Anda di halaman 1dari 7

MODIS DENGAN CELANA CINGKRANG

Oleh : Nurizal Manarul Hidayat

Celana Cingkrang Dalam Pandangan Syari’at

Mungkin sebagian orang sering menemukan di sekitarnya orang-orang yang


celananya di atas mata kaki (cingkrang). Bahkan ada yang mencemoohnya
dengan menggelarinya sebagai celana kebanjiran, celana kekecilan, celana
kependekan, celana ketinggian, dan juga celana gombrang.

Namun perlu untuk diketahui bahwasanya alasan seseorang mengangkat


celananya diatas mata kaki tentu berlandaskan dalil dari beberapa hadits yang
menyebutkan tentang di syari’atkannya bagi seseorang untuk bercelana
cingkrang.
Salah-satunya datang dari Al Asy’ats bin Sulaim, ia berkata :

Saya pernah mendengar bibi saya menceritakan dari pamannya yang berkata,
“Ketika saya sedang berjalan di kota Madinah, tiba-tiba seorang laki-laki di
belakangku berkata, ’Angkat kainmu, karena itu akan lebih bersih.’ Ternyata
orang yang berbicara itu adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku
berkata,”Sesungguhnya yang kukenakan ini tak lebih hanyalah burdah yang
bergaris-garis hitam dan putih”. Beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Apakah engkau tidak menjadikan aku sebagai teladan?” Aku
melihat kain sarung beliau, ternyata ujung bawahnya di pertengahan kedua
betisnya.”

Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam pernah memegang salah satu atau kedua betisnya. Lalu beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Di sinilah letak ujung kain. Kalau engkau tidak suka, bisa lebih rendah lagi. Kalau
tidak suka juga, boleh lebih rendah lagi, akan tetapi tidak dibenarkan kain
tersebut menutupi mata kaki.”

Dari hadits tersebut memberikan gambaran kepada kita bahwasanya


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mengenakan celana beliau
mengangkatnya sampai berada di atas mata kakinya (Cingkrang). Dan dari kedua
hadits dari sekian banyak hadits yang menyebutkan tentang dalil di
syari’atkannnya bercelana cingkrang menjadi hujjah (alasan) bagi seseorang yang
memilih untuk mengangkat celanannya sampai di atas kedua mata kakinya.

Dan juga perlu untuk kita ketahui bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam adalah manusia yang paling teragung, yang paling mulia, yang paling
terbaik akhlaknya, yang dimana pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
terdapat padanya suri tauladan yang baik. Jadi bukanlah menjadi suatu
permasalahan jikalau kita mencontohi cara berpakaian manusia yang telah jamin
kedua kakinya menginjak surga Allah subhana wata’ala.

Fenomena Modis Celana Cingkrang

Fenomena demam celana cingkrang mulai melanda bumi tanah air beberapa
bulan terakhir ini. Dimulai dari hijrahnya beberapa artis ternama tanah air, tokoh-
tokoh masyarakat yang memilikih andil dan pengaruh besar, sampai kepada
remaja-remaja hingga ke orang dewasa.

Melihat fenomena tersebut, dengan berbondong-bondongnya orang - orang


yang bercelana cingkrang biasanya di vonis sebagai penganut aliran keras
radikalisme, teroris, takfiri, fundamental, wahabi dan lain-lain, vonis yang paling
halus yang di lemparkan kepada orang - orang yang bercelana cingkrang ialah
kebanjiran. Apatah lagi setelah adanya pernyataan dari Menteri Agama terbaru
yang mengatakan bahwasanya celana cingkrang merupakan salah satu simbol
yang menjadi indikasi seseorang atau sekelompok orang dapat dikatakan radikal.

Melihat ejekan dan cemoohan yang dilontarkan kepada orang - orang yang
memakai celana cingkrang yang di tuduhkan oleh sebagian elemen masyarakat,
tentunya disebabkan beberapa kemungkinan, diantaranya : ikut - ikutan,
terpengaruh dengan opini - opini media, tingkah laku sebagian teroris, tidak
mengetahui dalil yang kuat yang menjelaskan tentang itu, ataupun jahil terhadap
hukum, pengaruh doktrin dari manusia - manusia yang dengki terhadap Islam
ataupun sunnah, dan lain-lain.

Namun dibalik cemoohan, celahan, ejekan, cacian, makian, dari oknum tertentu
terhadap orang yang kemudian bercelana cingkrang ternyata ada fakta yang
menarik untuk kita angkat ke atas bermukaan yang semoga dapat menepis semua
anggapan miring masyarakat kepada orang yang bercelana cingkrang.

Salah satu fakta manarik tersebut adalah celana cingkrang yang notabene
menjadi ciri khas berpakaian ummat Islam ternyata telah menjadi salah satu roll
mode fashion yang digemari oleh masyarakat dunia. Pada tahun 1950-an
ternyata celana cingkrang sudah mulai dikenal oleh pegiat fashion dunia, hanya
saja ketika itu gaya bercelana seperti ini dianggap sebagai gaya berpakaian selera
rendahan.

Namun seiring berjalannya waktu tepatnya pada tahun 2004, style berpakaian
celana cingkrang mulai di perkenalkan kembali oleh seorang desainer ternama
yakni Thon browne. Celana cingkrang yang dikembangkannya diperkenalkan
dengan istilah celana high water karena celana ini didesain untuk mengatasi
basahnya celana ketika ada genangan air atau ketika hujan.
Celana model cingkrang populer di Indonesia hingga Korea. Salah satu ikon
fashion celana cingkrang di dunia adalah Michael Jackson. Di Hong Kong, Edison
Chen juga termasuk ikon yang memperkenalkan celana cingkrang. Ia menggulung
celananya yang panjang supaya terlihat lebih pendek.

Boomingnya K-Drama di Indonesia juga membawa perkembangan model celana


cingkrang makin dikenal luas. Orang-orang Korea memadukan celana cingkrang
dengan sepatu bertali tanpa kaus kaki.

Celana cingkrang tak hanya populer di dunia fashion barat. Di Asia, sejumlah artis
Korea sudah tampil dengan celana cingkrang. Sedangkan di Indonesia, celana
cingkrang ini lekat dengan penampilan para artis yang telah hijrah. Sebut saja
Teuku wisnu, Arie Untung, dan beberapa artis lainnya. Mereka bisa di katakan
menjadi pionir yang menampilkan gaya fashion muslim di kalangan artis sehingga
kini gaya busana muslim dikenal luas oleh masyarakat.

Demikian pula untuk kalangan remaja terkhusus mahasiswa juga sudah


menjadikan mode bercelana cingkrang sebagai gaya berpakaian sehari-hari. Di
kota makassar misalkan kita mengenal beberapa komunitas hijrah, sebut saja
komunitas Sahabat Hijrah Makassar merupakan sebuah komunitas hijrah yang
menjadi salah satu wadah bagi pemuda untuk belajar agama Islam seperti belajar
memperbaiki bacaan Al-Qur’an, menghafalkan Al-Qur’an, juga secara rutin
menggelar kajian hijrah booster pekanan, dakwah on the street, tablig akbar,
futsal ukhuwah dan beberapa program Islami menarik lainnya.

Yang menjadi daya tarik dari komunitas sahabat hijrah makassar adalah gaya
berpakaian orang-orang yang bergabung didalamnya yakni kebanyakan
menjalankan syari’at sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti
mengenakan celana cingkrang diatas mata kaki.
Fenomena celana cingkrang pun acap kali kita dapatkan pada kalangan dewasa,
seperti bapak-bapak yang sudah berkeluarga. Mereka juga memilih tampil modis
dengan bercelana cingkrang. Biasanya mereka merupakan bapak-bapak yang
aktif dalam program pembinaan keagamaan seperti dirosa (belajar al-qur’an
untuk orang dewasa) yang dimana selain mendapatkan pembinaan belajar al-
qur’an juga di ajarkan untuk menerapkan syari’at sunnah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam seperti bercelana cingkrang.

Dari penjelasan fenomena diatas dapat dikatakan bahwasanya celana cingkrang


merupakan suatu hal yang sudah menjamur ditengah-tengah masyarakat tanah
air pun juga terkhusus untuk wilayah makassar.

Bukti Ilmiah Dibalik Anjuran Bercelana Cingkrang

Walaupun sampai hari ini belum ada fakta dan data ilmiah yang menjelaskan
secara rinci mengapa seorang muslim disyari’atkan untuk mengangkat celananya
diatas mata kaki, namun setelah kita melakukan pengamatan dan tinjauan
ditemukan fakta yang dapat diterima oleh akal sehat manusia mengenai celana
cingrkang tersebut.

Salah satu fakta menarik yang kami dapatkan dengan bercelana cingkrang (celana
berada diatas mata kaki) ialah:

a. Dengan bercelana cingkrang kita telah mengikuti gaya berpakaian Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dimana beliau merupakan sebaik-baik
tempat berkiblat mengambil contoh, baik etika, adab, akhlak, dan juga cara
berpakaiannya.
b. Mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hal berpakaian
mengindikasikan bahwasanya kita cinta dengan beliau, kita cinta dengan
karakteristik yang melekat pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

c. Dengan bercelana cingkrang kita telah membranding diri kita bahwasanya


kita adalah seorang muslim yang taat akan aturan syariat yang telah Allah
dan RasulNya tetapkan.

d. Dengan bercelana cingkrang kita terhindar dari bertasyabbuh (menyerupai)


orang non muslim, karena sudah barang tentu celana cingrkang merupakan
ciri khas berpakaian ummat islam dari awal disyariatkannya sampai dengan
hari ini.

e. Dengan bercelana cingrang, seseorang akan lebih terlihat rapi ketimbang


dengan orang yang celananya menjulur sampai kebawah mata kaki sehingga
terseret-seret.

f. Dengan bercelana cingkrang lebih menjaga kebersihan pakaian seseorang


dari najis, karena tidak dapat kita pungkiri dalam keseharian melakukan
aktiitas kita dapat menjaga kebersihan pakaian terutama cenala yang di
kenakan.

g. Dengan bercelana cingkrang kita lebih menghemat kain dan terhindar dari
sifat berlebih-lebihan terhadap sesuatu dan salah satunya ialah dalam hal
berpakaian.

Demikian penjelasan mengenai fenomena modis bercelana cingkrang yang


dimana telah merambah ke berbagai lapisan masyarakat indonesia khususnya
makassar mulai dari pelajar, mahasiswa, orang dewasa sampai kepada publik
figur tanah air.
Celana cingkrang sejatinya bukan merupakan suatu halnya yang memberatkan
pemuda Islam hari, karena aturan bercelana cingkrang tidak harus sampai ke
pertengan betis. Namun cukup 1 – 5 cm diatas mata kaki.

Dalam bercelana cingkrang juga kita tidak dipaksakan bahwasanya celana yang
dicingkrangkan harus celana kain, namun segala jenis celana pun bisa kita
pergunakan seperti levis, jeans, dan lain-lain.

Semoga dengan tulisan ini dapat memberikan penjelasan kepada kita


bahwasanya celana cingkrang bukanlah mengidentikkan kepada suatu kelompok
tertentu, namun ini merupakan ciri khas ummat Islam yang akan senantiasa eksis
dari awal disyariatkannya sampai dengan hari ini dan sampai syariat ini
dihapuskan oleh Alla subhana wata’ala.

Anda mungkin juga menyukai