Anda di halaman 1dari 18

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Manajemen Proyek


Dalam melaksanakan pembangunan perlu diingat bahwa sebelum
melaksanakan manajemen pada proyek maka harus mengetahui dulu
bagaimana suatu pekerjaan konstruksi akan dilaksanakan sehingga sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh pemilik proyek/owner. Maka perlu
diketahui tahap-tahap dalam pelaksanaan manajemen konstruksi
diantaranya (Dipohusodo, 1996) :
2.1.1. Tahap Studi Kelayakan (Feasibility Study)
Merupakan suatu tahap persiapan, studi kelayakan (Feasibility
Study) akan memberi keluaran secara langsung pada tahap
perancangan (Engineering) dan dalam kesatuan sistem pembangunan
yang besar akan memberikan masukan sebagai pertimbangan dalam
pengadaan barang (Procurement), konstruksi (Construction), operasi
dan perawatan (Operation And Maintenance ), dan tahap pengelolaan
lingkungan hidup.

2.1.2. Tahap Perancangan (Engineering)


Masukan terpenting pada tahap perancangan adalah keluaran
dari tahap studi kelayakan, pengetahuan dan pengalaman dalam
melakukan proses perancangan khususnya untuk proses yang akan
dibangun ditunjang oleh unsur pendukung lainnya, yang terdiri dari
organisasi, fasilitas dan modal.

2.1.3. Tahap Pengadaan Sumber Daya (Procurement)


Pada tahap pengadaan (Segala sumber daya yang akan
digunakan khususnya pada tahap konstruksi) masukan yang terpenting
ialah keluaran dari hasil perancangan (Design Engineering) dalam
bentuk gambar dan spesifikasi, termasuk teknik konstruksinya.

6
7

2.1.4. Tahap Rekayasa (Construction)


Pada tahap rekayasa, masukan yang terpenting adalah hasil
pengadaan segala sumber daya (Personal, komponen/material, dan
peralatan) yang siap dilakukan proses konstruksinya (Procurement).
Gambar dan spesifikasi telah lengkap sampai dengan detail
pelaksanaan konstruksi (Design-Engineering) dan faktor-faktor
produksi untuk proses rekayasa itu sendiri.

2.1.5. Tahap Operasi dan Pemeliharaan (Operation And Maintenance)


Setelah diselesaikannya tahap rekayasa konstruksi, diharapkan
bangunan lengkap dengan segala kelengkapan penunjangnya sehingga
siap untuk dioperasikan atau dijalankan.
Manajemen adalah suatu usaha atau cara dari sekelompok orang
atau organisasi secara bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan
bersama atau hasil tertentu melalui serangkaian kegiatan sesuai dengan
adanya kegiatan secara efektif dan efisien (Dipohusodo, 1996).
Ditinjau dari beberapa segi, manajemen dapat didefinisikan
sebagai berikut :
A. Manajemen Sebagai llmu Pengetahuan (Management as a
Science)
Manajemen sebagai ilmu yang bersifat interdisipliner
dengan menggunakan bantuan dari ilmu-ilmu sosial, filsafat dan
matematika.

B. Manajemen Sebagai Sistem (Management as a System)


Manajemen sebagai kerangka kerja yang terdiri dari
beberapa komponen yang secara keseluruhan saling berkaitan,
yang diorganisir untuk mencapai suatu tujuan tertentu
(organisasi).
8

C. Manajemen Sebagai Fungsi (Management as a Function)


Manajemen mempunyai kegiatan-kegiatan tertentu dan
masing-masing pelaksanaannya tidak menunggu selesainya
kegiatan yang lain, walaupun kegiatan-kegiatan tersebut
saling berkaitan dalam rangka untuk mencapai suatu tujuan.

D. Manajemen sebagai proses (Management as a Process)


Manajemen sebagai serangkaian kegiatan yang
diarahkan pada pencapaian tujuan dengan pemanfaatan
sumber daya yang tersedia dengan semaksimal mungkin.

E. Manajemen sebagai profesi (Management as a Profession)


Manajemen yang mempunyai bidang kegiatan atau
keahlian tertentu, misal : teknik, hukum, kedokteran, ekonomi,
dll.

F. Manajemen sebagai kumpulan orang (Management as People


group of people)
Manajemen dalam arti kolektif untuk menunjukkan
jabatan kepemimpinan dalam organisasi.

2.2. Proses Dan Fungsi Manajemen


Proses adalah serangkaian tahapan kegiatan mulai dari awal
penentuan sasaran/tujuan sampai dengan akhir pencapaian tujuan
(Dipohusodo,1996). Sedangkan serangkaian kegiatan yang berlangsung
merupakan fungsi dari manajemen.
Adapun proses dan fungsi manajemen mencakup beberapa hal,
antara lain :
A. Perencanaan (Planning)
Perencanaan berarti menetapkan tujuan didasarkan pada
apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang, dengan
mempertimbangkan kemungkinan terjadinya perubahan
9

masalah pada waktu yang akan datang. Perencanaan juga


merupakan perumusan kegiatan-kegiatan dengan
berdasarkan pertimbangan tentang kemungkinan yang akan
terjadi di waktu yang akan datang untuk mencapai tujuan.

B. Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan merupakan suatu kegiatan bersama oleh
anggota kelompok atau organisasi dengan kesadaran tinggi
berdasarkan peran dan fungsi masing-masing dengan penuh
tanggung jawab guna mencapai satu tujuan yang telah di
tetapkan.

C. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah penyusunan, pengelompokkan
dan pengaturan berbagai macam kegiatan dengan menempatkan
orang-orang yang telah mempunyai keahlian dibidangnya
dalam satu struktur organisasi guna mempermudah proses
kegiatan demi tercapainya suatu tujuan.

D. Pengawasan (Supervising)
Pengawasan adalah interaksi langsung antara
individu-individu dalam organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi melalui kinerja yang optimal.

E. Pengarahan (Directing)
Pengarahan merupakan mobilisasi sumber daya yang
dimiliki agar dapat bergerak secara terpadu sesuai rencana yang
dibuat atau disusun sebelumnya. Kegiatan pengarahan
berdasarkan pada aspek motivasi dan koordinasi.
10

F. Penetapan Staf (Staffing)


Merupakan pengerahan, penetapan, pelatihan dan
pengembanban tenaga kerja dengan tujuan perbaikan sumber
daya manusia, perbaikan posisi dan perbaikan kinerja yang tepat
waktu demi kemajuan satu organisasi.

G. Pengumpulan Sumber Daya (Assembling Resources)


Pengumpulan sumber daya merupakan satu kegiatan yang
dimaksudkan untuk menghimpun dan mengatur serta
mengoptimalkan sumber daya yang tersedia, baik itu sumber
daya manusia, sumber daya material, sumber daya mesin,
sumber daya uang dan sumber daya informasi/data.

H. Pengendalian (Controlling)
Pengendalian adalah proses penetapan apa yang telah
dicapai, dengan mengadakan evaluasi kinerja dan
menentukan langkah-langkah perbaikan bila diperlukan.

I. Pengkoordinasian (Coordinating)
Koordinasi merupakan suatu proses kegiatan pemimpin
atau atasan dalam pengembangan pola usaha kelompok
secara teratur diantara bawahan dan menjadi kesatuan
tindakan dalam rangka pencapaian tujuan.

J. Pelaporan (Reporting)
Pelaporan merupakan kegiatan untuk pencatatan,
penelitian dan pemeriksa. Kegiatan ini diperlukan baik oleh
pimpinan maupun bawahan untuk mengetahui kemajuan
pekerjaan
11

K. Anggaran (budget)
Anggaran merupakan sarana pelaksanaan kegiatan
dalam bentuk rencana perhitungan dan pengawasan anggaran
dalam rangka menunjang hasil pekerjaan yang dilaksanakan.

2.3. Manajemen Proyek


Proyek adalah rangkaian serta mendapatkan tujuan tertentu.
Manajemen proyek adalah suatu pengolahan atau pengelolaan,
pengorganisasian serta pengawasan pengendalian proyek, dimana tahapan
perencanaan (Planning), perancangan (Design) dan pelaksanaan
pembangunan diperlukan sebagai satu kesatuan sistem yang membangun
sehingga didapatkan hasil tinggi, dimana proyek dapat diselesaikan tepat
dalam waktu yang dijadwalkan (On Time) dengan biaya maksimum seperti
yang dianggarkan (Within Budget) (Dipohusodo, 1996).
Tim manajemen proyek merupakan suatu kelompok yang
menjalankan manajemen proyek (tahap pelaksanaan) suatu fungsi yang akan
terjadi dalam setiap proses pelaksanaan proyek (Dipohusodo, 1996). Tim
manajemen proyek bertugas melakukan pengawasan, pengendalian dan
pengkoordinasian agar proses tersebut dapat terlaksana sesuai dengan yang
direncanakan. Karena tim ini bukan merupakan badan hukum yang resmi,
dan hanya berlaku pada saat pelaksanaan proyek saja, maka tim ini dipimpin
oleh ketua dan dibantu oleh seorang wakil ketua.
1. Ketua dan Wakil Ketua
Peran ketua sangatlah penting karena bertanggung jawab penuh
terhadap tugas-tugas yang dibebankan kepada tim manajemen
proyek. Ketua menitik beratkan kepada tugas-tugas yang bersifat
intern, terutama sekali dengan hal-hal yang berhubungan dengan
kepentingan proyek. Wakil ketua lebih banyak berkecimpung dalam
masalah ekstern, terutama masalah pelaksanaan teknis dan
administrasi di lapangan.
12

2. Staff
Pembentukan staf organisasi didasarkan pada bidang keahlian
masing-masing. Staf juga bertugas membuat laporan-laporan harian
dan bulanan serta ijin pelaksanaan. Staf secara langsung melakukan
pengawasan pekerjaan. Staf organisasi ini meliputi bidang-bidang
teknik sipil, arsitektur, mekanikal elektrikal dan bidang administrasi.
Sedangkan untuk keamanan mempunyai kedudukan yang
sedikit Iebih bawah, tetapi mempunyai tanggung jawab langsung
kepada ketua.

2.4. Operasi Manajemen Pada Proyek


2.4.1. Operasional Manajemen Proyek
A. Organisasi Pelaksanaan
Organisasi adalah kumpulan dari beberapa orang yang
mempunyai tujuan yang sama dan saling bekerja sama dengan
didasarkan pada kewajiban dan tanggung jawab demi
kepentingan bersama. Tujuan setiap organisasi harus
dirumuskan secara jelas agar dapat diketahui oleh seluruh
anggotanya dan dapat diukur tingkat keberhasilannya
(Dipohusodo, 1996). Kebutuhan rnendasar dalam
penyelenggaraan proyek konstruksi adalah mengorganisasikan
sekian banyak satuan kerja yang masing-masing sudah
memiliki organisasi dan tujuannya sendiri. Semuanya
harus disusun menjadi satu kesatuan struktur menyeluruh
dalam upaya mencapai tujuan yang sama.

B. Tahap Pengolahan
Strategi pengolahan manajemen pada proyek sangat
diperlukan pada saat memulai pelaksanaan pekerjaan. Hal ini
dilakukan agar pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan
baik, terkendali dan terkontrol. Sebelum pekerjaan fisik
13

dimulai, terlebih dahulu disusun perencanaan pekerjaan


dengan sistem pentahapan sebagai berikut :
1. Membuat Time Schedule
Time schedule merupakan rangkuman dari sistem-
sistem pekerjaan penting atau yang utama dalam tahap
konstruksi, sebab jenis pekerjaan ini merupakan jenis
pekerjaan yang mendasari dimulainya pekerjaan-
pekerjaan yang lain. Pekerjaan yang dalam network
analisis system biasanya masuk ke dalam jalur kritis
sehingga penggunaanya harus ketat agar tidak terlambat
dalam pekerjaan, dimana dapat menyebabkan mundurnya
waktu yang telah ditentukan. Pekerjaan struktur
mempunyai presentase paling besar dibandingkan dengan
pekerjaan lainnya.

2. Membuat uraian pekerjaan perminggu


Berisi uraian sebagaimana yang telah dideskripsikan
pada time schedule rencana volume dan bobot yang
ditargetkan tercapai dalam waktu satu minggu yang telah
ditetapkan.

3. Membuat surat perintah kerja


Surat perintah kerja dibuat secara tertulis kepada
para pelaksana lapangan. Surat perintah kerja juga
merangkum jenis pekerjaan dan sistem pekerjaan tersebut.

4. Membuat laporan kerja


Laporan kerja merupakan dasar dari evaluasi
pekerjaan, apakah hasil yang dicapai telah sesuai dengan
yang ditargetkan. Laporan kerja dibuat oleh pengawas
pekerjaan.
14

2.4.2. Hal-Hal Yang Diperhatikan Dalam Pelaksanaan Proyek


A. Proses pencapaian tujuan yang terencana, Tata laksana proyek
yang teratur agar dapat memperlancar pekerjaan dan efisiensi
waktu.
B. Pengorganisasian yang teratur agar dapat memecahkan
permasalahan yang timbul dalam proyek.
C. Kegiatan administrasi yang baik.
D. Adanya kerja sama yang baik antara pemimpin proyek dengan
bawahan-bawahan/pekerja sehingga pekerjaan dapat mencapai
hasil yang optimal.

2.4.3. Pengendalian Waktu dan Biaya


Tahapan perencanaan pengendalian waktu dan biaya adalah :
A. Membuat Perencanaan
Yaitu merencanakan program kerja, mulai dari awal
pelaksanaan, lama waktu pelaksanaan, hingga akhir
pelaksanaan. Agar perencanaan dapat dikerjakan secara efisien
maka diperlukan pertimbangan sebagai berikut :
1. Aspek kelayakan ekonomis
2. Aspek teknologi
3. Aspek manajemen organisasi
4. Aspek lingkungan
5. Aspek ekonomi dan finansial.

B. Menggambar Program
Penggambaran program dimaksudkan untuk
mempermudah pengontrolan dan mudah dipahami. Uraian
pekerjaan yang telah dikerjakan digambar dalam suatu pola
balok, selanjutnya dituangkan menjadi pola penggambaran
yang lebih jelas dan terperinci ataupun yang lebih sering
dikenal dengan namadetail.
15

C. Membuat Laporan
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk
mendapatkan informasi yang mencakup prestasi pekerjaan dan
data statistik untuk mengevaluasi prestasi pekerjaan yang
sedang berlangsung. Laporan yang dibuat meliputi laporan
harian, mingguan dan bulanan.

D. Pengendalian Biaya
Pembiayaan yang menyangkut terlaksananya proyek
didasarkan atas rancangan penganggaran yang sebagian
penggunaannya untuk :
1. Pengadaan alat dan bahan
2. Pembayaran upah dan bahan
Di dalam manajemen konstruksi proses kegiatan
pembiayaan berlangsung bertahap sesuai dengan generasi
pelaksanaannya dan terjadinya hubungan timbal balik pihak
pelaksana dan direksi dalam pelaksanaan PROYEK
PEMBANGUNAN GEDUNG PENUNJANG PELAYANAN
LPFK SURAKARTA.

2.5. Manajemen Konstruksi (MK)


Manajemen Konstruksi (MK) adalah pengelolaan pekerjaan
pembangunan agar diperoleh hasil sesuai dengan tujuan dari pembangunan
tersebut, dengan melibatkan sekelompok orang yang memiliki bekal
keahlian tertentu (Dipohusodo, 1996).
A. Proses pembangunan proyek terdiri dari lima tahap, yaitu :
1. Tahap perencanaan (Planning)
2. Tahap perancangan (Design)
3. T'ahap Pelelangan (Tendering)
4. Tahap pelaksanaan (Physical Implementation)
5. Tahap sesudah pelaksanaan (Operation and Maintenance
Periode)
16

B. Macam manajemen konstruksi di bagi dalam dua bagian, yaitu :


1. Kontrak Terpisah Sejak Awal
Proyek untuk bagian yang merupakan konstan potensial.
Kontrak terpisah ini kemudian di transfer ke dalam suatu general
kontrak. Kontrak terpisah ini seperti untuk rangka struktur sistem
komponen, pondasi dan sebagaimana kemudian pemilik
mempunyai suatu kontrak umum. Pada sistem tersebut, perencana
dan konstruksi manajemen dimana tanggung jawab tunggal
dilakukan oleh satu “joint venlure” dalam hubungannya dengan
pemilik selama tahap perencanaan dan program pembangunannya.

2. Kontrak Umum Terpisah


Terjadi selama proyek berlangsung yang bermaksud
penahapan. Kontrak ini meliputi bagian pekerjaan struktur,
sistem komponen, peralatan khusus dan pekerjaan umum. Variasi
dari sistem ini adalah dengan kontrak pokok pembangunan yang
telah ditentukan oleh pemilik dan manager konstruksi. Kemudian
ada satu atau lebih pekerjaan yang dikontrakkan sesudah cara
terpisah. Cara ini lebih baik dilelang untuk kontrak umum
pembelian dan pemasangannya diakhiri tahap pelaksanaan.
Kontrak terpisah ini lebih menguntungkan, dasar manajemen
konstruksi yang diberikan sebagai gabungan perencanaan dan
manajemen konstruksi profesional.

2.5.1. Keuntungan Pemakai Jasa Manajemen Konstruksi


Beberapa keuntungan pemakaian jasa manajemen konstruksi antara
lain:
A. Segi Biaya
1. Pemilik proyek mendapat keuntungan dengan dilakukannya
pemeriksaan keuangan ganda oleh Manajemen Konstruksi,
selain oleh stafnya sendiri.
17

2. Jumlah biaya akhir proyek selalu dapat diketahui


sebelumnya, sedang pengaturan biaya serta arus dana selalu
diikuti dan diperbaharui terus menerus.
3. Tidak terjadi faktor ganda atas keuntungan, pajak dan biaya
umum untuk sub kontraktor/kontraktor utama yang
dibebankan pada pemilik, seperti halnya dalam sistem
tradisional/kontraktor utama.

B. Segi Waktu
1. Memungkinkan tahap pelaksanaan dimulai seawal mungkin,
meskipun perencanaan belum selesai seluruhnya. Sehingga
waktu pelaksanaan dapat dihemat, yang berarti pemilik
proyek dapat memakai fasilitas yang sudah selesai dengan
segera.
2. Terutama untuk proyek-proyek komersial dimana faktor
pasaran, besarnya modal, tingginya bunga pinjaman dan nilai
inflasi sangat menentukan. Penghematan waktu dalam
penyelesaian proyek berarti penghematan biaya.
3. Pembelian material utama yang memerlukan waktu
penyerahan lama dapat dilakukan seawal mungkin.
4. Pemilik proyek tidak perlu banyak membuang waktunya
yang berharga, untuk mengurus hal yang bukan profesinya.
Staf pemilik yang bertugas di proyek cukup dengan sedikit
orang saja dan tidak dituntut profesional tinggi.

C. Segi Mutu
1. Pemimpin proyek dan pengawasannya dilakukan oleh
Manajemen Konstruksi yang ahli dan berpengalaman,
sementara pada umumnya pemilik proyek tergolong awam
mengingat pengetahuan pemilik proyek pada bidang industri
konstruksi memang terbatas.
18

2. Manajemen proyek dilakukan oleh Manajemen Konstruksi


dengan menyatukan tahap perencanaan-perancangan
pelelangan dan pelaksanaan dalam satu kesatuan sistem yang
utuh dan terpadu.
3. Dengan sistem keputusan-keputusan dalam tahap
perencanaan-perancangan pelelangan serta pelaksanaan
dapat diatur dan disesuaikan menurut skala prioritas proyek
yang bersangkutan.
4. Kontrak-kontrak dapat diatur dan disesuaikan dengan
kondisi dan spesialisasi masing-masing pihak yang terlibat,
yaitu para kontraktor, arsitek engineer, supplier dan lain -
lain.
5. Praktek-praktek pekerjaan dapat disesuaikan dengan kondisi
pemborong/kontraktor setempat dan pasaran yang ada
seperti keahlian buruh setempat, pengadaan material,
peralatan dan sebagainya.
6. Kontraktor-kontraktor yang tidak bekerja dengan baik dapat
diganti tanpa perlu mengganti seluruh kontraktor dan ini
tidak akan menyebabkan pengaruh yang drastis kepada
seluruh proyek.
7. Selalu terdapat sistem "Check and recheck" oleh Manajemen
Konstruksi dalam semua tahapan membangun sehingga
tercapai suatu hasil yang optimal dari tuntutan pemilik
proyek.

2.5.2. Penerapan Sistem Konstruksi


Program penerapan jasa konsultan yang ditetapkan oleh
Dirjen Cipta Karya terbatas pada proyek yang bernilai besar dan
kompleks. Ciri proyek yang sesuai untuk dilaksanakan penerapan
sistem manajemen konstruksi yaitu :
A. Berskala besar dan kompleks.
19

B. Mudah dipisahkan secara fisik menjadi banyak paket


pekerjaan sesuai spesialisasi.
C. Dapat diprogramkan secara bertahap.

2.5.3. Organisasi Proyek Dengan Metode Manajemen Konstruksi


Untuk memperjelas dan mengatur hubungan antara semua
pihak yang terlibat dalam proses membangun proyek ini, yaitu
pemilik proyek, project manager, konsultan, arsitek engineer dan MK
serta para kontraktor dan supplier harus disusun pula :
A. Diagram tanggung jawab (Term of reference/TUR).
B. Prosedur/Flor of document terutama mengenai information.
C. Prosedur kerja.

2.6. Penyelenggara Jasa Konstruksi


Jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan
Nasional sehingga penyelenggaraannya perlu diatur untuk mewujudkan
tertib pengikatan dan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Ada
beberapa prosedur dalam pelelangan jasa konstruksi :
A. Pelelangan Umum
Adalah pelelangan yang dilakukan secara terbuka dengan
pengumuman secara luas melalui media massa, sekurang - kurangnya
1 (satu) media cetak dan papan pengumuman resmi untuk umum
sehingga masyarakat luas dunia usaha yang berminat dan memenuhi
kualifikasi serta dapat mengikutinya.

B. Pelelangan Terbatas
Adalah pelelangan untuk pekerjaan tertentu yang diikuti
oleh penyedia jasa yang dinyatakan telah lulus prakualifikasi dan
jumlahnya diyakini terbatas dengan pengumuman secara luas melalui
media massa, sekurang-kurangnya 1 (satu) media cetak dan papan
pengumuman resmi untuk umum sehingga masyarakat dunia usaha
yang berminat dan memenuhi kualitikasi dapat mengikutinya.
20

C. Pemilihan Langsung
Adalah pengadaan jasa konstruksi tanpa melalui pelelangan
umum atau pelelangan terbatas, yang dilakukan dengan
membandingkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) penyedia jasa dengan
cara melakukan negoisasi baik dari segi teknis maupun harga sehingga
diperoleh harga yang wajar dan dapat dipertanggung jawabkan.

D. Penunjukan Langsung
Adalah pengadaan jasa kontruksi yang dilakukan tanpa melalui
pelelangan umum/pelelangan terbatas atau pemilihan langsung yang
dilakukan hanya terhadap 1 (satu) penyedia jasa dengan cara
melakukan negoisasi baik dari segi teknik maupun harga sehingga
diperoleh harga yang wajar dan secar teknis dapat dipertanggung
jawabkan.

2.7. Tenaga Kerja


2.7.1. Pelaksana Kerja
Pelaksana pada proyek disini adalah pekerjaan yang dilakukan
orang lain atau tenaga-tenaga borong Pekerja pada proyek berada di
bawah pengawasan langsung karyawan dari kantor pelaksana. Jadi
pelaksana hanya bekerja pada pengawasan teknik saja, sedangkan
fisiknya dilakukan oleh tenaga-tenaga dari borong, tukang-tukang dan
tenaga lainnya yang di ambil dari luar kantor pelaksana, maksudnya
bukan tenaga tetap dari pelaksana. Hal ini mengingat beberapa faktor,
antara lain :
A. Kecepatan kerja yang optimal.
B. Tidak perlu penyiapan peralatan dari kantor, karena biasanya
tenaga sudah membawa sendiri-sendiri.
C. Kontraktor tidak perlu mencari tenaga kasar, sehingga
menghemat waktu dan tenaga kasar mudah pengawasannya.
21

2.7.2. Macam-Macam Tenaga Kerja


Pada dasarnya tenaga kerja dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
A. Tenaga kerja tetap
Yaitu tenaga/karyawan yang resmi menjadi pegawai tetap
pada kontraktor ataupun konsultan pelaksana ataupun konsultan
pengawas. Biasanya pekerja tersebut mempunyai keahlian di
bidang teknik, Sarjana Muda, STM, dan sudah berpengalaman.

B. Tenaga kerja tidak tetap


Yaitu tenaga kerja yang berada di bawah pengawasan bas
borong, yang jumlahnya tergantung dari keadaan dan kondisi
proyek. Tenaga kerja tidak tetap ini biasanya bekerja sebagai
tenaga kasar dan tukang.

2.8. Rencana Kerja


Rencana kerja juga biasa disebut dengan time schedule, yaitu suatu
pembagian waktu secara terperinci yang disediakan oleh masing-masing
bagian pekerjaan, mulai dari bagian permulaan pekerjaan sampai bagian
akhir pekerjaan. Rencana kerja sangat perlu dan sangat bermanfaat untuk
pekerjaan bangunan, oleh karena itu rencana kerja harus tersusun sebelum
melaksanakan pekerjaan dengan mengingat beberapa faktor :
A. Faktor Tenaga Kerja
Faktor ini sangat berpengaruh terhadap waktu penyelesaian
pekerjaan. Untuk pekerjaan yang cukup besar perlu di rinci rencana
tenaga kerjanya (Man Power Planning), baik itu tenaga kerja
terampil dan tenaga kerja ahli.

B. Faktor Peralatan
Faktor peralatan juga sangat mendukung ketepatan waktu
pekerjaan. Untuk mendukung kelancaran pekerjaan terkadang
dibutuhkan peralatan yang besar atau alat berat. Oleh karena itu
22

perlu disusun rencana kemampuan dari peralatan, baik kemampuan


mesin maupun jumlah mesin yang digunakan dalam pekerjaan.

C. Faktor Bahan Material


Mutu material atau bahan harus sesuai dengan syarat yang
tercantum dalam syarat-syarat bahan bangunan yang telah
ditentukan oleh perencana atas persetujuan pemilik proyek. Seorang
pengawas harus benar-benar mengetahui mutu bahan-bahan yang
akan dipergunakan, baik secara visual maupun sertifikat yang telah
dikeluarkan oleh pabrik/penjual bahan material tersebut. Adapun
fungsi dan manfaat dari rencana kerja adalah sebagai berikut :
1. Sebagai alat koordinasi pimpinan
Dengan adanya rencana kerja, pimpinan dapat
mengkoordinasi semua pekerjaan di lapangan, mulai dari tahap
persiapan, pelaksanaan, maupun finishing.

2. Sebagai pedoman bagi para pelaksana


Pelaksana dapat mengusahakan pelaksana pekerjaan sesuai
dengan batas-batas yang telah ditetapkan dengan berpedoman
pada rencana kerja.

3. Sebagai penilaian kemajuan pekerjaan


Kemajuan dari pelaksanaan dapat di nilai dengan adanya
rencana kerja. Dalam hal berhubungan dengan ketepatan waktu
pelaksanaan pekerjaan.
23

Anda mungkin juga menyukai