BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
utama, yaitu :
a. Coarse Grinding, pada proses ini alat yang digunakan adalah rod
mill. Ukuran bijih direduksi dari 50 mm menjadi sekitar 300
microns.
b. Fine Grinding, ini merupakan tahap akhir pada proses kominusi
dimana ukuran bijih direduksi sampai berukuran 100 microns.
Alat yang biasa digunakan adalah ball mill.
2.1.2 Screening
Ukuran partikel sangat berperan penting pada proses pengolahan
mineral terutama untuk benefikasi. Oleh sebab itu setelah proses kominusi
dilakukan proses screening. Tujuannya adalah untuk memisahkan ukuran
partikel yang oversize dengan yang undersize. Ukuran yang oversize akan
direduksi kembali agar memenuhi standar ukuran yang diinginkan, lebih
jelasnya bisa dilihat pada Gambar 2.3.
Feed
Screen Deck
2.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi dapat didefinisikan sebagai proses pemisahan partikel
mineral yang berdasarkan kecepatan pengendapan pada air, udara, atau
medium fluida lainnya. Alat yang digunakan untuk proses klasifikasi adalah
classifiers [2]. Pada skala industri diketahui beberapa alat untuk proses
klasifikasi, diantaranya adalah hydraulic classifiers, mechanical classifiers,
dan cyclone. Pada dasarnya alat-alat tersebut mempunyai prinsip kerja yang
sama, yaitu memamfaatkan perbedaan berat jenis partikel mineral. Dimana
partikel yang berat atau underflow akan mengendap, sedangkan partikel
yang ringan atau overflow akan mengapung terbawa oleh air. Berikut ini
adalah gambar dari beberapa alat untuk proses klasifikasi [3]. Yang pertama
adalah hydraulic classifiers. Bisa dilihat pada Gambar 2.6.
2 6
1 5
3
Fine Overflow
Feed Entrance
Feed chamber
Cylindrical chamber
Conical chamber
Regrind
Mill
2.1.4 Konsentrasi
Konsentrasi adalah proses pemisahan mineral berharga dari
9
kemagnetan.
Pada bidang industri, proses pemisahan yang berkelanjutan biasanya
mineral yang basah atupun kering akan dialirkan ke alat yang mempunyai medan
magnet tinggi ataupun rendah. Alat yang biasa digunakan untuk proses konsentrasi
ini disebut magnetic separator. Kelebihan dari penggunaan magnetic separator
adalah tidak memerlukannya bahan yang habis pakai serta tidak menghasilkan
limbah yang berbahaya. Tetapi kelemahan dari metode ini adalah tidak bisa
diaplikasikan pada semua proeses pemisahan mineral [4].
hooper sehingga membentuk aliran yang jatuh dari atas ke bawah. Material
magnetik kemudian akan tertarik kea rah magnet berada dan terpisah dari
material nonmagnetik. Kekurangan dari alat ini adalah sulit untuk mengatur
aliran mineral yang jatuh, sehingga kadang kurang efektif dalam proses ini.
b. Ball Norton Separator
Feed Hooper
Revitating
Drum
Concentrate
Middling
Discharge
Disharge
Hooper
Hooper
Gambar 2.10 Ball Norton Separator [5]
Feed
Magnet Assembly
Non-Ferous
Material
Ferrous Material
material pada proses free flowing system. Alat ini biasanya tersusun atas
drum yang terbuat dari stainless steel. Pada pengunaanya alat ini bisa
dikonfigurasikan dengan dua atau lebih drum. Tujuannya agar proses
pemisahan bejalan lebih efektif sehingga tidak banyak mineral berharga
yang terbuang.
d. Roller Type Magnetic Separator
alat ini bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Adapun contoh alatnya bisa
dilihat pada Gambar 2.13.
Fines
BAB III
METODE PERCOBAAN
Data Pengamatan
Pembahasan Literatur
Kesimpulan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Proses magnetic separation yang dilakukan pada praktikum kali ini
dipengaruhi oleh beberapa gaya. Gaya yang mempengaruhi ini timbul akibat dari
penggunaan alat dan metode yang digunakan. Pada alat drum magnetic separator
18
dan proses basah maka mineral yang diproses akan dipengaruhi oleh empat gaya
yang bekerja. Keempat gaya tersebut diantaranya adalah gaya magnet (Fm), gaya
gravitasi (Fg), gaya drag (Fd), dan gaya sentrifugal (Fc). Gaya-gaya tersebut
mempengaruhi perilaku mineral dan posisi mineral pada separator. Bagaimana
gaya-gaya tadi bekerja bisa dilihat pada Gambar 4.1.
Fd
Fc
Fg
Fm
Jika partikel mineral memunyai nilai entrapment ration > 1, maka partikel tersebut
akan tertarik atau menempel di permukaan drum separator. Pada ER > 1 artinya
medan magnet meberikan pengaruh yang besar dibanding total tiga gaya lainnya.
Kemudian ketika partikel mineral mempunyai entrapment ratio < 1, maka partikel
tersebut akan terlempar atau tertolak dari permukaan drum separation. Ketika ER
< 1, artinya medan magnet kurang mempunyai pengaruh yang signifikan
disbandingkan dengan tiga gaya yang lainnya. Lain halnya jiga proses pemisahan
menggunakan ukuran bijih yang sangat kecil maka gaya drag dapat diabaikan.
19
Sehingga entrapment ratio berubah dan dapat ditulis dengan notasi sebagai berikut:
𝐹 𝑚
𝐸𝑅 = (𝐹 +𝐹 …………………………….……….(4.2)
𝑐 𝑔)
Telah kita ketahui dilihat dari intesitas atau kekuatan medan magnetnya
magnetic separator dibagi menjadi dua, yaitu Low Intensity Magnetic Separator
atau LIM dan High Intensity Magnetic Separatori atau HIM. Dari kedua alat
tersebut bisa menggunakan metode basah atau kering. Umunya penggunaan LIM
dilakukan dengan cara basah. Alat yang digunakan pada praktikum ini bertipe
magnetic drum separator dan berjenis low intensity magnetic separator. Alat ini
terdiri dari rotor penggerak, conveyert belt, powe supply, magnetic drum, hooper,
dan wadah penampung. Konfigurasi alat yang digunakan adalah single drum. Ini
merupakan ukuran yang biasa dipakai untuk penggunaan pada skala laboratorium.
Setelah melakukan proses magnetic separation dan mengambil data terdapat
beberapa hubungan antara besarnya tegangan rotor terhadap konsentrat, tailing,
serta recovery yang dihasilkan. Keterkaitan data tersebut dapat dilihat pada sajian
grafik ada Gambar 4.2.
120
96.57
100 85.02
73.39
80
% c
60
40
20
0
32 33 34 35 36
Tegangan Rotor
Pada grafik tersebut disajikan data pengaruh antara tegangan rotor terhadap
persentase konsentrat yang dihasilkan. Pada tegangan rotor sebesar 33 Volt didapat
persentase konsentrat sebesar 85.02 %. Kemudian pada tegangan rotor sebesar 34
volt persentase konsentrat yang dihasilkan mengalami penurunan dan didapat
20
sebesar 73.39 %. Lalu pada tegangan rotor sebesar 35 volt dihasilkan persentase
konsentrat sebesar 96.57 %. Kemudian berikut ini hubungan antara tegangan rotor
dengan persentase tailing, bisa dilihat pada Gambar 4.3.
48 47.46
47
46.05
46
%t
45
44
43.89
43
32 33 34 35 36
Tegangan Rotor
Pada grafik antara hubungan tegangan rotor dengan persentase tailing, jumlah
persentase tailing yang dihasilkan pada tegangan 33 Volt yaitu sebesar 47.46 %.
Kemudian pada tegangan 34 Volt dihasilkan persentase tailing sebesar 43.89 %.
Dan yang terakhir pada tegangan 35 Volt persentase yang tailing dihasilkan sebesar
46.05 %. Lalu pada grafik terkahir yaitu hubungan antara besar tegangan rotor
dengan persentase recovery dapat dilihat pada Gambar 4.4
20
15.59
15 12.4
%R
10 6.58
5
0
32 34 36
Tegangan Rotor
Gambar 4.4 Grafik Tegangan Rotor terhadap % R
Pada grafik ini disajikan data hubungan antara tegangan rotor dengan
21
derajat liberasi dan yang kedua adalah laju pengumpanan. Yang pertama derajat
liberasi, jika mineral tidak mempunyai derajat liberasi yang sempurna maka
kemungkinan proses konsentrasi tidak berjalan efektif. Hal ini dikarenakan
banyaknya mineral berharga yang masih menyatu dengan pengotornya sehingga
tidak dapat ditarik oleh magnet. Kemudian laju pengumpanan, semakin besar laju
pengumpanan maka kesempatan mineral untuk ditarik oleh magnet semakin kecil.
Hal ini dibuktikan pada data percobaan di Tabel 4.1. Pada tegangan rotor sebesar
33 Volt laju pengumpanan yang didapat adalah sebesar 0.584 g/detik dan persentase
recovery sebesar 15.49 %. Kemudian pada tegangan rotor 34 Volt laju
pengumpanan yang didapat sebesar 0.699 g/detik dan persentase recovery sebesar
12.4 %. Lalu yang terakhir pada tegangan rotor sebesar 35 Volt laju pengumpanan
yang dihasilkan sebesar 1.23 g/detik dan mempunyai persentase recovery sebesar
6.58 %.
Pada proses magnetic separation terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi proses pemisahan, ini tentunya dapat mempengaruhi efisiensi kerja
serta jumlah konsentrat yang dihasilkan. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah
ukuran partikel. Ukuran partikel mempunyai peranan yang cukup penting pada
proses magnetic separation. Ini berpengaruh terhadap jumlah konsentrat yang
dihasilkan. Ketika ukuran terlalu halus maka magnetic separator akan sulit
menangkap mineral yang mempunyai sifat magnetik, yang nantinya akan terbuang
percuma.
Selanjutnya adalah Kecepatan rotor, prinsipnya adalah semakin kencang
kecepatan rotor maka momentum material untuk ditangkap oleh medan magnet
semakin kecil. Diperlukan kecepatan yang tidak terlalu cepat agar proses bisa
berjalan efisien serta tidak banyak mineral berharga yang terbuang. Kemudian
factor selanjutnya adalah kekuatan magnet. Kekuatan magnet mempunyai peranan
yang cukup penting pada proses magnetic separation. Biasanya unutk penggunaan
magnet berkekuatan rendah digunakan pada saat akan memisahkan material
ferromagnetic dengan material diamagnetic. Sedangkan penggunaan magnet
berkekutan tinggi digunakan untuk memisahkan material paramagnetic dengan
material diamagnetic. Penggunaan yang tidak sesuai dapat berdampak pada
23
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berikut ini adalah kesmpulan yang didapat setelah melakukan praktikum
dan pengolahan data magnetic separation :
1. Pada tegangan 33 volt didapat persentase konsentrat sebesar 85.02 %,
persentase tailing 47.46 %, dan persentase recovery sebesar 15.49 %.
2. Pada tegangan 34 volt didapat persentase konsentrat sebesar 73.39 %,
persentase tailing 43.89 %, dan persentase recovery sebesar 12.4 %.
3. Pada tegangan 35 volt didapat persentase konsentrat sebesar 96.57 %,
persentase tailing 46.05 %, dan persentase recovery sebesar 6.58 %.
5.2 Saran
Berikut saran yang ingin disampaikan agar kedepannya praktikum magnetic
separation bisa lebih baik lagi :
1. Untuk praktikum selanjutnya lebih baik untuk lebih teliti pada saat
melakukan penimbangan serta mengecek apakah alatnya berfungsi
dengan baik atau tidak.
2. Dalam melakukan pengayakan sebaiknya meperhatikan cara serta
waktu agar didapat hasil yang optimal.
3. Ketika alat magnetic separator rusak, lebih baik mencari metode lain
dan alat alternatif untuk melaksanakan percobaan.