TUJUAN
1. Mahasiswa memahami prinsip pemisahan dengan metode elektroforesis.
2. Mahasiswa dapat melaksanakan pemisahan dengan metode elektroforesis.
1
poliakrilamid tergantung pada berat molekulnya. Semakin rendah berat
molekulnya maka semakin jauh pula protein bergerak atau mobilitasnya tinggi.
Sebaliknya protein dengan berat molekul lebih besar akan bergerak pada jarak
yang lebih pendek atau mobilitasnya rendah (Soemitro, dkk, 1996).
Hasil elektroforesis akan didapatkan pita-pita protein yang terpisahkan
berdasarkan berat molekulnya. Tebal tipisnya pita yang terbentuk dari pita
protein menunjukkan kandungan atau banyakna protein yang mempunyai berat
molekul yang sama yang berada pada posisi pita yang sama. Hal ini sejalan
dengan prinsip pergerakan molekul bermuatan, yakni molekul bermuatan dapat
bergerak bebas di bawah pengaruh medan listrik, molekul dengan muatan dan
ukuran yang sama akan terakumulasi pada zona atau pita yang sama atau
berdekatan (Soedarmadji, 1996).
Kecepatan migrasi dari molekul protein tergantung pada beberapa faktor,
diantaranya ukuran molekul protein, konsentrasi gel, buffer, medium
penyangga, kekuatan voltase, dan temperatur medium disaat proses
elektroforesis berlangsung (Soedarmadji, 1996).
Pemisahan melalui metode elektroforesis memerlukan waktu yang relatif
lama dalam kisaran jam. Kecepatan pemisahan dapat ditingkatkan melalui
penambahan tegangan listrik searah yang digunakan. Akan tetapi, peningkatan
tegangan listrik searah dapat menyebabkan noda hasil pemisahan menjadi tidak
jelas akibat kerusakan noda oleh panas yang dihasilkan oleh tegangan listrik
searah yang tinggi (Hendayana, 2006).
Pada umumnya istilah elektrokromatografi digunakan untuk pemisahan
berdasarkan perbedaan transport fisik zat terlarut yang bermuatan di dalam
medium kertas sebagai akibat pengaruh gradient potensial. Perpindahan
partikel bermuatan dalam kertas bergantung pada tanda besarnya muatan pada
zat terlarut, permukaan, muatan, tegangan yang digunakan, konsentrasi
elektrolit, kuat ion, pH, temperature, viskositas, adsortivitas zat terlarut dan
sifat fisika kimia medium migrasi. Ion yang berpindah pada suatu arah juga
mempengaruhi mobilitas ion-ion lain yang bergerak pada arah yang
2
berlawanan. Lintasan yang ditempuh oleh suatu pertikel bermuatan sesuai
dengan: (Tim Penyusun, 2011).
Ut e Ut V
d
qk L
Dimana d = Lintasan yang ditempuh; k = konduktifitas;
Ut = Mobilitas ion pada saat t; V = Tegangan;
e = Arus listrik; L = Panjang saluran;
q = Luas penampang
3
IV. PROSEDUR KERJA
4.1. Penyiapan Agarose
Agarose dimasukkan ke dalam wadah yang sudah terdapat magnetic stirrer.
Kemudian dipanaskan di dalam microwave hingga mencair.
Agarose yang telah cair diletakkan di atas stirrer bar hingga suhunya 50oC.
Kemudian agarose yang telah cukup dingin dituang hingga kurang lebih 2/3
bagian tray, dan ditunggu 15 menit hingga agarose mengeras.
4
Proses yang sama dilakukan pada ke-3 sampel DNA yang lain.
4.3. Elektroforesis
Agarose ditempatkan pada kotak elektroforesis yang berisi buffer TAE
5
V. HASIL
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum elektroforesis ini, metode elektroforesis yang
digunakan adalah elektroforesis gel dengan memisahkan molekul DNA yang
dibuat dalam empat jenis sampel yaitu sampel 1, 2, 3, dan 4. Medium injeksi
untuk pemisahan dengan elektroforesis yang digunakan adalah gel agarose
6
dengan konsentrasi 1,2%. Agarose dipilih karena memiliki tingkat
kemurnian yang sangat tinggi.
Pembuatan agarose tidak dilakukan karena telah tersedia. Lapisan
agar yang telah mengeras ditambahkan buffer TAE supaya mudah diangkat.
Comb (sisir) yang berfungsi untuk membuat sumur (well) diangkat ke arah
vertikal secara perlahan-lahan. Setelah mengeras, agarosa membentuk
matriks dengan kerapatan yang ditentukan oleh konsentrasi agarosa. Jika
medan magnet diberikan antara kedua ujung gel, DNA yang bermuatan
negatif pada pH netral, akan bergerak ke katoda (+). Kecepatan migrasi ini
ditentukan oleh ukuran (panjang) DNA, konformasi DNA, konsentrasi
agarosa, dan besaran tegangan yang digunakan. (David G. Watson, 2007).
Comb harus diberikan jarak 1 cm dari dasar cetakan agar sumur yang
terbentuk baik. Caranya, kedua ujungnya dipegang. Mediumnya diangkat
dari cetakan dengan cara memegang kedua sisinya, sambil bagian bawahnya
dibersihkan dengan menggesekkan pada pinggir tray agar sisa-sisa agar
(pengotor) tidak terangkat yang akan dapat merusak medium utuhnya.
Medium yang telah diangkat dipindahkan ke dalam chamber elektroforesis
yang telah diisi dengan buffer TAE. Bagian sumur ditempatkan pada sisi
kutub negatif.
Sebelum dilakukan elektroforesis, terlebih dahulu dilakukan
pencucian sumur dan penempatan sampel pada sumur. Pencucian dilakukan
dengan menggunakan buffer TAE secara perlahan-lahan dengan pipet mikro
dengan tips kuning 200 µL. Tujuan dari pencucian ini adalah untuk
membersihkan kotoran yang terdapat dalam sumur. Pada saat penempatan
sampel, pertama dibuat campuran untuk masing-masing sampel yang terdiri
dari 1 µL loading buffer, 5 µL sampel. Kemudian dicampur dengan
menggunakan pipet mikro dengan tips kristal 20 µL yang volumenya telah
diatur menjadi 6 µL di atas parafilm. Parafilm berfungsi sebagai tempat
pensuspensian loading buffer dengan sampel. Parafilm bersifat mudah
merenggang, moldable, tahan air, tidak berbau, semitransparan dan self-
adhering. Karena sifat self-adhering inilah, campuran sampel dan loading
7
buffer dapat melekat secara fleksibel dan dapat menyatu. Penambahan
Loading buffer berfungsi sebagai pemberat dan digunakan agar sampel
DNA tidak meluber ke larutan buffer TAE karena sampel DNA sangat
ringan. Loading buffer memiliki kekuatan sampai 6 kali dimana 1 µL
loading buffer dapat digunakan sebagai pemberat untuk 5 µL sampel DNA.
DNA marker ditambahkan 1 µL loading buffer untuk 5 µL DNA dan
diresuspensi kembali dengan pipet mikro. Fungsi DNA marker adalah
sebagai tolak ukur dalam penentuan berat molekul sampel DNA.
Sampel DNA dan Marker masing-masing ditempatkan pada sumur
dengan pipet mikro bervolume 6 µL. Saat penempatan sampel harus
dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah robeknya dinding dan dasar
sumur, Karena robeknya dinding dan dasar sumur dapat menyebabkan
sampel akan meluber ke larutan TAE dan proses elektroforesis menjadi
tidak maksimal. Satu sumur ditotolkan dengan larutan marker yaitu suatu
DNA yang telah diketahui bobot molekulnya yang nantinya akan digunakan
sebagai pembanding terhadap sampel yang akan diuji. Pada praktikum ini
larutan DNA marker yang digunakan memiliki rentang nilai bobot molekul
100-1000 bp. Marker ditempatkan pada sumur kedua, diikuti dengan sampel
1 dalam sumur 3, sampel 2 dalam sumur 4, sampel 3 dalam sumur 5, dan
sampel 4 dalam sumur 6. Tujuan penempatan marker dan sampel DNA
seperti di atas adalah untuk memudahkan praktikan dalam pengamatan
sampel yang telah di run.
Pada praktikum ini voltase yang digunakan sebesar 100 volt selama
30 menit. Pada proses elektroforesis ini akan terjadi pergerakan DNA dari
kutub negative (anoda) ke kutub positif (katode). Hal ini dikarenakan DNA
yang dipisahkan bermuatan negatif. Selama proses ini akan terjadi
pemisahan dari DNA tersebut. Setelah proses elektroforesis selesai, medium
agarosa dikeluarkan dari chamber. Selanjutnya dilakukan staining
(pewarnaan) dengan EtBr (Ethidium Bromida) selama 5 menit yang
bertujuan untuk visualisasi asam nukleat, yaitu dapat berikatan dengan asam
8
nukleat dengan cara masuk diantara basa nukleotida dan berfluoresensi pada
sinar UV saat berikatan dengan DNA.
Berdasarkan hasil running dan identifikasi elektroforesis, terdapat
pita-pita yang memiliki kejelasan warna yang berbeda-beda. Dari hasil
pengamatan, sumur 2 merupakan DNA marker yang memiliki rentang bobot
molekul 100-1000 bp. Dari gambar hasil visualisasi, dapat diperkirakan
bobot molekul masing-masing pita. Sumur ke-3 tempat penotolan sampel
pertama memiliki bobot molekul 200-300 bp. Sumur ke-4 tempat penotolan
sampel kedua memiliki bobot molekul 200-400 bp. Sumur ke-5 tempat
penotolan sampel ketiga memiliki bobot molekul 300-400 bp. Sumur ke-6
tempat penotolan sampel keempat memiliki bobot molekul 300-400. Sampel
dengan bobot molekul (BM) besar berada pada bagian bawah dekat dengan
sumur, sedangkan sampel dengan bobot molekul kecil berada lebih jauh dari
sumur.
VII. KESIMPULAN
1. Prinsip kerja elektroforesis adalah memisahkan molekul-molekul
bermuatan listrik berdasarkan atas ukuran (berat molekul) dan muatan
listriknya. Khusus untuk DNA, pemisahan tidak didasarkan atas
perbedaan muatan listriknya, tetapi menurut ukuran dan konformasi atau
struktur fisik molekulnya. Gel yang biasa digunakan adalah agarose.
2. Pemisahan dengan metode elektroforesis dilakukan dengan menotolkan
sampel pada well gel agarosa yang telah diberi buffer, kemudian
dilakukan running untuk proses pemisahannya. Molekul DNA
bermuatan negatif sehingga di dalam medan listrik akan bermigrasi
melalui matriks gel menuju kutub positif (anode). Makin besar ukuran
molekulnya, makin rendah laju migrasinya.
9
VIII. DAFTAR PUSTAKA
10