Anda di halaman 1dari 6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Mekanisme Trauma Tumpul Abdomen

Trauma tumpul abdomen adalah cedera atau perlukaan pada abdomen tanpa penetrasi ke
dalam rongga peritoneum, dapat diakibatkan oleh pukulan, benturan, ledakan, deselerasi
(perlambatan), atau kompresi. Trauma tumpul kadang tidak memberikan kelainan yang jelas
pada permukaan tubuh tetapi dapat mengakibatkan kontusio atau laserasi jaringan atau organ di
bawahnya.1
Suatu pukulan langsung, misalnya terbentur pinggiran stir ataupun bagian pintu mobil
yang melesak ke dalam karena tabrakan, bisa menyebabkan trauma kompresi ataupun crush
injury terhadap organ visera. Kekuatan seperti ini dapat merusak organ padat maupun organ
berongga, dan bisa mengakibatkan ruptur terutama organ-organ yang distensi (misalnya uterus
ibu yang hamil), dan mengakibatkan perdarahan maupun peritonitis. Trauma tarikan (shearing
injury) terhadap organ visera sebenarnya adalah crush injury yang terjadi bila suatu alat
pengaman (misalnya seat belt jenis lapbelt ataupun komponen pengaman bahu) tidak digunakan
dengan benar. Pasien yang cedera pada suatu tabrakan motor bisa mengalami trauma deselerasi
dimana teradi pergerakan yang tidak sama antara satu bagian yang terfiksir dan bagian yang
bergerak, seperti suatu ruptur lien ataupun ruptur hepar (organ yang bergerak) dibagian
ligamennya (organ yang terfiksir). Pemakaian air-bag tidak mencegah orang mengalami trauma
abdomen.2
Pada pasien-pasien yang mengalami laparatomi karena trauma tumpul, organ yang paling
sering kena adalah lien (40-55%), hepar (35-45%), dan usus halus (5-10%). Sebagai tambahan,
15% nya mengalami hematoma retroperitoneal.3
Kerusakan intra abdominal sekunder untuk kekuatan tumpul pada abdomen secara umum
dapat dijelaskan dengan 3 mekanisme, yaitu :
 Pertama, saat pengurangan kecepatan menyebabkan perbedaan gerak di antara struktur.
Akibatnya, terjadi tenaga potong dan menyebabkan robeknya organ berongga, organ
padat, organ viseral dan pembuluh darah, khususnya pada ujung organ yang terkena.
Contoh pada aorta distal yang mengenai tulang torakal dan mengurangi yang lebih cepat
dari pada pergerakan arkus aorta. Akibatnya, gaya potong pada aorta dapat menyebabkan
ruptur. Situasi yang sama dapat terjadi pada pembuluh darah ginjal dan pada
cervicothoracic junction.
 Kedua, isi intra-abdominal hancur di antara dinding abdomen anterior dan columna
vertebra atau tulang toraks posterior. Hal ini dapat menyebabkan remuk, biasanya organ
padat (spleen, hati, ginjal) terancam.
 Ketiga, adalah gaya kompresi eksternal yang menyebabkan peningkatan tekanan intra-
abdomen yang tiba-tiba dan mencapai puncaknya pada ruptur organ berongga.

Berdasaran jenis organ yang cedera dapat dibagi dua :


1. Pada organ padat seperti hepar dan limpa dengan gejala utama perdarahan
2. Pada organ berongga seperti usus dan saluran empedu dengan gejala utama adalah peritonitis

Berdasarkan daerah organ yang cedera dapat dibagi dua, yaitu :


a. Organ Intraperitoneal
• Ruptur Hati
Hati dapat mengalami laserasi dikarenakan trauma tumpul ataupun trauma tembus. Hati
merupakan organ yang sering mengalami laserasi, sedangkan empedu jarang terjadi dan sulit
untuk didiagnosis. Pada trauma tumpul abdomen dengan ruptur hati sering ditemukan adanya
fraktur costa VII – IX. Pada pemeriksaan fisik sering ditemukan nyeri pada abdomen kuadran
kanan atas. Kecurigaan laserasi hati pada trauma tumpul abdomen apabila terdapat nyeri pada
abdomen kuadran kanan atas.

• Ruptur Limpa
Limpa merupakan organ yang paling sering cedera pada saat terjadi trauma tumpul
abdomen. Ruptur limpa merupakan kondisi yang membahayakan jiwa karena adanya perdarahan
yang hebat. Robeknya limpa menyebabkan banyaknya darah yang ada di rongga abdomen.
Ruptur pada limpa biasanya disebabkan hantaman pada abdomen kiri atas atau abdomen kiri
bawah. Perlukaan pada limpa akan menjadi robeknya limpa segera setelah terjadi trauma pada
abdomen. Pada pemeriksaan fisik, gejala yang khas adanya hipotensi karena perdarahan.
Kecurigaan terjadinya ruptur limpa dengan ditemukan adanya fraktur costa IX dan X kiri, atau
saat abdomen kuadran kiri atas terasa sakit serta ditemui takikardi. Biasanya pasien juga
mengeluhkan sakit pada bahu kiri, yang tidak termanifestasi pada jam pertama atau jam kedua
setelah terjadi trauma.

• Ruptur Usus Halus


Sebagian besar, perlukaan yang merobek dinding usus halus karena trauma tumpul
mencederai usus dua belas jari. Dari pemeriksaan fisik didapatkan gejala ‘burning epigastric
pain’ yang diikuti dengan nyeri tekan dan defans muskuler pada abdomen. Sedangkan
perdarahan pada usus dua belas jari biasanya bergejala adanya nyeri pada bagian punggung.

b. Organ Retroperitoneal
• Ruptur Ginjal
Dicurigai terjadi trauma pada ginjal dengan adanya fraktur pada costa ke XI – XII atau
adanya tendensi pada flank. Jika terjadi hematuri, lokasi perlukaan harus segera ditentukan.
Laserasi pada ginjal dapat berdarah secara ekstensif ke dalam ruang retroperitonial. Gejala klinis:
Pada ruptur ginjal biasanya terjadi nyeri saat inspirasi di abdomen dan flank. Hematuri yang
hebat hampir selalu timbul, tapi pada mikroscopic hematuri juga dapat menunjukkan adanya
ruptur pada ginjal.

• Ruptur Pankreas
Trauma pada pankreas sangat sulit untuk di diagnosis. Kebanyakan kasus diketahui
dengan eksplorasi pada pembedahan. Perlukaan harus dicurigai setelah terjadinya trauma pada
bagian tengah abdomen, contohnya pada benturan stang sepeda motor atau benturan setir mobil.
Perlukaan pada pankreas memiliki tingkat kematian yang tinggi. Gejala klinis, kecurigaan
perlukaan pada setiap trauma yang terjadi pada abdomen. Pasien dapat memperlihatkan gejala
nyeri pada bagian atas dan pertengahan abdomen yang menjalar sampai ke punggung.

• Ruptur Ureter
Trauma pada ureter jarang terjadi tetapi berpotensi menimbulkan luka yang mematikan.
Trauma sering kali tak dikenali pada saat pasien datang atau pada pasien dengan multipel
trauma. Kecurigaan adanya cedera ureter bisa ditemukan dengan adanya hematuria paska
trauma.

GejaladanTandaKlinis

Gejala dan tanda klinis trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis meliputi
adanya memar,ekimosis, laserasi, robekan, hematoma, atau jejas-jejas yang lain, nyeritekan
diatas daerah abdomen, distensi abdomen, demam, anorexia, mual dan muntah, takikardia,
peningkatan suhu tubuh, adanya tanda “Bruit” (bunyi abnormal pada uskultasi pembuluh darah,
biasanya pada arteri karotis), sesak nafas, hipotensi, penurunan kesadaran, pendarahan, tidak
adanya bising usus pada auskultasi, nyeri spontan.3,4

Pada trauma non-penetrasi/tumpul biasanya terdapat adanya jejas atau ruptur dibagian
dalam abdomen terjadi perdarahan intraabdominal. Apabila trauma terkenausus, motilisasi usus
terganggu sehingga fungsi usus tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis
dengan gejala mual, muntah, dan BAB hitam/melena. Adanya jejas yang transversal, linear pada
dinding perut (seat-belt sign) harus dicurigai kemungkinan adanya cedera pada usus.
Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah trauma. Cedera serius dapat
terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio padadinding abdomen.3,4

Gejala dan tanda dari trauma abdomen sangat tergantung dari organ mana yang terkena,
bila yang terkena organ-organ solid (hati dan lien) maka akan tampak gejala perdarahan secara
umum seperti pucat, anemis bahkan sampai dengan tanda-tanda syok hemoragik. Gejala
perdarahan di intraperitoneal akan ditemukan, pasien mengeluh nyeri dari mulai nyeri ringan
sampai dengan nyerihebat, nyeri tekan dan kadang nyeri lepas, defans muskular (kaku otot),
bising usus menurun, dan pada pasien yang kurusakan tampak perut membesar, dari hasil perkusi
ditemukan bunyi pekak. Bila yang terkena organ perineum gejala yang mungkin timbul adalah
peritonitis yang dapat berlangsung cepat bila organ yang terkena gaster tetapi gejala peritonitis
akan timbul lambat bila usus halus dan kolon yang terkena. Pasien mengeluh nyeri pada seluruh
kuadran abdomen, bising usus menurun, kaku otot (defans muskular), nyeri tekan, nyeri lepas
dan nyeri ketok. Trauma abdomen juga biasanya merupakan kasus yang paling sering dijumpai
dengan multiple trauma, yang melibatkan trauma toraks dimana biasanya ditemukan robekan
tumpul di setiap bagian diafragma, tetapi hemi diafragma kiri lebih sering cedera. 7

Tanda- tanda spesifik lain yang dijumpai pada trauma abdomen adalah seperti berikut 5.6:

 Tanda Kehrs adalah nyeri di sebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limfa. Tanda
ini ada saat pasien dalam posisi recumbent.
 Tanda Cullen adalah ekimosis periumbilikal pada perdarahan peritoneal.
 Tanda Grey-Turner adalah ekimosis pada sisi tubuh ( pinggang ) pada perdarahan
retroperitoneal.
 Tanda Cooper nail adalah ekimosis pada perineum, skrotum atau labia pada fraktur
pelvis.
 Tanda Balance adalah daerah suara tumpul yang menetap pada kuadran kiri atas ketika.
Dilakukan perkusi pada hematoma limpa.
DAFTAR PUSTAKA

1. Khan, Nawas Ali. 2007. Liver Trauma. Chairman of Medical Imaging, Professor of
Radiology, NGHA, King Fahad Hospital, King Abdul Aziz Medical City Riyadh, Saudi
Arabia.

2. American College of Surgeon, 2004, Advanced Trauma Life Support ed.7, p.144-146.

3. Todd, RS., 2004, Critical concepts in abdominal injury, Division of General Surgery, The
University of Texas at Houston, Critical Care Clinic Journal vol.20, p.119– 134.

4. Salomone, Joseph. 2007. Blunt Abdominal Trauma. Department of Emergency Medicine,


Truman Medical Center, University of Missouri at Kansas City School of Medicine.

5. Udeani, John. 2005. Abdominal Trauma Blunt. Department of Emergency Medicine,


Charles Drew University / UCLA School of Medicine. http://www.emedicine.com

6. Khan, Nawas Ali. 2207. Liver Trauma. Chairman of Medical Imaging, Professor of
Radiology, NGHA, King Fahad Hospital, King Abdul Aziz Medical City Riyadh, Saudi
Arabia.http://www.emedicine.com

7. Scheets,Lynda J.2002. Panduan Belajar Keperawatan Emergency.Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai