BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Pada percobaan kali ini pelat yang kami gunakan terbuat dari baja dan
elektroda yang digunakan merupakan elektroda jenis E 6013, dengan menggunakan
arus yang berbeda dengan voltase yang sama dimana nilai voltase yang digunakan
yaitu memakai voltase yang umumnya digunakan di indonesia yaitu sebesar 220
Volt, untuk melihat pengaruh voltase pada koefisien penambahan metal las,
koefisien pencairan elektroda, laju lelehan elektroda dan Heat Input ini pertama kali
yang harus dilakukan sebelum percobaan dilakukan yaitu dengan memanaskan
elektroda terlebih dahulu, fungsi dari pemanasan elektroda tersebut untuk
mengurangi kelembapan yang ada pada elektroda, sehingga saat elektroda tersebut
sudah benar-benar kering maka elektroda tersebut akan mudah untuk meleleh
sehingga pengelasan SMAW dapat bekerja dengan baik, selain itu fungsi
pemanasan elektroda juga untuk mengurangi tegangan sisa, distorsi, dan juga
perubahan secara metalurgi yang tidak diinginkan dengan cara membuat area
pengelasan harus dilakukan secara merata, distorsi, maupun perubahan metalurgi
yang tidak diinginkan.
Selanjutnya dilakukannya pengelasan dengan nilai arus yang berbeda-beda yang
dapat mempengaruhi nilai heat input yang didapat.
0.4 0.374
0.347
Laju Lelehan Elektroda
0.35
0.3 0.245
0.25
(g/det)
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 50 100 150
Arus (Ampere)
Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara Arus dengan Laju Lelehan Elektroda
16
5000
3000
2000
1000
0
0 50 100 150
Arus (Ampere)
pengelasannya adalah 1,285 cm/detik dan pada percobaan ketiga nilai kecepatan
pengelasannya adalah 0,65 cm/detik faktor inilah yang dapat mengakibatkan nilai
heat input tidak sesuai yang seharusnya semakin besar arus nilai heat input semakin
naik.
0.4
Laju Lelehan Elektroda
0.35
0.3
(g/detik)
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 2000 4000 6000
Heat Input (kJ/menit)
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Heat Input dengan Laju Lelehan Elektroda
Dapat dilihat pada Gambar 4.3 diatas, hasil yang didapatkan pada percobaan
pertama nilai heat input adalah 4310,2 kJ/menit, sedangkan nilai laju lelehan
elektrodanya adalah 0,245 gr/detik. Pada percobaan kedua nilai heat input adalah
3443,5 kJ/menit sedangkan nilai laju lelehan elektrodanya adalah 0,374 gr/detik.
Pada percobaan ketiga nilai heat input adalah 3804 kJ/Menit sedangkan nilai laju
lelehan elektrodanya adalah 0,347 gr/detik. Berdasarkan literatur seharusnya nilai
heat input pada pengelasan berbanding lurus dengan nilai laju lelehan elektrodanya,
dimana seharusnya apabila nilai laju lelehan elektroda semakin besar maka nilai
heat input semakin besar pula, dan sebaliknya dimana semakin kecil nilai laju
lelehan elektroda maka nilai heat input semakin kecil pula. Berdasarkan hasil yang
kami peroleh terjadi ketidaksesuaian antara heat input dengan laju lelehan
elektroda, hal itu dapat terjadi dikarenakan terdapat faktor yang sangat penting yaitu
pada saat kecepatan pengelasan yang berbeda-beda dimana saat percobaan pertama
dan kedua kecepatan pengelasannya naik dari nilai 0,708 cm/detik menjadi 1,285
cm/detik, perbandingan pada percobaan kedua dan ketiga kecepatannya berkurang
19
dari 1,285 cm/detik menjadi 0,65 cm/detik. Dari hasil ini membuktikan bahwa
dengan kecepatan pengelasan yang dihasilkan pada percobaan tersebut akan
menghasilkan heat input yang tidak sesuai. Oleh karena itu kecepatan pengelasan
perlu diperhatikan.
Dapat dilihat pada Gambar 4.4 terdapat cacat pada hasil lasan yang
dilakukan cacat ini di gambar terdapat lingkaran putih menunjukan cacat spatter.
Sebelumnya yang diketahui bahwa Spatter adalah percikan las. Spatter dapat
disebabkan oleh arus listrik yang terlalu tinggi pada percobaan pertama
menggunakan 80 ampere , pada percobaan kedua menggunakan 90 ampere, dan
pada percobaan ketiga menggunakan 100 ampere, selain disebabkan oleh arus listrik
dapat juga disebabkan oleh jarak elektroda dengan base metal terlalu jauh, serta
elektroda yang lembab akibat dari kurangnya waktu dalam pemanasan. Cacat ini
dapat dicegah dengan menurunkan arus listrik, mengatur jarak antara elektroda
dengan base metal, serta memastian elektroda sudah benar-benar kering.
\
Gambar 4.5 Undercutting
20