Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN

PKN STAN GOES TO VILLAGE


POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TAHUN 2018

Desa : Saga
Kecamatan : Balaraja
Kabupaten : Tangerang

Disusun Oleh :
No. Nama Mahasiswa Nomor Pokok Mahasiswa (NPM)
1 Teguh Heru Samekto 1302171480
2 Winda Iswanto 1302160032
3 Akhyar Dhifi Reza Pratama B. 2302160015
4 Aulia Hafidzah Nawawi 4301160018
5 Alfatur Abdul Rahman Haryanto 2301160257
6 Rofiq Nuuruddien 2301160420
7 Anthony Ruben Jaya 2301170327

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN


TANGERANG SELATAN
2018

HALAMAN PENGESAHAN

Dengan telah selesainya kegiatan pengabdian masyarakat yang kami laksanakan,


maka kami:
NO. NAMA MAHASISWA NO MHS TANDA TANGAN
1 Teguh Heru Samekto 1302171480 1.................
2 Winda Iswanto 1302160032 2.................
3 Akhyar Dhifi Reza P. B. 2302160015 3.................
4 Aulia Hafidzah Nawawi 4301160018 4.................
5 Alfatur Abdul Rahman H. 2301160257 5.................
6 Rofiq Nuuruddien 2301160420 5.................
7 Anthony Ruben Jaya 2301170327 7.................

Telah menyelesaikan laporan kegiatan kami selama di Desa Saga, Kecamatan Balaraja,
Kabupaten Tangerang.

Tangerang, Maret 2018

Mengetahui Menyetujui
Dosen Pembimbing Ketua Kelompok

Prayudi Nugroho Teguh Heru Samekto


NIP 19750324 199502 1 002
Executive Summary

Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan salah satu wujud pengabdian masyarakat yang
dilakukan oleh kampus PKN STAN dalam upaya mengamalkan tri dharma perguruan tinggi.
Pada kesempatan pertama ini tema yang diusung adalah “PKN STAN Goes to Village” dengan
mengirimkan mahasiswa reguler tingkat dua seluruh jurusan dan mahasiswa tugas belajar tahun
penerimaan tahun 2017. Sasaran dari kegiatan ini adalah pengelolaan keuangan desa terutama
setelah tiga tahun berjalannya program pemerintah yakni alokasi dana desa. Dengan
dikirimkannya mahasiswa PKN STAN ke desa untuk memantau dan mempelajari secara
langsung praktik pengelolaan keuangan desa, diharapkan setiap mahasiswa dapat memahami
implementasi kebijakan setiap desa dalam mengelola alokasi dana desa yang diterima serta
bagaimana proses kerja seorang bendahara di sebuah desa.
Dalam pelaksanaan, mahasiswa menjalani kegiatan KKN selama lima hari yang dimulai
sejak tanggal 19 s.d. 23 Februari 2018. Lokasi yang menjadi sasaran dari kegiatan KKN ini
adalah desa-desa yang berada di Kabupaten Tangerang, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Lebak.
Kami kelompok 33 mendapat tugas untuk melaksanakan kegiatan KKN di Desa Saga,
Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang. Di desa Saga ini kami mendapatkan tugas untuk
mengidentifikasi dan mempelajari tiga aspek utama yakni Sistem Keuangan Desa, bendahara
desa (aspek belanja dan pelaporan, perencanaan dan penganggaran desa, serta penatausahaan
bendahara desa), serta aspek perpajakan bendahara desa. Selain itu kami juga melakukan
pengamatan tambahan terhadap pengelolaan aset desa, membantu perangkat desa dalam
melakukan penyortiran SPPT milik warga desa, serta melakukan kegiatan sosialisasi PKN STAN
di SMAN 1 Kabupaten Tangerang.
Selama lima hari kami melakukan kegiatan KKN ini, kami mendapatkan pengalaman dan
pengetahuan baru dalam hal pengelolaan keuangan desa karena seluruh kegiatan KKN dapat
berlangsung dengan baik meskipun terkendala di beberapa kondisi tertentu. Selain itu kami juga
menemukan beberapa permasalahan yang dapat kami sampaikan ke dalam laporan hasil KKN
dengan harapan akan menjadi bahan evaluasi untuk kegiatan KKN ke depan maupun adanya
upaya pendampingan desa dalam proses pengelolaan keuangan desa.
I. LATAR BELAKANG
Saga merupakan sebuah desa yang menjadi bagian administrasi dari Kecamatan Balaraja,
Kabupaten Tangerang. Dengan penduduk sekitar 38.000 jiwa dan total wilayah 5700 km 2
menjadikan Saga menjadi desa terpadat di Kecamatan Balaraja. Hal tersebut dikarenakan
munculnya beberapa perumahan di wilayah Desa Saga yang membuat arus urbanisasi dari
para pendatang yang memilih untuk menetap, salah satu perumahan yang terkenal yakni Villa
Balaraja. Karena munculnya beberapa perumahan tersebut membuat secara administratif
susunan Desa Saga yang semula pada tahun 2017 terdiri dari 77 RT dan 7 RW meningkat
drastis menjadi 81 RT dan 12 RW di tahun 2018.
Kantor pemerintahan Desa Saga terletak di Jalan Raya Saga tepat di sebelah SD Negeri 1
Saga. Kantor Desa Saga sendiri memiliki seorang Kepala Desa bernama Moh. Hendra
dibantu oleh sebelas pegawai dengan rincian satu pegawai tetap dan sepuluh pegawai tidak
tetap. Pegawai yang bekerja di kantor Desa Saga terdiri dari seorang sekretaris desa, seorang
bendahara keuangan, lima orang petugas administasi, dua orang linmas dan dua orang tenaga
bantu (office boy).
Menurut data yang diperoleh dari internet, pada tahun 2017 Desa Saga telah menerima
alokasi dana desa sebesar Rp 919.936.633 yang tergolong besar untuk sebuah desa. Selain
memperoleh dana desa, Desa Saga juga memperoleh penerimaan dari alokasi bagi hasil pajak
dan retribusi daerah dan SILPA. Total penerimaan anggaran Desa Saga pada tahun 2017
adalah sebesar Rp 1.476.523.372 yang harus dimaksimalkan dalam satu tahun anggaran.
Data pengeluaran Desa Saga menunjukkan bahwa selama tahun 2017 pemerintah desa
menggunakan anggaran dengan rincian Rp 503.480.739 untuk penyelenggaraan pemerintah
desa, Rp 821.647.660 untuk pembangunan desa, Rp 48.677.720 untuk pembinaan
kemasyarakatan, dan Rp 102.717.273 untuk pemberdayaan desa. Pengelolaan anggaran
belanja sebesar itu membutuhkan sumber daya manusia yang memliki wawasan yang
mumpuni dalam bidang keuangan terutama sistem keuangan pemerintahan. Kegiatan KKN
(Kuliah Kerja Nyata) ini bertujuan untuk mengetahui proses pengelolaan keuangan desa yang
dilakukan di Desa Saga, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang.
II. LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN
II.1 Identifikasi Permasalahan
2.1.1. Diskusi Siskeudes (Sistem Keuangan Desa)

Permasalahan:
Siskeudes belum dimanfaatkan secara optimal karena adanya sedikit resistensi perangkat desa
terhadap Siskeudes. Proses penganggaran dilakukan secara manual sesuai prosedur lama,
kemudian diinput dalam Siskeudes. Siskeudes yang pada hakikatnya ditujukan untuk
memudahkan pelaksanaan keuangan desa justru menghasilkan ketidakefisienan.

Detail Kegiatan:
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 20 Februari 2018 pukul 10.00-12.00 di Kantor Desa Saga.
Perangkat desa yang mengikuti kegiatan sebanyak satu orang yaitu Sekretaris Desa. Dalam
kegiatan ini dilakukan diskusi mengenai penerapan Siskeudes pada pelaksanaan keuangan
desa. Salah satu hambatan yang dihadapi adalah adanya resistensi perangkat desa terhadap
Siskeudes. Meskipun demikian, perangkat desa, dalam hal ini operator Siskeudes, telah
memahami penggunaan aplikasi Siskeudes dengan baik.

Permasalahan Baru/ Temuan Baru/ Potensi Pengembangan:


Diskusi yang dilakukan sekali waktu belum memberikan hasil yang maksimal karena resistensi
perangkat desa terhadap aplikasi Siskeudes belum berkurang.

Solusi/ Usulan:
Diperlukan pemaparan lebih lanjut supaya resistensi perangkat desa berkurang. Dengan
demikian, kinerja perangkat desa dalam pelaksanaan keuangan desa menjadi lebih efisien.
Peserta:
1. Winda Iswanto
2. Andri Wijaya (Sekretaris Desa)

2.1.2. Diskusi Bendahara Aspek Belanja dan Pelaporan


Permasalahan:
Alokasi untuk belanja sudah sesuai dengan peraturan yang ada dimana 70% untuk
penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan
kemasyarakatan desa, pemberdayaan masyarakat desa dan 30% untuk penghasilan tetap dan
tunjangan kepala desa dan perangkat desa, operasional pemerintah desa, tunjangan dan
operasional BPD, insentif RT dan RW. Terkait pelaporan, Desa Saga juga sudah melaksanakan
pelaporan baik laporan realisasi APBDes maupun dana desa. Bendahara Desa Saga masih
bersifat pasif, dalam hal ini justru sekretaris desa yang melaksanakan beberapa tusi bendahara
desa. Ada keterlambatan dalam pelaksanaan belanja yang dikarenakan keterlambatan dana
transfer masuk ke rekening kas desa.

Detail Kegiatan:
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 20 Februari 2018 pukul 10.00 – 12.00 di kantor desa
Saga. Perangkat desa yang terlibat adalah sekretaris desa. Kami melakukan diskusi mengenai
aspek belanja dan pelaporan keuangan desa terutama kondisi nyata yang ada di Desa Saga.
Namun informasi yang kami dapatkan kurang mendetail dikarenakan perangkat desa yang
kurang terbuka dalam membagi informasi.

Permasalahan Baru/Temuan Baru/Potensi Pengembangan:


Selama berdiskusi terkait pengelolaan keuangan desa, sekretaris desa lah yang selalu melayani.
Dari sini nampak bahwa bendahara tidak melakukan tusinya 100% dan beberapa masih
dipegang oleh sekretaris desa. Meskipun tidak menyatakan secara langsung kondisi di Desa
Saga, namun sekretaris desa secara tersirat menyatakan bahwa semuanya kembali lagi ke
sumber daya manusia suatu daerah dalam artian sumber daya manusia di Desa Saga sendiri
masih kurang kompeten.

Usulan:
Usaha peningkatan sumber daya manusia di desa harus terus digerakkan karena hal ini
bersangkutan dengan berjalannya pemerintahan desa. Baik dari desa tersebut, kabupaten/kota,
provinsi, atau bahkan nasional semua pihak hendaknya mendukung dan memfasilitasi usaha
pengembangan sumber daya manusia di desa.
Peserta:
1. Aulia Hafidzah Nawawi
2. Andri Wijaya (Sekretaris Desa)
2.1.3. Diskusi Perencanaan dan Penganggaran Desa
Permasalahan:
RPJM Desa dan RKP Desa sudah terlaksana dan berjalan tepat waktu. Pengalokasian dana
desa sudah sesuai dengan peraturan yang berjalan. APBDesa sudah berjalan namun masih
terlambat, APBDesa 2018 belum ada. Pendapatan desa hanya bergantung pada dana transfer.
Dana transfer sejauh ini selalu terlambat masuk ke rekening kas desa.

Detail Kegiatan:
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 20 Februari 2018 pukul 10.00 – 12.00 di kantor desa
Saga. Perangkat desa yang terlibat adalah sekretaris desa. Kami melakukan diskusi mengenai
aspek perencanaan dan penganggaran keuangan desa terutama kondisi nyata yang ada di Desa
Saga. Penyusunan RPJM Desa dan RKP Desa melibatkan kepala desa serta perangkat desa
yang lain dan didampingi juga oleh pendamping desa. Dalam hal ini pendamping desa
mengontrol dan membantu penyusunan RPJM Desa dan RKP Desa, apabila ada hal yang
kurang tepat dalam penyusunan maka pendamping desa yang mengingatkan. Dana desa yang
dialokasikan untuk Desa Saga sendiri meningkat terus tiap tahunnya dan sudah dianggarkan
sesuai instruksi yang ada yaitu untuk bidang pembangunan desa, pemberdayaan masyarakat
desa, pembinaan masyarakat desa, dan penyelenggaraan pemerintahan desa. Paling besar dana
desa dialokasikan untuk bidang pembangunan desa seperti pembangunan paving blok, MCK,
dan lain-lain. APBDesa sudah berjalan setiap tahunnya namun sayang masih terlambat, seperti
APBDesa tahun 2018 juga belum ada. Ketika ditanya apa penyebab keterlambatan APBDesa
alasannya adalah menunggu perintah dari atasan, untuk perencanaannya sendiri sudah ada.
Dalam APBDesa Desa Saga ini pendapatan hanya bergantung pada dana transfer saja alias
tidak memilik PAD atau pendapatan asli daerah. Takut akan adanya peluang pungli dan
persaingan dengan warga setempat menjadi salah satu alasan tidak adanya PAD Desa Saga.
BUMDes juga belum ada di Desa Saga, selama ini BUMDes hanya berhenti sampai
pembentukan panitia saja. Namun untuk tahun 2018 ini rencananya BUMDes akan kembali
dibahas dan direalisasikan. Dana transfer selama ini masuk ke rekening desa masih terlambat
yaitu di bulan Juni dan November.

Permasalahan Baru/Temuan Baru/Potensi Pengembangan:


RPJM Desa dan RKP Desa belum dituangkan dalam siskeudes, padahal dalam aplikasi
siskeudes sendiri sudah terdapat bagian untuk menuliskan hal tersebut. Desa Saga masih
mengandalkan penyusunan manual dalam hal ini (akan dibahas lebih lanjut pada laporan
siskeudes). BUMDes yang rencananya akan didirikan di Desa Saga sendiri adalah BUMDes
yang terkait dengan jasa, seperti usaha cuci mobil, cuci motor, dan lain-lain. Pembangunan
warung sebagai BUMDes dihindari oleh perangkat Desa Saga karena dikhawatirkan bersaing
dengan usaha milik warga setempat. Dana transfer yang terlambat memaksa perangkat desa
untuk mengatur keuangan lebih pandai dan cermat lagi terutama terkait gaji dan tunjangan.
Dari sekretaris desa sendiri juga kurang tahu penyebabnya, apakah mungkin memang teknis
dari pemerintah yang lebih tinggi seperti itu atau bagaimana beliau pun kurang tahu, ujarnya.
Namun salah satu penyebab keterlambatan ini antara lain karena APBDes TA berjalan yang
belum ditetapkan dan terlambatnya laporan realisasi penyaluran dan penggunaan dana desa.
Desa Saga tidak menyampaikan secara langsung apakah desanya sudah menyampaikan
laporan penggunaan tepat waktu atau belum namun sekretaris desa mengatakan bahwa sudah
menyampaikan laporan penggunaan dan terlambat atau tidaknya penyampaian tergantung dari
desa tersebut.

Usulan:
Karena sudah difasilitasi dengan aplikasi siskeudes yang sangat memudakan dalam
pengelolaan keuangan desa maka akan lebih baik jika aplikasi ini digunakan secara optimal.
Ketergantungan pendapatan desa terhadap dana transfer sebenarnya kurang menguntungkan
karena kemungkinan tranfer yang terlambat dan hal ini dapat menghambat jalannya
pembangunan, dsb. Memiliki PAD cukup penting setidaknya agar dapat membantu
pembiayaan belanja. Kekhawatiran BUMDes yang dapat mengakibatkan persaingan dengan
warga setempat sebenarnya dapat diatasi dengan pemilihan jenis usaha yang tepat. BUMDes
selain dapat menjadi sumber pendapatan desa dapat mengurangi pengangguram di desa
tersebut dengan pelaksanaan swakelola sehingga perekonomian di desa pun ikut meningkat.
Peserta:
1. Aulia Hafidzah Nawawi
2. Andri Wijaya (Sekretaris Desa)

2.1.4. Diskusi Penatausahaan Bendahara Desa

Permasalahan:
Terkait penatausahaan seperti buku kas umum, dan lain sebagainya, Desa Saga sudah
menggunakan aplikasi siskeudes dengan baik. Namun perangkat desa belum memahami betul
aplikasi siskeudes karena masih membutuhkan operator

Detail Kegiatan:
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 20 Februari 2018 pukul 10.00 – 12.00 di kantor desa
Saga. Perangkat desa yang terlibat adalah sekretaris desa. Kami melakukan diskusi mengenai
aspek penatausahaan keuangan desa terutama kondisi nyata yang ada di Desa Saga.

Permasalahan Baru/Temuan Baru/Potensi Pengembangan:


Penggunaan siskeudes oleh operator khusus diperbolehkan namun apabila perangkat desa
terutama bendahara desa kurang paham dengan aplikasi siskeudes dikhawatirkan dapat terjadi
kesalahan atau ketidaksesuaian.

Usulan:
Perangkat desa dalam penatausahaan meskipun telah dibantu dengan siskeudes sebaiknya tetap
memahami penggunaan aplikasi siskeudes dalam penatausahaan dan melakukan pencatatan
dengan konsisten, tepat waktu, dan berkelanjutan.
Peserta:
1. Aulia Hafidzah Nawawi
2. Andri Wijaya (Sekretaris Desa)

2.1.5. Diskusi Pengelolaan Aset Desa

Permasalahan:
Belum adanya pencatatan terkait dengan aset yang dimiliki oleh desa. Pendataan dan penandaan aset
desa baru akan dimulai dikarenakan kurangnya SDM yang ada. Serta belum dilakukannya pengecekan
ulang mengenai ketersediaan, kondisi, dan nilai dari aset tersebut.

Detail Kegiatan:
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 21 Februari 2018 pukul 10.00-13.10 di Kantor Desa Saga.
Perangkat desa yang mengikuti kegiatan sebanyak satu orang yaitu Sekretaris Desa. Dalam kegiatan ini
dilakukan diskusi mengenai hal-hal yang berkaitan mengenai pengelolaan aset desa. Salah satu
hambatan yang dihadapi adalah kurangnya ketersediaan data yang ada karena belum adanya
inventarisasi aset oleh desa.

Permasalahan Baru/ Temuan Baru/ Potensi Pengembangan:


Diskusi yang dilakukan sekali waktu belum memberikan hasil yang maksimal karena data yang
diberikan kurang lengkap.

Solusi/ Usulan:
Diperlukan diskusi lebih lanjut dan pelaksanaan program desa terkait dengan pengelolaan aset
khususnya dalam inventarisasi, agar dapat dilakukan diskusi yang lebih maksimal.
Peserta:
1. Akhyar Dhifi Reza Pratama Budi
2. Andri Wijaya (Sekretaris Desa)

2.1.6. Diskusi Aspek Perpajakan Bendahara Desa

Permasalahan:
Bendahara selaku pengelola pajak desa belum mengerti aspek-aspek perpajakan yang timbul
dari setiap transaksi yang dilakukan oleh desa. Sementara kewajiban pembayaran dan
pelaporan pajak telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kesesuaian tersebut akibat dari
adanya Siskeudes sehingga perangkat desa dipermudah dalam penghitungan pajak yang
terutang dari setiap transaksi.

Detail Kegiatan:
Kegiatan diskusi ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 21 Februari 2018 pukul 10.00-13.00
di Kantor Desa Saga. Perangkat Desa yang ikut serta dalam diskusi ini sebanyak satu orang
yaitu Sekretaris Desa. Diskusi ini membahas tentang aspek perpajakan Desa Saga khususnya
kewajiban pemotongan dan/ pemungutan yang dilakukan oleh bendahara desa. Akan tetapi,
bendahara Desa Saga dianggap kurang cakap dalam melaksanakan aspek perpajakan desa.
Sehingga semua tugas perpajakan bendahara desa tersebut dilakukan oleh sekretaris desa.
Terdapat hambatan selama diskusi yaitu kami tidak bisa berdiskusi langsung dengan bendahara
desa setempat dikarenakan bendahara tidak ada di kantor desa. Sehingga diskusi pun hanya
dilakukan Bersama sekretaris desa.

Permasalahan Baru/Temuan Baru/Potensi Pengembangan:


Kekurangcakapan bendahara desa dalam melaksanakan kewajiban perpajakan desa
menyebabkan semua tugas/kewajiban perpajakan Desa Saga dilakukan oleh sekretaris Desa
Saga. Akibatnya sekretaris desa merangkap tugas sebagai bendahara desa.

Solusi/Usulan:
Untuk meningkatkan kecakapan bendahara desa dalam melaksanakan tugasnya, khususnya
dalam aspek perpajakan, perlu diadakan pendampingan maupun pelatihan terhadap perangkat
desa bersangkutan secara berkelanjutan sehingga tidak ada lagi perangkat desa yang
merangkap tugas.
Peserta:
1. Alfatur Abdul Rahman Haryanto
2. Anthony Ruben Jaya
3. Rofiq Nuuruddien
4. Andri Wijaya (Sekretaris Desa)

II.2 Prioritas Permasalahan dan Solusi


2.2.1. Permasalahan Utama
Tugas dan fungsi sekretaris desa berjalan dengan baik, namun perangkat
desa yang lainnya kurang berjalan dengan sebagaimana mestinya. Beberapa
tugas perangkat desa lain juga dikerjakan oleh sekretaris desa mulai dari fungsi
bendahara desa, pengelola aplikasi siskeudes, pengelola aset desa, hingga
administrasi perpajakan bendahara desa.
Dalam lima hari melakukan KKN hanya sekretaris desa yang bisa kami temui
untuk melakukan diskusi terkait berbagai topik kegiatan yang diangkat mengenai
keuangan desa. Kepala desa sempat kami temui namun dalam hal ini tidak
berdiskusi terkait materi keuangan desa. Dari kegiatan lima hari ini dapat diambil
kesimpulan bahwa sekretaris desa memiliki peran besar dalam keberlangsungan
pemerintahan Desa Saga ini.
Tugas dan wewenag tiap pengelola keuangan desa sendiri sudah tertuang jelas
di Permendagri 113 tahun 2014. Sebagai contoh tugas bendahara desa adalah
mempertanggungjawabkan penerimaan pendapatan dan pengeluaran APBDes.
Tugas ini dilakukan dalam wujud laporan pertanggungjawaban. Namun laporan
pertanggungjawaban dilaksanakan oleh sekretaris desa.
Pada saat pelaksanaan diskusi dengan sekretaris desa kami sempat secara tidak
langsung menyinggung mengenai peran bendahara desa di Desa Saga ini, apakah
tugas dan fungsinya sudah terlaksana sebagaimana mestinya atau belum, bukan
hanya bendahara saja namun perangkat desa lainnya juga. Tapi mungkin karena hal
ini merupakan masalah internal dalam struktur organisasi pemerintahan desa yang
tidak ingin disebarluaskan kepada orang lain maka jawaban sekretaris desa pun
kurang to the point. Dalam artian tidak langsung menyatakan bagaimana keadaan
Desa Saga namun diputarkan jawaban beliau mengangkat masalah desa lain dan
menggunakan permisalan. Tapi sedikit kami bisa menangkap bahwa penyebab dari
permasalahan ini adalah keterbatasan sumber daya manusia di Desa Saga.
Kemungkinan yang terjadi adalah SDM yang menjadi perangkat desa masih kurang
memadai untuk melakukan tugas, fungsi, dan wewenang sebagaimana mestinya
sesuai yang telah diatur.

2.2.2. Usulan Solusi


Pengembangan SDM di desa sangat diperlukan, sehingga tiap perangkat desa
memiliki kemampuan yang memadai untuk menjalankan pemerintahan desa.
Menunmpuknya tugas di salah satu perangkat desa saja akan mengakibatkan
ketidakseimbangan dalam pemerintahan desa.
Pengembangan SDM dapat dilakukan dengan bantuan dari kecamatan,
kabupaten/kota, provinsi, atau bahkan pusat dan bisa juga dari inisiatif pemerintah
desa sendiri kemudian meminta bantuan dari pemerintahan di atasnya.
Selain melakukan pengembangan SDM, perlu adanya kontrol yang rutin juga
ke kantor desa, kontrol yang dilakukan bukan hanya mengenai tuntasnya pekerjaan
tapi juga pelaksana dari suatu pekerjaan. Sehingga pekerjaan para perangkat desa
dapat terkontrol prosesnya dan dapat diketahui apakah pelaksanaannya sudah
dilakukan oleh yang memiliki tugas atau masih dilimpahkan ke perangkat lain.

III. KESIMPULAN
1. Desa Saga menerima alokasi dana desa yang sangat besar dan membutuhkan pengelolaan
yang baik dalam memaksimalkannya.
2. Pelaksanaan tugas dan fungsi jabatan pada pemerintahan Desa Saga masih belum
berjalan sebagaimana mestinya.
3. Seluruh kegiatan yang berhubungan dengan kebendaharaan tidak dikelola oleh bendahara
desa, melainkan oleh sekretaris desa dikarenakan kurang cakapnya bendahara desa dalam
mengelola keuangan desa.
4. Kurangnya sumber daya manusia (yang memiliki wawasan pengelolaan keuangan)
menjadi sumber masalah pengelolaan keuangan di Desa Saga.

IV. SARAN
1. Pemerintah kabupaten atau provinsi seharusnya lebih serius dalam memberikan pelatihan
pengelolaan keuangan desa kepada setiap perangkat desa yang ditunjuk sebagai
bendahara desa bekerja sama dengan kementerian yang bersangkutan.
2. Pemilihan atau pengangkatan posisi bendahara desa semestinya dilakukan dengan
menguji wawasan calon bendahara desa terhadap pengelolaan keuangan terutama
keuangan sektor pemerintahan.
3. Reformasi birokrasi terutama dalam bidang keuangan harus segera dilakukan oleh pihak
kepala desa sebagai pimpinan tertinggi dalam roda pemerintahan yang berlangsung di
Desa Saga.

V. LAMPIRAN
Gambar 1. Front office kantor Desa Saga.

Gambar 2. Diskusi mengenai Siskeudes dan bendahara desa.


Gambar 3. Tampilan aplikasi Siskeudes Desa Saga.

Gambar 4. Diskusi tentang pengelolaan aset desa dan aspek perpajakan bendahara desa.
Gambar 5. Membantu perangkat desa dalam menyortir SPPT.

Gambar 6. Sosialisasi PKN STAN di SMAN 1 Kabupaten Tangerang.


Gambar 7. Informasi alokasi dana desa Saga.

Anda mungkin juga menyukai