Anda di halaman 1dari 75

BACKPACKER BORNEO

Mencintai Indonesia Dengan Cara Kita Sendiri Home About Me Narcism BlogPacker

SEARCH

1 Kamis, 22 Desember 2011 40 Hari Ngegembel di Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa dan Flores Repost dari Forum Backpacker Indonesia.com.

Di sini saya tidak akan menceritakan detail perjalanan saya, hanya rute dan biaya yang telah saya jalani. Siapa tau ada teman-teman backpacker yang ingin mengunjungi tempat-tempat yang telah saya kunjungi tersebut dan ini bisa menjadi sedikit referensi atau gambaran tentang penyusunan budget, karena hal itulah yang menjadi salah satu keasikan dalam backpacking, menyusun itenerary dan biaya yang akan dikeluarkan. Bagi yang ingin membaca perjalannya secara lengkap bisa membaca blog saya di bawah, dimana semuanya saya ceritakan secara terperinci.

Perjalanan saya dimulai dari rumah dengan travel dari Puruk Cahu (Kalteng) menuju Banjarmasin (Kalsel) selama kurang lebih 15 jam dengan medan yang setengah offroad dengan biaya Rp. 210.000. Kemudian saya menginap di rumah keluarga di Banjarmasin. Besok harinya berulah ke Bandara Syamsuddin Noor Banjarbaru untuk terbang ke Jogjakarta, Karena sya terlebih dahulu mengantar adek untuk kuliah di Jogjakarta. Dan tentu saja karena penerbangan dari Banjarmasin ke Jogjakarta

hanya dilayani oleh Lion Air maka sekendak merekalah meletakan harga, di tambah dengan kondisi setela lebaran maka tiket BDJ-JOG saya peroleh Rp. 800.000.

Setelah selesai urusan karena masih pagi sayapun melanjutkan ke Pantai Parang Tritis naik Bus dengan (Rp. 12.000) dan pulangnya Cuma Rp. 10.000. berangkat lebih mahal karena sudah termasuk biaya masuk ke Pantai. Dan untungnya saya masih sempat untuk mengejar kereta Pramex menuju Solo (Solo). Alhasil sampailah saya di Solo setelah selama dua jam berdiri dan duduk di lantai kereta terakhir yang sedang penuh.

Di Solo saya menginap di Rumah Singgah Solo dan ditemani berkeliling oleh saudara Mbendol. Setelah dua malam menginap di Solo saya kemudian melanjutkan perjalanan ke Surabaya menggunakan Kereta Ekonomi (Rp. 23.000) dari Stasiun Purwosari dan turun di Stasiun Gubeng. Di Surabaya saya menginap di Kos Rizal dan sempar berjalan-jalan ke House of Sampurna dan Musium 10 November. Malamnya saya juga diajak untuk ikutan gadering dengan teman-teman Forum Backpacker Indonesia Regional Surabaya.

Dari Surabaya saya menuju Malang kembali dengan Kereta Ekonomi (Rp. 4.000) dan menginap di Pondoknya Iman, membuat saya teringat kenangan selama 3 tahun yang telah saya lewati, malamnya kita juga kumpul-kumpul dengan teman-teman CouchSurfing Malang. Katanya Backpacker tapi tiap malang nongkrongnya di cafe terus..hehe

Pagi-pagi kita kembali berangkat untuk ke Pasar Tumpang naik angkot (Rp.6000) dan kemudian memulai pendakian Gunung Semeru bersama teman-teman dari Elkape Indonesia. Biaya pendakian kita shering bersama dengan total Rp. 172.000 untuk transpot serta logistik. Selain itu kita juga memakai porter untuk membantu membawa logistik yang sangat banyak bagi rombongan kita yang berjumlah 28 orang.

Turun dari Gunung Semeru saya kembali menginap selama dua malam di Malang di Asrama Kabupaten Banjar dan ke Surabaya naik kembali kereta ... (Rp. 4000) menuju Surabaya. Sore harinya langsung menuju Pelabuhan Tanjung Perak untuk melanjutkan perjalanan menuju kota Ende di Flores dengan kapal KM. Awu (Rp. 382.000).

Sesampainya di Ende saya menginap di Pelabuhan dan paginya berjalan kaki menuju Bekas Pengasingan Bung Karno dan setelah itu naik ojek ke terminal (Rp. 10.000) dan melanjutkan perjalanan dengan bus menuju Moni (Rp. 15.000). Di Moni saya bermalam di homestay Nusa Bunga dengan tarif Rp. 50.000 per harinya. Besok paginya mengunjungi Danau Kelimutu yang terkenal

dengan danau tiga warnanya disambung dengan Pemandian Air Panas dan Air terjun dengan diantarkan ojek (Rp. 60.000).

Sianya setelah turun dari Danau Tiga Warna saya langsung melanjutkan perjalanan ke Ende dengan Bus damri (Rp. 15.000) lalu melanjutkan perjalanan menuju kota Bajawa dengan travel (Rp. 50.000) dan kemudian menginap di mesjid Bajawa. Besoknya saya ke kampung adat yang masih menjaga tradisinya yaitu Kampung Bena, ke sana dengan diantarkan oleh ojek (Rp. 20.000). Pulang dari Kampung Bena saya melanjutkan perjalanan ke Pemandian Air Panas Mangeruda di Soa naik angkot (Rp. 10.000), turun di persimpangan dan naik ojek (Rp. 5.000) menuju pintu masuk. Untuk masuk ke pemandian air panas kita dikenai tarif Rp. 3.000. dan kembali lagi ke Bajawa seperti ketika berangkat tadi, naik ojek (Rp. 5000) terlebih dahulu lalu naik angkot (Rp. 5000) dan sampailah kembali ke Kota Bajawa.

Besok harinya pagi-pagi saya ke terminal dengan ojek (Rp. 5000) untuk menunggu bus Gemini menuju Labuan Bajo (Rp. 100.000) dan baru tiba di Labuan Bajo di malam harinya dan dapat sisa penginapan di Losmen Bahagia (Rp. 30.000). dan bertemu dengan orang yang saya anggap sebagai Malaikat Penolong yaitu Kaka Pedi Parera, yang kemudian mengajak saya ke Taman Nasional Komodo, namun saya harus menunggu selama 3 hari karena tamunya baru datang tanggal 2, sedangkan waktu itu masih tanggal 29. Dan saya juga pindah untuk mencari tempat menginap dan akhirnya menginap di Hotel Pelangi. Namun banyak yang saya dapat selama beberapa hari dilabuan bajo seperti berkeliling kota ke Gua batu cermin dan pantai Pede dengan motor yang dipinjamkan oleh Abang Icank.

Perjalanan selama 3 hari di Taman Nasional Komodo merupakan perjalanan yang terlupakan semala hidup saya, bersama tamu kak Pedi yang datang dari Francis. Karena Cuma nebeng saya Cuma tidur di lantai kapal dan untungnya bisa lebih akrab dengan para awak awak kapal.

Setelah kembali ke Labuan Bajo dari TN. Komodo saya kembali beruntung karena akan ada penyambutan Pak Jusuf Kalla dan yang paling saya incar adalah saya bisa melihat Tarian Caci yang terkenal. Saya kembali menginap di hotel Pelangi untuk malam itu dan mandi sepuasnyanya.

Besok paginya saya kembali melanjutkan perjalanan dengan Feri menuju Pelabuhan Sape, saya membeli tiket bus Langsung Indah dari Labuan Bajo menuju Mataram sebesar Rp. 200.000. Sesampainya di Pelabuhan Sape kita dijempul oleh bus kecil untuk menuju kota Bima dan di kota Bima saya sempat berjalan sebentar menunggu bus berangkat, pada pukul 7 malam Bus berangkat menuju Mataram dan tiba keesokan harinya.

Di Matarm saya menginap di rumah Rinja dan kemudian diantar keliling dengan mobilnya. Besoknya saja juga diantar menuju sebuah pasar dan dari pasar itu saya melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan Bangsal Pamenang dengan L300 (Rp.7000) dan kemudian menyeberang ke Gili Trawangan (Rp. 10.000). dan di Gili saya bersama Mas Joe yang baik hati, saya dipinjamkan alat Snorkeling gratis dan ditraktir makan siang. Pukul 3 sore saya kembali ke Bangsal Pemenangan dan kapal penyeberangan pulang kembali Gratis walau basah basahan terkena ombak yang sedang besar.

Dari Bangsal Pamenang saya kembali ke Kota Mataram, setelah menunggu agak lama datanglah Bus (Rp.10.000) dan langsung menuju terminal Mardalika, di terminal saya kembali naik angkot L300 (Rp. 20.00) menuju pelabuhan Lembar. Dari pelabuhan Lembar saya naik truk untuk menuju Surabaya dan memberi Rp. 100.000 kepada supir yang berasal dari Flores, namun karena sering berhenti dan lama sekali ketika berhenti di Bali saya pindah ke truk lain dan memberi Rp. 50.000 lagi kepada supir yang baru. Dan di Pasuruan saya turun dari truk karena berhenti lama lagi dan saya harus tiba di Surabaya secepatnya, dan naik bus (Rp. 10.000) sampai terminal Purabaya di ......

Sekitar 2 jam menunggu saya kembali naik bus Indonesia (Rp. 65.000)Menuju Jepara dan ke Karimun Jawa selama 4 hari 3 malam dengan pengeluaran sekitar Rp. 500.000. pulang dari Karimun Jawa saya menuju Jogjakarta dengan terlebih dahulu naik bus ke Semarang (Rp. 10.000) dan melanjutkan dengan Bus lain yang kemudian penumpang di pindah ke bus lain dengan total Rp. 22.000. Turun di Terminal Jombor dan tak ada angkot menuju Malioboro, yang ada hanya ojek dan taksi yang pastinya mahal akhirnya cari penginapan di sekitar terminal, tanya sana-sini akhirnya dapat yang Rp. 50.000.

Besok paginya baru menemui adek dengan naik Trans Jogja (Rp. 3000) dan setelah itu ke terminal Giwangan dengan Trans Jogja kembali (Rp. 3000). Di terminal naik bus AC tarif ekonomi Mira (Rp. 24.000) dari Jogjakarta menuju Surabaya. Di surabaya menginap di rumah Nor Karmawan dan kemudian naik kapal yang ternyata delay selama 2 hari (Gak nanggung-nanggung delay nya) menuju Bajarmasin dengan KM. Kirana III, untungnya kapalnya masih baru dan enak (Full AC) tidak seperti kapal ke Ende. Dan di Pelabuhan Trisakti Adit Menjemput saya dan langsung beristirahat di rumah paman saya. Perjalanan pun berakhir.

Peran teman-teman dari Forum Backapacker Indonesia sangat banyak membantu perjalanan saya kurang lebih selama 40 hari ini. Dan juga orang Indonesia yang selalu ramah menyambut saya dimanapun berada saya ucapkan terima kasih.

Note Pengeluaran:

Puruk Cahu Banjarmasin: Rp. 210.000

Banjarmasin Jogjakarta : Rp. 800.000

Jogja Parang Tritis PP : Rp. 22.000

Jogja Solo : Rp. 10.000

Solo Surabaya : Rp. 23.000

Surabaya Malang PP : Rp. 8.000

Gunung Semeru : Rp. 172.000

Surabaya Ende (By Ship) : Rp. 382. 000

Ende Moni : Rp. 15.000

Penginapan Moni : Rp. 50.000

Ojek ke Kelimutu : Rp. 60.000

Moni Ende : Rp. 15.000

Ende Bajawa : Rp. 50.000

Ojek Bena : Rp. 20.000

Angkot + ojek ke Soa PP : 25.000

Bajawa Labuan Bajo : Rp. 100.000

Hotel L. Bajo : Rp. 30.000 x 4 = Rp. 120.000

TN. Komodo : Free

Labuan Bajo Mataram : Rp. 200.000

Mataram Gili Trawangan PP : Rp. 27.000

Mataram Pelabuhan Lembar : Rp. 20.000

Pelabuhan Lembar Pasuruan : Rp. 150.000

Pasuruan Surabaya : Rp. 10.000

Surabaya Jepara : Rp. 65.000

Karimun Jawa : Rp. 500.000

Jepara - Jogja : Rp. 32.000

Jogja - Surabaya : Rp. 24.000

Surabaya Banjarmasin : 200.000

TOTAL : Rp. 3.310.000 Diposkan oleh Indra Setiawan di 17.44 Label: Backpacker Jogjakarta, Backpacker Kalimantan, Bali, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jogjakarta, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

2 komentar: Nurul Hidayah mengatakan...

Thanks for the information... lagi mengatur strategi neh... semoga nemu waktu yg cocok dan sesuai... Let's start travelling ... 24 Agustus 2012 03.45 Indra Setiawan mengatakan...

sama-sama....hhe kada usah banyak mikir, yg penting tulak.. 5 September 2012 18.22

Poskan Komentar

Pembaca yang baik selalu meninggalkan Komentar..:-)

Posting Lebih Baru Posting Lama Langganan: Poskan Komentar (Atom) Translate Diberdayakan oleh Terjemahan

Sikueh (Dimana) Bali Jawa Tengah Jawa Timur Jogjakarta Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Papua Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Hampareya (Arsip)

Download Ebook (Gratis)

Ji Payu (Populer)

Tips Backpacking ke Gunung Bromo

Rasanya tak ada yang tidak kenal lagi dengan yang namanya Gunung Bromo, bahkan tempat ini menjadi salah satu tujuan favorit turis asing set...

Rancangan Itinerary Pendakian Gunung Semeru Berikut kita akan berbagi rancangan rencana perjalanan (Itenerary) pendakian Gunung Semeru , rancangan ini disusun oleh Mas Bimo dkk dan ki...

Tips Snorkeling Untuk Pemula Sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dari lautan, dan Lautan Indonesia sendiri termasuk dalam pusat jantung segitiga karang dunia. Jad...

Kakawalan

Indra Setiawan. Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright BACKPACKER BORNEO. All rights reserved. BACKPACKER BORNEO

Mencintai Indonesia Dengan Cara Kita Sendiri Home About Me Narcism BlogPacker

SEARCH

1 Kamis, 22 Desember 2011 40 Hari Ngegembel di Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa dan Flores Repost dari Forum Backpacker Indonesia.com.

Di sini saya tidak akan menceritakan detail perjalanan saya, hanya rute dan biaya yang telah saya jalani. Siapa tau ada teman-teman backpacker yang ingin mengunjungi tempat-tempat yang telah saya kunjungi tersebut dan ini bisa menjadi sedikit referensi atau gambaran tentang penyusunan budget, karena hal itulah yang menjadi salah satu keasikan dalam backpacking, menyusun itenerary dan biaya yang akan dikeluarkan. Bagi yang ingin membaca perjalannya secara lengkap bisa membaca blog saya di bawah, dimana semuanya saya ceritakan secara terperinci.

Perjalanan saya dimulai dari rumah dengan travel dari Puruk Cahu (Kalteng) menuju Banjarmasin (Kalsel) selama kurang lebih 15 jam dengan medan yang setengah offroad dengan biaya Rp. 210.000. Kemudian saya menginap di rumah keluarga di Banjarmasin. Besok harinya berulah ke Bandara Syamsuddin Noor Banjarbaru untuk terbang ke Jogjakarta, Karena sya terlebih dahulu mengantar adek untuk kuliah di Jogjakarta. Dan tentu saja karena penerbangan dari Banjarmasin ke Jogjakarta hanya dilayani oleh Lion Air maka sekendak merekalah meletakan harga, di tambah dengan kondisi setela lebaran maka tiket BDJ-JOG saya peroleh Rp. 800.000.

Setelah selesai urusan karena masih pagi sayapun melanjutkan ke Pantai Parang Tritis naik Bus dengan (Rp. 12.000) dan pulangnya Cuma Rp. 10.000. berangkat lebih mahal karena sudah termasuk biaya masuk ke Pantai. Dan untungnya saya masih sempat untuk mengejar kereta Pramex menuju Solo (Solo). Alhasil sampailah saya di Solo setelah selama dua jam berdiri dan duduk di lantai kereta terakhir yang sedang penuh.

Di Solo saya menginap di Rumah Singgah Solo dan ditemani berkeliling oleh saudara Mbendol. Setelah dua malam menginap di Solo saya kemudian melanjutkan perjalanan ke Surabaya menggunakan Kereta Ekonomi (Rp. 23.000) dari Stasiun Purwosari dan turun di Stasiun Gubeng. Di Surabaya saya menginap di Kos Rizal dan sempar berjalan-jalan ke House of Sampurna dan Musium 10 November. Malamnya saya juga diajak untuk ikutan gadering dengan teman-teman Forum Backpacker Indonesia Regional Surabaya.

Dari Surabaya saya menuju Malang kembali dengan Kereta Ekonomi (Rp. 4.000) dan menginap di Pondoknya Iman, membuat saya teringat kenangan selama 3 tahun yang telah saya lewati, malamnya kita juga kumpul-kumpul dengan teman-teman CouchSurfing Malang. Katanya Backpacker tapi tiap malang nongkrongnya di cafe terus..hehe

Pagi-pagi kita kembali berangkat untuk ke Pasar Tumpang naik angkot (Rp.6000) dan kemudian memulai pendakian Gunung Semeru bersama teman-teman dari Elkape Indonesia. Biaya pendakian kita shering bersama dengan total Rp. 172.000 untuk transpot serta logistik. Selain itu kita juga memakai porter untuk membantu membawa logistik yang sangat banyak bagi rombongan kita yang berjumlah 28 orang.

Turun dari Gunung Semeru saya kembali menginap selama dua malam di Malang di Asrama Kabupaten Banjar dan ke Surabaya naik kembali kereta ... (Rp. 4000) menuju Surabaya. Sore harinya langsung menuju Pelabuhan Tanjung Perak untuk melanjutkan perjalanan menuju kota Ende di Flores dengan kapal KM. Awu (Rp. 382.000).

Sesampainya di Ende saya menginap di Pelabuhan dan paginya berjalan kaki menuju Bekas Pengasingan Bung Karno dan setelah itu naik ojek ke terminal (Rp. 10.000) dan melanjutkan perjalanan dengan bus menuju Moni (Rp. 15.000). Di Moni saya bermalam di homestay Nusa Bunga dengan tarif Rp. 50.000 per harinya. Besok paginya mengunjungi Danau Kelimutu yang terkenal dengan danau tiga warnanya disambung dengan Pemandian Air Panas dan Air terjun dengan diantarkan ojek (Rp. 60.000).

Sianya setelah turun dari Danau Tiga Warna saya langsung melanjutkan perjalanan ke Ende dengan Bus damri (Rp. 15.000) lalu melanjutkan perjalanan menuju kota Bajawa dengan travel (Rp. 50.000) dan kemudian menginap di mesjid Bajawa. Besoknya saya ke kampung adat yang masih menjaga tradisinya yaitu Kampung Bena, ke sana dengan diantarkan oleh ojek (Rp. 20.000). Pulang dari Kampung Bena saya melanjutkan perjalanan ke Pemandian Air Panas Mangeruda di Soa naik angkot (Rp. 10.000), turun di persimpangan dan naik ojek (Rp. 5.000) menuju pintu masuk. Untuk masuk ke pemandian air panas kita dikenai tarif Rp. 3.000. dan kembali lagi ke Bajawa seperti ketika berangkat tadi, naik ojek (Rp. 5000) terlebih dahulu lalu naik angkot (Rp. 5000) dan sampailah kembali ke Kota Bajawa.

Besok harinya pagi-pagi saya ke terminal dengan ojek (Rp. 5000) untuk menunggu bus Gemini menuju Labuan Bajo (Rp. 100.000) dan baru tiba di Labuan Bajo di malam harinya dan dapat sisa penginapan di Losmen Bahagia (Rp. 30.000). dan bertemu dengan orang yang saya anggap sebagai Malaikat Penolong yaitu Kaka Pedi Parera, yang kemudian mengajak saya ke Taman Nasional

Komodo, namun saya harus menunggu selama 3 hari karena tamunya baru datang tanggal 2, sedangkan waktu itu masih tanggal 29. Dan saya juga pindah untuk mencari tempat menginap dan akhirnya menginap di Hotel Pelangi. Namun banyak yang saya dapat selama beberapa hari dilabuan bajo seperti berkeliling kota ke Gua batu cermin dan pantai Pede dengan motor yang dipinjamkan oleh Abang Icank.

Perjalanan selama 3 hari di Taman Nasional Komodo merupakan perjalanan yang terlupakan semala hidup saya, bersama tamu kak Pedi yang datang dari Francis. Karena Cuma nebeng saya Cuma tidur di lantai kapal dan untungnya bisa lebih akrab dengan para awak awak kapal.

Setelah kembali ke Labuan Bajo dari TN. Komodo saya kembali beruntung karena akan ada penyambutan Pak Jusuf Kalla dan yang paling saya incar adalah saya bisa melihat Tarian Caci yang terkenal. Saya kembali menginap di hotel Pelangi untuk malam itu dan mandi sepuasnyanya.

Besok paginya saya kembali melanjutkan perjalanan dengan Feri menuju Pelabuhan Sape, saya membeli tiket bus Langsung Indah dari Labuan Bajo menuju Mataram sebesar Rp. 200.000. Sesampainya di Pelabuhan Sape kita dijempul oleh bus kecil untuk menuju kota Bima dan di kota Bima saya sempat berjalan sebentar menunggu bus berangkat, pada pukul 7 malam Bus berangkat menuju Mataram dan tiba keesokan harinya.

Di Matarm saya menginap di rumah Rinja dan kemudian diantar keliling dengan mobilnya. Besoknya saja juga diantar menuju sebuah pasar dan dari pasar itu saya melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan Bangsal Pamenang dengan L300 (Rp.7000) dan kemudian menyeberang ke Gili Trawangan (Rp. 10.000). dan di Gili saya bersama Mas Joe yang baik hati, saya dipinjamkan alat Snorkeling gratis dan ditraktir makan siang. Pukul 3 sore saya kembali ke Bangsal Pemenangan dan kapal penyeberangan pulang kembali Gratis walau basah basahan terkena ombak yang sedang besar.

Dari Bangsal Pamenang saya kembali ke Kota Mataram, setelah menunggu agak lama datanglah Bus (Rp.10.000) dan langsung menuju terminal Mardalika, di terminal saya kembali naik angkot L300 (Rp. 20.00) menuju pelabuhan Lembar. Dari pelabuhan Lembar saya naik truk untuk menuju Surabaya dan memberi Rp. 100.000 kepada supir yang berasal dari Flores, namun karena sering berhenti dan lama sekali ketika berhenti di Bali saya pindah ke truk lain dan memberi Rp. 50.000 lagi kepada supir yang baru. Dan di Pasuruan saya turun dari truk karena berhenti lama lagi dan saya harus tiba di Surabaya secepatnya, dan naik bus (Rp. 10.000) sampai terminal Purabaya di ......

Sekitar 2 jam menunggu saya kembali naik bus Indonesia (Rp. 65.000)Menuju Jepara dan ke Karimun Jawa selama 4 hari 3 malam dengan pengeluaran sekitar Rp. 500.000. pulang dari Karimun Jawa saya menuju Jogjakarta dengan terlebih dahulu naik bus ke Semarang (Rp. 10.000) dan melanjutkan dengan Bus lain yang kemudian penumpang di pindah ke bus lain dengan total Rp. 22.000. Turun di Terminal Jombor dan tak ada angkot menuju Malioboro, yang ada hanya ojek dan taksi yang pastinya mahal akhirnya cari penginapan di sekitar terminal, tanya sana-sini akhirnya dapat yang Rp. 50.000.

Besok paginya baru menemui adek dengan naik Trans Jogja (Rp. 3000) dan setelah itu ke terminal Giwangan dengan Trans Jogja kembali (Rp. 3000). Di terminal naik bus AC tarif ekonomi Mira (Rp. 24.000) dari Jogjakarta menuju Surabaya. Di surabaya menginap di rumah Nor Karmawan dan kemudian naik kapal yang ternyata delay selama 2 hari (Gak nanggung-nanggung delay nya) menuju Bajarmasin dengan KM. Kirana III, untungnya kapalnya masih baru dan enak (Full AC) tidak seperti kapal ke Ende. Dan di Pelabuhan Trisakti Adit Menjemput saya dan langsung beristirahat di rumah paman saya. Perjalanan pun berakhir.

Peran teman-teman dari Forum Backapacker Indonesia sangat banyak membantu perjalanan saya kurang lebih selama 40 hari ini. Dan juga orang Indonesia yang selalu ramah menyambut saya dimanapun berada saya ucapkan terima kasih.

Note Pengeluaran:

Puruk Cahu Banjarmasin: Rp. 210.000

Banjarmasin Jogjakarta : Rp. 800.000

Jogja Parang Tritis PP : Rp. 22.000

Jogja Solo : Rp. 10.000

Solo Surabaya : Rp. 23.000

Surabaya Malang PP : Rp. 8.000

Gunung Semeru : Rp. 172.000

Surabaya Ende (By Ship) : Rp. 382. 000

Ende Moni : Rp. 15.000

Penginapan Moni : Rp. 50.000

Ojek ke Kelimutu : Rp. 60.000

Moni Ende : Rp. 15.000

Ende Bajawa : Rp. 50.000

Ojek Bena : Rp. 20.000

Angkot + ojek ke Soa PP : 25.000

Bajawa Labuan Bajo : Rp. 100.000

Hotel L. Bajo : Rp. 30.000 x 4 = Rp. 120.000

TN. Komodo : Free

Labuan Bajo Mataram : Rp. 200.000

Mataram Gili Trawangan PP : Rp. 27.000

Mataram Pelabuhan Lembar : Rp. 20.000

Pelabuhan Lembar Pasuruan : Rp. 150.000

Pasuruan Surabaya : Rp. 10.000

Surabaya Jepara : Rp. 65.000

Karimun Jawa : Rp. 500.000

Jepara - Jogja : Rp. 32.000

Jogja - Surabaya : Rp. 24.000

Surabaya Banjarmasin : 200.000

TOTAL : Rp. 3.310.000 Diposkan oleh Indra Setiawan di 17.44 Label: Backpacker Jogjakarta, Backpacker Kalimantan, Bali, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jogjakarta, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

2 komentar: Nurul Hidayah mengatakan...

Thanks for the information... lagi mengatur strategi neh... semoga nemu waktu yg cocok dan sesuai... Let's start travelling ... 24 Agustus 2012 03.45 Indra Setiawan mengatakan...

sama-sama....hhe kada usah banyak mikir, yg penting tulak.. 5 September 2012 18.22

Poskan Komentar

Pembaca yang baik selalu meninggalkan Komentar..:-)

Posting Lebih Baru Posting Lama Langganan: Poskan Komentar (Atom) Translate Diberdayakan oleh Terjemahan

Sikueh (Dimana) Bali Jawa Tengah Jawa Timur

Jogjakarta Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Papua Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Hampareya (Arsip)

Download Ebook (Gratis)

Ji Payu (Populer)

Tips Backpacking ke Gunung Bromo Rasanya tak ada yang tidak kenal lagi dengan yang namanya Gunung Bromo, bahkan tempat ini menjadi salah satu tujuan favorit turis asing set...

Rancangan Itinerary Pendakian Gunung Semeru Berikut kita akan berbagi rancangan rencana perjalanan (Itenerary) pendakian Gunung Semeru , rancangan ini disusun oleh Mas Bimo dkk dan ki...

Tips Snorkeling Untuk Pemula Sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dari lautan, dan Lautan Indonesia sendiri termasuk dalam pusat jantung segitiga karang dunia. Jad...

Kakawalan

Indra Setiawan. Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright BACKPACKER BORNEO. All rights reserved. BACKPACKER BORNEO

Mencintai Indonesia Dengan Cara Kita Sendiri Home About Me Narcism BlogPacker

SEARCH

1 Kamis, 22 Desember 2011 40 Hari Ngegembel di Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa dan Flores Repost dari Forum Backpacker Indonesia.com.

Di sini saya tidak akan menceritakan detail perjalanan saya, hanya rute dan biaya yang telah saya jalani. Siapa tau ada teman-teman backpacker yang ingin mengunjungi tempat-tempat yang telah saya kunjungi tersebut dan ini bisa menjadi sedikit referensi atau gambaran tentang penyusunan budget, karena hal itulah yang menjadi salah satu keasikan dalam backpacking, menyusun itenerary dan biaya yang akan dikeluarkan. Bagi yang ingin membaca perjalannya secara lengkap bisa membaca blog saya di bawah, dimana semuanya saya ceritakan secara terperinci.

Perjalanan saya dimulai dari rumah dengan travel dari Puruk Cahu (Kalteng) menuju Banjarmasin (Kalsel) selama kurang lebih 15 jam dengan medan yang setengah offroad dengan biaya Rp. 210.000. Kemudian saya menginap di rumah keluarga di Banjarmasin. Besok harinya berulah ke Bandara Syamsuddin Noor Banjarbaru untuk terbang ke Jogjakarta, Karena sya terlebih dahulu mengantar adek untuk kuliah di Jogjakarta. Dan tentu saja karena penerbangan dari Banjarmasin ke Jogjakarta hanya dilayani oleh Lion Air maka sekendak merekalah meletakan harga, di tambah dengan kondisi setela lebaran maka tiket BDJ-JOG saya peroleh Rp. 800.000.

Setelah selesai urusan karena masih pagi sayapun melanjutkan ke Pantai Parang Tritis naik Bus dengan (Rp. 12.000) dan pulangnya Cuma Rp. 10.000. berangkat lebih mahal karena sudah termasuk biaya masuk ke Pantai. Dan untungnya saya masih sempat untuk mengejar kereta Pramex menuju Solo (Solo). Alhasil sampailah saya di Solo setelah selama dua jam berdiri dan duduk di lantai kereta terakhir yang sedang penuh.

Di Solo saya menginap di Rumah Singgah Solo dan ditemani berkeliling oleh saudara Mbendol. Setelah dua malam menginap di Solo saya kemudian melanjutkan perjalanan ke Surabaya menggunakan Kereta Ekonomi (Rp. 23.000) dari Stasiun Purwosari dan turun di Stasiun Gubeng. Di Surabaya saya menginap di Kos Rizal dan sempar berjalan-jalan ke House of Sampurna dan Musium 10 November. Malamnya saya juga diajak untuk ikutan gadering dengan teman-teman Forum Backpacker Indonesia Regional Surabaya.

Dari Surabaya saya menuju Malang kembali dengan Kereta Ekonomi (Rp. 4.000) dan menginap di Pondoknya Iman, membuat saya teringat kenangan selama 3 tahun yang telah saya lewati, malamnya kita juga kumpul-kumpul dengan teman-teman CouchSurfing Malang. Katanya Backpacker tapi tiap malang nongkrongnya di cafe terus..hehe

Pagi-pagi kita kembali berangkat untuk ke Pasar Tumpang naik angkot (Rp.6000) dan kemudian memulai pendakian Gunung Semeru bersama teman-teman dari Elkape Indonesia. Biaya pendakian kita shering bersama dengan total Rp. 172.000 untuk transpot serta logistik. Selain itu kita juga memakai porter untuk membantu membawa logistik yang sangat banyak bagi rombongan kita yang berjumlah 28 orang.

Turun dari Gunung Semeru saya kembali menginap selama dua malam di Malang di Asrama Kabupaten Banjar dan ke Surabaya naik kembali kereta ... (Rp. 4000) menuju Surabaya. Sore harinya

langsung menuju Pelabuhan Tanjung Perak untuk melanjutkan perjalanan menuju kota Ende di Flores dengan kapal KM. Awu (Rp. 382.000).

Sesampainya di Ende saya menginap di Pelabuhan dan paginya berjalan kaki menuju Bekas Pengasingan Bung Karno dan setelah itu naik ojek ke terminal (Rp. 10.000) dan melanjutkan perjalanan dengan bus menuju Moni (Rp. 15.000). Di Moni saya bermalam di homestay Nusa Bunga dengan tarif Rp. 50.000 per harinya. Besok paginya mengunjungi Danau Kelimutu yang terkenal dengan danau tiga warnanya disambung dengan Pemandian Air Panas dan Air terjun dengan diantarkan ojek (Rp. 60.000).

Sianya setelah turun dari Danau Tiga Warna saya langsung melanjutkan perjalanan ke Ende dengan Bus damri (Rp. 15.000) lalu melanjutkan perjalanan menuju kota Bajawa dengan travel (Rp. 50.000) dan kemudian menginap di mesjid Bajawa. Besoknya saya ke kampung adat yang masih menjaga tradisinya yaitu Kampung Bena, ke sana dengan diantarkan oleh ojek (Rp. 20.000). Pulang dari Kampung Bena saya melanjutkan perjalanan ke Pemandian Air Panas Mangeruda di Soa naik angkot (Rp. 10.000), turun di persimpangan dan naik ojek (Rp. 5.000) menuju pintu masuk. Untuk masuk ke pemandian air panas kita dikenai tarif Rp. 3.000. dan kembali lagi ke Bajawa seperti ketika berangkat tadi, naik ojek (Rp. 5000) terlebih dahulu lalu naik angkot (Rp. 5000) dan sampailah kembali ke Kota Bajawa.

Besok harinya pagi-pagi saya ke terminal dengan ojek (Rp. 5000) untuk menunggu bus Gemini menuju Labuan Bajo (Rp. 100.000) dan baru tiba di Labuan Bajo di malam harinya dan dapat sisa penginapan di Losmen Bahagia (Rp. 30.000). dan bertemu dengan orang yang saya anggap sebagai Malaikat Penolong yaitu Kaka Pedi Parera, yang kemudian mengajak saya ke Taman Nasional Komodo, namun saya harus menunggu selama 3 hari karena tamunya baru datang tanggal 2, sedangkan waktu itu masih tanggal 29. Dan saya juga pindah untuk mencari tempat menginap dan akhirnya menginap di Hotel Pelangi. Namun banyak yang saya dapat selama beberapa hari dilabuan bajo seperti berkeliling kota ke Gua batu cermin dan pantai Pede dengan motor yang dipinjamkan oleh Abang Icank.

Perjalanan selama 3 hari di Taman Nasional Komodo merupakan perjalanan yang terlupakan semala hidup saya, bersama tamu kak Pedi yang datang dari Francis. Karena Cuma nebeng saya Cuma tidur di lantai kapal dan untungnya bisa lebih akrab dengan para awak awak kapal.

Setelah kembali ke Labuan Bajo dari TN. Komodo saya kembali beruntung karena akan ada penyambutan Pak Jusuf Kalla dan yang paling saya incar adalah saya bisa melihat Tarian Caci yang terkenal. Saya kembali menginap di hotel Pelangi untuk malam itu dan mandi sepuasnyanya.

Besok paginya saya kembali melanjutkan perjalanan dengan Feri menuju Pelabuhan Sape, saya membeli tiket bus Langsung Indah dari Labuan Bajo menuju Mataram sebesar Rp. 200.000. Sesampainya di Pelabuhan Sape kita dijempul oleh bus kecil untuk menuju kota Bima dan di kota Bima saya sempat berjalan sebentar menunggu bus berangkat, pada pukul 7 malam Bus berangkat menuju Mataram dan tiba keesokan harinya.

Di Matarm saya menginap di rumah Rinja dan kemudian diantar keliling dengan mobilnya. Besoknya saja juga diantar menuju sebuah pasar dan dari pasar itu saya melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan Bangsal Pamenang dengan L300 (Rp.7000) dan kemudian menyeberang ke Gili Trawangan (Rp. 10.000). dan di Gili saya bersama Mas Joe yang baik hati, saya dipinjamkan alat Snorkeling gratis dan ditraktir makan siang. Pukul 3 sore saya kembali ke Bangsal Pemenangan dan kapal penyeberangan pulang kembali Gratis walau basah basahan terkena ombak yang sedang besar.

Dari Bangsal Pamenang saya kembali ke Kota Mataram, setelah menunggu agak lama datanglah Bus (Rp.10.000) dan langsung menuju terminal Mardalika, di terminal saya kembali naik angkot L300 (Rp. 20.00) menuju pelabuhan Lembar. Dari pelabuhan Lembar saya naik truk untuk menuju Surabaya dan memberi Rp. 100.000 kepada supir yang berasal dari Flores, namun karena sering berhenti dan lama sekali ketika berhenti di Bali saya pindah ke truk lain dan memberi Rp. 50.000 lagi kepada supir yang baru. Dan di Pasuruan saya turun dari truk karena berhenti lama lagi dan saya harus tiba di Surabaya secepatnya, dan naik bus (Rp. 10.000) sampai terminal Purabaya di ......

Sekitar 2 jam menunggu saya kembali naik bus Indonesia (Rp. 65.000)Menuju Jepara dan ke Karimun Jawa selama 4 hari 3 malam dengan pengeluaran sekitar Rp. 500.000. pulang dari Karimun Jawa saya menuju Jogjakarta dengan terlebih dahulu naik bus ke Semarang (Rp. 10.000) dan melanjutkan dengan Bus lain yang kemudian penumpang di pindah ke bus lain dengan total Rp. 22.000. Turun di Terminal Jombor dan tak ada angkot menuju Malioboro, yang ada hanya ojek dan taksi yang pastinya mahal akhirnya cari penginapan di sekitar terminal, tanya sana-sini akhirnya dapat yang Rp. 50.000.

Besok paginya baru menemui adek dengan naik Trans Jogja (Rp. 3000) dan setelah itu ke terminal Giwangan dengan Trans Jogja kembali (Rp. 3000). Di terminal naik bus AC tarif ekonomi Mira (Rp. 24.000) dari Jogjakarta menuju Surabaya. Di surabaya menginap di rumah Nor Karmawan dan kemudian naik kapal yang ternyata delay selama 2 hari (Gak nanggung-nanggung delay nya) menuju Bajarmasin dengan KM. Kirana III, untungnya kapalnya masih baru dan enak (Full AC) tidak seperti kapal ke Ende. Dan di Pelabuhan Trisakti Adit Menjemput saya dan langsung beristirahat di rumah paman saya. Perjalanan pun berakhir.

Peran teman-teman dari Forum Backapacker Indonesia sangat banyak membantu perjalanan saya kurang lebih selama 40 hari ini. Dan juga orang Indonesia yang selalu ramah menyambut saya dimanapun berada saya ucapkan terima kasih.

Note Pengeluaran:

Puruk Cahu Banjarmasin: Rp. 210.000

Banjarmasin Jogjakarta : Rp. 800.000

Jogja Parang Tritis PP : Rp. 22.000

Jogja Solo : Rp. 10.000

Solo Surabaya : Rp. 23.000

Surabaya Malang PP : Rp. 8.000

Gunung Semeru : Rp. 172.000

Surabaya Ende (By Ship) : Rp. 382. 000

Ende Moni : Rp. 15.000

Penginapan Moni : Rp. 50.000

Ojek ke Kelimutu : Rp. 60.000

Moni Ende : Rp. 15.000

Ende Bajawa : Rp. 50.000

Ojek Bena : Rp. 20.000

Angkot + ojek ke Soa PP : 25.000

Bajawa Labuan Bajo : Rp. 100.000

Hotel L. Bajo : Rp. 30.000 x 4 = Rp. 120.000

TN. Komodo : Free

Labuan Bajo Mataram : Rp. 200.000

Mataram Gili Trawangan PP : Rp. 27.000

Mataram Pelabuhan Lembar : Rp. 20.000

Pelabuhan Lembar Pasuruan : Rp. 150.000

Pasuruan Surabaya : Rp. 10.000

Surabaya Jepara : Rp. 65.000

Karimun Jawa : Rp. 500.000

Jepara - Jogja : Rp. 32.000

Jogja - Surabaya : Rp. 24.000

Surabaya Banjarmasin : 200.000

TOTAL : Rp. 3.310.000 Diposkan oleh Indra Setiawan di 17.44 Label: Backpacker Jogjakarta, Backpacker Kalimantan, Bali, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jogjakarta, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

2 komentar: Nurul Hidayah mengatakan...

Thanks for the information... lagi mengatur strategi neh... semoga nemu waktu yg cocok dan sesuai... Let's start travelling ... 24 Agustus 2012 03.45 Indra Setiawan mengatakan...

sama-sama....hhe kada usah banyak mikir, yg penting tulak.. 5 September 2012 18.22

Poskan Komentar

Pembaca yang baik selalu meninggalkan Komentar..:-)

Posting Lebih Baru Posting Lama Langganan: Poskan Komentar (Atom) Translate Diberdayakan oleh Terjemahan

Sikueh (Dimana) Bali Jawa Tengah Jawa Timur Jogjakarta Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Papua Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Hampareya (Arsip)

Download Ebook (Gratis)

Ji Payu (Populer)

Tips Backpacking ke Gunung Bromo Rasanya tak ada yang tidak kenal lagi dengan yang namanya Gunung Bromo, bahkan tempat ini menjadi salah satu tujuan favorit turis asing set...

Rancangan Itinerary Pendakian Gunung Semeru Berikut kita akan berbagi rancangan rencana perjalanan (Itenerary) pendakian Gunung Semeru , rancangan ini disusun oleh Mas Bimo dkk dan ki...

Tips Snorkeling Untuk Pemula Sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dari lautan, dan Lautan Indonesia sendiri termasuk dalam pusat jantung segitiga karang dunia. Jad...

Kakawalan

Indra Setiawan. Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright BACKPACKER BORNEO. All rights reserved. BACKPACKER BORNEO

Mencintai Indonesia Dengan Cara Kita Sendiri Home About Me Narcism

BlogPacker

SEARCH

1 Kamis, 22 Desember 2011 40 Hari Ngegembel di Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa dan Flores Repost dari Forum Backpacker Indonesia.com.

Di sini saya tidak akan menceritakan detail perjalanan saya, hanya rute dan biaya yang telah saya jalani. Siapa tau ada teman-teman backpacker yang ingin mengunjungi tempat-tempat yang telah saya kunjungi tersebut dan ini bisa menjadi sedikit referensi atau gambaran tentang penyusunan budget, karena hal itulah yang menjadi salah satu keasikan dalam backpacking, menyusun itenerary dan biaya yang akan dikeluarkan. Bagi yang ingin membaca perjalannya secara lengkap bisa membaca blog saya di bawah, dimana semuanya saya ceritakan secara terperinci.

Perjalanan saya dimulai dari rumah dengan travel dari Puruk Cahu (Kalteng) menuju Banjarmasin (Kalsel) selama kurang lebih 15 jam dengan medan yang setengah offroad dengan biaya Rp. 210.000. Kemudian saya menginap di rumah keluarga di Banjarmasin. Besok harinya berulah ke Bandara Syamsuddin Noor Banjarbaru untuk terbang ke Jogjakarta, Karena sya terlebih dahulu mengantar adek untuk kuliah di Jogjakarta. Dan tentu saja karena penerbangan dari Banjarmasin ke Jogjakarta hanya dilayani oleh Lion Air maka sekendak merekalah meletakan harga, di tambah dengan kondisi setela lebaran maka tiket BDJ-JOG saya peroleh Rp. 800.000.

Setelah selesai urusan karena masih pagi sayapun melanjutkan ke Pantai Parang Tritis naik Bus dengan (Rp. 12.000) dan pulangnya Cuma Rp. 10.000. berangkat lebih mahal karena sudah termasuk biaya masuk ke Pantai. Dan untungnya saya masih sempat untuk mengejar kereta Pramex menuju Solo (Solo). Alhasil sampailah saya di Solo setelah selama dua jam berdiri dan duduk di lantai kereta terakhir yang sedang penuh.

Di Solo saya menginap di Rumah Singgah Solo dan ditemani berkeliling oleh saudara Mbendol. Setelah dua malam menginap di Solo saya kemudian melanjutkan perjalanan ke Surabaya menggunakan Kereta Ekonomi (Rp. 23.000) dari Stasiun Purwosari dan turun di Stasiun Gubeng. Di Surabaya saya menginap di Kos Rizal dan sempar berjalan-jalan ke House of Sampurna dan Musium 10 November. Malamnya saya juga diajak untuk ikutan gadering dengan teman-teman Forum Backpacker Indonesia Regional Surabaya.

Dari Surabaya saya menuju Malang kembali dengan Kereta Ekonomi (Rp. 4.000) dan menginap di Pondoknya Iman, membuat saya teringat kenangan selama 3 tahun yang telah saya lewati, malamnya kita juga kumpul-kumpul dengan teman-teman CouchSurfing Malang. Katanya Backpacker tapi tiap malang nongkrongnya di cafe terus..hehe

Pagi-pagi kita kembali berangkat untuk ke Pasar Tumpang naik angkot (Rp.6000) dan kemudian memulai pendakian Gunung Semeru bersama teman-teman dari Elkape Indonesia. Biaya pendakian kita shering bersama dengan total Rp. 172.000 untuk transpot serta logistik. Selain itu kita juga memakai porter untuk membantu membawa logistik yang sangat banyak bagi rombongan kita yang berjumlah 28 orang.

Turun dari Gunung Semeru saya kembali menginap selama dua malam di Malang di Asrama Kabupaten Banjar dan ke Surabaya naik kembali kereta ... (Rp. 4000) menuju Surabaya. Sore harinya langsung menuju Pelabuhan Tanjung Perak untuk melanjutkan perjalanan menuju kota Ende di Flores dengan kapal KM. Awu (Rp. 382.000).

Sesampainya di Ende saya menginap di Pelabuhan dan paginya berjalan kaki menuju Bekas Pengasingan Bung Karno dan setelah itu naik ojek ke terminal (Rp. 10.000) dan melanjutkan perjalanan dengan bus menuju Moni (Rp. 15.000). Di Moni saya bermalam di homestay Nusa Bunga dengan tarif Rp. 50.000 per harinya. Besok paginya mengunjungi Danau Kelimutu yang terkenal dengan danau tiga warnanya disambung dengan Pemandian Air Panas dan Air terjun dengan diantarkan ojek (Rp. 60.000).

Sianya setelah turun dari Danau Tiga Warna saya langsung melanjutkan perjalanan ke Ende dengan Bus damri (Rp. 15.000) lalu melanjutkan perjalanan menuju kota Bajawa dengan travel (Rp. 50.000) dan kemudian menginap di mesjid Bajawa. Besoknya saya ke kampung adat yang masih menjaga tradisinya yaitu Kampung Bena, ke sana dengan diantarkan oleh ojek (Rp. 20.000). Pulang dari Kampung Bena saya melanjutkan perjalanan ke Pemandian Air Panas Mangeruda di Soa naik angkot (Rp. 10.000), turun di persimpangan dan naik ojek (Rp. 5.000) menuju pintu masuk. Untuk masuk ke pemandian air panas kita dikenai tarif Rp. 3.000. dan kembali lagi ke Bajawa seperti ketika berangkat

tadi, naik ojek (Rp. 5000) terlebih dahulu lalu naik angkot (Rp. 5000) dan sampailah kembali ke Kota Bajawa.

Besok harinya pagi-pagi saya ke terminal dengan ojek (Rp. 5000) untuk menunggu bus Gemini menuju Labuan Bajo (Rp. 100.000) dan baru tiba di Labuan Bajo di malam harinya dan dapat sisa penginapan di Losmen Bahagia (Rp. 30.000). dan bertemu dengan orang yang saya anggap sebagai Malaikat Penolong yaitu Kaka Pedi Parera, yang kemudian mengajak saya ke Taman Nasional Komodo, namun saya harus menunggu selama 3 hari karena tamunya baru datang tanggal 2, sedangkan waktu itu masih tanggal 29. Dan saya juga pindah untuk mencari tempat menginap dan akhirnya menginap di Hotel Pelangi. Namun banyak yang saya dapat selama beberapa hari dilabuan bajo seperti berkeliling kota ke Gua batu cermin dan pantai Pede dengan motor yang dipinjamkan oleh Abang Icank.

Perjalanan selama 3 hari di Taman Nasional Komodo merupakan perjalanan yang terlupakan semala hidup saya, bersama tamu kak Pedi yang datang dari Francis. Karena Cuma nebeng saya Cuma tidur di lantai kapal dan untungnya bisa lebih akrab dengan para awak awak kapal.

Setelah kembali ke Labuan Bajo dari TN. Komodo saya kembali beruntung karena akan ada penyambutan Pak Jusuf Kalla dan yang paling saya incar adalah saya bisa melihat Tarian Caci yang terkenal. Saya kembali menginap di hotel Pelangi untuk malam itu dan mandi sepuasnyanya.

Besok paginya saya kembali melanjutkan perjalanan dengan Feri menuju Pelabuhan Sape, saya membeli tiket bus Langsung Indah dari Labuan Bajo menuju Mataram sebesar Rp. 200.000. Sesampainya di Pelabuhan Sape kita dijempul oleh bus kecil untuk menuju kota Bima dan di kota Bima saya sempat berjalan sebentar menunggu bus berangkat, pada pukul 7 malam Bus berangkat menuju Mataram dan tiba keesokan harinya.

Di Matarm saya menginap di rumah Rinja dan kemudian diantar keliling dengan mobilnya. Besoknya saja juga diantar menuju sebuah pasar dan dari pasar itu saya melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan Bangsal Pamenang dengan L300 (Rp.7000) dan kemudian menyeberang ke Gili Trawangan (Rp. 10.000). dan di Gili saya bersama Mas Joe yang baik hati, saya dipinjamkan alat Snorkeling gratis dan ditraktir makan siang. Pukul 3 sore saya kembali ke Bangsal Pemenangan dan kapal penyeberangan pulang kembali Gratis walau basah basahan terkena ombak yang sedang besar.

Dari Bangsal Pamenang saya kembali ke Kota Mataram, setelah menunggu agak lama datanglah Bus (Rp.10.000) dan langsung menuju terminal Mardalika, di terminal saya kembali naik angkot L300 (Rp.

20.00) menuju pelabuhan Lembar. Dari pelabuhan Lembar saya naik truk untuk menuju Surabaya dan memberi Rp. 100.000 kepada supir yang berasal dari Flores, namun karena sering berhenti dan lama sekali ketika berhenti di Bali saya pindah ke truk lain dan memberi Rp. 50.000 lagi kepada supir yang baru. Dan di Pasuruan saya turun dari truk karena berhenti lama lagi dan saya harus tiba di Surabaya secepatnya, dan naik bus (Rp. 10.000) sampai terminal Purabaya di ......

Sekitar 2 jam menunggu saya kembali naik bus Indonesia (Rp. 65.000)Menuju Jepara dan ke Karimun Jawa selama 4 hari 3 malam dengan pengeluaran sekitar Rp. 500.000. pulang dari Karimun Jawa saya menuju Jogjakarta dengan terlebih dahulu naik bus ke Semarang (Rp. 10.000) dan melanjutkan dengan Bus lain yang kemudian penumpang di pindah ke bus lain dengan total Rp. 22.000. Turun di Terminal Jombor dan tak ada angkot menuju Malioboro, yang ada hanya ojek dan taksi yang pastinya mahal akhirnya cari penginapan di sekitar terminal, tanya sana-sini akhirnya dapat yang Rp. 50.000.

Besok paginya baru menemui adek dengan naik Trans Jogja (Rp. 3000) dan setelah itu ke terminal Giwangan dengan Trans Jogja kembali (Rp. 3000). Di terminal naik bus AC tarif ekonomi Mira (Rp. 24.000) dari Jogjakarta menuju Surabaya. Di surabaya menginap di rumah Nor Karmawan dan kemudian naik kapal yang ternyata delay selama 2 hari (Gak nanggung-nanggung delay nya) menuju Bajarmasin dengan KM. Kirana III, untungnya kapalnya masih baru dan enak (Full AC) tidak seperti kapal ke Ende. Dan di Pelabuhan Trisakti Adit Menjemput saya dan langsung beristirahat di rumah paman saya. Perjalanan pun berakhir.

Peran teman-teman dari Forum Backapacker Indonesia sangat banyak membantu perjalanan saya kurang lebih selama 40 hari ini. Dan juga orang Indonesia yang selalu ramah menyambut saya dimanapun berada saya ucapkan terima kasih.

Note Pengeluaran:

Puruk Cahu Banjarmasin: Rp. 210.000

Banjarmasin Jogjakarta : Rp. 800.000

Jogja Parang Tritis PP : Rp. 22.000

Jogja Solo : Rp. 10.000

Solo Surabaya : Rp. 23.000

Surabaya Malang PP : Rp. 8.000

Gunung Semeru : Rp. 172.000

Surabaya Ende (By Ship) : Rp. 382. 000

Ende Moni : Rp. 15.000

Penginapan Moni : Rp. 50.000

Ojek ke Kelimutu : Rp. 60.000

Moni Ende : Rp. 15.000

Ende Bajawa : Rp. 50.000

Ojek Bena : Rp. 20.000

Angkot + ojek ke Soa PP : 25.000

Bajawa Labuan Bajo : Rp. 100.000

Hotel L. Bajo : Rp. 30.000 x 4 = Rp. 120.000

TN. Komodo : Free

Labuan Bajo Mataram : Rp. 200.000

Mataram Gili Trawangan PP : Rp. 27.000

Mataram Pelabuhan Lembar : Rp. 20.000

Pelabuhan Lembar Pasuruan : Rp. 150.000

Pasuruan Surabaya : Rp. 10.000

Surabaya Jepara : Rp. 65.000

Karimun Jawa : Rp. 500.000

Jepara - Jogja : Rp. 32.000

Jogja - Surabaya : Rp. 24.000

Surabaya Banjarmasin : 200.000

TOTAL : Rp. 3.310.000 Diposkan oleh Indra Setiawan di 17.44 Label: Backpacker Jogjakarta, Backpacker Kalimantan, Bali, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jogjakarta, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur Kirimkan Ini lewat Email

BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

2 komentar: Nurul Hidayah mengatakan...

Thanks for the information... lagi mengatur strategi neh... semoga nemu waktu yg cocok dan sesuai... Let's start travelling ... 24 Agustus 2012 03.45 Indra Setiawan mengatakan...

sama-sama....hhe kada usah banyak mikir, yg penting tulak.. 5 September 2012 18.22

Poskan Komentar

Pembaca yang baik selalu meninggalkan Komentar..:-)

Posting Lebih Baru Posting Lama Langganan: Poskan Komentar (Atom) Translate Diberdayakan oleh Terjemahan

Sikueh (Dimana) Bali Jawa Tengah Jawa Timur Jogjakarta Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Papua Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Hampareya (Arsip)

Download Ebook (Gratis)

Ji Payu (Populer)

Tips Backpacking ke Gunung Bromo Rasanya tak ada yang tidak kenal lagi dengan yang namanya Gunung Bromo, bahkan tempat ini menjadi salah satu tujuan favorit turis asing set...

Rancangan Itinerary Pendakian Gunung Semeru Berikut kita akan berbagi rancangan rencana perjalanan (Itenerary) pendakian Gunung Semeru , rancangan ini disusun oleh Mas Bimo dkk dan ki...

Tips Snorkeling Untuk Pemula Sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dari lautan, dan Lautan Indonesia sendiri termasuk dalam pusat jantung segitiga karang dunia. Jad...

Kakawalan

Indra Setiawan. Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright BACKPACKER BORNEO. All rights reserved. BACKPACKER BORNEO

Mencintai Indonesia Dengan Cara Kita Sendiri Home About Me Narcism BlogPacker

SEARCH

1 Kamis, 22 Desember 2011 40 Hari Ngegembel di Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa dan Flores Repost dari Forum Backpacker Indonesia.com.

Di sini saya tidak akan menceritakan detail perjalanan saya, hanya rute dan biaya yang telah saya jalani. Siapa tau ada teman-teman backpacker yang ingin mengunjungi tempat-tempat yang telah saya kunjungi tersebut dan ini bisa menjadi sedikit referensi atau gambaran tentang penyusunan budget, karena hal itulah yang menjadi salah satu keasikan dalam backpacking, menyusun itenerary dan biaya yang akan dikeluarkan. Bagi yang ingin membaca perjalannya secara lengkap bisa membaca blog saya di bawah, dimana semuanya saya ceritakan secara terperinci.

Perjalanan saya dimulai dari rumah dengan travel dari Puruk Cahu (Kalteng) menuju Banjarmasin (Kalsel) selama kurang lebih 15 jam dengan medan yang setengah offroad dengan biaya Rp. 210.000. Kemudian saya menginap di rumah keluarga di Banjarmasin. Besok harinya berulah ke Bandara Syamsuddin Noor Banjarbaru untuk terbang ke Jogjakarta, Karena sya terlebih dahulu mengantar adek untuk kuliah di Jogjakarta. Dan tentu saja karena penerbangan dari Banjarmasin ke Jogjakarta hanya dilayani oleh Lion Air maka sekendak merekalah meletakan harga, di tambah dengan kondisi setela lebaran maka tiket BDJ-JOG saya peroleh Rp. 800.000.

Setelah selesai urusan karena masih pagi sayapun melanjutkan ke Pantai Parang Tritis naik Bus dengan (Rp. 12.000) dan pulangnya Cuma Rp. 10.000. berangkat lebih mahal karena sudah termasuk biaya masuk ke Pantai. Dan untungnya saya masih sempat untuk mengejar kereta Pramex menuju Solo (Solo). Alhasil sampailah saya di Solo setelah selama dua jam berdiri dan duduk di lantai kereta terakhir yang sedang penuh.

Di Solo saya menginap di Rumah Singgah Solo dan ditemani berkeliling oleh saudara Mbendol. Setelah dua malam menginap di Solo saya kemudian melanjutkan perjalanan ke Surabaya menggunakan Kereta Ekonomi (Rp. 23.000) dari Stasiun Purwosari dan turun di Stasiun Gubeng. Di Surabaya saya menginap di Kos Rizal dan sempar berjalan-jalan ke House of Sampurna dan Musium 10 November. Malamnya saya juga diajak untuk ikutan gadering dengan teman-teman Forum Backpacker Indonesia Regional Surabaya.

Dari Surabaya saya menuju Malang kembali dengan Kereta Ekonomi (Rp. 4.000) dan menginap di Pondoknya Iman, membuat saya teringat kenangan selama 3 tahun yang telah saya lewati, malamnya kita juga kumpul-kumpul dengan teman-teman CouchSurfing Malang. Katanya Backpacker tapi tiap malang nongkrongnya di cafe terus..hehe

Pagi-pagi kita kembali berangkat untuk ke Pasar Tumpang naik angkot (Rp.6000) dan kemudian memulai pendakian Gunung Semeru bersama teman-teman dari Elkape Indonesia. Biaya pendakian

kita shering bersama dengan total Rp. 172.000 untuk transpot serta logistik. Selain itu kita juga memakai porter untuk membantu membawa logistik yang sangat banyak bagi rombongan kita yang berjumlah 28 orang.

Turun dari Gunung Semeru saya kembali menginap selama dua malam di Malang di Asrama Kabupaten Banjar dan ke Surabaya naik kembali kereta ... (Rp. 4000) menuju Surabaya. Sore harinya langsung menuju Pelabuhan Tanjung Perak untuk melanjutkan perjalanan menuju kota Ende di Flores dengan kapal KM. Awu (Rp. 382.000).

Sesampainya di Ende saya menginap di Pelabuhan dan paginya berjalan kaki menuju Bekas Pengasingan Bung Karno dan setelah itu naik ojek ke terminal (Rp. 10.000) dan melanjutkan perjalanan dengan bus menuju Moni (Rp. 15.000). Di Moni saya bermalam di homestay Nusa Bunga dengan tarif Rp. 50.000 per harinya. Besok paginya mengunjungi Danau Kelimutu yang terkenal dengan danau tiga warnanya disambung dengan Pemandian Air Panas dan Air terjun dengan diantarkan ojek (Rp. 60.000).

Sianya setelah turun dari Danau Tiga Warna saya langsung melanjutkan perjalanan ke Ende dengan Bus damri (Rp. 15.000) lalu melanjutkan perjalanan menuju kota Bajawa dengan travel (Rp. 50.000) dan kemudian menginap di mesjid Bajawa. Besoknya saya ke kampung adat yang masih menjaga tradisinya yaitu Kampung Bena, ke sana dengan diantarkan oleh ojek (Rp. 20.000). Pulang dari Kampung Bena saya melanjutkan perjalanan ke Pemandian Air Panas Mangeruda di Soa naik angkot (Rp. 10.000), turun di persimpangan dan naik ojek (Rp. 5.000) menuju pintu masuk. Untuk masuk ke pemandian air panas kita dikenai tarif Rp. 3.000. dan kembali lagi ke Bajawa seperti ketika berangkat tadi, naik ojek (Rp. 5000) terlebih dahulu lalu naik angkot (Rp. 5000) dan sampailah kembali ke Kota Bajawa.

Besok harinya pagi-pagi saya ke terminal dengan ojek (Rp. 5000) untuk menunggu bus Gemini menuju Labuan Bajo (Rp. 100.000) dan baru tiba di Labuan Bajo di malam harinya dan dapat sisa penginapan di Losmen Bahagia (Rp. 30.000). dan bertemu dengan orang yang saya anggap sebagai Malaikat Penolong yaitu Kaka Pedi Parera, yang kemudian mengajak saya ke Taman Nasional Komodo, namun saya harus menunggu selama 3 hari karena tamunya baru datang tanggal 2, sedangkan waktu itu masih tanggal 29. Dan saya juga pindah untuk mencari tempat menginap dan akhirnya menginap di Hotel Pelangi. Namun banyak yang saya dapat selama beberapa hari dilabuan bajo seperti berkeliling kota ke Gua batu cermin dan pantai Pede dengan motor yang dipinjamkan oleh Abang Icank.

Perjalanan selama 3 hari di Taman Nasional Komodo merupakan perjalanan yang terlupakan semala hidup saya, bersama tamu kak Pedi yang datang dari Francis. Karena Cuma nebeng saya Cuma tidur di lantai kapal dan untungnya bisa lebih akrab dengan para awak awak kapal.

Setelah kembali ke Labuan Bajo dari TN. Komodo saya kembali beruntung karena akan ada penyambutan Pak Jusuf Kalla dan yang paling saya incar adalah saya bisa melihat Tarian Caci yang terkenal. Saya kembali menginap di hotel Pelangi untuk malam itu dan mandi sepuasnyanya.

Besok paginya saya kembali melanjutkan perjalanan dengan Feri menuju Pelabuhan Sape, saya membeli tiket bus Langsung Indah dari Labuan Bajo menuju Mataram sebesar Rp. 200.000. Sesampainya di Pelabuhan Sape kita dijempul oleh bus kecil untuk menuju kota Bima dan di kota Bima saya sempat berjalan sebentar menunggu bus berangkat, pada pukul 7 malam Bus berangkat menuju Mataram dan tiba keesokan harinya.

Di Matarm saya menginap di rumah Rinja dan kemudian diantar keliling dengan mobilnya. Besoknya saja juga diantar menuju sebuah pasar dan dari pasar itu saya melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan Bangsal Pamenang dengan L300 (Rp.7000) dan kemudian menyeberang ke Gili Trawangan (Rp. 10.000). dan di Gili saya bersama Mas Joe yang baik hati, saya dipinjamkan alat Snorkeling gratis dan ditraktir makan siang. Pukul 3 sore saya kembali ke Bangsal Pemenangan dan kapal penyeberangan pulang kembali Gratis walau basah basahan terkena ombak yang sedang besar.

Dari Bangsal Pamenang saya kembali ke Kota Mataram, setelah menunggu agak lama datanglah Bus (Rp.10.000) dan langsung menuju terminal Mardalika, di terminal saya kembali naik angkot L300 (Rp. 20.00) menuju pelabuhan Lembar. Dari pelabuhan Lembar saya naik truk untuk menuju Surabaya dan memberi Rp. 100.000 kepada supir yang berasal dari Flores, namun karena sering berhenti dan lama sekali ketika berhenti di Bali saya pindah ke truk lain dan memberi Rp. 50.000 lagi kepada supir yang baru. Dan di Pasuruan saya turun dari truk karena berhenti lama lagi dan saya harus tiba di Surabaya secepatnya, dan naik bus (Rp. 10.000) sampai terminal Purabaya di ......

Sekitar 2 jam menunggu saya kembali naik bus Indonesia (Rp. 65.000)Menuju Jepara dan ke Karimun Jawa selama 4 hari 3 malam dengan pengeluaran sekitar Rp. 500.000. pulang dari Karimun Jawa saya menuju Jogjakarta dengan terlebih dahulu naik bus ke Semarang (Rp. 10.000) dan melanjutkan dengan Bus lain yang kemudian penumpang di pindah ke bus lain dengan total Rp. 22.000. Turun di Terminal Jombor dan tak ada angkot menuju Malioboro, yang ada hanya ojek dan taksi yang pastinya mahal akhirnya cari penginapan di sekitar terminal, tanya sana-sini akhirnya dapat yang Rp. 50.000.

Besok paginya baru menemui adek dengan naik Trans Jogja (Rp. 3000) dan setelah itu ke terminal Giwangan dengan Trans Jogja kembali (Rp. 3000). Di terminal naik bus AC tarif ekonomi Mira (Rp. 24.000) dari Jogjakarta menuju Surabaya. Di surabaya menginap di rumah Nor Karmawan dan kemudian naik kapal yang ternyata delay selama 2 hari (Gak nanggung-nanggung delay nya) menuju Bajarmasin dengan KM. Kirana III, untungnya kapalnya masih baru dan enak (Full AC) tidak seperti kapal ke Ende. Dan di Pelabuhan Trisakti Adit Menjemput saya dan langsung beristirahat di rumah paman saya. Perjalanan pun berakhir.

Peran teman-teman dari Forum Backapacker Indonesia sangat banyak membantu perjalanan saya kurang lebih selama 40 hari ini. Dan juga orang Indonesia yang selalu ramah menyambut saya dimanapun berada saya ucapkan terima kasih.

Note Pengeluaran:

Puruk Cahu Banjarmasin: Rp. 210.000

Banjarmasin Jogjakarta : Rp. 800.000

Jogja Parang Tritis PP : Rp. 22.000

Jogja Solo : Rp. 10.000

Solo Surabaya : Rp. 23.000

Surabaya Malang PP : Rp. 8.000

Gunung Semeru : Rp. 172.000

Surabaya Ende (By Ship) : Rp. 382. 000

Ende Moni : Rp. 15.000

Penginapan Moni : Rp. 50.000

Ojek ke Kelimutu : Rp. 60.000

Moni Ende : Rp. 15.000

Ende Bajawa : Rp. 50.000

Ojek Bena : Rp. 20.000

Angkot + ojek ke Soa PP : 25.000

Bajawa Labuan Bajo : Rp. 100.000

Hotel L. Bajo : Rp. 30.000 x 4 = Rp. 120.000

TN. Komodo : Free

Labuan Bajo Mataram : Rp. 200.000

Mataram Gili Trawangan PP : Rp. 27.000

Mataram Pelabuhan Lembar : Rp. 20.000

Pelabuhan Lembar Pasuruan : Rp. 150.000

Pasuruan Surabaya : Rp. 10.000

Surabaya Jepara : Rp. 65.000

Karimun Jawa : Rp. 500.000

Jepara - Jogja : Rp. 32.000

Jogja - Surabaya : Rp. 24.000

Surabaya Banjarmasin : 200.000

TOTAL : Rp. 3.310.000 Diposkan oleh Indra Setiawan di 17.44 Label: Backpacker Jogjakarta, Backpacker Kalimantan, Bali, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jogjakarta, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

2 komentar: Nurul Hidayah mengatakan...

Thanks for the information... lagi mengatur strategi neh... semoga nemu waktu yg cocok dan sesuai... Let's start travelling ...

24 Agustus 2012 03.45 Indra Setiawan mengatakan...

sama-sama....hhe kada usah banyak mikir, yg penting tulak.. 5 September 2012 18.22

Poskan Komentar

Pembaca yang baik selalu meninggalkan Komentar..:-)

Posting Lebih Baru Posting Lama Langganan: Poskan Komentar (Atom) Translate Diberdayakan oleh Terjemahan

Sikueh (Dimana) Bali Jawa Tengah Jawa Timur Jogjakarta Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur

Papua Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Hampareya (Arsip)

Download Ebook (Gratis)

Ji Payu (Populer)

Tips Backpacking ke Gunung Bromo Rasanya tak ada yang tidak kenal lagi dengan yang namanya Gunung Bromo, bahkan tempat ini menjadi salah satu tujuan favorit turis asing set...

Rancangan Itinerary Pendakian Gunung Semeru Berikut kita akan berbagi rancangan rencana perjalanan (Itenerary) pendakian Gunung Semeru , rancangan ini disusun oleh Mas Bimo dkk dan ki...

Tips Snorkeling Untuk Pemula Sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dari lautan, dan Lautan Indonesia sendiri termasuk dalam pusat jantung segitiga karang dunia. Jad...

Kakawalan

Indra Setiawan. Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright BACKPACKER BORNEO. All rights reserved.

BACKPACKER BORNEO

Mencintai Indonesia Dengan Cara Kita Sendiri Home About Me Narcism BlogPacker

SEARCH

1 Kamis, 22 Desember 2011 40 Hari Ngegembel di Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa dan Flores Repost dari Forum Backpacker Indonesia.com.

Di sini saya tidak akan menceritakan detail perjalanan saya, hanya rute dan biaya yang telah saya jalani. Siapa tau ada teman-teman backpacker yang ingin mengunjungi tempat-tempat yang telah saya kunjungi tersebut dan ini bisa menjadi sedikit referensi atau gambaran tentang penyusunan budget, karena hal itulah yang menjadi salah satu keasikan dalam backpacking, menyusun itenerary dan biaya yang akan dikeluarkan. Bagi yang ingin membaca perjalannya secara lengkap bisa membaca blog saya di bawah, dimana semuanya saya ceritakan secara terperinci.

Perjalanan saya dimulai dari rumah dengan travel dari Puruk Cahu (Kalteng) menuju Banjarmasin (Kalsel) selama kurang lebih 15 jam dengan medan yang setengah offroad dengan biaya Rp. 210.000. Kemudian saya menginap di rumah keluarga di Banjarmasin. Besok harinya berulah ke Bandara Syamsuddin Noor Banjarbaru untuk terbang ke Jogjakarta, Karena sya terlebih dahulu mengantar adek untuk kuliah di Jogjakarta. Dan tentu saja karena penerbangan dari Banjarmasin ke Jogjakarta

hanya dilayani oleh Lion Air maka sekendak merekalah meletakan harga, di tambah dengan kondisi setela lebaran maka tiket BDJ-JOG saya peroleh Rp. 800.000.

Setelah selesai urusan karena masih pagi sayapun melanjutkan ke Pantai Parang Tritis naik Bus dengan (Rp. 12.000) dan pulangnya Cuma Rp. 10.000. berangkat lebih mahal karena sudah termasuk biaya masuk ke Pantai. Dan untungnya saya masih sempat untuk mengejar kereta Pramex menuju Solo (Solo). Alhasil sampailah saya di Solo setelah selama dua jam berdiri dan duduk di lantai kereta terakhir yang sedang penuh.

Di Solo saya menginap di Rumah Singgah Solo dan ditemani berkeliling oleh saudara Mbendol. Setelah dua malam menginap di Solo saya kemudian melanjutkan perjalanan ke Surabaya menggunakan Kereta Ekonomi (Rp. 23.000) dari Stasiun Purwosari dan turun di Stasiun Gubeng. Di Surabaya saya menginap di Kos Rizal dan sempar berjalan-jalan ke House of Sampurna dan Musium 10 November. Malamnya saya juga diajak untuk ikutan gadering dengan teman-teman Forum Backpacker Indonesia Regional Surabaya.

Dari Surabaya saya menuju Malang kembali dengan Kereta Ekonomi (Rp. 4.000) dan menginap di Pondoknya Iman, membuat saya teringat kenangan selama 3 tahun yang telah saya lewati, malamnya kita juga kumpul-kumpul dengan teman-teman CouchSurfing Malang. Katanya Backpacker tapi tiap malang nongkrongnya di cafe terus..hehe

Pagi-pagi kita kembali berangkat untuk ke Pasar Tumpang naik angkot (Rp.6000) dan kemudian memulai pendakian Gunung Semeru bersama teman-teman dari Elkape Indonesia. Biaya pendakian kita shering bersama dengan total Rp. 172.000 untuk transpot serta logistik. Selain itu kita juga memakai porter untuk membantu membawa logistik yang sangat banyak bagi rombongan kita yang berjumlah 28 orang.

Turun dari Gunung Semeru saya kembali menginap selama dua malam di Malang di Asrama Kabupaten Banjar dan ke Surabaya naik kembali kereta ... (Rp. 4000) menuju Surabaya. Sore harinya langsung menuju Pelabuhan Tanjung Perak untuk melanjutkan perjalanan menuju kota Ende di Flores dengan kapal KM. Awu (Rp. 382.000).

Sesampainya di Ende saya menginap di Pelabuhan dan paginya berjalan kaki menuju Bekas Pengasingan Bung Karno dan setelah itu naik ojek ke terminal (Rp. 10.000) dan melanjutkan perjalanan dengan bus menuju Moni (Rp. 15.000). Di Moni saya bermalam di homestay Nusa Bunga dengan tarif Rp. 50.000 per harinya. Besok paginya mengunjungi Danau Kelimutu yang terkenal

dengan danau tiga warnanya disambung dengan Pemandian Air Panas dan Air terjun dengan diantarkan ojek (Rp. 60.000).

Sianya setelah turun dari Danau Tiga Warna saya langsung melanjutkan perjalanan ke Ende dengan Bus damri (Rp. 15.000) lalu melanjutkan perjalanan menuju kota Bajawa dengan travel (Rp. 50.000) dan kemudian menginap di mesjid Bajawa. Besoknya saya ke kampung adat yang masih menjaga tradisinya yaitu Kampung Bena, ke sana dengan diantarkan oleh ojek (Rp. 20.000). Pulang dari Kampung Bena saya melanjutkan perjalanan ke Pemandian Air Panas Mangeruda di Soa naik angkot (Rp. 10.000), turun di persimpangan dan naik ojek (Rp. 5.000) menuju pintu masuk. Untuk masuk ke pemandian air panas kita dikenai tarif Rp. 3.000. dan kembali lagi ke Bajawa seperti ketika berangkat tadi, naik ojek (Rp. 5000) terlebih dahulu lalu naik angkot (Rp. 5000) dan sampailah kembali ke Kota Bajawa.

Besok harinya pagi-pagi saya ke terminal dengan ojek (Rp. 5000) untuk menunggu bus Gemini menuju Labuan Bajo (Rp. 100.000) dan baru tiba di Labuan Bajo di malam harinya dan dapat sisa penginapan di Losmen Bahagia (Rp. 30.000). dan bertemu dengan orang yang saya anggap sebagai Malaikat Penolong yaitu Kaka Pedi Parera, yang kemudian mengajak saya ke Taman Nasional Komodo, namun saya harus menunggu selama 3 hari karena tamunya baru datang tanggal 2, sedangkan waktu itu masih tanggal 29. Dan saya juga pindah untuk mencari tempat menginap dan akhirnya menginap di Hotel Pelangi. Namun banyak yang saya dapat selama beberapa hari dilabuan bajo seperti berkeliling kota ke Gua batu cermin dan pantai Pede dengan motor yang dipinjamkan oleh Abang Icank.

Perjalanan selama 3 hari di Taman Nasional Komodo merupakan perjalanan yang terlupakan semala hidup saya, bersama tamu kak Pedi yang datang dari Francis. Karena Cuma nebeng saya Cuma tidur di lantai kapal dan untungnya bisa lebih akrab dengan para awak awak kapal.

Setelah kembali ke Labuan Bajo dari TN. Komodo saya kembali beruntung karena akan ada penyambutan Pak Jusuf Kalla dan yang paling saya incar adalah saya bisa melihat Tarian Caci yang terkenal. Saya kembali menginap di hotel Pelangi untuk malam itu dan mandi sepuasnyanya.

Besok paginya saya kembali melanjutkan perjalanan dengan Feri menuju Pelabuhan Sape, saya membeli tiket bus Langsung Indah dari Labuan Bajo menuju Mataram sebesar Rp. 200.000. Sesampainya di Pelabuhan Sape kita dijempul oleh bus kecil untuk menuju kota Bima dan di kota Bima saya sempat berjalan sebentar menunggu bus berangkat, pada pukul 7 malam Bus berangkat menuju Mataram dan tiba keesokan harinya.

Di Matarm saya menginap di rumah Rinja dan kemudian diantar keliling dengan mobilnya. Besoknya saja juga diantar menuju sebuah pasar dan dari pasar itu saya melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan Bangsal Pamenang dengan L300 (Rp.7000) dan kemudian menyeberang ke Gili Trawangan (Rp. 10.000). dan di Gili saya bersama Mas Joe yang baik hati, saya dipinjamkan alat Snorkeling gratis dan ditraktir makan siang. Pukul 3 sore saya kembali ke Bangsal Pemenangan dan kapal penyeberangan pulang kembali Gratis walau basah basahan terkena ombak yang sedang besar.

Dari Bangsal Pamenang saya kembali ke Kota Mataram, setelah menunggu agak lama datanglah Bus (Rp.10.000) dan langsung menuju terminal Mardalika, di terminal saya kembali naik angkot L300 (Rp. 20.00) menuju pelabuhan Lembar. Dari pelabuhan Lembar saya naik truk untuk menuju Surabaya dan memberi Rp. 100.000 kepada supir yang berasal dari Flores, namun karena sering berhenti dan lama sekali ketika berhenti di Bali saya pindah ke truk lain dan memberi Rp. 50.000 lagi kepada supir yang baru. Dan di Pasuruan saya turun dari truk karena berhenti lama lagi dan saya harus tiba di Surabaya secepatnya, dan naik bus (Rp. 10.000) sampai terminal Purabaya di ......

Sekitar 2 jam menunggu saya kembali naik bus Indonesia (Rp. 65.000)Menuju Jepara dan ke Karimun Jawa selama 4 hari 3 malam dengan pengeluaran sekitar Rp. 500.000. pulang dari Karimun Jawa saya menuju Jogjakarta dengan terlebih dahulu naik bus ke Semarang (Rp. 10.000) dan melanjutkan dengan Bus lain yang kemudian penumpang di pindah ke bus lain dengan total Rp. 22.000. Turun di Terminal Jombor dan tak ada angkot menuju Malioboro, yang ada hanya ojek dan taksi yang pastinya mahal akhirnya cari penginapan di sekitar terminal, tanya sana-sini akhirnya dapat yang Rp. 50.000.

Besok paginya baru menemui adek dengan naik Trans Jogja (Rp. 3000) dan setelah itu ke terminal Giwangan dengan Trans Jogja kembali (Rp. 3000). Di terminal naik bus AC tarif ekonomi Mira (Rp. 24.000) dari Jogjakarta menuju Surabaya. Di surabaya menginap di rumah Nor Karmawan dan kemudian naik kapal yang ternyata delay selama 2 hari (Gak nanggung-nanggung delay nya) menuju Bajarmasin dengan KM. Kirana III, untungnya kapalnya masih baru dan enak (Full AC) tidak seperti kapal ke Ende. Dan di Pelabuhan Trisakti Adit Menjemput saya dan langsung beristirahat di rumah paman saya. Perjalanan pun berakhir.

Peran teman-teman dari Forum Backapacker Indonesia sangat banyak membantu perjalanan saya kurang lebih selama 40 hari ini. Dan juga orang Indonesia yang selalu ramah menyambut saya dimanapun berada saya ucapkan terima kasih.

Note Pengeluaran:

Puruk Cahu Banjarmasin: Rp. 210.000

Banjarmasin Jogjakarta : Rp. 800.000

Jogja Parang Tritis PP : Rp. 22.000

Jogja Solo : Rp. 10.000

Solo Surabaya : Rp. 23.000

Surabaya Malang PP : Rp. 8.000

Gunung Semeru : Rp. 172.000

Surabaya Ende (By Ship) : Rp. 382. 000

Ende Moni : Rp. 15.000

Penginapan Moni : Rp. 50.000

Ojek ke Kelimutu : Rp. 60.000

Moni Ende : Rp. 15.000

Ende Bajawa : Rp. 50.000

Ojek Bena : Rp. 20.000

Angkot + ojek ke Soa PP : 25.000

Bajawa Labuan Bajo : Rp. 100.000

Hotel L. Bajo : Rp. 30.000 x 4 = Rp. 120.000

TN. Komodo : Free

Labuan Bajo Mataram : Rp. 200.000

Mataram Gili Trawangan PP : Rp. 27.000

Mataram Pelabuhan Lembar : Rp. 20.000

Pelabuhan Lembar Pasuruan : Rp. 150.000

Pasuruan Surabaya : Rp. 10.000

Surabaya Jepara : Rp. 65.000

Karimun Jawa : Rp. 500.000

Jepara - Jogja : Rp. 32.000

Jogja - Surabaya : Rp. 24.000

Surabaya Banjarmasin : 200.000

TOTAL : Rp. 3.310.000 Diposkan oleh Indra Setiawan di 17.44 Label: Backpacker Jogjakarta, Backpacker Kalimantan, Bali, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jogjakarta, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

2 komentar: Nurul Hidayah mengatakan...

Thanks for the information... lagi mengatur strategi neh... semoga nemu waktu yg cocok dan sesuai... Let's start travelling ... 24 Agustus 2012 03.45 Indra Setiawan mengatakan...

sama-sama....hhe kada usah banyak mikir, yg penting tulak.. 5 September 2012 18.22

Poskan Komentar

Pembaca yang baik selalu meninggalkan Komentar..:-)

Posting Lebih Baru Posting Lama Langganan: Poskan Komentar (Atom) Translate Diberdayakan oleh Terjemahan

Sikueh (Dimana) Bali Jawa Tengah Jawa Timur Jogjakarta Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Papua Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Hampareya (Arsip)

Download Ebook (Gratis)

Ji Payu (Populer)

Tips Backpacking ke Gunung Bromo

Rasanya tak ada yang tidak kenal lagi dengan yang namanya Gunung Bromo, bahkan tempat ini menjadi salah satu tujuan favorit turis asing set...

Rancangan Itinerary Pendakian Gunung Semeru Berikut kita akan berbagi rancangan rencana perjalanan (Itenerary) pendakian Gunung Semeru , rancangan ini disusun oleh Mas Bimo dkk dan ki...

Tips Snorkeling Untuk Pemula Sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dari lautan, dan Lautan Indonesia sendiri termasuk dalam pusat jantung segitiga karang dunia. Jad...

Kakawalan

Indra Setiawan. Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright BACKPACKER BORNEO. All rights reserved.

Jumat, Februari 17, 2012 Jalan-Jalan ke Labuan Bajo, Pulau Komodo, Pulau Kanawa, Pulau Seraya, dan Pulau Bidadari-FLORES (Bagian 2 - Selesai)

KANAWA,

Bidadari & Seraya

ROMANSA TIGA PULAU SUNYI

Sejenak lupakanlah Komodo. Sejenak biarkanlah hewan purba itu lega bernafas di taman Jura-nya. Kita memang masih di kawasan wisata Taman Nasional Komodo, antara Labuan Bajo hingga pulau Banta, tapi marilah kita mengunjungi tiga pulau kecil yang tercecer di antaranya yakni: Kanawa, Bidadari, dan Seraya. Tempat dimana hati bisa menepi dalam sepi.

Pulau Kanawa

Entah siapa yang memulai, tiba-tiba saja satu persatu temanku mengisahkan asyiknya menghabiskan satu dua hari di sebuah pulau kecil, kira-kira 15 km ke barat Labuan Bajo. Kanawa namanya. Saya diam-diam memendam hasrat kesana. Sepertinya bisa jadi alternatif setelah bertemu si gagah Varanus Komodensis nan tersohor itu.

Ketika Lulu, teman dari negeri Panzer, meminta saya mencarikan sebuah pulau kecil di sekitar FloresKomodo yang bisa dipakai bermalam sambil bercengkerama dengan satwa laut, saya pun segera mengusulkan nama Kanawa. Lulu tak banyak menimbang, dia mempercayakan sepenuhnya pada pilihanku. Ini kali pertama dia ke Indonesia dan saya sudah menuntunnya dari mencari flight antar negara, flight antar pulau, menjelaskan proses VOA, Do and Dont selama di tanah air, mengurus akomodasi sewaktu transit, hingga menyusun itinerary trip. Jadilah tandemku. Kamu pasti tahu daerahmu lebih baik dari orang lain, bukan?, begitu katanya.

SESUDAH mengeksplor timur Flores, kami terbang dari Maumere dengan Merpati Airline ke Labuan bajo. Terbilang murah tiketnya Rp.350.000, mengabiskan waktu kurang dari sejam dan mengambang melintasi langit danau tiga warna Kelimutu di pagi hari yang cerah. Pemandangan kampungkampung tradisional Bajawa sempat terekam mata, begitupun pola persawahan gaya spider web a la Manggarai. Nyaris semua penumpang terpesona akan lekuk-lekuk pegunungan Flores yang pada ujung barat pulaunya ditaburi lagi dengan gugusan nusa-nusa kecil dilingkari pasir putih.

Kami tiba di Labuan bajo dan langsung menyewa ojek yang mangkal di pintu keluar bandara. Dengan menawar harga masingnya Rp.5000, sampailah kami di sales office Kanawa Beach Bungallow tepatnya di Jl. Soekarno Hatta (www.kanawaislandresort.com Tel. 038542089/ 08585704 3197). Tiba di sales office, kami dilayani petugas reservasi. Beruntung kami tiba jam 11.00 pagi sehingga hanya butuh sejam lagi menanti untuk diberangkatkan ke pulau Kanawa. Waktu menunggu itu kami gunakan untuk lunch di Restaurant Philemon milik Pak Udin yang menyajikan beraneka seafood enak tapi ekonomis (Tel. 038541066, samping pelabuhan Pelni). Keberangkatan dari Labuan Bajo ke Pulau Kanawa hanya sekali dalam sehari yakni jam 12.00 siang itu dan memakai kapal motor milik mereka. Minimun length of stay di Kanawa adalah dua malam. Harga dibandrol Rp. 275.000/ malam belum termasuk pajak sehingga katakanlah Rp. 600.000 untuk dua malam. Ketika kami hendak membayar biaya akomodasinya, petugas mengatakan pembayaran dilakukan di pulau, bukan di sales office. Bagi yang niatnya hanya sekedar day trip tanpa nginap, tak apa, tinggal menyewa kapal nelayan seharga Rp.250.000, sudah boleh singgah di Kanawa.

Arus laut bergerak berlawanan arah saat kapal motor meninggalkan Labuan Bajo. Ombak beberapa kali menepuk badan kapal dan mencipratkan airnya. Alhasil, jarak 15km yang lurus-lurus saja tersebut mesti dituntaskan dalam waktu 1,5 jam. Pulau Kanawa perlahan menunjukkan dirinya. Saya dan Lulu berdecak kagum memandangi bening kristal air laut dan ladang koral. Menjejaki dermaga kayunya, kami berjingkrak geletik, bukan kegirangan oleh pemandangan kawanan ikan yang hilir mudik, melainkan oleh perih pada telapak kaki karena panas matahari memanggangi bila-bila kayu lintasan dermaga. Bak melangkah di atas bara api. Lain kali sepatu jangan dicopot kalau datang lagi kemari siang bolong, ringis Lulu pas kami sampai ke pasir pulau, tepat di sebelah dekorasi batang kayu putih yang membentuk nama Kanawa.

Seluas kira-kira 28 hektar, pulau ini terbagi dalam dua sisi, dipisahkan oleh sebuah bukit. Bagian selatan dibangun bungallow sedangkan bagian utara dibiarkan alami. Ini sengaja demi perlindungan terhadap habitasi pulau. Banyak burung, seperti elang dan bangau menghuni di sisi utara. Kami pun tak membuat akses kesana. Biarlah, jika ada tamu yang berminat, mereka bisa melakukan private

hiking atau trekking, jelas salah satu staff seraya menggiring saya dan Lulu ke bungallow paling timur, langsung di bibir pantai.

Bungallow di Kanawa berjumlah 14 buah terbagi dalam dua kategori. Bagi saya bangunanbangunannya masih basic ya..tapi okelah, tak tahu kenapa saya suka kamar mandinya yang sederhana tapi natural sekali, berdinding bambu, pancuran bambu,dan biji-biji batu pengalas lantai. Bisa disimpulkan pula bahwa nuansa Kanawa adalah biru. Ini jelas terlihat dari berbagai aksesorisnya. Seragam staff biru, seprei biru. Bean beg yang diletakkan di berbagai tempat teduh di pantai pun berwarna biru. Air tawar didatangkan dari Flores, termasuk untuk mandi. Tiap jam 3 sore air tawar ini dialirkan ke setiap bungallow. Sementara jika hendak berbasuh setelah berenang, tamu dapat menggunakan pancuran air tawar di samping restoran yang aktif 24 jam. Pada teras setiap bungallow ada ayunan tidur, juga antara tiap dua pohon ikut digantung ayunan tidur. Wah, menggoda untuk bermalas-malasan nih. Untung, saya bawa buku bacaan. Cocok lah.

TAK PAKAI LAMA, saya langsung menceburkan diri ke laut. Tapi apes, mask snorkel saya karetnya tidak rekat lagi, setiap kali nyemplung, air langsung ikut masuk. Kami memutuskan untuk menyewa gear di Dive center. Tak sangka, dive center Kanawa punya semua yang dibutuhkan, termasuk instruktur dive asing dan penyewaan kamera bawah air. Dari sana pula saya mendapatkan peta lokasi snorkeling.

Pertama-tama kami bersnorkeling di sisi utara dermaga karena ingin melihat ikan pari. Perairan di sekitar sini terbilang lumayan dalam dan tidak begitu banyak koral melainkan lereng-lereng karang. Selain ikan, yang paling banyak ditemui adalah teripang alias timun laut. Jenis seperti teripang putih (Holothuria scabra) dan teripang Koro (Microthele nobelis) yang punya nilai ekonomis lumayan tinggi tersebut bergerombol dimana-mana. Saya terus bergerak hingga ke bagian laut yang permukaannya mulai terasa dingin, dan dua ekor pari berpunggung legam tiba-tiba menggerakan layarnya. Ukuran tubuh mereka tak seberapa besar, saya menduga mereka masih pari belia. Lulu yakin bahwa itu bayi pari manta, yang kalau dewasa akan sangat besar badannya. Lelah berjam-jam di laut, kami memutuskan untuk rehat dulu. Sebelum naik ke darat kami dihadang sekelompok ikan Lepu alias Lion Fish tipe Pterois miles berwarna belang merah-putih, tepat di sekitar tangga dermaga. Terpaksa harus menunggu mereka pergi sebab meski ikan ini cantik jelita, mereka punya sengatan beracun mematikan.

Tarik nafas sejenak di pondok dermaga yang teduh, kami minum-minum sambil tiduran di ayunan . Belum berapa lama, seorang staff bungallow memekik, ada baby shark!, ada baby shark! Lantas kami pun mendekat. Weleh, anak ikan hiu berwarna terang melajuh bolak-balik di sekitar jembatan kayu. Saya tertegun riang. Hebat, bisa-bisanya ada hiu berenang di perairan dangkal begini. Lalu apa yang terjadi kemudian? Lulu menceburkan diri lagi ke laut. Mana bisa saya kalah? Ikuttt..!!!

Malamnya kami makan di restoran pulau ini, namanya keren Starfish. Tentu yang kita makan bukan bintang laut tapi kebanyakan masakan Italia, maklum bungallow dikelola oleh pengusaha negeri Azzuri. Harga makanannya agak mahal, membuat saya bersyukur telah membeli banyak bekal makanan di Labuan bajo sebelum kemari. Biar irit, cukuplah memesan nasi goreng.

SAYA BANGUN subuh keesokkan harinya. Ini sudah saya rencanakan semalam. Pasalnya, saya mau menikmati sunrise di atas bukit Kanawa. Lulu punya habit susah bangun pagi, tapi anehnya dia ikut bangkit pula dari tempat tidur. Setelah sunrise di danau Kelimutu yang luar biasa, mana mungkin saya biarkan kamu menikmati sendirian sunrise kali ini di Kanawa?, ujarnya mengikuti langkahku meninggalkan bungallow. Saya teringat bagaimana susahnya membangunkan dia sewaktu kami menginap di Moni, desa di kaki gunung Kelimutu. Lulu berat hati melepaskan selimut, namun setelah melihat rona merah terbitnya matahari di punggung danau, ia berulang kali berterima kasih telah diajak kesana pagi-pagi buta.

Pemandangan di bukit memang amat indah. Satu dua gumpalan batu keras bisa jadi tempat duduk. Ke timur, mata memandang mentari menyembul dari bukit-bukit. Ke selatan, pasir putih pulau dengan jejeran bungallow dan laut hijau pirus. Ke barat, mengeker pulau Komodo. Duh, romantis. Tapi saya agak protes dengan pengelola bungallow, mereka sepertinya terlalu fokus pada dunia penyelaman hingga tidak melihat potensi lebih dari pulau ini. Kami harus menebak sendiri darimana harus memulai pendakian, yang ternyata jalurnya terdapat di belakang rumah inap para staff. Apa susahnya membuat petunjuk arah agar lebih jelas? Trek ke bukit masih dalam kondisi sangat apa adanya. Untuk berpijak harus hati-hati lantaran kondisi tanah licin dan rapuh. Sesudah sampai di dataran atas barulah baik. Jadi menurut saya, cukuplah trek lereng bawah dibenahi, mungkin dengan menancapkan kayu sebagai pegangan. Itu saja sudah bagus. Kalau saya managernya, sudah pasti saya buat begitu. Tamu yang berminat mendaki ada, tapi itu terbatas pada golongan umur tertentu, anak-anak dan lanjut usia tak bisa, padahal bukit itu sama sekali tidak tinggi atau terjal, kata saya kepada Lulu. Kami turun dari bukit sekitar jam 8, dan langsung sarapan di Starfish.

Hari kedua kami menjajal lokasi snorkeling di depan kamar kami. Awalnya tidak begitu beda karena tampaknya hampir sama dengan lokasi kemarin. Tapi ketika Lulu mengajak saya untuk bergerak agak ke timur segaris dengan tanjung, barulah saya antusias tak kepalang. Jumlah ikan sangat banyak dan beraneka rupa. Koral-koralnya subur, berwarna warni. Singkat kata, inilah taman bunga musim semi. Bergeser lebih ke selatan, gua-gua karang kaya biota tak segan menampakan ikan-ikan dalam ukuran besar. Saya menemukan sensasi petualangan manakala mengejar gerombolan ikan melewati lerenglereng karang, masuk ke kubangan besar, bercanda dengan keluarga besar Si Nemo. Wah, Clownfish itu, menemukan surganya disini, sampai tak mampu saya mengitung sarangnya.

Akhirnya, saya merasakan kesempurnaan ketika Lulu menarik tangan saya, mengisyaratkan supaya saya berhenti bergerak kesana kemari. Ia meletakan telunjuk pada bibirnya dan menunjuk ke sebuah titik hitam yang bergerak amat lambat. Samar-samar kami mendekat. Penyu!!!!!!! Seumur hidup saya belum pernah melihat penyu berenang di laut bebas. Kali ini ya, dan penyu ini agaknya lama berdiam di tempat tersembunyi sebab tempurungnya ditempeli kerang dan lumut. Tua, besar, dan ramah. Dia seolah tak terganggu dengan kehadiran kami. Mata sayunya menyeret saya untuk ikut kemana ia bergerak.

Ternyata si penyu menarik kita lumayan jauh juga ya?, kekeh Lulu saat kami menyembul ke permukaan air, menyadari bahwa kami sudah berada di sisi timur laut pulau. Setibanya di darat, alamak, sudah nyaris jam 3 sore, artinya 6 jam kami snorkeling. Pantas saja kulit jari-jari saya mengkerut. Tapi saya bahagia. Yakin, bahwa suatu saat nanti saya akan kembali kesini. Setujuh dengan namanya yang menurut WikiTravel telah masuk nominasi Best Snorkeling Spot in All South East Asia.

Pulau Bidadari

Burhan menyeruput kopinya. Sudah tentram. Dulu sempat jadi berita heboh. Masalahnya terpicu oleh larangan pihak pengelola kepada nelayan yang menebar pukat harimau di bibir pulau. Dari sanalah berkembang isu pulau itu dimiliki orang asing, nelayan merasa tak puas. Saya mendengar uraian Burhan tentang Pulau Bidadari. Kami duduk beramai di warung kopi Mama Bella. Syukurlah, orang disini kini mengerti bahwa terumbu karang patut dilindungi dan bermanfaat bagi pengembangan pariwisata. Dengan sikap saling pengertian antara investor, pemerintah, dan nelayan, sudah tak ada lagi sengketa soal demikian. Pengambilan hasil laut dengan pukat harimau telah jadi hal tabu, tambahnya.

Sekitar pertengahan tahun 2000 memang sempat tersiar kabar Pulau Bidadari berpindah kepemilikan ke tangan warga kulit putih. Gaung beritanya sampai mengundang campur tangan pemerintah. Kini, seperti yang dikatakan Burhan, situasi telah meredah tentram. Sebentar lagi saya mau memancing di sekitar sana. Kalau mau ikut, silahkan. Kamu bisa turun ke pulaunya, Burhan berujar lagi. Kali ini ucapannya menyebabkan mataku mendelik. Asal ada sumber asap di bibir, beres. Dua belas batang cukuplah, timpalnya lagi seraya menggapit jari telunjuk dan jari tengah. Saya tersenyum paham. Yang dimaksud Burhan adalah sebungkus rokok Dji Sam Soe favoritnya.

Dengan sampan kami ke pulau Bidadari. Kakak Burhan beserta anak laki-laki kecilnya turut serta dengan sampan lainnya. Saya menyukai kekompakan ayah anak tersebut. Berbagi umpan pancing, bercerita, saling menjaga. Ya, ibarat kegiatan piknik saja.

Letak Pulau Bidadari dekat, kira-kira 4 km dari Labuan Bajo. Dengan sampan kecil terkesan lebih native dan rustic. Sampan bergerak pelan, kami mendayung, menghirup udara bebas, menekur dinding pulau Monyet dan satu pulau kecil lainnya di sebelah kiri yang fotonya selalu tampil dimanamana. Saya menyukai momen ketika sampan membela air yang baru saja pasang naik antara dua pulau itu. Gerombolan ikan jelas kelihatan punggungnya, setengah berenang setengah menggeliat pada ruang antara permukaan laut dan pasir nan putih.

Sampan kakaknya Burhan berbelok ke kanan, sedangkan kami terus lurus ke depan menujuh tepian pulau yang versi Inggrisnya bernama Angel Island itu. Saya melompat turun segera bersamaan dengan bagian bawah sampan menyentuh pasir. Membantu mendorong kembali ke timur dan menyepakati usulan Burhan untuk menjemput saya dua jam lagi. Saya sudah sampai!

Pulau Bidadari lebih kecil dari Kanawa. Pepohonan rimbun menutupi sebagian besar pulau, termasuk resort yang diempunyai penyelam Skotlandia, Ernst dan Kath Mitchinson. Resort asri yang tak jauh dari bibir pantai dan terlindungi oleh pohon-pohon rindang menciptakan nuansa romantis laiknya taman Firdaus. Karena saya bukan tamu resort, jadi eksplorasi saya pun hanya sebatas area luar. Meski demikian bisa ditangkap bagaimana bagusnya pengelolaan akomodasi ini. Bagi pasangan atau

mereka yang mendamba privasi juga liburan berdua yang memorable, cocoklah kemari. Pantainya berpasir putih, hanya beberapa meter sudah bisa bersnorkeling bebas. Dengan ketenangan, kesejukan, kicauan burung, dan bayang-bayang kembang sepatu, pulau ini seperti bagian dari negeri Skotlandia yang terletak di Flores. Eksotis tapi tentram khas pesisir utara benua Eropa.

Meski harga inap terbilang mahal bagi backpacker yakni Rp 1 juta/ malam, namun jika ada yang berminat silahkan datangi sales officenya di Labuan bajo tepatnya Reefseeker Dive center atau klik websitenya di www.angelisleflores.com

Pulau Seraya

Kunjungan saya ke Pulau Seraya terjadi empat bulan sebelum saya ke Kanawa dan Bidadari. Waktu musim kering. Walau saya lebih tertarik untuk datang kesana saat rerumputannya lagi hijau, namun saya langsung mengangguk ketika kenalanku, Pak Frans Oan Semewa, pemilik bungallow disana sekaligus pemilik Hotel Gardena Labuan Bajo mengajak saya dan temanku untuk ikut serta. Nasib backpacker jenis shy cat seperti saya memang acapkali dapat yang gratis- gratis. Haha:)

Pak Frans mengatakan, untuk ke Pulau Seraya dan menginap, tamu cukup datang dan mereservasi di Hotel Gardena. Tiap hari kapal motor dua kali berangkat ke Seraya, jam 7 pagi dan jam 12 siang. Dan seperti yang sudah-sudah, kami bertolak dari pelabuhan Labuan bajo. Guna mencapainya, kapal motor bergerak ke arah utara. Pulau Seraya sebenarnya ada dua, dibedakan berdasarkan ukuran. Nah, lokasi bungallow Pak Frans ada di Seraya Kecil, sebelah kanan. Saya senang saja menatap tebaran tepi pantai yang kadang-kadang hanya karang, kadang-kadang disela oleh pantai berpasir putih. Hampir semuanya belum terjamah. Ingin rasanya menyewa kayak atau sampan, lalu sendirian mengayuhnya kesana.

Posisi bungallow menghadap utara, jadi sekali lagi kami harus berputar. Nah, saat berputar inilah terasa asyik, seolah akan mendatangi tanah impian. Pulau Seraya tidak punya dermaga, berhubung menjelang pasang surut maka kapal harus berhenti beberapa meter dari pantai. Kami berpindah ke sampan lalu diantar ke pantai. Waktu itu ikut juga beberapa pasang wisatawan asing. Jadilah proses angkut mengangkut dari kapal ke sampan sebuah tontonan yang menghibur.

Ada 10 bungallow berdinding gedek (www.serayaisland.com). Sederhana tapi tidak buruk, malah kalau dilihat lagi, agaknya sedikit lebih baik dari yang di pulau Kanawa. Bermalam disini harus minimal dua malam juga, tapi harganya masih murah, Rp. 250.000/malam sudah termasuk kapal bolak balik dan sarapan pagi.

Saya memutuskan untuk mendaki bukit. Ingin melempar pandangan lebih luas. Jika musim hujan, lokasinya mirip pulau-pulau di Greendland. Hijau dan padang rumput semata. Saya bisa bayangkan indahnya pagi di atas bukit ini seperti di Kanawa. Sementara di musim kemarau seperti ini, ingatan saya terbang ke pulau-pulau di Yunani. Dan sunset tentu elok saat begini. (Untuk melihat foto-foto versi hijau dari Pulau Seraya, silahkan kunjungi website berikut ini: www.randomrambler.com/travel/seraya-island-indonesia).

Sehabis mengitari bukit, saya kembali ke pantai dan segera menjamah laut beningnya. Pak Frans meminjamkan kami mask. Isi laut Seraya tidaklah sekaya di Kanawa, namun boleh dikatakan cukup menghibur karena ikan-ikan besar bisa ditemukan disini. Jam tiga sore kami kembali ke Labuan bajo. Dalam hati saya belum puas, pulau ini pun ingin saya datangi lagi, yang jelas saat musim hujan atau sekitar bulan Januari hingga awal Mei. Tunggu saja.

SELESAI

Untuk melihat foto dalam ukuran besar, klik ke salah satu foto. Selain yang berbingkai pink, semua foto adalah karya pribadi, penulis memegang original file dan berkuasa penuh atas hak cipta. Pemakaian foto untuk tujuan apapun DILARANG tanpa izin. Terima Kasih.

Baca postingan saya sebelumnya tentang Labuan Bajo & Komodo http://www.inwonderworld.co.cc/2012/01/jalan-jalan-ke-labuan-bajo-pulau-komodo.html">

Diposting oleh valentino luis jam 3:30 AM Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

Label: Jalan-Jalan ke Komodo, Jalan-Jalan ke Labuan Bajo, Jalan-jalan keliling Flores Reaksi:

1 komentar: Nara-Momang mengatakan...

Kreang saya suka sekali gaya bertutur anda dalam menanrasikan cerita pengalaman. Enak dibaca dan terasa sekali pengamatan yang detil dan rasa yang daalam saat bercerita. Apalagi yang diceritakan adalah lukisan alam khususnya di Manggarai. Pengalaman berada di pulau Kanawa begitu kerasa dalam tulisan. Saya jadi iri krn meskipun kampung saya di ruteng belum pernah ke pulau.

jangan berhenti menuliskan keindahan yang di ciptakan Tuhan

Cheers StenWot 9:45 PM

Poskan Komentar Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom) Tentang Penulis valentino luis aka *No-Mad* Lahir di Maumere-Flores,Indonesia. Suka petualangan n travel semenjak kecil garagara sering diajak ayahnya yg kerap bertugas hingga ke pelosok daerah. Menulis adalah hobby lain yg muncul akibat suka baca dan keinginan utk berbagi. Tempat tinggal tdk tetap alias Nomaden. Merasa bahagia dgn pola hidupnya yg mirip kaum hippy:) Lihat profil lengkapku

Klik menu FOLLOW di bawah ini utk jadi temanku & dapatkan info artikel terbaru blog ini. Thanks Follow me

TWITTER

Facebook Valentino Luis

Erstelle dein Profilbanner

Daftar Isi

Travel Label Bajawa (1) Buku Traveling (1) Dari Kastil Ke kastil (2) Jalan -Jalan ke Bajawa (1) Jalan- Jalan ke Riung (1) Jalan-Jalan ke Austria (1) Jalan-Jalan ke Belanda (1) Jalan-jalan ke Berlin (Jerman) (1) Jalan-jalan ke Bromo ( Indonesia) (1) Jalan-jalan ke Dresden (Jerman) (1) Jalan-Jalan ke Gelnhausen (Jerman) (1) Jalan-jalan ke Hamburg (Jerman) (1) Jalan-Jalan ke Italia (1) Jalan-Jalan ke Jakarta (Indonesia) (1) Jalan-Jalan ke Komodo (2) Jalan-Jalan ke Labuan Bajo (2) Jalan-Jalan ke Lisbon (1) Jalan-jalan ke Paris (Perancis) (1) Jalan-jalan ke Perancis (3) Jalan-Jalan ke Portugal (1) Jalan-jalan ke Praha (Czech Republic) (1) Jalan-jalan ke pulau Rote (Indonesia) (1) Jalan-jalan ke Sisteron (Perancis) (1) Jalan-Jalan Ke Sumba (2)

Jalan-Jalan ke Yunani (2) Jalan-jalan keliling Flores (10) Maumere (6) Waikabubak (1) Photography-ku Loading...

Catatan Untuk Visitor Jika kalian ingin bertanya sesuatu tentang info obyek wisata yang saya tulis disini, mohon untuk menulis via email atau kirimkan pesan ke Facebook. Saya senang berbagi info tapi seringkali saya telat memeriksa komentar-komentar yang ditulis di blog ini. TERIMA KASIH Sepatah Kata

Pengunjung

giliranmu

Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.

BACKPACKER BORNEO

Mencintai Indonesia Dengan Cara Kita Sendiri Home About Me Narcism BlogPacker

SEARCH

1 Selasa, 29 Mei 2012 (Kindly Flores) Penantian indah di Labuan Bajo Cerita sebelumnya menuju Labuan Bajo bisa dibaca di sini. Karena belum ngantuk akhirnya saya memutuskan untuk jalan-jalan barang sebentar. Malam di Labuan Bajo tak seramai kota wisata lainnya seperti Bali ataupun Jogja, di jalan ... yang hanya satu arah tak tampak banyak kendaraan yang lewat, walaupun masih baru sekitar pukul 8 malam, sayapun hanya berjalan sebentar kemudian balik lagi dan duduk di atas trotoar disamping seorang bapak yang sedang asyik berbicara di telpon. Ternyata bapak ini juga baru datang dari arah timur, dia sedang menjemput tamu di Labuan Bajo yang akan berkeliling di Flores. Kalau tau mendingan ikut saya, lumayan ada teman buat ngobrol di jalan. Katanya...yah bapak, coba kita kenal lebih dulu lumayan kan gratis ke Labuan Bajo...hee Pak Leo juga bercerita kalau sebenarnya Labuan Bajo masih belum siap sebagai kota wisata, dari segi infrastruktur jalannya masih banyak yang rusak dan yang paling susah adalah air. Rata-rata air dirumah penduduk masih berasa payau, begitu juga dengan air di penginapan, entah bagaimana dengan hotel-hotel mewah di sana karena belum pernah juga nginap di hotel yang harganya mahal tersebut. Pak Leo pun memilih menginap di penginapan karena cuma pengen mandi sampai puas, kadang kalau cuma tidur di mobil beliau bawa air galon buat mandi, mahal banget kan.. Pelabuhan Labuan Bajo

Tak terasa mata sudah mulai ngantuk, sebelum berpisah beliau menyarankan untuk mencari seseorang di Pusat Informasi kali aja bisa bantu untuk ke Pulau Komodo yang harganya tak murah itu. Untungnya saya selalu membawa losion anti nyamuk sehingga bisa tidur dengan bijak malam itu.

Pagi harinya setelah sarapan dengan membeli nasi bungkus yang di jual seorang ibu yang lewat saya berjalan-jalan ke pelabuhan Fery, dari sini saya bisa melihat banyaknya kapal-kapal yang sedang berlabuh di teluk, di ujung saya juga bisa memperhatikan kesibukan di dermaga pasar termpat para nelayan membawa hasil tangkapannya. Setelah itu saya melanjutkan perjalanan ke arah barat ternyata di bagian ujung jalan di depan pasar ada seperti gazebo yang bisa dipakai untuk beristirahat sambil menikmati pemandangan laut biru dengan berbagai macam kapal yang ada. Setelah itu sayapun menuju pasar ikan untuk melihat-lihat kehidupan masyarakan sana, dan saya bertemu dengan dua orang yang sedang asik foto-foto dan ternyata mereka sudah beberapa hari di Labuan Bajo dan belum ke Pulau komodo karena uangnya belum cukup, saya pun mengajak mereka bareng sambil mencari tambahan orang biar biaya sewa kapal lebih murah, namun sayangnya mereka besok sudah harus meninggalkan Labuan Bajo karena tiket sudah terbeli. Di pasar saya sambil mencari tau tentang public boat yang akan menuju Pulau Komodo, namun masih belum bisa mendapatkannya. Mungkin masih kurang pagi sehingga besok harinya saya berencana untuk kembali ke pasar ini lebih pagi. Ikan kering di pasar

Setelah itu saya pun kembali menyusuri jalan namun dengan arah sebaliknya, di sebelah kiri jalan tampak hotel-hotel sedangkan di sebelah kanan banyak berjejer dive centre yang siap mengantarkan wisatawan yang ingin Diving, Snorkling, Trekking di Pulau Komodo sampai Overland trip di Flores. Saya pun mencari seseorang yang dimaksud pak Leo tadi namun sayangnya dia sore hari baru ada di tempat, di dive centre lain saya coba-coba tanya harga ternyata paling murah sekitar Rp. 500.000 itupun Cuma satu hari dan harus mencari teman untuk sharing cost kecuali mampu untuk menyewa kapal sendiri, sedangkan yang satu malam atau dua malam harganya lebih mahal lagi lebih dari satu juta. Kayaknya Pulau Komodo semakin jauh bagi backpacker kere seperti saya. Sayapun melanjutkan perjalanan dan kayaknya dari jalan yang di atas pemandangan yang bisa dilihat lebih bagus, maka sayapun terus berjalan dan ketika melihat ada orang yang keluar dari jalan kecil saya berpikir bahwa itu pasti jalan tembus, sayapun mencobanya dan memang betul itu jalan ke atas namun melalui rumah-rumah penduduk sehingga saya harus sering bertanya supaya tidak tersesat. Akhirnya saya sampai di jalan yang berdebu, dan ikut beristirahat sebentar depan sorang bapak yang berasal dari Jawa, ternyata untuk menuju tempat yang bisa memandang semuanya saya harus menuju tempat yang bernama puncak Waringin, dari sini saya bisa melihat pemandangan keseluruhan pelabuhan Labuan Bajo dengan latar belakan laut biru yang dihiasi oleh kapal besar dan

kecil yang tengan berlabuh, seandanya ada kursi pasti saya menghabiskan waktu lebih banyak di sini, sayangnya saya hanya berdiri di pinggir jalan. Kapal-kapal sedang berlabuh

Saya lebih memilih pulang dengan naik Angkot, tarifnya jauh dekat hanya Rp. 2.000. Dan saya putuskan untuk turun di gazebo yang menghadap kelaut dan foto-foto di sana, ada dua orang di salah satu gazebo dan ternyata salah satunya adalah seorang guide yang sedang menunggu untuk menjemput tamunya yang baru datang dari Pulau Komodo, ketika bertanya-tanya tentang cara ke sana dan mungkin melihat tampang saya kere akhirnya saya diajak untuk ikut dengan dia namun harus menunggu 3 hari lagi. Alhamdulillah akhirnya saya bertemu satu lagi orang Flores yang baik hati menjadi dewa penolong saya. Tidak hanya itu, orang yang saya panggil kaka Pedi ini juga mengajak saya bersantai sambil menunggu tamunya pulang. Kita bersantai di salah satu cafe di sana, saya juga ikut main bilyar namun dikalahkan langsung dikalahkan 3 set, maklum lama tidak megang stik..:-)#(Alasan) Main Bilyar Dulu

Setelah mengantar ke Bandara saya kita ke kantor Dinas kehutanan yang mengurus Taman Nasional Komodo, di sini saya mendengar bahwa tak lama sebelumnya ada seorang Ranger yang digigit oleh komodo, dan langsung di bawa ke Bali karena rumah sakit yang mampu untuk mengatasinya hanya ada di Bali, bikin ngeri mendegarya. Sore harinya saya menikmati sunset di Gazebo tadi, rupanya tempat ini memang dibangun untuk menikmati sunset, banyak warung-warung yang bermunculan yang menjual gorengan dan makan seperti gorengan sehingga masyarakan bisa bersantai menikmati matahari terbenam sambil menyeruput teh panas dan pisang goreng. Sunset di Labuan Bajo

Padahal saya sudah berencana untuk pindah dari penginapan tempat saya menginap, tapi karena kemaren tidak sempat jadi satu malam lagi saya harus tidak Bahagia, pagi harinya setelah membeli sarapan di pasar saya mencari penginapan lain, sesuai petunjuk dari Rizal bahwa di dekat Bank NTT ada juga penginapan murah yang lumayan, masuk di Jalan Cumi-Cumi ternyata ada sebuah hotel di pinggir lapangan bola yang bernama Hotel Pelangi, dilihat dari luar bangunannya memang bagus, terbuat dari beton dan ada ruang yang berAC, namun ternyata ada juga kamar ekonomi yang berharga Rp. 30.000, saya pun tak pikkir panjang segera mengambilnya, kamarnya lebih bersih dan ada dua kasur di dalam kamar, namun dindingnya yang dari papan agak jarang, sehingga kita bisa melihat orang di sebelah kamar. Di sekitar Pelabuhan memang banyak penginapan murah dengan Tarif sekitar Rp. 25.000 sampai Rp. 50.000, ternyata ini adalah penginapan yang biasanya digunakan oleh para penduduk Flores yang

sedang menunggu kapal, baik itu kapal Fery yang menyebrang ke Sape ataupun Kapal Pelni yang melayani pelayaran dari Sulawesi dan Jawa. Dan biasanya mereka menginap di sini sampai kapal yang di tunggu datang, jadi jangan heran kalau kapal belum datang jadi penginpan akan banyak yang penuh. Belum sempat saya mengambil ransel di penginapan yang lama ada sebuah telepon yang masih, nomornya masih baru dan menanyakan mau ngapain saya hari ini, dan saya jawab belum tau dan dia langsung mengajak saya jalan. Pertandingan sepak Bola di depan Hotel

Tak lama menunggu ternyata dia adalah Abang Icang, temannya kaka Pedi yang kemaren bertemu di Kantor Kehutanan, sayapun diajak keliling-keliling kota Labuan Bajo, serta menuju Goa Batu Cermin, salah satu objek wisata yang bisa dikunjungi di Labuan Bajo. Eh ternyata yang jaga juga temantemannya sehingga saya tidak dipungut karcis masuk. Dan menuju Goa Batu cermin dengan ditemani oleh seorang cewek yang menjadi guide saya, salah seorang bapak membisiki saya Ntar beri aja uang Rp. 10.000 buat tip dia,oke deh... Untuk menuju Lokasi Goa kita harus berjalan sekitar 200 meter di jalan yang sudah dilapisi paving blok, dan tampaknya goa ini baru dibenahi oleh pemerintah walaupun tampak ada bangunan yang sudah rusak dan penuh coretan. Silvy pun bercerita dengan lancar tentang sejarah goa ini, katanya goa ini sempat dijadikan tempat persembunyian oleh penduduk setempat ketika jaman penjajahan. Seperti goa pada umumnya banyak stalagtit dan stalagmit yang menghiasi langit-langit dan dinding goa ini.Yang menjadi keunikan goa ini adalah kita bisa menemukan fosil-fosil hewan yang biasa di bawah laut seperti ikan dan kura-kura, hal ini menandakan bahwa goa ini dulunya pernah berada di bawah laut. Selain itu goa ini dinamakan Goa Batu Cermin bukan karena kita bisa bercermin dengan batunya, namun karena pada musin hujan air yang menggenangi lantai goa terpantul oleh cahaya matahari ke dinding goa dan tampak berkilauan seperti cermin, makanya disebut Goa Batu Cermin. Goa Batu Cermin

Untuk masuk ke dalam goa kadang kita harus menunduk karena ada yang stalaktitnya sangat rendah, namun di bagian tengah goa ada sebuah ruangan yang cukup luas dan disinilah katanya orang-orang dulu berkumpul. Jalan masuk dan keluar goa ini berbeda sehingga kita akan melewati pemandangan yang berbeda. Setelah selesai dan kembali ke pos penjagaan saya langsung diantar oleh sepupu Bang Icank untuk bertemu dengannya di Perempatan karena dia ada yang urus sebelumnya. Karena dia tidak bisa menemani akhirnya saya dipinjamkan motor untuk berkeliling, dan untungnya jalan di Labuan Bajo tidak begitu membingungkan dan hanya ada beberapa lampu merah. Sehingga cukup aman bagi saya berkendara sendiri tanpa peta.

Siangnya saya menuju Pantai Pede, bertanya menjadi panduan saya untuk menuju pantai ini. dan saya diberi petunjuk bahwa tinggal lurus menuju arah ke Hotel Jayakarta dan Pantai Pede tepat ada di samping kanan sebelum hotel ini. Pantai Pede, sayang kotor

Sudah banyak fasilitas yang dibangun di Pantai ini seperti tempat untuk duduk-duduk, bahkan ada juga Perahu air berbentuk bebek namun terlihat dirantai dan kayaknya lama tidak digunakan. Hanay ada beberapa orang di pantai ini, serasa milik sendiri, namun pantainya yang berpasir putih hanya sedikit mungkin karena pasang atau memang begitu adanya yang pastinya cukup banyak sampah yang terlihat di tepi pantainya, mungkin terbawa dari laut. Karena bosan hanya duduk-duduk sayapun melanjutkan ke perjalanan mengikuti jalan, ternyata di pinggir jalan banyak terlihat pub dan bar yang kecil-kecil, dan jalan yang beraspal mulus ini ternyata berakhir di Hotel Jayakarta, Salah satu Hotel berbintang yang ada di Labuan Bajo dan memiliki banyak jaringan di berbagai kota. Matahari semakin turun, sayapun kembali ke Pantai Pede untuk menikmati sunset. Hanya ada dua orang cewek dari Polandia setengah bugil yang lagi berjemur, sisanya hanya tampak nelayan di ujung pantai yang membuat saya penasaran untuk mendekat.Ternyata orang tua ini bernama Pak Lewu, dia tinggal di sebuah pondok di ujung pantai yang berdindingkan kardus dan atapnya seng bekas, dia melaut masih memakai perahu tenaga angin, hanya anak-anaknya yang telah menggunakan perahu bermesin. Sunset di Pantai Pede

Matahari semakin tenggelam dan berubah perlahan-lahan dari bundar hingga habis sama sekali, yang tertinggal hanya cahayanya yang keemasan. Itu berarti mengakhiri pertualangan saya hari ini di Labuan Bajo dan besok harinya adalah waktu yang saya tunggu-tunggu, yaitu waktunya untuk mengekplore Taman Nasional Komodo (bisa di baca di sini). Diposkan oleh Indra Setiawan di 06.12 Label: Nusa Tenggara Timur Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

0 komentar:

Poskan Komentar

Pembaca yang baik selalu meninggalkan Komentar..:-)

Posting Lebih Baru Posting Lama Langganan: Poskan Komentar (Atom) Translate Diberdayakan oleh Terjemahan

Sikueh (Dimana) Bali Jawa Tengah Jawa Timur Jogjakarta Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Papua Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Hampareya (Arsip)

Download Ebook (Gratis)

Ji Payu (Populer)

Tips Backpacking ke Gunung Bromo Rasanya tak ada yang tidak kenal lagi dengan yang namanya Gunung Bromo, bahkan tempat ini menjadi salah satu tujuan favorit turis asing set...

Rancangan Itinerary Pendakian Gunung Semeru Berikut kita akan berbagi rancangan rencana perjalanan (Itenerary) pendakian Gunung Semeru , rancangan ini disusun oleh Mas Bimo dkk dan ki...

Tips Snorkeling Untuk Pemula Sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dari lautan, dan Lautan Indonesia sendiri termasuk dalam pusat jantung segitiga karang dunia. Jad...

Kakawalan

Indra Setiawan. Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright BACKPACKER BORNEO. All rights reserved.

Anda mungkin juga menyukai