Anda di halaman 1dari 15

63

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang telah dilakukan pada bulan Februari sampai

dengan Juni 2019 dengan judul penelitian “Pengaruh Senam Hipertensi

Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di Klinik Dalam

RSUD Sayang Kabupaten Cianjur”, dengan jumlah sampel sebesar 17

responden. Data hasil penelitian ini diperoleh dengan menggunakan alat

ukur berupa Sphygmomanometer dan Stetoskop untuk mengukur tekanan

darah sebelum dan setelah terapi berupa senam hipertensi. Pengukuran

tekanan darah tersebut dilakukan untuk mengetahui pengaruh senam

hipertensi terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di

Klinik Dalam RSUD Sayang. Dalam penelitian ini menggunakan metode

eksperimen berupa senam hipertensi pada 17 responden penderita hipertensi

di RSUD Sayang Cianjur. Hasil penelitian ini dianalisa dalam bentuk

analisa Univariat dan analisa Bivariat. Analisa Univariat dilakukan untuk

melihat gambaran sistol dan diastol sebelum diberikan terapi senam

hipertensi dan gambaran sistol dan diastol setelah diberikan terapi senam

hipertensi. Sedangkan analisa bivariat digunakan untuk melihat pengaruh

senam hipertensi terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi

di Klinik Dalam RSUD Sayang. Adapun gambaran variabel dan pengaruh

antara variabel hasil penelitian tersebut dijelaskan dalam hasil analisa

univariat dan bivariat adalah sebagai berikut :


64

1. Hasil Anlisa Univariat

a. Gambaran tekanan darah sistol dan diastol pada pasien hipertensi di

klinik Dalam RSUD Sayang Cianjur sebelum terapi senam hipertensi.


Hasil penelitian diperoleh data tekanan darah sistol pada

pasien hipertensi di Klinik Dalam RSUD Sayang Cianjur sebelum

terapi senam hipertensi dengan analisa univariat untuk melihat data

tekanan daran sistol pada 17 responden seperti yang tertera pada

tabel 4.1 berikut ini :


Tabel 4.1 Data tekanan darah sistol dan diastol pada pasien
hipertensi di Klinik Dalam RSUD Sayang Cianjur
sebelum terapi senam hipertensi.

Sistol Persentase Diastol Persentase


F F
(mmHg) (%) (mmHg) (%)
160 5 29,41 80 5 29,41
170 7 41,18 90 8 47,06
180 1 5,88 100 3 17,64
190 1 5,88 130 1 5,89
210 1 5,88
220 2 11,77
Total 17 100 Total 17 100
Sumber : Data Primer 2019

Dari tabel 4.1 di atas berdasarkan hasil analisis yang

dilakukan diketahui bahwa dari 17 responden terdapat 5 responden

(29,41%) yang memiliki tekanan darah sistol 160 mmHg, terdapat 7

responden (41,18%) yang memiliki tekanan darah sistol 170 mmHg,

terdapat 1 responden (5,88%) yang memiliki tekanan darah sistol 180

mmHg, terdapat 1 responden (5,88%) yang memiliki tekanan darah

sistol 190 mmHg terdapat 1 responden (5,88%) terdapat 1 responden

(5,88%) yang memiliki tekanan darah sistol 210 mmHg, terdapat 2

responden (11,77%) yang memiliki tekanan darah sistol 220 mmHg.

Sedangkan hasil diastol terdapat 5 responden (29,41%) yang

memiliki tekanan darah diastol 80 mmHg, terdapat 8 responden


65

(47,06%) yang memiliki tekanan darah diastol 90 mmHg, terdapat 3

responden (17,64%) yang memiliki tekanan darah diastol 100 mmHg,

terdapat 1 responden (5,89%) yang memiliki tekanan darah diastol

130 mmHg.

b. Gambaran tekanan darah sistol dan diastol pada pasien hipertensi di

Klinik Dalam RSUD Sayang Cianjur setelah terapi senam hipertensi.


Hasil penelitian diperoleh data tekanan darah sistol pada

pasien hipertensi di Klinik Dalam RSUD Sayang Cianjur setelah

terapi senam hipertensi dengan analisa univariat untuk melihat data

tekanan daran sistol pada 17 responden seperti yang tertera pada

tabel 4.2 berikut ini :


Tabel 4.2 Data tekanan darah sistol dan diastol pada pasien
hipertensi di Klinik Dalam RSUD Sayang Cianjur
setelah terapi senam hipertensi.

Sistol Persentase Diastol Persentase


F F
(mmHg) (%) (mmHg) (%)
150 5 29,41 80 4 23,53
160 8 47,06 90 9 52,94
180 1 5,88 100 4 23,53
190 1 5,88
200 2 11,77
Total 17 100 Total 17 100
Sumber : Data Primer 2019

Dari tabel 4.2 di atas berdasarkan hasil analisis yang

dilakukan diketahui bahwa dari 17 responden terdapat 5 responden

(29,41%) yang memiliki tekanan darah sistol 150 mmHg, terdapat 8

responden (47,06%) yang memiliki tekanan darah sistol 160 mmHg,

terdapat 1 responden (5,88%) yang memiliki tekanan darah sistol 180

mmHg, terdapat 1 responden (5,88%) yang memiliki tekanan darah

sistol 190 mmHg terdapat 2 responden (11,77%) yang memiliki

tekanan darah sistol 200 mmHg. Sedangkan hasil diastol terdapat 4

responden (23,53%) yang memiliki tekanan darah diastol 80 mmHg,


66

terdapat 9 responden (52,94%) yang memiliki tekanan darah diastol

90 mmHg, terdapat 4 responden (23,53%) yang memiliki tekanan

darah diastol 100 mmHg.

2. Hasil Analisa Bivariat


Sebelum dianalisa bivariat terlebih dahulu akan dilakukan uji normalitas

distribusi data untuk menentukan jenis uji statistik yang akan digunakan.

Data yang diuji adalah data sistol dan diastol sebelum dan setelah

diberikan terapi senam hipertensi menggunakan ratio skewness dengan

hasil sebagai berikut :


Tabel 4.3 Hasil uji normalitas distribusi data tekanan darah sistol dan
diastol sebelum dan setelah diberikan terapi senam
hipertensi pada pasien hipertensi di klinik dalam RSUD
Sayang Cainjur

SE Ratio Distribusi
Data Skewness
Skewness Skewness Data
Sistol sebelum 1,381 0,550 2,511 Tidak
terapi senam normal
hipertensi
Sistol setelah 1,636 0,550 2,976 Tidak
terapi senam normal
hipertensi
Diastol 1,945 0,550 3,536 Tidak
sebelum terapi normal
senam
hipertensi
Diastol setelah -0,130 0,550 -0,236 Normal
terapi senam
hipertensi
Sumber : Data Primer 2019

Berdasarkan tabel 4.3 di atas diperoleh hasil uji normalitas

distribusi data dengan ratio skewness sistol sebelum terapi senam

hipertensi yaitu 1,381 / 0,550 = 2,551 maka dinyatakan data tidak

berdistribusi normal, dan data sistol setelah terapi senam hipertensi

adalah 1,636 / 0,550 = 2,976 maka dinyatakan data tidak berdistribusi

normal. Berdasarkan hasil uji normalitas distibusi di atas maka uji statistik
67

untuk mengetahui pengaruh terapi senam hipertensi terhadap tekanan

darah sistol pada pasien hipertensi di Poliklinik Dalam RSUD Sayang

digunakan uji statistik Non-Paramaterik dua kelompok berpasangan yaitu

Uji Wilcoxon.

Begitu pula sebelum melakukan uji comparasi pengaruh diastol

sebelum dan setelah diberikan terapi senam hipertensi terlebih dahulu

dilakukan uji normalitas distribusi data diastol sebelum dan setelah terapi

dengan menggunakan ratio skewness diperoleh hasil bahwa, sebelum

terapi senam hipertensi yaitu 1,945 / 0,550 = 3,536 maka dinyatakan data

tidak berdistribusi normal, dan data diastol setelah terapi senam

hipertensi adalah -0,130 / 0,550 = -0,236 maka dinyatakan data

berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji normalitas distibusi di atas

maka uji statistik untuk mengetahui pengaruh terapi senam hipertensi

terhadap tekanan darah diastol pada pasien hipertensi di Klinik Dalam

RSUD Sayang digunakan uji statistik Non-Paramaterik dua kelompok

berpasangan yaitu Uji Wilcoxon.

Hasil analisa pengaruh senam hipertensi terhadap tekanan darah

sistol pada pasien hipertensi di Klinik Dalam RSUD Sayang, seperti

tertera pada tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4. Pengaruh Senam Hipertensi Terhadap Penurunan Tekanan


Darah Sistol dan Diastol Pada Pasien Hipertensi Di Klinik
Dalam RSUD Sayang Cianjur

Mean Std Std Error P


Variabel N
Rank Deviasi Mean Value
Sistol sebelum terapi 17 9.00 20,544 4,983 0,000
senam hipertensi
68

Sistol setelah terapi 0,00 7,589 1,906


senam hipertensi
Diastol sebelum terapi 17 7,17 12,005 2,912 0.038
senam hipertensi
Diastol setelah terapi 4,50 5,145 1,248
senam hipertensi
Sumber : Hasil Penelitian 2019

Berdasarkan tabel 4.4 di atas diperoleh data hasil analisis tentang

rata-rata tekanan darah sistol pasien hipertensi di Klinik Dalam RSUD

Sayang Cianjur sebelum dan setelah senam hipertensi pada 17

responden bahwa mean rank penderita hipertensi sebelum diberikan

senam hipertensi adalah 9,00, sedangkan setelah diberikan terapi senam

hipertensi mean rank-nya adalah 0,00. Hasil uji statistik didapatkan nilai

P=0,000 berati pada alpha 5% terlihat terdapat perbedaan yang signifikan

sistol penderita hipertensi sebelum dengan sesudah diberikan terapi

senam hipertensi, atau nilai P=0,00 < alpha=0,05 maka Ho ditolak

sehingga disimpulkan terdapat pengaruh terapi senam hipertensi

terhadap tekanan darah sistol pada pasien hipertensi di Klinik Dalam

RSUD Sayang.

Sedangkan rata-rata tekanan darah diastol pasien hipertensi di

Klinik Dalam RSUD Sayang Cianjur sebelum dan setelah senam

hipertensi pada 17 responden bahwa mean rank penderita hipertensi

sebelum diberikan senam hipertensi adalah 7,17, sedangkan setelah

diberikan terapi senam hipertensi mean rank-nya adalah 4,50. Hasil uji

statistik didapatkan nilai P=0,038 berati pada alpha 5% terlihat terdapat

perbedaan yang signifikan diastol penderita hipertensi sebelum dengan

sesudah diberikan terapi senam hipertensi, atau nilai P=0,038 <

alpha=0,05 maka Ho ditolak sehingga disimpulkan terdapat pengaruh


69

terapi senam hipertensi terhadap tekanan darah diastol pada pasien

hipertensi di Klinik Dalam RSUD Sayang.

B. Pembahasan

1. Gambaran tekanan darah sistol dan diastol pada pasien hipertensi di Kliik

Dalam RSUD Sayang Cianjur sebelum terapi senam hipertensi.


Berdasarkan hasil analisi yang dilakukan yaitu dari 17 responden

hasil tekanan darah sistol terdapat 5 responden (29,41%) yang memiliki

tekanan darah sistol 160 mmHg, terdapat 7 responden (41,18%) yang

memiliki tekanan darah sistol 170 mmHg, terdapat 1 responden (5,88%)

yang memiliki tekanan darah sistol 180 mmHg, terdapat 1 responden

(5,88%) yang memiliki tekanan darah sistol 190 mmHg terdapat 1

responden (5,88%) terdapat 1 responden (5,88%) yang memiliki tekanan

darah sistol 210 mmHg, terdapat 2 responden (11,77%) yang memiliki

tekanan darah sistol 220 mmHg. Sedangkan hasil diastol terdapat 5

responden (29,41%) yang memiliki tekanan darah diastol 80 mmHg,

terdapat 8 responden (47,06%) yang memiliki tekanan darah diastol 90

mmHg, terdapat 3 responden (17,64%) yang memiliki tekanan darah

diastol 100 mmHg, terdapat 1 responden (5,89%) yang memiliki tekanan

darah diastol 130 mmHg.

Hipertensi adalah salah satu penyakit degeneratif dan

merupakan penyebab paling umum terjadinya kardiovaskular dan

menjadi masalah utama di negara maju maupun berkembang.

Kardiovaskular juga menjadi penyebab nomor satu kematian di dunia

setiap tahunnya. Hipertensi adalah salah satu keadaan dimana

seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang


70

mengakibatkan angka kesakitan (Morbiditas) dan Kematian

(Mortalitas) tekanan darah 140/90 mmHg didasarkan pada dua fase

sistolik 140 mmHg dan fase diastolik 90 mmHg (Triyanto, 2014).

Menurut Shema dalam Widyaningrum (2012) mengatakan

bahwa ditemukannya kecenderungan peningkatan prevalensi menurut

peningkatan usia dan biasanya > 40 tahun. Umur mempengaruhi

hipertensi. Bertambah umur maka resiko terkena hipertensi di

kalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40% dengan kematian

sekitar di atas 65 tahun. Pada usia lanjut hipertensi ditemukan hanya

berupa kenaikan tekanan diastol sebagai bagian tekanan yang lebih

tepat dipakai dalam menentukan ada tidaknya hipertensi. Progresifitas

hipertensi dimulai dari prehipertensi pada pasien umur 10-30 tahun

(dengan meningkatnya curah jantung) kemudian menjadi hipertensi

dini pada umur 20-40 tahun (dimana tahanan perifer meningkat)

menjadi hipertensi dengan komplikasi pada usia 40-60 tahun. Secara

global World Health Organization (WHO) memperkirakan penyakit

tidak menular menyebabkan sekitar 60% kematian dan 40% kesakitan

di seluruh dunia. Dengan prevalensi hipertensi di Asia Tenggara pada

orang dewasa ≥ 18 tahun yaitu 24,5 % dengan prevalensi pada pria

(25%) dan wanita sekitar (24%). Asia Tenggara merupakan wilayah

dengan prevalensi hipertensi pada orang dewasa tertinggi setelah

Afrika (29%) dan Mediteranian Timur (26,5%) (WHO, 2015).

Usia penderita hipertensi pasien di Klinik RSUD Cianjur yang

menjadi obyek penelitian usia rata-ratanya 49 tahun, Usia termuda 45

tahun usia tertua 69 tahun, dari uraian di atas dapat dinyatakan


71

bahwa sejalan dengan penjelasan di atas rata-rata usia responden

cenderung mengalami penyakit hipertensi. Sedangkan tekanan darah

diastol pada pasien hipertensi di Klinik Dalam RSUD Sayang Cianjur

sebelum terapi senam hipertensi yaitu rata-rata diastol 92,35 dengan

Standar Deviasi 12,005, tekanan darah diastol terendah 80 mmHg

dan tekanan darah diastol tertinggi 130 mmHg. Apabila dilaporkan

berdasarkan frekuensi diastol pasien hipertensi adalah dari 17 orang

ada 8 orang (47,1%) yang sistolnya 90 mmHg ada masing-masing 4

orang (23,5%) yang diastolnya 80 dan 100 mmHg, dan ada 1 orang

yang diastolnya 130 mmHg.

Menurut pendapat (Amu, 2015) hipertensi dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti serum kolesterol glukosa, obesitas, merokok,

jenis kelamin dan alkhohol. Pasien yang menjadi responden yaitu

penderita hipertensi di Klinik Dalam RSUD Sayang Cianjur sejalan

pendapat di atas bahwa jumlah responden sebanyak 12 orang

(70,6%) berjenis kelamin perempuan dan sebanyak 5 orang (29,4%)

responden berjenis kelamin Laki-laki. Dari 17 responden 45 tahun

sebanyak 3 orang, 46 tahun sebanyak 3 orang, 48 tahun sebanyak 3

orang, 49 tahun sebanyak 3 orang, 55 tahun 1 orang, 63 tahun 2

orang, 68 tahun 1 orang, 69 tahun 1 orang. Selain iitu sebagian besar

responden adalah lansia. Sejalan dengan pendapat di atas,

Dalimartha (2014) mengatakan bahwa umur merupakan salah satu

faktor yang menyebabkan penyakit hipertensi. berdasarkan golongan

umur dapat disimpulkan bahwa prevalensi hipertensi akan meningkat


72

dengan bertambahnya umur. Sejalan bertambahnya umur, hampir

setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah.

2. Gambaran tekanan darah sistol dan diastol pada pasien hipertensi di

Klinik Dalam RSUD Sayang Cianjur setelah terapi senam hipertensi.


Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan diketahui bahwa

dari 17 responden hasil tekanan darah sistol terdapat 5 responden

(29,41%) yang memiliki tekanan darah sistol 150 mmHg, terdapat 8

responden (47,06%) yang memiliki tekanan darah sistol 160 mmHg,

terdapat 1 responden (5,88%) yang memiliki tekanan darah sistol 180

mmHg, terdapat 1 responden (5,88%) yang memiliki tekanan darah

sistol 190 mmHg terdapat 2 responden (11,77%) yang memiliki

tekanan darah sistol 200 mmHg. Sedangkan hasil diastol terdapat 4

responden (23,53%) yang memiliki tekanan darah diastol 80 mmHg,

terdapat 9 responden (52,94%) yang memiliki tekanan darah diastol

90 mmHg, terdapat 4 responden (23,53%) yang memiliki tekanan

darah diastol 100 mmHg.


Beberapa cara mencegah dan mengontrol resiko terjadinya

hipertensi yaitu dengan berolahraga yang dilakukan secara teratur

dapat membantu menurunkan tekanan darah. Untuk penderita yang

sudah berumur 45 tahun keatas biasanya dianjurkan jalan pagi 30 -

45 menit, 3-4 kali seminggu. Hasil survei diketahui hanya 55%

penderita hipertensi yang berobat secara teratur, sementara hanya

27% penderita hipertensi yang tekanan darahnya dapat terkendali

menjadi normal. Apabila orang melakukan senam, peredaran darah

akan lancar dan meningkatkan jumlah volume darah. Selain itu 20%

darah terdapat di otak, sehingga akan terjadi proses indorfin hingga


73

terbentuk hormon norefrinerin yang dapat menimbulkan rasa gembira,

rasa sakit hilang, adiksi (kecanduan gerak) dan menghilangkan

depresi. Dengan mengikuti senam efek minimalnya adalah merasa

berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur nyenyak, pikiraran

segar. (Kusharyadi, 2011, ¶ , http://www.journals.ums.ac.id. di peroleh

Tanggal 5 Februari 2019).


Menurut Depkes (2016) olahraga dapat memberi beberapa

manfaat yaitu: meningkatkan peredaran darah, menambah kekuatan

otot, dan merangsang pernafasan dalam, selain itu dengan olahraga

dapat membantu pencernaan, menolong ginjal, membantu kelancaran

pembuangan bahan sisa, meningkatkan fungsi jaringan, menjernihkan

dan melenturkan kulit, merangsang kesegaran mental, membantu

mempertahankan berat badan, membuat tidur nyenyak, memberikan

kesegaran jasmani.
Senam hipertensi merupakan olah raga yang salah satunya

bertujuan untuk meningkatkan aliran darah dan pasokan oksigen

kedalam otot-otot dan rangka yang aktif khususnya terhadap otot

jantung. Dengan senam atau berolah raga kebutuhan oksigen dalam

sel akan meningkat untuk proses pembentukan energi, sehingga

terjadi peningkatan denyut jantung, sehingga curah jantung dan isi

sekuncup bertambah.
Menurut dari jurnal dinamika kesehatan dengan judul

penelitian Pengaruh senam hipertensi terhadap tekanan darah

penderita hipertensi di Puskesmas Kayon kota Palangkaraya yang

dilakukan oleh Siti Santy Sianipar dan Desi Kumala Farianing Putri

(2018) didapatkan hasil ada pengaruh senam hipertensi terhadap

tekanan darah penderita hipertensi di Puskesmas Kayon kota


74

Palangkaraya, dengan dilakukan senam hipertensi selama 3 minggu

dengan frekuensi 2 kali dalam seminggu terdapat penurunan dari

pengukuran sistol sebelum dilaksanakan senam 142,82 mmHg

setelah dilakukan intervensi senam pengukuran sistol 133,85 mmHg,

sedangkan untuk pengukuran diastol sebelum dilakukan senam 94,10

mmHg dan setelah dilakukan intervensi senam pengukuran diastol

82,82 mmHg. Mekanisnme penurunan tekanan darah setelah berolah

raga adalah karena olahraga dapat merilekskan pembuluh darah.

Sehingga dengan melebarnya pembuluh darah tekanan darah akan

turun (Mahardani, 2010, ¶, https://ojs.dinamikakesehatan.unism.ac.id

di peroleh Tanggal 5 Februari 2019).


Berdasarkan penjelasan di atas bahwa olah raga atau senam

sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah pada pasien

hipertensi, sesuai dengan model teori yang dikembangkan menurut

Dorothea Orem dengan model konsep Self Care memandang bahwa

setiap individu mempunyai kemampuan dan potensi untuk merawat

dirinya dan mencapai kesejahteraan. Keperawatan diberikan bila

berkurangnya pasien untuk memenuhi kebutuhan Self Care sesuai

dengan Self Care demand-nya, jadi senam merupakan terapi yang

dapat dilakukan secara mandiri (Sukowati, 2010).


Hasil penelitian tentang sistol sebelum dan setelah diberikan

senam hipertensi pada penderita hipertensi di Klinik dalam RSUD

Sayang Cianjur menunjukkan penurunan yang signifikan. sebelum

terapi senam hipertensi yaitu rata-rata 177,06 dengan Standar

Deviasi 20,544, tekanan darah sistol terendah 160 mmHg dan

tekanan darah sistol tertinggi 220 mmHg, dan setelah terapi senam
75

hipertensi yaitu rata-rata sistol 136,47 dengan Standar Deviasi 7,859,

tekanan darah sistol terendah 130 mmHg dan tekanan darah sistol

tertinggi 160 mmHg. Dengan demikian senam dapat memberikan

penurunan rata-rata tekanan darah sistol sebesar 177,06-136,47 =

40,59 mmHg.
Sedangkan Gambaran tekanan darah diastol pada pasien

hipertensi di Klinik Dalam RSUD Sayang Cianjur setelah terapi

senam hipertensi yaitu rata-rata diastol 85,29 dengan Standar

Deviasi 5,145, tekanan darah diastol terendah 80 mmHg dan tekanan

darah diastol tertinggi 90 mmHg. Bila dijelaskan dalam bentuk

frekwensi berdasarkan hasil pengukuran diastol-nya adalah dari 17

orang, sebagian besar yaitu 9 orang (52,9%) tekanan darah

diastolnya 90 dan hampir setengahnya yaitu 8 orang (47,1%) tekanan

darah yang diastolnya 80 mmHg. Hasil penelitian menunjukkan

pengaruh senam hipertensi terhadap penurunan diastol secara

signifikan. Penurunan tekanan darah diastol ini dapat kita lihat

sebagai berikut : sebelum terapi senam hipertensi yaitu rata-rata

diastol 92,35 dengan Standar Deviasi 12,005, tekanan darah diaistol

terendah 80 mmHg dan tekanan darah diastol tertinggi 130 mmHg

dan setelah terapi senam hipertensi yaitu rata-rata diastol 85,29

dengan Standar Deviasi 5,145, tekanan darah diastol terendah 80

mmHg dan tekanan darah diastol tertinggi 90 mmHg. Dengan

demikian pengaruh senam hipertensi terhadap penurunan diastol

adalah 92,35 - 85,29 = 7,06 mmHg.


76

3. Pengaruh senam hipertensi terhadap penurunan tekanan darah sistol

dan diastol pada pasien hipertensi di Klinik Dalam RSUD Sayang

Cianjur.
Untuk mengetahui pengaruh senam hipertensi pada

responden peneliti menggunakan uji Wilcoxon dimana data yang akan

diuji berdistribusi tidak normal. Uji normalitas data digunakan metode

ratio Skewness dengan hasil data sebelum terapi senam hipertensi

yaitu 1,381 / 0,550 = 2,551 maka dinyatakan data tidak berdistribusi

normal, dan data sistol setelah terapi senam hipertensi adalah 1,636 /

0,550 = 2,976 maka dinyatakan data tidak berdistribusi normal.


Hasil uji statistik menunjukkan perbandingan sistol sebelum

dan setelah diberikan terapi senam hipertensi. Rata-rata tekanan

darah sistol sebelum senam hipertensi 177,06 mmHg dan rata-rata

tekanan darah sistol setelah senam hipertensi turun menjadi 136,47

mmHg. Selanjutnya didapatkan nilai P=0,000 berati pada alpha 5%

terlihat terdapat perbedaan yang signifikan sistol penderita hipertensi

sebelum dengan sesudah diberikan terapi senam hipertensi, atau nilai

P=0,00 < alpha=0,05 maka Ho ditolak sehingga disimpulkan terdapat

pengaruh terapi senam hipertensi terhadap tekanan darah sistol pada

pasien hipertensi di Klinik Dalam RSUD Sayang.


Sedangkan Pengaruh senam hipertensi terhadap tekanan

darah diastol pada pasien hipertensi di Klinik Dalam RSUD Sayang.

sebelum melakukan uji comparasi pengaruh diastol sebelum dan

setelah diberikan terapi senam hipertensi terlebih dahulu dilakukan uji

normalitas distribusi data diastol sebelum dan setelah terapi dengan

menggunakan ratio Skewness diperoleh hasil bahwa, sebelum terapi

senam hipertensi yaitu 1,945 / 0,550 = 3,536 maka dinyatakan data


77

tidak berdistribusi normal, dan data diastol setelah terapi senam

hipertensi adalah -0,130 / 0,550 = -0,236 maka dinyatakan data

berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji normalitas distibusi di atas

maka uji statistik untuk mengetahui pengaruh terapi senam hipertensi

terhadap tekanan darah diastol pada pasien hipertensi di Poliklinik

Dalam RSUD Sayang digunakan uji statistik Non-Paramaterik dua

kelompok berpasangan yaitu Uji Wilcoxon.


Hasil uji statistik menunjukkan perbandingan diastol sebelum

dan setelah diberikan terapi senam hipertensi. Rata-rata tekanan

darah diastol sebelum senam hipertensi 92,35 mmHg dan rata-rata

tekanan darah diastol setelah senam hipertensi turun menjadi 85,29

mmHg. Selanjutnya didapatkan nilai P=0,038 berati pada alpha 5%

terlihat terdapat perbedaan yang signifikan diastol penderita hipertensi

sebelum dengan sesudah diberikan terapi senam hipertensi, atau nilai

P=0,038 < apha=0,05 maka Ho ditolak sehingga disimpulkan terdapat

pengaruh terapi senam hipertensi terhadap tekanan darah diastol

pada pasien hipertensi di Klinik Dalam RSUD Sayang.


Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut di atas dapat

diketahui nilai P dari uji Wilcoxon baik sistol sebelum dan setelah

senam hipertensi maupun diastol sebelum dan setelah senam

hipertensi mempunyai nilai lebih kecil dari alpha (0,05), maka dengan

tingkat kemaknaan 5% disimpulkan terdapat pengaruh senam

hipertensi terhadap penurunan sistol maupun diastol pada pasien

hipertensi di Klinik Dalam RSUD Sayang Cianjur.

Anda mungkin juga menyukai