Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PSIKOLOGI

“KONSEP EMOSI”

Dosen pembimbing :

Heppi Sasmita, M.Kep.Sp.Jiwa

OLEH

Nadia Nova Delza

(193110142)

KELAS 1A

D-III KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES PADANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya bisa menyelesainkan makalah “Konsep Emosi”
dengan tepat pada waktumya. Banyak rintangan dan hambatan yang saya hadapi dalam
penyusunan makalah ini. Namun berkat bantuan dan dukungan dari teman-teman serta
bimbingan dari Dosen sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini.
Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat membantu dalam proses pembelajaran
dan dapat menambah pengetahuan para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan dan
doa.Tidak lupa pula saya mengharap kritik dan saran untuk memperbaiki makalah saya ini, di
karenakan banyak kekurangan dalam mengerjakan makalah ini.

Padang, September 2019

Nadia Nova Delza

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................. 1

2.1 Rumusan Masalah......................................................................................................... 1

3.1 Tujuan Penulisan.......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

1.2 Pengertian Emosi........................................................................................................ 3

2.2 Teori-teori Terkait Emosi........................................................................................... 3

3.2 Pengaruh Emosi terhadap Tubuh Individu Secara Fisiologis.................................... 6

4.2 Jenis-jenis Emosi....................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dari mana emosi itu muncul, apakah dari pikiran atau dari tubuh?
Agaknya tak seorang pun bisa menjawabnya dengan pasti. Ada yang mengatakan tindakan
dulu (tubuh), baru muncul emosi. Ada pula yang mengatakan emosi (pikiran) baru tindakan.
Mana yag muncul lebih dahulu tidaklah begitu penting bagi kita sebab tindakan dan emosi
pada dasanya sangat erat berkaitan. Kita tidak mungkin memisahkan tindakan dan emosi.
Karena keduanya merupakan bagian dari keseluruhan.
Meskipun begitu, ada prinsip yang bisa kita pegang, yaitu emosi akan
menjadi semakin kuat apabila diberi ekspresi fisik (Wegne, 1995). Misalnya saja,
bila seseorang marah, lantas mengepalkan tangan, memaki-maki dan
membentak-bentak, dia tidak mengurangi marahnya, tetapi justru kian menjadi
marah.
Pada hakikatnya setiap orang mempunyai emosi. Dari bangun tidur pagi hari sampai
waktu tidur malam hari, kita mengalami berbagai macam pengalaman yang menimbulkan
berbagai macam emosi pula. Pada saat makan dengan keluarga, misalnya kita merasa
gembira; atau dalam perjalanan menuju kampus, kita merasa jengkel karena jalan yang
macet, sehingga setelah sampai pada tempat tujuan kita pun terlambat. Semua itu adalah
merupakan emosi kita.

2.1 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan emosi?


2. Apakah teori-teori terkait emosi?
3. Jelaskan bagaimana emosi mempengaruhi tubuh individu secara fisiologis
besert contoh
4. Apakah yang termasuk jenis dan ciri-ciri emosi?

1
3.1 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan emosi

2.Untuk mengetahui teori-teori terkait dengan emosi

3.Untuk mengetahui pengaruh emosi terhadap tubuh individu secara fisiologi

4.Untuk mengetahui jenis dan ciri-ciri emosi

2
BAB II

PEMBAHASAN

1.2 Pengertian Emosi

Secara etimologis emosi berasal dari kata Prancis emotion, yang berasal lagi dari
emouvoir, ‘exicte’ yang berdasarkan kata Latin emovere, artinya keluar. Dengan demikian
secara etimologis emosi berati “bergerak keluar”.

Emosi adalah suatu konsep yang sangat majemuk sehingga tidak dapat satu pun definisi
yang diterima secara universal. Emosi sebagai reaksi penilaian(positif atau negatif) yang
kompleks dari sistem saraf seseorang terhadap rangsangan dari luar atau dari dalam diri
sendiri.

Menurut James (Purwanto dan Mulyono,2006) emosi adalah keadaan jiwa yang
menampakkan diri dengan sesuatu perubahan yang jelas pada tubuh. Emosi setiap orang
adalah mencerminkan keadaan jiwanya yang akan tampak secara nyata pada perubahan
jasmaninya. Sebagai contoh ketika seseorang diliputi emosi marah, wajahnya memerah,
napasnya menjadi sesak, otot-otot tangannya akan menegang, dan energi tubuhnya
memuncak.

2.2 Teori-teori Terkait Emosi

1. Teori Emosi Dua-Faktor Schachter-Singer.


Teori ini dikenal sebagai teori yang paling klasik yang berorientasi pada rangsangan.
Reaksi fisiologik dapat saja sama (hati berdebar, tekanan darah naik, nafas bertambah cepat,
adrenalin dialirkan dalam darah, dan sebagainya) namun jika rangsangannya menyenangkan
seperti diterima di perguruan tinggi favorit- emosi yang ditimbulkan dinamakan senang.
Sebaliknya, jika rangsangannya membahayakan (misalnya, melihat ular berbisa), emosi yang
timbul dinamakan takut. Para ahli psikologi melihat teori ini lebih sesuai dengan teori
kognisi.

3
2. Teori Cannon-Bard

Emosi yang dirasakan dan respon tubuh adalah kejadian yang berdiri sendiri-sendiri.
Di tahun I920-an, teori lain tentang hubungan antara keadaan tubuh dan emosi yang
dirasakan diajukan oleh Walter Cannon, berdasarkan pendekatan pada riset emosi yang
dilakukan oleh Philip Bard. Teori Cannon-Bard menyatakan bahwa emosi yang dirasakan dan
reaksi tubuh dalam emosi tidak tergantung satu sarna lain, keduanya dicetuskan secara
bergantian. Menurut teori ini, kita pertama kali menerima emosi potensial yang dihasilkan
dari dunia luar; kemudian daerah otak yang lebih rendah, seperti hipothalamus diaktifkan.
Otak yang lebih rendah ini kemudian mengirim output dalam dua arah: (1) ke organ-organ
tubuh dalam dan otot-otot eksternal untuk menghasilkan ekspresi emosi tubuh, (2) ke korteks
cerebral, dimana pola buangan dari daerah otak lebih rendah diterima sebagai emosi yang
dirasakan. Kebalikan dengan teori James-Lange, teori ini menyatakan bahwa reaksi tubuh
dan emosi yang dirasakan berdiri sendiri-sendiri dalam arti reaksi tubuh tidak berdasarkan
pada emosi yang dirasakan karena meskipun kita tahu bahwa hipothalamus dan daerah otak
di bagian lebih bawah terlibat dalam ekspresi emosi, tetapi kita tetap masih tidak yakin
apakah persepsi tentang kegiatan otak lebih bawah ini adalah dasar dari emosi yang
dirasakan.

3. Teori Emosi James-Lange


William James (1884) dari Amerika Serikat dan Carl Lange (1885) dari Denmark, telah
mengemukakan pada saat yang hampir bersamaan, suatu teori tentang emosi yang mirip satu
sama lainnya, sehingga teori ini terkenal dengan nama teori James-Lange (Effendi & Praja,
1993; Mahmud, 1990; Dirgagunarsa, 1996). Dalam teori ini disebutkan bahwa emosi timbul
setelah terjadinya reaksi psikologik. Jadi, kita senang karena kita meloncat-loncat setelah
melihat pengumuman dan kita takut karena kita lari setelah melihat ular. Selanjutnya menurut
teori ini, emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
pada tubuh sebagai respons terhadap berbagai rangsangan yang datang dari luar. Jadi, jika
seserang misalnya melihat harimau, reaksinya peredaran darah makin cepat karena denyut
jantung makin cepat, paru-paru lebih cepat memompa udara, dan sebagainya. Respons-
respons tubuh ini kemudin dipersepsikan dan timbulah rasa takut. Mengapa rasa takut yang
timbul?. Ini disebabkan oleh hasil pengalaman dan proses belajar. Emosi, menurut kedua ahli
ini, terjadi karena adanya perubahan pada sistem vasomotor (otot-otot). Suatu peristiwa
dipersepsikan menimbulkan perubahan fisiologis dan perubahan psikologis yang disebut

4
emosi. Dengan kata lain, James-Lange, seseorang bukan tertawa karena senang, melainkan ia
senang karena tertawa.

4. Teori Kognitif tentang Emosi

Teori ini memandang bahwa emosi merupakan interpretasi kognitif dari rangsangan
emosional (baik dari luar atau dalam tubuh). Teori ini dikembangkan oleh Magda Arnold
(1960), Albert Ellis (1962), dan Stanley Schachter dan Jerome Singer (1962). Berdasarkan
teori ini, proses interpretasi kognitif dalam emosi terbagi dalam dua langkah: 1. Interpretasi
stimuli dari lingkungan. Interpretasi pada stimulus, bukan stimulus itu sendiri, menyebabkan
reaksi emosional. Contohnya, jika suatu hari kamu menerima kado dari Wini dimana Wini
adalah musuh besarmu, maka kamu akan merasa takut atau bisa mengganggap bahwa kado
tersebut berbahaya. Tetapi akan berbeda ceritanya bila Wini adalah seorang teman karibmu,
maka kamu akan dengan senang hati menerima dan membuka kado tersebut tanpa curiga.
Jadi dalam teori kognitifpada emosi, informasi dari stimulus berangkat pertama kali ke
cerebral cortex, dimana akan diinterpretasi pada pengalaman masa kini dan lamapau. Lalu
pesan tersebut dikirim ke limbyc system dan sistem saraf otonom yang kemudian akan
menghasilkan arousl secara fisiologis. Interpretasi stimuli dari tubuh yang dihasilkan dari
arousal saraf otonom Langkah kedua dalam teori kognitif pada emosi yaitu interpretasi
stimulus dari dalam tubuh yang merupakan hasil dari arousal otonom. Teori kognitif
menyerupai teori James-Lange teori menekankan pentingnya stimuli internal tubuh dalam
mengalami emosi, tetapi sebenarnya itu berlanjut ke interpretasi kognitif dari stimuli, dimana
hal tersebut lebih penting dari pada stimuli internal itu sendiri.

5. Teori Emosi dan Motivasi


Emosi dan motivas berjalan beriringan atau bersamaan. Emosi ditempatkan sebagai
suatu rangkaian dari emosi. Emosi merupakan bagian dari motif motif atu dorongan. Tomkins
mengungkapkan bahwa emosi merupakan energi bagi dorongan dorongan yang selalu muncul
bersama. Menurut Leeper garis pemisahnya sangat tipis yaitu seperti ketakutan. Ketakutan
merupakan emosi tetapi juga motif pendorong perilaku. Orang merasa takut dan terdorong
melakukan perilaku yang memiliki tujuan tertentu.

5
3.2 Pengaruh Emosi terhadap Tubuh Individu Secara Fisiologis
Setiap emosi selalu diiringi dengan perubahan fisiologis (physicological changes) di dlam
tubuh kita. Hal ini disebabkan oleh adanya naluri-naluri biologis sehubungan dengan adanya
ransangan dari suatu obyek yang memicu munculnya emosi. Berbagai perubahan fisiologi
dapat terjadi pada saat emosi memuncak. Sarlito (1992:53) mencatat beberapa di antaranya
adalah: reaksi elekris pada kulit, peredaran darah, denyut jantung, pernapasan, pupil mata, air
liur, buluroma, pencernaan, reaksi otot dan komposisi darah. Sebagian dari perubahan itu
adakalanya dirasakan langsung dan ada yang tidak.

Perubahan fisiologi karena adanya instabilitas dalam mekanisme tubuh yang lazim
disebut dengan GAS (general adaptation syndrome), merupakan suatu upaya tubuh untuk
beradaptasi dengan perubahan yang terjadi dengan tetap mempertahankan normlitas kondisi.
Beberapa bentuk perubahan fisiologis yang diakibatkan oleh emosi, antara lain:

a. Reaksi denyut jantung dan peredaran darah. Jantung adalah organ tubuh manusia yang
bersifat otonom, tak bisa diperintah, tetapi paling gampang terpengaruh oleh
terjadinya instabilitas dalam tubuh. Suatu keajaiban tubuh yang merupakan karunia
Tuhan adalah mekanisme untuk tetap mempertahankan kondisi normal, sehingga
setiap gangguan terhadapnya akan diantisipasi dengan cara tersendiri. Setiap orang
pernah mengalami degup jantung lebih keras dari biasanya krena emosi tengah terjadi,
misalnya kaget, marah besar, atau kegirangan. Jantung bekerja ekstra keras untuk
memompa darah di dalam tubuh. Sejalan dengan itu peredaran darah menjadi tidak
lazim,dan denyut nadi tidak teratur. Itu sebabnya, ketika seorang sedang marah,
misalnya, wajahnya sering kali memerah karena aliran darah ke wilayah itu sangat
deras. Denyut darah yang tidak stabil berpengaruh pada peredaran darah keseluruh
tubuh. Akibatnya bisa bermacam-macam: kepala pusing seketika, tidak kuat berjalan,
wajah pucat atau merah padam, denyut nadi tak teratur, pingsan, atau bahkan
kematian.
b. Reaksi wajah. ‘Wajah adalah cerminan jiwa,’demikian sebuah ungkapan klasik yang
menggambarkan peran wajah dalam mengomunikasikan perasaan yang tengah
dialami. Dengan melihat wajah,seseorang bisa diterka sedang diliputi emosi marah,
sedih, gembira, serius, malu, atau lainnya. Telah diterangkan di muka bahwa reaksi
wajah adalah sebentuk ekspresi fisiologisyang paling mudah dikenali. Ekspresi wajah
sangat sulit menyembunyikan faktor emosi yang dirasakan pada saat itu.

6
c. Reaksi pernapasan dan produksi hormon tertentu. Mungkin kita pernah menjumpai
orang yang tersenggal-senggal karena kaget secara tiba –tiba. Atau sulit mengatur
pernapasannya karena sedang marah atau takut. Orang tua biasanya memberi minum
kepada anaknya yang tengah diliputi perasaan takut sebagai bentuk relaksasi agar
napasnya diatur kembali secara normal. Dalam kondisi yang tidak stabil, produksi
hormon juga menjadi tidak stabil. Kelenjar ludah mungkin berhenti berproduksi saat
orang mengalami emosi takut yang kuat, tetapi melimpah ketika merasa jijik. Sesak
napas adalah salah satu bentuk perubahan fisiologis yang bisa terjadi pada orang yang
dikecam emosi berat.
d. Reaksi kulit dan bulu roma. Istilah ‘merinding’ dalam bahasa sehari-hari
menunjukkan adanya perubahan fisiologis berupa reaksi elektris pada kulit yang
meransang bulu-bulu untuk tegang ketika terjadi emosi. Istilah ini dikenal dengan
GSR (galvanic skin response), yaitu adanya getaran pada kulit yang meransang bulu
roma (bulu halus dipermukaan kulit) berdiri. Biasanya hal ini terjadi pada emosi takut
dan heran, meskipun tidak spesifik sekali.
e. Reaksi otot dan kinesis. Orang yang terkulai lemah setelah jatuh dari rumah susun
atau tempat yag tinggi; orang yang mampu memindahkan benda-benda berat ditengah
kobaran api yang menyala-nyala yang dalam situasi normal tak mungkin dilakukan
oleh dua orang sekalipun; orang mondar mandir ke toilet untuk buang air kecil ketika
menunggui keluarganya menjalani operasi besar; gemetar sekujur tubuh sebelum
menyampaikan pidato di hadapan khalayak. Semua kenyataan ini terjadi akibat reaksi
otot dan kinesis.
Selain jenis reaksi fisiologis yang telah diterangkan, masih ditemukan juga reaksi lain
seperti pupil mata yang bisa melebar atau mengecil, suhu tubuh yang meningkat atau
menurun tiba-tiba, demikian juga yang biasa disebut dengan istilah keluar keringat
dingin, pingsan, dsb.

7
4.2 Jenis-jenis Emosi
Emosi yang kita rasakan bukan hanya berupa satu bentuk saja, melainkan bisa
dibedakan menjadi beragam istilah yang lebih cocok untuk menggambarkan apa yang
dirasakan saat itu. Beragam jenis emosi yang ada yaitu:

1. Cinta
Ini adalah salah satu emosi yang paling penting dalam kehidupan manusia sehari –
harinya. Manusia biasanya akan mencintai hal yang membuatnya bahagia, aman, dan
nyaman. Perasaan cinta ini akan mengikat perasaan manusia dengan orang lain didekatnya
seperti keluarga, teman, bahkan negaranya.

Motivasi untuk berkorban demi orang yang dekat atau bagi negara akan lahir dari rasa
cinta yang dimiliki. Rasa cinta juga yang membuat seseorang dapat merasakan berbagai hal
seperti empati, belas kasihan, kemurahan hati, dan memberi cara menjadi pribadi yang
menyenangkan bagi seseorang, dan lain – lain.

2. Benci
Lawan dari cinta adalah benci. Itu berarti manusia yang merasakan emosi berupa
kebencian akan merasakan ketidak sukaan kepada hal – hal yang tidak membuatnya bahagia,
mendatangkan kesedihan, atau menyakiti dirinya.

Emosi ini akan dapat mempengaruhi tanggapan seseorang terhadap suatu peristiwa
atau aktivitas tertentu. Selain mempelajari emosi, ketahuilah juga bahwa ada bidang psikologi
sosial yang bisa dipelajari dan juga kajian tentang kognitif, afektif, dan psikomotorik dari
Bloom.

3. Takut
Salah satu emosi yang kerap dirasakan adalah takut. Ketika merasa terancam atau
berada pada suatu situasi yang gawat, seseorang akan merasa takut karena merasa bahwa
situasi itu dapat membuat dirinya tersakiti secara mental dan fisik. Namun rasa takut ini juga
dapat memberikan manfaat bagi manusia, karena dapat membuat seseorang menjauhi bahaya
dan merasakan inisiatif untuk memberikan perlindungan atau mencari perlindungan. Ada
bebearpa bidang lain dalam psikologi, antara lain adalah psikologi diagnostik dan psikologi
kepribadian.

8
4. Marah
Ketika sesuatu kehendak atau harapan seseorang terhadap suatu hal tidak terpenuhi
karena adanya hambatan tertentu, maka bisa saja emosi alami yang muncul adalah rasa
marah. Misalnya, merasa diperlakukan tidak adil oleh orang lain. Bila tidak dikendalikan,
rasa marah ini dapat menjadi destruktif dan merusak diri sendiri serta orang lain.

Hal ini penting dilakukan sejak masih berusia dini, contohnya mencari cara mengatasi
anak pemarah agar tidak berlanjut menjadi seorang yang tidak bisa mengendalikan
amarahnya. Karena itulah seseorang perlu memiliki pengendalian diri yang kuat untuk
mengelola amarahnya sendiri.

5. Malu
Perasaan ini akan timbul ketika seseorang merasa telah melakukan suatu perbuatan
yang tercela atau mempertaruhkan harga dirinya. Seseorang bisa merasa malu apabila ia tahu
bahwa perbuatannya itu adalah suatu hal yang buruk dan tidak etis, serta takut bahwa
perbuatannya itu akan diketahui umum. Ada sisi positif dari perasaan malu, yaitu bisa
memberikan ciri kepribadian yang positif dengan mencegah seseorang melakukan perbuatan
yang salah seperti bermaksiat dan berbuat dosa. Ada beberapa tipe kepribadian manusia,
yaitu salah satunya adalah kepribadian ambivert dan kepribadian ganda.

6. Dengki
Rasa dengki adalah emosi yang dimiliki oleh banyak orang, hanya kadarnya berbeda
– beda setiap orang. Yang membedakan adalah kemampuan orang untuk mengelola perasaan
negatif berupa dengki di dalam dirinya sehingga tidak menguasai seluruh tindakan serta
sifatnya. Dengki muncul apabila merasa iri terhadap apa yang dimiliki orang lain, rasa
mencintai apa yang menjadi milik orang lain dan mengharapkan bahwa hal itu akan menjadi
miliknya juga. Dengki juga bisa timbul karena tidak suka melihat kesuksesan orang lain dan
berharap dirinya lah yang menjadi nomor satu.

7. Cemburu
Ketika seseorang merasa cintanya tersaingi terhadap suatu objek tertentu, maka hal itu
akan melahirkan perasaan cemburu dan semangat untuk bersaing memperlihatkan yang
terbaik kepada objek cintanya. Emosi ini termasuk kepada perasaan yang menggelisahkan
karena pada umumnya orang yang merasa cemburu tidak akan memperlihatkan perasaannya
namun hanya menyimpannya dalam hati, karena anggapan bahwa memperlihatkan perasaan

9
cemburu adalah perasaan yang memperlihatkan kelemahan seseorang. Sehingga ia akan
gelisah sebelum dapat mengatasi rasa cemburunya tersebut.

8. Gembira
Emosi gembira akan dirasakan apabila seseorang merasa bahagia, dan itu berarti ada
suatu hal yang menyenangkan hatinya. Orang biasanya merasa gembira apabila mendapatkan
hal yang baik dalam hidupnya, atau mendapati bahwa harapannya terkabul sesuai dengan apa
yang dia inginkan sejak awal atau mendapatkan hal yang menjadi tujuannya.

9. Terkejut
Emosi berupa perasaan terkejut akan dirasakan apabila seseorang tidak mempunyai
persiapan atau tidak mengetahui apa yang akan terjadi. Terkejut bisa meliputi perasaan
terkesiap, takjub dan terpana, serta terkadang perasaan tidak siap dan tidak tahu apa yang
harus dilakukan. Perasaan ini bisa menjadi emosi yang negatif maupun positif, tergantung
kepada alasan yang membuat seseorang terkejut. Terkadang, perasaan terkejut bisa
menjadi cara mengenali potensi diri seseorang dalam mengatasi suatu situasi yang tidak
terduga.

10. Sedih
Sedih adalah emosi yang dirasakan ketika seseorang mengalami hal yang
mengecewakan dan menyakiti hatinya. Juga mengalami kehilangan sesuatu yang disayangi
atau dicintai, misalnya ketika putus cinta atau mengalami kematian orang terdekat. Rasa
sedih bisa meliputi duka cita, depresi jika mengalami kesedihan dalam waktu lama.
Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional dalam psikologi akan mampu mengelola rasa
sedihnya sebelum mencapai tahap depresi.

Beberapa jenis emosi ini mampu dirasakan oleh semua orang di seluruh dunia terlepas
dari latar belakang dan budayanya, namun pengalaman merasakan emosi ini merupakan hal
– hal yang benar – benar subjektif. Pengalaman pribadi terhadap emosi yang dirasakan
ketika mengalami suatu kejadian akan membedakannya dengan emosi yang dirasakan oleh
orang lain pada situasi yang sama.

Contohnya, ketika orang sedang marah, tingkat kemarahannya bisa berbeda – beda antara
satu orang dengan lainnya. Begitu juga ketika sedang terkejut, orang yang lebih
berpengalaman mungkin saja akan merasakan tingkat keterkejutan yang lebih ringan daripasa

10
seorang yang tidak berpengalaman sama sekali. Seorang manusia jarang mengalami bentuk
emosi yang murni, melainkan selalu berupa campuran antara berbagai emosi tergantung
dengan situasi yang dialami.

11
DAFTAR PUSTAKA

Safaria, Trianto dan Nofrans Eka Saputra. 2009. Manajemen Emosi. Jakarta: Bumi Aksara

Mahmud, M. Dimayati. 2018. Psikologi Suatu Pengantar. Yogyakarta: Andi, Yogyakarta:


BPFE

Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikoloi Umum. Yogyakarta: Andi

Ahmadi,Abu. 2003. Psikologi Umum. Jakarta :Rineka Cipta

Saleh Rahman Abdul dan Wahab Abdul Muhbib. 2009. Psikologi Suatu Pengantar (Dalam
Prespektif Islam).Jakarta: Kencana

12

Anda mungkin juga menyukai