Anda di halaman 1dari 12

1 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teknik Pelapisan Logam


Pelapisan logam adalah suatu cara yang dilakukan untuk memberikan sifat
tertentu pada suatu permukaan benda kerja, dimana diharapkan benda tersebut akan
mengalami perbaikan baik dalam hal struktur mikro maupun ketahanannya, dan
tidak menutup kemungkinan pula terjadi perbaikan terhadap sifat fisiknya.
Pelapisan logam merupakan bagian akhir dari proses produksi dari suatu produk.
Proses tersebut dilakukan setelah benda kerja mencapai bentuk akhir atau setelah
proses pengerjaan mesin serta penghalusan terhadap permukaan benda kerja yang
dilakukan. Dengan demikian, proses pelapisan termasuk dalam kategori pekerjaan
finishing atau sering juga disebut tahap penyelesaian dari suatu produksi benda
kerja[1].

2.2 Bahan Pelapis untuk Pelapisan


Tembaga (Cu) adalah salah satu logam yang termasuk dalam kelompok
logam bukan besi yang banyak digunakan di industri. Tembaga memiliki sifat daya
hantar listrik dan panasnya yang sangat baik. Sehingga dengan mudah dapat
dibentuk seperti ditempa, dirol, ditarik menjadi kawat, dan sebagainya dalam
keadaan panas maupun dingin. Pada industri pelapisan, tembaga banyak digunakan
sebagai pelapis baik dalam bentuk tembaga murni maupun paduannya seperti
kuningan dan perunggu[2].
Nikel (Ni) adalah logam yang banyak digunakan pada industri kimia,
akumulator dan pelapisan logam. Nikel memiliki sifat yang kurang tahan korosi dan
lunak. Nikel berwarna putih keperak-perakan, berkristal halus, sehingga bila
dipoles dan sebagai lapis lindung akan kelihatan tampak rupa yang indah dan
mengkilap. Nikel memiliki kekerasan dan kekuatan sedang, keuletannya dan daya
hantar listrik baik[2]. Kromium (Cr) adalah suatu logam yang mempunyai
4

kekerasan yang tinggi ini. Kromium jika dilihat memberikan tampak rupa yang
indah. Kromium banyak digunakan untuk lapis lindung alat-alat kecepatan tinggi
(high speed tool), cetakan (die) dan bahan pemadu dalam pembuatan stainless steel.
Kromium dapat diendapkan atau dilapisi dengan cara lapis listrik (electroplating)
dan semprot logam (metal spraying)[2].

2.3 Sel Elektrokimia


Sel elektrokimia merupakan sel yang dirancang untuk menjadikan suatu
reaksi redoks agar dapat menghasilkan perubahan dari energi listrik menjadi energi
kimia atau sebaliknya dari energi kimia menjadi energi listrik. Sel elektrokimia
terbagi atas[3] :
1. Sel galvani atau sel volta
Dalam sel ini berlangsung reaksi redoks dimana katoda (+) dan tempat
terjadinya reduksi, sedangkan anoda (-) dan tempat terjadinya oksidasi.
Potensial listrik yang muncul dari suatu elektroda dan terjadi apabila
elektroda ini dalam keadaan setimbang dengan larutan ion – ionnya, atau
beda potensial elektroda logam dengan elektroda hidrogen yang
mempunyai potensial elektroda 0 volt. Perbedaan potensial dari kedua
elektroda disebut beda potensial atau potensial sel standar yang diberi
lambang Esel. Katoda merupakan tempat terjadinya reaksi reduksi
sehingga mempunyai E0 lebih besar, sedangkan anoda merupakan tempat
terjadinya reaksi oksidasi sehingga mempunyai harga E0 lebih kecil.
Adapun urutan potensial elektroda standar reduksi beberapa logam
sebagai berikut : Li-K-Ba-Ca-Na-Mg-Al-Mn-Zn-Cr-Fe-Cd-Ni-Co-Sn-
Pb-(H)-Cu-Hg-Ag-Pt-Au.
2. Sel elektrolisis
Sel yang digunakan untuk mengubah energi listrik menjadi energi kimia.
Dalam sel ini berlangsung reaksi redoks dimana katoda (-) dan tempat
terjadinya reduksi sedangkan anoda (+) tempat terjadinya oksidasi.
Elektrolisis merupakan peristiwa penguraian zat elektrolit oleh arus listrik
searah.
5

Sel elektrolisis adalah sel yang menggunakan arus listrik untuk menghasilkan
reaksi redoks yang diinginkan dan digunakan secara luas di masyarakat. Baterai aki
yang dapat diisi ulang merupakan salah satu contoh aplikasi sel elektrolisis dalam
kehidupan sehari – hari. Baterai aki yang sedang diisi kembali mengubah energi
listrik yang diberikan menjadi produk berupa bahan kimia yang diinginkan.
Rangkaian sel elektrolisis hampir menyerupai sel volta. Yang membedakan sel
elektrolisis dengan sel volta adalah pada sel elektrolisis komponen voltmeter diganti
dengan sumber arus (umumnya baterai). Larutan yang ingin di elektrolisis
ditempatkan dalam suatu wadah. Selanjutnya elektroda dicelupkan kedalam larutan
elektrolit yang ingin di elektrolisis. pada Elektroda berperan sebagai tempat
berlangsungnya reaksi. Ada dua tipe elektrolisis yaitu elektrolisis lelehan dan
elektrolisis larutan[3].

2.4 Electroplating
Pelapisan logam merupakan salah satu rekayasa dalam menciptakan dan
memvariasikan serta merubah sifat fisik dan mekanik pada permukaan logam. Cara
yang umum digunakan dalam pelapisan adalah pelapisan secara listrik
(electroplating) yaitu proses pelapisan logam maupun non logam secara
elektrolisismelalui penggunaan arus searah (DC) dan larutan kimia (elektrolit) yang
berfungsi sebagai penyuplai ion-ion logam untuk membentuk lapisan logam pada
katoda. Adapun macam-macam pelapisan logam menurut tujuannya antara lain
untuk dekoratif, protektif dan untuk mendapatkan sifat khusus pada permukaan.
Adapun pelapisan logam ditinjau dari sifat elektrokimia bahan pelapisnya, dapat di
kategorikan sebagai pelapisan anodik dan pelapisan katodik. Pelapisan anodik
dimana potensial listrik logam pelapis lebih anodik terhadap logam dasar/subtrat,
sedangkan pelapisan katodik merupakan pelapisan dimana potensial listrik logam
pelapis lebih katodik terhadap subtratnya. Keunggulan dari pelapisan anodik adalah
sifat logam pelapis melindungi logam yang dilapisi, sementara itu pada pelapisan
katodik lebih cocok digunakan pada pelapisan untuk tujuan dekoratif. Dalam
perlindungan katodik, obyek yang dilindungi adalah katoda, tetapi dalam
perlindungan anodik, obyek yang dilindungi adalah anoda[4].
6

Dalam teknologi pengerjaan logam, proses electroplating dikategorikan


sebagai proses pengerjaan akhir atau metal finishing. Secara sederhana,
electroplating dapat diartikan sebagai proses pelapisan logam dengan
menggunakan bantuan arus listrik dan senyawa kimia tertentu guna memindahkan
partikel logam pelapis ke material yang hendak dilapis. Pelapisan logam dapat
berupa lapis seng, galvanis, perak, emas, brass, tembaga, nikel dan krom.
Penggunaan lapisan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan kegunaan masing-
masing material. Perbedaan utama dari pelapisan tersebut selain anoda yang
digunakan, adalah larutan elektrolisisnya[5].
Proses electroplating mengubah sifat fisik, dari mekanik suatu material.
Salah satu contoh perubahan fisik ketika material dilapis dengan nikel adalah
bertambahnya daya tahan pada material tersebut terhadap korosi, serta
bertambahnya kapasitas konduktifitasnya. Karena itu, tujuan pelapisan logam tidak
luput dari tiga hal, yaitu untuk meningkatkan sifat teknis atau mekanis dari suatu
logam, yang kedua melindungi logam dari korosi, dan ketiga memperindah
tampilan atau decorative[5]. Dalam teknologi pengerjaan logam proses ini, proses
lapis listrik termasuk ke dalam proses pengerjaan akhir atau metal finishing.
Adapun fungsi dan tujuan dari pelapisan logam ada lima fungsi sebagai berikut[5].
1. Memperbaiki tampak rupa (decorative) misalnya : pelapisan emas, perak,
kuningan, dan tembaga.
2. Melindungi logam dan dekorasi, yaitu :
a. Melindungi logam dasar dengan logam yang lebih mulia, misalnya
pelapisan pelatina, emas dan baja.
b. Melindungi logam dasar dengan yang kurang mulia, misalnya
pelapisan seng dan baja.
3. Meningkatkan ketahanan produk terhadap gesekan (abrasi), misalnya
pelapisan krom keras.
4. Memperbaiki kehalusan /bentuk permukaan toleransi logam dasar misalnya
pelapisan nikel, krom dan lain sebagainya.
5. Electroforming, yaitu membentuk benda kerja dengan cara endapan.
Banyak faktor yang mempengaruhi keandalan electroplating antara lain
7

adalah suhu larutan pada saat pelapisan berlangsung, kerapatan arus yang mengalir
pada elektroda, konsentrasi ion dalam larutan, agitasi atau proses pengadukan, nilai
pH larutan untuk mengontrol larutan electroplating, pasivitas, dan lamanya
pelapisan[5] :
a. Suhu larutan pada saat pelapisan berlangsung harus dijaga stabil agar
pelapisan dapat lebih sempurna karena bila suhu naik terlalu tinggi akan
menyebabkan naiknya konduktifitas dan difusitas larutan elektrolit.
Akibatnya adalah tahanan elektrolit akan mengecil sehingga kemampuan
untuk mereduksi ion-ion logam berkurang. Besarnya suhu larutan saat
proses ditentukan oleh beberapa faktor antara lain jarak anoda dan katoda
dan arus yang digunakan.
b. Kerapatan arus ke elektroda sangat mempengaruhi lama pelapisan sampai
ketebalan tertentu. Arus listrik diperlukan untuk mendapatkan atom-atom
logam pada tiap satuan luas permukaan benda kerja yang akan dilapis.
c. Konsentrasi ion di dalam larutan mempengaruhi mobilitas ion dan
konduktivitas larutan juga.
d. Agitasi adalah proses pengadukan yang dimaksudkan untuk menghindari
bentuk struktur dan ketebalan lapisan yang tidak seragam. Di samping itu
juga bertujuan untuk pengisian kembali ion-ion logam yang berkurang di
dekat katoda atau benda kerja, mencegah terjadinya gelembung udara
pada bagian permukaan benda kerja.
e. Nilai pH diperlukan untuk mengontrol larutan electroplating agar
kemampuan larutan elektrolit dalam menghasilkan lapisan tetap baik.
f. Pasivitas merupakan lapisan pasif pengotor pada logam seperti korosi dan
minyak yang menempel pada logam dan bila terdapat pada anoda, ion-ion
logam pelapis terus menurun sehingga akan mengganggu proses
pelapisan.
g. Waktu pelapisan sangat mempengaruhi ketebalan lapisan yang
diinginkan, semakin lama waktu pelapisan akan dihasilkan lapisan yang
semakin tebal. Sehingga deposit yang dihasilkan akan mempunyai berat
yang besar dibandigkan dengan penggunaan waktu yang singkat.
8

2.5 Jenis-jenis Pelapisan Logam

Berikut ini adalah jenis pelapisan yang sering digunakan dalam


electroplating, antara lain[2] :

1. Pelapisan Tembaga
Sifat hantaran arus dan panas yang baik.
2. Pelapisan Timah Putih
Mudah dalam pelapisan kaleng makanan.
3. Pelapisan Seng
Tahan korosi, murah harganya, dan mempunyai tampak permukaan yang
cukup baik.
4. Pelapisan Nikel
Sebagai pencegahan karat ataupun untuk menambah keindahan
(mengkilap).
5. Pelapisan Khrom
Selain sifat dekoratif dan atraktif menghasilkan pelapisan yang keras.
6. Pelapisan Logam Mulia
Selain keindahan, pelapisan logam mulia ini sangat tahan terhadap korosi
bahkan hampir tidak terkorosi.

2.6 Pelapisan Tembaga


Tembaga merupakan logam yang banyak sekali digunakan, karena
mempunyai sifat hantaran arus dan panas yang baik. Tembaga digunakan untuk
pelapisan dasar karena dapat menutup permukaan bahan yang dilapis dengan baik.
Pelapisan dasar tembaga dipelukan untuk pelapisan lanjut dengan nikel yang
kemudian yang kemudian dilakukan pelapisan akhir khrom[4].
Aplikasi yang paling penting dari pelapisan tembaga adalah sebagai suatu
lapisan dasar pada pelapisan baja sebelum dilapisi tembaga dari larutan asam yang
biasanya diikuti pelapisan nikel dan khrom. Tembaga digunakan sebagai suatu
lapisan awal untuk mendapatkan pelekatan yang bagus dan melindungi baja dari
serangan keasaman larutan tembaga sulfat. Alasan pemilihan plating tembaga
untuk aplikasi ini karena sifat penutupan lapisan yang bagus dan daya tembus yang
9

tinggi[4].
Sifat-sifat fisika tembaga :
1. Logam berwarna kemerah-merahan dan berkilauan
2. Dapat ditempa, dibengkokan dan merupakan penghantar panas dan listrik
3. Titik leleh : 1.0830C, titik didih : 2.3100C
4. Berat jenis tembaga sekitar 8,92 gr/cm3
Sifat-sifat kimia tembaga :
1. Dalam udara kering sukar teroksidasi, akan tetapi jika dipanaskan akan
membentuk oksida tembaga (CuO)
2. Dalam udara lembab akan diubah menjadi senyawa karbonat atau karat
basa
3. Tidak dapat bereaksi dengan larutan HCl encer maupun H2SO4 encer
4. Dapat bereaksi dengan H2SO4 pekat maupun HNO3 encer dan pekat

2.7 Macam-macam Pelapisan Logam


Terdapat macam-macam pelapisan diantaranya yaitu[6]:
a. Pelapisan Logam (Electrodeposition)
Electrodeposition disebut juga electroplating. Electroplating adalah
pelapisan logam dengan cara pengendapan logam lainnya ke logam seabagai
pelapis logam tersebut dengan menggunakan aliran arus listrik. Proses ini
dikenal juga dengan istilah elektrolisis. Beberapa faktor yang mempengaruhi
pengendapan logam pada electroplating yaitu suhu, aliran arus listrik, waktu
dan kadar dari palarut yang digunakan pada electroplating. Beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi pelapisan logam tersebut dapat diatur untuk
menghasilkan pelapisan logam yang tebal, tipis, lunak atau tajam. Pada
pelapisan yang keras digunakan untuk mencegah erosi korosi. Pada pelapisan
dapat digunakan logam tunggal, beberapa campuran logam atau beberapa
komposisi paduan, misalnya campuran pada pelapisan bemper mobil,
mempunyai sebuah lapisan utama berupa tembaga pada permukaannya,
lapisan nikel pada bagian tengahnya dan pada bagian atasnya terlapisi logam
krom yang tipis. Seng, nikel, timah dan kadmium pada pelapisan logam diatas
10

untuk mendapatkan hasil pelapisan yang kuat. Pelapis berupa emas, perak dan
pelatina adalah sering digunakan. Pada umumnya dari beberapa logam bisa
diaplikasikan dengan electroplating atau pelapisan logam dengan
menggunakan sumber arus listrik.
2. Flame Spraying
Proses ini dikenal juga dengan istilah metallizing, dimana bijih logam
dipanasi dengan api atau dijadikan bubuk kemudian diluruhkan dengan api
sehingga logam berubah menjadi cairan logam (liquid) dan disemprotkan
pada permukaan logam yang akan dilapisi.
3. Penyalutan (Cladding)
Proses ini melibatkan sebuah sebuah lapisan permukaan dari beberapa
lembar logam yang biasanya diletakkan oleh roller pada dua lembar logam
yang diletakkan secara bersama-sama pada benda yang akan dilapisi.
4. Pecelupan (Hot Dipping)
Pencelupan dengan cairan logam panas diaplikasikan kepada logam yang
dicelupkan pada penampungan yang berisi leburan logam yang teridiri dari
berbagai campuran leburan logam lainnya, misal seng, timah, timah hitam dan
aluminium.
5. Pengendapan dengan metode uap (Vapor Deposition)
Pelapis logam diupakan oleh pemanas elektrik dan pelapis logam akan
diendapkan pada bagian yang akan dilapisi, metode pelapisan menghabiskan
biaya yang lebih mahal daripada metode pelapisan logam yang lainnya.
Contoh dari pelapisan jenis ini biasanya digunakan pada pelapisan bagian dari
kerangka roket.
6. Penyebaran (Diffusion)
Pelapisan dengan metode penyebaran melibatkan pemanasan pada
bentukanalloy yang kemudian dipanasakan dan disebarkan dari satu alloy ke
permukaan logam lainnya yang akan dilapisi.
7. Reaksi Kimia (Chemical Conversion)
Pelapisan logam melalui reaksi kimia dilakukan untuk menghindari dari
perkaratan “corroding” pada sebuah permukaan logam.
11

8. Modifikasi Permukaan (Surface Modification)


Perlakuaan pada permukaan logam untuk pelapisan logam membutuhkan
energi langsung guna meningkatkan daya tahan logam tersebut. Misalnya saja
ingin melapisi logam dengan alloy atau krom sehingga tahan karat.
Modifikasi permukaan selain dapat meningkatkan ketahanan terhadap korosi
juga dapat meningkatkan ketahanan aus.
9. Penanaman Ion (Ion Implantation)
Pengaplikasian penanaman ion pada permukaan logam untuk memodifikasi
permukaan logam agar tahan karat.
10.Pelapisan Organik
Pelapisan jenis ini melibatkan beberapa subtrat alami dan lingkungan.
Pengecatan (paints), pernis (varnishes), pemberian pernis (lacquers) dan
pelapisan yang sejenis untuk melindungi logam dan pencegahan terhadap
korosi. Permukaan pada bagian luar yang dilapisi sering kita jumpai, tapi
pelapisan pada bagian dalam sering juga kita gunakan. Salah satu jenis
pelapisan organik yang sering digunakan yaitu pengecatan.

Anda mungkin juga menyukai