DISUSUN OLEH :
BIMBI WAHYU ANGGRAENI (15.20.046)
MARSIS ANASARI (14.20.064)
PROGRAM STUDI S1
SEKOLAH ILMU KESEHATAN KEPANNJEN
PEMKAB MALANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
T = Tinggi (cm)
U = Usia (tahun)
AEE = BMR x AF x IF x TF
IF = Injury Factor
TF = Termal Factor
Mobilisasi 1,3
Sepsis 1,3
Peritonitis 1,4
38OC 1,1
39OC 1,2
40OC 1,3
41OC 1,4
c. Kebutuhan kalori
d. Kebutuhan nitrogen
2. Penderita yang mengalami ekskresi urea sebesar 85% dari protein tubuh
yang mengalami pemecahan.
3. Idealnya pemberian nitrogen harus :
b. Nutrisi Parenteral
Tunjangan nutrisi parenteral diindikasikan bila asupan enteral tidak dapat
dipenuhi dengan baik. Terdapat kecenderungan untuk tetap memberikan
nutrisi enteral walaupun parsial dan tidak adekuat dengan suplemen nutrisi
parenteral. Pemberian nutrisi parenteral pada setiap pasien dilakukan dengan
tujuan untuk dapat beralih ke nutrisi enteral secepat mungkin. Pada pasien
ICU, kebutuhan dalam sehari diberikan lewat infus secara kontinu dalam 24
jam. Monitoring terhadap faktor biokimia dan klinis harus dilakukan secara
ketat. Hal yang paling ditakutkan pada pemberian nutrisi parenteral total
(TPN/Total Parenteral Nutrition) melalui vena sentral adalah infeksi. Hal-hal
yang harus diperhatikan adalah:
1. Insersi subklavia: infeksi lebih jarang dibanding jugular interna dan
femoral.
2. Keahlian operator dan staf perawat di ICU mempengaruhi tingkat infeksi.
3. Disenfektan kulit klorheksidin 2% dalam alkohol adalah sangat efektif.
4. Teknik yang steril akan mengurangi resiko infeksi.
5. Penutup tempat insersi kateter dengan bahan transparan lebih baik.
6. Kateter sekitar tempat insersi sering-sering diolesi dengan salep
antimikroba.
7. Penjadwalan penggantian kateter tidak terbukti menurunkan sepsis.
Keuntungan Kerugian
Tersedia apabila rute enteral Berhubungan dengan atropi jaringan
merupakan kontraindikasi limfoid sistem digestif
Dapat meningkatkan asupan bila oral Morbiditas septik yang meningkat
tidak adekuat penuh kurang dari 24 Memberikan dukungan
jam Tumbuhnya bakteri
Sedikit kontraindikasi Translokasi mikroorganisme pada
sirkulasi portal
2.9 MONITORING DAN EVALUASI
BAB III
KASUS
Pasien wanita usia 25 tahun datang ke RSCM dengan keluhan utama perut terasa
nyeri sejak satu minggu sebelum masuk rumah sakit. Satu minggu MRS pasien
mengeluh nyeri pada seluruh perut yang dirasakan terus-menerus. Tidak ada demam,
namun terdapat keluhan mual dan muntah. Pasien tidak dapat buang angin dan buang
air besar. Pasien berobat ke klinik dokter umum dan dikatakan infeksi saluran kemih,
sehingga pasien dipulangkan dan diberi obat. Namun setelah perawatan di rumah pasien
merasakan tidak ada perubahan, nyeri masih terus dirasakan. Selain itu pasien juga
merasa perut semakin besar dan tegang sehingga pasien berobat ke RSCM.
Pasien bekerja sebagai karyawan toko. Sebelum sakit pasien terbiasa makan
teratur tiga kali per hari dengan menu nasi putih satu porsi, lauk hewani atau nabati satu
porsi dan sayur. Pasien biasa mengonsumsi gorengan dua hingga tiga potong perhari
(±1500-1700 kkal). Dua puluh empat jam terakhir pasien mendapatkan makanan cair
dan nutrisi melalui parenteral, dengan jumlah kalori kurang lebih 400kkal. Pasien
menyangkal adanya penurunan BB, BB sebelum sakit 60kg.
Pada pemerikasaan fisik yang dilakukan tanggal 6 Juli 2013 (hari ke-7 pasca
bedah), didaptkan keadaan umum tampak sakit berat, dengan kesadaran kompos mentis
namun pasien gelisah. Hemodinamik tidak stabil, dengan tekanan darah 140/80 nnHg,
tekanan nadi rata-rata 84mmHg, nagi 140 x/menit, frekuensi napas 22x/menit (dengan
ventilator), suhu 38,9ºC dan CVP +9 s/d +17 cm H2O.
Pemerikasaan fisik lainnya menunjukkan adanya konjungtiva mata yang pucat,
terpasang nasogastric tube (NGT) pada hidung, tanpak aliran balik. Pada mulut terlihat
mukosa bibir tampak pucat dan kering serta terpasang endotrecheal tube (ETT) dan
guidel. Central venous catheter (CVC) terpasang pada leher. Pemeriksaan thorak
menunjukkan jantung pada paru dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen
terlihat abdomen distensi, luka operasi yang tertutup perban dan terdapat rembesan.
Pada auskultasi abdomen didapatkan bising usus menurun dan dinding abdomen tegang
pada palpasi. Pada ekstermitas didapatkan edema pada kedua tungkai. Pemeriksaan
antropometri menunjukkan panjang badan (PB) 153cm, BB 60kg, sehingga didapatkan
indeks massa tubuh (IMT) 25,6kg/m2.
Pada operasi kedua didapatkan adanya bekuan darah pada bagian lateral dinding
posterior peritonemum kanan dan rembesan perdarahan dari mesokolon transvernum
fleksura hepatika, sehingga dilakukan evakuasi bekuan darah dan tampon suber
perdarahan. Jumlah perdarahan pada operasi keua sekitar 500 ml. Pada tanggal 19 Juli
2013 dilakukan operasi ketiga untuk pengangkatan tampon, namu dalam operasi
tersebut juga ditemukan perforasi pin point pada ileum (130cm dari ligamentum Treitz),
sehingga diputuskan untuk dilakukan ileostomi pada daerah yang perforasi tersebut.
Pasca operasi ketiga, dari NGT pasien keluar GRV lebih kurang 1150 ml
berwarna hijau kekuningan. Jumlah ini semakin berkurang, hingga hari ke-4 sudah tidak
terdapat GRV lagi. Produksi ileostoma pada pasien ini berkisar antara 1600-2700 ml,
berwarna kuning dan terdapat ampas.
Pasien mencapai 100% KET (1500 kkal) pada hari keempat pasca bedah ketiga.
Pemberian protein pada pasien ini juga ditingkatkan secara bertahap (16-19% KET)
sesuai dengan peningkatan energi. Hari kelima, keadaan umum pasien membaik, dan
dilakukan ekstubasi kemudian pada hari ketujuh pasien pindah ke ruang rawat bedah.
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Casaer, Michael P., et al. 2011. Early versus Late Parenteral Nutrition in Critically Ill
Adults. The New England Journal of Medicine 365; 6 nejm. org August 11, 2011.
Joseph, Bellal., Julie L. Wynne., Stanley J. Dudrick., Rifat Latifi. 2010. Nutrition in
Trauma and Critically Ill Patients. European Journal of Trauma and Emergency Surgery
2010;36:25–30 DOI 10.1007/s00068-010-9213-y.
Kerrie, Jeff P.,Sean M. Bagshaw., Peter G. Brindley. 2012. Early Versus Late Parenteral
Nutrition In The Adult ICU: Feeding The Patient Or Our Conscience?. Journal of
Canadian Anesthesiologists’ Society (2012) 59:494–498. DOI 10.1007/s12630-
0129674-z.