Anda di halaman 1dari 24

BAB III

TINJAUAN KASUS

Dalam tinjauan kasus, penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan pada Tn. N.R
dengan Tuberkulosis Paru di Ruang Penyakit Dalam Ruang Samolo 2 RSUD Sayang
Cianjur Asuhan keperawatan berlangsung selama 3 hari yang dimulai dari tanggal 30
Oktober-02 November 2019. Untuk melengkapi data, penulis melakukan wawancara
dengan klien dan keluarga, perawat yang bertugas, serta dari catatan medis klien.

1. Pengkajian
Pengkajian adalah data dasar sesuai dengan kondisi klien, penulis melakukan pengkajian
pada tanggal 30 Oktober 2019. Klien masuk pada tanggal 06 Juni 2011 diruang Penyakit
Dalam dengan No Rekam Medik 907927 dengan diagnosa medis Tuberkulosis Paru.
Adapun data yang diperoleh sebagai berikut :

Klien bernama Tn. N.R berjenis kelamin laki-laki, berumur 46 tahun, status perkawinan
sudah kawin, beragama Islam, suku bangsa Sunda, pendidikan terakhir SMA, bahasa yang
digunakan yaitu bahasa Sunda, Tn. N.R bekerja sebagai wiraswasta, beralamat di Kp.
Cugenang Kabupaten Cianjur. Sumber biaya diperoleh dari BPJS, informasi ini didapatkan
dari klien, keluarga, buku status, serta dari perawat ruangan.

Riwayat Kesehatan Sekarang: keluhan utama yang dialami saat ini adalah batuk berdahak.
Faktor pencetus klien mengatakan penumpukan sekret akibat tidak dapat mengeluarkan
sekret. Timbulnya keluhan yaitu secara bertahap, upaya mengatasi istirahat. Klien
mempunyai riwayat penyakit sebelumnya yaitu Tuberkulosis Paru. Klien tidak mempunyai
alergi terhadap obat, makanan, binatang dan lingkungan.

Riwayat kesehatan keluarga(genogram dan keterangan tiga generasi dari klien)


KETERANGAN :

: Laki- Laki
: Perempuan
: Garis Keturunan
: Tinggal Serumah
: Meninggal
: Klien

Tidak ada riwayat penyakit yang diderita keluarga yang menjadi faktor resiko. Tn.O
mempunyai lima orang anak, tiga berjenis kelamin laki laki dan dua berjenis kelamin
perempuan. Sekarang klien tinggal dengan putra ketiganya. Orang terdekat dengan klien
adalah putra ketiganya, pola komunikasi dalam keluarga sangat terbuka, pembuat
keputusan dalam keluarga adalah klien sendiri. Kegiatan kemasyarakatan yang diikuti klien
tidak ada. Dampak penyakit klien terhadap keluarga adalah tidak ada. Tidak ada masalah
yang mempengaruhinya. Mekanisme koping yang digunakan klien adalah tidur, persepsi
klien terhadap penyakitnya tentang hal yang dipikrkan saat ini adalah klien ingin cepat
sembuh dan kembali ke rumah. Harapan setelah menjalani perawatan adalah sembuh dan
kembali kerumah dengan sehat dan tidak kambuh lagi. Sistem nilai kepercayaan, nilai yang
bertentangan dengan kesehatan tidak ada, aktivitas agama/kepercayaan adalah sholat.
Kondisi lingkungan rumah yang mempengaruhi kesehatan saat ini tidak ada. Kondisi
Lingkungan cukup baik, jendela terbuka cukup, pembuangan cukup lancar dan penerangan
cukup baik.

Dirumah, sebelum sakit klien biasa makan 3 x/hari dengan nafsu makan baik, porsi makan
yang dihabiskan l porsi setiap kali makan. Tidak ada makanan yang tidak disukai dan tidak
ada makanan yang membuat klien alergi serta tidak ada makanan pantangan. Klien tidak
pernah diet terhadap makanan, dan tidak pernah menggunakan obat-obatan atau pun alat
bantu pada saat makan. Sedangkan dirumah sakit frekwensi makan klien 3 x/ hari dengan
nafsu makan kurang baik, porsi makan yang dihabiskan sebanyak ½ porsi. Di rumah sakit
daging adalah makanan yang tidak disukai dan tidak ada makanan yang membuat alergi,
serta tidak ada makanan yang dipantang. Makanan diet yang diberikan pada klien adalah
diet ML, serta tidak menggunakan alat bantu pada saat makan.
Dirumah, sebelum sakit klien BAK 3–4 kali/ hari dengan warna kuning jernih dan tidak
mempunyai keluhan saat BAK. Frekwensi klien BAB l kali dalam sehari dengan pagi hari,
berwarna kuning, kosistensi setengah padat, berbau khas. Pada saat BAB klien tidak
merasakan adanya keluhan dan klien juga tidak menggunakan laxatif sebagai pencahar.
Sedangkan dirumah sakit, klien BAK sebanyak 6–7 x/ hari ± 1500 ml berwarna kuning jernih,
dan tidak merasakan adanya keluhan saat BAK, serta tidak menggunakan alat bantu seperti
kateter. Di rumah sakit klien BAB 1x/hari waktunya juga tidak tentu kadang pagi, siang,
maupun malam, feses berwarna kuning dengan kosistensi lunak cair, berbau khas.

Dirumah, sebelum sakit klien mandi 2x dalam sehari pada waktu pagi dan sore hari, dengan
menggunakan sabun mandi serta menggosok gigi 2x sehari pada saat yang bersamaan
dengan waktu mandi dan malam hari, klien mencuci rambut 3x /minggu. Dirumah sakit klien
juga mandi 1x sehari pada waktu pagi hari dan menggosok gigi saat padi hari, dirumah sakit
klien tidk mencuci rambutnya. Pola kebiasaan klien tidur waktu dirumah yaitu selama 5-6
jam/ hari pada malam hari dan 2-3 jam pada tidur siang. Klien tidak mempunyai kebiasaan
sebelum tidur. Sedangkan selama dirumah sakit klien tidur juga tidur 2-3 jam/ hari pada
malam hari dan 3-4 jam pada siang hari.

Dalam kehidupan sehari-hari klien adalah seorang kepala keluarga dan klien bekerja
sebagai petani, tidak pernah olahraga dan tidak ada keluhan dalam beraktifitas. Sedangkan
pada saat dirumah sakit klien mempunyai juga tidak mempunyai keluhan dalam beraktifitas.
Klien mempunyai kebiasaan merokok, frekuensi sering dengan jumlah 1 bungkus/hari,lama
pemakaian +10 tahun. Klien tidak mempunyai riwayat minum-minuman.

Berat badan klien saat sakit 50 kg, dan sebelum sakit klien mengatakan berat badannya 55
kg dengan tinggi badan l72 cm. Tekanan darah klien l20/70 mmHg, nadi 93 x/ menit,
frekwensi napas klien 28 x/ menit, dengan suhu tubuh 37° C, keadaan umum sakit sedang
dan tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah bening. Posisi mata klien simetris
dengan kelopak mata, pergerakan bola mata, dan kornea mata dalam keadaan normal.
Konjungtiva klien anemis, sklera ikterik, pupil klien isokor, serta tidak ada kelainan pada otot-
otot mata, reaksi mata terhadap cahaya juga baik, fungsi penglihatan klien baik. Di mata dan
sekitarnya tidak ditemukan adanya tanda-tanda peradangan dan klien tidak menggunakan
lensa kontak.

Daun telinga klien normal dan tidak mempunyai serumen, kondisi telinga tengah juga baik,
serta tidak ada cairan dari telinga. Klien juga mengatakan tidak merasakan adanya
perasaan penuh dan tinitus ditelinga. Fungsi pendengaran klien normal sehingga tidak
memerlukan alat bantu dengar, dan tidak mengalami gangguan keseimbangan. Klien tidak
mengalami kesulitan dalam berbicara atau berkomunikasi dan tidak ada kelainan saat
berbicara.

Jalan nafas klien tidak bersih ada sumbatan oleh sputum, Klien merasakan sesak pada saat
bernafas, klien menggunakan otot batu pernafasan, frekuensi nafas 28 kali/menit, irama
tidak teratur dan dalam. Klien batuk, ada sputum, tidak ada nyeri saat bernafas. Pada saat
dipalpasi tidak normal. Suara pernafasan ronkhi dan klien tidak menggunakan alat bantu
saat bernafas.

Dari sirkulasi perifer, teraba nadi 93 x/ menit, irama teratur dengan denyut terasa kuat.
Tekanan darah l20/80 mmHg, tidak ada distensi vena jugularis baik kiri maupun kanan.
Temperatur kulit hangat, warna kulit klien pucat, pengisisan kapiler 3 detik. Terdapat edema
dibagian kaki. Pada sirkulasi jantung, kecepatan denyut apical klien 80x/menit dengan irama
teratur, tidak ditemukan adanya bunyi mur-mur maupun gallop, tidak ada nyeri dada. Klien
pucat dan tidak ada tanda-tanda adanya perdarahan. Klien tidak mengeluh adanya sakit
kepala baik Vertigo maupun Migrain, kesadaran klien Compos Mentis dengan Glasgow
Coma Scale (GCS), Eye : 4 Motorik : 6 dan Verbal : 5. Pada klien juga tidak ditemukan
adanya tanda-tanda terjadinya peningkatan tekanan intra kranial (TIK) seperti muntah
proyektil, nyeri kepala hebat serta papil edema. Tidak ada gangguan sistem persyarafan
seperti kejang, pelo, mulut mencong, disorientasi, polineuritis / kesemutan, serta
kelumpuhan. Reflek fisiologis yang dilakukan pada otot bisep dan trisep (Reflek Hamer)
klien tampak normal dan reflek patologis tidak ada.

Gigi klien tidak terdapat caries, tidak menggunakan gigi palsu, tidak ada stomatitis, lidah
tidak kotor, salifa klien normal, tidak muntah, tidak ada nyeri daerah perut, bising usus klien
20 x/ menit, tidak diare, tidak ada konstipasi, hepar klien tidak teraba, serta abdomen terasa
kembung. Pada klien, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada exoptalmus, tremor
maupun diaporesis, nafas tidak berbau keton, ada poliuri, tidak ada poliphagi, maupun
polidipsi, serta tidak ada luka ganggren.

Perhitungan balance cairan, dimana intake didapat dari minum l500 ml/24 jam, makanan
100 ml/24 jam, infus 500 cc dengan Output melalui urin 900 ml/24 jam, BAB 300ml/24 jam
dan IWL sebesar 500 ml/24 jam, sehingga balance cairan klien yaitu Intake – Output =
2100ml-1700 ml = 400 ml/ 24 jam. Tidak ada perubahan pola dalam berkemih seperti
retensi, urgency, disuria, tidak lampias, nokturia, inkontinensia maupun anuria. Warna urin
kuning jernih, tidak ada distensi/ketegangan kandung kemih, serta tidak ada keluhan sakit
pinggang. (Rumus IWL lht lampiran)

Turgor kulit klien tidak elastis, temperatur kulit hangat, warna kulit pucat, keadaan kulit tidak
ada lesi. Klien tidak mengalami kelainan kulit. Kondisi kulit daerah pemasangan infus tidak
ada kelainan, tekstur dan kebersihan kurang baik. Klien tidak mengalami kesulitan dalam
pergerakan. Klien tidak mengalami sakit pada tulang, sendi maupun kulit, tidak ada fraktur,
dan tidak ada kelainan bentuk tulang maupun sendi seperti bengkak atau kontraktur. Tidak
ada kelainan struktur tulang belakang seperti skoliasis, lordosis, maupun kiposis. Keadaan
tonus otot kurang baik, ada hipotoni. Kekuatan otot
5555 5555
5555 5555

Data tambahan tentang pemahaman penyakit :klien mengatakan tidak mengetahui


mengapa penyakitnya kambuh lagi, klien juga tidak mengetahui cara perawatan/
pencegahan terhadap penyakitnya serta fungsi minum obat secara lama dan teratur.

Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 7 Juni 2011, didapatkan Lekosit: 11.800/mm,
Limposit: 9%, Segment : 86%, Protein total : 5,9 g/100ml, Albiuin : 4,0 g/dl. 8 Juni 2011 BTA
I : tidak ditemukan, 9 Juni 2011 BTA II : Negative, 10 Juni 2011 BTA III: tidak ditemukan.
Resume : Klien bernama Tn. O berjenis kelamin laki-laki, masuk melalui IGD RSUD
Kabupaten Bekasi pada tanggal 06 Juni 2011 pukul ll.00 Wib dengan keluhan sesak nafas,
nyeri ulu hati, panas dingin, serta keringat malam. Di IGD klien dilakukan observasi TTV
dengan hasil TD : l20/90 mmHg, nadi : 110 x/menit dan suhu : 37ºC, RR : 30x/menit, ves +,
Rh +, Wz +, DX medis Bekas TB Paru. Kemudian klien masuk R. Penyakitt Dalam pada jam
16.00 Wib dan ditemukan masalah keperawatan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan sekret, aktivasi ulang infeksi berhubungan dengan pemakaian obat yang
terputus, serta kursng pengetahuan klien mengenai penyakitnya berhubungan dengan
kurang terpajan informasi. Tindakan keperawatan yang telah diberikan adalah mengawasi
TTV, Kaji fungsi pernafasan, contoh : bunyi nafas, kecepatan, irama, kedalaman dan
penggunaan otot aksesoris , Anjurkan pasien untuk batuk / bersin mengeluarkan pada tisue
dan menghindari meludah, Berikan pasien posisi semi fowler tinggi, bantu bantu pasien
untuk batuk dan latihan nafas dalam, serta telah diberikan terapy infus RL 20
tetes/menit,serta inhalasi ambivent/ 6jam, inhalasi pulmicort/ 12 jam, ambroxol 3x1. Untuk
diagnosa bersihan jalan napas tidak efektif dan aktivasi ulang infeksi belum teratasi, maka
akan melanjutkan intervensi untuk mengatasi masalah.
2. Asuhan Keperawatan
A. Data Fokus
Data Subjektif
Klien mengeluh sesak nafas, klien mengatakan dahaknya kental dan sulit untuk
dikeluarkan dan klien mengatakan dahak berwarna kuning kental, klien mengatakan
pernah sakit seperti ini, klien mengatakan dahulu pernah sesak. klien mengeluh sukar
untuk bernafas, klien mengatakan tidak mengetahui mengapa penyakitnya kambuh, klien
mengatakan nafsu makan kurang, klien mengatakan menghabiskan ½ porsi yang telah
disediakan RS, klien mengatakan BB turun dari 55 kg-50 kg, klien mengatakan tidak
mengetahui cara perawatan, pencegahan serta fungsi minum obat yang lama dan teratur.
Data Objektif
Batuk(+), TD : 120/80 mmHg, N: 93x/menit, S: 37C, RR: 28x/menit, menggunakan otot
bantu pernafasan yaitu: perut, kedalaman nafas: dalam, Ronkhi(+), Riwayat bekas TB
Paru, porsi makan: ½ porsi, tonus otot : kurang baik, integritas kurang elastis, konjungtiva
anemis, klien tampak bingung, klien bertanya tentang penyakitnya. Hasil Lab, 7 Juni
2011, didapatkan Lekosit: 11.800/mm, Limposit: 9%, Segment : 86%, Protein total : 5,9
g/100ml, Albumin : 4,0 g/dl. 8 Juni 2011 BTA I : tidak ditemukan, 9 Juni 2011 BTA II :
Negative, 10 Juni 2011 BTA III: tidak ditemukan, diet ML, Terapi inhalasi.

B. Analisa Data
No DATA MASALAH ETIOLOGI

1 Data Subjektif: Bersihan jalan nafas Penumpukan


1. Klien mengeluh sukar bernafas tidak efektif Sekret
2. Klien mengeluh sesak
saat bernafas.
3. Klien mengatakan dahak kental
berwarna kuning dan sulit untuk
dikeluarkan.
Data objektif:
1. Batuk(+)
2. TD:120/80mmHg, N : 93x/menit,
S: 37C, RR: 28x/menit.
3. Otot bantu pernafasan: perut
4. Kedalaman nafas dalam.
5. Irama tidak teratur.
6. Bunya nafas : Ronkhi
7. Terapi inhalasi : ambivent/ 6 jam

2 Data Subjektif: Aktivasi Ulang Infeksi Pengobatan


1. Klien mengatakan sebelumnya terputus
pernah dirawat dengan sakit
yang sama
2. Klien mengatakan tidak secara
teratur minum obat dan berhenti
hanya 2 bulan pemakaian /
meminum obat.
3. Klien mengatakan pernah sesak
nafas
4. Klien mengatakan sukar untuk
bernafas
5.Klien mengatakan dahaknya
kental dan sulit untuk dikeluar-
kan.
Data objektif:
1. Riwayat/Dx Medis : Bekas TB
Paru
2. Batuk(+)
3.TD: 120/mmHG, N: 93x/menit, S:
37C, RR: 28x/menit.
4. Lekosit : 11.800/mm, Segment :
86%, Limfosit : 9%.
3 Data Subjektif:
1. Klien mengatakan nafsu makan
kurang baik.
2. Klien mengatakan menghabiskan Perubahan nutrisi Intake tidak
½ porsi yang disediakan oleh kurang dari adekuat
RS. kebutuhan tubuh
3. Klien mengatakan BB turun dari
55 kg-50 kg.
Data Objektif:
1. BB: 55 kg-50 kg, BB ideal :
(172-100=72 kg)
2. Porsi makan: ½ porsi
3. Tonus otot : kurang baik, inte-
gritas kurang elastic
4. Konjungtiva anemis
5. Protein total : 5,9 g/100ml,
Albumin : 4,0 g/dl, Hb : 14,1 g/dl
6. Diet ML

4. Data Subjektif: Kurang pengetahuan Kurang


1. Klien mengatakan tidak klien mengenai terpajan
Mengetahui mengapa penyakit kondisi, aturan informasi
nya kambuh lagi. tindakan,
2. Klien mengatakan tidak meng- pencegahan, dan
etahui cara pencegahan/ pera- pengobatan.
watan terhadap penyakitnya.
3 Klien mengatakan tidak secara
teratur minum obat dan berhenti
hanya 2 bulan pemakaian /
meminum obat.
4. Klien mengatakan tidak
menge- tahui fungsi dari
pengobatan/ meminum obat
secara teratur dan lama.
Data Objektif:
1. Klien bertanya-tanya mengenai
penyakitnya.
2. Klien tampak bingung

C. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret.
Tanggal ditemukan : 11 Juni 2011
Tanggal teratasi : Belum teratasi
2. Aktivasi ulang infeksi berhubungan dengan pengobatan terputus.
Tanggal ditemukan : 11 Juni 2011
Tanggal teratasi : Belum teratasi
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak
adekuat.
Tanggal ditemukan : 11 Juni 2011
Tanggal teratasi : belum teratasi
4. Kurang pengetahuan klien mengenai kondisi, aturan tindakan, pencegahan, dan
pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan informasi.
Tanggal ditemukan : 11 Juni 2011
Tanggal teratasi : 13 Juni 2011

D. Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret,
ditandai dengan :
Data subjektif: Klien mengeluh sukar bernafas, klien mengeluh sesak saat bernafas,
klien mengatakan dahak berwarna kuning kental dan sulit untuk
dikeluarkan.
Data objektif: Batuk(+), TD: 120/80 mmHg, N : 93x/menit, S: 37C, RR: 28x/menit, otot
bantu pernafasan: perut, kedalaman nafas dalam, irama tidak teratur,
bunyi nafas : Ronkhi, Terapi inhalasi ambivent/ 6 jam.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 Jam diharapkan
bersihan jalan nafas efektif.
Kriteria Hasil :
1. Memperhankan jalan nafas klien.
2. Mengeluarkan sekret tanpa bantuan,
3. Frekuensi pernafasan: 20x/menit, bunyi nafas normal, kedalaman dan
irama normal.
4. Tidak menggunakan otot bantu pernafasan.
Intervensi :
Mandiri
1. Kaji fungsi pernafasan, contoh : frekuensi pernafasan, bunyi nafas, kecepatan, irama,
kedalaman dan penggunaan otot aksesoris.
2. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa/ bentuk afektif, catat karakter, jumlah
sputum, adanya hemoptisis.
3. Ajarkan batuk efektif dan teknik nafas dalam.
4. Berikan pasien posisi semi fowler tinggi, bantu bantu pasien untuk batuk dan latihan nafas
dalam.
5. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi.
Kolaborasi
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi inhalasi.

Implementasi
Sabtu, 11 Juni 2011
Pukul 11.00 Wib mengkaji fungsi pernafasan, contoh : bunyi nafas, kecepatan, irama,
kedalaman dan penggunaan otot aksesoris, Respon hasil : Bunyi nafas Ronkhi,
Frekuensi 28x/menit, itrama tidak teratur, kedalaman nafas dalam, penggunaan otot
bantu pernafasan yaitu perut. Pukul 11.10 Wib mencatat kemampuan untuk
mengeluarkan mukosa/ bentuk afektif, catat karakter, jumlah sputum, adanya
hemoptisis, Respon Hasil : klien tidak mampu mengeluarkan sekret. Pukul 11.20 Wib
mengajarkan batuk efektif dan teknik nafas dalam, Respon Hasil : klien melakukan
teknik nafas dalam dan batuk efektif. Pukul 12.00 Wib memberikan pasien posisi semi
fowler tinggi, Respon klien: Posisi klien semi fowler. Pukul 12.10 Wib mempertahankan
masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi, Respon klien: klien
minum 1500 ml/hari.

Evaluasi
Minggu, 12 Juni 2011
S: Klien mengatakan masih sukar untuk bernafas, klien mengeluh masih sesak, klien
mengatakan dahak masih susah untuk dikeluarkan.
O: TD: 120/90 mmHg, N : 86x/menit, S; 36,8C, RR : 30x/menit, Batuk(+), Nafas dalam.
A:Tujuan belum tercapai, masalah bersihan jalan nafas belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,6

Implementasi
Minggu, 12 Juni 2011
Pukul 08.00 Wib mengkaji fungsi pernafasan, contoh : bunyi nafas, kecepatan, irama,
kedalaman dan penggunaan otot aksesoris, Respon hasil : Bunyi nafas Ronkhi,
Frekuensi 28x/menit, itrama tidak teratur, kedalaman nafas dalam, penggunaan otot
bantu pernafasan yaitu perut. Pukul 08.10 Wib mencatat kemampuan untuk
mengeluarkan mukosa/ bentuk afektif, catat karakter, jumlah sputum, adanya
hemoptisis, Respon hasil : klien tidak mampu mengeluarkan sekret. Pukul 13.00 Wib
mengajarkan batuk efektif dan teknik nafas dalam, Respon Hasil : klien melakukan
teknik nafas dalam dan batuk efektif. Pukul 13.00 Wib memberikan pasien posisi semi
fowler tinggi, Respon klien: Posisi klien semi fowler. Pukul 09.00 Wib mengkolaborasi
dengan dokter dalam pemberian terapi inhalasi, Respon hasil : Inhalasi Ambivent/6 jam.
Evaluasi
Senin, 13 Juni 2011
S: Klien mengatakan masih sesak berkurang pada saat bernafas, klien mengatakan
dahak masih sulit untuk dikeluarkan.
O: RR: 28x/menit, Batuk(+), Nafas dalam, Ronkhi(-),
A: Tujuan tercapai sebagian, masalah bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi
sebagian.
P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,6.

2. Aktivasi ulang infeksi berhubungan dengan pengobatan terputus, ditandai dengan


:
Data Subjektif: Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat dengan sakit yang
sama, klien mengatakan tidak secara teratur minum obat dan berhenti
hanya 3 bulan pemakaian/meminum obat, klien mengatakan pernah
sesak nafas, klien mengatakan sukar untuk bernafas, klien
mengatakan dahaknya kental dan sulit untuk dikeluarkan
Data objektif: Riwayat/Dx Medis : Bekas TB Paru, batuk(+), TD: 120/mmHG, N:
93x/menit, S: 37C, RR: 28x/menit, lekosit : 11.800/mm, Segment :
86%, Limfosit : 9%.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak
terjadi penyebaran infeksi.
Kriteria hasil :
1. Mengidentifikasi intrervensi untuk mencegah menurunkan resiko penyebaran
infeksi
2. Nilai Lab dalam rentang normal. ( Lekosit : 3.500- 10.000 mm, Limfosit: 17-48%

Intervensi
Mandiri
1. Kaji patologi penyakit(aktif atau fase tidak aktif)
2. Identivikasi orang lain yang beresiko, contoh : angota rumah, sahabat karib atau
teman
3. Anjurkan pasien untuk batuk / bersin mengeluarkan pada tisue dan menghindari
meludah.
4. Awasi suhu sesuai indikasi
5. Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengaktifan berulang tuberkulosis, contoh
Tahanan bawah(alkoholisme, malnutrisi, bedah bypass intestinal); gunakan obat
penekan imun.
6. Tekanan pentingnya tidak menghentikan teraphi obat
Kolaborasi
7. Berikan terapi injeksi sesuai indikasi
8. Awasi pemeriksaan laboratorium

Implementasi
Sabtu, 11 Juni 2011
Pukul 11.00 Wib mengkaji patologi penyakit(aktif atau fase tidak aktif), Respon klien :
Penyakit klien pada fase tidak aktif. Pukul 11.10 Wib mengidentifikasi orang lain yang
beresiko, contoh : angota rumah, sahabat karib atau teman, Respon hasil :
Keluarga(anak) menjadi orang lain yang beresiko. Pukul 11.15 Wib menganjurkan
pasien untuk batuk / bersin mengeluarkan pada tisue dan menghindari meludah,
Respon klien : klien menaati dengan meludah/batuk menggunakan tissue. Pukul 12.00
Wib mengawasi suhu sesuai indikasi, Respon hasil : S: 37C. Pukul 13.00 Wib
mengidentifikasi faktor resiko individu terhadap pengaktifan berulang tuberkulosis,
contoh tahanan bawah (alkoholisme, malnutrisi, bedah bypass intestinal); gunakan obat
penekan imun. Pukul 13.10 Wib menekankan pentingnya tidak menghentikan teraphi
obat, Respon hasil: klien menerima informasi. Pukul 13.15 Wib memberikan terapi
injeksi sesuai indikasi, Respon hasil: Ceftriaxone 1x2 amp. Pukul 14.00 Wib
mengawasi pemeriksaan laboratorium, Respon hasil : lekosit : 11.800/mm, Segment :
86%, Limfosit : 9%.

Evaluasi
Minggu, 12 Juni 2011
S : Klien mengatakan masih sesak saat bernafas dan dahak masih sulit untuk
dikeluarkan.
O : Riwayat Bekas TB, Batuk(+), Ronkhi(+), S: 37C, RR:28x/menit, Lekosit : 11800/mm,
Segmen: 86%, Limposit 9%
A : Tujuan belum tercapai, masalah aktivasi ulang infeksi belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi 3,4,7,8.

Implementasi
Minggu, 12 Juni 2011
Pukul 09.10 Wib menganjurkan pasien untuk batuk / bersin mengeluarkan pada tisue
dan menghindari meludah, Respon klien : klien menaati dengan meludah/batuk
menggunakan tissue. Pukul 12.00 Wib mengawasi suhu sesuai indikasi, Respon hasil :
S: 37C. Pukul 13.00 Wib memberikan terapi injeksi sesuai indikasi, Respon hasil:
Ceftriaxone 2x2 amp. Pukul 13.20 Wib mengawasi pemeriksaan laboratorium, Respon
hasil : lekosit : 11.800/mm, Segment : 86%, Limfosit : 9%.

Evaluasi
Senin, 13 Juni 2011
S : Klien mengatakan masih sesak saat bernafas dan dahak masih sulit untuk
dikeluarkan.
O :Riwayat Bekas TB, Batuk(+), Ronkhi(-), S: 37C, RR:28x/menit, Lekosit : 11800/mm,
Segmen: 86%, Limposit 9%
A : Tujuan belum tercapai, masalah aktivasi ulang infeksi teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi 4,7,8.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak
adekuat, ditandai dengan:
Data Subjektif: Klien mengatakan nafsu makan kurang baik, klien mengatakan
menghabiskan ½ porsi yang disediakan oleh RS, klien mengatakan
BB turun dari 55 kg-50 kg.
Data Objektif: BB: 55 kg-50 kg, BB ideal : (172-100=72 kg), porsi makan: ½ porsi,
tonus otot : kurang baik. Turgor kulit tidak elastis, konjungtiva anemis,
protein total : 5,9 g/100ml, Albumin : 4,0 g/dl, Hb : 14,1 g/dl.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria Hasil :
1. Menunjukan berat badan meningkatkan
2. Nilai laboratorium normal, Protein total :6,6-8,7 g/100 ml, Albumin: 3,4-4,8 g/dl, Hb: 13-15
g/dl.
3. Melakukan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan mempertahankan
berat yang tepat.
Intervensi
Mandiri
1. Catat status nutrisi pasien, catat turgor kulit, berat badan, integritas mukosa oral,
kemampuan/ketidakmampuan menelan, adanya tonus usus, riwayat mual/muntah
atau diare.
2. Pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai/ tak disukai
3. Awasi masukan/pengeluaran dan BB secara periodik
4. Selidiki anoresia, mual, muntah, catat kemungkinan hubungan dengan obat.
Awasi frekuensi volume, konsistensi feses.
5. Dorong dan berikan periode istirahat sering
6. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat.
Kolaborasi
7. Rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet.
8. Awasi pemeriksaan laboratorium, BUN, protein serum dan albumin.

Implementasi
Sabtu, 11 Juni 2011
Pukul 11.20 Wib mencatat status nutrisi pasien, catat turgor kulit, berat badan,
integritas mukosa oral, kemampuan/ketidakmampuan menelan, adanya tonus usus,
riwayat mual/muntah atau diare, Respon hasil : nafsu makan pasien kurang baik, berat
badan 50 kg, turgor kulit tidak elastis, tidak ada mual,muntah/ diare. Pukul 11.25 Wib
memastikan pola diet biasa pasien, yang disukai/ tak disukai, Respon hasil : Klien
mendapat diet ML. Pukul 12.10 Wib mengawasi masukan/ pengeluaran dan BB secara
periodik, Respon hasil: Porsi ½ porsi dihabiskan, output BAB 1x/hari, Pukul 12.15 Wib
menyelidiki anoresia, mual, muntah, catat kemungkinan hubungan dengan obat,
Respon hasil: Tidak ada mual dan muntah. Pukul 12.20 Wib mendorong dan berikan
periode istirahat sering, Respon hasil : Klien istirahat, Pukul 12.25 Wib mendorong
makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat, Respon hasil
: Klien mematuhi, Pukul 13.00 Wib merujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi
diet, Respon hasil :Klien mendapatkan diet ML, Pukul 13.40 Wib mengawasi
pemeriksaan laboratorium, BUN, protein serum dan albumin, Respon hasil: protein total
: 5,9 g/100ml, Albumin : 4,0 g/dl, Hb : 14,1 g/dl.

Evaluasi
Minggu, 12 Juni 2011
S: Klien mengatakan nafsu makan masih berkurang, porsi dihabiskan ½ porsi.
O: Porsi yang dihabiskan ½ porsi, BB 55kg-50 kg, tonus otot kurang baik, turgor tidak
elastis, protein total : 5,9 g/100ml, Albumin : 4,0 g/dl, Hb : 14,1 g/dl
A: Tujuan belum tercapai, masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi 3,5,6,8.

Implementasi
Minggu, 12 Mei 2011
Pukul 08.40 mengawasi masukan/pengeluaran dan BB secara periodik, Respon hasil:
Porsi ½ porsi dihabiskan, output BAB 1x/hari, Pukul 09.00 Wib mendorong dan berikan
periode istirahat sering, Respon hasil : Klien istirahat, Pukul 12.00 Wib mendorong
makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat, Respon hasil
: Klien mematuhi, Pukul 13.00 Wib mengawasi pemeriksaan laboratorium, BUN, protein
serum dan albumin, Respon hasil : protein total : 5,9 g/100ml, Albumin : 4,0 g/dl, Hb :
14,1 g/dl.

Evaluasi
Senin, 13 Juni 2011
S: Klien mengatakan nafsu makan masih berkurang, porsi dihabiskan 1 porsi.
O: Porsi yang dihabiskan 1 porsi, BB 55kg-50 kg, tonus otot kurang baik, turgor tidak
elastis, protein total : 5,9 g/100ml, Albumin : 4,0 g/dl, Hb : 14,1 g/dl
A: Tujuan tercapai sebagian, masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan intervensi 3,5,8.

4. Kurang pengetahuan klien mengenai kondisi, aturan tindakan, pencegahan, dan


pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan informasi, ditandai dengan:
Data Subjektif: Klien mengatakan tidak mengetahui mengapa penyakitnya kambuh
lagi, klien mengatakan tidak mengetahui cara pencegahan/
perawatan terhadap penyakitnya, klien mengatakan tidak
mengetahui fungsi dari pengobatan/ meminum obat secara teratur
dan lama.
Data Objektif: Klien bertanya-tanya mengenai penyakitnya, klien tampak bingung
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
meningkatkan pengetahuan klien.
Kriteria Hasil :
1. Menyatakan pemahaman proses penyakit/prognosis, kebutuhan pengobatan.
2. Melakukan perubahan pola hidup untuk memperbaiki kesehatan, menurunkan resiko
pengaktifan ulang TB.
Intervensi
Mandiri
1. Kaji kemampuan pasien untuk belajar, contoh tingkat takut, masalah,
kelemahan, tingkat partisipasi, lingkungan
2. Tekankan pentingnya mempertahankan protein tinggi dan diet karbohidrat dan
pemasukan cairan adekuat.
3. Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan, dan alasan
pengobatan lama.
4. Kaji potensial efek samping pengobatan.
5. Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan masalah.
6. Kaji bagaimana TB ditularkan.

Implementasi
Sabtu, 11 Mei 2011
Pukul 12.00 Wib Mengkaji kemampuan pasien untuk belajar, contoh tingkat takut,
masalah, kelemahan, tingkat partisipasi, lingkungan, Respon hasil: klien menyatakan
tidak mengetahui penyebab penyakit kambuh. Pukul 12.10 Wib menekankan
pentingnya mempertahankan protein tinggi dan diet karbohidrat dan pemasukan cairan
adekuat, Respon hasil: infromasi tersampaikan, Pukul 12.15 Wib menjelaskan dosis
obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan, dan alasan pengobatan lama,
Respon hasil: informasi tersampaikan dan diterima oleh klien. Pukul 12.20 Wib
mengkaji potensial efek samping pengobatan, Respon hasil: informasi tersampaikan,
Pukul 12.25 Wib mendorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan masalah,
Respon hasil : putera klien menyatakan masalahnya. Pukul 12.30 Wib mengkaji
bagaimana TB ditularkan, Respon hasil: klien tampak mengerti atas informasi yang
diberikan.

Evaluasi
Minggu,12 Juni 2011
S: Klien mengatakan sudah mengetahui penyebab, cara pencegahan serta manfaat dari
pengobatan lama dan rutin.
O: Klien tampak tenang
A: Tujuan tercapai sebagian, masalah kurang pengetahuan tercapai sebagian.
P: Lanjutkan intervensi 2 dan 3.

Implementasi
Minggu, 12 Juni 2011
Pukul 08.30 Wib menekankan pentingnya mempertahankan protein tinggi dan diet
karbohidrat dan pemasukan cairan adekuat, Respon hasil: infromasi tersampaikan,
Pukul 08.35 Wib menjelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan,
dan alasan pengobatan lama, Respon hasil: informasi tersampaikan dan diterima oleh
klien.

Evaluasi
Senin, 13 Juni 2011
S: Klien mengatakan sudah mengetahui penyebab, cara pencegahan serta manfaat dari
pengobatan lama dan rutin, klien mengatakan akan merubah po la hidup serta
mematuhi peraturan pengobatan dalam meningkatkan kesehatan.
O: Klien tampak tenang.
A: Tujuan tercapai, masalah kurang pengetahuan tercapai.
P: Lanjutkan intervensi.

BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn.O dengan Tuberkulosis Paru, di ruang
Penyakit Dalam, RSUD Kabupaten Bekasi. Maka pada bab ini penulis akan menguraikan
kesenjangan antara teori dengan kasus. Adapun Pembahasan ini sesuai dengan tahapan
proses keperawatan yang meliputi Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan
Keperawatan, Pelaksanaan dan Evaluasi.

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang dilakukan dimana penulis
berusaha mengkaji klien secara menyeluruh melalui aspek bio-psiko-sosial-spiritual. Hasil
pengkajian berupa data dasar, data khusus, data penunjang, pemeriksaan fisik, membaca
catatan medik dan catatan keperawatan.

Pada tahap pengkajian ada kesenjangan antara teori dan kasus. Pada kasus klien tidak
mengetahui penyebab terulang terjadinya Tuberkulosis Paru, sedangkan pada teori etiologi
dari Tuberkulosis adalah Mycobakterium tuberculosis. Pada tanda dan gejala terdapat
kesenjangan antara teori dan kasus. Pada teori terdapat tanda: Batuk-batuk dengan atau
tanpa sputum lebih dari 2 minggu, malaise (ketidaknyamanan), gejala flu, nyeri dada, batuk
darah, demam malam hari dan pagi hari, keringat malam, hilangnya nafsu makan,
penurunan berat badan sedangkan Pada kasus tidak terdapat tanda batuk berdarah dan
nyeri dada.

Penatalaksanaan medis terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus. Dalam teori pada
test dignostik yaitu Kultur sputum, Ziehl-Neelsen, Tes kulit (PPD, Mantoux, potongan
vollmer), ELISA/western Blot, Foto torak, Histologi atau kultur jaringan termasuk
pembersihan gaster Biopsi jarum pada jaringan paru, GDA, Pemeriksaan fungsi paru.
Sedangkan pada kasus klien hanya mendapatkan pemeriksaan Rontgen, pemeriksaan BTA
dan Pemeriksaan Darah Lengkap. Pada pemberian terapi dalam teori pada Tuberkulosis
Paru adalah DAT (obat anti TB): INH isonosid), rifampisin ( R ), para sinamid ( z ),
streptomoisin (S), etambatol ( E ), 10-20 mg/kg/hri selama 18 s/d 24 bulan, Konversi sputum
positif menjadi negative. Dalam kasus klien hanya mendapatkan terapi inhalasi ambivent/6
jam, inhalasi pulmicort/ 12 jam.

Faktor pendukung tersedia buku referensi yang mendukung dalam pembuatan karya tulis
ilmiah ini, serta saat pengkajian yaitu klien sangat kooperatif, sedangkan faktor penghambat
yang penulis temukan adalah penulis masih belum mampu melakukan pemeriksaan fisik
secara menyeluruh (Head to toe) tanpa melihat buku panduan pemeriksaan fisik. Untuk
mengatasi masalah ini penulis menggunakan beberapa buah buku panduan yang selalu
dibawa ketika melakukan pemeriksaan fisik.
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan teori yang penulis temukan dibuku Marilynn E. Doenges (2000), terdapat 5
diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien dengan Tuberkulosis Paru, yaitu : Infeksi,
resiko tinggi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat/ penurunan kerja silia/
statis, Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret darah/ kelemahan/
upaya batuk buruk, Pertukaran gas/ kerusakan yang berhubungan dengan penurunan
permukaan efektif paru/ sekret kental , Nutrisi, perubahan kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kelemahan/ sering batuk/produksi sputum, dispnea anoreksia, Kurang
pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pengetahuan berhubungan dengan
keterbatasan kongnitif tidak akurat/tidak lengkap informasi yang ada. Namun pada kasus
penulis menemukan 4 diagnosa keperawatan, yaitu: Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan penumpukan secret, Aktivasi ulang infeksi berhubungan dengan
pengobatan terputus, Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake tidak adekuat, Kurang pengetahuan klien mengenai kondisi, aturan tindakan,
pencegahan, dan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan informasi.
Terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, jika diteori terdapat 5 diagnosa keperawatan,
tetapi dikasus terdapat 4 diagnosa keperawatan. Pada kasus ditegakan bersihan jalan nafas
tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret, karena pada saat dilakukan
pengkajian didapatkan data klien mengeluh sukar bernafas, klien mengeluh sesak saat
bernafas, klien mengatakan dahak kental dan berwarna kuning dan sulit untuk dikeluarkan,
batuk(+), RR: 28x/menit, sekret berwarna kuning dengan konsistensi kental, otot bantu
pernafasan: perut, kedalaman nafas dalam, irama tidak teratur, bunyi nafas : Ronkhi,
Aktivasi ulang infeksi berhubungan dengan pengobatan terputus, karena pada saat
dilakukan pengkajian didapatkan data Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat
dengan sakit yang sama, klien mengatakan tidak secara teratur minum obat dan berhenti
hanya 2 bulan pemakaian/meminum obat, klien mengatakan pernah sesak nafas, klien
mengatakan sukar untuk bernafas, klien mengatakan dahaknya kental dan sulit untuk
dikeluarkan, riwayat/Dx Medis : Bekas TB Paru, batuk(+), TD: 120/mmHG, N: 93x/menit, S:
37C, RR: 28x/menit, lekosit : 11.800/mm, Segment : 86%, Limfosit : 9%, Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat, karena pada saat
dilakukan pengkajian didapatkan data klien mengatakan nafsu makan kurang baik, klien
mengatakan menghabiskan ½ porsi yang disediakan oleh RS, klien mengatakan BB turun
dari 55 kg-50 kg, tonus otot : kurang baik. Turgor kulit tidak elastis, konjungtiva anemis,
protein total : 5,9 g/100ml, Albumin : 4,0 g/dl, Hb : 14,1 g/dl, Kurang pengetahuan mengenai
kondisi, aturan tindakan dan pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi,
karena pada saat dilakukan pengkajian didapatkan data klien mengatakan tidak mengetahui
mengapa penyakitnya kambuh lagi, klien mengatakan tidak mengetahui cara pencegahan/
perawatan terhadap penyakitnya, klien mengatakan tidak mengetahui fungsi dari
pengobatan/ meminum obat secara teratur dan lama, klien bertanya-tanya mengenai
penyakitnya, klien tampak bingung.

Diagnosa keperawatan yang terdapat pada teori dan tidak terdapat pada kasus adalah
petukaran gas/kerusakan/resiko tinggi berhubungan dengan penurunan permukaan efektif
paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar-kapiler, sekret kental, karena tidak
didapatkan data adanya perubahan frekuensi nadi dari nilai normal, tidak ada ortopnea,
takipnea, hiperpnea, hiperventilasi, pernafasan disritmik, tidak ada sianosis/perubahan pada
warna kulit, dan pada saat dilakukan pengkajian tidak ada terapi O2 yang digunakan serta
tidak adanya data penunjang yaitu pemeriksaan GDA untuk merumuskan diagnosa tersebut.

Dalam menggangkat diagnosa, faktor pendukung yang penulis temukan adalah diagnosa
tersebut sudah terdapat dalam buku Marilynn E. Doenges, sehingga mempermudah dalam
penulisan karya tulis ilmiah ini.

C. Perencanaan Keperawatan
Setelah masalah keperawatan dapat diterapkan, maka perlu penetapan rencana
keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut. kegiatan perencanaan ini
meliputi: memprioritaskan masalah, merumuskan tujuan, kriteria hasil serta tindakan.

Dalam perencanaan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus dalam
memprioritaskan masalah, merumuskan masalah, merumuskan tujuan, kriteria hasil serta
tindakan. Penulis berusaha memprioritaskan berdasarkan kebutuhan menurut Maslow yaitu
mulai dari kebutuhan paling mendasar yaitu kebutuhan fisologis, rasa aman dan nyaman,
dicintai dan mencintai, dihargai, serta aktualisasi diri. Perumusan tujuan pada asuhan
keperawatan berdasarkan pada metode SMART(spesik, measurable, asureble, reality and
time) yaitu secara spesifik dapat diukur maupun diatasi dengan tindakan keperawatan.

Faktor pendukung terdapat kerjasama yang baik dalam perencanaan antara mahasiswi dan
perawat ruangan. Faktor penghambat dalam menetapkan rencana asuhan keperawatan
karena kurang pahamnya penulis dalam membuat rencana tindakan dalam kasus ini,
pemecahan masalah lebih giat lagi membaca agar dapat menetapkan masalah sesuai
dengan rencana.

D. Pelaksanaan
Dalam rencana tindakan tidak semua dilaksanakan oleh penulis, dikarenakan penulis tidak
sepenuhnya 24 jam merawat klien, namun sebagai solusi penulis mendelegasikan rencana
tindakan tersebut kepada perawat ruangan. Untuk melihat tindakan yang dilakukan perawat
ruangan, penulis melihat dan membaca di buku laporan tindakan yang ditulis oleh perawat
yang berdinas. Tindakan keperawatan dilakukan sesuai waktu yang telah di tetapkan yaitu 3
x 24 jam, secara umum semua rencana tindakan yang telah disusun dapat dilaksanakan
penulis, seperti mengobservasi tanda tanda vital, mengkaji fungsi pernafasan, contoh : bunyi
nafas, kecepatan, irama, kedalaman dan penggunaan otot aksesoris , menganjurkan
pasien untuk batuk / bersin mengeluarkan pada tisue dan menghindari meludah,
memberikan pasien posisi semi fowler tinggi, membantu pasien untuk batuk dan latihan
nafas dalam, memberikan terapy infus RL 20 tetes/menit, serta memberi inhalasi ambivent/
6jam, inhalasi pulmicort/ 12 jam, mencatat status nutrisi pasien, catat turgor kulit, berat
badan, integritas mukosa oral, kemampuan/ ketidakmampuan menelan, adanya tonus usus,
riwayat mual/muntah atau diare, mengawasi masukan/pengeluaran dan BB secara periodik,
mendorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat,
merujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet, Tekankan pentingnya
mempertahankan protein tinggi dan diet karbohidrat dan pemasukan cairan adekuat,
menjelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan, dan alasan
pengobatan lama, mendorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan masalah, mengkaji
bagaimana TB ditularkan, melakukan kerjasama dengan tim medis lain dalam pemberian
obat-obatan dan diet.

Faktor pendukung dalam pelaksanaan tindakan keperawatan adalah klien sangat koopertif
dan kerjasama yang baik antar penulis dengan perawat ruangan, sedangkan faktor
penghambat yang penulis temukan adalah kurangnya alat-alat kesehatan sehingga penulis
mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan tindakan sesuai dengan teori. Solusi yang
penulis lakukan untuk mengatasi masalah ini adalah penulis tetap menggunakan alat-alat
medis yang tersedia tetapi tetap mempertahankan prinsip sesuai teori. Yang menjadi faktor
penghambat juga, perawat ruangan melakukan tindakan kurang sesuai dengan teori, begitu
juga dalam pencatatan dalam buku perkembangan klien, untuk solusinya penulis
menanyakan kepada perawat lain yang masih ingat apa yang dilakukan pada saat dinas.

E. Evaluasi
Pada tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang digunakan untuk
menilai keberhasilan asuhan keperawatan atas tindakan yang diberikan. Pada teori maupun
kasus dalam membuat evaluasi disusun berdasarkan tujuan dan kriteria hasil yang ingin
dicapai. Dimana pada kasus penulis melakukan evaluasi dari tindakan keperawatan yang
dilakukan selama 3 hari yang dimulai dari tanggal 11 Juni 2011 sampai 13 Juni 2011. Ketiga
masalah belum teratasi sebagian, pada diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan penumpukan sekret, masih ditemukan data data : Klien mengatakan
masih sesak berkurang pada saat bernafas, klien mengatakan dahak masih sulit untuk
dikeluarkan, RR: 28x/menit, Batuk(+), nafas dalam, ronkhi(-), Aktivasi ulang infeksi
berhubungan dengan pengobatan terputus masih ditemukan data: Klien mengatakan masih
sesak saat bernafas dan dahak masih sulit untuk dikeluarkan, riwayat Bekas TB, Batuk(+),
Ronkhi(-), S: 37C, RR:28x/menit, Lekosit : 11800/mm, Segmen: 86%, Limposit 9%,
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat
masih ditemukan data: Klien mengatakan nafsu makan masih berkurang, porsi dihabiskan 1
porsi, BB 55kg-50 kg, tonus otot kurang baik, turgor tidak elastis, protein total : 5,9 g/100ml,
Albumin : 4,0 g/dl, Hb : 14,1 g/dl, namun untuk masalah kurang pengetahuan klien
mengenai kondisi, aturan tindakan, pencegahan, dan pengobatan tujuan tercapai dan
masalah teratasi, dimana perubahan menuju yang lebih baik belum signifikan.

Dalam melakukan evaluasi, adapun faktor pendukung adalah kerjasama yang baik antara
penulis dengan perawat ruangan, penulis tidak menemukan adanya faktor penghambat, ini
dikarenakan klien sangat kooperatif.
BAB V
PENUTUP

Pada BAB ini penulis akan menyimpulkan beberapa hal penting yang harus diperhatikan
serta saran-saran yang bermanfaat bagi pihak dalam melakukan Asuhan Keperawatan pada
Tn.O dengan Tuberkulosis Paru di Ruang Penyakit Dalam RSUD Kabupaten Bekasi.

A. Kesimpulan
Pada tahap pengkajian terdapat kesenjangan antara teori dan kasus antara etiologi dan
menifestasi klinis. Pada Tanda dan gejala terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.
Pada teori terdapat tanda dan gejala batuk berdarah dan nyeri dada sedangkan pada kasus
tidak muncul Pada diagnosa keperawatan terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, jika
pada teori dalam buku Marilynn E. Doenges terdapat 5 diagnosa keperawatan, namun pada
kasus penulis menemukan 4 diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan yang terdapat
pada teori dan tidak terdapat pada kasus adalah petukaran gas/kerusakan/resiko tinggi
berhubungan dengan penurunan permukaan efektif paru, atelektasis, kerusakan membran
alveolar-kapiler, sekret kental.

Dalam perencanaan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, penulis berusaha
memprioritaskan berdasarkan kebutuhan menurut Maslow mulai dari kebutuhan fisologis,
rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, dihargai, serta aktualisasi diri. Bersihan jalan
nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret sebagai prioritas utama,
aktivasi ulang infeksi berhubungan dengan pengobatan terputus sebagai masalah kedua,
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat
sebagai masalah ketiga, kurang pengetahuan klien mengenai kondisi, aturan tindakan,
pencegahan, dan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan informasi sebagai
masalah keempat. Pada tujuan dan kriteria hasil penulis menggunakan metode Spesifik,
Measurable, Aktual, Reliable, dan Time (SMART) dalam melaksanakan tindakan
keperawatan dan ini disesuaikan dengan teori yang digunakan.
Dalam melaksanakan tindakan keperawatan, penulis menyesuaikan dengan kondisi klien
dan pelaksanaan tersebut dilakukan selama 3 x 24 jam. Untuk melaksanakan tindakan yang
belum penulis laksanakan, penulis melakukan kerjasama dengan perawat ruangan dan
mendelegasikan tindakan tersebut pada perawat yang sedang berdinas.

Pada 4 diagnosa yang penulis angkat, ketiga diagnosa tersebut belum teratasi sebagian dan
satu diagnosa sudah teratasi sesuai waktu yang ditetapkan, Ketiga masalah belum teratasi
sebagian, pada diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
penumpukan secret, aktivasi ulang infeksi berhubungan dengan pengobatan terputus,
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat,
tujuan tercapai sebagian, namun untuk diagnosa kurang pengetahuan klien mengenai
kondisi, aturan tindakan, pencegahan, dan pengobatan berhubungan dengan kurang
terpajan informasi. Supaya semua masalah teratasi, penulis mendelegasikan rencana
tindakan yang telah disusun kepada perawat ruangan.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas,maka penulis memberikan saran sebagi berikut:
1. Untuk Rumah Sakit
Rumah sakit hendaknya mempertahankan atau bahkan meningkatkan kinerja yang telah
bagus, dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, meningkatkan lagi
peralatan yang ada diruangan.
2. Untuk Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan sebagai penyelenggara pendidikan, hendaknya menambah literature
yang ada diperpustakaan, dengan literature yang masih tergolong terbitan baru, sehingga
peserta didik tidak kesulitan saat mencari literature.

3. Untuk Perawat
Hendaknya mencantumkan atau mencatat apa tindakan-tindakan yang dilakukan
tentunya yang berkaitan dengan teori, sehingga akan mempermudah perawat lain yang
ingin menerapkan sesuai teori tersebut, dan hendaknya penyuluhan kesehatan dijadikan
suatu program diruangan guna meningkatkan pengetahuan klien tentang penyakitnya
dan dapat mencegah komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi.
4. Untuk Mahasiswa
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan dan dapat melakukan pengkajian
dengan benar sesuai dengan konsep dasar dengan Tuberkulosis Paru. Selalu berdiskusi
dengan teman-teman sejawat dan pembimbing bila mengalami kesulitan.

Anda mungkin juga menyukai