Anda di halaman 1dari 27

Struktur dan Perkembangan Kulit

Disusun oleh:
dr.Ami Utamiati

Pembimbing:
dr. Chairiyah Tanjung, Sp.KK (K)

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
MEDAN
2016

1
STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN KULIT

Kulit merupakan organ kompleks yang melindungi makhluk hidup dari


lingkugan, pada saat yang sama menyediakan interaksi dengan lingkungannya.
Lapisannya tidak hanya sekedar bersifat statik dan impenetrasi terhadap
lingkungan luar. Kulit juga bersifat dinamis, kompleks, berupa kumpulan sel yang
teratur, jaringan, dan elemen matriks yang memediasi berbagai macam
fungsi,seperti : kulit memiliki lapisan permiabilitas, melindungi diri dari agen
yang menginfeksi, termoregulasi, sensasi/rasa, melindungi diri dari sinar UV,
memperbaiki luka, regenerasi, dan sebagai penampilan fisik luar. (Tabel 7-1).
Berbagai fungsi dari kulit ini, dimediasi oleh bagian besar dari kulit yaitu-
epidermis, dermis, dan hipodermis (Gambar 7-1 dan Gambar 6-1, Bab 6).
Pembagian kulit ini berdiri masing-masing, memiliki unit fungsi tersendiri dan
berhubungan satu sama lain melalui jaringan sekitar yang berfungsi sebagai
regulasi dan modulasi dari struktur normal dan fungsi dari molekular, selular, dan
organisasi dari jaringan (Liat Bab 6).

Walaupun epidermis dan stratum korneum mempunyai peran proteksi


terbesar dari kulit, fungsi dan struktur integritas kulit keseluruhan berada pada
dermis dan hipodermis. Fungsi antimikroba berasal dari sistem imunitas dan
antigen sel dendritik dari epidermis, sel imunitas yang bersirkulasi dari dermis,
dan sel antigen dermis (Liat Bab 10). Perlindungan dari radiasi UV sebagian besar
berasal dari sel paling superfisial dari epidermis. Inflamasi dimulai dengan adanya
keratinosit dari epidermis atau sel imunitas dermis, dan sensori saraf hipodermis
ke dermis dan epidermis, berakhir di organ reseptif atau saraf akhir. Pembuluh
darah kulit terbanyak di temukan di hipodermis, berfungsi mentranspor nutrisi dan
imigrasi sel (Liat Gambar 6-1, Bab 6). Sel limfatik dari kulit beredar di dermis
dan hipodermis , memfiltrasi debris dan meregulasi hidrasi jaringan. Epidermis
sendiri mempunyai fungsi proteksi atau sensori. Kulit juga membedakan
penampilan fisik tiap orang, karena adanya sel pigmen dari melanosit, kontur
badan, perbedaan usia, dan kerusakan aktinik oleh epidermis, dermis dan

2
hipodermis. Kulit mulai terbentuk saat embriogenesis, dimana signal dari sel
interselular dan intraselular memiliki peranan dari proses maturitas dari berbagai
komponen kulit.

Berikut akan dibahas adalah struktur gambaran dari kulit, dan bagaimana
struktur ini mempengaruhi fungsi dari kulit untuk meraih tujuannya, dilanjutkan
dengan bahasan tentang asal embrionik dari kulit. Juga ilustrasi penyakit kulit
yang terjadi jika fungsi kulit tergangggu. Mengetahui tentang genetik dan basis
molekuler dari penyakit kulit dimana merupakan faktor maupun elemen yang
penting bagi fungsi dari kulit.

Struktur dan Fungsi Kulit


Kulit terdiri dari tiga lapisan utama:
 Epidermis: penghalang permeabilitas utama, fungsi kekebalan bawaan,
adhesi, perlindungan sinar UV.
 Dermis: struktur utama, tiga tipe komponen--seluler, matriks fibrous,
matriks difus dan berfilamen, juga lokasi vaskuler, limfatik dan jaringan
syaraf.
 Hipodermis (subkutis): isolasi, integritas mekanika, mengandung
pembuluh darah dan syaraf.

3
Epidermis
Salah satu dan merupakan bagian terpenting dari kulit dikatakan adalah, epidermis
(Gambar 7-2). Lapisan ini mengandung sel-sel yang berlapis dan bertanduk.
Sebagian besar sel dalam epidermis diperbaharui secara terus menerus,
mengalami keratinisasi, dan menghasilkan struktur derivatif (unit-unit
pilosebasceus, kuku, dan kelenjar keringat) yang disebut struktur appendiks.
Ketebalan dari epidermis berkisar antara 0.4 sampai 1.5 mm, dimana keseluruhan
tebal kulit yaitu 1.5 mm sampai 4.0 mm. Sebagian besar sel dalam epidermis
adalah keratinosit yang disusun dalam empat lapisan yang dinamai menurut posisi
dan struktur sel. Sel-sel ini berdiferensiasi dari mulai proliferatif sel basal,
membran basement epidermal, sampai ke terminal startum korneum, bagian
terluar dari lapisan kulit (Liat Bab 45). Selain keratinosit, terdapat imigran residen
sel seperti sel melanosit, sel langerhans, dan sel merkel. Sel lainnya, seperti
limfosit, adalah habitan yang transient dari epidermis. Terdapat banyak perbedaan
regional dari sifat-sifat epidermis , beberapa terlihat jelas seperti ketebalan

4
(contoh pada kulit palmoplantar dan kulit trunkal), beberapa terlihat secara
mikroskopik. .

Perbedaan secara patologik pada epidermis akan terjadi sebagai efek


terhadap beberapa stimuli:trauma mekanik yang berulang (pada liken planus
kronik), inflamasi (pada dermatitis atopik), infeksi (pada veruka vulgaris) ,
kelainan aktivitas sistem imun dan sitokin (pada psoriasis Gambar 7-4),
autoantibodi (pada pemfigus vulgaris dan pemfigus bulosa), atau kelainan genetik
yang menyebabkan perbedaan struktrur protein (pada epidermolisis bulosa
simpleks, epidermolisis hiperkeratotik, iktiosis, dan penyakit Darier).

Lapisan Epidermis

Epidermis terdiri atas:


1. Lapisan basal (stratum basale)

5
Lapisan basal terdiri dari sel-sel keratinosit yang berasal dari ektodermal yang
mencakup 80% dari total sel epidermis. Sel ini merupakan bagian utama dari
lapisan pelindung di stratum korneum. Sebagian besar fungsi epidermis dapat
dilihat dari struktur dan perkembangan keratinosit. Keratinosit mengandung
keratin yang merupakan suatu famili filamen intermediat dan merupakan tanda
karakteristik dari semua sel epitel, termasuk keratinosit yang memiliki peran
struktural dominan di dalam sel.Mereka menjalankan fungsi struktural yang
penting di dalam sel. Terdapat 54 gen keratin yang berbeda telah teridentifikasi
pada manusia termasuk 34 keratin epitel dan 17 keratin rambut. Koekspresi dari
pasangan keratin spesifik tergantung dari tipe sel, tipe jaringan, tahap
perkembangan, tahap diferensiasi, dan kondisi penyakit.Pengetahuan tentang
ekspresi dan struktur keratin tersebut akan memberikan gambaran tentang
diferensiasi dan struktur epidermis.

Lapisan dasar (stratum germinativum) mengandung keratinosit yang berbentuk


kolom dan aktif mengalami mitosis, melekat pada zona membran basalis dan
memberikan nutrisi ke lapisan yang lebih superfisial.Filamen-filamen keratin di
dalam sel basal berada dalam ikatan halus yang tersusun di sekitar nukleus dan
menyelinap ke dalam desmosom dan hemidesmosom.

Beberapa studi membuktikan bahwa lapisan bervakuola yang mengandung


pigmen melanosome bergerak dari melanosit ke fagositosis. Pigmen dalam
melanosit ini mendistribusi bagian besar dari pigmentasi kulit yang terlihat secara
makroskopik. Lapisan basal adalah lokasi utama tempat epidermis bermitosis.
Penelitian mengatakan bahwa sel lapisan basal memiliki berbagai potensi
proliferatif (stem sel, dan post mitosis sel), penelitian in vivo dan in vitro
mengatakan bahwa stem sel epidermis dapat bertahan hidup lama. Sel Basal dapat
diperbanyak di kuktrur jaringan dan memperbaiki epidermis dari luka bakar.

Pada studi kinetik sel, terdapat 3 populasi secara bersamaan di dalam lapisan
ini: stem cells, transient amplifying cell, dan sel pascamitosis.Bukti fungsional
atas eksistensi stem cells epidermis yang hidup lama berasal dari studi in vivo

6
maupun in vitro.Stem cells basal bersifat klonogenik, berkembang dengan cepat
melalui fase-S dalam siklus sel dan jarang membelah diri selama tahap
pembaharuan sendiri yang stabil.Tipe kedua sel, transient amplifying cells dari
lapisan basal muncul sebagai kumpulan sel-sel anak (daughter cells) yang
dihasilkan oleh pembelahan stem cells yang jarang terjadi.Sel ini memberikan
masa pembelahan sel yang dibutuhkan untuk pembaharuan diri yang stabil dan
merupakan sel yang paling umum di kompartemen basal.Setelah mengalami
beberapa pembelahan sel, sel ini menghasilkan kelas sel epidermal ketiga, sel
pascamitosis, yang mengalami diferensiasi akhir.

Banyak data yang mendukung adanya stem sel epidermis yang multipotent ini
pada tonjolan folikel rambut. Sel di daerah ini dapat berkontribusi terhadap
formasi tidak hanya di unit pilosebaseus namun juga di interfolikular epidermis.

Tipe sel yang kedua, adalah transit sel dari lapisan basal, yang diproduksi oleh
pemecahan stem sel yang tidak teratur. Sel ini bersifat menstabilkan dan
merupakan sel yang paling umum terdapat di basal kompartemen.Setelah
mengalami beberapa pemecahan, sel ini memproduksi sel epidermis basal yang
ketiga, sel post mitosis yang mengalami diferensiasi terminal. Walaupun
dipercaya bahwa terjadinya migrasi melalui lamina basal kebagian superfisial
epidermis, beberapa penelitian membuktikan adanya pemecahan sel asimetri di
membran basal ke suprabasal. Pada manusia, lamanya waktu transit sel basal,
sejak terlepas dari lapisan basal sampai masuk ke sratum korneum, setidaknya
adalah 14 hari. Transit ke stratum korneum dan deskuamasi memerlukan waktu14
hari lagi. Periode waktu ini dapat berubah pada kasus hiperproliferatif atau
pertumbuhan sel yang terhambat.

2. Lapisan Spinosum (stratum spinosum)


Bentuk,struktur,dan tampilan subselular dari sel spinosus berhubungan dengan
posisi mereka di pertengahan epidermis.Mereka dinamai spinosus karena
bentuknya yang menyerupai gambaran tulang spine pada gambaran histologik. Sel

7
spinosus suprabasal berbentuk polihedron dengan nukleus yang bulat.Semakin sel
ini berploriferasi dan naik kepermukaan, bentuknya semakin mendatar dan
menghasilkan granul yang dinamakan granula lameral.Sel spinosus jugamemiliki
kumpulan besar filament keratin, di sekitar nukleus dan memasuki desmosom
secara perifer.

Sel spinosus menstabilkan keratin K5/K14 yang diproduksi di sel basal namun
tidak mensintesiskan messenger RNA (mRNA) untuk protein ini, kecuali pada
penyakit hiperproliferatif. Sintesis baru dari keratin K1/K10 terjadi di lapisan
epidermal.Keratin ini dikenal sebagai gambaran diferensiasi dari epidermal dan
disebut spesifik diferensiasi atau keratin spesifik diferensiasi.Gambaran normal
diferensiasi ini berubah menjadi susunan alternatif pada kondisi hiperproliferatif.
Pada kasus seperti psoriasis, keratosis aktinik, dan penyembuhan luka, sintesis K1
dan K10 mRNA dan protein menurun, begitu juga sintesis K6 dan K16.Perubahan
ekspresi keratin ini mengganggu diferensiasi normal di granular dan lapisan
epidermal.Mrna dari K6 dan K16 terdapat d seluruh epidermal.Namun berita
hanya terstimulasi pada saat proliferasi.

Sel spinosus kaya akan desmosom, sel depent-kalsium yang menyebabkan


perlengketan sel epidermal dan resistensi terhadap stress mekanik. Di dalam tiap
sel terdapat plakdesmosom, yang mengadung polipeptida I dan II, keratokalmin,
desmoyokin, dan pkakofilin.Glikoprotein trasmembran-desmoglein 1 dan 3
dandesmokolin I danII ,bagian dari kadherin- menyebabkan perlengketan dari
extraselulerdesmosom, yang disebut sebagai core. Bagian extraseluler dari
chaderin berada di core, sedangkan intraseluler berada pada plak, menempel di
filament intermediate.

Struktur desmosom abnormal atau gangguan desmosom menyebabkan sel-sel


berputar, memisahkan diri (akantolisis) dan membentuk lepuh dan vesikel di
dalam epidermis serta menyebabkan pengelupasan beberapa lapisan epidermal.
Perubahan ini misalnya ditemukan pada penyakit autoimun seperti pemphigus
foliaceus dan pemphigus vulgaris, dimana pasien menghasilkan antibodi yang

8
khusus terikat pada domain ekstraseluler desmoglein 1 dan 3, atau pada
staphilococcal scalded skin syndrome, dimana eksotoksin bakteri adalah protease
yang membelah dan menginaktivasi desmoglein 1.

Desmosom adalah kompleks adhesi utama dalam epidermis, anchoring keratin


intermediate filamen (IFS) dengan sel membran keratinosit, dan memungkinkan
sel untuk menahan trauma. Komponen utama desmosom terdiri dari tiga produk
gen superfamilies: desmosomal cadherins, keluarga armadillo dari nuklir dan
junctional protein, dan plakins. Transmembranous cadherins terdiri dari asosiasi
heterophilik desmogleins dan desmocollins.

Ada tiga tipe epidermis khusus desmogleins (Dsg1-3) dan juga untuk
desmocollins
(Dsc1-3), yang semuanya menunjukkan diferensiasi spesifik ekspresi. Sebagai
contoh, Dsg1 dan Dsc1 diekspresikan dalam lapisan superfisial epidermis
sedangkan ekspresi Dsg3 dan Dsc3 lebih besar dalam basal keratinosit.

Glikoprotein bagian intraseluler melekat pada jaringan filamen keratin melalui


desmoplakin, plakoglobin dan makromolekul lain. Dikatakan protein armadillo,
plakophilin 1, sebagai stabiliser penting dari adhesi keratinosit dalam diferensiasi
keratinosit. (Gambar 3.10)

9
Gambar 3.10 Komposisi makromolekuler menghubungkan desmosom dengan
keratinosit. sel terhubung melalui transmembran kaderin glikoprotein
(desmogleins dan desmocollins) Penempelan molekul dengan filamen keratin
sitoskeleton terjadi melalui jaringan protein plak desmosomal (desmoplakin,
plakoglobin dan plakophilin).

Berikut merupakan tabel yang memaparkan penyakit-penyakit tertentu yang


berhubungan oleh kerusakan pada protein desmosom (Tabel 7.3)

10
3. Lapisan granular (stratum granulosum)
Lapisan granular dinamai demikian karena dominan merupakan “granul
keratohialin basofilik”. Granula keratohialin ini terdiri dari: profilaggrin,
filamen keratin, dan loricrin. Loricrin adalah protein yang kaya sistein yang
membentuk komponen utama protein dari lapisan cornified, mencapai 70%
massanya. Kelainan pada loricrin menghasilkan bentuk sindroma Vohwinkel
dengan ichthyosis dan pseudainhum.

4. Stratum korneum
Stratum korneum merupakan lapisan kulit paling luar dan terdiri atas
beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya
telah berubah menjadi keratin (zat tanduk). Fungsi utamanya adalah untuk
memberikan perlindungan mekanik kepada kulit dan barier untuk kehilangan
air dan perembesan substansi yang larut air dari lingkungan. Barier dibentuk
oleh sistem dua kompartemen korneosit yang diperkaya protein dan kurang
lipid, yang dilingkupi oleh matriks lipid ekstraseluler yang bersambungan.
Pengaturan permeabilitas, deskuamasi, aktivitas peptida antimikrobial, eksklusi

11
toksin, dan absorpsi kimia selektif adalah merupakan fungsi primer dari
matriks lipid ekstraselular stratum korneum.

Sel-sel Nonkeratinosit dari Epidermis


Selain sel-sel keratinosit sebagai sel utama pada epidermis, terdapat juga
sel-sel yang tidak mengandung keratin atau disebut juga sel-sel nonkeratinosit.
Beberapa sel yang termasuk sel nonkeratinosit adalah sel melanosit, sel Merkel,
dan sel Langerhans. Melanosit merupakan sel dendritik turunan crest neural, yang
dapat mensintesa pigmen dan secara primer berada di lapisan basal. Gambaran
mikroskopiknya berupa sitoplasma pucat, nukleus ovoid dan warna melanosome
yang mengandung pigmen, organel yang berbeda dari melanosit. Penyakit kulit
vitiligo misalnya, disebabkan oleh habisnya melanosit secara autoimun.

Sel Merkel merupakan sel nonkeratinosit yang bertindak sebagai reseptor


mekanik tipe I beradaptasi lambat yang berlokasi pada daerah dengan sensitivitas
taktil tinggi dan berada diantara sel-sel keratinosit basal pada daerah tubuh
tertentu (misalnya kulit berambut dan tak berambut pada jari dan bibir). Seperti
sel nonkeratinosit lainnya, sel merkel memiliki sitoplasma pucat.

Sel Langerhans merupakan sel dendritik pengolah dan yang


memperkenalkan antigen (antigen presenting cell) pada epidermis. Pada

12
pemeriksaan histologi tampak warnanya pucat dan nukleusnya convolusi (kusut)
dengan sitoplasma bentuk raket atau batang kecil, disebut granula sel langerhans
atau granula Birbeck. Jumlah sel langerhans pada epidermis berkurang pada
kondisi tertentu seperti psoriasis, sarcoidosis dan juga dermatitis kontak, yang
secara fungsional dirusak oleh radiasi UV, khususnya UVB.

13
Dermal-Epidermal Junction (DEJ)
Dermal-epidermal junction merupakan zona membran dasar yang
membentuk penghubung antara epidermis dan dermis. Jembatan ini mempunyai

14
fungsi utamauntuk melekatkan epidermis dan dermis satu sama lain sekaligus
memberikan resistensi terhadap gaya pengoyak (shearing) eksternal. Peran lain
dari dermal-epidermal junction adalah sebagai penunjang untuk epidermis,
menentukan polaritas pertumbuhan, menyusun pengaturan sitoskeleton pada sel
basal, memberi sinyal perkembangan, dan sebagai barier semipermeabel. Dermal-
epidermal junction ini dibagi dalam 3 jaringan supramolekuler yaitu kompleks
filamen tautan hemidesmosome, membran dasar itu sendiri dan tautan fibril.

Dermis
Lapisan dermis kulit terdiri dari jaringan ikat berserabut, berfilamen dan
difus yang memuat jaringan vaskular dan saraf, persambungan dari epidermis, dan
mengandung banyak tipe sel residen, termasuk fibroblas, makrofag, sel mast, dan
sel sirkulasi sementara dari sistem imun termasuk limfosit, sel plasma dan
leukosit. Fungsi lapisan dermis adalah untuk membentuk mayoritas dari kulit dan
memberi kelenturan, elastisitas dan daya rentang. Sekaligus melindungi tubuh dari
luka mekanik, mengikat air, membantu pengaturan panas, dan termasuk reseptor
dari stimulus sensorik.

Dermis tersusun kedalam 2 bagian utama:


a. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serat saraf
dan pembuluh darah.

b. Pars retikulare, yaitu bagian yang menonjol ke arah subkutan. Di bagian dermis
inilah yang mengandung serat-serat penunjang seperti kolagen, elastin, dan
retikulin, serta matriks (dasar) ekstraseluler lainnya yang terdiri atas cairan kental
asam hialuronat dan kondroitin sulfat, di bagian ini juga terdapat fibroblas.

Matriks Jaringan Ikat Dermis


Jaringan kolagen dan serabut elastis merupakan komponen utama pada
matriks jaringan ikat dermis. Molekul jaringan ikat yang tidak berserabut lainnya
termasuk glikoprotein berfilamen halus, proteoglikan (PGs) dan
glicosaminoglycan (GAGs) dari “substansi dasar”. Kolagen merupakan unsur

15
utama dermis, kira-kira 75% dari berat kering kulit, berfungsi untuk memberikan
daya rentang dan elastisitas.

Terdapat berbagai macam tipe kolagen misalnya kolagen tipe I yang


banyaknya 80-90% dari total kolagen dermis; kolagen tipe III yang banyaknya 8-
12%; dan kolagen tipe V yang banyaknya < 5%, tetapi mempunyai kodistribusi
dengan kedua kolagen tipe I dan III untuk membantu pengaturan diameter
fibril.Kolagen tipe VI berkaitan dengan fibril dan ruang antar fibril, berada
terbatas pada lamina basal DEJ, pembuluh darah dan apendik epidermal,
sedangkan kolagen tipe VII membentuk tautan fibril pada DEJ.

Jaringan ikat elastik merupakan suatu jaring mikro molekul yang rumit
yang tersusun dalam suatu jaringan menyambung mulai dari lamina densa pada
DEJ sampai dengan dermis dan masuk kedalam jaringan ikat hipodermis. Serabut
elastik juga terdapat dalam dinding pembuluh darah kulit dan limfatik dan dalam
bungkus folikel rambut.Jaringan ikat elastik mencapai ± 4% dari berat kering
protein matriks dermal. Mutasi pada fibril dapat dilihat pada Sindroma Marfan
yang merupakan penyakit jaringan ikat bawaan karena aneurisma dalam aorta.

Di dalam jaringan ikat elastik, serabut-serabut oxytalan memanjang secara


tegak lurus DEJ ke sambungan antara dermis papilaris dan dermis retikularis,
dimana bergabung dengan jaringan horizontal serabut-serabut elaunin.

Komponen Selular Dermis


Fibroblas, makrofag, dan sel mast adalah bagian dalam dermis yang biasa
ditemukan dalam kepadatan paling besar di daerah papilaris dan pembuluh darah
sekitar pleksus subpapilaris. Fibroblas diperoleh dari sel mesenkimal yang
bermigrasi melalui jaringan dan bertanggung jawab atas sintesis dan degradasi
protein matriks jaringan ikat yang berserabut dan yang tak berserabut dan
sejumlah faktor yang dapat larut.

16
Monosit, makrofag dan dendrosit dermal merupakan sistem fagositik
mononuklear dari sel pada kulit.Makrofag berasal dari sel-sel prekursor sumsum
tulang yang berdiferensiasi menjadi monosit yang masuk ke sirkulasi darah,
kemudian bermigrasi ke dalam dermis mengalami diferensiasi lebi lanjut.

Sel mast adalah sel sekretori khusus dalam kulit yang terdapat dalam
kepadatan yang terbesar dalam dermis papilaris, di dekat DEJ dalam bungkus
apendik epidermal dan sekitar pembuluh darah serta saraf plexus subpapilaris.
Secara histologis mengandung nukleus bulat atau oval dan granula sitoplasmik
yang gelap dan banyak jumlahnya. Sel mast bisa menjadi hiperplastik dan
hiperproliferatif pada mastositosis.

Dendrosit dermal merupakan sel suatu jaringan ikat tetap yang bersifat
sangat fagositik, berbentuk bintang, dendritik, atau kadang kumparan. Dendrosit
terdapat sangat banyak pada dermis papilaris dan retikularis atas, sering di dekat
pembuluh pleksus subpapilaris.Dendrosit mengekspresikan faktor XIIIa dan
CD45 antigen dan tidak mempunyai cukup penanda tipical sel fibroblastik.

Vaskularisasi Kulit
Pembuluh Darah
Pembuluh darah kulit berfungsi untuk memberikan nutrisi bagi jaringan,
pengaturan tekanan darah dan suhu, perbaikan luka dan berbagai peristiwa
imunologis. Mikrosirkulasi pada kulit meliputi arteriol, sphincter prekapilaris,
kapiler arteri dan vena, venul postkapilaris, dan venul mengumpul. Pembuluh
darah yang mensuplai dermis adalah cabang kecil dari arteri muskulokutaneus
yang menembus lemak di bawah kulit dan masuk ke dermis retikularis dalam
dimana pembuluh ini tersusun ke dalam sebuah pleksus arteriolar horizontal.

Dari pleksus ini, ateriol memanjang naik menuju epidermis. Arteriol ini
terdiri dari 2 lapisan sel otot polos, juga perisit, tipe kedua dari sel kontraktil
dinding pembuluh darah. Arteriol ascending biasanya bergabung satu sama lain
melalui vascular arcade, dari arteriol terminal pleksus subpapilaris menuju papila

17
dermis.Pembuluh ekstrapapilaris menurun merupakan pembuluh vena yang
mengalir masuk ke dalam saluran vena plexus subpapillaris yang terletak di atas
dan dibawah pleksus vaskular arteriol.Venul postkapiler pada pleksus subkapiler
merupakan komponen mikrosirkulasi yang penting secara fisiologis.

Venul pada pleksus subkapiler ini memberikan respon terhadap mediator


seperti histamin yang berkembang diantara sel endotelium yang berdekatan yang
memungkinkan ekstravasasi cairan dan lepasnya sel dari lumen pembuluh darah
dan dengan demikian sering merupakan tempat sel radang berkumpul selama
respon tersebut. Venul postkapiler mengalir ke dalam saluran vena, yang sejajar
dengan ascending arteriol yang membawa darah ke pleksus horizontal dan
menjauh dari kulit.

Terdapat hubungan langsung antara sirkulasi arteri dengan sirkulasi vena


di daerah tertentu pada kulit (misalnya telapak tangan dan telapak kaki), yang
terdiri dari acending arteriol (suatu badan glomus) yang diubah bentuk oleh 3-6
lapisan sel otot lunak dan mempunyai serabut saraf simpatik yang saling
berhubungan.Glomus ini bisa menutup sepenuhnya ketika tekanan darah berada
dibawah tingkat kritis.

Pada orang dewasa, vaskularisasi kutaneus normalnya bersifat tetap dan


inaktif, kecuali pada angiogenesis rambut tertentu yang tergantung siklus selama
fase anagen. Keadaan tetap ini sebagian akibat inhibisi angiogenesis pada matriks
dermis oleh faktor-faktor seperti trombospondin. Rangsangan patogen dapat
mengakibatkan angiogenesis sekunder, dari tumor atau selama proses perlukaan.

Limfatik
Pembuluh limfaik penting untuk mengatur tekanan dalam interstisial oleh
resorbsi cairan yang dikeluarkan dari pembuluh darah dan dalam membersihkan
jaringan sel, protein, lemak, bakteri, dan zat yang terurai. Aliran getah bening
dalam kulit tergantung dari gerakan jaringan yang disebabkan oleh pulsasi arteri
dan kontraksi otot skala besar serta gerakan tubuh, dengan katup seperti

18
bikuspidalis dalam pembuluh limfatik untuk mencegah aliran kembali. Kapiler
getah bening mengalir ke dalam pleksus horizontal pembuluh getah bening yang
lebih besar yang terletak di dalam pleksus venul subpapilaris. Pembuluh getah
bening dapat dibedakan dari pembuluh darah dalam posisi yang sama oleh
diameter lamina yang lebih besar dan dinding yang lebih tipis.

Saraf dan Reseptor pada Kulit


Jaringan saraf pada kulit mengandung saraf inderawi somatik dan saraf
autonomik simpatik. Berfungsi pada setiap ujung tubuh sebagai reseptor sentuhan,
rasa sakit, gatal, dan rangsang mekanik. Kepadatan dan tipe reseptor bervariasi
tergantung daerahnya. Reseptor yang sangat padat terletak pada daerah tidak
berambut (areola, labia, dan glans penis).

Saraf motorik simpatetik didistribusi secara bersama dengan saraf indrawi


dalam dermis sampai bercabang untuk menginervasi kelenjar keringat, otot lunak
vaskular, otot arektor pilli pada folikel rambut dan kelenjar sebaseus.Saraf
membentuk pleksus yang dalam, kemudian naik ke pleksus subpapiler superfisial.

Pada manusia, ujung saraf bebas selalu terbungkus oleh sel Schwann dan
lamina basal, terutama terdapat pada papila dermis. Serabut-serabut yang
berfilamen halus (penicillate fibers) merupakan serabut saraf primer yang
ditemukan subepidermis dalam kulit yang berambut. Serabut saraf ini berfungsi
sebagai reseptor yang beradaptasi dengan cepat dan berfungsi dalam persepsi
sentuhan, suhu, rasa sakit, dan gatal.Ujung saraf bebas juga berhubungan dengan
sel Merkel. Kompleks saraf-sel Merkel dijelaskan dengan berbagai nama,
tergantung komposisi dan lokasinya. Contoh: Pada kulit berambut, terdapat touc
domes yang berhubungan dengan folikel rambut (leher dan permukaan dorsal
lengan bawah).

Badan reseptor (Meissner maupun Pacini), mempunyai sebuah kapsul dan


sebuah inti bagian dalam yang berisikan komponen saraf maupun non saraf.
Badan Meissner berperan sebagai mechanoreseptor panjang/ovoid yang terletak

19
dalam papila dermis distal dan terorientasi secara vertikal pada permukaan
epidermis kapsul. Sedangkan, badan Pacini terletak pada dermis dalam dan
jaringan kulit subkutan yang menutupi permukaan yang menyangga berat pada
tubuh. Fungsinya adalah sebagai reseptor mekanis yang beradaptasi cepat, yang
memberi respon kepada rangsangan getaran.

20
Hipodermis
Lapisan hipodermis berperan sebagai suplai energi, melindungi kulit, dan
memungkinkan mobilitas pada berbagai strukturnya serta memberi efek kosmetik.
Batas antara dermis retikular dalam dan hipodermis adalah transisi dari jaringan
ikat dermal fibrous yang dominan menjadi adiposa subkutaneus.Adiposit
membentuk bagian sel dalam hipodermis, disusun dalam lobus yang dibentuk oleh
septa jaringan ikat fibrous. Saraf, pembuluh darah, dan limfatik berada di dalam
septa, dan mensuplai daerah tersebut.

Pentingnya jaringan subkutis ini terlihat pada pasien penderita sindroma


Werner, dimana lemak subkutis tidak terdapat pada daerah lesi di atas tulang atau
pada skleroderma, dimana lemak subkutis diganti oleh jaringan ikat fibrous.Pada
kelainan lipodistrofi herediter dan didapat, hilangnya lemak subkutan merusak
pengaturan glukosa, trigliserida dan kholesterol, dan menyebabkan perubahan
kosmetik yang signifikan.

Perkembangan Kulit
Perkembangan kulit janin dibagi dalam 3 tahap yaitu spesifikasi,
morfogenesis dan diferensiasi. Tahapan ini berhubungan dengan periode
perkembangan embrionik (0-60 hari), masa fetal dini (2-5 bulan), dan periode
janin akhir (5-9 bulan).

21
Spesifikasi merupakan proses dimana ektodermal lateral menjadi neural
plate kemudian menjadi epidermis, dan dari sel mesenchymal dan neural crest
menjadi dermis. Morfogenesis adalah proses pembentukan jaringan yang lebih
spesifik termasuk lapisan-lapisan epidermis, apendiks epidermis, pemisahan
dermis-subkutis dan pembuluh darah. Selanjutnya, terjadi proses diferensiasi
dimana jaringan baru ini akan berkembang dan mengambil alih bentuk yang
matang.

1. Epidermis
Perkembangan embrionik
Selama minggu ke tiga setelah fertilisasi, embrio manusia akan mengalami
gastrulasi, menghasilkan tiga lapisan germinal embrionik utama: ektoderm,
mesoderm, endoderm. Tidak lama setelah itu, ektoderm dipisah menjadi
neuroektoderm dan epidermis presumtif. Dalam 6 minggu EGA, ektoderm yang
menutupi tubuh terdiri dari sel basal dan sel periderm superfisial. Pada akhir
trimester kedua sel ini mengelupas den membentuk bagian verniks caseosa.

Perkembangan janin awal (Morphogenesis)


Akhir minggu 8 EGA, epidermis mulai membentuk lapisan-lapisan dan
pembentukan lapisan intermediate diantara 2 lapisan sel sebelumnya. Sel-sel ini
sama dengan sel-sel pada lapisan/stratum spinosum epidermis yang matang.
Proliferasi pada masa perkembangan janin ini sangat aktif, struktur yang berlapis-
lapis menggantikan lapisan periderm yang mengalami degenerasi. Gen p63
memegang peranan penting dalam proliferasi dan ketahanan lapisan sel basal.

Perkembangan janin akhir (Diferensiasi)


Spesifikasi dan diferensiasi lebih lanjut dari keratinosit di epidermis.
Pembentukan stratum korneum dan granulosum serta terlepasnya periderm yang
rudimenter (dimulai minggu 15 EGA). Sel-sel yang lebih superfisial mengalami
diferensiasi akhir (pembentukan pembungkus bertanduk/cornified envelope yang
bertindak sebagai barier impermeabel). Enzim Transglutaminase, LEKTI,
phytanoyl CoA reductase, fatty aldehyd dehydrogenase dan steroid sulfatase

22
merupakan enzim-enzim yang penting dalam pembentukan cornified envelope
dan pematangan barier lipid.

Sel-sel yang Mengalami Spesialisasi dalam Epidermis


Sel melanosit, Langerhans, dan Merkel, ketiganya dideteksi pada akhir
periode embrionik. Melanosit merupakan turunan dari neural crest, bagian dari sel
neuroektoderm.Melanoblast terlihat pada 50 hari EGA dimana migrasi,
kolonisasi, proliferasi dan kelangsungan hidup melanosit tergantung pada reseptor
tirosin kinase pada permukaan sel. Selanjutnya, melanin terlihat pada bulan 3-4
EGA, melanosom mulai mentransfer pigmen ke keratinosit.

Sel Langerhans mulai terlihat pada hari ke-40 EGA dan pada akhir trimester
III, sebagian besar sel Langerhans dewasa sudah terbentuk. Sel Merkel terlihat
pada di bagian volar epidermis pada minggu 11-12 EGA. Pada penelitian terkini
ditemukan bukti bahwa sel-sel Merkel tidak berproliferasi di epidermis (sel-sel
Merkel berasal dari stem cell epidermal).

2. Dermis
Asal dermis lebih luas dibanding epidermis yang hanya dibentuk dari
ektoderm. Jaringan embrionik yang membentuk dermis tergantung pada lokasinya
pada tubuh. Mesenkim dermis pada wajah dan kulit kepala anterior berasal dari
ektoderm neural crest. Mesenkim lengan, tungkai dan bagian ventral dinding
tubuh berasal dari mesoderm lempeng lateral. Mesenkim dinding tubuh bagian
dorsal berasal dari dermomiotom somit embrionik. Dermis embrio berbeda
dengan dermis dewasa, bersifat seluler dan amorfik, sedikit serabut yang
tersusun.

Dermis dewasa mengandung kompleks jaringan serat-serat kolagen dan


elastin yang terikat pada matriks proteoglikans, sedangkan mesenkim embrio
mengandung sejumlah besar sel-sel pluripoten yang kaya akan asam hialuronat.
Mesenkim ini merupakan progenitor sel-sel yang menghasilkan kartilago,
jaringan adiposa, fibroblas dermis dan tulang intramembranosa. Dermis yang

23
matang bersifat lebih tebal dan terorganisasi (seperti pada orang dewasa), hanya
saja lebih seluler.

Komponen penting dermis


a. Pembuluh darah
Pembuluh darah dibentuk pada awal gestasi tapi tidak berkembang sampai
beberapa bulan setelah lahir. Proses vaskulogenesis membutuhkan diferensiasi in
situ dari sel-sel endotel pada penghubung endoderm-mesoderm (hari 45-50 EGA).
Pada minggu ke-9 EGA, pembuluh darah dapat dilihat pada dermo-hipodermal
junction. Pada bulan ke-3 EGA, jaringan yang memisahkan pembuluh darah
vertikal dan horizontal telah terbentuk.

b. Limfatik
Pembuluh limfatik kulit berasal dari sel-sel endotel yang keluar dari vena.
Pola perkembangannya paralel dengan pembuluh darah. Gen LYVE-1 dan Prox-1
merupakan gen utama yang berperan penting untuk spesifikasi prekursor awal
limfatik. Sedangkan, gen VEGF-R3 dan SLC berperan penting untuk diferensiasi
limfatik selanjutnya.

c. Saraf
Perkembangan saraf paralel dengan sistem vaskular dalam hal pola,
maturasi, dan organisasi. Sistem saraf perifer di kulit terdiri dari saraf sensorik
somatis dan serabut autonom simpatis yang kecil dan tidak bermielinisasi, yang
dalam perkembangannya akan bermielinisasi dan berhubungan dangan penurunan
jumlah akson. Proses ini dapat berlanjut sampai pubertas.

3. Hipodermis (Subkutis)
Pada masa 50-60 hari EGA, hipodermis dipisahkan dari dermis oleh
sekumpulan pembuluh berdinding tipis. Kemudian, pada akhir trimester I,
matriks hipodermis telah dapat dibedakan dari matriks pada dermis yang lebih
berserat. Pada trimester II, prekursor sel adiposa mulai berdiferensiasi dan

24
memperbanyak lemak. Memasuki trimester III, lobus-lobus lemak dan sekat-sekat
fibrosa memisahkan sel-sel adiposa yang matang. Leptin, hormon yang penting
dalam pengaturan lemak dan famili reseptor dari faktor transkripsi, juga berperan
penting untuk diferensiasi jaringan preadiposa.

4. Dermal-epidermal junction
DEJ merupakan suatu penghubung dimana banyak interaksi induktif
terjadi yang akan menghasilkan spesifikasi dan diferensiasi dermis dan epidermis.
Termasuk membran basal khusus, matriks ekstraseluler sel basal, bagian terbesar
dari sel-sel basal dan struktur superfisial paling berserat dari papila dermis. Pada
minggu ke-8 EGA, sebuah membran basal sederhana memisahkan dermis dari
epidermis dan mengandung banyak elemen protein utama untuk membran basal,
seperti: laminin 1, kolagen tipe IV, heparin sulfat dan proteoglikan. Banyak
kelainan bulosa kongenital terjadi karena defek pada protein di DEJ.

5. Perkembangan Bagian-bagian Kulit Lainnya


a. Rambut
Dari kulit kepala, sinyal dermal menyebabkan sel-sel basal
epidermis berkumpul dalam interval ruang yg teratur, disebut follicular
placode dan menyebar secara ventral dan kaudal, kemudian menutupi
kulit. Placode memberi sinyal balik ke epidermis sehingga membentuk apa
yang disebut dengan kondensasi dermal (pada 12-14 minggu
EGA).Pembentukan papila dermis dimulai oleh sinyal epitelial pertama
yang ditransmisikan dari epitel folikel ke mesenkim.Setelah proses
diferensiasi folikel dimulai, dermis mengirim sinyal lain ke epitel placode
untuk proliferasi kemudian masuk ke dermis.
Sel dermal terhubung dengan folikel kemudian berkembang ke
dalam papila dermis. Sel epitel bergerak membentuk pembungkus akar
dalam dan poros rambut pada folikel rambut matang.Dalam 19-21 minggu
EGA, maka saluran rambut ini terbentuk sempurna dan rambut pada kulit

25
kepala mulai terlihat di atas permukaan epidermis janin.Terus memanjang
hingga usia 24-28 minggu EGA, saat itu terjadi pergeseran pertumbuhan
aktif (anagen) ke fase degeneratif (katagen) dan ke fase istirahat (telogen).

b. Kelenjar sebaseus
Kelenjar sebaseus engalami pematangan selama diferensiasi
folikuler. Dimulai 13-16 minggu EGA dimana kelenjar sebaseus akan
dapat terlihat pertama kali pada tonjolan (bulge) superfisial pada folikel
rambut.Sel proliferatif terluar akan menghasilkan sel-sel yang
berdiferensiasi yang kaya lipid dan sebum.Setelah diferensiasi terakhir,
sel-sel ini mengalami disintegrasi dan mengeluarkan produknya ke bagian
atas dari saluran rambut.Produksi sebum dipercepat pada trimester kedua
dan ketiga selama steroid maternal menyebabkan rangsangan kelenjar
sebaseus.

c. Kuku
Struktur kuku mulai terlihat pada ujung jari dorsal pada 8-10
minggu EGA, sedikit lebih cepat dari permulaan perkembangan folikel
rambut. Tandanya adalah adanya permukaan datar dari dasar kuku.Bagian
ektoderm akan menguncup ke dalam pada batas proksimal dari kuku
kemudian mengarah pada lipatan kuku proksimal. Pada masa 11 minggu
EGA, permukaan dasar kuku dorsal mulai membentuk keratinisasi. Pada
bulan ke-4 EGA, plat kuku tumbuh dari lipatan kuku proksimal kemudian
menutup dasar kuku hingga bulan ke 5.
Mutasi pada p63 mempengaruhi perkembangan kuku pada
sindroma seperti ankylobrepharon, displasia ektodermal, dan juga
sindroma bibir sumbing, termasuk ectrodactyly. Fungsi p63 ini adalah
untuk pembentukan dan mempertahankan sisi ektodermal apikal, pusat
sinyal embrionik yang penting untuk pertumbuhan tungkai dan
pembentukan lempeng tangan. Juga terdapat gen Wnt7a yang penting
untuk pembentukan tungkai dorsal, juga kuku.

26
d. Kelenjar Keringat Ekrin dan Apokrin
Kelenjar ekrin mulai berkembang pada permukaan volar dari
tangan dan kaki, bermula dari bantalan (pad) mesenkimal antara hari ke
55-65 EGA. Pada masa 12-14 minggu EGA, sisi ektodermal paralel
terinduksi kemudian akan tumpang tindih pada bantalan.Kelenjar ekrin
muncul dari sisi ektodermal ini. Kemudian, pada minggu ke-16 EGA,
bagian sekresi dari kelenjar mulai terdeteksi.
Duktus dermal mulai terbentuk sekitar usia 16 minggu.Namun,
bagian epidermal dari duktus dan saluran keluarnya belum sempurna
hingga 2 minggu EGA kemudian. Kelenjar keringat apokrin umumnya
mulai terlihat pada bagian atas folikel rambut. Pada masa kehamilan 7
bulan EGA, sel-sel kelenjar apokrin telah dapat dibedakan.

27

Anda mungkin juga menyukai