Anda di halaman 1dari 9

Metode Markov Chains Untuk Analisa Perulangan Fasies Dan Sedimentasi Zona Transisi

Formasi Sambipitu, Kali Ngalang, Dusun Karanganyar, Desa Ngalang Atas, Kecamatan
Gedang Sari, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Oleh :

Yoakim ming jiew chiew

Program Studi Teknik Geologi, Departemen Teknik, Institute Teknologi Nasional Yogyakarta

Email : yoakimm07@gmail.com

ABSTRAK

Salah satu kajian dalam aplikasi geologi dengan uji data fasies yang berhubungan dengan waktu
maupun provenance batuan, namun masih jarang dilakukan analisa statistiknya. Metode Markov
Chains merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan untuk analisis fasies atau provenance
batuan untuk menginterpretasi dinamika pengendapan.

Berdasarkan hasil analisis markov chains didapatkan nilai tabel chi 14,68 (hasil dari 4 variabel
litologi dengan level of significance 10%). Sedangkan hasil dari tabel perhitungan didapatkan
18,10. Maka nilai hasil perhitungan (18,10) > nilai tabel chi (14,68) dimana data berasal dari
suatu populasi transisi yang mempunyai pola. Dari Markov Chain di dapatkan 3 siklus yang
terbentuk

Data-data geometri batuan, litologi dan struktur sedimen, fosil dan arus purba dikumpulkan
untuk mengetahui fasies sedimentasi dan dinamika sedimentasi zona transisi. beberapa Material
batuan tersusun terutama oleh foraminifera planktonik dan bentonik. Perulangan fasies pada zona
transisi menunjukkan adanya beberapa siklus mendangkal ke arah atas (middle shelf – inner
shelf). Paleogeografi zona transisi berupa shelf suatu kaki gunungapi aktif dengan beberapa reef
kecil tumbuh pada bagian yang lebih dangkal. Reef dapat berkembang dengan baik pada saat
suplai sedimen asal letusan gunungapi tidak sampai pada lingkungan tempat reef tumbuh.

Kata Kunci: Markov Chains, Fasies, sedimentasi zona transisi

ABSTRAC

One study in geological applications by testing facies data related to time and provenance of
rocks, but still rarely carried out statistical analysis. The Markov Chains method is one way that
can be done to analyze the facies or provenance of rocks to interpret depositional dynamics.
Based on the results of the Markov Chains analysis, the chi table value is 14.68 (the results of 4
lithology variables with a level of significance of 10%). While the results from the calculation
table obtained 18.10. Then the calculated value (18.10)> chi table value (14.68) where the data
comes from a transitional population that has a pattern. The Markov Chain gets 3 cycles.

Data on rock geometry, lithology and sedimentary structures, fossils and ancient currents were
collected to determine sedimentation facies and the transition zone sedimentation dynamics.
some rock material is composed mainly by planktonic and bentonic foraminifera. Facies
repetition in the transition zone indicates a number of shallow upward cycles (middle shelf -
inner shelf). Paleogeography of the transition zone is a shelf of an active volcanic foot with
several small reefs growing in a more shallow part. Reef can develop well when the sediment
supply from volcanic eruptions does not reach the growing environment in the reef.

Keywords: Markov Chains, Facies, sedimentation transition zone


1. Pendahuluan berupa analisis fasies berdasarkan metode
Markoc Chains pada penampang stratigrafi
Singkapan batuan di daerah\Formasi
terukur dan analisis sedimentasi
Sambipitu, Kali Ngalang, Dusun
sebagaimana disebutkan sebagai zona
Karanganyar, Desa Ngalang, Kecamatan
transisisi pada Daerah Nglanggran,
Gedang Sari, Kabupaten Gunung Kidul,
Kabupaten Gunung kidul.
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
menunjukkan variasi fasies yang beragam. 2. Lokasi Penelitian
Fasies yang berkembang membentuk suatu Secara administratif, Daerah Nglanggran
suksesi vertikal batuan yang menunjukkan termasuk ke dalam wilayah Kabupaten
suatu siklus sedimentasi. Konsep siklus Bantul dan Gunungkidul, Provinsi Daerah
sedimentasi telah diterima dan diaplikasikan Istimewa Yogyakarta. Secara geografis
dalam berbagai variasi lingkungan daerah penelitian terletak pada 110º
pengendapan dengan tujuan mengetahui 30'8.7912" BT sampai 110º 35' 35.6316" BT
dinamika pengendapan. dan 07º 55' 18.9876" LS sampai 07º 49'
55.2324" LS. Lokasi pengambilan data
Formasi Sambipitu merupakan formasi yang
stratigrafi terukur dilakukan pada Kali
diisi oleh batupasir sisipan batulempung
Juwet, dengan panjang lintasan 800 meter.
yang terlampar luas di kaki Pegunungan
Daerah penelitian termasuk kedalam Peta
Baturagung di Kabupaten Gunungkidul,
Geologi Regional lembar Surakarta-
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Girintoro menurut Surono, dkk (1992).
Penelitian mengenai Formasi Sambipitu
Sedangkan pada Peta Rupa Bumi Indonesia
sudah cukup banyak dan salah satunya yang
daerah penelitian termasuk kedalam lembar
sering menjadi acuan dalam penelitian
Jabung (no. 1408-313) dan lembar Wonosari
selanjutnya adalah kajian regional yang telah
(no. 1408-311).
dibahas oleh Surono, dkk (1992).
3. Geologi Daerah Nglanggran dan
Disebutkan bahwa formasi ini merupakan
Sekitarnya
pencampuran antara endapan laut dangkal
dengan endapan laut dalam. Oleh karena itu Berdasarkan hasil pemetaan geologi yang
penulis ingin meneliti secara lebih rinci telah dilakukan sebelumnya di daerah
mengenai sistem pengendapan formasi Nglanggran, Kabupaten Bantul dan
sambipitu melalui pengamatan lapangan Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta, dapat diketahui litologi, dengan laut dalam. Sistem pengendapan ini
susunan stratigrafi dan struktur geologi yang akan diketahui melalui analisis
berkembang pada daerah penelitian. mikropaleontologi untuk mengetahui umur
Stratigrafi pada daerah penelitian tersusun dan lingkungan pengendapan relative
atas empat satuan dimulai dari satuan yang melalui foraminifera yang terkandung
berumur paling tua ke satuan yang berumur didalamnya serta dengan melakukan analisis
paling muda diantaranya: Satuan Tuf (Tmt), litofasies detail melalui pembuatan
Satuan Breksi Vulkanik (Tmbv), Satuan penampang stratigrafi pada Kali Juwet.
Batupasir (Tmbp) dan Satuan Batugamping Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
(Tmbg) (Gandapradana, 2015). Struktur
1. Mengetahui karakteristik litologi
geologi yang berkembang pada daerah
penyusun Formasi Sambipitu.
penelitian diantaranya berupa struktur kekar
2. Mengetahui litofasies Formasi
dan 2 sesar dengan arah relatif utara-selatan
Sambipitu.
(Gandapradana, 2015). Analisis stratigrafi
3. Mengetahui asosiasi fasies Formasi
detail dilakukan pada Kali Juwet, tersingkap
Sambipitu.
Satuan Batupasir (Tmbp) yang merupakan
4. Mengetahui waktu pengendapan
bagian dari Formasi Sambipitu yang
berdasarkan fosil foraminifera.
menunjukkan perubahan menuju Satuan
5. Mengetahui sistem pengendapan
Batugamping yang merupakan bagian dari
berdasarkan asosiasi fasies dan
Formasi Wonosari. Satuan Batupasir dan
kandungan fosil foraminifera.
Satuan Batugamping memiliki hubungan
stratigrafi selaras menjemari.
5. Metode Penelitian
4. Maksud Dan Tujuan Beberapa metode dilakukan dalam
penelitian ini untuk analisa perulangan fasies
Penelitian ini dimaksudkan untuk alisa
dan sedimentasi zona transisi formasi
perulangan fasies berdasarkan metode
sambipitu di daerah penelitian. Metode
markov chains dan sedimentasi zona transisi
tersebut diantaranya adalah :
pada Formasi Sambipitu dimana telah
a. Pengamatan data lapangan untuk
disebutkan oleh Surono dkk. (1992) bahwa
membuat penampang stratigrafi terukur
Formasi Sambipitu merupakan hasil
endapan pencampuran antara laut dangkal
b. Analisis litofasies yang meliputi meter tersusun atas batupair halus,
pengamatan tekstur dan struktur batulempung dan batupasir kasar. Batupasir
sedimen halus berwarna abu – abu, struktur berlapis
c. Analisis asosiasi fasies dan terdapat struktur mud clast.
d. Analisis mikropaleontologi Batulempung berwarna abu – abu
e. Analisis metode statistic (Markov kehitaman, struktur laminasi. Batupasir
Chains) kasar berwarna abu – abu dengan struktur
masif.
6. Hasil Dan Pembahasan 2. Asosiasi Fasies
1. Deskripsi Data Fosil jejak dan foraminifera planktonik
Perulangan fasies terjadi di unit Brown untuk penentuan lingkungan pengendapan
Shale diamati dari bawah ke bagian atas dan umur relatif. Pada lintasan Kali ngalang
menunjukkan pengulangan siklus diambil sampel untuk dilakukan analisis
sedimentasi yang dapat dibagi menjadi mikopaleontologi. Hasilnya adalah
asosiasi fasies. Deskripsi data dilakukan ditemukan foraminifera planktonik
sesuai dengan kolom stratigrafi batuan dari Globigerinoides trilobus (Reuss, 1850),
top ke bottom. Pada kisaran jarak 0 - 12 Globigerinoides altiaperturus (Chapman,
meter pada gambar 1 tersusun atas batupasir Parr & Collins, 1934), Globorotalia obesa
halus, batulempung dan breksi polimik. (Chapman, Parr & Collins, 1934),
Batupasir halus yang paling mendominasi Globoquadrina Altispira (Cushman dan
dari semua litologi yang ada berwarna abu – Jarvis), sehingga berdasarkan hasil
abu kehitaman, ukuran butir halus, struktur penarikan umur pada sampel bagian baian
berlapis dan laminasi. Batulempung hadir TOP maka didapatkan N4-N5 dimana
sebagai sisipan yang tidak begitu dominan umurnya masuk pada Miocen Awal. Dalam
berwarna abu – abu kehitaman,ukuran butir klasifikasi yang dibuat oleh Postuma (1971).
sangat halus, komposisi mineral lempung. Tabel penarikan umur dapat diliat pada tabel
Breksi polimik berwarna abu – abu 1. Sedangkan fosil jejak yang ditemukan
kecoklatan, ukuran butir granule, struktur berupa Chondrities isp, skolitos,
masif, komposisi batuan fragmen dengan Thalasionides.
andesit pumicedan tuff lapilli dengan 3. Sistem pengendapan formasi
matriks dari batupasir. Pada jarak 12 – 30 sambipitu
Berdasarkan kombinasi dari litofasies, kembali dengan pengaruh arus turbid. Hal
asosiasi fasies dan analisis fosil jejak, ini disebabkan oleh karena adanya slope dari
didapatkanlah hasil interpretasi terhadap litologi curam breksi yang sebelumnya
sistem pengendapan yang terjadi pada saat diendapkan dan terganggu oleh goncangan
pengendapan Formasi Sambipitu bagian aktivitas gunungapi yang masih aktif.
atas. Litofasies pada daerah penelitian
4. Analisis Data Dan Pembahasan
menunjukkan lingkungan pengendapan laut
a. Markov chains
dangkal dengan komposisi material
vulkanoklastik dan karbonat yang melimpah. Hasil dari pengamatan batuan yaitu
Asosiasi fasies menunjukkan bahwa satuan perubahan sekuen fasies batulempung (A),
ini memiliki struktur sedimen yang breksi polimik (B), batupasir halus (C),
menunjukkan adanya sikuen Bouma batupasir kasar (D). Sehingga jenis fasies
sehingga dapat disimpulkan bahwa satuan dapat disusun sebagai seperti pada tabel 1.
ini memiliki pengaruh gravitasi pada system
Matriks frekuensi transisi seperti pada tabel
pengendapannya sehingga menciptakan arus
2 dapat dibentuk matriks probabilitas
turbid. Dari data berdasarkan asosiasi pada
transisi. Berdasarkan matriks tersebut dapat
fosil jejak Chondrites isp, maka daerah
dilihat jumlah ke arah baris akan sama
penelitian menunjukan bahwa daerah
dengan jumlah ke arah kolom.
penelitian termasuk lingkungan
Kecenderungan perubahan dari satu keadan
pengenadapan daerah neritik tengah.
ke keadaan lainnya dapat dibuat dalam
Skholitos yang terbentuk pada kedalaman 0
bentuk fraksi desimal atau prosentase,
– 200 m. Fasies Skholitos terbentuk pada
dengan membagi setiap elemen dengan
daerah tidal zone didaerah Continental shelf
jumlah ke arah baris. Dalam pengertian
yang memiliki arus energi yang kuat. dan
probabilitas kita lihat sebagai estimasi suatu
thalasionides muncul pada zona bathyal.
probabilitas bersyarat f (j/i) probabilitas
Sehingga dapat dsimpulkan bahwa
keadan j akan merupakan keadaan
lingkungan pengendapannya berada pada
sesudahnya dari yang ada, ditentukan oleh
neritik tengah – bhatyal atas. Sehingga dapat
keadaan saat ini yaitu I, atau dituliskan
diketahui bahwa satuan ini diendapkan pada
sebagai p (i - j). yaitu probabilitas keadan I
lingkungan laut dangkal yang kemudian
yang akan diikuti oleh keadaan j. Maka hasil
mengalami longsoran dan terendapkan
matrik probabilitas transisinya dapat dilihat Disini C = 19/29 atau 0.65, B = 5/29 atau
di tabel 3. 0,17, A= 2/29 atau 0,06, D = 1/29 atau 0,03,
sehingga hasi dari vectornya seperti pada
Dari matriks probabilitas tersebut dapat
tabel 4. Jika semua probabilitas tersebut
dibuat diagram siklus transisi dari fasies satu
bersifat independen, maka hubungan yang
terhadap fasies lainnya. Diagram pada
sama untuk suatu transisi menjadi: P(B/A) =
gambar 2 menunjukkan bahwa ada tiga
P(B/B) = P(B/C) = P(B/D) = P(B).
siklus (tidak termasuk transisi diri atau self
transition) di mana nampak ada kejadian: Hubungan tersebut memungkinkan kita
untuk memprediksi apakah matrik
1. Batupasir halus, breksi polimik,
probabilitas transisi akan mirip jika
batulempung, batupasir halus
kehadirian suatu keadaaan fasies di suatu
2. Batupasir halus, batulempung, batupasir
tempat dalam kisaran interval stratigrafi
kasar, batupasir halus
adalah independen sama sekali terhadap
3. Batupasir halus, breksi polimik,
fasies berikutnya. Matriks probabilitas
batulempung, batupasir kasar, batupasir
transisi yang diharapkan akan berupa baris
halus
yang identik dengan vektor probabilitas
pasti. Berdasarkan vektor probabilitas pasti
b. Uji Chi Square
maka matrik probabilitas transisi yang
Uji chi square dilakukan untuk menjawab diharapkan seperti pada tabel 5.
apakah hadirya suatu fasies tergantung pada
fasies sebelumnya. Pertanyaan tersebut Kemudian dengan membandingkan matrik

memerlukan suatu uji statistik yang relevan probabilitas transisi tersebut diatas dengan

dengan permasalahan tersebut. Tahapan matrik probabilitas transisi yang secara

yang dilakukan dalam uji ini dapat diberikan aktual kita amati untuk menguji hipotesis

sebagai mana pembahasan di bawah ini. Jika bahwa semua keadaan fasies independen

kita membagi angka jumlah total pada arah terhadap kejadian yang mendahuluinya. Ini

baris dari matrik transisi frekuensi, dengan dilakukan dengan uji chi kuadrat, dan

jumlah banyaknya transisi, maka didapat pertama kali konversikan probabilitas angka

proporsi relatif dari empat fasies yang ada harapan kehadiran dengan mengalikan

dalam sekuen tersebut. Nilai ini dinamakan masing-masing baris dengan total yang ada

marginal atau vektor probabilitas pasti. dapat dilihat di tabel 6. Uji dengan cara chi
square yaitu angka transisi hasil pengamatan kesimpulan bahwa ada suatu signifikan
dari satu keadaan ke keadaan lain, dan bahwa bahwa hadirnya suatu fasies, dalam
banyaknya transisi yang diharapkan jika arti luas, tergantung pada fasies sebelumnya.
perulangannya bersifat independen, dengan
4. Kesimpulan
derajat bebas (m – 1)², di mana m adalah
1. Hadirnya suatu fasies dalam arti luas,
banyaknya keadaan. Kategori yang dipakai
tergantung pada fasies sebelumnya. Hal
dalam test yaitu transisi C – C, B – B, serta
ini ditunjukkan dengan uji chi square
kombinasi transisi C – B – A – D – C, A –C,
dengan nilai X² hitung 21.029> X²tabel
C – A. Kemudian matriks frekuensi transisi
14.68
pengamatan (observasi) dan sebuah matriks
2. Terdapat tiga siklus fasies berdasarkan
frekuensi transisi random harapan tersebut
hasil analisis data yaitu :
kita uji dengan chi square. Sebagaimana
a. Batupasir halus, breksi polimik,
selalu diingatkan bahwa pada uji chi kuadrat
batulempung, batupasir halus
maka kita harus membuat nilai harapan
b. Batupasir halus, batulempung,
(expected value), sementara sudah
batupasir kasar, batupasir halus
mempunyai nilai pengamatan (observed
c. Batupasir halus, breksi polimik,
value).
batulempung, batupasir kasar,
Ho: Bahwa data tersebut berasal dari suatu batupasir halus
populasi transisi yang random, probabilitas 3. Formasi Sambipitu pada daerah
urutan fasies tidak tergantung dengan fasies penelitian diendapkan pada umur N4-N5
yang menutupinya. dimana umurnya masuk pada Miocen
Awal
H1: Data tersebut berasal dari suatu populasi
4. Asosiasi fasies pada daerah penelitian
transisi yang sifatnya tidak random.
menunjukkan bahwa satuan ini
Kemudian dengan derajat bebas (degree of berasosiasi dengan fasies laut dangkal
freedom): V = ( banyaknya litologi) – 1 )², dan terpengaruh arus turbid. Dari data
maka v = (4-1)² = 9 dan 10% = 0,10 berdasarkan asosiasi pada fosil jejak
sehingga nilai kritis atau nilai chi-kuadrat Chondrites isp, maka daerah penelitian
dari tabel yaitu 14,68. Nilai hasil hitungan menunjukan bahwa daerah penelitian
lebih besar dari nilai tabel yaitu termasuk lingkungan pengenadapan
21.029>14.68 Ho ditolak dan mengambil daerah neritik tengah. Skholitos yang
terbentuk pada kedalaman 0 – 200 m. lingkungan pengendapannya berada pada
Fasies Skholitos terbentuk pada daerah neritik tengah – bhatyal atas. Sehingga
tidal zone didaerah Continental shelf dapat diketahui bahwa satuan ini
yang memiliki arus energi yang kuat. dan diendapkan pada lingkungan laut
thalasionides muncul pada zona bathyal. dangkal.
Sehingga dapat dsimpulkan bahwa

Anda mungkin juga menyukai