Anda di halaman 1dari 8

SISTEM KESEHATAN NASIONAL (SKN)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 72 TAHUN 2012
TENTANG SISTEM KESEHATAN NASIONAL

Pasal 3
(1) Komponen pengelolaan kesehatan yang disusun dalam SKN sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 dikelompokkan dalam subsistem:
a. upaya kesehatan;
b. penelitian dan pengembangan kesehatan;
c. pembiayaan kesehatan;
d. sumber daya manusia kesehatan;
e. sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan;
f. manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan; dan
g. pemberdayaan masyarakat.

Pasal 6
(1) Pelaksanaan SKN ditekankan pada peningkatan perilaku dan kemandirian
masyarakat, profesionalisme sumber daya manusia kesehatan, serta upaya
promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.

(3) Pelaksanaan SKN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus


memperhatikan:
a. cakupan pelayanan kesehatan berkualitas, adil, dan merata;

b. pemberian pelayanan kesehatan yang berpihak kepada rakyat;

c. kebijakan kesehatan masyarakat untuk meningkatkan dan melindungi


kesehatan masyarakat;

d. kepemimpinan dan profesionalisme dalam pembangunan kesehatan;

e. inovasi atau terobosan ilmu pengetahuan dan teknologi yang etis dan
terbukti bermanfaat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan secara
luas, termasuk penguatan sistem rujukan;
f. pendekatan secara global dengan mempertimbangkan kebijakan kesehatan
yang sistematis, berkelanjutan, tertib, dan responsif gender dan hak anak;

g. dinamika keluarga dan kependudukan;

h. keinginan masyarakat;

i. epidemiologi penyakit;

j. perubahan ekologi dan lingkungan; dan

k. globalisasi, demokratisasi dan desentralisasi dengan semangat persatuan


dan kesatuan nasional serta kemitraan dan kerja sama lintas sektor.
SKN
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan
pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu
derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam kerangka
mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar
1945.
Sistem Kesehatan Nasional perlu dilaksanakan dalam konteks Pembangunan
Kesehatan secara keseluruhan dengan mempertimbangkan determinan sosial, seperti: kondisi
kehidupan sehari-hari, tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, distribusi kewenangan,
keamanan, sumber daya, kesadaran masyarakat, dan kemampuan tenaga kesehatan mengatasi
masalah tersebut.
Sistem Kesehatan Nasional disusun dengan memperhatikan pendekatan revitalisasi
pelayanan kesehatan dasar yang meliputi:
1. Cakupan pelayanan kesehatan yang adil dan merata,
2. Pemberian pelayanan kesehatan yang berpihak kepada rakyat,
3. Kebijakan pembangunan kesehatan, dan
4. Kepemimpinan. SKN juga disusun dengan memperhatikan inovasi/terobosan dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan secara luas, termasuk penguatan sistem
rujukan.
Tujuan Sistem Kesehatan Nasional adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan
oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah secara sinergis,
berhasil guna dan berdaya guna, hingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.
Landasan Sistem Kesehatan Nasional meliputi:
1. Landasan Idiil, yaitu Pancasila.
2. Landasan Konstitusional, yaitu UUD 1945, khususnya: Pasal 28 A, 28 H ayat (1) dan
ayat (3), serta Pasal 34 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 28 B ayat (2), Pasal 28 C ayat (1),
3. Landasan Operasional meliputi seluruh ketentuan peraturan perundangan yang
berkaitan dengan penyelenggaraan SKN dan pembangunan kesehatan.

Apa Tujuan Sistem Kesehatan?


Dalam batas-batas yang telah disepakati, tujuan sistem kesehatan adalah:

1. Meningkatkan status kesehatan masyarakat. Indikatornya banyak, antara lain Angka


Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi, Angka kejadian penyakit dan berbagai indikator
lainnya.
2. Meningkatkan responsiveness terhadap harapan masyarakat. Dalam hal ini masyarakat
puas terhadap pelayanan kesehatan.
3. Menjamin keadilan dalam kontribusi pembiayaan. Sistem kesehatan diharapkan
memberikan proteksi dalam bentuk jaminan pembiayaan kesehatan bagi yang
membutuhkan.

JKN-KIS
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan
sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang
layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar
oleh Pemerintah. Artinya, seluruh biaya pengobatan akan ditanggung oleh pemerintah
melalui JKN sesuai dengan batas kesepakatan yang telah ditanggung. Prinsip yang diterapkan
oleh JKN adalah prinsip gotong royong.
Dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti peserta yang mampu membantu peserta
yang kurang mampu, peserta yang sehat membantu yang sakit atau yang berisiko tinggi, dan
peserta yang sehat membantu yang sakit. Selain itu ada juga prinsip nirlaba, keterbukan,
kehati-hatian, akuntabiltas, efisiensi dan efektivitas, portabiltas, kepesertan yang
bersifatwajib, dan amanat,hasil pengelolan. Hal ini terwujud karena kepesertaan SJSN
bersifat wajib untuk seluruh penduduk, tanpa pandang bulu. Keuntungan JKN/Asurasi
Kesehatan Sosial itu sendiri adalah :
 Kenaikan Biaya kesehatan dapat ditekan
 Biaya dan Mutu Pelayanan Kesehatan dapat dikendalikan
 Kepesertanya bersifat wajib bagi seluruh penduduk
 Pembayaran dengan sistem prospektif
 Adanya kepastian pembiayaan yankes berkelanjutan
 Manfaat Yankes komprehensif (promotif, preventif, kuratif dan rehabiltatif)
 Portabiltasnasional: peserta tetap mendapatkan jaminan kesehatan yang
berkelanjutan meskipun peserta berpindah tempat tinggal atau tempat bekerja
dalam wilayah NKRI.

Analisa Tantangan dan Hambatan Pelaksanaan JKN


Cakupan universal (universal health coverage atau universal coverage) untuk seluruh
penduduk Indonesia 100% akan menjadi kenyataan paling lambat 1 Januari 2019. Sebuah
proyek mega yang membutuhkan perjuangan dan kerja keras dari semua komponen bangsa,
mewujudkan “Health for All Indonesians by the Year 2019.” Namun, kenyataannya tidak
semulus yang diharapkan. JKN pada awal pelaksanaannya telah mendapat tantangan dan
hambatan baik dari para peserta maupun BPJS kesehatan. Berikut permasalahan yang terjadi
dalam pelaksanaan JKN dilihat dari sudut demand dan supplay.

Dari sudut demand :


 Masyarakat harus ikut aktif dan peduli jika ada sosialisasi dari BPJS
 Masyarakat yang sudah terdaftar di Askes dan Jamsostek harus berganti lagi ke BPJS
 Adanya prosedur migrasi cukup membuat masyarakat bingung dan malas untuk
mengurusnya. Akses jangkauan ke pelayanan kesehatan di daerah terpencil juga jauh
atau tidak terjangkau
 Masyarakat yang ingin rujukan ke rumah sakit butuh surat rujukan dari puskesmas
sedangkan puskesmas tidak buka 24 jam, ini membuat masyarakat yang pulang kerja
sore/malam tidak memiliki kesempatan mendapatkan pelayanan kesehatan di tingkat
pertama.
Dari sudut supply :
 Masih kurangnya sosialisasi terinci kepada masyarakat dan penyedia layanan
kesehatan sehingga mengakibatkan perbedaan pemahaman mengenai asuransi social.
 Masih belum siapnya kesiapan infrastuktur pelayanan kesehatan
 Masih kurangnya ketersediaan sumber daya manusia dibidang kesehatan, seperti
dokter umum dan spesialis, bidan, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya.
 Tenaga kesehatan yang memilih ditempatkan di daerah perkotaan sehingga pelayanan
tidak merata
 Masih kurangnya sarana dan prasarana kesehatan seperti ketersediaan tempat tidur
rumah sakit.
 Belum diprioritaskannya kesehatan oleh pemerintah daerah, terlihat dari anggaran
yang diberikan hanya sekedarnya tidak lebih dari 5%.
 Ketidaksepahaman antara BPJS dan pemberi pelayanan memungkinkan terjadinya
fraud (kecurangan)
Hak dan kewajiban peserta dan pemberi layanan kesehatan
Hak Peserta
 Mendapatkan kartu peserta sebagai identitas peserta untuk memperoleh pelayanan
kesehatan.
 Memperoleh manfaat dan informasi tentang hak dan kewajiban serta prosedur
pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
 Mendapatkan pelayann kesehatan di fasilitas kesehatan yang bekerja dengan BPJS
Kesehatan, dan
 Menyampaikan keluhan / pengaduan, kritik dan saran secara lisan atau tertulis
kepada BPJS Kesehatan.

Kewajiban Peserta
 Mendaftarkan dirinya dan anggota keluarganya sebagai peserta BPJS Kesehatan.
 Membayar iuran
 Memberikan data dirinya dan anggota keluarganya secara lengkap dan benar
 Melaporkan perubahan data dirinya dan anggota keluarganya, antara lain
perubahan golongan, pangkat atau besaran gaji, pernikahan, perceraian, kematian,
kelahiran, pindah alamat dan pindah fasilitas kesehatan tingkat pertama.
 Menjaga kartu peserta agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatkan oleh orang yang
tidak berhak.
 Mentaati semua ketentuan dan tata cara pelayanan kesehatan.

Berdasarkan Permenkes No. 71 Tahun 2013 Pasal 12


Hak Fasilitas Kesehatan paling sedikit terdiri atas:
 Mendapatkan informasi tentang kepesertaan, prosedur pelayanan, pembayaran
dan
 Proses kerja sama dengan BPJS Kesehatan; dan
 Menerima pembayaran klaim atas pelayanan yang diberikan kepada Peserta paling
lambat
 15 (lima belas) hari kerja sejak dokumen klaim diterima lengkap.

Kewajiban Fasilitas Kesehatan paling sedikit terdiri atas:


 Mmberikan pelayanan kesehatan kepada Peserta sesuai ketentuan yang berlaku;
dan
 Memberikan laporan pelayanan sesuai waktu dan jenis yang telah disepakati.

Tingkat Pelayanan Kesehatan


1. Health Promotion (Promosi Kesehatan)
Merupakan tingkat pertama dalam memberikan pelayanan melalui peningkatan
kesehatan.Bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan agar masyarakat
atau sasarannya tidak terjadi gangguan kesehatan.Tingkat pelayanan ini meliputi
kebersihan perseorangan, perbaikan sanitasi lingkungan, layanan prenatal, layanan
lansia, dan semua kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan status
kesehatan.
2. Spesific Protection ( Perlindungan Khusus )
Perlindungan Khusus ini dilakukan dalam melindungi masyarakat dari bahaya
yang akan menyebabkan penurunan status kesehatan, atau bentuk perlindungan
terhadap penyakit-penyakit tertentu, ancaman kesehatan, yang termasuk dalam
tingkat pelayanan kesehatan ini adalah pemberian imunisasi yang digunakan
untuk perlindungan pada penyakit tertentu seperti imunisasi BCG, DPT, Hepatitis,
campak, dan lain-lain. Pelayanan perlindungan keselamatan kerja diamana
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada seseorang yang bekerja di tempat
risiko kecelakaan tinggi seperti kerja dibagian produksi bahan kimia, bentuk
perlindungan khusus berupa pelayanan pemakaian alat pelindung diri dan lain
sebagainya.
3. Early Diagnosis and Prompt Treatment ( Diagnosis dini dan pengobatan segera )
Tingkat pelayanan kesehatan ini sudah masuk ke dalam tingkat dimulainya atau
timbulnya gejala dari suatu penyakit.Tingkat pelayanan ini dilaksanakan dalam
mencegah meluasnya penyakit yang lebih lanjut serta dampak dari timbulnya
penyakit sehingga tidak terjadi penyebaran.Bentuk tingkat pelayanan kesehatan
ini dapat berupa kegiatan dalam rangka survey pencarian kasus baik secara
individu maupun masyarakat, survey penyaringan kasus serta pencegahan
terhadap meluasnya kasus.

4. Disability Limitation ( Pembatasan Cacat )


Dilakukan untuk mencegah agar pasien atau masyarakat tidak mengalami
dampak kecacatan akibat penyakit yang ditimbulkan.Tingkat ini dilaksanakan
pada kaus atau penyakit yang mengalami potensi kecacatan.Bentuk kegiatan yang
dapat dilakukan dapat berupa perawatan untuk menghentikan penyakit, mencegah
komplikasi lebih lanjut, pemberian segala fasilitas untuk mengatasi kecacatan dan
mncegah kematian.

5. Rehabilitation ( Rehabilitasi )
Tingkat pelayanan ini dilaksanakan setelah pasien didiagnosis sembuh.Sering
pada tahap ini dijumpai pada fase pemulihan terhadap kecacatan sebagaimana
program latihan-latihan yang diberikan kepada pasien, kemudian memberikan
fasilitas agar pasien memiliki keyakinan kembali atau gairah hidup kembali ke
masyarakat dan masyarakat mau menerima dengan senang hati karena kesadaran
yang dimilikinya.

Sistem Rujukan

A. Macam- Macam Sistem Rujukan


1. Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan internal dan rujukan
eksternal.
a. Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di
dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas
pembantu) ke puskesmas induk
b. Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas
rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).
2. Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan Medik dan
rujukan Kesehatan.
a. Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien
puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes
mellitus) ke rumah sakit umum daerah.
b. Rujukan Kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan dengan
upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif).
Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok
gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi
puskesmas (pos Unit Kesehatan Kerja).

Anda mungkin juga menyukai