akan menyebabkan cacatpada
sysaraf anak berikutnya dan pendarahan hebat
d. Tingginya resiko kematian ibu atau anak pada saat kehamilan berikutnya
atau keduanya 11. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki
e. Robek rahim ( Ruptur Uterus ) keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)
f. Fustula Genetal Traumatis ( rusaknya alat 12. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflam-
reproduksi jalan lahir ) matory Disease)
g. Resiko Shock 13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
h. Kematian. 14. Resiko kesehatan mental
Kebanyakan pengguguran kandungan/ Proses aborsi bukan saja suatu proses yang
aborsi dilakukan dengan sembunyi-sembunyi memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan
dengan cara yang berbahaya, karena secara keselamatan seorang perempuan secara fisik,
hukum aborsi buatan tidak diizinkan kecuali tetapi juga memiliki dampak yang sangat
atas alasan medis untuk menyelamatkan jiwa hebat terhadap keadaan mental seorang perem-
ibu. Aborsi tidak aman dapat menyebabkan puan. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi
berbagai akibat termasuk kematian, maka sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom
petugas kesehatan perlu mewaspadai kejadian Paska Aborsi) atau PAS21. Pada dasarnya
aborsi yang tidak aman terutama kasus-kasus seorang perempuan yang melakukan aborsi
kehamilan remaja. akan mengalami hal-hal seperti berikut ini:
Aborsi memiliki resiko yang tinggi terha- 1. Kehilangan harga diri (82%)
dap kesehatan maupun keselamatan perem- 2. Berteriak-teriak histeris (51%)
puan. Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap 3. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi
perempuan yang melakukan aborsi. Resiko (63%)
kesehatan dan keselamatan fisik pada saat 4. Ingin melakukan bunuh diri (28%)
melakukan aborsi dan setelah melakukan 5. Mulai mencoba menggunakan obat-obat
aborsi, seperti yang dijelaskan dalam buku terlarang (41%)
“Facts of Life” yang ditulis oleh Brian 6. Tidak bisa menikmati lagi hubungan sek-
Clowes, Phd yaitu20: sual (59%)22
1. Kematian mendadak karena pendarahan
hebat Diluar hal-hal tersebut diatas para perem-
2. Kematian mendadak karena pembiusan puan yang melakukan aborsi akan dipenuhi
yang gagal perasaan bersalah yang tidak hilang selama
3. Kematian secara lambat akibat infeksi bertahun-tahun dalam hidupnya.
serius disekitar kandungan
4. Rahim yang sobek (Uterine Perforation)

19
Setiawan Buhdi, Suryawati Ester.1998.Resiko
Reproduksi Remaja. PKBI Jawa Barat 21
Adriana, et al., Hak-hak Reproduksi Perempuan Yang
20
Saifuddin, Abdul Bahri. Pelayanan Kesehatan Terpasung, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1998, hal
Maternal Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono 52
Prawirohardjo, Jakarta, 2008, hal. 145-148 22
Ibid, hal 76

101
Wiwik Afifah

Pengecualian Larangan Aborsi bagi Negara sesuai dengan isi Pasal 3 harus
Korban Perkosaan membuat aturan-aturan yang tepat. Perlin-
dungan terhadap perempuan merupakan ta-
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984
nggungjawab negara. Negara harus menghi-
Tentang Pengesahan Konvensi Mengenai
langkan segala diskriminasi terhadap perem-
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
puan di semua bidang dengan mendasarkan
Terhadap Wanita (Convention on the Elimina-
pada persamaan hak dan kewajiban antara
tion of All Forms of Discrimination Against
laki-laki dan perempuan. Segala bentuk diskri-
Women-yang seterusnya disebut Konvensi
minasi terhadap perempuan jika dibiarkan
CEDAW) dalam pembentukannya terdapat
maka akan menjurus ke arah kekerasan terha-
pertimbangan bahwa Deklarasi Universal Hak
dap perempuan sehingga sudah menjadi kewa-
Asasi Manusia (Universal Declaration of
jiban negara untuk menghapuskannya. Pada
Human Rights). Deklarasi HAM menegaskan
perempuan korban perkosaan yang melakukan
asas tidak dapat diterimanya diskriminasi dan
aborsi, maka negara harus memberika perlin-
menyatakan bahwa semua manusia dilahirkan
dungan selain melakukan perlindungan hukum
bebasdan sama dalam martabat dan hak,
in abstracto. Aborsi sebagai salah satu pilihan
bahwa tiap orang berhak atas semua hak dan
pada korban yang hamil karena perkosaan,
kebenaran kebebasan yang dimuat di dalam-
telah diakomodir melalui Undang-undang
nya, tanpa perbedaan apapun, termasuk perbe-
no.39 tahun 2009 tentang Kesehatan. Namun
daan jenis kelamin. Diskriminasi terhadap
dalam implementasinya, banyak korban tidak
perempuan melanggar asas-asas persamaan
memahami dan banyak pula tenaga medis di
hak dan penghargaan terhadap martabat manu-
rumah sakit pemerintah enggan menangani.
sia merupakan hambatan bagi partisipasi
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
perempuan atas dasar persamaan dengan laki-
(KUHP) melarang keras dilakukannya aborsi
laki.
dengan alasan apapun sebagaimana diatur
Konvensi CEDAW tersebut memberikan
dalam pasal 283, 299 serta pasal 346 – 349.
definisi mengenai diskriminasi terhadap
Bahkan pasal 299 intinya mengancam huku-
perempuan yang dimuat dalam Pasal 1 yaitu:
man pidana penjara maksimal empat tahun
“Setiap pembedaan, pengucilan atau pem-
kepada seseorang yang memberi harapan
batasan yang dimuat atas dasar jenis kela-
kepada seorang perempuan bahwa kandungan-
min yang mempunyai pengaruh atau tujuan
nya dapat digugurkan.
untuk mengurangi atau menghapuskan
pengakuan, penikmatan atau penggunaan Pasal 299 KUHP :
1. Barang siapa dengan sengaja mengobati
hak asasi manusia dan kebebasan-kebe-
seorang perempuan atau menyuruh sese-
basan pokok di bidang poleksosbud, sipil
orang perempuan supaya diobati dengan
atau apapun lainnya oleh kaum perempuan
memberitahu atau menerbitkan pengha-
terlepas dari status perkawinan mereka, atas
rapan bahwa oleh karena pengobatan itu
dasar persamaan antara perempuan dan
dapat gugur kandungannya, dipidana
laki-laki”.
dengan pidana penjara selama-lamanya
Pasal 3 Konvensi tersebut memuat pernya- empat tahun atau denda sebanyak-
taan tentang kewajiban negara dalam menga- banyaknya empat puluh lima ribu
hapuskan segala bentuk diskriminasi dengan rupiah.
mengatakan antara lain: 2. Kalau yang bersalah berbuat karena
“...negara-negara peserta membuat mencari keuntungan, atau melakukan
aturan yang tepat, termasuk pembuatan kejahatan itu sebagai mata pencaharian
undang-undang disemua bidang... dan atau kebiasaan atau kalau ia seorang
menikmati hak-hak asasi manusia dan dokter, bidan atau juru obat, pidana
kebebasan pokok atas dasar persamaan dapat ditambah sepertiganya.
dengan laki-laki”. 3. Kalau yang bersalah melakukan keja-
hatan itu dalam pekerjaannya, maka

102
Perlindungan Hukum Bagi Perempuan Korban Perkosaan Yang Melakukan Aborsi

dapat dicabut haknya melakukan peker- Penjelasan pasal 348 KUHP Ayat (1) pasal
jaan itu. ini mengancam hukuman kepada orang yang
dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati-
Kemudian ayat (2) menetapkan bahwa
nya kandungan seorang perempuan, dengan
ancaman hukumannya diperberat dengan
izin perempuan itu. Sedang ayat (2) mengan-
seperti ganya, apabila perbuatan kejahatan itu
cam hukuman lebih berat kepada orang yang
sebagai mata pencaharian atau kebiasaan, atau
dengan sengaja menyebabkan kandungan
dilakukan oleh seorang dokter, bidan atau juru
seorang perempuan menjadi gugur atau mati
obat.
atas izin perempuan yang bersangkutan dan
Dalam pasal ini perlu dibuktikan, bahwa
berakibat matinya perempuan itu.
perempuan itu benar-benar hamil, tetapi tidak
Dalam Pasal 349 KUHP
diharuskan bahwa kandungan itu benar-benar
“Jika seorang dokter, bidan atau juru obat
gugur karena pengobatan itu (sengaja menggu-
membantu kejahatan tersebut dalam pasal
gurkan kandungan diancam hukuman dalam
346, atau bersalah melakukan atau mem-
pasal 348). Sudah cukup apabila pelaku telah
bantu salah satu kejahatan diterangkan
melakukan pengobatan atau melakukan perbu-
dalam pasal 347 dan 348, maka pidana
atan terhadap perempuan hamil dengan kete-
yang ditentukan dalam pasal itu dapat
rangan atau cara yang dapat menimbulkan
ditambah sepertiganya dan dapat dicabut
pengharapan, bahwa dengan itu dapat me-
haknya melakukan pekerjaannya yang
nggugurkan kandungan perempuan tersebut.
dipergunakan untuk menjalankan kejahatan
Apabila pelaku salah menduga bahwa
itu”.
perempuan itu hamil, padahal sebenarnya
tidak, maka ia tidak dapat dihukum, karena Penjelasan pasal tersebut adalah yang
perbuatannya tidak menggugurkan kandungan. diancam hukuman lebih berat dalam pasal ini
Pelaksanaan kejahatan itu dianggap selesai, ialah dokter, bidan atau juru obat yang
apabila pengobatan telah diberikan atau pemi- membantu perempuan yang dengan sengaja
jatan telah dilakukan, sehingga menimbulkan menyebabkan kandungannya menjadi gugur
pengharapan bahwa kandungan itu akan gugur atau mati (Pasal 346), atau membantu sese-
karena pengobatan atau pemijatan itu. orang yang dengan sengaja menyebabkan
Menurut Pasal 346 KUHP : kandungan seorang perempuan menjadi gugur
“Perempuan yang dengan sengaja menye- atau mati, tanpa izin dari perempuan yang
babkan gugur atau mati kandungannya, bersangkutan (pasal 347 ayat ke-1), atau pula
atau menyuruh orang lain menyebabkan itu, membantu seseorang yang dengan sengaja
dipidana dengan pidana penjara selama- menyebabkan kandungan seorang perempuan
lamanya empat tahun”. menjadi gugur atau mati, atas izin perempuan
yang bersangkutan (pasal 348 ayat ke-1), atau
Pengguguran kandungan atau pembunuhan
apabila perbuatan itu mengakibatkan perem-
janin yang ada di dalam kandungan dapat
dilakukan dengan bermacam-macam cara, puan yang bersangkutan mati (pasal 347 dan
348 ayat ke-2).
misalnya: dengan obat yang diminum atau
Selain hukuman yang lebih berat, maka
dengan alat yang dimasukkan ke dalam rahim.
dokter, bidan atau juru obat yang membantu
Dalam Pasal 348 KUHP:
kejahatan itu dapat dijatuhi hukuman tamba-
1. Barangsiapa dengan sengaja menyebab-
han pencabutan hak melakukan pekerjaannya
kan gugur atau mati kandungan seorang
sebagai dokter, bidan atau juru obat. Sebalik-
perempuan dengan izin perempuan itu,
nya apabila dokter, bidan atau juru obat yang
dipidana dengan pidana penjara selama-
membantu menggugurkan atau membunuh
lamanya lima tahun enam bulan.
kandungan itu justru menolong jiwa atau
2. Jika perbuatan itu berakibat perempuan
menjaga kesehatan perempuan tersebut, tidak
itu mati, ia dipidana dengan pidana
dihukum.
penjara selama-lamanya tujuh tahun.
Dari rumusan pasal-pasal tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa:

103
Wiwik Afifah

1. Seorang perempuan hamil yang dengan 3. Tindakan sebagaimana dimaksud pada


sengaja melakukan aborsi atau ia menyuruh ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah
orang lain, diancam hukuman empat tahun melalui konseling dan/atau penasehatan
penjara. pra tindakan dan “diakhiri dengan
2. Seseorang yang dengan sengaja melakukan konseling pasca tindakan yang dilakukan
aborsi terhadap ibu hamil dengan tanpa oleh konselor yang kompeten dan ber-
persetujuan ibu hamil tersebut, diancam wenang.
hukuman penjara 12 tahun, dan jika ibu 4. Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi
hamil tersebut mati, diancam penjara 15 kedaruratan medis dan perkosaan, seba-
tahun penjara. gaimana dimaksud pada ayat (2) dan
3. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka ayat (3) diatur dengan Peraturan Peme-
diancam hukuman 5 tahun 6 bulan penjara rintah.
dan bila ibu hamil tersebut mati diancam Konselor dalam ketentuan ini adalah setiap
hukuman 7 tahun penjara. orang yang telah memiliki sertifikat sebagai
4. Jika yang melakukan dan atau membantu konselor melalui pendidikan dan pelatihan.
melakukan aborsi tersebut seorang dokter, Yang dapat menjadi konselor adalah dokter,
bidan atau juru obat ancaman hukumannya psikolog, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan
ditambah sepertiganya dan hak untuk setiap orang yang mempunyai minat dan
berpraktik dapat dicabut. memiliki keterampilan untuk itu. Menghadapi
5. Setiap janin yang dikandung sampai akhir- situasi seperti ini, tenaga medis tetap harus
nya nanti dilahirkan berhak untuk hidup berusaha menyadari tugasnya untuk menge-
serta mempertahankan hidupnya. depankan kehidupan. Perempuan yang
Tindakan medis dalam bentuk pengguguran mengalami kesulitan itu perlu dibantu dengan
kandungan dengan alasan apapun dilarang melihat jalan keluar lain yang tidak langsung
karena bertentangan dengan norma hukum, melakukan pengguguran. Tenaga medis hanya
norma agama, norma kesusilaan, dan norma berani menolak pengguguran langsung dengan
kesopanan. Namun aturan KUHP yang keras indikasi sosial-ekonomi.
tersebut telah dilunakkan dengan memberikan Undang- Undang No.36 tahun 2009 tentang
peluang dilakukannya aborsi. Sebagaimana Kesehatan pasal 75 butir ke-2 dan 3 menun-
ditentukan dalam Undang-Undang No.36 jukan para ahli kesehatan dan ahli hukum
tahun 2009 tentang kesehatan. sehingga dalam dapat memahami alasan aborsi karena meru-
keadaan darurat sebagai upaya menyelamat- pakan hal-hal yang di luar kemampuan
kan jiwa ibu dan atau janin yang dikandung- korban, dimana pada butir ke 2, apabila bayi
nya dapat diambil tindakan medis tertentu. dibiarkan hidup, mungkin akan menjadi beban
Aborsi dalam Undang-Undang No.36 tahun keluarga serta kurang baiknya masa depan
2009 tentang Kesehatan pasal 75 menyatakan : anak itu sendiri. Namun keadaan ini berten-
1. Setiap orang dilarang melakukan aborsi tangan dengan UU HAM pasal 53 mengenai
2. Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat hak hidup anak dari mulai janin sampai
(1) dapat dikecualikan berdasarkan: dilahirkan, dan pasal 54 mengenai hak untuk
1. Indikasi kedaruratan media yang dide- mendapatkan perawatan, pendidikan, pelatihan
teksi sejak usia dini kehamilan, baik dan bantuan khusus atas biaya negara bagi
yang mengancam nyawa ibu dan/atau setiap anak yang cacat fisik dan mental. Pada
janin, yang menderita penyakit genetik butir ke 3, kemungkinan besar bayi tidak akan
berat dan/atau cacat bawaan, maupun mendapatkan kasih sayang yang layak, bahkan
yang tidak dapat diperbaiki sehingga mungkin akan diterlantarkan ataupun dibuang,
menyulitkan bayi tersebut hidup di luar yang bertentangan dengan UU Kesehatan
kandungan; atau pasal 4 tentang perlindungan anak mengenai
2. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat hak anak untuk hidup, tumbuh, berkembang
menyebabkan trauma psikologis bagi dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan
korban perkosaan. harkat dan martabat kemanusiaan. Sedangkan

104
Perlindungan Hukum Bagi Perempuan Korban Perkosaan Yang Melakukan Aborsi

bagi ibu yang merupakan korban pemerkosaan tersebut adalah aborsi ilegal dan tergolong
itu sendiri, hal ini merupakan keputusan yang sebagai tindak pidana yang diancam sanksi
kurang adil apabila kehamilan akibat per- pidana.
kosaan itu dilanjutkan, karena dia sendiri Seperti yang sudah dijelaskan diatas dalam
adalah korban suatu kejahatan, dan pasti akan KUHP terdapat larangan terhadap aborsi, dan
merupakan suatu beban psikologis yang berat. bagi ibu serta pelakunya dapat dikenakan
Penanganan utama yang harus dilakukan sanksi pidana. Dengan diundangkannya UU
adalah terhadap korban perkosaan, karena No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan yang
selama ini perhatian dari pemerintah maupun juga mengatur tindak pidana aborsi, maka
kepedulian masyarakat terasa sangat kurang. pasal-pasal tentang aborsi dalam KUHP ini
Meskipun setiap hari ada saja berita di surat tidak berlaku lagi atas dasar Lex Specialis
kabar tentang jatuhnya korban perkosaan, Derogat Lex Generalis. Berbeda dengan
namun pemerintah dan masyarakat sendiri KUHP, UU Kesehatan memberikan pengecua-
kurang peduli dan menganggap hal seperti itu lian (legalisasi) terhadap tindakan aborsi
sesuatu yang sudah wajar terjadi. Korban yang tertentu, yaitu aborsi yang dilakukan untuk
mengalami tekanan emosional dan fisik yang menyelamatkan nyawa ibu atau janinnya.
hebat dapat melakukan upaya bunuh diri atau Pasal 49 ayat 3 UU No 39 tahun 1999 tentang
melakukan tindakan aborsi karena penderitaan HAM, menyatakan bahwa perempuan berhak
psikis yang dialaminya setelah diketahui memperoleh perlindungan hukum yang
bahwa korban mengalami kehamilan. Korban berkaitan dengan fungsi reproduksinya.
perkosaan banyak yang mengalami depresi Undang- Undang No.36 tahun 2009 tentang
berat atau kecemasan berat, kelesuan kronis, Kesehatan Pasal 77:
gangguan tidur, mimpi buruk, merasa “Pemerintah wajib melindungi dan mence-
terisolasi dari masyarakat sekitar dan menarik gah perempuan dari aborsi sebagaimana
diri karena malu akan apa yang dialaminya. dimaksud dalam pasal 75 ayat (2) dan ayat
Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan
Kesehatan Pasal 76 : tidak bertanggungjawab serta bertentangan
Aborsi sebagaimana dimaksud Pasal 75 dengan norma-norma dan ketentuan pera-
hanya dapat dilakukan: turan perundang-undangan”.
a. Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) Aborsi tidak aman (Unsafe Abortion) ada-
minggu dihitung dari hari pertama haid lah penghentian kehamilan yang dilakukan
terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan oleh orang yang tidak terlatih/kompeten dan
medis menggunakan sarana yang tidak memadai,
b. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki sehingga menimbulkan banyak komplikasi
keterampilan dan kewenangan yang bahkan kematian. Umumnya aborsi yang tidak
memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh aman terjadi karena tidak tersedianya pelaya-
menteri; nan kesehatan yang memadai.
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang KUHP secara terang menentukan aborsi
bersangkutan; sebagai tindak pidana, namun ketentuan terse-
d. Dengan izin suami, kecuali korban per- but dapat dikesampingkan dengan adanya
kosaan; dan pengaturan pengecualian larangan aborsi
e. Penyedia layanan kesehatan yang meme- dalam Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun
nuhi syarat yang ditetapkan oleh 2009 tentang Kesehatan (UU Kesehatan).
Menteri. Berdasarkan asas lex specialis derogat legi
Bagi korban perkosaan, syarat Pasal 76 generalis, maka ketentuan pengecualian lara-
huruf d dikecualikan, sehingga syarat yang ngan aborsi dalam UU Kesehatan yang
harus dipenuhi adalah Pasal 76 huruf a, b, c bersifat khusus mengenyampingkan ketentuan
dan e. Pengecualian larangan aborsi tidak larangan aborsi dalam KUHP yang bersifat
meniadakan larangan aborsi. Jika syarat-syarat umum.
aborsi tersebut tidak terpenuhi, maka aborsi

105
Wiwik Afifah

Aborsi bagi Korban Perkosaan sebagai d. memperoleh informasi, edukasi, dan


Jaminan Hak-Hak Reproduksi konseling mengenai kesehatan reproduksi
yang benar dan dapat dipertanggung-
Aborsi menjadi salah satu aspek yang
jawabkan.
menyangkut kesehatan reproduksi. Mengacu
pada Pasal 70 ayat (1) UU Kesehatan, kese- Berdasarkan uraian diatas, maka kehamilan
hatan reproduksi merupakan keadaan sehat yang tidak dikehendaki akibat perkosaan
secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, adalah jelas melanggar hak-hak reproduksi
tidak semata-mata bebas dari penyakit atau korban perkosaan sebagaimana disebutkan
kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fung- dalam Pasal 72 UU Kesehatan. Korban perko-
si, dan proses reproduksi pada laki-laki dan saan kehilangan hak-hak reproduksinya serta
perempuan. Kesehatan reproduksi mencakup kehilangan kesehatan reproduksinya secara
kesehatan reproduksi perempuan. Menurut fisik, mental dan sosial.
Pasal 70 ayat (2) UU Kesehatan, “kesehatan Seharusnya setiap perempuan berhak
reproduksi meliputi: a) saat sebelum hamil, menentukan kehidupan reproduksinya secara
hamil, melahirkan, dan sesudah melahirkan; b) bebas, termasuk berhak menentukan kehami-
pengaturan kehamilan, alat kontrasepsi, dan lannya sendiri. Demi memberikan jaminan dan
kesehatan seksual; dan c) kesehatan sistem perlindungan hukum terhadap hak-hak repro-
reproduksi”. duksi korban perkosaan sebagai salah satu
Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2000 bentuk hak asasi manusia, maka sangatlah
tentang Hak Asasi Manusia mengatur prihal pantas aborsi legal namun bersyarat bagi
Hak perempuan salah satunya tentang jaminan perempuan yang hamil akibat perkosaan.
hak reproduksi perempuan, yaitu Pasal 49 ayat Semua pihak dihadapkan pada adanya
(3) menyebutkan: “Hak khusus yang melekat pertentangan baik secara moral dan kemasya-
pada diri perempuan dikarenakan fungsi repro- rakatan dalam dimensi agama dan hukum.
duksinya, dijamin dan dilindungi oleh hu- Dari sisi moral dan kemasyarakatan, sulit
kum.” untuk membiarkan perempuan harus merawat
Undang-undang mengakui bahwa setiap kehamilan yang tidak diinginkan karena hasil
orang memiliki hak-hak reproduksi, sebagai- pemerkosaan. Melakukan aborsi pasti meru-
mana diatur dalam Pasal 72 UU Kesehatan. pakan keputusan sangat berat yang diambil
Hak-hak reproduksi adalah merupakan hak- oleh korban. Tapi bila itu jalan yang terakhir,
hak asasi manusia, dan dijamin oleh undang- yang harus diperhatikan adalah persiapan
undang. Hak-hak reproduksi tersebut menca- secara fisik dan mental dan informasi yang
kup23: cukup mengenai bagaimana agar aborsi bisa
a. menjalani kehidupan reproduksi dan kehi- berlangsung aman. Banyaknya kematian aki-
dupan seksual yang sehat, aman, serta bat aborsi yang tidak aman, tentu sangat
bebas dari paksaan dan/atau kekerasan memprihatinkan. Mengingat korban sangat
dengan pasangan yang sah. takut akan larangan aborsi dan menganggap
b. menentukan kehidupan reproduksinya dan bahwa aborsi di rumah sakit yang akan
bebas dari diskriminasi, paksaan, dan/atau diketahui oleh penegak hukum akan membawa
kekerasan yang menghormati nilai-nilai mereka ke meja hijau. Pilihan aborsi illegal
luhur yang tidak merendahkan martabat atau di dukun, atau penggunaan pil dan
manusia sesuai dengan norma agama. sebagainya sering dilakukan. Hal ini diakibat-
c. menentukan sendiri kapan dan berapa kan kurangnyainformasi dari perempuan dan
sering ingin bereproduksi sehat secara masyarakat tentang hak atas pelayanan kese-
medis serta tidak bertentangan dengan hatan. Padahal bagaimanapun kondisinya atau
norma agama. akibat apapun, setiap perempuan sebagai
warganegara tetap memiliki hak untuk menda-
patkan pelayanan kesehatan yang memadai
23
Soekidjo Notoatmojo, Etika dan Hukum Kesehatan, dan kewajiban negaralah untuk menyediakan
Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hal. 134. hal itu.

106
Perlindungan Hukum Bagi Perempuan Korban Perkosaan Yang Melakukan Aborsi

Hak-hak korban harus dipandang sebagai reproduksi korban perkosaan, oleh karenanya
hak-hak sosial sekaligus hak individu yang ada pengecualian aborsi bagi korban perkosa-
merupakan hak untuk mendapatkan keadilan an bertujuan untuk memberikan jaminan dan
sosial termasuk didalamnya hak untuk perlindungan hukum terhadap hak-hak repro-
mendapatkan pelayanan yang komprehensif duksi korban perkosaan sebagai perwujudan
atas kejahatan yang menimpanya. Hak atas hak asasi manusia.
pelayanan kesehatan ini ditegaskan pula dalam
Pasal 12 Konvensi Penghapusan segala bentuk
DAFTAR BACAAN
Diskriminasi terhadap Perempuan (Konvensi
CEDAW) dan UU Kesehatan. Hak untuk Perundang-undangan :
membuat keputusan mengenai reproduksi Konvensi Penghapusan Segala Bentu Diskri-
yang bebas dari diskriminasi, paksaan dan minasi Terhadap Perempuan (Deklarasi
kekerasan seperti dinyatakan dalam dokumen- Penghapusan Kekerasan Terhadap Perem-
dokumen hak-hak asasi manusia merupakan puan dalam Majelis Umum Perserikatan
hak reproduksi (Rekomendasi bab 7 Konfe- Bangsa-Bangsa)
rensi Kependudukan dan Pembangunan Inter-
nasional di Kairo 1994). Pelayanan Kesehatan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indo-
yang memadai adalah hak setiap warga nesia 1945,
Negara, tidak terkecuali perempuan korban Undang-Undang Negara Republik Indonesia
perkosaan yang memutuskan melakukan Nomor 7 Tahun 1984 Tentang Ratifikasi
aborsi. Konvensi Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi terhadap Perempuan
PENUTUP
Undang-Undang Negara Republik Indonesia
Perlindungan hukum korban perkosaan Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
antara lain pemenuhan hak kompensasi dalam Manusia
pelanggaran hak asasi manusia yang berat,
ganti kerugian yang diberikan Negara karena Undang-Undang Negara Republik Indonesia
pelaku tak mampu. Dimungkinkan sebagai Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindu-
upaya pemberian pelayanan pada para korban ngan Saksi dan Korban
kejahatan dalam rangka mengembangkan Undang-Undang Negara Republik Indonesia
kesejahteraan dan keadilan.Pemberian hak atas Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
restitusi atau ganti kerugian yang menjadi
Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)
tanggung jawab pelaku tindak pidana.
Keputusan mengenai kompensasi dan restitusi Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
diberikan oleh pengadilan. Ketentuan lebih (KUHAP)
lanjut mengenai pemberian kompensasi dan
restitusi diatur dengan peraturan pemerintah. Buku-buku :
Korban secara hukum juga mendapatkan
bantuan hukum dan bantuan rehabilitasi Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh
berupa pengobatan, pemulihan mental (psikia- dan Nyawa, Jakarta,PT RajaGrafindo Per-
ter, psikolog, sukarelawan), korban harus sada, 2004
diberitahukan tentang kondisi kesehatan. Adriana, dkk. Hak-hak Reproduksi Perempuan
Aborsi terhadap kehamilan akibat perkosa- Yang Terpasung, Jakarta, Pustaka Sinar
an yang dapat menyebabkan trauma psikolo- Harapan. 1998
gis bagi korban perkosaan hanya dapat dila-
kukan apabila telah memenuhi syarat-syarat Arif Gosita, Victimisasi Kriminal Kekerasan,
yang ditentukan Pasal 75 ayat (3) dan Pasal 76 edisi II, Jakarta, Akademika presindo,1985
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hu-
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Kehamilan kum Dan Kebijakan Pidana Dalam Kena-
akibat perkosaan adalah melanggar hak-hak

107
Wiwik Afifah

nggulangan Kejahatan, Jakarta, Kencana, Soekidjo Notoatmojo, Etika dan Hukum


2007 Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta, 2010
___, Perlindungan Korban Kejahatan Dalam Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian
Proses Peradilan Pidana : Jurnal Hukum Hokum Normative “Suatu Tinjauan
Pidana Dan Kriminologi, Vol. I/No.I/1998 Singkat”. Jakarta, PT. Raja Grafindo
Perkasa, 2004
Clifford R. Anderson, MD, Petunjuk Modern
Kepada Kesehatan, Indonesia Publishing Romli Atmasasmita, Kapita Selekta Hukum
House, 2005, Bandung Pidana dan Kriminologi, Bandung, PT.
MandarMaju, 1995
Departemen Kesehatan RI, Kesehatan Repro-
duksi Remaja, Jakarta, 1999 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Baha-
sa Indonesia, Jakarta, PN Balai Pustaka,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI,
1984
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta,
Balai Pustaka, Edisi 2, 1996 Lain – lain :
Hadipranoto Sri. dkk., Kesehatan Reproduksi Efendi Biran, Kesehatan Reproduksi : ”Hak
Suatu Pendekatan Baru, P.T. Danar Wijaya, Reproduksi Dan Realita Sosial ” Makalah
1997 Seminar Hak Dan Kesehatan Reproduksi.
UGM Yogyakarta 2009
J.E. Sahetapi, Viktimologi Sebuah Bunga
Rampai, Jakarta, Pustaka Sinar Hara- http://www.lbh-apik.or.id/fact-32.htm, diakses
pan,1987 tanggal 28 Mei 2013
Leden Marpaung, Kejahatan Terhadap Kesusi- http://sipangkar.blogspot.com/2011/03/makala
laan Dan Masalah Prevensinya, Jakarta, h-aborsi-menurut-hukum-di.html diakses
Sinar Grafika, 1996 tanggal 31 Mei 2013
Lilik Mulyadi, Kapita Selekta Hukum Pidana Laporan Korban pada Koalisi Perempuan
Kriminologi Dan Viktimologi, Jakarta, Indonesia wilayah Jawa Timur,12 Oktober
Djambatan, 2004 2012
M. Syamsudin, Mahir Menulis Legal Memo- Saparinah Sadli, Beberapa Catatan Tentang
randum, Kencana Prenata Media, Jakarta, Kekerasan Terhadap Perempuan di Indone-
2008 sia, Jakarta, Makalah Program Studi Kajian
Perempuan PPS-UI, 2001
Mulyana W. Kusuma, Aneka Permasalahan
Dalam Ruang Lingkup Kriminologi, Seminar Nasional Tentang Aspek Perlindu-
Bandung, Penerbit Alumni, 1981 ngan Hukum Bagi Korban Perkosaan :
Perkosaan, Berbagai Penafsirannya Dan
___, Analisa Kriminologi Tentang Kejahatan-
Penanganan Korbannya, Fakultas Hukum
Kejahatan Kekerasan, Jakarta, Ghalia Indo-
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 1991
nesia, 1982
Seminar Nasional Tentang Aspek Perlindu-
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,
ngan Hukum Bagi Korban Perkosaan :
Kencana Prenada Media Group, Jakarta,
Gangguan Psikiatrik Korban Perkosaan,
2007
Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Saifuddin, Abdul Bahri,Pelayanan Kesehatan maret,Surakarta, 2009
Maternal Neonatal, Jakarta, Yayasan Bina
Wiwik Afifah lahir di Lumajang pada 5
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2008
Nopember 1982. Dosen tetap pada FH
Setiawan Buhdi, Suryawati Ester, Resiko Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya sejak
Reproduksi Remaja, PKBI Jawa Barat, tahun 2013 dengan konsentrasi Hukum
1998 Pidana. Telah menghasilkan puluhan naskah
ilmiah yang dipublikasikan dalam berbagai

108
Perlindungan Hukum Bagi Perempuan Korban Perkosaan Yang Melakukan Aborsi

jurnal ilmiah. Aktif sebagai Pengurus Koalisi


Perempuan Indonesia Wilayah Jawa Timur.
Dapat dihubungi di wiwik4afifah@yahoo.com
dan 081331383894.

109

Anda mungkin juga menyukai