04
RUMAH SAKIT Tk. IV 02.07.05 dr. NOESMIR
1. PENDAHULUAN
Berdasarkan pengamatan selama ini, kita lebih banyak melakukan kegiatan
pasca bencana (post event) berupa emergency response dan recovery daripada
kegiatan sebelum bencana berupa disaster reduction/mitigation dan disaster
preparedness. Padahal, apabila kita memiliki sedikit perhatian terhadap kegiatan-
kegiatan sebelum bencana, kita dapat mereduksi potensi bahaya/ kerugian
(damages) yang mungkin timbul ketika bencana.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan sebelum bencana dapat berupa
pendidikan peningkatan kesadaran bencana (disaster awareness), latihan
penanggulangan bencana (disaster drill), penyiapan teknologi tahan bencana
(disaster-proof), membangun sistem sosial yang tanggap bencana, dan perumusan
kebijakan-kebijakan penanggulangan bencana (disaster management policies)
Secara umum kegiatan manajemen bencana dapat dibagi dalam kedalam tiga
kegiatan utama, yaitu:
1. Kegiatan pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, serta peringatan dini;
2. Kegiatan saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat untuk
meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan search and rescue (SAR),
bantuan darurat dan pengungsian;
3. Kegiatan pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan
rekonstruksi.
2. LATAR BELAKANG
Kegiatan pada tahap pra bencana ini selama ini banyak dilupakan, padahal
justru kegiatan pada tahap pra bencana ini sangatlah penting karena apa yang
sudah dipersiapkan pada tahap ini merupakan modal dalam menghadapi bencana
dan pasca bencana. Sedikit sekali pemerintah bersama masyarakat maupun swasta
memikirkan tentang langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan apa yang perlu
dilakukan didalam menghadapi bencana atau bagaimana memperkecil dampak
bencana.
Kegiatan saat terjadi bencana yang dilakukan segera pada saat kejadian
bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa
penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian, akan
mendapatkan perhatian penuh baik dari pemerintah bersama swasta maupun
masyarakatnya. Pada saat terjadinya bencana biasanya begitu banyak pihak yang
menaruh perhatian dan mengulurkan tangan memberikan bantuan tenaga, moril
maupun material. Banyaknya bantuan yang datang sebenarnya merupakan sebuah
keuntungan yang harus dikelola dengan baik, agar setiap bantuan yang masuk
dapat tepat guna, tepat sasaran, tepat manfaat, dan terjadi efisiensi.
Kegiatan pada tahap pasca bencana, terjadi proses perbaikan kondisi
masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana dan
sarana pada keadaan semula. Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa
rehabilitasi dan rekonstruksi yang akan dilaksanakan harus memenuhi kaidah-
kaidah kebencanaan serta tidak hanya melakukan rehabilitasi fisik saja, tetapi juga
perlu diperhatikan juga rehabilitasi psikis yang terjadi seperti ketakutan, trauma atau
depresi
Dari uraian di atas, terlihat bahwa titik lemah dalam Siklus Manajemen
Bencana adalah pada tahapan sebelum/pra bencana, sehingga hal inilah yang perlu
diperbaiki dan ditingkatkan untuk menghindari atau meminimalisasi dampak
bencana yang terjadi.
3. TUJUAN
a. Sebagai pedoman dalam menanggulangi bencana yang terjadi,baik dari
dalam maupun dari luar rumah sakit yang mengenaipegawai, pasien,
pengunjung dan masyarakat sekitar.
b. Memberikan pertolongan medik yang optimal dengan waktu yang
sesingkat mungkin di rumah sakit
c. Menyelamatkan jiwa dan mencegah cacat. Menurunkan jumlah kesakitan
dan kematian korban akibatbencanag. Mencegah penyakit yang mungkin
timbul serta mencegah penyebab pasca bencanah.Menciptakan dan
meningkatkan mekanisme kerja sektoral danlintas program dengan mengikut
sertakan peran masyarakatdalam penanggulangan bencana/musibah masal
kegawatdaruratan sehari-hari
4. DEFENISI BENCANA
Pengertian bencana atau disaster adalah pengaruh alam atau ancaman yang
dibuat manusia yang berdampak negatif terhadap masyarakat dan lingkungan).
Dalam Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana,
dikenal pengertian dan beberapa istilah terkait dengan bencana. Bencana adalah
peristiwa atau masyarakat rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Bencana adalah situasi dan kondisi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Tergantung pada cakupannya, bencana ini bisa merubah pola kehidupan dari
kondisi kehidupan masyarakat yang normal menjadi rusak, menghilangkan harta
benda dan jiwa manusia, merusak struktur sosial masyarakat, serta menimbulkan
lonjakan kebutuhan dasar (BAKORNAS PBP).
Jenis Bencana Usep Solehudin (2005) mengelompokkan bencana menjadi 2
jenis yaitu :
1. Bencana alam (natural disaster) yaitu kejadian-kejadian alami seperti kejadian-
kejadian alami seperti banjir, genangan, gempa bumi, gunung meletus,
badai, kekeringan, wabah, serangga dan lainnya.
2. Bencana ulah manusia (man made disaster) yaitu kejadian-kejadian karena
perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan, kebakaran,
huru-hara, sabotase, ledakan, gangguan listrik, ganguan komunikasi, gangguan
transportasi dan lainnya.
Sedangkan berdasarkan cakupan wilayah, bencana terdiri dari:
1. Bencana Lokal
Bencana ini biasanya memberikan dampak pada wilayah sekitarnya
yang berdekatan. Bencana terjadi pada sebuah gedung atau bangunan-bangunan
disekitarnya. Biasanya adalah karena akibat faktor manusia seperti kebakaran,
ledakan, terorisme, kebocoran bahan kimia dan lainnya.
2. Bencana Regional
Jenis bencana ini memberikan dampak atau pengaruh pada area geografis
yang cukup luas dan biasanya disebabkan oleh faktor alam, seperti badai, banjir,
letusan gunung, tornado dan lainnya.
Menurut Barbara santamaria (1995), ada tiga fase dapat terjadinya suatu
bencana yaitu :
1. Fase pre impact merupakan warning phase, tahap awal dari bencana.
Informasi didapat dari badan satelit dan meteorologi cuaca. Seharusnya pada fase
inilah segala persiapan dilakukan dengan baik oleh pemerintah, lembaga dan
masyarakat.
2. Fase impact merupakan fase terjadinya klimaks bencana.inilah saat-saat
dimana manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup, fase impact ini terus
berlanjut hingga tejadi kerusakan dan bantuan-bantuan yang darurat dilakukan.
3. Fase post impact merupakan saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan
dari fase darurat. Juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada
fungsi kualitas normal. Secara umum pada fase post impact para korban akan
mengalami tahap respons fisiologi mulai dari penolakan (denial), marah (angry),
tawar-menawar (bargaing), depresi (depression) hingga penerimaan (acceptance).
5. BENCANA INTERNAL
Kemungkinan bencana yang terjadi di Rumah Sakit Tk.IV 02.07.05 dr. Noesmir
Baturajaadalah kebakaran, gempa bumi, ancaman bom, kecelakaan oleh karena zat
berbahaya, kejadian luar biasa penyakit. Penanganan tiap-tiap jenis bencana adalah
sebagai berikut:
A. Kebakaran.
Pada saat kebakaran, kemungkinan jenis korban yang dapat terjadi adalah:
luka bakar, trauma, sesak nafas, histeria (gangguan psikologis) dan korban
meninggal.
Langkah –langkah yang dilakukan ketika terjadi kebakaran:
a. Pindahkah korban ke tempat yang aman (lihat pembahasan area berkumpul)
b. Hubungi petugas Piket (10) untuk menghubungi petugas kebakaran bahwa:
1) Ada kebakaran
2) Lokasi kebakaran
3) Sebutkan nama pelapor
c. Jika memungkinkan batasi penyebaran api, dengan menggunakan APAR
d. Padamkan api jika memungkinkan dan jangan mengambil resiko.
Bila terjadi kebakaran selalu ingat :
a. Kejadian kebakaran harus dilaporkan
b. Bila bangunan betingkat, gunakan tangga dan jangan gunakan lift.
c. Biarkan lampu selalu menyala untuk penerangan.
d. Matikan alat-alat lain seperti: mesin anastesi, suction, alat-alat elektronik
dll
e. Tetap tenang dan jangan panik.
f. Tempat yang rendah memiliki udara yang lebih bersih
Agar proses penanggulangan bencana kebakaran dapat berjalan dengan baik kita
harus tahu:
a. Tempat menaruh alat pemadam kebakaran dan cara menggunakannya.
b. Nomor pemadam kebakaran (telp. 0735 322113 ), dan Piket ( 10 )
c. Rute evakuasi dan pintu-pintu darurat.
d. Ada satu orang yang bisa mengambil keputusan dan tahu bagaimana
penanggulangan bencana kebakaran pada setiap shift jaga.
e. Kepala ruangan pada shift pagi / hari kerja dan Ketua tim pada jaga sore atau
malam yang memegang kendali / mengkoordinir bila terjadi bencana.
B. Ancaman Bom
Ancaman bom bisa tertulis dan bisa juga lisan atau lewat telepon. Ancaman
bom ada dua jenis :
a. Ancaman bom yang tidak spesifik: pengancam tidak menyebutkan secara
detail tentang ancaman bom yang disampaikan.
b. Ancaman bom spesifik: pengancam menyebutkan tempat ditaruhnya bom, jenis
bom yang digunakan, kapan bom akan meledak dan lain lain.
Semua ancaman bom harus ditanggapi secara serius sampai ditentukan oleh tim
penjinak bom bahwa situasi aman.
Jika anda menerima ancaman bom:
a. Tetap tenang dan dengarkan pengancam dengan baik karena informasi yang
diterima dari pengancam sangat membantu tim penjinak bom.
b. Jangan tutup telepon sampai pengancam selesai berbicara.
c. Panggil teman lain untuk ikut mendengarkan telepon ancaman, atau jika
memungkinkan gunakan Hp anda untuk menghubungi orang lain.
d. Hubungi Piket (10) bahwa:
1) Ada ancaman bom
2) Tempat / ruangan yang menerima ancaman
3) Nama petugas yang melaporkan adanya ancaman bom.
Ancaman bom tertulis:
a. Simpan kertas yang berisi ancaman dengan baik.
b. Laporkan kepada kepada kepala ruangan bila shift pagi atau hari kerja dan
kepada ketua tim saat shift sore atau malam.
Ancaman bom lewat telepon:
a. Usahakan tetap bicara dengan penelepon.
b. Beri kode pada teman yang terdekat dengan anda bahwa ada ancaman bom.
Bila ada benda yang mencurigakan sebagai bom:
a. Jangan menyentuh atau memperlakukan apapun terhadap benda tersebut.
b. Sampaikan kepada kepala ruangan bila shift pagi atau hari kerja dan kepada
ketua tim saat shift sore atau malam bahwa ada benda yang mencurigakan.
c. Lakukan evakuasi diruangan tersebut dan ruangan sekitarnya segera buka
pintu dan jendela segera.
e. Lakukan evakuasi sesuai prosedur
6. BENCANA INTERNAL
A. Gempa Bumi.
Jenis korban yang dapat timbul pada saat terjadinya gempa bumi adalah:
trauma, luka bakar, sesak nafas dan meninggal.
Jika gempa bumi menguncang secara tiba-tiba, berikut petunjuk yang dapat
dijadikan pegangan:
a. Di dalam ruangan: Merunduklah, lindungi kepala anda dan bertahan di tempat
aman. Beranjaklah beberapa langkah menuju tempat aman terdekat. Tetaplah di
dalam ruangan sampai goncangan berhenti dan yakin telah aman untuk keluar,
menjauhlah dari jendela. Pasien yang tidak bisa mobilisasi lindungi kepala pasien
dengan bantal
b. Di luar gedung: Cari titik aman yang jauh dari bangunan, pohon dan kabel.
Rapatkan badan ke tanah. Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari
kepanikan. Ikuti semua petunjuk dari petugas atau satpam.
B. Evaluasi.
Satgas membuat laporan rinci dan lengkap dari penanggulangan Bahaya
Kebakaran dampak serta akibat yang ditimbulkan menyangkut kerugian jiwa, harta
dan prasarana yang lain berkaitan langsung dengan operasionalisasi rumah sakit.
Laporan diserahkan ke Karumkit maksimal 1 X 24 jam setelah kejadian.
a. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan
1) Dilakukan evaluasi oleh Tim K3 setiap semester
2) Dilakukan evaluasi setiap selesai pelaksanaan kegiatan
3) Dibuat pelaporan dari setiap kegiatan kepada Karumkit.
b. Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan
1) Melaporkan hasil penetapan Denah Evakuasi.
2) Melaporkan hasil pemeliharaan sistem kewaspadaan bencana
3) Melaporkan pendidikan dan pelatihan disaster plan.
4) Membuat laporan jumlah peserta yang terlatih kepada Kepala Rumah
Sakit.
5) Evaluasi program kerja Disaster Plan dilakukan akhir tahun dan
dilaporkan kepada Kepala Rumah Sakit.
Mengetahui :
Kepala Rumah Sakit Tk. IV 02.07.05
dr. Noesmir Baturaja,