Anda di halaman 1dari 15

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 02.04.

04
RUMAH SAKIT Tk. IV 02.07.05 dr. NOESMIR

PEDOMAN MANAJEMEN DISASTER


RUMAH SAKIT TK.IV dr. NOESMIR BATURAJA
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 02.04.04
RUMAH SAKIT Tk. IV 02.07.05 dr. NOESMIR

PEDOMAN MANAJEMEN DISASTER

1. PENDAHULUAN
Berdasarkan pengamatan selama ini, kita lebih banyak melakukan kegiatan
pasca bencana (post event) berupa emergency response dan recovery daripada
kegiatan sebelum bencana berupa disaster reduction/mitigation dan disaster
preparedness. Padahal, apabila kita memiliki sedikit perhatian terhadap kegiatan-
kegiatan sebelum bencana, kita dapat mereduksi potensi bahaya/ kerugian
(damages) yang mungkin timbul ketika bencana.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan sebelum bencana dapat berupa
pendidikan peningkatan kesadaran bencana (disaster awareness), latihan
penanggulangan bencana (disaster drill), penyiapan teknologi tahan bencana
(disaster-proof), membangun sistem sosial yang tanggap bencana, dan perumusan
kebijakan-kebijakan penanggulangan bencana (disaster management policies)
Secara umum kegiatan manajemen bencana dapat dibagi dalam kedalam tiga
kegiatan utama, yaitu:
1. Kegiatan pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, serta peringatan dini;
2. Kegiatan saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat untuk
meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan search and rescue (SAR),
bantuan darurat dan pengungsian;
3. Kegiatan pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan
rekonstruksi.

2. LATAR BELAKANG
Kegiatan pada tahap pra bencana ini selama ini banyak dilupakan, padahal
justru kegiatan pada tahap pra bencana ini sangatlah penting karena apa yang
sudah dipersiapkan pada tahap ini merupakan modal dalam menghadapi bencana
dan pasca bencana. Sedikit sekali pemerintah bersama masyarakat maupun swasta
memikirkan tentang langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan apa yang perlu
dilakukan didalam menghadapi bencana atau bagaimana memperkecil dampak
bencana.
Kegiatan saat terjadi bencana yang dilakukan segera pada saat kejadian
bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa
penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian, akan
mendapatkan perhatian penuh baik dari pemerintah bersama swasta maupun
masyarakatnya. Pada saat terjadinya bencana biasanya begitu banyak pihak yang
menaruh perhatian dan mengulurkan tangan memberikan bantuan tenaga, moril
maupun material. Banyaknya bantuan yang datang sebenarnya merupakan sebuah
keuntungan yang harus dikelola dengan baik, agar setiap bantuan yang masuk
dapat tepat guna, tepat sasaran, tepat manfaat, dan terjadi efisiensi.
Kegiatan pada tahap pasca bencana, terjadi proses perbaikan kondisi
masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana dan
sarana pada keadaan semula. Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa
rehabilitasi dan rekonstruksi yang akan dilaksanakan harus memenuhi kaidah-
kaidah kebencanaan serta tidak hanya melakukan rehabilitasi fisik saja, tetapi juga
perlu diperhatikan juga rehabilitasi psikis yang terjadi seperti ketakutan, trauma atau
depresi
Dari uraian di atas, terlihat bahwa titik lemah dalam Siklus Manajemen
Bencana adalah pada tahapan sebelum/pra bencana, sehingga hal inilah yang perlu
diperbaiki dan ditingkatkan untuk menghindari atau meminimalisasi dampak
bencana yang terjadi.

3. TUJUAN
a. Sebagai pedoman dalam menanggulangi bencana yang terjadi,baik dari
dalam maupun dari luar rumah sakit yang mengenaipegawai, pasien,
pengunjung dan masyarakat sekitar.
b. Memberikan pertolongan medik yang optimal dengan waktu yang
sesingkat mungkin di rumah sakit
c. Menyelamatkan jiwa dan mencegah cacat. Menurunkan jumlah kesakitan
dan kematian korban akibatbencanag. Mencegah penyakit yang mungkin
timbul serta mencegah penyebab pasca bencanah.Menciptakan dan
meningkatkan mekanisme kerja sektoral danlintas program dengan mengikut
sertakan peran masyarakatdalam penanggulangan bencana/musibah masal
kegawatdaruratan sehari-hari

4. DEFENISI BENCANA
Pengertian bencana atau disaster adalah pengaruh alam atau ancaman yang
dibuat manusia yang berdampak negatif terhadap masyarakat dan lingkungan).
Dalam Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana,
dikenal pengertian dan beberapa istilah terkait dengan bencana. Bencana adalah
peristiwa atau masyarakat rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Bencana adalah situasi dan kondisi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Tergantung pada cakupannya, bencana ini bisa merubah pola kehidupan dari
kondisi kehidupan masyarakat yang normal menjadi rusak, menghilangkan harta
benda dan jiwa manusia, merusak struktur sosial masyarakat, serta menimbulkan
lonjakan kebutuhan dasar (BAKORNAS PBP).
Jenis Bencana Usep Solehudin (2005) mengelompokkan bencana menjadi 2
jenis yaitu :
1. Bencana alam (natural disaster) yaitu kejadian-kejadian alami seperti kejadian-
kejadian alami seperti banjir, genangan, gempa bumi, gunung meletus,
badai, kekeringan, wabah, serangga dan lainnya.
2. Bencana ulah manusia (man made disaster) yaitu kejadian-kejadian karena
perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan, kebakaran,
huru-hara, sabotase, ledakan, gangguan listrik, ganguan komunikasi, gangguan
transportasi dan lainnya.
Sedangkan berdasarkan cakupan wilayah, bencana terdiri dari:
1. Bencana Lokal
Bencana ini biasanya memberikan dampak pada wilayah sekitarnya
yang berdekatan. Bencana terjadi pada sebuah gedung atau bangunan-bangunan
disekitarnya. Biasanya adalah karena akibat faktor manusia seperti kebakaran,
ledakan, terorisme, kebocoran bahan kimia dan lainnya.
2. Bencana Regional
Jenis bencana ini memberikan dampak atau pengaruh pada area geografis
yang cukup luas dan biasanya disebabkan oleh faktor alam, seperti badai, banjir,
letusan gunung, tornado dan lainnya.
Menurut Barbara santamaria (1995), ada tiga fase dapat terjadinya suatu
bencana yaitu :
1. Fase pre impact merupakan warning phase, tahap awal dari bencana.
Informasi didapat dari badan satelit dan meteorologi cuaca. Seharusnya pada fase
inilah segala persiapan dilakukan dengan baik oleh pemerintah, lembaga dan
masyarakat.
2. Fase impact merupakan fase terjadinya klimaks bencana.inilah saat-saat
dimana manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup, fase impact ini terus
berlanjut hingga tejadi kerusakan dan bantuan-bantuan yang darurat dilakukan.
3. Fase post impact merupakan saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan
dari fase darurat. Juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada
fungsi kualitas normal. Secara umum pada fase post impact para korban akan
mengalami tahap respons fisiologi mulai dari penolakan (denial), marah (angry),
tawar-menawar (bargaing), depresi (depression) hingga penerimaan (acceptance).

5. BENCANA INTERNAL
Kemungkinan bencana yang terjadi di Rumah Sakit Tk.IV 02.07.05 dr. Noesmir
Baturajaadalah kebakaran, gempa bumi, ancaman bom, kecelakaan oleh karena zat
berbahaya, kejadian luar biasa penyakit. Penanganan tiap-tiap jenis bencana adalah
sebagai berikut:
A. Kebakaran.
Pada saat kebakaran, kemungkinan jenis korban yang dapat terjadi adalah:
luka bakar, trauma, sesak nafas, histeria (gangguan psikologis) dan korban
meninggal.
Langkah –langkah yang dilakukan ketika terjadi kebakaran:
a. Pindahkah korban ke tempat yang aman (lihat pembahasan area berkumpul)
b. Hubungi petugas Piket (10) untuk menghubungi petugas kebakaran bahwa:
1) Ada kebakaran
2) Lokasi kebakaran
3) Sebutkan nama pelapor
c. Jika memungkinkan batasi penyebaran api, dengan menggunakan APAR
d. Padamkan api jika memungkinkan dan jangan mengambil resiko.
Bila terjadi kebakaran selalu ingat :
a. Kejadian kebakaran harus dilaporkan
b. Bila bangunan betingkat, gunakan tangga dan jangan gunakan lift.
c. Biarkan lampu selalu menyala untuk penerangan.
d. Matikan alat-alat lain seperti: mesin anastesi, suction, alat-alat elektronik
dll
e. Tetap tenang dan jangan panik.
f. Tempat yang rendah memiliki udara yang lebih bersih
Agar proses penanggulangan bencana kebakaran dapat berjalan dengan baik kita
harus tahu:
a. Tempat menaruh alat pemadam kebakaran dan cara menggunakannya.
b. Nomor pemadam kebakaran (telp. 0735 322113 ), dan Piket ( 10 )
c. Rute evakuasi dan pintu-pintu darurat.
d. Ada satu orang yang bisa mengambil keputusan dan tahu bagaimana
penanggulangan bencana kebakaran pada setiap shift jaga.
e. Kepala ruangan pada shift pagi / hari kerja dan Ketua tim pada jaga sore atau
malam yang memegang kendali / mengkoordinir bila terjadi bencana.

B. Ancaman Bom
Ancaman bom bisa tertulis dan bisa juga lisan atau lewat telepon. Ancaman
bom ada dua jenis :
a. Ancaman bom yang tidak spesifik: pengancam tidak menyebutkan secara
detail tentang ancaman bom yang disampaikan.
b. Ancaman bom spesifik: pengancam menyebutkan tempat ditaruhnya bom, jenis
bom yang digunakan, kapan bom akan meledak dan lain lain.
Semua ancaman bom harus ditanggapi secara serius sampai ditentukan oleh tim
penjinak bom bahwa situasi aman.
Jika anda menerima ancaman bom:
a. Tetap tenang dan dengarkan pengancam dengan baik karena informasi yang
diterima dari pengancam sangat membantu tim penjinak bom.
b. Jangan tutup telepon sampai pengancam selesai berbicara.
c. Panggil teman lain untuk ikut mendengarkan telepon ancaman, atau jika
memungkinkan gunakan Hp anda untuk menghubungi orang lain.
d. Hubungi Piket (10) bahwa:
1) Ada ancaman bom
2) Tempat / ruangan yang menerima ancaman
3) Nama petugas yang melaporkan adanya ancaman bom.
Ancaman bom tertulis:
a. Simpan kertas yang berisi ancaman dengan baik.
b. Laporkan kepada kepada kepala ruangan bila shift pagi atau hari kerja dan
kepada ketua tim saat shift sore atau malam.
Ancaman bom lewat telepon:
a. Usahakan tetap bicara dengan penelepon.
b. Beri kode pada teman yang terdekat dengan anda bahwa ada ancaman bom.
Bila ada benda yang mencurigakan sebagai bom:
a. Jangan menyentuh atau memperlakukan apapun terhadap benda tersebut.
b. Sampaikan kepada kepala ruangan bila shift pagi atau hari kerja dan kepada
ketua tim saat shift sore atau malam bahwa ada benda yang mencurigakan.
c. Lakukan evakuasi diruangan tersebut dan ruangan sekitarnya segera buka
pintu dan jendela segera.
e. Lakukan evakuasi sesuai prosedur

C. Kecelakaan Oleh Karena Zat-Zat Berbahaya.


Kecelakaan oleh karena zat-zat berbahaya meliputi kebocoran atau tumpahan
atau sengaja mengeluarkan cairan dan gas yang mudah terbakar, zat-zat yang
bersifat korosif, beracun, zat-zat radioaktif. Kemungkinan jenis korban yang terjadi
adalah: keracunan, luka bakar, trauma dan meninggal.
Pada setiap kecelakaan oleh karena zat-zat berbahaya selalu diperhatikan:
a. Keamanan adalah yang utama.
b. Isolasi areal terjadinya tumpahan atau kebocoran
c. Evakuasi korban dilakukan pada area yang berlawanan dengan arah angin di
lokasi kejadian
d. Hubungi operator untuk menyiagakan tim penanggulangan bencana rumah
sakit.
e. Tanggulangi tumpahan atau kebocoran, jika anda pernah mendapat pelatihan
tentang hal tersebut, tapi jangan mengambil resiko jika anda tidak pernah
mendapatkan pelatihan tentang cara menanggulangi tumpahan atau kebocaran zat-
zat berbahaya.
Lakukan dekontaminasi sebelum penanganan korban

6. BENCANA INTERNAL
A. Gempa Bumi.
Jenis korban yang dapat timbul pada saat terjadinya gempa bumi adalah:
trauma, luka bakar, sesak nafas dan meninggal.
Jika gempa bumi menguncang secara tiba-tiba, berikut petunjuk yang dapat
dijadikan pegangan:
a. Di dalam ruangan: Merunduklah, lindungi kepala anda dan bertahan di tempat
aman. Beranjaklah beberapa langkah menuju tempat aman terdekat. Tetaplah di
dalam ruangan sampai goncangan berhenti dan yakin telah aman untuk keluar,
menjauhlah dari jendela. Pasien yang tidak bisa mobilisasi lindungi kepala pasien
dengan bantal

b. Di luar gedung: Cari titik aman yang jauh dari bangunan, pohon dan kabel.
Rapatkan badan ke tanah. Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari
kepanikan. Ikuti semua petunjuk dari petugas atau satpam.

B. Kejadian Luar Biasa (Klb) Penyakit.


Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah suatu kejadian kesakitan / kematian dan
atau meningkatnya suatu kejadian kesakitan / kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu.
Kriteria KLB penyakit adalah:
a. Timbulnya penyakit yang sebelumnya tidak ada di suatu daerah.
b. Adanya peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan
jumlah kesakitan yang biasa terjadi pada kurun waktu yang sama tahun
sebelumnya.
Tindakan yang harus dilakukan bila terjadi KLB penyakit:
a. Catat dan laporkan jumlah kejadian/penyakit yang terjadi di ruangan kepada
Komite Medik dan Komite Keperawatan bila shift pagi atau pada hari kerja dan ke
Pengamat Keperawatan bila diluar jam kerja.
b. Tingkatkan standard precaution untuk mencegah penularan ke pasein lain atau
ke petugas kesehatan.
c. Panitia Pengendalain Infeksi Nosokomial melakukan penyelidikan epidemiologi
terhadap terjadinya KLB untuk mengetahui penyebab terjadinya KLB dan membuat
rekomendasi untuk mengambil tindakan selanjutnya.

7. PENANGANAN BENCANA DI RUMAH SAKIT


Pada situasi bencana aspek koordinasi dan kolaborasi diperlukan untuk
mengatur proses pelayanan terhadap korban dan mengatur unsur penunjang yang
mendukung proses pelayanan sehingga dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Penanganan bencana di rumah sakit pada sistem penanganan bencana adalah
sebagai berikut:
7.1 Penanganan Korban.
Proses penanganan yang diberikan kepada korban dilakukan secepatnya
untuk mencegah resiko kecacatan dan atau kematian, dimulai sejak di lokasi
kejadian, proses evakuasi dan proses transportasi ke UGD atau area berkumpul.
Kegiatan dimulai sejak korban tiba di Unit Gawat Darurat.
Penanggung jawab : Ketua Tim Medical support (Ka Unit Gawat Darurat)
Tempat : UGD /lokasi kejadian/ area berkumpul/ tempat
perawatan definitif
Prosedur :
 Di lapangan:
a. Lakukan tindakan perawatan sesuai dengan berat ringannya kasus
b. Menentukan prioritas penanganan
c. Evakuasi korban ketempat yang lebih aman
d. Lakukan stabilisasi sesuai kasus yang dialami.
e. Transportasi korban ke UGD.
 Di rumah sakit (UGD):
a. Lakukan perawatan oleh tim medik.
b. Penempatan korban sesuai hasil perawatan.
c. Lakukan stabilisasi korban.
d. Berikan tindakan definitif sesuai dengan kegawatan dan situasi yang ada.
e. Perawatan lanjutan sesuai dengan jenis kasus (ruang perawatan dan OK)
f. Lakukan rujukan bila diperlukan baik karena pertimbangan medis maupun
tempat perawatan.

7.2 Pengelolaan Barang Milik Korban.


Barang milik korban hidup baik berupa pakaian, perhiasan, dokumen, dll
ditempatkan secara khusus untuk mencegah barang tersebut hilang maupun
tertukar. Sedangkan barang milik korban meninggal, setelah di dokumentasi oleh
koordinator tim forensik, selanjutnya diserahkan ke pihak kepolisian yang bertugas di
forensik.
Tempat : UGD
Penanggungjawab : Kepala UGD
Prosedur :
a. Catat barang yang dilepaskan dari korban atau dibawa oleh korban
b. Bila ada keluarga maka barang tersebut diserahkan kepada keluarga korban
dengan menandatangani form catatan.
c. Tempatkan barang milik korban pada kantong plastik dan disimpan di lemari/
locker terkunci.
d. Bila sudah 1 minggu barang milik korban belum diambil baik oleh pasien sendiri
maupun keluarganya, maka barang-barang tersebut diserahkan kepada
Ka.Instalwatnap dengan menandatangani dokumen serah terima, selanjutnya
Ka.Instalwatnap menghubungi pasien maupun keluarganya. Apabila dalam waktu 1
bulan barang belum diambil, maka barang tersebut diserahkan oleh Piket ke Polres
OKU.

7.3 Pengosongan Ruangan dan Pemindahan Pasien.


Pada situasi bencana maka ruangan perawatan tertentu harus dikosongkan
untuk menampung sejumlah korban dan pasien-pasien diruangan tersebut harus
dipindahkan ke ruangan yang sudah ditentukan (lihat bahasan pengosongan
ruangan)
Tempat :
Penanggung jawab : Ka. Bidang Keperawatan
Prosedur :
a. Ka Instal Watnap menginstruksikan ka ruangan yang dimaksud untuk
mengosongkan ruangan.
b. Ka Ruangan berkoordinasi ke kepala ruangan lain untuk memindahkan
pasiennya
c. Ka Ruangan dan Wakil serta Perawat Primer menjelaskan pada pasien/
keluarganya alasan pengosongan ruangan.
d. Ka Ruangan mencatat ruangan-ruangan tempat tujuan pasien pindah dan
menginstruksikan petugas billing untuk melakukan mutasi pada system billing.
e. Ka Ruangan melaporkan proses pengosongan ruangan kepada Ka. Instal
Watnap.

7.4 Pengendalian Korban Bencana dan Pengunjung.


Pada situasi bencana internal maka pengunjung yang saat itu berada di RS
ditertibkan dan diarahkan pada tempat berkumpul yang ditentukan. Demikian pula
korban diarahkan untuk dikumpulkan pada ruangan/ area tempat berkumpul yang
ditentukan.
Tempat/ area berkumpul : Lihat pembahasan ruangan dan area berkumpul terbuka
Penanggung jawab : Ba Urdal (Bintara UrusanDalam)
Prosedur :
a. Umumkan kejadian dan lokasi bencana melalui speaker dan informasikan agar
korban dipindahkan dan diarahkan ke area yang ditentukan.
b. Perintahkan Ka.ruangan terkait untuk memindahkan korban.
c. Koordinir proses pemindahan dan alur pengunjung ke area dimaksud.
7.5 Koordinasi Dengan Instansi Lain.
Diperlukannya bantuan dari instansi lain untuk menanggulangi bencana
maupun efek dari bencana yang ada. Bantuan ini diperlukan sesuai dengan jenis
bencana yang terjadi. Instansi terkait yang dimaksud adalah BPBD, Dinas
Kesehatan Kota, Kepolisian, PDAM, PLN, TELKOM, PMI, dan RS Jejaring,
Perhotelan.
Tempat : Pos Komando/Piket
Penanggung jawab : Kepala RS
Prosedur :
a. Koordinir persiapan rapat koordinasi dan komunikasikan kejadian yang sedang
dialami serta bantuan yang diperlukan.
b. Hubungi instansi terkait untuk meminta bantuan sesuai kebutuhan.
c. Bantuan instansi terkait dapat diminta kepada pemerintah Propinsi, Kabupaten/
Kota dan Pusat, termasuk lembaga/ instansi/ militer/ polisi dan atau organisasi
profesi.

7.6 Pengelolaan Kesehatan Lingkungan.


Kesehatan lingkungan tetap dijaga pada situasi apapun termasuk situasi
bencana untuk mencegah terjadinya pencemaran maupun dampak dari bencana.
Tempat : Lingkungan Rumah Sakit
Penanggung jawab : Urusan Kesehatan Lingkungan
Prosedur :
a. Pastikan sistem pembuangan dan pemusnahan sampah dan limbah medis dan
non medis sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Catat dan laporkan hasil sampah medis kepada dinas terkait.
c. Kontrol seluruh pipa dan alat yang dipakai untuk pengolahan sampah dan
limbah agar tidak terjadi pencemaran lingkungan
d. Koordinasikan kebersihan ruangan dan pemisahan sampah medis dan sampah
umum dengan petugas ruangan.

7.7 Pengelolaan Listrik, Telpon dan Air.


Meningkatnya kebutuhan power listrik, instalasi air dan tambahan sambungan
telpon saat disastermembutuhkan kesiapsiagaan dari tenaga yang
melaksanakannya. Persiapan pengadaan maupun sambungannya mulai
dilaksanakan saat aktifasi situasi bencana di rumah sakit
Tempat : Unit pelayanan di Urdal
Penanggung jawab : Baurdal
Prosedur :
a. Pastikan sistem berfungsi dengan baik dan aman.
b. Siapkan penambahan dan jaga stabilitas listrik agar layak pakai dan aman
c. Siapkan penambahan line telpon untuk SLI maupun sambungan keluar lainnya
d. Jaga kualitas air sesuai dengan syarat kualitas maupun kuantitas air bersih dan
hindari kontaminasi sehingga tetap aman untuk digunakan
e. Lakukan koordinasi dengan Instansi terkait (PLN, PT TELKOM, PDAM) untuk
menambah daya, menambah line dan tetap menjaga ketersediaan listrik, telpon,
maupun Air.
f. Distribusikan kebutuhan listrik, telpon dan air ke area yang membutuhkan
g. Berkoordinasi dengan pengguna/ruangan dan penanggung jawab area.
h. Lakukan monitoring secara rutin

7.8 Penanganan Keamanan.


Keamanan diupayakan semaksimal mungkin pada area-area transportasi
korban dari lokasi ke UGD, pengamanan sekitar UGD pada umumnya serta
pengamanan pada unit perawatan dan pos-pos yang didirikan
Penanggung jawab : Paurtuud
Prosedur :
a. Atur petugas sesuai dengan wilayah pengamanan.
b. Lakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti piket kodim dan kepolisian.
c. Atur dan Arahkan pengunjung ke lokasi yang ditentukan pada saat bencana
internal
d. Lakukan kontrol rutin dan teratur.
e. Dampingi petugas bila ada keluarga yang mengamuk.

7.9 Pengelolaan Informasi.


Informasi, baik berupa data maupun laporan dibuat sesuai dengan form yang
ditentukan sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran mengenai jumlah korban baik
korban hidup, korban meninggal, asal negara, tempat perawatan korban dan status
evakuasi ke luar rumah sakit. Informasi ini meliputi identitas korban, SDM dan
fasilitas yang diperlukan untuk penanganan korban.
Tempat : Pos Informasi
Penanggung Jawab : Paurtuud
Prosedur :
a. Lengkapi semua data korban yang mencakup nama pasien, umur, dan alamat/
asal negara, dari korban rawat jalan, rawat inap dan meninggal serta evakuasi dan
lengkapi dengan data tindakan yang telah dilakukan
b. Informasi di update setiap 12 jam untuk 2 hari pertama dan 24 jam untuk hari-
hari berikutnya.
c. Informasi ditulis pada papan informasi dan dipasang di pos informasi.
Setiap lembar informasi yang keluar ditandatangani oleh komandan bencana dan
diserahkan kepada pihak yang membutuhkan oleh penanggung jawab pos informasi

7. PENCATATAN DAN PELAPORAN


A. Pencatatan.
a Inventarisasi korban personel.
1) Jumlah Pasien
2) Jumlah korban dan keadaan korban dari yang luka, meninggal dan
hilang
3) Jumlah petugas.
b Inventaris Material
1) Uang, surat berharga
2) Bangunan
3) Alat kesehatan dan material lain
4) Seleksi dokumen, material yang rusak dan baik.
c Inventaris Fungsi
1) Fungsi listrik, AC, Gas untuk keperluan pasien
2) Fungsi peralatan dan umum
3) Fungsi komunikasi, logistik pendukung pasien
4) Fungsi perawatan dan pelayanan jasa kesehatan untuk pasien

B. Evaluasi.
Satgas membuat laporan rinci dan lengkap dari penanggulangan Bahaya
Kebakaran dampak serta akibat yang ditimbulkan menyangkut kerugian jiwa, harta
dan prasarana yang lain berkaitan langsung dengan operasionalisasi rumah sakit.
Laporan diserahkan ke Karumkit maksimal 1 X 24 jam setelah kejadian.
a. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan
1) Dilakukan evaluasi oleh Tim K3 setiap semester
2) Dilakukan evaluasi setiap selesai pelaksanaan kegiatan
3) Dibuat pelaporan dari setiap kegiatan kepada Karumkit.
b. Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan
1) Melaporkan hasil penetapan Denah Evakuasi.
2) Melaporkan hasil pemeliharaan sistem kewaspadaan bencana
3) Melaporkan pendidikan dan pelatihan disaster plan.
4) Membuat laporan jumlah peserta yang terlatih kepada Kepala Rumah
Sakit.
5) Evaluasi program kerja Disaster Plan dilakukan akhir tahun dan
dilaporkan kepada Kepala Rumah Sakit.

Mengetahui :
Kepala Rumah Sakit Tk. IV 02.07.05
dr. Noesmir Baturaja,

dr. Hengki IrawanM. Biomed, Sp.An


Mayor CKM NRP 11040005570178

Anda mungkin juga menyukai