Anda di halaman 1dari 22

STRUKTUR JALAN REL

• Struktur jalan rel merupakan suatu kontruksi yang direncanakan sebagai


prasarana atau infrastruktur perjalanan kereta api.
• Gambar 2.1 menjelaskan gambar konstruksi jalan rel yang tampak secara
visual dan secara skematik digambarkan dalam potongan melintang.
A. STRUKTUR JALAN REL

Prasarana kereta api lebih terperinci lagi dapat digolongkan


sebagai :
A. jalur / jalan rel
B. bangunan stasiun
C. Jembatan
D. Sinyal dan telekomonikasi.

Untuk kajian keteknik sipilan lebih difokuskan pada jalur rel/


jalan rel
STRUKTUR JALAN REL

Secara konstruksi, jalan rel dibagi dalam dua bentuk konstruksi,


yaitu :
1. Jalan rel dalam konstruksi timbunan.
2. Jalan rel dalam konstruksi galian.

• Jalan rel dalam konstruksi timbunan biasanya terdapat pada


daerah persawahaan atau daerah rawa,
• sedangkan jalan rel pada konstruksi galian umumnya terdapat
pada medan pegunungan.
• Gambar 2.2 menunjukkan contoh potongan konstruksi jalan
rel pada daerah timbunan dan galian.
KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL

• Struktur jalan rel merupakan komponen struktur yang tersusun dari atas
kebawah, yang terdiri dari :
1) Rel
2) Bantalan rel
3) Plat atas
4) Penambat rel
5) Plat penyambung rel
6) Rail angkur
7) Lapis pondasi atas
8) Lapis pondasi bawah
9) Lapis tanah dasar
B. KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL

1. Rel (batangan besi baja)


• Batang rel terbuat dari besi / baja bertekanan tinggi, dan juga
mengandung karbon, mangan, dan silikon.
• Tiap potongan (segmen) batang rel memiliki panjang 20-25 m
untuk rel modern,
• sedangkan untuk rel jadul panjangnya hanya 5-15 m tiap
segmen. Batang rel dibedakan menjadi beberapa tipe
berdasarkan berat batangan per meter panjangnya.
• Di Indonesia dikenal 4 macam batang rel, yakni R25, R33, R42, dan
R54.
• Misalkan, R25 berarti batang rel ini memiliki berat rata-rata 25
kilogram/meter. Makin besar “R”, makin tebal pula batang rel
tersebut.

• Berikut ini daftar rel yang digunakan di Indonesia menggunakan


standar UIC dengan Standar:
• Rel 25 yang berarti tiap 1 meter potongan rel beratnya adalah 25
kilogram (kg).
• Rel 33 yang berarti tiap 1 meter potongan rel beratnya adalah 33
kilogram (kg).
• Rel 41 yang berarti tiap 1 meter potongan rel beratnya adalah 41
kilogram (kg).
2. Bantalan Rel

• Bantalan rel (sleepers) dipasang sebagai landasan dimana batang rel


diletakkan dan ditambatkan. Berfungsi untuk
(1) meletakkan dan menambat batang rel,
(2) menjaga kelebaran trek
(3) menumpu batang rel agar tidak melengkung ke bawah
Ada tiga jenis bantalan, yakni :
a. Bantalan Kayu. Diberi minyak kayu,agar tidak tumbuh jamur
b. Bantalan Plat Besi (Steel Sleepers), merupakan bantalan generasi kedua,
lebih awet dari kayu.
c. Bantalan Beton Bertulang (Concrete Sleepers),
merupakan bantalan modern saat ini, dan paling banyak digunakan karena
lebih kuat, awet, murah, dan mampu menahan beban lebih besar daripada
dua bantalan lainnya.

3. Plat Landas

• Pada bantalan kayu maupun besi, di antara batang rel dengan bantalan
dipasangi Tie Plate (plat landas),
• Sedangkan pada bantalan beton, dipasangi Rubber Pad, sama seperti Tie
Plate, tapi berbahan plastik atau karet dan fungsinya hanya sebagai
landasan rel,
• Fungsi plat landas selain sebagai tempat perletakan batang rel dan juga
lubang penambat, juga untuk melindungi permukaan bantalan dari
kerusakan karena tindihan batang rel,
• Penambat elastis dibuat untuk menghasilkan jalan rel KA yang berkualitas
tinggi, yang biasanya digunakan pada jalan rel KA yang memiliki frekuensi
dan axle load yang tinggi. Karena sifatnya yang elastis sehingga mampu
mengabsorbsi getaran pada rel saat rangkaian KA melintas, oleh karena itu
perjalan
4. Penambat Rel

• Fungsinya untuk menambat/mengaitkan batang rel dengan bantalan yang


menjadi tumpuan batang rel tersebut,
• (1) batang rel tetap menyatu pada bantalannya,
• 2) menjaga kelebaran trek (track

• Jenis penambat yang digunakan bergantung kepada jenis bantalan dan tipe
batang rel yang digunakan.
• Ada dua jenis penambat rel, yakni Penambat Kaku dan Penambat elastis.
• Penambat kaku misalnya paku rel, mur, baut, sekrup, atau menggunakan
tarpon yang dipasang menggunakan pelat landas.
5. Plat Penyambung Rel
• Merupakan plat besi dengan panjang sekitar 50-60 cm, yang berfungsi
untuk menyambung dua segmen/potongan batang rel. Pada plat tersebut
terdapat 4 atau 6 lubang untuk tempat skrup/baut (Bolt) penyambung
serta mur-nya (Nut).
• Pada setiap sambungan rel, terdapat celah pemuaian (Expansion Space),
sehingga saat rangkaian KA lewat akan terdengar bunyi “jeg-jeg…jeg-jeg”
• Penyambungan rel menggunakan komponen-komponen di atas dikenal
sebagai Metode Sambungan Tradisional (Conventional Jointed Rails)
• Sedangkan dewasa ini telah dikenal metode penyambungan rel dengan Las
Termit, yang disebut dengan Continuous Welded Rails (CWR). Dengan
metode CWR, tiap 2 sampai 4 potong batang rel dapat dilas menjadi satu
rel yang panjang tanpa diberi celah pemuaian, sehingga tiap CWR memiliki
panjang sekitar 40-100 m.
• CWR biasanya diterapkan pada jalur dengan kecepatan laju KA yang tinggi,
karena permukaan rel menjadi lebih rata dan halus sehingga rangkaian KA
dapat lewat dengan lebih nyaman. Penerapan CWR
• juga mengurangi resiko rusaknya roda KA, karena roda
KA akan “njeglong” atau “tersandung” saat melewati
celah pemuaian.
• Lalu bagaimana dengan pemuaian batang rel? hal ini
dapat disiasati dengan menggunakan penambat elastis
yang mampu menahan gerakan pemuaian batang rel
(gerakan mendatar dimana batang rel akan meregang
saat panas dan menyusut saat dingin). Jika penambatnya
berupa penambat kaku, bisa disiasati dengan memasang
rail anchor.

6. Rail Anchor
• Satu lagi komponen trek rel KA yakni rail anchor (anti creep).
Rail anchor digunakan pada rel yang disambung secara CWR.
Fungsinya untuk menahan gerakan pemuaian batang rel,
karena pada sambungan CWR tidak terdapat celah pemuaian.
• Pada gambar di bawah, rail anchor dipasang di bawah
permukaan batang rel tepat disamping bantalan agar dapat
menahan gerakan pemuaian rel. Rail anchor tidak dipasang
pada rel yang ditambat dengan penambat elastic, karena
fungsinya sama seperti penambat elastis, yakni untuk
mencegah gerakan pemuaian batang rel. Jadi, rail anchor
dipasang bersama dengan penambat kaku pada bantalan kayu
atau besi.

7. Lapisan Pondasi Atas atau Lapisan Balas (Ballast)

• Konstruksi lapisan balas terdiri dari material granular / butiran


dan diletakkan sebagai lapisan permukaan (atas) dari
konstruksi substruktur. Material balas yang baik berasal dari
batuan yang bersudut, pecah, keras, bergradasi yang sama,
bebas dari debu dan kotoran dan tidak pipih (prone).
Meskipun demikian, pada kenyataannya, klasifikasi butiran di
atas sukar untuk diperoleh/dipertahankan, oleh yang
demikian, permasalahan pemilihan material balas yang
ekonomis dan memungkinkan secara teknis masih mendapat
perhatian dalam kajian dan penelitian. Lapisan balas berfungsi
untuk menahan gaya vertikal (cabut/uplift), lateral dan
longitudinal yang dibebankan kepada bantalan sehingga
bantalan dapat mempertahankan jalan rel pada posisi yang
disyaratkan.
8. Lapisan Pondasi Bawah atau Lapisan Subbalas (Subballast)

• Lapisan diantara lapisan balas dan lapisan tanah dasar adalah lapisan
subbalas. Lapisan ini berfungsi sebagaimana lapisan balas, diantaranya
mengurangi tekanan di bawah balas sehingga dapat didistribusikan kepada
lapisan tanah dasar sesuai dengan tingkatannya.
9. Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)

• Lapisan tanah dasar merupakan lapisan dasar pada struktur jalan rel
yang harus dibangun terlebih dahulu. Fungsi utama dari lapisan
tanah dasar adalah menyediakan landasan yang stabil untuk lapisan
balas dan subbalas. Perilaku tanah dasar adalah komponen
substruktur yang sangat penting yang mana memiliki peranan yang
signifikan berkait pada sifat teknis dan perawatan jalan rel.

Anda mungkin juga menyukai