Anda di halaman 1dari 40

KATA PENGANTAR

Bahan bangunan merupakan material pokok untuk mewujudkan fisik suatu struktur
bangunan. Bahan bangunan mengalami perkembangan dari masa kemasa, dimulai dari
bahan seperti kayu, besi/logam, beton bertulang, beton pracetak yang pada saatnya nanti
akan muncul bahan-bahan baru yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bahan dimasa
mendatang.

Dalam mewujudkan suatu bangunan ( gedung, irigasi, transportasi ) diawali


dengan melakukan proses studi kelayakan, desain, analisa struktur dan pelaksanaan.
Unsur teknis yang terlibat dalam proses tersebut terdiri dari para perancang yang terdiri
dari arsitek, teknisi sipil maupun laboran.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian bahan :


a. pemilihan bahan secara cermat.
b. pengujian di Laboratorium
c. kecermatan dan ketelitian dalam pelaksanaan.

Beberapa jenis bahan konstruksi yang telah dikenal dalam dunia konstruksi untuk
diketahui sifat-sifatnya bahkan kita harus mengetahui proses pembuatannya serta proses
pengujiannya antara lain :

a. teknologi bahan baja


b. pengujian baja
c. bahan kayu
d. bahan beton.

Buku ini diarahkan sejalan dengan keperluan praktikum namun tidak lepas dari
dasar teori yang semakin berkembang sejalan perkembangan bahan dan teknologi bahan
konstruksi. Materi ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu mohon masukan dan dan
saran untuk perbaikan materi selanjutnya dikemudian hari.
BAB I
TEKNOLOGI BAJA

1.1. JENIS LOGAM

Logam ( metal ) di bagi menjadi 2 jenis yaitu ferrous metal dan non ferrous metal.
a) Ferrous metal

adalah suatu jenis logam yang megandung unsure besi (Fe).


Yang termasuk jenis ferrous metal antara lain :
 besi tuang (cast iron).
 besi tempa (wrought)
 baja (steel)

b) Non Ferrous metal


adalah suatu jenias logam yang tidak mengandung unsure besi (Fe)
Yang termasuk jenis non ferrous meyal antara lain :
 Allumunium (Al)
 Tembaga / copper (Cu)
 Timah hitam (Pb)
 Seng (Zn)
 Timah putih (Tin)
 Nikel (Ni)

Bijih besi ( iron ores) merupakan bahan baku mineral untuk pembuatan biji tuang
dan baja. Kadar besi yang terkandung didalam mineral tersebut dipengaruhi oleh mutu
bijih besi tersebut disamping juga dipengaruhi oleh banyak/sedikitnya kotoran yang
terkandung dalam bijih besi tersebut.

1.1.1. BESI TUANG

Sebagaimana namanya besi macam ini di buat dengan cara dituang atau di cor.
Bahan ini diperoleh dari besi gubal yang dilebur untuk memperoleh tingkat kandungan
karbon yang diinginkan dan kemudian di tuang dan di cetak untuk mendapatkan bentuk
yang diinginkan.
Besi tuang berisi 2 % a/d 4 % karbon yang bercampur bersama-sama dengan
mangaan (manganese), fosfor (phosphorus), belerang (sulphur) dan silicon (silicon).
Keempat campuran tersebut memperoleh sifat besi tuang sebagai berikut :

 Belerang (S) : Bahan ini membuat besi tuang menjadi keras dan getas. Bahan ini
mengakibatkan besi tuang cepat mengeras. Kandungan belerang umumnya kurang dari
0.1 %.

 Fosfor (F) : Bahan ini membuat besi mudah mencair dan bertambah getas. Bila
kandungan fosfor lebih dari 0.3 % besi tuang menjadi kehilangan kekerasannya. Bila
besi yang diinginkan sangat halus dan tipis maka kandunagn fosfornya bervariasi
antara 1 % s/d 1.5 %.

 Silikon (Si) : Silikon bersama-sama besi berbentuk massa. Bila kandunagn silicon
kurang dari 2.5 % menjadikan besi bersifat lebih udah dituang. Silikon mengurangi
besar susut pengerasan dan menjadikan besi bersifat lebih lunak.

 Mangaan (Ma) : Bahan ini membuat besi tuang menjadi lebih keras dang etas.
Kandungan mangaan tidak boleh lebih dari 0.7 %.

a. Sifat Besi Tuang

Besi tuang mempunyai sifat :


 Keras dan mudah melebur/mencair
 Getas sehingga tidak dapat menahan benturan.
 Tempertur leleh 1250  C
 Tidak berkarat dan tidak dapat diberi muatan magnit.
 Dapat dikeraskan dengan cara dipanasi kemudian didinginkan secara mendadak.
 Megalami susut waktu pendinginan
 Kuat dalam menahan gaya tekan , namun lemah dalam menahan gaya tarik. Kuat
tekannya sekitar 600 MPa dan kuat tariknya 50 Mpa.
 Tidak dapat disambung dengan paku keling atau dilas hanya dapat disambung
dengan baut.
b. Pemakian Besi Tuang.

Besi tuang dipakai untuk banyak keperluan antara lain :


 Pipa yang menahan tekanan sangat tinggi.
 Blok mesin, tiang lampu, tutup lubang saluran drainase
 bagian struktur rangka (truss) yang menerima gaya tekan.

1.1.2. BESI TEMPA.

Besi tempa (wrought iron) merupakan macam besi yang paling sedikit mengandung
campuran bahan lain seperti karbon 0.05 %  0.15 %, silica 0.15 %  0.20 %, fosfor 0.12
%  0.16 %, belerang 0.02 %  0.03 %, mangaan 0.03 %  0.1 % dan campuran lainnya
sekitar 2 %..

a. Sifat Besi Tempa

Besi tempa mempunyai sifat :


 Daktail, kuat dan dapat ditempa.
 Dapat dilas dan tahan korosi
 Temperatur leleh sekitar 1535  C.
 Kuat tarik maximum sekitar 400 MPa dan kuat tekannya sekitar 200 MPa.

b. Pemakian Besi Tempa.

Pemakaian besi tempa telah lama digantikan oleh baja struktur (mild steel) Besi
tempa dipakai untuk kebutuhan bahan yang kuat, misalnya poaku sumpat/keeling, pipa
air, pipa gas, baut, sekrup, rantai dsb.

1.1.3. BAJA.

Baja berada diantara besi tuang dan besi tempa. Besi tuang mengandung banyak
karbon sedangkan besi tempa mengandung sedikit karbon. Besi tuang sangat baik untuk
dipakai sebagai bagian struktur yang menahan tekan, sebaliknya besi tempa sangat baik
untuk menahan gaya tarik. Baja dapat dipakai untuk bagian struktur yang menahan tekan
dan tarik. Baja merupakan paduan antara besi dan karbon. Besi murni tanpa paduan
karbon tidak kuat sedangkan bila padukan dengan karbon kekuatannya akan bertambah.
Bila besi dipadukan dengan karbon dinamakan baja, bila dipadu dengan logan lain
hasilnya dinamakan baja paduan (steel alloy).
Baja dapat dibedakan menjadi 3 jenis sesuai dengan jumlah kandungan karbonnya,
yaitu sbb :

 Baja dengan sedikit karbon (mild carbon steel)


Baja mengandung karbon sampai 0.25 %, baja ini disebut sebagai baja lunak.
 Baja dengan karbon sedang (medium carbon steel)
Baja mengandung karbon antara 0.25 %  0.70 %, baja ini disebut baja sedang
 Baja mengandung karbon banyak (high carbon steel).
Baja mengandung karbon antara 0.70 %  1.50 %, baja ini disebut sebagai baja keras.

a. Faktorfaktor yang mempengaruhi sifat baja.

Sifatsifat penting yang terjadi pada baja antara lain : kekuatan, elastisitas, dan
daktilitasnya. Sifat-sifat tersebut sangat dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain :
kandunagn karbon, dan bahan lain misalnya belerang, fosfor, silica dan proses
pemanasan.

Macam pemakaian baja berdasarkan jumlah kandungan karbon

Kandunagn karbon (%) Pemakaian

0.05  0.10 Pipa, kawat, paku, body mobil, plat tipis, tabung
0.10  0.20 Paku keeling, baut, pipa, tabung, kawat, bagian mesin penahan gaya ringan
0.20  0.30 Gir, bagian mesin, kawat, pipa
0.30  0.40 Gir, kunci, as
0.40  0.50 Bagian mesin menahan gaya berat, gir, as, kawat per.
0.50  0.60 Rel, kunci mur, bagian lokomotif
0.60  0.70 Per, palu
0.70  0.80 Alat-alat (kunci), alat pembuat lubang, pisau mesin potong dg. Pemanasan
0.80  0.90 Bor, gunting, as, per
0.90  1.00 Per, bor, alat peruncing, as
1.00  1.10 Alat pertukangan kayu, gunting
1.10  1.20 Bor, silet, pisau
1.20  1.30 Silet, pemecah batu, bor

b. Pengerjaan baja dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :

1) “DRAWING” : Cara ini dipakai pada pabrik kawat dan batang baja bulat, Bja
dimasukkan melkaui lubang atau alat lain, dan ditarik sehingga berbentiuk kawat.
2) ‘FORGING” : Cara ini baja dipanasi sampai pada temperature tertentu. Baja panas
tadi diletakkan diatas alas dan sitemap dengan palu berkali-kali. Proses ini bertujuan
untuk memperbaiki ukuran butir baja dan juga memampatkannya sehingga berat
jenisnya sedikit bertambah.

3) “FRESSING’ : Cara ini dikerjakan dengan alat pres. Baja yang akan dibentuk
diletakkan dalam cetakan, kemudian secara perlahan-lahan diberikan tekanan sampai
baja tersebut mengisi penuh cetakan. Baja tersebuut kemudian ditekan diantara
cetakan sampai membentuk yang diinginkan. Cara ini berguna apabila pencetakan
dilakukan untuk membuat barang dalam jumlah banyak misalnya plat baja untuk
tangki, silinder berlubang.

4) “ROLLING” : Cara ini dipakai alat rol khusus. Baja yang akan dibentuk dipijarkan
kemudian dipaksakan masuk kedalam rol (roda) yang mempunyai ukuran lubang
berbeda-beda, makin lama makin kecil, sampai berbentuk ukuran batang baja yang
diinginkan. Dipakai untuk baja struktur misalnya baja tulangan beton, rel, plat, profil
siku dsb.

5) “EXTRUSION” : Proses ini logam yang rtelah dipanaskan ditekan dengan dengan
trekanan yang sangat besar agar melewati suatu lubang. Tekanan yang sangat besar
dilakukan oleh tekanan mekanis atau dengan tekanan hidrolis. Misalnya batang baja,
pipa, tabung baja dsb.

c. Sifat-sifat Baja Lunak.

Sifat-sifat baja lunak (baja struktur) sebagai berikut :


 Mempunyai berat jenis 7.80 t/m3
 Temperatur leleh sekitar 1400  C.
 Daktail , mudah dilas dan mudah berkarat.
 Lebih keras dan kuat dibandingkan besi tempa.
 Hampir dipakai untuk semua struktur, sehingga disebut sebagai baja struktur.

Sebagai contoh : baja tulangan beton

Baja tulangan beton adalah baja yang berbentuk batang yang digunakan untuk
penulangan beton. Dalam keseharian disebut sebagai besi beton atau baja tulangan.
Berdasarkan bentuknya baja tulangan terdiri dari dua macam yaitu :

1. Baja tulangan polos, sering disebut :BJTP


2. Baja tulangan deform disebuit BJTD

Fungsi sirip yang ada pada baja tulangan deform dimaksudkan untuk menambah daya
lekat antara baja dan beton disekitarnya.

d.. Sifat-sifat Baja Keras.

Sifat-sifat baja keras adalah sebagai berikut :

 Dapat dilas dan dapat diberi muatan magnit yang permanent (tetap)
 Kekuatan tarik lebih besar dari baja lunak.
 Mudah berkarat
 Mempunyai berat jenis 7.90 t/m3
 Temperatur leleh sekitar 1300  C
 Kuat tarik dan kuat geser hamper sama besar.
 Dipakai untuk bagian alat yang menerima beban kejut dan getaran misalnya
pangkal alat, baja prategang, baut mutu tinggi (high strength bolt)

e. Korosi pada Besi/Baja.

Perubahan logam menjadi bentuk oksida disebut korosi. Salah satu kelemahan
baja adalah sifat yang mudah korosi atau berkarat. Untuk mencegah atau
memperlambat terjadinya korosi, ada bebarapa cara yang sering dilakukan :

 “TARRING” : Permukaan baja dilapisi dengan gas batu bara (coaltar) yang
diproses dengan temperature panas dan dengan bantuan sikat. Gas batu bara ini
sedikit meresap dipermukaan baja.

 “ELECTROPLATING” : Pada cara ini permukaan logam baja dilapisi dengan


perak, copper, nikel dengan proses yang disebut dengan penyepuhan (electrolysis).

 “GALVANIZING” : Baja yang permukaannya telah dibersihkan direndam dalam


cairan seng sehingga permukaan baja terlapisi seng.Lapisan seng mampu
melindungi baja dari korosi.
 “METAL SPRAYING” : Permukaan baja disemprot dengan gas/cairan seng,
alumunium atau timah. Lapisan ini mampu mencegah baja dari korosi.

 “LAPISAN CAT” : Permukaan baja dilapisi cat dengan cara disikat/kuas atau
dengan disemprotkan.

 “DIMASUKAN KEDALAM BETON” : Batang baja ditutup dengan beton,


sehingga tidak korosi. Tebal lapisan beton diluar baja (cover/lindungan beton)
tidak boleh terlalu tipis.

1.2. BAGAN PEMBUATAN BESI

BIJIH BESI
( IRON ORES )

BESI KASAR
( PIG IRON )

BESI TUANG BAJA BESI TEMPA


CAST IRON STEEL WROUGHT IRON

MILD CARBON STEEL


MEDIUM CARBON STEEL
HIGHT CARBON STEEL

1.3. PROSES PEMBUATAN BESI KASAR

Tahapan pembuatan besi kasar ;


a. Proses persiapan dan pemecahan (dressing of iron ores)
 Proses pemecahan bijih besi hingga mencapai pecahan butiran  2.5 cm dengan
alat pemukul batu (stone crouishers)
 Setelah dipecah kemudian dicuci dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran dan
butiran yang tidak berguna.

b. Proses pemanasan dan pemanggangan ( calcinations and roasting)


Setelah diadakan pencucian bijih besi dipanggang dengan tujuan untuk menghilangkan
air dan asam arang (CO2).

c. Proses peleburan (smelting)

Setelah prses pemanggangan selesai. Maka selanjutnya diadakan proses peleburan di


tanur tinggi.
BAB II
KEKUATAN BAHAN

2.1. GAYA DALAM DAN TEGANGAN.

Untuk memeriksa bahwa batang mempunyai cukup kekuatan, maka harus


membandingkan gaya dalam yang ada pada batang tersebut dengan ketahanan/kekuatan
bahan dari batang yang bersangkutan. Bilamana kita ingin menggambarkan
ketahanan/kekuatan suatu bahan dengan pengertian tidak tergantung dari banyaknya
bahan, maka dipakai konsep tegangan yaitu :

Tegangan = intensitas gaya-gaya dalam tiap satuan luas.

Tegangan didapat dengan mendistribusikan gaya pada penampang elemen dibagi


intensitas tiap satuan luasnya.

Ada dua macam tegangan dasar :

1. Tegangan normal yaitu tegangan yang bekerja normal (tegak lurus) terhadap
permukaan yang mengalami tegangan. Tegangan normal bisa berupa tarik atau tekan.
2. Tegangan geser yaitu tegangan yang bekerja sejajar terhadap permukaan yang
mengalami tegangan.

Sedangkan tegangan-tegangan yang lain juga merupakan tegangan dasar atau kombinasi
dari keduanya. Sebagai contoh tegangan pada suatu balok yang bengkok yang secara
umum dikenal sebagai “tegangan lentur” sesungguhnya hal ini merupakan kombinasi
tegangan tarik, tekan dan geser. Tegangan puntir seperti dijumpai pada puntiran dari
sebuah poros adalah tegangan geser.

2.2. PENGUJIAN BAJA.

Dalm perencanaan konstruksi yang menggunakan komponen baja perlu diadakan


pemilihan bahan dan pengujian yang cermat sehingga dicapai ketepatan dalam segi
teknis, biaya dan keindahan.
Jenis Pengujian.

 Pengujian tarik. ( tensile test )


 Pengujian desak ( compression test )
 Pengujian lentur ( bending test )
 Pengujian geser ( shear test )
 Pengujian puntir ( torsion test )

1. Pengujian tarik ( tensile test )

Lo L

P
Teganagn tarik (  ) =
Ao
L
Regangan tarik (  ) =
Lo
Ao : luas mula-mula.
L : pertambahan tarik akibat dari tarikan.

2. Pengujian desak ( compression test )

Lo L

P
Teganagn desak (  ) =
Ao
Regangan desak (  ) = L / Lo
Ao : luas mula-mula.
L : pertambahan tarik akibat dari tarikan.

3. Pengujian lentur ( bending test )

P b

1
I= x b x h3
12

1
Momen (M) = PL
4
M
 =
W
1
W= x b x h2
6

4. Pengujian geser ( shear test )

A 1/2P
A

Pgsr.hancur
Tegangan geser ( gsr ) =
A
5. Pengujian puntir ( torsion test )

M . ptr.r M . ptrxr
Tegangan puntir (  pt ) = =
I . polair 1
. .r 2
12
1. Tegangan tarik (tensile stress)

Sepasang gaya tarik aksial menarik suatu batang dan akibatnya batang cenderung
menjadi meregang atau bertambah panjang dan gaya-gaya tersebut menghasilkan
tegangan tarik dalam (internal) aksial pada batang disuatu bidang yang terletak tegak
lurus atau normal terhadap sumbunya. (gb. 2.1. tegangan tarik)

2. Tegangan tekan (compression stress)

Sepasang gaya tarik aksial menekan suatu batang dan akibatnya batang cenderung
memperpendek/menekan bidang tersebut dan gaya-gaya tersebut menghasilkan
tegangan tekan dalam (internal) aksial pada batang disuatu bidang yang terletak tegak
lurus atau normal terhadap sumbunya.(2.2. tegangan tekan)
P P

P P
gb.2.1. teg. tarik gb.2.1. teg. tekan

gb.2.3. tegangan geser

3. Tegangan geser (shear stress)

Tegangan ini berbeda dengan tegangan tarik dan tegangan tekan, dimana bidang yang
mengalami tegangan (bidang geser) lebih banyak sejajar dengan arah tegangan dari
pada tegak lurus terhadapnya. Balok kayu A diepit sempurna, suatu gaya vertikal P
bekerja pada permukaan atas bagian proyeksi B dari balok akan cenderung menggeser
kebawah ari balok utama sepanjang bidang geser abcd. (gb.2.3. tegangan geser).

2.3. BATANG DENGAN GAYA NORMAL N


Jika sebuah batang yang dibebani secara aksial oleh gaya normal N, maka gaya
normal N akan didistribusi ke seluruh penampang batang. Pendistribusian gaya normal
tiap satuan luas disebut dengan tegangan normal ( n).

Gaya dalam penampang x-x

Tegangan pada penampang x-x

N
n=
A

dimana :
 n = tegangan normal
N = gaya normal
A = luas penampang.
Contoh :

Sebuah batang penampang persegi mengalami gaya tarik N = T = 60 kN demensi batang


20 mm x 20 mm. Berapa besarnya tagangan tarik batang tersebut.

Jawab :
60.000
Besarnya gaya tarik batang adalah  t = = 150 N/mm2.
400
Jika batang tesebut dibuat dari baja ST 37 maka dapat diketahui dari peraturan bahwa di
ijinkan untuk mengambil tegangannya sebesar 160 N/mm2. Maka dikatakan bahwa batang
mempunyai kekuatan yang cukup untuk memikul beban tanpa patah.

2.4. PERUBAHAN BENTUK (DEFORMASI)

Untuk mengetahui deformasi pada suatu elemen, kita lihat beberapa sifat-sifat dari
bahan tersebut.

1. Sifat-sifat deformasi bahan

Sebuah gaya bekerja pada sebuah batang menyebabkan batang tersebut mengalami
perubahan bentuk (deformasi). Pertama deformasi sebanding dengan beban yang
ditingkatkan dalam batas-batas tertentu. Jika beban kita hilangkan/ditiadakan maka
batang akan kembali pada bentuk semula (perilaku seperti pada sebuah pegas).
Kondisi ini disebut sebagai kondisi elastis dan deformasinya disebut deformasi elastis.
P

Bersifat elastis

Bila beban ditingkatkan maka deformasi pada kebanyakan bahan meningkat secara
proporsional (sebanding). Pada kondisi ini struktur dari bahan akan berubah bentuk
secara tetap/permanent akibat dari gaya yang bekerja, jika beban dihilangkan benda
tidak dapat kembali pada bentuk semula dan akan terjadi deformasi permanen.
Kondisi ini disebut kondisi plastis dan deformasinya adalah deformasi plastis.
P

daerah
elastis


 plastis

2. Sifat/perilaku elastis.
Sifat/perilaku elastis sebuah bahan adalah elastis jika suatu bentuk hubungan linier
(lurus) diantara gaya-gaya dalam dan deformasi batang dan deformasinya hilang
apabila beban dihilangkan.

Contoh sifat elastis.

gaya

Bersifat elastis

deformasi

P
Gaya : sebagai gaya tiap satuan luas = tegangan ( ) =
A

ΔL
Deformasi : sebagai deformasi tiap satuan = regangan ( ) =
Lo

P : gaya ; A : luas penampang; L : perubahan panjang;


Lo : panjang mula-mula
Bentuk hubungan linier antara antara tegangan dan regangan dari suatu batang.
Tegangan () dan regangan () sebanding satu sama lain melalui faktor E (modulus
elastisitas).

Bersifat elastis

1

E. 1



1 = E. 1 1
σ
E = = tg 
ε

3. Deformasi Elastis.

Menghitung deformasi dua batang baja, beberapa hal yang perlu diketahui :

 sifat/perilaku baja dilukiskan dengan E= 2.1 x 105 N/mm2


 luas penampang baja A= 50 mm2
 gaya tarik T = 5000 N

 panjang L1 = 1000 mm
L2 = 2000 mm
 tegangan pada tiap-tiap batang adalah sama.
T 5000
= = = 100 N/mm2
A 50

 Tegangan ini bekerja pada setiap tempat batang deformasi elastis akan sebanding
dengan tegangan yang ada didalam batang melalui faktor E.

σ 100
= = = 47.62 x 105 (deformasi spesifik atau regangan)
E 2.1x10 5
 Maka tiap bagian batang akan mengalami deformasi tiap satuan panjang dari
 = 47.62 x 105 kali.
Jika Lo = 1 mm maka deformasinya 1. = 47.62 x 105 mm
Lo = 1000 mm maka deformasinya 1000. = 0.4762 mm
L0 = 2000 mm maka deformasinya 2000. = 0.9524 mm
Deformasi total secara umum dinyatakan dengan L = .Lo
Yang mana diijinklan untuk dipertimbangkan jika deformasi tidak membahayakan
struktur.

 L1 = 1000 

L2 = 2000


T = 5000

T = 5000

Catatan : Bahwa untuk tegangan yang sama


 Deformasi akan terjadi lebih besar untuk elemen yang lebih panjang.
 Regangan () yang terjadi sama untuk keduanya karena tegangan dan
sifat/perilaku bahan ditunjukkan dengan E yang sama pula.

Jika digabungkan didapatkan rumus :

 .Lo P.Lo
L = 
E A.E
3.1. Aplikasi/Contoh Soal.

Jika sebuah beban bekerja diatas dua kolom kayu dan satu kolom baja, kayu akan
mudah mengalami deformasi dibandingkan dengan baja. Karena deformasinya harus
sama maka kolom baja akan lebih banyak menerima beban.

P= 50 kN

balok beton

L

kayu baja kayu Lo = 1000 mm

Pondasi beton

Kayu : A = 2000 mm2 ; E = 1.10 4 N/mm2


Baja : A = 2000 mm2 ; E = 21.10 4 N/mm2
P.Lo
L = L kayu = L. baja
A.E
P.kayu Lo P.baja.Lo
=
Akayu .E k A.baja.E bj
Akayu E.k .Pbaja .Lo
P.kayu = .
Abaja. Ebj .Lo
E.k
P.kayu = . P.baja ; dan 2P kayu + P.baja = P
Ebj

1.10 4 1
P.kayu = 4
P.baja = .P.baja
21 .10 21
2P.kayu + P.baja = P
1
2. ( .Pbaja ) + P.baja = P
21
 23   23 
 .P.baja = P  .P.baja = 50 kN
 21   21 
 21 
P.baja =  .P =  .50 = 45.652 kN
21
 23   23 
1 1
P.kayu =  .P.baja =  .45.652.kN = 2.174 kN
 21   21 
Batang yang lebih kaku (baja) menerima lebih banyak beban.

4. Gaya Geser dan Tegangan Geser.

Pada umumnya jika sebuah gaya bekerja memotong/menggunting sebuah permukaan


kita sebut sebagai gaya geser.

Gaua geser

Secara nyata sebuah gaya geser adalah resultan gaya-gaya kecil setiap satuan luas
yang disebut sebagai tegangan geser (  )

Tegangan geser

Contoh : Baut
H H
H

L
=
A

Contoh : Sambungan
L
H

b
kayu

H = L =  . A =  . b . L

5. Deformasi Akibat Geser.

Jika sebuah gaya H bekerja pada sebuah elemen yang sangat pendek ( l  b ), maka
elemen akan mengalami deformasi.

H H

l b L

b H=L= .A

Gaya H dimbangi oleh gaya-gaya L dalam elemen.


Gay L bekerja merata pada luasan : L =  . A
1
Sudut deformasi (  ) adalah sebanding dengan factor pembanding seharga .
G
1
= . sehingga  = G. 
G
sejalan dengan  = E . 
G disebut modulus geser dan merupakan katrakteristik dari bahan yang dipakai
sebagaian, besar harga G  0.4 E
Catatan :
Jika elemen panjangnya lebih besar dua kali tingginya ( l  2 h ), maka kita bicara
tentang balok (beam), dalam hal ini berlaku prinsip elastisitas

6. Gaya-gaya Dalam dan Tegangan Balok.

Jika suatu batang dibebani suatu gaya dalam hal ini sebuah balok dibebani gaya
melintang maka balok akan melengkung/melentur.

b
0.5 P 0.5 P

Lo Sb. acuan L  = E. 
=
Lo

(a) (b) (c)

Deformasi diperlihatkan untuk sebuah balok yang dibebani.


Elemen balok dengan panjang mula-mula Lo didapatkan :
 Serat atas bertambah pendek dengan L
 Serat bawah bertambah panjang dengan L
 Kita anggap (hipotesa Bernoulli) bahwa deformasi disebar merata pada tinggi
( h ), dari ( L ) pada serat atas sampai ( +L ) pada serat bawah dan nol pada
ketinggian titik berat (TB). Pada ketinggian ini disebut garis netral/sumbu netral
dari deformasi.
 Kita anggap bahwa perilaku elastis bahan sesuai dengan Hukum Hooke :
=E.
 Gb. ( a ) : deformasi berdasarkan pada sumbu vertical yang dipilih.
L
 Gb. ( b ) : regangan  =
Lo
 Gb. ( c ) : tegangan  = E . 

Tegangan pada penampang balok


 Tegangan tekan pada serat atas dan tegangan tarik pada serat bawah.


b
+

 Tegangan lentur/lengkung yang bekerja pada penampang melintang adalah


seharga dengan gaya kopel C dan T yang bekerja dengan lengan gya Z. Kopel
membentuk momen yang dibutuhkan untuk keseimbngan freebody.
C

= Z = M
h

b T

Catatan :
Perilakunya sama dengan rangka batang dimana momen dilengkapi oleh sebuah
gaya kopel.

R freebody

Gaya–gaya C dan T dibentuk oleh tegangan total  yang bekerja pada penampang
melintang. C sama dengan volume tegangan tekan dan T sama dengan volume
tegangan tarik


h
C
6
h 2
Z= .h
3
h
T
6
b +

1  h
C= .   b. 
2  2
1  h
T= .   b. 
2  2
C + T = 0 (balance)
2
Z = .h : adalah jarak antara titik berat volume tegangan tekan dan volume
3
tegangan tarik
Besasrbtya momen dalam (M) menjadi : M = C.Z = T.Z
C : Gaya tekan
T : Gaya tarik
1  h 2  b.h 2 
Untuk penampang segiempat : M = .   b.  . .h =   
2  2 3  6 
1
Jika Wx = .b.h 2 dimana : W tergantung dari bentuk penampang melintang dan
6
disebut Modulus Ketahanan atau momen tahanan.
Sehingga dapat ditulis : M =  . Wx

7. Teori Lenturan/Lengkungan.

Sebatang balok yang melentur dengan penampang melintang sembarang dan diamati
deformasi pada elemennya. Hipotesa Bernoulli dan Hukum Hooke tetap dipakai.
Jika titik berat penampang tidak ditengah-tengah tinggi balok, deformasi pada serat
atas dan serat bawah akan berbeda (menurut Hipotesa Bernoulli). Sebagaimana
deformasi menurut Hk. Hooke tegangan pada serat atas akan berbeda dengan
tegangan pada serat bawah.
Untuk sebuah elemen dengan panjang Lo akan didapatkan :

A A A

X TB
NA M
grs. netral
A YB Y
K
Y
+B +B +B
Penampang
melintang deformasi L  = E. 
=
Lo
Momen ( M ) = K . Y
Pada elemen kecil tak terhingga A bekerja sebuah tegangan (  ) seperti  = K
dapat dikatakan bahwa pada tiap elemen bekerja gaya K. Gaya ini menyebabkan
momen M = K * y mengacu pada garis netral NA.
 .b
Tregangan ( ) dapat dinyatakan sebagai  = *y
yb
B B
sehingga K =  .  A = . y .A dan M = K . y = .y 2 . A
yB yB
Sebagaimana setiap elemen menghasilkan sebuah M dan dapat dijumlahkan dan
mendapatkan :
 B
M = B y 2 . A karena harga konstan sehingga dapat ditulis :
yB yB
B
M=  y 2 . A
yB
Jika Ix = y 2
. A : momen inersia penampang terhadap sumbu X melalui titik
berat ( tb ) penampang.
Jika momen diketahui dari statika balok, maka tegangan dalam balok dapat dihitung
M
yaitu :  .= .y
Ix
Catatan :

Jika kita bandingkan rumus umum M = .I x dengan rumus M = .Wx sehingga
y
Ix
ada hubungan diantara modulus ketahanan/momen tahanan dengan inersia Wx =
y
2.4. MOMEN INERSIA.
1. Untuk Penampang Empat Persegi Panjang

h
TB 2
h
h
2

b 

b.h 2
M=. ………….. (1)
6
dimana :  = tegangan pada serat paling atas atau serat paling bawah.
h 
Dari rumus umum, untuk y = didapatkan harga M = .Ix ……….. (2)
2 h
2
Dari persm (1) dan persm (2) didapat :
b.h 2  b.h 3
. = .Ix sehingga Ix = (momen inersia untuk penampang empat
6 h 12
2
persegi panjang)
Momen inersia menggambarkan ketahanan bahan terhadap lenturan terhadap
penampang melintang.

I kecil berarti ketahanan terhadap lentur kecil

I besar berarti ketahanan terhadap lentur besar

2. Momen Inersia Sebuah Lingkaran.

Suatu pendekatan yang baik telah didapat, dengan menggantikan lingkaran dengan
sebuah bujur sangkar dengan luas yang sama.
TB
x H D

 .D 2
Lingkaran A = dan bujur sangkar A = H 2
4
0.88.D 4 D 4
H = 0.88 D sehingga Ix = 
12 20

2.5. TEORI LENTUIRAN.

3.1. Hubungan antara Ix dan Wx dan Penerapannya pada Penampnag Tak


Simetris.

Hubungan antara modulus penampang/momen tahanan Wx dan momen inersia Ix.

Ix
Wx =
y

Pada penampang tak simetris, serat-serat ekstrem ditempatkan dengan jarak y yang
berbeda dari titik berat. Sehingga kita mempunyai dua macam Wx.
A

YA
M

Y YB

B

penampang momen tegangan


Ix Ix
W xA   W xB  
yA dan yB

Tegangan yang disebabkan oleh momen (M) dapat dinyatakan :

M M
A  B 
W xA dan W xB

3.2. Lenturan Untuk Balok I.

Bila ada sebuah penampang balok I menahan momen dalam (M), maka tegangan yang
terjadi adalah :

M
= .y
Ix

Bahwa tegangan terbesar terjadi pada sayap yang lebar dan tegangannya kecil terjadi
pada badan yang sempit atau tipis.
Gaya-gaya D dan T akan membentuk momen M = D . Z = T . Z sedangkan gaya
D1 = T1 yang lebih kecil dari D dan T akan membentuk momen dengan lengan momen
Z1 sehingga M1 = D1.Z1 = T1.Z1 karena M1 lebih kecil dari M maka diabaikan.
3.3. Perhitungan Secara Pendekatan.

Dengan anggapan bahwa momen dibentuk oleh gaya D dan T yang bekerja pada sayap
(lengan momen Z). Dua buah gaya ini didistribusi merata pada luas sayap.

Contoh Soal :

Diketahui penampnag balok I (seperti gambar), jika pada tengah bentang balok
menderita momen sebesar M = 27 tm. Berapa besarnya tegangan yang terjadi.
Solusi :

2
15
1

26
15

2
30

Momen M = 27 tm = 2.700.000 kgcm


Perhitungan secara eksak.
M
= .y dengan y =  15 cm
I
2.700.000
= .15 =  1.618 kg/cm2
25.025
-1.618 kg/cm2

+1.618 kg/cm2

Perhitungan secara pendekatan.


Z = 30  2 = 28 cm
A flens = 60 cm2
M 2.700.000
D=T=   96.428,6 kg
Z 28
96.428,6
=   1.607 kg/cm2
60
(terjadi perbedaan sedikit disbanding hasil secara eksak)
Tegangan secara pendekatan :
-1.607 kg/cm2

+1.607 kg/cm2

3.4. Memilih Bentuk Penampang balok.

Untuk mendapatkan penampang yang paling efisien jika menempatkan bagian terbesar
bahan pada jarak sejauh yang dimungkinkan dari sumbu netral (NA).
Dalam kenyataan kita akan mendapatkan gaya D dan T yang besar, bekerja dengan
lengan momen yang besar. Akibatnya akan didapat momen M yang besar pula.

Contoh Soal :

Ada tiga batang dengan menggunakan luasan bahan yang sama yaitu A = 300 cm2.
Untuk mengetahui tingkat efisien bahan tersebut perlu membandingkannya dengan
cara menempatkan ketiga bahan tersebut dalam kondisi yang berlainan, untuk
tegangan max ( max) = 100 kg/cm2
Solusi :
Ix
M=. dengan A = 300 cm2
y

5
15
5 1 10
5 10
15
30 5
10 28

Ix = 2.500 cm2 Ix = 22.500 cm2 Ix = 45.000,01 cm2


M = 16.667 kg.cm M = 150.000 kg.cm M = 300.000 kg.cm
Perbandingan 1 : 9 : 18
i Ai yi Ai. yi Ix.i Ai. yi2
1 140 27.5 3850 291.67 105875
2 20 15 300 666.67 4500
3 140 2.5 350 291.67 875
 300 4500 1250.01 111250

4500
Titik berat y = = 15 cm
300
Ix =1250.01 + 111250 – (300)(15)2 = 45000,01

3.5. Tegangan Geser Dalam Balok.

Tegangan geser dalam balok ada dua bentuk yang berbeda yang saling berhubungan.
 Kita dapatkan sebuah gaya geser vertical untuk keseimbangan arah vertical.

perputaran

Perputaran elemen
Tegangan geser disebabkan v
vertiakl

Freebody dg. gaya dalam R


R
 Kita dapatkan sebuah gaya geser horisontal untuk keseimbangan arah horisontal.

Balok bersusun dari dua susunan yang berbeda tanpa sambungan di antara susunan
tersebut, maka dapat kita lihat bahwa dua bagian tersebut bereaksi sendiri-sendiri
dan menggelincir secara horizontal satu sama lain.

Freebody balok yang solid dengan gaya-gaya dalam


(seperti gesekan diantara bagian atas dan bawah)

Tetapi dalam balok yang solid, gelinciran akan ditahan oleh tegangan geser diantara
dua susunan tersebut.

perputaran
8. Tegangan Ijin (sebuah alat/sarana).

Untuk bahan konstruksi yang berbeda dimungkinkan menentukan perilaku bahan di


bawah pembebanan dengan percobaan dan divisualisaikan dalam di agram (    ).

Batas tegangan
baja leleh baja

beton Batas tegangan


leleh beton

kayu Batas tegangan


leleh kayu


Diagram tegangan  regangan

Tegangan yang diijinkan didapat dengan membagi tegangan leleh dengan suatu
 .l
factor keamanan.  i = dimana : .l : teg. leleh dan sf : factor keamanan
sf

Batas patah

.i Batas ijin



1.3. SAMBUNAGN BAJA.

Sambungan pada struktur baja merupakan bagian yang mesti diperhatikan, karena
kegagalan pada sambungan dapat mengakibatkan kegagalan struktur secara keseluruhan.
Alat sambung yang sering digunakan adalah :

 Baut yaitu baut hitam atau baut mutu tinggi (high tension bolt/high strength bolt)
 Paku keeling atau las

Kekauan sambungan yang dilaksanakan dengan paku keeling jauh lebih kaku
disbanding sambungan baut, namun pengerjaannya lebih sulit sebab perlu pemanasan dan
penempaan. Dari ketiga cara sambungan diatas yang paling kaku adalah sambungan las.

Sambungan dilakukan apabila :

 Batang standard tidak cukup panjang


 Sambunagn untuk menyalurkan gaya antar elemen missal elemn balok dengan elemen
kolom.
 Sambungan pada struktur rangka batang (varkwerk/truss), dimana batang penyusun
saling membentuk kesimbangan pada satu joint, umumnya diperlukan pelat simpul
sebagai media penyambung..
 Sambungan yang sengaja dibuat untuk membentuk batang tersususn dan sendi gerber.
 Terdapat perubahan dimensi penampang lintang batang, akibat perubahan besarnya
gaya batang.

Syarat sambungan yang harus diperhatikan :

 Kuat, aman, dan hemat


 Ditempatkan pada tempat yang mudah terlihat dan sambunagn dibuat seindah
mungkin.
 Mudah dilaksanakan, baik pada saat pabrikasi maupun pemasangan dilapangan.
BAB III
BAHAN BETON.

3.1. Difinisi Beton.

Beton adalah campuran antara cemen portland atau sembarang semen hidrolis,
agregat kasar, agregat halus dan air dengan atau tanpa bahan campuran tambahan.

Proporsi campuran beton ditentukan agar beton yang dihasilkan memberikan :


a. Konsistensi yang memungkinkan pengejaan beton (penuangan, perataan dan
pemadatan) secara mudah kedalam acuan dan kesekitar tulangan tanpa
menimbulkan kemungkinan segregasi agregat dan terpisahnya air (beeding)
secara berlebihan.
b. Ketahanan terhadap kondisi lingkungan khusus seperti yang telah disyaratkan.
c. Memenuhi uji tekan /desak beton.

3.2. Cara pengujian mutu beton.

a. Persyaratan untuk tekan beton ( f’c ) harus didasarkan pada pengujian benda uji
silinder di laboratorium. Apabila didasrakan pada nilai ( f’ck ) yang didapat
dari hasil uji tekan benda uji kubus bersisi 150 mm, maka harus dilakukan
konversi untuk mendapatkan ( f’c ) dengan persamaan :
F’c =  0.76 + 0.2 log ( f’ck / 15)  f’ck
dimana :
( f’c ) : kuat tekan beton yang disyaratkan (Mpa)
(f’ck ) : kuat tekan beton (Mpa) didapat dari benda uji kubus dengan sisi 150
mm. Nilai kuat tekan ( f’c ) harus didasarkan pada hasil pengujian benda uji
pada umur 28 hari.

b. Bila dianggap penyebaran nilai pemeriksaan tersbut berjaln normal, maka besar
kecilnya penyebaran nilai hasil pemeriksaan tersebut menjadi ukuran mutu
pelaksanaan, yaitu Deviasi Standar dengan rumus sebagi berikut :

fc1  fcr
S=
N 1
dimana :

S : standar deviasi (Mpa)


fc1 : kuat tekan beton yang didapat dari masing-masing benda uji (Mpa)
fcr : kuat tekan beton rata-rata dari seluruh benda uji (Mpa)
N : jumlah seluruh nilai hasil pemerikasan, ditentukan sebanyak 30 benda
uji.

3.3. Sifat-sifat beton.

Sifat mekanik beton dapat diklasifikasikan sebagi berikut :

 Sifat jangka pendek yaitu : kekuatan tekan, kekuatan tarik, kekuatan gser dan
modulus elastisitas.
 Sifat jangka panjang : adanya rangkak dan susut.

a. Kekuatan tekan beton.

Kekuatan tekan beton dapat dicapai sampai 60 Mpa bahkan lebih tergantung
dari jenis campuran, sifat agrerat dan kwalitas perawatan. Kekuatan tekan
beton yang sering dipakai dalam praktek adalah sekitar 15 Mpa s/d 30 Mpa
dan untuk struktur gedung bertingkat (pengaruh gempa) kekuatan tekan beton
disyaratkan f’c  20 Mpa.

Perbandingan air terhadap semen merupakan factor dalam menentukan


kekuatan mutu beton. Semakin rendah perbandingan air semen semakin tinggi
kekuatan tekannya.

b. Kekuatan tarik beton.

Kekuatan tarik beton relatif rendah dibandingkan dengan kekuatan tekannya.


Kekuatan tarik beton berkisar antara 0.10 s/d 0.20 f’c (kekuatan tekan beton).

c. Modulus Elastisitas.

Modulus elastisitas pada beton berbeda dengan baja, dimana modulus


elastisitas beton selalu berubah-ubah menurut kekuatan atau mutu beton.
Besarnya modulus elastisitas beton Ec = 500 fc (Mpa).
 Adukan Campuran Beton

Dengan cara tertentu dan selang waktu tertentu :

a. Adukan beton harus bersifat kental/plastis mudah dibentuk melalui cetakan


(workability), factor penentunya adalah factor air semen (FAS).
b. Jika mengeras pada umur 28 hari harus padat dan kedap air.
c. Kualitas bahan , perbandingan campuran dan proses pengerjaan harus baik
akan didapatkan mutu beton yang baik.

 Susut Beton

Proses berkurangnya volume beton akibat kehilangan uap air.


Ada dua jenis susut pada beton :
a. Susut plastis : hal ini terjadi beberapa jam setelah beton dicor.
b. Susut pengeringan : hal ini terjadi setelah beton mencapai bentuk
akhirnya.
Waktu (t)
Diagram susut-waktu

60 %

70 % kandunagn agregat

80 %

FAS
0.4
Diagram 0.5 0.6 dan0.7
pegaruh agregat 0.8
FAS thd susut

Faktor yang mempengaruhi besarnya susut :

a. Kandungan agregat.
b. Faktor air semen (FAS)
c. Ukuran elemen beton
d. Kondisi lingkungan
e. Banyaknya penulangan.
f. Bahan tambahan.
g. Jenis semen yang dipakai.

Anda mungkin juga menyukai