Anda di halaman 1dari 10

My Personal Experience Backpacking to South Korea 7 Days 6 Night May 19-25, 2018

Perjalan ke KorSel, saya berangkat dengan istri dan teman kerjanya 1 orang. Tiket di beli kurang lebih 3-4
bulan sebelum hari-H saat Travel Fair Garuda Indonesia. Tiket perorang Rp.5.500.000,- Manado-Seoul
PP yang normalnya dengan harga seperti ini hanya untuk sekali jalan saat Low Season.

Untuk proses pembuatan visa Korea -+ 14 hari Kerja dengan menggunakan jasa pembuatan visa dari
tempat kita beli tiket (Star Express Tour & Travel) dengan biayanya Rp.850.000,-/orang. Visa ini untuk
sekali masuk Korea Selatan dengan jangka waktu kunjungan 30 Hari.

Selain tiket, pengurusan visa pun harus menyertakan syarat alamat yang akan kita tempati di KorSel
(Copy invoice Hotel/Kita menggunakan invoice Traveloka). Btw kita pergi kesana Backpacker, tidak
menggunakan jasa tour/travel. Untuk 7n6d ini kita menginap di K-Guesthouse Premium Dongdaemun
dgn harga permalam -+Rp.680.000,-/malam family room untuk 3org (1 queen size bed untuk saya dan
istri dan single bed untuk teman istri saya).

Berangkat 18 Mei 2018 Malam 18.30 dari Manado Ke Jakarta. Di Jakarta nunggu sekitar 2 Jam di
Terminal 3 dan lanjut penerbangan ke Incheon Seoul Sekitar jam 00.15. Selama 2 jam di Jakarta, kita
habiskan dengan charge handphone dan menikmati terminal 3 bandara Soekarno-Hatta yang keren dan
masih baru-barunya.

Day 1 (May 19th, 2018)

Jakarta-Seoul di tempuh kurang lebih 7-8 Jam. Tiba di Incheon International Airport sekitar pukul 08.00
pagi. Sebelum keluar terminal, kita beli T-Money Card di gerai Minimarket CU. Harga kartu T-Money
yang belum ada saldonya 4.000 KRW per-kartu dan isi saldo di gerai tersebut kurang lebih 60.000
KRW (Korea Won) per-kartu T-Money atau di mesin pengisian saldo (http://solotoduo.com/cara-mudah-
menggunakan-t-money-di-seoul/ ) . Satu T-Money Card hanya bisa digunakan untuk 1 orang. Jadi saya
dan istri harus punya masing-masing satu kartu. T-Money bias digunakan untuk pembayaran ongkos
subway / seoul metro / airport railroad express(AREX)/taxi dan bisa juga digunakan untuk alat
pembayaran di gerai CU atau seveneleven.

Dari Incheon Ke Dongdaemun kita bertiga naik AREX (https://www.seoul-airport.com/arex.php )


tiketnya dibeli lewat aplikasi Klook (https://www.klook.com/activity/8032-airport-to-seoul-city-center-
arex-train-incheon ). Untuk pembelian lewat aplikasi Klook sedikit tricky. Setelah membeli tiket di Klook,
nanti teman-teman akan dikirimkan kode tiket. Kode tiket di print di mesin seperti ATM. Mesin ini akan
memproses dan mencetak kartu/tiket Sekali Pakai. Lokasi mesin satu lantai dibawah Lantai 1 Terminal 1.

Dari Incheon sekitar jam 10:00 kita naik AREX dan turun di Seoul Station sekitar 45 Menit. Dari Seoul
Station pindah kereta naik Seoul Metro. Letak K-GuestHouse Premium Dongdaemun berada dekat Exit 4
Dongdaemun History & Cultural Station.

Tiba di K-Guesthouse sekitar 11.15-11.30, belum bisa check-in karena waktu check in pukul 15.00. Kita
mampir sejenak titip koper/backpack. Jalan-jalan dan cari makan siang di daerah Dongdaemun sambil
menunggu check-in. KorSel mempunyai perbedaan waktu 1 Jam lebih awal dari Manado, jadi memang
sudah saatnya makan siang.

Pertama kali makan di daerah Dongdaemun Design Plaza. Nama Restorannya Food Café.

Menunya lumayan variative. Kita bertiga pesan Gimbap dan Pork Cutlet isi keju. Untuk Rasa saya kasih
poin 3,5/5. Harga makanan disini berkisar 4.500 - 12.000 KRW lumayan hemat. Porsi makanan yang
disediakan juga lumayan banyak.

Perut kenyang lanjut jalan ke DDP (Dongdaemun Design Plaza). Tempatnya cukup ramai karena festival
Africa-Korea 2018. Festival pertukaran budaya. Ada yang jualanan pernak-pernik Africa, ada juga
pameran lukisan karya pelukis-pelukis dari Africa dan stand-stand untuk jualan barang-barang
handmade. Disini kita bisa beli tiket untuk Seoul Tour Bus. Busnya merah Double Decker dengan tulisan
Seoul Tour Bus.

Cukup jalan-jalan di DDP, lanjut balik ke guesthouse untuk check in. Resepsionis dilantai 3. Kesan
pertama tempatnya bersih, rapih, minimalis dan sangat terjangkau walaupun ukuran kamarnya yang
mini. Guest House ini mempunyai 5 Lantai. Kamar kita berada di lantai 7. Dari kamar 721 kita bisa liat
Namsan Tower. Resepsionis standby dari jam 8 Pagi Sampai 11 Malam. Diluar jam tersebut, jika butuh
receptionist harus telpon nomer yang tertera di pintu kamar dan meja rias. Disini kita dapat free
breakfast Cup Noodle (Ramyon), Roti Tawar+Mentega atau Selai Strawberry, Corn Flakes, Susu Segar
dan Orange Juice. Setiap selesai makan, semua peralatan makan harus dicuci sendiri.
Setelah proses check in kita Istirahat sejenak dan bersih – bersih untuk lanjut jalan-jalan ke Hanggang
Park. Naik Seoul Metro dari Dongdaemun History & Cultural Station. Cari line 5 Banghwa Station (Line
Warna Ungu) Menuju Yeouinaru Station Exit 2. Keluar dari exit ini banyak ibu-ibu yang bagi-bagi flyer
makanan. Di flyer tertera menu makanan, minuman lengkap dengan nama restoran dan nomor telpon.
Delivery ordernya bisa antar langsung ke Hangang Park. Disini kita bias sewa tenda dan matras camping
(https://www.youtube.com/watch?v=3SYQcJpEjIY ). Kita bertiga tidak pesan makanan dan sewa
perlengkapan camping. Hanya duduk di taman sambil menikmati suasana yang keren. Berhubung hari
Sabtu, tempat ini lumayan ramai. Dari sini kita keliling-keliling sambil foto-foto dengan latar jembatan
Banpo. Jika ada kesempatan pasti saya dan istri akan kembali kesini, mencicipi makanan sambil
berteduh dengan perlengkapan camping.

Habis dari Hangang Park kita menuju Myeong-dong untuk mencicipi streetfoodnya. Myeong-dong
terkenal sebagai pusat kosmetik dan streetfood. Hotspot belanja untuk turis. Disini kita pure jajan
streetfood saja karena untuk belanja akan saya bahas di hari kelima sebelum kita pulang ke Manado.

Setelah mencoba streetfood kita mampir di Underground Shopping Market Myeong-dong Station.
Hargan barang disini cukup murah. Kebanyakan pakaian wanita dan ada juga beberapa yang menjual
kaos kaki lucu-lucu. Sekitar 22:00 kita balik ke penginapan untuk istirahat.

Day 2 (May 20th, 2018) Being a Local

Bangun pagi telat dari jadwal. Prepare, mandi terus sarapan seadanya dan menuju ke Gereja Katedral
Myeong-dong. Arsitektur Katedral ini unik disisi luar karena menampilkan batu bata merah yang kontras
dan jam dinding di depan menara gereja. Untuk bagian dalam lebih bernuansa gereja Katolik Eropa
modern. Banyak rombongan turis-turis yang datang kesini untuk foto-foto dihalaman gereja. Selama
dihalaman gereja sampai didalam kita diharuskan untuk tetap tenang dan tidak boleh berbicara dengan
volume suara yang besar. Kita bertiga ikut Misa dengan bahasa Inggris jam 09:00 dan selesai pada 10:00.

Perut masih keroncongan setelah misa, lanjut kita sarapan lagi di Isaac toast Myeong-dong. Harganya
mulai dari 3.000 KRW. Untuk Rasa saya kasih nilai 4,5/5. Rasa toast ini pas dilidah ditambah Coffee Latte
atau Hot Chocolate-nya yang mantab. Jangan heran jika banyak food blogger yang memberi nilai tinggi
untuk Isaac Toast. Antriannya cukup panjang sebanding dengan rasanya yang enak. Saya menghabiskan
kurang lebih 30-45 Menit menunggu orderan kita selesai. Sekali lagi saya jamin dan rekomendasi untuk
mampir disini.

Dari Myeong-dong kita lanjut ke Hanok Village dan Gyeongbokgung Palace. Dari Myeong-dong Station
naik Seoul Metro line 4 (Warna Biru Tua) ke Chungmuro Station dan pindah ke line 3 (Warna Orange)
dan berhenti di Anguk Station Exit 6. Sebenarnya setelah Angguk Station bisa langsung ke
Gyeongbokgung Station, tapi kita mampir dulu di hanryuh hanbok01
(https://www.instagram.com/hanryuhanbok01/ ). Sewa hanbok disini harganya bervariasi sesuai
modelnya. Untuk model jadul dikenakan biaya sewa 15.000 KRW dan untuk model hanbok modernnya
dikenakan harga 20.000 KRW dengan durasi 4 Jam penyewaan. Hanryuhanbok01 ini sudah beberapa kali
diliput oleh SBS dan beberapa stasiun TV KorSel yang lain.

Jarak dari Hanryuhanbok01 ke Hanok Village tidak lebih dari 30 menit ditempuh dengan jalan kaki. Disini
kita akan melewati perumahan dan gang-gang yang masih asri dengan struktur bangunan Hanok yang
masih terawat. Biar tidak tersesat gunakan Kakaomap/ Google Maps. Hanok Village ini sangat-sangat
instagrameble, kita sempat bertemu 2 pasangan dari Jakarta yang menggunakan hanbok untuk foto
prewedding. Teman-teman juga bisa mencicipi makanan/minuman di café-café mini didaerah ini. Disini
kita kelilingnya kurang lebih 1-2 Jam.

Dari Hanok Village kita jalan menurun kurang lebih 30 menit lagi ke Gyeongbokgung Palace.
Gyeongbokgung Palace adalah istana peninggalan jaman Joseon yang menjadi daya tarik wisatawan
mancanegara. Tiket masuk 3.000 KRW untuk dewasa dan 1.500 KRW untuk anak-anak. Gratis jika
menggunakan pakaian tradisional Hanbok.

Dikelilingi dinding yang tingginya kurang lebih 10-15 Meter, disini saya terpukau akan sisa-sisa
keagungan jaman Joseon. Area istana ini menyajikan live performance musik tradisional.

Hanok Village dan Gyeongbokgung Palace ini memberikan kesan Korea yang tradisional. Saya sendiri
akan merekomendasi jika ada teman-teman yang mau mampir kesini. Lepas dari modernnya KorSel,
disini kita seperti kembali kejaman Kolosal. Empat Jam yang sungguh berkesan.

Hari sudah mulai malam, kita balik ke Dongdaemun Market untuk cari jaket/coat untuk persiapan ke
Busan. Siang hari cuaca diKorsel sekitar 22-24 derajat celcius tapi malamnya bisa drop ke 14-17 derajat
celcius. Cukup dingin untuk kita orang Manado dengan suhu normal 24-28 derajat celcius. Karena sudah
melewati musim dingin, Banyak yang menjual coat tipis dengan alasan coat tebal sudah lewat
musimnya. Ada baiknya sediakan jaket dari Manado/Indonesia atau sediakan budget takterduga untuk
beli coat disini.

Makan malam hari kedua di Sseondeo Chicken. Alamatnya 4-ga, Myeongnyun, Jongnu-gu, Seoul.
Sseondeo Chicken atau Thunder Chicken adalah salah satu lokasi syuting drama korea “I Hear Your
Voice”. Drama yang diperankan oleh Lee Bo-Young dan Lee Jong-Suk. Kita sempat salah naik subway ke
tempat ini karena kurang informasi. Dari Dongdaemun naik Subway Line 4 Ke Hyehwa Station keluar di
Exit 4. Setelah keluar dari Exit 4, jalan ke kiri, lurus. Nanti diujung jalan ketemu perempatan yang ada
lampu merahnya. Patokannya Gang antara Gedung Starbucks dan Daiso. Masuk kedalam gang dan lurus
100-120 meter. Rumah makannya sebelah Kanan warna Merah Kuning. Tiba disini jam 9 malam. Menu
yang disajikan ayam goreng crispy, yang pedas ada juga yang tidak pedas, ada rasa bawang putih dan
asam-manis. Ada juga menu ayam tanpa tulang. Harganya dari 9.000 – 13.000 KRW. Untuk minuman
tersedia Soju, bear dan Minuman bersoda. Air mineral gratis.

Kita bertiga pesan 1 paket (1/2 crispy chicken + ½ Spices Chicken + Potato) 14.000 KRW dan sebotol soju
3.500 KRW. Pesanan datang tidak lebih dari 15 menit. Rasa ayamnya memang berbeda dengan ayam
goreng kebanyakan dan lebih kaya dengan bumbu handmade. Level kepedasan untuk yang spicy masih
bisa ditolerir. Saya memberi poin 3,5/5 untuk ayam ini.

Jam 11.15 balik penginapan menggunakan bus No. 301, naik dari halte bus dekat gedung Starbuck yang
kita lewati sebelumnya. Jarak dari halte ini ke penginapan sekitar 6 Stop. Sampai di penginapan, istirahat
yang cukup untuk persiapan trip berikutnya.

Day 3 (May 21st, 2018) Art & Icon

Hari ketiga kita akan ke Paju dan malamnya ke Namsan Tower. Start dari penginapan pukul 9 Pagi
setelah selesai sarapan. Paju berada di utara Seoul dan untuk kesana kita naik Seoul Metro dari
Dongdaemun Line 5 ke arah Gongdeok Station, dari Gongdeok Station pindah ke line Hijau ke arah
Munsan Station tapi turunnya di Geumchon Station. Perjalan ini kurang lebih 1,5 Jam.

Setelah turun di Geumchon station kita jalan sedikit kira-kira 200 meter ke Geumchon Halte Bus. Disini
kita naik Bus Nomor 900 dan turun di Paju English Village. Perjalanan dari Geumchon Station ke Paju
English Village sekitar 50 Menit dengan melewati sekitar 27 pemberhentian. Sebelum menjelajahi Paju
English Village, kita ke Heyri Art Valley/Village terlebih dahulu. Letak Heyri Art Valley/Village ini
berseberangan dengan Paju English Village.

Heyri Art Valley Paju (www.heyri.net ) ini bisa dikatakan kampungnya para seniman, mulai dari penulis,
pelukis, actor, arsitektur maupun musisi. Terdapat perumahan, ruang kerja, art galleries dan museum.
Selain bermukim disini, para seniman ini mendapatkan uang dengan mengadakan pameran dan jual beli
hasil karya mereka. Saat ini menurut situsnya terdapat kurang lebih 40 museum, tempat pameran,
concert hall, toko buku dan 10 cafe dan foodcourt. Rumah disini tidak boleh lebih dari 3 lantai.
Berbanding terbalik dengan Hanok Village, Bangunan di Heyri Art Valley lebih ke modern kontemporer
dengan bentuk rumah yang minimalis, unik dan simetris.

Kita bertiga sempat nongkrong di White Block Gallery (https://koreandramaland.com/listing/gallery-


white-block/ ). White Block Gallery ini terkenal karena sering dipakai shooting drama Korea. Sebut saja
Radio Romance, I’m Not A Robot, While You Were Sleeping, Legend of the Blue Sea dan masih banyak
lagi. Sesuai dengan namanya, baik warna maupun furniture bangunan ini di dominasi oleh warna putih.
Untuk masuk kesini harga tiket masuknya 2.000 KRW, gratis jika memesan minuman/makanan. Saya
pesan Jus Pisang+Mangga, jusnya enak dan segar dan tanpa pemanis. Banyak menu yang ditawarkan
namun saya lupa untuk memfoto daftar menunya. Lantai 1 café dan perpustakaan, lantai 2 dan 3 tempat
pameran beberapa karya seni contemporer mulai dari patung dan lukisan-lukisan abstrak. Jika teman-
teman hobby fotografi, pencahayaan di tempat ini sangat bagus. Beberapa sudut dari café ini cukup
instagrameble.

Keluar dari White Block Gallery, kita jalan-jalan sedikit keliling Heyri Art Valley. Daerah ini masih hijau
dan udaranya yang sejuk. Cukup jalan-jalan disini kita menyebrang dan menuju ke Paju English Village.

Paju English Village pertama kali saya lihat di episode RunningMan Eps 65 dengan bintang tamu SNSD
dan di episode 145 dengan cast Law of the Jungle.

Paju English Village atau Gyeonggi English Village Paju Camp ini adalah salah satu destinasi pariwisata di
KorSel. Konsep yang diusung adalah Perumahan atau pedesaan layaknya di Inggris. Tujuan dibuatnya
tempat ini memang unik dimana untuk memberikan semangat dan mendorong para pengunjungnya
untuk berbicara dan mengembangkan bahasa Inggrisnya. Semua pengunjung dapat berbicara dan
merasakan budaya Inggris di tempat ini. Disetiap sudut tempat ini teman-teman akan bertemu dengan
petugas piket, petugas kebersihan, petugas loket yang fasih berbahasa Inggris.

Tiket masuk 3.000 KRW per-orang dan diberikan Passport Khusus serta Map. Layaknya memasuki
Negara di Inggris, kita diperiksa di bagian Imigrasinya dan diwawancara. Sekali lagi ditempat ini kita
seperti di simulasi masuk ke Negara Inggris dan diharuskan berbahasa Inggris. Petugas imigrasi
mewawancara dengan Bahasa Inggris Britishnya yang kental dan bertanya kapan tiba di Korea, Tujuan
datang ke Korea, dsb. Wawancara singkat dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Setelah passport
distampel baru bisa masuk ke area English Village.
Saat kesini kita cukup beruntung karena tidak terlalu ramai. Hanya beberapa kelompok turis lokal yang
sedang asik foto-foto dan keliling-keliling. Camp/Village ini biasanya ramai saat liburan sekolah atau ada
sekolah yang sengaja membuat study tour /camping di tempat ini. Di tempat ini biasa juga dipakai
untuk foto prewedding dan sejenisnya. Untuk ulasan lebih detail bisa cek di link ini
(https://missuety.com/seoul-gyeonggi-english-village/ )

Sebelum malam balik ke Seoul. Dari Paju ke Seoul menggunakan Bus Nomor 900 dan naik Kereta ke di
Geumchon Station menuju Digital Media City Station dan pindah ke Line Biru Menuju Seoul Station.
Sebenarnya di Seoul Station kita akan memesan tiket KTX ke Busan, namun berubah rencana untuk
lanjut ke Namsan Tower. Dari Seoul Station naik Taxi, dengan biaya kurang lebih 5.000 KRW.

Pilihan untuk ke Namsan Tower menggunakan Cable Car mungkin paling masuk akal saat kita disana
karena kaki-kaki mulai capek tapi menggunakan Cable Car butuh waktu kurang lebih 1 – 1 1/2 jam
mengantri. Cable Car ini dikenakan 8.500 KRW roundtrip perorang. Pukul 8:00 malam kita tiba di N-
Tower yang ramai dan cukup dingin. Saya menganjurkan untuk teman-teman yang akan kesini, ada
baiknya datang siang/sore agar bisa menikmati pemandangan dan perjalan menggunakan cable car.
Untuk turun balik menggunakan Cable Car juga membutuhkan kurang lebih 1 Jam mengantri.

Selesai dari N-Tower kita bertiga makan malam di restoran Pork Cutlet yang jaraknya tak jauh dari
NamSan Tower Cable Car. Disini ada 3 restoran Pork Cutlet yang enak dan sudah sering diliput oleh
stasiun-stasiun TV KorSel. Disini kita makan 2 Porsi Pork Cutlet dengan harga sekitar 12.000 – 14.000
KRW per porsi.

Perut kenyang balik kepenginapan dengan berjalan kaki menuju halte dan mampir untuk foto di lokasi
syutingnya The Legend of The Blue Sea. Rumah dari Ha Joon Jae. Letaknya tidak jauh dari Namsan Cable
Car. Dari sini kita jalan malam ke Myeong-dong Bus Station untuk menunggu bus menuju penginapan.

Day 4 (May 22nd, 2018) 9 Hours in Busan

Dari penginapan start jam 9:00 ke Seoul Station untuk beli tiket pp KTX (Korea Train eXpress) tujuan
Busan dengan harga 119.600 KRW perorang. Total yang kami bayarkan saat itu sekitar 358.800 KRW
(setara dengan Rp.4.843.800,- atau Rp.1.614.600/orang). Jika menggunakan Bus kita bisa hemat sekitar
50-70% dari harga KTX, lumayan bisa buat jajan sebenarnya. Top speed KTX bisa mencapai 300KM/jam.
Jarak Seoul ke Busan sekitar 325 km hanya dilalui kurang dari 3 jam (ditiket tertera 2 jam 42 menit).
Sebagai pembanding, jarak Seoul Ke Busan kurang lebih sama dengan Manado ke Gorontalo.

Tiba di Busan Station kita cari makan. Saya mencoba Tteokbokki Teriyaki di Samjin Eomuk. Banyak orang
yang antri di tempat ini, yang setelah saya telusuri mendapat bintang 4 di situs tripadvisor. Eomuk
sejenis odeng dengan bahan dasar daging ikan yang dihaluskan dan dicampur terigu dan beberapa
bumbu.

Dari Busan Station kita ke Gamcheon Culture Village. Keluar dari Station Menuju Busan Metro Station
exit 8. Dari sini kita akan ke Toseong. Naik Busan Metro Line 1 warna Orange. Turun di pemberhentian 4
Di Toseong dan keluar di Exit 8 Jalan ke arah Pusan Hospital sekitar 200 Meter dan menunggu bus
nomor 2-2 tujuan Gamjung Elementry School. Berhenti di pemberhentian ke 9.
Setelah turun di Halte Gamjung Elementary School kita bisa melihat Gamcheon Culture Village dengan
warna-warni yang cantik. Untuk masuk ke daerah ini tidak dikenakan biaya sama sekali. Setelah turun
bus kita bisa membeli map dengan harga 2.000 KRW.

Tempat ini dahulu sebagai tempat pengungsian yang kumuh saat terjadi perang korea antara KorSel dan
KorUt dari 25 Juni 1950 s/d 27 Juli 1953. Di tahun 2009 pemerintah KorSel mulai membenah desa ini
menjadi daerah wisata dengan berkolaborasi dengan para seniman. Selain letak rumah-rumah yang
berdiri dibantaran bukit, rumah-rumah disini cukup rapat satu dengan yang lain dan hanya dipisahkan
oleh jalan setapak. Seolah-oleh berada di labirin warna-warni. Disini kita akan menemukan beberapa
galeri seni, museum, café, mural, toko souvenir serta patung-patung yang unik.

Planning kita setelah Gamcheon mencoba peruntungan melihat Canola flower di Daejeo Ecological Park.
Dari Gamcheon kita kembali naik bus nomor 2-2 balik ke Pusan Hospital dan kembali ke Toseong Station
dan naik Busan Metro Line Biru menuju Gangseo-gu Office Station (pemberhentian ke 40). Dari sini kita
jalan kaki sekitar 450 meter dari stasiun.

Sayangnya kita tidak berjodoh dengan Canola Flower. Yang ada hanya hamparan ilalang yang sudah
mulai mengering. Waktu paling pas untuk melihat Canola Flower disini adalah bulan Maret-April. Setelah
menyisahkan sedikit kekecewaan di Daejeo Ecological Park kita lanjut perjalanan ke Haeundae Beach.
Dari Gangseo-gu Office Station naik kereta line 3 warna orange ke Suyeong Station (pemberhentian ke
14) dan pindah ke line 2 warna hijau menuju Haeundae Station (pemberhentian ke 5) dan keluar di exit
4 atau 5.

Perasaan kecewa kita terobati karena Haeundae Sand Festival 2018. Kita sama sekali tidak menyangka
kalau ada festival pasir pantai disini. Sepanjang jalan Gunam-ro (Jalan dari Exit 5 ke bibir pantai) di hiasi
karpet bunga hidup, air mancur dan beberapa art performance (musik/ sulap/ beladiri). Ada juga
pameran barang-barang kerajinan tangan. Stand pameran hanya disediakan meja ukuran 1x2 meter dan
setiap meja dihiasi lampu yang menarik. Sederhana dan teratur. Barang-barang kerajinan mulai dari
Bandana untuk wanita, celemek, telenan untuk memasak, kitchen utensil dari kayu, asli buatan lokal
anak-anak muda Haeundae. Terdapat banner yang bertuliskan support local product. Semakin
menambah nilai plus pameran disini. Ukuran kreatif anak muda Haeundae membuat saya iri.

Disini kita seperti dikejar waktu karena jam 21:00 harus balik ke Seoul, niat untuk makan malam kita
batalkan karena takut ketinggalan kereta. Seandainya tidak ke Daejeo Ecological Park mungkin kita
masih bisa santai-santai di Haeundae atau bisa mencicipi makan malam di Jagalchi Traditional Market
yang terkenal dengan seafoodnya.

Untuk teman-teman yang ingin menikmati keindahan Busan diselah-selah perjalanan ke KorSel, ada
baiknya menyediakan waktu minimal 2 hari 1 malam disini, menginap di sauna atau guesthouse yang
biayanya sekitar Rp.200.000,-.

Dari Haeundae Station kita naik Busan Metro menuju Seomyeon Station dan pindah ke Line 1 Warna
Orange ke Busan Station. Dengan kaki yang sudah lumayan letih kita memaksakan diri untuk berlari naik
tangga keluar Busan Station Subway Station menuju gedung Busan Station untuk naik KTX ke Seoul dan
beruntungnya kita karena kerena kita naik pukul 20:57. Perasaan was-was karena KorSel sangat disiplin
dalam hal waktu dan takut ketinggalan KTX.
Tiba di Seoul sekitar 00:49 dini hari. Seoul Station saat itu hujan dan suhu udara drop ke 14 Derajat
Celsius. Saya sampai menggunakan tiga lapis pakaian (Kaos, Sweater, Jumper). Mampir di McDonald
untuk makan malam. McDonald di KorSel berbeda karena menyajikan daging sapi dengan bumbu
tradisional untuk pattynya (Bulgogi). Harga untuk paket Burger, Cocacola dan Kentang mulai dari 8.000
KRW. Rasanya sangat standar McDonald, saya memberikan poin 3/5.

Selesai makan sekitar pukul 01.30, dari Seoul Station kita kembali ke penginapan. Satu-satunya
transportasi adalah taxi. Diluar Stasiun hujan cukup lebat. Kita antri menunggu taxi sekitar 30 menit.
Beberapa supir taxi yang tidak di jalur halte turun dari mobil dan mencoba menggoda penumpang yang
sementara antri. Sempat menawarkan kepada kami dari seoul station ke dongdaemun dengan biaya
20.000 KRW. Jelas-jelas kami menolak karena terlalu mahal. Dengan sabar kita menunggu di antrian dan
akhirnya taxi datang. Biaya taxi sekitar 8.500 KRW.

Day 5 (May 23rd, 2018) Physical and Mental Health

Hari kelima, badan masih Lelah karena perjalanan ke Busan, bangun telat. Kita lanjut jalan-jalan menuju
Dumulmeori. Jaraknya sekitar 1 jam 3 menit dari penginapan.

Dari Dongdaemun History & Culture Park Station pilih jalur line 2 Menuju Wangsimni (perhentian ke 3).
Setelah turun pindah menuju Line Hijau Muda (Yongmun Station Line) menuju Yangsu Station
(perhentian ke 14). Jaraknya cukup jauh. Yangpyeong Dumulmeori ini artinya Area Dua Air. Dinamakan
seperti itu karena tempat ini adalah tempat bertemunya sungai Bukhangang dan Namhangang.
Ditempat ini juga terdapat pohon Zelkova yang usianya sudah 400 tahun. Dumulmeori juga bisa
disebutkan sebagai tempat yang popular untuk syuting drama korea, film, iklan, foto prewedding dan
juga tempat foto alam.

Tiba di Yangsu Station, keluar di Exit 1. Di depan exit 1 ini kita akan mendapati tempat sewa sepeda.
Biaya sewanya bervariasi mulai dari 3.000 KRW untuk 1 jam 5.000 KRW untuk 2 jam dan 15.000 KRW
untuk 9 Jam (jam 9 pagi sampai 6 Sore). Disini tersedia sepeda khusus cewek, sepeda sport untuk cowok,
sepeda tandem dan sepeda keranjang.

Untuk route yang kami tempuh hanya berdasarkan peta didepan penyewaan sepeda yang sebelum jalan
sudah saya foto terlebih dahulu. Dari penyewaan sepada menuju ke lokasi pohon Zelkova. Jaraknya
sekitar 1,5 Km dan lanjut ke Bukhangang River Railroad Bridge. Jaraknya 2 Km dari Zelkova Tree.
Bukhangang River Bridge ini pernah menjadi tempat shooting film The Doctors yang diperankan oleh
Park Sin Hye. Walaupun capek bersepeda, Dumulmeori sangat indah dan sejuk.

Perjalanan selanjutnya kita lanjutkan untuk balik ke Seoul menuju Hongdae. Dari Yangsu Station kita
naik kereta Line Hijau Muda (Munsan Station) dan berhenti di Hongik University Station (pemberhentian
ke 24). Beruntung kali ini karena tidak harus berpindah line kereta. Jarak tempuh sekitar 1 Jam. Tiba di
Hongik University Station, keluar di Exit 7. Dari Exit 7 kita akan melihat beberapa rumah makan
berjejeran dan pilihan kita jatuh ke James Cheese Back Ribs.

James Cheese Back Ribs menu utamanya adalah Back Ribs (iga Babi) yang dibakar dihotpot. Minimal 400
gram untuk pesanan iga babi. Saya lebih menyukai kimchi ditempat ini karena rasanya yang fresh. Bau
fermentasinya tidak terlalu menyengat. Iga-nya sudah di dibakar terlebih dahulu tapi masih 80% matang
dan 15 menit waktu untuk membakar kembali iga babinya. Setelah dibakar dibalut dengan keju. Cukup
puas saya kasih nilai 4,5/5. Iga-nya dibubuhi dengan pas dan tingkat kematangan yang pas. Untuk
penutup Fish Roe Fried Rice yang goreng/dibakar di hotpot yang tadi digunakan membakar iga. Lezat
dan cukup membuat kami kenyang. Total biaya makan siang disini cukup fantastis dan sebanding
dengan rasanya. Biayanya sekitar 40.000 KRW bertiga. Jika dihitung secara terpisah, iga harganya mulai
dari 10.000 KRW sampai 18.000 KRW. Karena kita ambilnya yang 14.000 KRW/ porsi maka totalnya
28.000 KRW sisanya friedrice dan cemilan ikan pipih.

Keluar dari tempat makan menuju Hongdae Shopping Street. Hongdae adalah daerahnya anak-anak
muda karena berdekatan dengan Hongik University. Mulai dari toko fashion cowok-cewek yang trendy,
peralatan makeup, aksesoris dll berhamburan disini dan yang tidak kalah menarik adalah penyanyi-
penyanyi bertalenta yang ngamen. Sempat saya duduk untuk menikmati musik dari musisi-musisi
jalanan sambil menunggu istri dan temannya jalan-jalan cuci mata / belanja pakaian/ peralatan makeup.

Pakaian disini harganya cukup wajar untuk kelas mahasiswi/mahasiswa. Mulai dari 5.000 KRW (setara
dengan Rp.67.500,-) dengan kualitas yang bagus. Disetiap Tourist Information Center di Seoul kita bisa
berwifi gratis dengan connect ke Public Free Wifi.

Setelah puas jalan-jalan di Hongdae, lanjut trip ke Myeong-dong untuk beli kosmetik dan titipan. Nature
Republic di Myeong-dong menjual Aloe Vera asli dengan harga 4.400 KRW/tube (sekitar Rp.59.400,-),
banyak Traveller yang menjual kembali di Indonesia mulai dari Rp.80.000,- sampai Rp.200.000,-.
Didepan Exit 8 Myeong-dong Station saya memilih duduk disini. Selesai belanja, kita balik ke penginapan
menutup hari yang sangat melelahkan ini dengan beristirahat.

Day 6 (May 24th, 2018) Insadong feat Gangnam

Hari terakhir untuk jalan-jalan disini kita ke Insadong. Dari penginapan di Dongdaemun History and
Culture Park Station naik kereta di Line 5 Warna Ungu menuju Jongno 3-ga (Pemberhentian ke 2) dan
keluar di exit 5. Dari exit 5 jalan lurus dibawah Musical Instrument Store kurang lebih 1 blok dan
nantinya kita ketemu Insadong Street.

Insadong Street menjual cinderamata baik dompet, tas tradisional, kain, gantungan kunci, kipas, dll.
Harga disini cukup murah. Disini kita habiskan waktu belanja oleh-oleh. Makan siang sebentar di daerah
Insadong dan lanjut ke Gangnam Underground Shopping Centre. Sempat mampir ke Lotte juga.

Hari ini full belanja oleh-oleh. Kembali ke Penginapan untuk packing dan persiapan besok balik ke
Manado.

Day 7 (May 25th, 2018) Back

Bangun pagi jam 4:00, bersih-bersih, cek semua tas dan koper buat pastiin jangan sampai ketinggalan.
Lanjut sarapan terakhir dan check out. 05:30 ke Halte Bus untuk ke Bandara Incheon. Perjalanan dari
Guest House ke Bandara kita naik taxi dengan biaya 20.000 KRW/orang.

Pesawat kita Incheon – Jakarta berangkat sekitar jam 10:00 waktu setempat untuk transit dan tiba di
Manado sekitar jam 22:00.
TIPS PENTING!!

Jika ingin backpacking ke KorSel, ada baiknya research/googling terlebih dahulu mulai dari map lokasi
hotel/penginapan, apakah dekat dengan exit subway/metro atau tidak, kemudian letak tourist
attraction/tempat wisatanya, tempat makan yang recommended plus murah Atau perbanyak nonton
youtube pengalaman orang lain yang udah pernah ke Korea sebelumnya, perbanyak baca blog traveling
dan belajar sedikitnya bahasa Inggris untuk traveling atau bahasa tubuh juga bisa . Berikut beberapa
sumber/web tempat saya research
-www.pinterest.com (tumpah ruah tulisan-tulisannya)
-youtube channelnya Ria SW dan beberapa youtuber yang lain.
Selain research, untuk perjalan ke KorSel ini, teman istri saya juga bantu research tempat-tempat yang
akan kita kunjungi dan menyusun itinerary. Inilah nilai plus jika berangkat sama teman. Bisa bagi tugas.
Yang paling penting, pergunakan smartphone semaksimal mungkin dengan menginstal:

 google maps with streetview


 kakaomap untuk petunjuk jalur kereta bawah tanah dan bus
 google apps untuk translate tulisan
 Aplikasi klook (untuk membeli tiket masuk tempat wisata, tiket kereta express, dll)

Ada baiknya semua research tersebut dicatat di notes smartphone atau buku notes. 80-90% ini sangat
membantu teman-teman biar tidak tersesat, karena ini resiko backpacking. Pelajari Maps dan Exit
Subway/Metro. Kenapa harus saya tegaskan lagi karena sudah saya buktikan di Hongkong dan
diperjalan kali ini. Untuk urusan belanja/makan/tempat tidur urusan belakangan.

Anda mungkin juga menyukai