Nama Klien :
Tanggal :
Jenis Kelamin :L/P
Umur :….Tahun
TB / BB : Cm / kg
Agama :………….
Suku :…………….
Gol.Darah :
Tingkat Pendidikan : SD, SLTP, SLTA, Perguruan Tinggi
Alamat :………………………………………………….
Nama Pewancara :…………………………………………
Skore Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, berpindah tempat,
kekamar kecil, berpakaian dan mandi
B Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari – hari,
kecuali satu dari fungsi tersebut.
C Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari – hari,
kecuali mandi dan satu fungsi tersebut.
D Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari – hari,
kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari – hari,
kecuali mandi, berpakaian, kekamar kecil dan satu
fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari – hari,
kecuali mandi, berpakaian, kekamar kecil, berpindah
dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada ke lima fungsi tersebut.
Lain - Lain Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak
dapat diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F
b. Barthel Indeks
Indeks barthel (modifikasi Collin C, Wade DT) adalah suatu alat/ instrument ukur
status fungsional dasar berupa kuisioner yang berisi atas 10 butir pertanyaan terdiri
atas mengendalikan rangsang buang air besar, mengendalikan rangsang buang air
kecil, membersihkan diri (memasang gigi palsu, sikat gigi, sisir rambut, bercukur,
cuci muka), penggunaan toilet-masuk dan keluar WC (melepas, memakai celana,
membersihkan/ menyeka, menyiram), makan, berpindah posisi dari tempat tidur ke
kursi dan sebaliknya, mobilitas/ berjalan, berpakaian, naik-turun tangga.
Indeks Barthel
( Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual lansia )
Nama Klien :
Tanggal :
Jenis Kelamin :L/P
Umur :….Tahun
TB / BB : Cm / kg
Agama :………….
Suku :…………….
Gol.Darah :
Tingkat Pendidikan : SD, SLTP, SLTA, Perguruan Tinggi
Alamat :………………………………………………….
Nama Pewancara :…………………………………………
No. Kriteria Mandiri Dengan Tidak
Bantuan Mandiri
1 Makan 2 1 0
2 Mandi 1 0
3 Perawatan Diri 1 0
4 Berpakaian 2 1 0
5 Buang Air Kecil 2 1 0
6 Buang Air Besar 2 1 0
7 Berpindah dari kursi 2 1(Menggunakan 0
roda ketempat tidur Kursi roda)
sebaliknya 2 (berjalan
dengan batnuan
1 orang
8 Personal toilet (cuci 2 1 0
muka, menyisir rambut,
gosok gigi0
9 Aktivitas duduk / 1 1(bantuan 1 0
transfer orang)
2 (bantuan 2
orang
10 Naik Turun Tangga 2 1 0
Penilaian :
20 : Mandiri
12-10 : Ketergantuan Orang
9-10 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total
c. SPSMQ
SPSMQ merupakan instrument pengkajian sederhana yang digunakan untuk menilai
fungsi intelektual maupun mental dari lansia. Adapun format SPMSQ sbb :
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE
( SPMSQ )
( Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual lansia )
Nama Klien :
Tanggal :
Jenis Kelamin :L/P
Umur :….Tahun
TB / BB : Cm / kg
Agama :………….
Suku :…………….
Gol.Darah :
Tingkat Pendidikan : SD, SLTP, SLTA, Perguruan Tinggi
Alamat :………………………………………………….
Nama Pewancara :…………………………………………
No. Pertanyaan
1. Tanggal berapa hari ini?
2. Hari apa sekarang?
3. Apa nama tempat ini?
4. Dimana alamat anda?
5. Berapa umur anda?
6. Kapan anda lahir?
7. Siapa presiden Indonesia sekarang?
8. Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
9. Siapa nama ibu anda?
10. Kurangi 3 dari 20 & tetap pengurangan 3 dari setiap
angka baru, semua secara berurutan
Jumlah
Total Skor: Hasil:
Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat
d. GDS
Joseph J. Gallo mengatakan bahwa salah satu langkah awal yang penting dalam
penatalaksanaan depresi adalah mendeteksi atau mengidentifikasi. Salah satu
instrumen yang dapat membantu adalah GDS (Geriatri Depression Scale). Skala
depresi geriatri (GDS) adalah suatu kuesioner, terdiri dari 30 pertanyaan yang harus
dijawab. GDS ini dapat dimampatkan menjadi hanya 15 pertanyaan yang harus
dijawab. Sederhana saja, hanya dengan “YA atau TIDAK”, suatu bentuk
penyederhanaan dari skala yang mempergunakan lima rangkai respon kategori.
Kuesioner ini mendapatkan angka dengan memberi satu pokok untuk masing –
masing jawaban yang cocok dengan apa yang ada dalam sintesa di belakang
pertanyaan tertulis tersebut. Angka akhir antara 10 sampai 11, biasanya dipergunakan
sebagai suatu tanda awal untuk memisahkan pasien tersebut masuk ke dalam
kelompok depresi atau kelompok non depresi.
Geriatri Depression Scale ( GDS ) tersebut terpilah dari 100 pertanyaan yang
dirasakan berhubungan dengan ketujuh karakteristik depresi pada kehidupan lansia.
Secara khusus 100 pertanyaan tersebut dikelompokkan secara apriori ke dalam
beberapa sisi yaitu :
1) Kekuatiran somatis
2) Penurunan afek
3) Gangguan kognitif
4) Kurangnya orientasi terhadap masa yang akan datang
5) Kurangnya harga diri
Menurut Joseph J. Gallo ( 1998 : 85 ), secara umum terdapat 15 pertanyaan yang
harus diajukan pada lansia dalam instrumen Geriatri Depression Scale (GDS)
adalah sebagai berikut :
1) Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda ?
2) Apakah anda telah banyak menghentikan aktivitas dan minat – minat anda ?
3) Apakah anda merasa kehidupan anda kosong ?
4) Apakah anda sering merasa hidup anda bosan ?
5) Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat ?
6) Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan akan terjadi pada anda ?
7) Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda ?
8) Apakah anda sering merasa tidak berdaya ?
9) Apakah anda lebih senang tinggal di rumah dari pada pergi ke luar dan
mengerjakan sesuatu hal yang baru ?
10) Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingatan anda di
bandingkan kebanyakan orang ?
11) Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan ?
12) Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini ?
13) Apakah anda merasa penuh semangat ?
14) Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan ?
15) Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya dari pada anda ?
Menurut JA Yesavage dan TL Brink yang dikutip Josep J. Gallo penentuan skornya
adalah :
1) Skor 20 – 40 : Tidak ada depresi
2) Skor 41 – 60 : Depresi ringan
3) Skor 61 – 80 : Depresi sedang
4) Skor 81 - 100 : Depresi berat
e. APGAR Keluarga
Skor APGAR adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut
pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang lain.
Skor APGAR meliputi :
1) Adaptation :Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota
keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga yang
lain.
2) Partnership:menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara
anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami keluarga tersebut.
3) Growth menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal$hal baru yang dilakukan
anggota keluarga tersebut.
4) Affection menggambarkan hubungan kasih sayang daninteraksi antar anggota keluarga.
5) Revolse menggambarkan kepuasan anggota keluargatentang kebersamaan dan waktu
yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain
APGAR Keluarga
Nama Pasien:....................................( Lk / Pr )
Umur:..................
Pendidikan.......................
Pekerjaan:........................
Riwayat Penyakit: Stroke ( ) DM( ) Hipertensi( ) Peny.Jantung( ) Peny.
Lain.................................................
Pemeriksa:................................... Tgl ......................
Item Tes Nilai Nilai
maks.
ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim), (tanggal), hari apa? 5
2 Kita berada dimana? (negara), (propinsi), (kota), 5
(rumah sakit), (lantai/kamar)
REGISTRASI
3 Sebutkan 3 buah nama benda ( jeruk, uang, mawar), 3
tiap benda 1 detik, pasien disuruh mengulangi ketiga
nama benda tadi. Nilai 1 untuk tiap nama benda yang
benar. Ulangi sampai
pasien dapat menyebutkan dengan benar dan catat
jumlah pengulangan.
MENGINGAT KEMBALI
5 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek pada No 3
2 (registrasi) tadi. Bila benar, 1 point untuk masing-
masing obyek.
BAHASA
6 Tunjukan pada klien suatu benda dan tanyakan 2
namanya pada klien (pensil, arloji).
7 Minta klien mengulang kata berikut “tak ada jika,
dan, atau, tetapi” bila benar nilai satu poin. 1
8 Minta klien untuk mengikuti perintah yang terdiri
dari 3 langkah “Ambil kertas ini dengan tangan 3
kanan, lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai”
9 Perintahkan pada klien untuk hal berikut “angkatlah 1
tangan kiri anda”
10 Minta pasien menulis sebuah kalimat 1
11 Minta pasien meniru sebuah gambar 1
Skor total 30
Interpretasi hasil :
>23 : aspek kognitif dari fungsi mental baik
18-22 : kerusakan aspek mental ringan
< 17 : kerusakan aspek fungsi mental berat
B. PENYAKIT GANGGUAN
1. Definisi
Diabetes Melitus (DM) adalah Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti
“mengalirkan atau mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang
bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang
mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus
adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau
penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).
Keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan
hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan
pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan
mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007).
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetus merupakan
suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin dan kehilangan toleransi
terhadap glukosa ( Rab, 2008)
2. Etioologi
Umumnya diabetes melittus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau sebagian
besar dari sel-sel betha dari pulau-pulau Langerhans pada pankreas yang berfungsi
menghasilkan insulin, akibatnya terjadi kekurangan insulin.
Disamping itu diabetes melittus juga dapat terjadi karena gangguan terhadap fungsi
insulin dalam memasukan glukosa kedalam sel. Gangguan itu dapat terjadi karena
kegemukan atau sebab lain yang belum diketahui.
Penyakit diabetes mellitus (DM)-yang dikenal masyarakat sebagai penyakit gula atau
kencing manis-terjadi pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula
(glukosa) dalam darah akibat kekurangan insulin atau reseptor insulin tidak berfungsi
baik.
Diabetes yang timbul akibat kekurangan insulin disebut DM tipe 1 atau Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Sedang diabetes karena insulin tidak berfungsi
dengan baik disebut DM tipe 2 atau Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM).
Insulin adalah hormon yang diproduksi sel beta di pankreas, sebuah kelenjar yang
terletak di belakang lambung, yang berfungsi mengatur metabolisme glukosa menjadi
energi serta mengubah kelebihan glukosa menjadi glikogen yang disimpan di dalam hati
dan otot. Tidak keluarnya insulin dari kelenjar pankreas penderita DM tipe 1 bisa
disebabkan oleh reaksi autoimun berupa serangan antibodi terhadap sel beta pankreas.
Pada penderita DM tipe 2, insulin yang ada tidak bekerja dengan baik karena reseptor
insulin pada sel berkurang atau berubah struktur sehingga hanya sedikit glukosa yang
berhasil masuk sel.
Akibatnya, sel mengalami kekurangan glukosa, di sisi lain glukosa menumpuk dalam
darah. Kondisi ini dalam jangka panjang akan merusak pembuluh darah dan
menimbulkan pelbagai komplikasi. Bagi penderita Diabetes Melitus yang sudah
bertahun-tahun minum obat modern seringkali mengalami efek yang negatif untuk
organ tubuh lain.
3. Patofisiologi
Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh
hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati
meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial
(sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut
muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke
dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan.
Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan
berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa
haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera
makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup
kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis
(pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru
dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin,
proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan
hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan
peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak.
Badan keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila
jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-
tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau
aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan
kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan
memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala
hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah
yang sering merupakan komponen terapi yang penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai
akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam
metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai
dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif
untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita
toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan
dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat.
Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan
akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun
terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih
terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan
produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi
pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat
menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik
hiperosmoler nonketoik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari
30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama
bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa
terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat
mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-
sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra glukosanya sangat
tinggi).
4. Manifestasi Klinis
Tiga gejala klasik yang dialami penderita diabetes. Yaitu:
a. banyak minum,
b. banyak kencing,
c. berat badan turun.
Pada awalnya, kadang-kadang berat badan penderita diabetes naik. Penyebabnya,
kadar gula tinggi dalam tubuh. Maka perlu waspada apabila keinginan minum kita
terlalu berlebihan dan juga merasa ingin makan terus. Berat badan yang pada awalnya
terus melejit naik lalu tiba-tiba turun terus tanpa diet. Tetangga saya ibu Ida juga tak
pernah menyadari kalau menderita diabet ketika badannya yang gemuk tiba-tiba terus
menyusut tanpa dikehendaki. Gejala lain, adalah gangguan saraf tepi berupa kesemutan
terutama di malam hari, gangguan penglihatan, gatal di daerah kemaluan atau lipatan
kulit, bisul atau luka yang lama sembuh, gangguan ereksi pada pria dan keputihan pada
perempuan.
Gejala:
Pada tahap awal gejala umumnya ringan sehingga tidak dirasakan, baru diketahui
sesudah adanya pemeriksaan laboratorium. Pada tahap lanjut gejala yang muncul antara
lain :
a. Rasa haus
b. Banyak kencing
c. Berat badan turun
d. Rasa lapar
e. Badan lemas
f. Rasa gatal
g. Kesemutan
h. Mata kabur
i. Kulit Kering
j. Gairah sex lemah
5. Klasifikasi
a. Klasifikasi diabetes melitus menurut ADA (2014) dan Muhlisin (2015) ada 4, yaitu
Diabetes melitus tipe 1 yang disebabkan karena kerusakan sel β, tipe ini biasanya
menyebabkan defisiensi insulin absolut. Diabetes melitus tipe I ini dimulai dari
adanya penyakit autoimun dimana system imun tubuh diserang yang kemudian
berdampak pada produksi sel pankreas. Akibat menurunnya insulin menyebabkan
ikatan karbohidarat dalam darah terganggu.
b. Diabetes melitus tipe 2 disebabkan karena sekretorik insulin cacat genetik secara
progresif dari latar belakang insulin yang resisten. Menurut Hudak dan Gallow
(2010), diabetes melitustipe 2 merupakan dampak dari ketidakseimbangan insulin
dalam tubuh akibat obesitas, gaya hidup, dan pola makan. Konsumsi karbohidrat
yang berlebih menyebabkan ketidakseimbangan ikatan insulin dan karbohidrat
dalam darah.
c. Diabetes tipe lain disebabkan karena penyebab dari penyakit lain, misalnya cacat
genetik pada fungsi sel β, cacat genetik pada kerja insulin, penyakit eksokrin
pankreas seperti fibrosis kistik serta dampak penyakit dan obat-obatan kimia seperti
dalam pengobatan HIV / AIDS atau setelah transplantasi organ.
d. Klasifikasi yang terakhir adalah diabetes melitus kehamilan, tingginya gula darah
hanya terjadi pada masa kehamilan dan akan hilang sendiri setelah melahirkan
(ADA, 2014 dan Muhlisin, dkk; 2015).
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Kadar glukosa darah
Kriteria diagnostic WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan:
1) Glukosa plasma sewaktu>200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2) Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemusian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (oo)>200 mg/dl).
b. Tes laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostic, tes pemantauan
terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi.
c. Tes saring pada DM adalah
1) GDP, GDS
2) Tes glukosa urin
d. Tes diagnostic
Tes-tes diagnostic pada DM adalah GDP, GDS, GD2PP (Glukosa Darah 2 jam post
prandial), glukosa jam ke-2 TTGO.
e. Tes monitoring terapi
1) GDP : plasma vena, darah kapiler
2) GD2PP : plasma vena
3) A1c : darah vena, darah kapiler
f. Tes mendeteksi komplikasi
1) Mikroalbuminuria : urin
2) Ureum, kreatinin, asam urat
3) Kolesterol total : plasma vena (puasa)
4) Kolesterol LDL : plasma vena (puasa)
5) Kolesterol HDL : plasma vena (puasa)
6) Trigliserida : plasma vena (puasa) (Nurarif, 2015).
7. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk mengatur
glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika klien berhasil
mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau
hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga
faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik
oral dan insulin.
Pada penderita dengan diabetes mellitus harus rantang gula dan makanan yang manis
untuk selamanya. Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes
mellitus adalah tiga J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :
J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.
J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
J 3 : jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis).
a. Obat-obatan
1) Golongan sulfoniluria: merangsang sel beta pankreas mengeluarkan insulin.
2) Golongan binguanid: merangsang sekresi insulin yang tidak menyebabkan
hipoglikemia.
3) Alfa glukosidase inhibitor: menghambat kerja insulinalfa glukosidase didalam
saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan
hiperglikemia post prandial.
4) Insulin sensitizing agent: efek farmakologi meningkatkan sensitifitas berbagai
masalah akibat resistensi insulin.
b. Penyuluhan
Penyuluhan meliputi pengetahuan mengenai diet, latihan fisik, minum obat,
komplikasi dan pencegahan.
8. Diagnosa Keperwatan Dan Intervensi
a. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut
Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
(PPNI,2016)
Penyebab (PPNI,2016).
- Agen pencedera fisiologis (mis., inflamasi, iskemia,neoplasma)
- Agen pencedera kimiawi (mis., terbakar, bahan kimia iritan)
- Agen pencedera fisik (mis., abses, amputasi, terbakar,terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisikberlebihan)
Gejala dan Tanda Mayor (PPNI,2016)
a) Subjektif
- Mengeluhnyeri
b) Objektif
- Tampakmeringis
- Bersikap protektif (mis.,waspada, posisi menghindari nyeri)
- Gelisah
- Frekuensi nadimeningkat
- Sulittidur
Gejala dan Tanda Minor (PPNI,2016)
a) Subjektif
- Tidak tersedia
b) Objektif
- Tekanan darahmeningkat
- Pola napas berubah
- Nafsu makanberubah
- Proses berpikirterganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada dirisendiri
- Diaforesis
2) Defisit Nutrisi
Definisi :Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
(PPNI,2016)
Penyebab (PPNI,2016)
- Kurangnya asupan makanan
- Ketidakmampuan menelanmakanan
- Ketidakmampuan mencernamakanan
- Ketidakmampuan mengabsorbsinutrien
- Peningkatan kebutuhanmetabolisme
- Faktor ekonomi (mis. finansial tidakmencukupi)
- Faktor psikologis (mis. stress, keengganan untuk makan)
Gejala dan Tanda Mayor (PPNI,2016)
a) Subjektif
- (Tidak tersedia)
b) Objektif
- Berat badan menurun minimal 10% dibawahrentang ideal
Gejala dan Tanda Minor (PPNI,2016)
a) Subjektif
- Cepat kenyang setelahmakan
- Kram/nyeri abdomen
- Nafsu makan menurun
b) Objektif
- Bising usus hiperaktif
- Otot pengunyah lemah
- Otot menelan lemah
- Memberan mukosa pucat
- Sariawan
- Serum albumin turun
- Rambut rontok berlebihan
- Diare
3) Gangguan integritas kulit/jaringan
Definisi : kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan (membrane
mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau
ligament) (PPNI,2016)
Penyebab (PPNI,2016)
a) Perubahan sirkulasi
b) Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan)
c) Kekurangan/kelebihan volume cairan
d) Penurunanmobilitas
e) Bahan kimia iritatif
f) Suhu lingkungan yang ekstrem
g) Faktor mekanis (mis., penekanan pada tonjolan tulang, gesekan) atau faktor
elektris (elektrodiatermi, energi listrik bertegangantinggi)
h) Efek samping terapiradiasi
i) Kelembaban
j) Prosespenuaan
k) Neuropatiperifer
l) Perubahanpigmentasi
m) Perubahan hormonal
4) Retensi urin
Defenisi : pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap (PPNI 2016)
Penyebab
a) Peningkatan tekanan uretra
b) Kerusakan arkus reflex
c) Blok spingter
d) Disfungsi neurologis (mis. Trauma, penyakit saraf)
e) Efek agen farmakologis (mis. Atropine, belladonna, psikotropik,
antihistamin, opiate)
Gejala dan tanda Mayor
a) Subjektif : Sensasi penuh pada kandung kemih
b) Objektif : Disuria/anuria, distensi kandung kemih
Gejala dan tanda Minor
a) Subjektif : Dribbling
b) Objektif : Inkontinensia berlebih, residu urin 150ml atau lebih
Kondisi klinis terkait
a) Begnigna prostat hyperplasia
b) Pembengkakan perineal
c) Cedera medulla spinalis
d) Rektokel
e) Tumor disaluran kemih
5) Gangguan mobilitas fisik
Definisi : Keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih ekstremitas
secara mandiri.
Penyebab
a) Kerusakan integritas struktur tulang
b) Perubahan metabolism
c) Ketidakbugaran fisik
d) Penurunan kendali otot
e) Penurunan massa otot
f) Penurunan kekuatan otot
g) Keterlambatan perkembangan
h) Kekakuan sendi
i) Kontraktur
j) Malnutrisi
k) Gangguan musculoskeletal
l) Gangguan neuromuscular
m) Indeks masa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia
n) Efek agen farmakologis
o) Program pembatasan gerak
p) Nyeri
q) Kurang terpapar informasi tentang aktifitas fisik
r) Kecemasan
s) Gangguan kognitif
t) Keengganan melakukan pergerakan
u) Gangguan sensoripresepsi
Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif : mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas
b) Objektif : kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun
Gejala dan tanda minor
a) Subjektif : nyeri saat begerak, enggang melakukan pergerakan, merasa
cemas saat bergerak
b) Objektif : sendi kaku, gerakan tidak terkordinasi, gerakan terbatas, fisik
lemah
Kondisi klinis terkait
a) Stroke
b) Cedera medulla spinalis
c) Trauma
d) Fraktur
e) Osteoarthritis
f) Osteomalasia
g) Keganasan
6) Perfusi perifer tidak efektif
Definisi : penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu
metabolisme tubuh (PPNI,2016)
Penyebab
a) Hiperglikemia
b) Penurunan konsentrasihemoglobin
c) Peningkatan tekanandarah
d) Kekurangan volumecairan
e) Penurunan aliran arteri dan/atau vena
f) Kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat (mis., merokok, gaya
hidup monoton, trauma, obesitas, asupan garam,imobilitas)
g) Kurang terpapar informasi tentang proses penyakit (mis., diabetes
melitus,hiperlipidemia)
h) Kurang aktivitasfisik
Gejala dan Tanda Mayor (PPNI,2016)
a) Subjektif
Tidak diketahui
b) Objektif
- Pengisian kapiler > 3 detik
- Nadi perifer menurun atau tidakteraba
- Akral teraba dingin
- Warna kulit pucat
- Turgor kulit menurun
Gejala dan Tanda Minor (PPNI,2016)
a) Subjektif
- Parastesia
- Nyeri ekstremitas (klaudikasiintermiten)
b) Objektif
- Edema
- Penyembuhan luka lambat
- Indeks ankle-brachial <0,90
- Bruitfemoralis
7) Ansietas
Definisi : Kondisi emosional dan pengalaman subyektif individu terhadap objek
yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan
individu mrlakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
Penyebab
a) Krisis situasional
b) Kebutuhan tidak terpenuhi
c) Krisis maturasional
d) Ancaman terhadap konsep diri
e) Ancaman terhadap kematian
f) Kekhawatiran mengalami kegagalan
g) Disfungsi sistem keluarga
h) Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
i) Faktor keturunan ( tempramen mudah Teragitasi sejak lahir)
j) Penyalahgunaan zat
k) Terpapar lingkungan (mis. Toksin, polutan dan lain-lain)
l) Kurang terpapar informasi
Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif : Merasa bingun, merasa khawatir dengan akibat dari kondisi
yang dihadapi, sulit berkonsentrasi
b) Objektuf : tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur
Gejala dan tanda minor
a) Subjektif : Mengeluh pusing, anoreksia, palpitasi, merasa tak berdaya.
b) Objektif : frekuensi napas meningkat, frekuensi nadi meningkat, tekanan
darah meningkat, diaforesis, tremor, muka tampak pucat, suara bergetar
kontak mata buruk, sering berkemih, berorientasi pada masa lalu.
kondisi klinis tetkait
a) Penyakit kronis progresif (mis. Kanker, pentakit autoimun)
b) Penyakit akut
c) Hospitallisasi
d) Rencana operasi
e) Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
f) Penyakit neurologis
g) Tahap tumbuh kembang
8) Resiko infeksi
Definisi : Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik
(PPNI, 2016)
Faktor Risiko : (PPNI,2016)
a) Penyakit kronis (mis., diabetesmellitus)
b) Efek prosedur
c) Malnutrisi
d) Peningkatan paparan organisme patogenlingkungan
e) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer:
f) Gangguanperistaltic
g) Kerusakan integritaskulit
h) Perubahan sekresipH
i) Penurunan kerja siliaris
j) Ketuban pecahlama
k) Ketuban pecah sebelumwaktunya
l) Merokok
m) Statis cairantubuh
n) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder:
o) Penurunanhemoglobin
p) Imununosupresi
q) Leukopenia
r) Supresi responinflamasi
s) Vaksinasi tidakadekuat
9) Hipervolemia
Defenisi: peningkatan volume cairan intravaskuler, interstial dan atau
intraseluler
Penyebab
a) Gangguan mekanisme regulasi
b) Kelebihan asupan cairan
c) Kelebihan asupan natrium
d) Gangguan aliran balik vena
e) Efek agen farmakologis (mis. Kortikosteroid, chlorpropamide, tolbutamide,
vincristine, tryptilinescarbamazepine)
Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif : ortopnea, dyspnea, paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)
b) Objektif : edema anasarka dan atau edema perifer, berat badab meningkat
dalam watktu singkat, Jugular Venous Pressure (JVP) dan atau Central
Venous Pressure (CVP), reflex hepatojugular posiitif
Gejala dan tanda minor
a) Subjektif : tidak tersedia
b) Objektif : distensi vena jugularis, terdengar suara napas tambahan,
hepatomegaly, kadar Hb/Ht trun, Oliguria, intake lebih banyak dari output
(balans cairan positif), kogestif paru
Kondisi klinis terkait
a) Penyakit ginjal; gagal ginjal kronik/akut, sindrom nefrotik
b) Hipoalbuminemia
c) Gagal jantung kongestif
d) Kelainan hormone
e) Penyakit hati, (mis. Sirosisi, asites, kaker hati)
f) Penyakit vena periver (mis. Varises venah, thrombus vena, phlebitis)
g) Imobilitas
h) Pola napas tidak efektif
10) Pola nafas tidak efektif
Definisi : Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
Penyebab :
a) Deprasi pusat pernapasan.
b) Hambatan upaya nafas (misalnya nyeri saat napas, kelemahan otot
pernapasan).
c) Deformitas dinding dada.
d) Deformitas tulang dada.
e) Gangguan neuromuskular.
f) Gangguan neurologis.
g) Imaturitas neurologis.
h) Penurunan energi.
i) Obesitas
j) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru.
Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif : Dipsnea
b) Objektif : Penggunaan alat bantu pernapasan, fase ekspirasi memanjang,
pola nafas abnormal (misalnya takipnea, bradipnea, hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-stokes).
Gejala dan tanda minor
a) Subjektif : Ortopnea
b) Objektif : Pernapasan pursed-lip, pernapasan cuping hidung, diameter
thoraks anterior-posterior meningkat, ventilasi semenit menurun, tekanan
ekspirasi menurun, tekanan inspirasi menurun, Ekskrusi dada berubah.
Kondisi klinis terkait
a) Depresi sistem saraf pusat.
b) Cedera kepala.
c) Trauma thoraks.
d) Gillyan barre syndrome.
e) Stroke
C. Intervensi
NO DIAGNOSIS LUARAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
1 Nyeri akut Nyeri akut menurun Manajemen nyeri
a. Observasi/Identifikasi/Monitor
1) Identifikasi tingkat, lokasi, 1) untuk mengetahui lokasi,
karakteristik,kualitas, frekwensi karakteristik, kualitas nyeri,
dan faktor pencetusnyeri frekuensi dan faktor pencetus
2) Observasi isyarat nonverbal 2) untuk mengetahi keadaan
ketidaknyamanan umum pasien
b. Terapeutik
1) Berikan tindakan nyaman 1) untuk meningkatkan relasasi
misalnya ubah posisi yang
membuat pasien merasa nyaman
2) Berikan informasi tentang nyeri 2) agar pasien mampu
seperti penyebab nyeri dan mengontrol nyeri
berapa lama akan berlangsung
c. Edukasi
1) Ajarkan penggunaan tekhnik 1) untuk memberikan pengetahuan
nonfarmakologi manajemen nyeri kepada pasien dan keluarga
(misalnya imajinasiterbimbing, pasien apabila nyeri datang.
distraksi, kompres hangat atau
dingin danmassase
d. Kolaborasi
1) pemberian analgetik 1) Untuk mengurangi rasa nyeri
b. Terapeutik
1) Tentukan status gizi pasien dan 1) untuk membantu pasien dalam
kemampuan (pasien) untuk memenuhi kalori hariannya
memenuhi kebutuhan gizi
2) Atur diet yang diperlukan (yaitu: 2) mengatur diet untuk pasien agar
menyediakan makanan protein pasien tidak merasa jenuh
tinggi; menyarankan dengan menu makanan
menggunakan bumbu dan yangmonoto
rempah-rempah sebagai
alternative untuk
garam,menyediakan pengganti
gula; menambah atau
mengurangi kalori, menambah
ataumengurangi vitamin,
mineral, atau suplemen)
3) Ciptakan lingkungan yang 3) membuat pasien menjadi
mengkonsumsi makan(misalnya,
bersih, berventilasi, santai dan
bebas dari bau yangmenyengat)
c. Edukasi
1) Anjurkan pasien untuk duduk 1) membuat pasien nyaman