Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil percobaan
dengan data pada table 4.1.
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Sluice Box
Massa % Massa Kumulatif Kumulatif %
Tertampung Tertampung % Massa massa lolos
Riffle (gram) Tertampung
Fe SiO2 Fe SiO2 Fe SiO2 Fe SiO2
1 18.73 5.23 31.35 23.19 31.35 23.19 68.65 76.81
2 10.85 4.18 18.16 18.54 49.51 41.73 50.49 58.27
3 8.41 3.43 14.07 15.21 63.58 56.94 36.42 43.06
4 9.70 4.60 16.24 20.40 79.82 77.34 20.18 22.66
5 9.43 3.33 15.79 14.77 95.61 92.11 4.39 7.89
6 2.12 0.95 3.55 4.21 99.16 96.32 0.84 3.68
7 0.5 0.83 0.84 3.68 100 100 0 0
`Σ 59.74 22.55 100 100

4.2 Pembahasan

Percobaan dimulai dengan melakukan pengayakan pada pasir kuarsa,hal


ini dikarenakan pasir besi yang digunakan sudah cukup halus sedangkan pasir
kuarsa masih cukup kasar, pasir kuarsa diayak hingga memiliki ukuran 60
mesh, hal ini dilakukan karena apabila pasir kuarsa memiliki diameter yang
lebih tinggi dapat menyebabkan proses pengendapannya sama cepat dengan
pasir besi. Setelah itu campurkan pasir besi dengan pasir kuarsa. Lalu sluice
box dialirkan air hingga debit tertentu hingga air tampak stabil, hal ini
dilakukan karena proses sluice box harus dilakukan pada aliran yang stabil,
16

apabila menggunakan aliran turbulen ada kemungkinan mineral yang berharga


tersebut gagal untuk mengendap atau bahkan endapan yang sudah terbentuk
akan rusak dan kembali terbawa oleh fluida air. Setelah mendapatkan aliran
yang cukup tenang maka tuangkan feed ke dalam sluice box perlahan hingga
akhirnya habis, feed harus dituangkan perlahan karena aliran air hanya berada
pada bagian tengah sluice dan tidak mencakup bagian sisi paling luar sluice
box. Setelah itu biarkan hingga feed habis dan mulai terpisah dengan
sendirinya. Bila feed sudah terpisah oleh masing-masing riffle pada sluice box,
selanjutnya ambil mineral yang mngendap pada tiap bagian riffle untuk
dikeringkan, mineral diambil menggunakan bantuan sendok kecil dan apabila
tidak dapat diambil harus dialiri air perlahan-lahan, hal ini dikarenakan
endapan dari pasir besi dan pasir kuarsa tersebut mengeras apabila tidak diberi
aliran air, aliran air ini akan membuat endapan tersebut terurai kembali, setelah
itu ditiriskan perlahan untuk mengurangi kadar air sebisa mungkin, setelah itu
dikeringkan menggunakan oven, hal ini dilakukan supaya dapat dilakukan
pemisahan fraksi antara pasir besi dengan pasir kuarsa menggunakan magnet
nantinya. Ketika proses pengeringan selesai akan tampak perbedaan dimana
pasir besi tampak seperti menggumpal meskipun sudah kering. Setelah itu
pisahkan pasir besi dan pasir kuarsa yang sudah kering menggunakan magnet
karena pasir besi adalah bijih besi magnetite sehingga memiliki sifat
kemagnetan yang cukup tinggi, setelah itu taruh fraksi dari pasir besi pada
masing-masing wadah untuk ditimbang dengan neraca teknis.

Gambar 4.1. Persen Massa Tertampung Terhadap Riffle.


17

Pada grafik persen massa tertampung terhadap riffle dapat kita lihat
bahwa pada riffle pertama memiliki endapan pasir besi yang paling banyak, hal
ini dikarenakan ketika feed ditaruh kedalam sluice box pasir besi akan langsung
jatuh dan mengendap di dasar sluice box, karena sudah mengendap maka pasir
besi pun sulit untuk terbawa oleh aliran air, dan pasir besi juga terhalang oleh
adanya riffle, pada grafik ini apabila kita asumsikan dengan gambar dasar teori
dapat kita simpulkan pada riffle pertama terdiri dari pasir besi yang memiliki
diameter lebih besar dibanding pasir besi lain, hal ini menyebabkan pasir besi
tersebut dapat mengendap lebih dahulu. Pada riffle pertama jumlah pasir
kuarsa juga paling banyak diantara riffle lain, hal ini disebabkan karena pada
penuangan feed dilakukan pada daerah yang dekat dengan riffle pertama
sehingga air kekurangan gaya gesek untuk mempengaruhi pasir kuarsa supaya
ikut terbawa, dalam metode fluid film concentration, sluice box umumnya
menaruh feed agak jauh pada sluice box untuk memaksimalkan pengaruh dari
fluid film concentration ini, maka dari itu menaruh feed yang terlalu dekat akan
mengurangi efektivitas dari metode fluid film concentration pada riffle
pertama. Selain karena jarak yang terlalu dekat faktor pengaruh lain adalah
adanya pasir besi yang menimbun dan menutupi pasir kuarsa sehingga pasir
kuarsa tidak dapat ikut terbawa oleh fluida air. Pada riffle kedua mulai terlihat
bahwa pasir besi dan pasir kuarsa memiliki perbandingan yang hanya sedikit
berbeda, dimana pasir kuarsa lebih banyak daripada pasir besi, hal ini
disebabkan oleh pasir besi yang sudah berkurang karena banyak yang sudah
mengendap pada riffle pertama dan hanya sebagian saja yang berhasil
mengendap pada riffle kedua, sedangkan banyaknya pasir kuarsa diakibatkan
oleh pasir kuarsa yang mengendap terlebih dahulu dibandingkan dengan pasir
kuarsa yang lain, sama seperti pada riffle pertama yaitu ada kemungkinan
bahwa pasir kuarsa pada riffle kedua ini terjebak oleh timbunan pasir bersi
sehingga kurang dapat berinteraksi dengan fluida air. Pada riffle ketiga tidak
jauh berbeda dengan riffle kedua, sedangkan pada riffle keempat jumlah pasir
kuarsa tampak lebih banyak dibanding dengan pasir besi, dengan mengacu
pada gambar 2.5 kita dapat menduga bahwa peristiwa ini terjadi akibat dari
18

gaya dorong yang diterima oleh air pada pasir kuarsa lebih besar sehingga
mengendap pada riffle keempat, pasir besi pada riffle ketiga juga tampak lebih
banyak dibandingkan pada riffle ketiga, kemungkinan fenomena yang terjadi
adalah pada riffle keempat ini arus eddy yang terbentuk cukup besar sehingga
air sebelum melintasi riffle harus berputar terlebih dahulu, seperti pada gambar
2.1. Akibat dari arus eddy yang menyebabkan aliran berubah menjadi turbulen.
Sedangkan pada riffle kelima fenomena yang terjadi mirip dengan riffle
keempat, hanya saja jumlah pasir besi lebih banyak dibandingkan dengan pasir
kuarsa. Lalu pada riffle keenam jumlah pasri besi maupun pasir kuarsa yang
mengendap pada deck maupun siku dari riffle sudah berkurang dengan
signifikan, sekitar sepertiga dari riffle kelima, hal ini dikarenakan mineral
sudah banyak mengendap pada riffle sebelumnya, sehingga pada riffle keenam
ini dapat kita asumsikan menurut gambar 2.6 bahwa mineral yang terjebak
pada riffle keenam ini memiliki ukuran paling besar diantara mineral lainnya,
hal ini disebabkan oleh semakin besar diameter mempengaruhi jumlah gaya
yang dapat diberikan oleh fluida air yang digunakan, begitu pula pada riffle
ketujuh jumlah pasir besi maupun pasir kuarsa sudah menurun dengan
signifikan, hal ini disebabkan oleh pasir besi sudah mulai habis sehingga tidak
ada kemungkinan untuk pasir kuarsa untuk ikut mengendap, pasir kuarsa yang
mengendap kemungkinan memiliki ukuran lebih besar dari pasir besi atau gaya
yang diberikan oleh air tidak cukup untuk mendorong pasir kuarsa mengikuti
arus. Dari gambar 4.1 dapat dibuat grafik persen kumulatif massa tertampung
terhadap riffle.

Gambar 4.2 Kumulatif Persen Massa Tertampung.


19

Dapat dilihat bahwa peningkatan paling banyak ada pada riffle pertama.
Dari gambar 4.1 kita juga dapat membuat grafik hubungan persen kumulatif
massa lolos terhadap riffle.

Gambar 4.3 Kumulatif Persen Massa Lolos.

Dari gambar 4.3 dapat dilihat bahwa pada riffle pertama paling Pada
percobaan sluice box yang telah dilakukan terdapat beberapa fenomena yang
telah diamati, dimulai dari proses pengaliran air dengan debit tertentu, air
ketika mengalir harus diamati supaya alirannya cukup tenang, namun ketika
air tersebut menyentuh riffle, air tersebut akan tampak seperti menabrak,
sehingga air akan mencoba mencari jalan dengan melebar kesamping terlebih
dahulu, setelah itu air akan berekspansi keatas dan mengalir melalui riffle,
ketika air melakukan ekspansi inilah aliran turbulen terjadi, fluida yang
berubah dari laminar menjadi turbulen akan menyebabkan terjadinya arus yang
berputar atau dikenal dengan arus eddy, berdasarkan teori arus eddy ini akan
menyebabkan fluida untuk mengalir berputar ke bawah terlebih dahulu
sebelum akhirnya keatas dan melewati riffle pada sluice box. Ketika feed
dituangkan perlahan ke dalam sluice box, feed akan terurai sedikit demi sedikit
akibat dari gaya fluida berupa air, karena air yang mengalir tidak memenuhi
sluice box, maka air mula-mula tidak dapat menguraikan feed secara sempurna
dalam waktu instan sehingga ketika ketinggian air tidak cukup, air akan
mengalir melalui samping feed terlebih dahulu, hal ini menyebabkan pada riffle
pertama memiliki kadar pasir besi dan pasir kuarsa paling banyak. Setelah itu
perlahan-lahan feed mulai mengalir dari riffle pertama menuju riffle
20

selanjutnya, kita dapat mengamati bahwa baik pasir besi maupun pasir kuarsa
yang memiliki perbedaan warna yang cukup kontras (pasir besi berwarna hitam
dan pasir kuarsa berwarna putih) perlahan-lahan turun mengikuti arus melewati
riffle terbawa oleh aliran fluida, endapan perlahan akan mulai terbentuk pada
masing-masing riffle, selain tertahan oleh siku dari riffle juga terdapat endapan
pada bagian alas berupa deck, walaupun alas ini tidak seperti sluice box yang
ideal yang harusnya memiliki deck dan juga karpet, endapan pasir besi dan
pasir kuarsa tetap dapat mengendap pada bagian alas dari sluice box ini. Selain
itu kita juga dapat mengamati bahwa sebelum air melintasi riffle, tampak
seperti ombak yang memanjat riffle, aliran inilah yang nantinya akan
menentukan proses pemisahan metode fluid film concentration, dimana apabila
aliran tipis ini terlalu besar maka dapat menyebabkan endapan yang sudah
terbentuk rusak atau gaya yang dihasilkan terlalu besar sehingga banyak
mineral yang tidak berhasil mengendap. Endapan yang terbentuk cenderung
berada pada bagian tengah alas dan cenderung berkumpul, hal ini disebabkan
akibat dari adanya arus eddy yang berputar membantu proses pengendapan
karena aliran air akan turun terlebih dahulu sebelum akhirnya naik melalui
riffle, ketika aliran ini turun maka mineral yang terbawa juga akan turun, tetapi
ketika aliran tersebut naik mineral yang lebih berat tidak mengikuti, karena
memiliki kecepatan pengendapan yang lebih cepat. Pada percobaan yang
dilakukan ini pasir besi yang hilang cukup sedikit, dari 60 gram pasir besi yang
hilang terbawa hanya sebanyak 0.26 gram, selain karena terbawa, dikarenakan
riffle yang dihitung tidak sampai riffle terakhir dimana riffle terakhir juga
terdapat sedikit endapan yang tersisa dan proses pengaliran air yang terlalu
lama juga mengakibatkan endapan yang sudah terbentuk kembali terurai oleh
aliran tipis dari fluida air. Setelah itu endapan pada sluice box dipisahkan
menggunakan bantuan air yang dialirkan perlahan, karena endapan tersebut
apabila kering akan keras dan sulit untuk dipisahkan dari dasarnya sehingga
harus dialiri air. Setelah dikeringkan dengan oven lalu fraksi pada tiap riffle
dipisahkan antara pasir besi dan pasir kuarsa menggunakan magnet, pada
proses pemisahan ini harus dilakukan berulang kali Karena ketika proses
21

pemisahan dengan magnet kadang ada pasir besi yang belum ikut tertarik oleh
gaya magnet, dan ada juga pasir kuarsa yang ikut terbawa oleh pasir besi.
Proses ini dilakukan berulang hingga dianggap sudah sangat sedikit pasir besi
yang terdapat dalam campuran fraksi riffle tersebut.

Berdasarkan dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan


bahwa percobaan sluice box yang memiliki tujuan memahami konsep proses
pemisahan mineral dengan metode fluid film concentration ini berhasil.
Alasannya adalah meskipun mineral pasir besi dan pasir kuarsa dicampur,
ketika dilakukan percobaan pasir besi dan pasir kuarsa tersebut dapat terpisah
karena terdapat pengurangan jumlah pasir kuarsa yang cukup signifikan
sebanyak 17.45 gram, dimana kita bisa mengatakan bahwa sebanyak 44% pasir
kuarsa yang dijadika bahan percobaan ini terbawa oleh fluida berupa air akibat
adanya metode fluid film concentration, fluid film ini membawa mineral yang
lebih ringan yaitu pasir kuarsa menuju tailing. Begitu juga menggunakan
asumsi dari rumus kriteria konsentrasi. Dimana berat jenis pasir besi pada
umumnya adalah 4.311 dan pasir kuarsa adalah 2.65, sehingga didapatkan
kriteria konsentrasi sebesar 2.0. Sehingga menurut teori pasir besi dapat
dipisahkan dengan mudah bahkan hingga ukuran 75µm. Pada percobaan juga
didapatkan bahwa pada riffle pertama endapan pasir besi lebih banyak
diandingkan dengan pasir kuarsa, lalu pada riffle selanjutnya endapan pasir
kuarsa cenderung lebih banyak, hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh fluid
film concentration membuat mineral yang lebih ringan mengalir mengikuti
fluida air dan mineral yang lebih berat tenggelam dan tidak terbawa oleh arus.
Sesuai dengan pernyataan dari metode fluid film concentration dimana mineral
yang lebih berat yaitu pasir besi dapat mengendap terlebih dahulu pada riffle
pertama dibandingkan dengan pasir kuarsa yang endapannya memiliki
perbandingan yang cenderung lebih sedikit pada riffle pertama, sedangkan
pada riffle kedua tampak bahwa pasir besi dan pasir kuarsa memiliki
perbandingan yang tidak jauh berbeda, hal ini sesuai dengan pernyataan dari
literatur bahwa mineral yang lebih ringan akan cenderung terbawa oleh fluida
akibat dari adanya fluid film concentration. Berdasarkan dengan data yang
22

telah dan perbandingan dari literatur maka dapat dikatakan bahwa percobaan
sluice box yang memiliki tujuan memahami konsep proses pemisahan mineral
dengan metode fluid film concentration ini sesuai dengan literatur.

Anda mungkin juga menyukai