Anda di halaman 1dari 17

SEMINAR AKUNTANSI

Pengaruh Rotasi,Reputasi,Spesialisasi Auditor ,Audit Tenure dan Fee Audit Terhadap


Kualitas Audit pada Perusahaan Properti,Real Estate dan Konstruksi

Listed di BEI

Dosen Pengampu :

Dr. M. Monika Palupi, SE., MM

Kelas 6.1

Yuki Novrizal Sagala

16.G1.0177

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi

Universitas Katolik Soegijapranata

Semarang

2019
1.Latar Belakang
Pengungkapan laporan keuangan perusahaan ke publik merupakan cara tim management
perusahaan mempertanggungjawabkan dan mengkomunikasikan kondisi perusahaan kepada
pihak luar yang membutuhkan informasi tersebut. Menurut Sutrisno (2012) laporan keuangan
merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi 2 laporan utama yakni neraca dan
juga laporan laba-rugi. Adapun laporan keuangan ini disusun dengan maksud guna menyediakan
informasi keuangan suatu perusahaan kepada berbagai pihak yang berkepentingan untuk menjadi
bahan pertimbangan di dalam mengambil keputusan. Untuk menambah keyakinan
publik,investor dan calon investor atas keakurasian,relevansi dan kelengkapan laporan keuangan
yang dipublikasiakan,perusahaan membutuhkan pihak ketiga untuk melakukan tugas tersebut.
Perusahaan akan membutuhkan audior untuk memeriksa laporan keuangan tersebut, Pemeriksaan
tersebut tidak dimaksudkan untuk mencari kesalahan atau kecurangan, walaupun pada dasarnya
saat proses audit kesalahan dan kecurangan sangat memungkinkan untuk ditemukan. Hal ini
tentunya mengharapkan audit yang dihasilkan adalah audit yang berkualitas untuk membantu
dalam pengambilan keputusan ekonomi bagi perusahaan dan pihak terkait (Farida, 2016).

Auditor diharuskan melaksanakan tugasnya semaksimal mungkin agar laporan audit yang
dihasilkan berkualitas sesuai dengan keadaan yang terjadi di perusahaan, ketika hasil audit
bertolak belakang dengan realita yang sebenarnya maka reputasi dan kompetensi dari auditor
akan dipertaruhkan.Dalam melaksanakan audit, seorang auditor harus mematuhi beberapa aturan
yang telah ditetapkan dalam spap untuk mempertahankan kualitas audit (Wisanggeni & Ghozali,
2017). Pelaksanaan audit haruslah orang yang sudah menempuh pendidikan, pengalaman, dan
keahlian di bidang akuntansi, perpajakan, sistem akuntansi dan pemeriksaan akuntan, jika
seorang akuntan publik tidak memiliki keahlian tersebut, tidak mungkin pemeriksaan dilakukan
dengan kritis (Agoes S., 2012).

Banyaknya kasus audit yang melibatkan auditor menyebabkan keraguan publik terhadap
kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor. Keraguan tersebut muncul setelah adanya beberapa
kasus kecurangan yang melibatkan auditor yang telah terungkap, Pada tahun 2001, terungkap
kasus financial statement fraud di enron dan banyak kasus lainnya. Dalam kasus tersebut,
bukanlah KAP berukuran kecil yang melaksanakan audit, melainkan KAP berukuran besar dan
mempunyai reputasi baik. Di indonesia, kasus audit juga banyak terjadi. Salah satu contohnya
adalah kasus audit pada PT. KAI, kasus ini bermula akibat adanya pembukuan yang tidak sesuai
dengan standar yang telah ditentukan.
Pada tahun 2015 muncul kembali kasus akuntansi yaitu pada perusahaan Toshiba yang
menggegerkan dunia profesi akuntansi. Perusahaan dengan usia 140 tahun tersebut tiba-tiba
kehabisan cara untuk mempertahankan kinerja keuangannya. Penggelembungan laba sebesar
151,8 miliyar yen atau 1,22 miliar dolar AS ini yang awalnya ingin menciptakan investor’s
confidence ternyata telah mencoreng nama besar Toshiba selama ini. Perusahaan Toshiba yang
terkenal oleh Prinsip-Prinsip Komitmen Dasar Grup Toshiba “berkomitmen untuk orang orang,
komitmen untuk masa depan”, Toshiba mempromosikan operasi global dengan mengamankan
“pertumbuhan melalui kreativitas dan inovasi”, dan memberikan kontribusi terhadap pencapaian
dunia dimana orang-orang hidup dalam masyarakat aman, tenang dan nyaman. Ternyata dibalik
itu semua masyarakat tidak aman, tenang, dan nyaman hanya karena Toshiba telah gagal
menjalankan prinsip kebenaran dan tanggung jawab (Mukhlisin, 2015).
Hal tersebut dapat menyesatkan investor dan pihak terkait lainnya. Mengantisipasi agar
tidak terjadi lagi kasus-kasus audit di indonesia, maka IAI (Ikatan Akuntan Indonesia)
mengeluarkan himbauan bahwa KAP harus melakukan rotasi agar masa perikatan auditor
terbatas dengan adanya rotasi tersebut (Nizar, 2017). Penerapan rotasi tersebut telah sesuai
dengan peraturan yang ditetapkan berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
tentang jasa akuntan publik (Menteri Keuangan keputusan No.423/kmk.06/2002) yang diadopsi
dari Sarbanes-oxley act 2002. Peraturan tersebut mengenai keputusan rotasi partner auditor
selama tiga tahun dan rotasi perusahaan audit selama 5 (lima) tahun. Kemudian keputusan
tersebut direvisi dengan peraturan menteri keuangan nomor 17/kmk.01/2008 pasal 3 tentang
pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling
lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut. Kemudian direvisi kembali berdasarkan Pasal 22
PP No. 20 tahun 2015 yang menjadikan tidak ada pembatasan lagi untuk KAP. Pembatasan
hanya diberlakukan untuk auditor yaitu selama 5 (lima) tahun buku berturut-turut (Nizar, 2017).

Penyimpangan dalam akuntansi dapat disebabkan karena eskalasi komitmen dari auditor
untuk selalu memberikan pendapat wajar terhadap laporan keuangan klien yang menyimpang.
Ketika auditor mengetahui kliennya melakukan penyimpangan dalam laporan keuangan, auditor
tidak memberikan teguran bahkan mengesahkan perbuatan tersebut. Audit tenure diartikan
sebagai jumlah tahun suatu KAP atau auditor mengaudit sebuah perusahaan. Tenure yang
panjang akan menambah pengetahuan KAP dan auditor mengenai bisnis perusahaan sehingga
dapat merancang program audit yang lebih baik . Akan tetapi dalam kondisi tenure yang terlalu
panjang dicurigakan menciptakan masalah eskalasi komitmen terhadap keputusan buruk seorang
auditor. Kebijakan pembatasan tenur auditor merupakan usaha untuk mencegah auditor terlalu
dekat berinteraksi dengan klien sehingga memudarkan independensinya. Pembatasan tersebut
juga diharapkan agar tidak terjadi eskalasi komitmen auditor terhadap penyimpangan yang
dilakukan oleh klien.

Pengalaman yang dimiliki auditor dalam melaksanakan audit perusahaan yang sama
membuat auditor tersebut memiliki spesialisasi. Auditor yang terspesialisasi mempunyai
pengalaman audit perusahaan yang sama sebelumnya dan lebih memahami kondisi perusahaan.
Klien yang memakai jasa auditor terspesialisasi dianggap mampu lebih cepat dan baik dalam
menemukan kesalahan yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan yang diaudit. Klien
yang tidak memakai jasa auditor spesialis dianggap kurang mampu melaksanakan audit secara
lebih baik dan cepat (Astika, 2017).

Fee Audit juga dapat mempengaruhi kualitas audit. Fee audit menurut Mulyadi (2009:63)
merupakan fee yang diterima akuntan publik setelah melaksanakan jasa audit. Seorang auditor
bekerja untuk mendapatkan imbalan atau upah yaitu berupa fee audit. Dalam penelitiannya
Hoitash et al dalam Hartadi (2009) menemukan bukti bahwa pada saat auditor bernegosiasi
dengan manajemen mengenai besaran tarif fee yang harus dibayarkan oleh pihak manajemen
terhadap hasil kerja laporan auditan, maka kemungkinan besar akan terjadi konsesi resiprokal
yang akan mereduksi kualitas laporan auditan. Tindakan ini menjurus kepada tindakan yang
mengesampingkan profesionalisme, akan menurunkan kualitas audit. Penetapan audit fee tidak
kalah penting didalam penerimaan penugasan, auditor tentu bekerja untuk memperoleh
penghasilan yang memadai. Besaran Fee audit yang akan diterima Auditor diduga berpengaruh
terhadap kualitas audit. Oleh sebab itu, penentuan fee audit perlu disepakati antara klien dengan
auditor, supaya tidak terjadi perang tarif yang dapat merusak kredibilitas akuntan publik.
Menurut Kurniasih (2014), Surat Keputusan Ketua Umum Institut Akuntan Publik Indonesia
Nomor: KEP.024/IAPI/VII/2008 tentang kebijakan penentuan fee audit yaitu dalam menetapkan
imbal jasa (fee) audit, Akuntan Publik harus mempertimbangkan hal-hal berikut : kebutuhan
klien; tugas dan tanggung jawab menurut hukum (statutory duties); independensi; tingkat
keahlian (levels of expertise) dan tanggung jawab yang melekat pada pekerjaan yang dilakukan,
serta tingkat kompleksitas pekerjaan; banyak waktu yang diperlukan dan secara efektif
digunakan oleh Akuntan Publik dan stafnya untuk menyelesaikan pekerjaan; dan basis penetapan
fee yang disepakati.

Penelitian ini merupakan replikasi dari peneliti sebelumnya yang dilakukan oleh (Nizar,
2017) yang berjudul Pengaruh Rotasi, Reputasi dan Spesialisasi Auditor Terhadap Kualitas Audit
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Listed di BEI) dengan menambahkan variabel audit
tenure dan fee audit sebagai variabel independen . Variabel independen yang digunakan untuk
melakukan penelitian berdasarkan saran yang diberikan (Nizar, 2017) yakni dengan
menambahkan atau menggunakan variabel lain terhadap kualitas audit. Sehingga penelitian ini
bertujuan untuk meneliti Pengaruh Rotasi, Reputasi, Spesialisasi Auditor, Audit Tenure, Dan
Fee Audit Terhadap Kualitas Audit.

2. Perumusan Masalah
2.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas,maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Apakah rotasi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit pada perusahaan properti,real
estate dan konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah reputasi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit pada perusahaan
properti,real estate dan konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
3. Apakah spesialisasi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit pada perusahaan
properti,real estate dan konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?
4. Apakah audit tenure berpengaruh terhadap kualitas audit pada perusahaan properti,real
estate dan konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
5. Apakah fee audit berpengaruh terhadap kualitas audit pada perusahaan properti,real
estate dan konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?
2.2 Batasan Masalah
Tinggi rendahnya kualitas audit dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor seperti
kepatuhan auditor, fee audit, time budget pressure, kompleksitas tugas, dan sebagainya.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan pembatasan masalah pada faktor-faktor yang
kemungkinan akan mempengaruhi kualitas audit dengan tujuan agar dapat melakukan
pembahasan secara lebih mendalam dan lebih fokus. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi
kualitas audit yaitu rotasi audit,reputasi auditor,spesialisasi auditor,audit tenure dan fee audit.
3.Tujuan dan Manfaat Penelitian
3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah,maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis pengaruh faktor rotasi auditor terhadap kualitas audit pada
perusahaan properti,real estate dan konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk menganalisis pengaruh faktor reputasi auditor terhadap kualitas audit pada
perusahaan properti,real estate dan konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Untuk menganalisis pengaruh faktor spesialisasi auditor terhadap kualitas audit pada
perusahaan properti,real estate dan konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
4. Untuk menganalisis pengaruh faktor audit tenure terhadap kualitas audit pada perusahaan
properti,real estate dan konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
5. Untuk menganalisis pengaruh faktor fee audit terhadap kualitas audit pada perusahaan
properti,real estate dan konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3.2 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan mampu memperkaya pengembangan ilmu
akuntansi dan teori khususnya dalam bidang auditting dengan memberikan bukti empiris
mengenai pengaruh rotasi, reputasi, spesialisasi auditor, audit tenure, dan fee audit
terhadap kualitas audit.
2. Bagi auditor, diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi yang
bermanfaat untuk mengetahui kualitas audit berdasarkan beberapa faktor seperti rotasi,
reputasi, spesialisasi auditor, audit tenure, dan fee audit.
3. Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan dapan digunakan sebagai bahan
referensi.
4.Landasan Teori
4.1 Teori Agensi
Menurut Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan teori agensi sebagai hubungan
keagenan suatu kontrak, dimana satu orang atau lebih (prinsipal) meminta pihak lainnya (agen)
untuk melaksanakan sejumlah pekerjaan atas nama principal, yang melibatkan pendelegasian
sebagian kewenangan pengambilan keputusan kepada agen. Karena kepentingan kedua pihak
tidak selalu sejalan, maka sering terjadi benturan kepentingan antara prinsipal dengan agen
sebagai pihak yang diserahi wewenang untuk mengelola perusahaan yang menyebabkan
diperlukannya pihak ketiga yang independen untuk memeriksa dan memberikan assurance pada
laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen, yaitu seorang auditor (Andriani dan Nursiam,
2018). Pengutusan auditor di sini juga untuk mengungkapkan bagaimana kinerja agen pada
prinsipal sehingga diharapkan tidak ada pembungkaman informasi oleh agen sehingga hasil yang
didapatkan oleh prinsipal menjadi lebih akurat dan sesuai dengan kondisi perusahaan yang
sebenarnya. Dalam penelitian ini perbedaan kepentingan principal dan agen lebih mengarah ke
perusahaan yang membuat laporan keuangan dan KAP yang nantinya akan mengaudit laporan
keuangan tersebut sehingga kualitas dari audit itu nantinya bisa dikatakan baik atau tidak.
Ukuran dari KAP juga menentukan kualitas audit yang nantinya didapatkan, hal ini berhubungan
dengan adanya jumlah klien dan insentif yang dimiliki oleh KAP tersebut karena nantinya
semakin banyak klien dan insentif maka KAP dapat menghasilkan kualitas audit yang lebih
berkualitas. Sedangkan rotasi audit dan audit tenure dapat menentukan pergantian dan berapa
kali KAP dalam mengaudit klien.
4.2 Rotasi Auditor
Pergantian auditor dapat dibagi menjadi 2 yaitu pergantian auditor yang terjadi karena
regulasi pemerintah yang mengikat dan pergantian auditor yang terjadi dikarenakan alasan lain
diluar regulasi. Rotasi Audit yang dilakukan perusahaan secara sukarela yang telah mengaudit
laporan keuangannya akan mengakibatkan hilangnya kepentingan ekonomi yang dapat
diminimalisir dengan periode rotasi audit berakhir untuk jangka waktu yang pendek. Sehingga
auditor dapat mempertahankan independensinya dalam melakukan audit (Ishak, 2014).
Rotasi audit bertujuan untuk meningkatkan independensi KAP baik secara tampilan maupun
fakta. Proses audit yang berkualitas sangatlah penting untuk menghasilkan informasi akuntansi
yang berkualitas yang sangat relevan bagi para pengguna laporan keuangan (Paputungan dan
Kaluge, 2018). Menurut Berikang et al. (2018) hubungan yang ada antara rotasi audit dengan
kualitas audit adalah rotasi audit akan meningkatkan kualitas audit, karena rotasi audit secara
berkala dapat menjaga independensi auditor, sehingga sulit untuk dipengaruhi atau ditekan oleh
pihak manajemen
4.3 Reputasi Auditor
Reputasi auditor ditunjukkan dengan adanya kepercayaan publik terhadap auditor atas
kinerjanya. Auditor bertanggung jawab untuk tetap menjadi kepercayaan publik dan menjaga
nama baik auditor itu sendiri serta KAP yang ditempati auditor tersebut bekerja dengan
mengeluarkan opini yang sesuai dengan keadaan perusahaan (Verdiana & I, 2013). Menurut
Crasswell dalam (Rahayu, 2012) reputasi auditor merupakan prestasi dan kepercayaan publik
yang melekat pada auditor atas nama besar yang dimiliki auditor tersebut. Klien biasanya
menganggap bahwa auditor yang berasal dari KAP yang besar dan yang memiliki kerjasama
dengan KAP internasional yang memiliki kualitas yang lebih tinggi karena auditor tersebut
memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas seperti pelatihan dan pengakuan
internasional.
Davidson dalam (Hussien, Auditor Independence, Audit Quality and the Mandatory Auditor,
2013) menemukan bahwa kantor akuntan publik big four memiliki tendensi untuk melaporkan salah
saji yang ditemukan. Selain itu, Kantor Akuntan Publik Big Four juga melaporkan penyimpangan
akuntansi dan malpraktek dalam pelaporan keuangan klien. Auditor yang berasal dari KAP dengan
repurtasi tinggi akan cenderung menampilkan kualitas audit yang tinggi dengan opini yang sesuai
dengan laporan keuangan tahunan dan besifat reliable Krishnamurthy dalam (Hussien, Auditor
Independence, Audit Quality and the Mandatory Auditor, 2013).
4.4 Spesialisasi Auditor
Auditor spesialis memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih akan bidang industri klien
jika dibandingkan dengan auditor non spesialis. Pengetahuan auditor akan bidang tertentu ini pula
dapat meningkatkan kualitas hasil audit yang dilakukannya, hal ini dikarenakan auditor spesialis akan
lebih gampang untuk mendeteksi kekeliruan dan penyimpangan yang terjadi pada pelaporan
keuangan klien (Knechel, dalam habib 2013). Auditor spesialis menyandang pengetahuan dan
pemahaman yang lebih baik mengenai karakteristik bisnis klien dibandingkan dengan auditor non
spesialis. Auditor spesialis juga lebih memungkinkan untuk mendeteksi kekeliruan dan
penyimpangan yang terjadi pada laporan keuangan, sehinggga dapat memudahkan perusahaan dalam
menyediakan informasi laba yang lebih baik Manajer dan Senior audit spesialis akan lebih baik
dalam mengetahui terjadinya kesalahan jika mereka diberikan tugas audit sesuai dengan spesialisasi
mereka (Panjaitan, 2014).
4.5 Fee Audit
Menurut Halim (2015: 108) fee audit merupakan hal yang tidak kalah pentingnya di dalam
penerimaan penugasan. Auditor tentu bekerja untuk memperoleh penghasilan yang memadai.
Oleh sebab itu penentuan fee audit perlu disepakati antara klien dengan auditor. Ada beberapa
cara dalam penentuan atau penentapan fee audit. Cara tersebut dapat dijelasakan sebagai berikut:
1 Per diem basis Pada cara ini fee audit ditentukan dengan dasar waktu yang digunakan oleh
tim auditor. Pertama kali fee per jam ditentukan, kemudian dikalikan dengan jumlah
waktu/jam yang dihabiskan oleh tim. Tarif fee per jam untuk tiap tingkatan staf tentu dapat
berbeda-beda.
2 Flat atau kontrak basis Pada cara ini fee audit dihitung sekaligus secara borongan tanpa
memperhatikan waktu audit yang dihabiskan. Yang penting pekerjaan terselesaikan sesuai
dengan aturan atau perjanjian.
3 Maksimum fee basis Cara ini merupakan gabungan dari kedua cara di atas. Pertama kali
tentukan tarif per jam kemudian dikaliakan dengan jumlah waktu tertentu tetapi dengan
batasan maksimum. Hal ini dilakukan agar auditor tidak mengulur-ngulur waktu sehingga
menambah jam/waktu kerja. Menurut Halim (2015: 108) besaran fee audit ditentukan banyak
faktor.
Namun pada dasarnya ada 4 faktor yang menentukan besarnya fee audit, yaitu:
1. Karakterisitik keuangan, seperti tingkat penghasilan, laba aktiva, modal, dan lain-lain.
2. Lingkungan, seperti persaingan, pasar tenaga profesional, dan lain-lain.
3. Karakteristik Operasi, seperti jenis industri, jumlah lokasi perusahaan, jumlah lini
produk, dan lain-lain.
4. Kegiatan eksternal auditor, seperti pengalaman, tingkat kordinasi dengan internal auditor,
dan lain-lain.
4.6 Audit Tenure
Jangka waktu perikatan yang dijalin auditor dari sebuah Kantor Akuntan Publik dengan
perusahaan yang sama secara berturut-turut disebut dengan audit tenure (Nyoman & Werastuti,
2013). Masa perikatan antara auditor dari KAP dengan perusahaan yang sama menjadi fokus dari
banyak perdebatan, perusahaan yang mengalami dilema mengambil keputusan apakah akan
mengganti auditor dari KAP setelah beberapa periode waktu atau untuk membangun dan
mempertahankan hubungan jangka waktu perikatan yang panjang dengan audit Kantor Akuntan
Publik, sedangkan jangka waktu yang panjang dapat menimbulkan temuan yang diperdebatkan
(Mgbame, Eragbhe, & Osazuwa, 2012). Timbulnya kecenderungan yang tinggi bagi auditor
seiring dengan berjalannya waktu untuk memenuhi keinginan manajemen karena timbulnya
hubungan kekerabatan diantara keduanya yang diakibatkan oleh tenure yang panjang.
4.7 Kualitas Audit
DeAngelo (1981) menyatakan bahwa kualitas audit adalah probabilitas gabungan nilai pasar
bahwa yang diberikan auditor yaitu menemukan pelanggaran dalam laporan keuangan dan
melaporkan pelanggaran tersebut. Hasil audit yang berkualitas dapat mempengaruhi citra dari
Kantor Akuntan Publik sendiri, dimana kualitas audit yang mengandung kejelasan informasi dari
hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor atas laporan keuangan yang diaudit sesuai dengan
standar auditing (Berikang et al., 2018).

5 .Hipotesis Penelitian
5.1 Pengaruh Rotasi Auditor terhadap Kualitas Audit

Ketika auditor terlalu lama mengaudit suatu klien atau tidak adanya rotasi auditor ditakutkan
akan memunculkan rasa kekeluargaan antara auditor dengan klien yang menyebabkan auditor
akan menutupi salah saji pada laporan keuangan kliennya. Penerapan aturan rotasi auditor bahwa
peraturan rotasi auditor diciptakan untuk meningkatkan kualitas audit. Pernyataan tersebut
berdasarkan pada pemikiran bahwa semakin lama hubungan antara auditor (baik partner auditor
maupun Kantor Akuntan Publik) dengan kliennya akan mengurangi independensi auditor
(Perdana, 2014).
Berdasarkan penjelasan dan literatur di atas dimana terdapat argumen yang menyatakan
bahwa rotasi audit dapat berpengaruh positif terhadap kualitas Audit.
H1 : Rotasi Audit berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
5.2 Pengaruh Reputasi Auditor terhadap Kualitas Audit
Reputasi auditor dapat terepresentasi dari berapa banyak auditor bersangkutan disewa oleh
manajer. Semakin sering auditor disewa, semakin tinggi pula reputasi auditor bersangkutan. Reputasi
auditor merupakan prestasi dan kepercayaan publik yang dimiliki auditor atas nama besar yang
dimiliki auditor tersebut. Klien biasanya mempersepsikan bahwa auditor yang berasal dari KAP
besar dan yang memiliki kerjasama dengan KAP internasional yang memiliki kualitas yang lebih
tinggi karena auditor tersebut memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas seperti
pelatihan, pengakuan internasional.
Davidson dalam (Hussien, Auditor Independence, Audit Quality and the Mandatory Auditor,
2013) menemukan bahwa Kantor Akuntan Publik Big Four memiliki tendensi untuk melaporkan
salah saji yang ditemukan. Selain itu, Kantor Akuntan Publik Big Four juga melaporkan
penyimpangan akuntansi dan malpraktek dalam pelaporan keuangan klien. Auditor yang berasal dari
KAP dengan reputasi tinggi akan cenderung menampilkan kualitas audit yang tinggi dengan opini
yang sesuai dengan laporan keuangan tahunan dan besifat reliable (Krishnamurthy dalam (Hussien,
Auditor Independence, Audit Quality and the Mandatory Auditor, 2013).
Berdasarkan penjelasan dan literatur di atas dimana terdapat argumen yang menyatakan bahwa
Reputasi auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
H2 : Reputasi auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
5.3 Pengaruh Spesialisasi Auditor Terhadap Kualitas Audit
Auditor spesialis menyandang pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik mengenai
karakteristik bisnis klien dibandingkan dengan auditor non spesialis. Auditor spesialis juga lebih
memungkinkan untuk mendeteksi kekeliruan dan penyimpangan yang terjadi pada laporan
keuangan, sehinggga dapat memudahkan perusahaan dalam menyediakan informasi laba yang
lebih baik. Auditor spesialis memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih akan bidang
industri klien jika dibandingkan dengan auditor non spesialis. Pengetahuan auditor akan bidang
tertentu ini pula dapat meningkatkan kualitas hasil audit yang dilakukannya, hal ini dikarenakan
auditor spesialis akan lebih gampang untuk mendeteksi kekeliruan dan penyimpangan yang
terjadi pada pelaporan keuangan klien (Knechel, dalam Habib 2013). Manajer dan senior audit
spesialis akan lebih baik dalam mengetahui terjadinya kesalahan jika mereka diberikan tugas
audit sesuai dengan spesialisasi mereka (Panjaitan, 2014).
Dengan demikian peneliti memprediksi bahwa terdapat hubungan positif antara spesialisasi
auditor dengan kualitas audit:
H3: Spesialisasi auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit
5.4 Pengaruh Audit Tenure Terhadap Kualitas Audit
Audit tenure merupakan masa perikatan audit antara Kantor Akuntan Publik dan klien terkait
jasa audit yang telah disepakati sebelumnya (Panjaitan, 2014). Lamanya hubungan ini
menyebabkan auditor menjadi lebih familiar dengan operasional klien dan menyesuaikan dengan
keinginan dari pihak klien dimana hal ini mengurangi obyektivitas Kantor Akuntan Publik
terhadap klien. Turunnya independensi akan berpengaruh dengan turunnya kualitas audit dan
bisa menyebabkan kegagalan audit. Permana (2012). Semakin lama masa perikatan auditor
dengan klien, maka akan berdampak buruk bagi kualitas auditor tersebut. Adanya kedekatan
secara mendalam antara klien dan auditor dapat membuat rasa objektif yang dimiliki auditor
tersebut berkurang dan merasa takut untuk mengungkap keadaan perusahaan sebenarnya.
Objektivitas jasa auditor sangat penting dan dapat menjadi ancaman ketika melakukan perikatan
yang cukup lama dengan auditor yang bersangkutan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis mengenai hubungan audit tenure pada kualitas
audit adalah:
H4: Audit tenure berpengaruh negatif terhadap kualitas audit.
5.5 Pengaruh Fee Audit terhadap Kualitas Audit.
Fee audit adalah fee yang diterima auditor yang berasal dari pembayaran oleh manajemen
atau klien atas jasa audit yang telah dilakukan (Hartadi, 2012). Gammal (2012) membuktikan
bahwa perusahaan multinasional dan bank-bank di Lebanon lebih memilih untuk membayar
biaya audit yang bernominal besar dengan alasan yaitu mereka lebih mencari auditor yang dapat
menghasilkan audit yang berkualitas. Yuniarti (2011) dalam Kurniasih dan Rohman (2014)
membuktikan bahwa biaya audit berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Biaya
yang lebih tinggi akan meningkatkan kualitas audit, karena biaya audit yang diperoleh dalam
satu tahun dan estimasi biaya operasional yang dibutuhkan untuk melaksanakan proses audit
dapat meningkatkan kualitas audit. Sehingga hipotesisnya dapat dirumuskan sebagai berikut ini:
H5: Fee Audit berpengaruh positif terhadap kualitas audit
6. Kerangka Pikir
Rotasi Auditor

H1 +
Reputasi Auditor

H2 +

Kualitas
Spesialisasi Auditor H3 + Audit

H4 -
Audit Tenure

H5 +

Fee Audit
7.Metode Penelitian
7.1 Populasi dan Sampel
Penentuan sampel mengunakan metode purposive sampling yaitu penentuan sampel dari
populasi yang ada berdasarkan kriteria. Berdasarkan metode tersebut maka kriteria penentuan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan properti,real estate dan konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama tahun 2014-2018

2. Perusahaan properti,real estate dan konstruksi yang menyediakan informasi secara lengkap
selama tahun 2014-2018

3. Perusahaan properti,real estate dan konstruksi selama periode penelitian 2014-2018 tidak
mengalami delisting dari Bursa Efek Indonesia.

4. Data perusahaan properti,real estate dan konstruksi berupa laporan keuangan yang telah
diaudit oleh auditor independen.
Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data yang digunakan dalam
penelitian ini laporan keuangan perusahaan properti,real estate dan konstruksi berupa laporan
keuangan auditan dan laporan auditor independen dari perusahaan properti,real estate dan
konstruksi yang terdaftar di BEI yang berasal dari Indonesia Stock Exchange (idx) dan dapat
diperoleh dengan cara mendownload melalui internet dari situs resmi dengan alamat
www.idx.co.id.
7.2 Variabel Penelitian
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kualitas audit yang diproksikan dengan kualitas
laba diukur dengan akrual diskresioner (diskresionery akrual). Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah rotasi audit,reputasi audit,spesialisasi auditor,audit tenure,dan fee audit.
7.3 Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas audit.
Kualitas audit dalam penelitian ini diproksikan dengan cara mengukur tingkat akrual
diskresioner yang merupakan proksi dari manajemen.Terdapat dua jenis akrual yaitu (1) akrual
non-diskresioner adalah akrual yang besarnya tergantung pada kegiatan operasi perusahaan; dan
(2) akrual diskresioner yang merupakan akrual yang besarnya dipengaruhi oleh diskresi
(keleluasan) manajemen (Scott, 2009). Beberapa penelitian terdahulu menemukan adanya
hubungan positif antara manajemen laba dan kecurangan akuntansi dengan tingkat akrual
diskresioner (Jones, 1991; Dechow et al. 1996; Becker et al. 1998). Akrual diskresioner yang
tinggi mengindikasikan adanya kecurangan akuntansi atau manajemen laba. Hal ini memberikan
pemahaman bahwa tingkat absolut akrual diskresioner yang tinggi telah mengindikasikan adanya
manajemen laba atau kualitas laba yang dihasilkan perusahaan sekaligus menunjukkan kualitas
audit.
Penelitian ini menggunakan pengukuran akrual diskresioner model Kaznik (1999).
1. Menghitung total akrual perusahaan Dengan rumus sebagai berikut:
TACCit = INCBFXTit - CFOit
Keterangan:
TACCit : Total akrual perusahaan untuk periode t
INCBFXTit : Laba perusahaan sebelum pos-pos luar biasa untuk periode t
CFOit : Arus kas operasi perusahaan untuk periode t

2. Menghitung non-akrual diskresioner.


Persamaan model ini adalah:
TACCit/TAit-1 = αi(1/TAit-1) + α1[ΔREVit/TAit-1 - ΔRECit/TAit-1] +α2(PPEit/TAit-1) +
α3(ΔCFOit/TAit-1) + еit
Keterangan:
TACCit/TAit-1 : Total akrual perusahaan idalam periode t
ΔREVit : Perubahan pendapatan dari tahun t-1 ke tahun t (REVt – REVt-1)
ΔRECit : Perubahan nilai bersih piutang dari tahun t-1 ke tahun t (RECt – REC t-1)
PPEit : Nilai kotor aktiva tetap perusahaan i dalam periode t
ΔCFOit : Perubahan dalam arus kas operasi dari tahun t-1 ke tahun t (CFO t – CFOt-1)
3. Akrual diskresioner dapat dihitung setelah memperoleh nilai total akrual perusahaan (TACC)
dan nilai akrual diskresioner (NDAC).
Berikut adalah rumus menghitung akrual diskresioner:
DACCit = TACCit - NDACit
4. Kualitas audit adalah nilai negatif dari nilai diskresioner akrual (Al Thuneibat et al, 2012).
AQ = -DACC
7.4 Variabel Independen
7.4.1 Rotasi Audit
Pergantian audit yang dilakukan perusahaan secara sukarela yang telah mengaudit laporan
keuangannya akan mengakibatkan hilangnya kepentingan ekonomi yang dapat diminimalisir
dengan periode rotasi audit berakhir untuk jangka waktu yang pendek. Sehingga auditor dapat
mempertahankan independensinya dalam melaksanakan audit (Ishak, Dedy, & Widjajanto,
2015). Variabel rotasi auditor pengukurannya mengunakan variabel dummy yaitu nilai 1 jika
terjadi rotasi auditor; nilai 0 jika tidak terjadi rotasi auditor.
7.4.2 Reputasi Auditor
Reputasi auditor ditunjukkan dengan adanya kepercayaan publik terhadap auditor atas
kinerjanya. Auditor bertanggung jawab untuk tetap menjadi kepercayaan publik dan menjaga
nama baik auditor itu sendiri serta KAP yang ditempati auditor tersebut bekerja dengan
mengeluarkan opini yang sesuai dengan keadaan perusahaan (Verdiana & I, 2013). Pengukuran
mengunakan variable dummy yaitu angka 1 untuk kap yang tergabung dalam Big Four dan nilai
0 untuk KAP yang bukan non Big Four. Artinya, dengan mengunakan jasa audit pada kap yang
berafiliasi dengan KAP Big Four maka kualitas audit juga diharapkan dapat lebih baik daripada
kap yang tidak berafiliasi dengan KAP Big Four.
7.4.3 Spesialisasi Audit
Menurut Owsoho dalam (Panjaitan, 2014) menyatakan bahwa auditor spesialis menyandang
pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik mengenai karakteristik bisnis klien dibandingkan
dengan auditor non spesialis. Variabel spesialisasi diproksikan dengan mengunakan auditor
industry specialization. Dikatakan bahwa partner audit dikatakan spesialis apabila mengaudit 15
persen dari total perusahaan yang ada dalam industry tersebut. Presentase Auditor Industry
Specialization (AIS) dihitung sebagai berikut :
Jumlah Klien KAP dalam Industri
AIS = x 100%
Jumlah Emiten dalam Industri
Nilai auditor spesialisasi dihitung dengan menggunakan dummy variabel, angka 1 akan
diberi untuk auditor spesialis dan angka 0 untuk auditor yang tidak spesialis.
7.4.4 Audit Tenure
Audit tenure adalah jangka waktu penugasan Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam
memberikan jasa audit terhadap kliennya. Penelitian ini menggunakan short tenure dan long
tenure. Short tenure dinilai 1 jika sama atau kurang dari 3 tahun. Sedangkan long tenure bernilai
0 jika lebih dari 3 tahun.Hal ini sesusai dengan PMK No. 17/PMK.01/2008.
7.4.5 Fee Audit
Fee audit merupakan pendapatan yang didapatkan auditor sebagai imbalan atas jasa setelah
dilakukannya audit. Fee audit dalam penelitian ini diproksikan dengan profesional fees yang
tercantum dalam laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Kemudian variabel ini dihitung dengan menggunakan logaritma natural (Kurniasih dan Rohman,
2014).
8. Teknik Analisis
8.1 Analisis Statistik Deskriptif
Menurut Ghozali (2013:19) Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu
data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum,
range, kurtosis dan skewness (kemenangan distribusi). Variabel-variabel dalam penelitian
dimana variabel yang digunakan adalah rotasi audit,reputasi auditor,spesialisasi audit ,audit
tenure dan fee audit, dan kualitas audit. Pengukuran yang digunakan pada statistik deskriptif ini
meliputi jumlah sampel, nilai minimum, nilai rata-rata, dan standar deviasi.
8.2 Uji Asumsi Klasik
Penelitian ini menggunakan pengujian asumsi klasik sebelum menguji hipotesis atas model
regresi utama. Pengujian ini dikenal dengan BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) dimana
tujuan dari pengujian ini digunakan untuk uji normalitas dan menghindari terjadinya
multikolinieritas yang bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi
antar variabel bebas (independen), heteroskedastisitas untuk menguji apakah ketidaksamaan
varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain pada model regresi linier berganda dan
autokolerasi untuk menguji apakah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1.
8.3 Model Penelitian
AQ_DACit = α0 + α1ROTit + α2REPit + α3SPECit + α4TENit + α5FAit + εit
Keterangan :
α : Konstanta
AQDAC : Akrual diskresioner sebagai proksi kualitas audit
ROT : Rotasi Audit,diukur dengan ada tidaknya rotasi audit ( dummy ,1 jika
terjadi rotasi dan 0 jika tidak terjadi rotasi)
REP : Reputasi Audit,diukur dengan tergabung atau tidaknya dengan KAP Big
Four (1 Jika tergabung dengan Big Four dan 0 jika tidak tergabung dengan Big Four)
TEN : Tenure Audit, diukur dengan jumlah masa penugasan (dummy, 1 jika
sama atau kurang dari 3 tahun dan 0 jika lebih dari 3 tahun)
SPEC : Spesialisasi auditor (dummy, 1 jika perusahaan di audit oleh spesialisasi
auditor dan 0 jika tidak diaudit oleh spesialisasi auditor)
FA : Fee Audit
ε : Error

Anda mungkin juga menyukai