Anda di halaman 1dari 41

TUTORIAL IN CLINIC

KEPERAWATAN DASAR PROFESI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERNAFASAN : TUBERCULOSIS PARU
DI RUANG SAMOLO 2 RSUD SAYANG CIANJUR

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

Roni Arisandi (J.0105.19.100)


Yuni Apriani (J.0105.19.119)
Muhamad Reza (J.0105.19.084)
Sri Yulianti (J.0105.19.108)
Tina Irnawati (J.0105.19.112)
Darlian Nurdin (J.0105.19.059)
Ina Ginanjar (J.0105.19.079)
Sely Agustiani (J.0105.19.105)
Rima Phytriyani (J.0105.19.095)
Nurhasanah (J.0105.19.092)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BUDI LUHUR CIMAHI
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu unsur dasar kesejahteraan keluarga.
Dalam mem- perbaiki tingkat sosial ekonomi masyarakat, kesehatan keluarga
merupakan salah satu syarat mutlak yang harus dipenuhi, karena keluarga sehat
akan menghasilkan anak-anak yang tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang
berkualitas. Keluarga merupakan suatu unit terkecil dari masyarakat, terdiri dari
kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu
rumah tangga karena ikatan darah perkawinan atau adopsi, satu dengan lainnya
saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga
mempunyai masalah kesehatan/ keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap
anggota-anggota keluarga lain, dan keluarga- keluarga yang ada di sekitarnya,
termasuk salah satu penyakit yang mengancam kesehatan keluarga adalah penyakit
TB Paru. (Komang Ayu Henny, 2010 hal: 2).
Tuberculosis paru masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Hal ini erat kaitannya
dengan kemiskinan, malnutrisi, gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok dan
lain-lain. Tuberculosis paru merupakan penyakit menular dan merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapat perhatian dalam pelayanan
kesehatan. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja dan berulang kali, artinya
walaupun seorang sudah pernah menderita tuberculosis paru, orang tersebut tidak
kebal padanya dan mungkin akan terserang lagi terutama apabila daya tahan
tubuhnya lemah.
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dengan gejala bervariasi. Bakteri ini merupakan bakteri
basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya.
Bakteri ini lebih sering menyerang organ paru-paru di bandingkan bagian lain tubuh
manusia. Tempat masuk kuman ini adalah melalui saluran pernapasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi TB Paru terjadi melalui
udara yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel
yang berasal dari orang yang terinfeksi (Amin, 2006 ).
Menurut WHO (2005), secara global terdapat 8,9 juta kasus TB dan kira-kira
1,6 juta atau 27 per 100 ribu orang meninggal karena penyakit TB. Jika penyakit TB
ini tidak diobati, setiap penderita TB aktif akan menularkan ke 10 orang per tahun.
(http/www .wikipedia.or.id, diperoleh tanggal 30 Oktober 2019).
Di Indonesia, TBC merupakan masalah kesehatan baik dari sisi angka
kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan
terapinya. Penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia adalah negara dengan
prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia setelah China dan India. Insidensi kasus TB
BTA positif sekitar 110/100.000 penduduk. Prevalensi nasional terakhir TB paru
diperkirakan 0,24% dari jumlah penduduk .
Tuberkulosis paru merupakan masalah kesehatan yang akan menjadi
masalah yang lebih besar jika tidak di tanggulangi sejak dini. Penyakit ini dapat
ditanggulangi dengan mendapatkan pengobatan dan pencegahan penularan.
Penyakit TB Paru apabila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi dini yang membahayakan seperti pleuritis, efusi pleura, emfisiema,
laringitis sampai menjalar ke organ lain seperti usus, tulang dan otak. Komplikasi
lanjut seperti obstruksi jalan napas, kerusakan parenkim berat, amiloidosis, kanker
paru dan sindrom gagal napas dewasa.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mendapatkan pengalaman yang nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan dengan Tuberkulosis Paru pada klien dan keluarga dengan
pendekatan proses keperawatan yang komprehensif meliputi aspek biologis,
psikologis, sosial dan spiritual yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan.

2. Tujuan Khusus
Diharapkan mampu:
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan Tuberculosis Paru.
b. Menentukan masalah keperawatan pada klien dengan Tuberculosis Paru.
c. Merencanakan tindakan keperawatan klien dengan Tuberculosis Paru.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan klien dengan Tuberculosis Paru.
e. Melakukan evaluasi keperawatan klien dengan Tuberculosis Paru.
f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus pada
klien dengan Tuberculosis Paru.
g. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat, serta mencari
solusi/alternative pemecahan masalah yang terjadi pada klien dengan
Tuberculosis Paru
h. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan
Tuberculosis Paru.
C. Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam penyusunan makalah ilmiah ini adalah
sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan, ruang lingkup,
metode penulisan, dan sistematika penulisan,
BAB II :Tinjauan teori yang terdiri dari konsep kesehatan meliputi;
pengertian, patofisiologi terdiri dari etiologi, manifestasi klinis, proses perjalanan
penyakit, komplikasi, serta penatalaksanaan medis,
BAB III :Tinjauan kasus terdiri dari pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan
dan evaluasi keperawatan,
BAB IV :Pembahasan yaitu membandingkan, menganalisa antara teori dan
kasus termasuk faktor pendukung, faktor penghambat, dan
penyelesaiannya mulai dari pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi,
BAB V :Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Tuberkulosis paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang sudah
sangat lama dikenal pada manusia, misalnya dia dihubungkan dengan tempat tinggal
di daerah urban, lingkungan yang padat, dibuktikan dengan adanya penemuan
kerusakan tulang vertebra otak (Amin 2006 : hal 242). Tuberkulosis (TB) adalah
penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobakterium Tuberkulosis (
A.Sylvia 2006 : hal 852). Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi terutama yang
menyerang parenkim paru (Smeltzer 2002 : hal 584).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit
tuberkulosis paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi pernafasan kronik menular
terutama yang menyerang parenkim paru, penyakit ini disebabkan oleh kuman yaitu
Mycobakterium Tuberkulosis

B. Etiologi
Penyebab penyakit Tuberkulosis adalah Mycobakterium Tuberkulosa. Bakteri
ini mempunyai ciri sebagai berikut : bakteri berbentuk basil / batang, berukuran
panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron, bersifat aerob, terdiri atas asam lemak
(lipid) peptidoglikan dan arabionomanan, hidup berpasangan atau berkelompok,
tahan asam, dapat bertahan hidup lama pada udara kering maupun pada udara
dingin dan suasana lembab dan gelap dapat bertahan sampai berbulan-bulan,
mudah mati dengan sinar ultraviolet dan dapat tahan hidup lama pada suhu kamar,
sudah mati pada air mendidih (5 menit pada suhu 800C dan 20 menit pada suhu
600C), penularan tuberkulosis terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersihkan
keluar menjadi droplet nuklei dalam udara.

C. Patofisiologi
Kuman Mycobacterium tuberkulosis masuk melalui saluran pernapasan,
saluran pencernaan (GI), dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi TB terjadi
melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil
tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Partikel dapat masuk ke dalam
alveolar, bila ukuran vartikel kurang dari 5 mikrometer. Kuman akan dihadapi terlebih
dulu oleh neutropil, kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan
dibersihkan oleh makrofag keluar dari cabang trakea bronkhial bersama gerakan
sillia dengan sekretnya. Bila kuman menetap di jaringan paru maka ia akan tumbuh
dan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini ia dapat terbawa masuk
ke organ tubuh lainnya.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi
sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil; gumpalan basil yang lebih
besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak
menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus, biasanya di bagian
bawah lobus atas paru atau di bagian atas lobus bawah, basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan. Alveoli yang terserang akan mengalami
konsolidasi, dan timbul pneumonia akut. Jika kuman sudah menjalar ke pleura maka
akan terjadi efusi pleura.
Kuman yang masuk ke dalam saluran gastrointestinal, jaringan limfe,
orofaring, dan kulit secara otomatis kuman masuk ke dalam vena dan menjalar
keseluruh organ, seperti paru, otak, ginjal, tulang. Bila masuk ke dalam arteri
pulmonalis maka terjadi penjalaran keseluruh bagian paru dan menjadi TB milier.
Sarang primer akan timbul peradangan getah bening menuju hilus (limfangitis lokal),
dan diikuti pembesaran getah bening hilus (limfangitis regional). Sarang primer
limfangitis lokal serta regional menghasilkan komplek primer (range). Proses sarang
paru ini memakan waktu 3–8 minggu.

D. Manifestasi klinik
Tuberkulosis adalah suatu penyakit yang mempunyai banyak kemiripan
dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam.
Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan
kadang-kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi 2 golongan, gejala respiratorik dan
gejala sisitemik:
a. Gejala respiratorik, meliputi:
1) Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling
sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian
berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
2) Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak
berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah
segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darah terjadi karena
pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung
dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
3) Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau
karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax,
anemia dan lain-lain.
4) Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala
ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
b. Gejala sistemik, meliputi:
1) Demam.
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan
malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama
makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin
pendek.
c. Gejala sistemik lain.
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat
badan serta malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa
minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak
napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.

E. Komplikasi
Penyakit tuberculosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi, yaitu :
a. Komplikasi dini
1) Pleuritis : Inflamasi kedua lapisan pleura.
2) Efusi pleura : Memecahnya kavitas TB dan keluarnya udara atau
cairan
masuk kedalam antara paru dan dinding dada.
3) Emfisema : Pengumpulan cairan puluren (pus) dalam kavitas
pleural,
cairan yang dibentuk akibat penyakit paru pada orang
dengan usia lebih lanjut.
4) Laringitis : Inflamasi pada laring yang di sebabkan melalui
peredaran darah.
5) Menjalar ke organ lain seperti usus, tulang dan otak.

b. Komplikasi lanjut
1) Obstruksi jalan nafas atau SPOT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis).
2) Kerusakan parenkim berat seperti fibrosis paru, kor pulmonal
disebabkan oleh tekanan balik akibat kerusakan paru.
3) Amiloidosis.
4) Karsinoma paru, telah terbentuknya kavitas dari proses infeksi.
5) Sindrom gagal nafas dewasa.

F. Penatalaksanaan Medis
1. Tes Diagnostik
a. Kultur sputum menunjukan positif untuk Mycobacterium Tuberculosis pada
tahap aktif penyakit.
b. Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan
darah) menunjukan positif untuk basil asam-cepat.
c. Tes kulit (PPD, Mantoux, potongan vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10
mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradermal antigen)
menunjukan infeksi masa lalu dan adanya antibody tetapi tidak secara berarti
menunjukan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada klien secara klinik sakit
berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh
mikrobakterium yang berbeda.
d. ELISA/western Blot : Dapat menyatakan adanya HIV.
e. Foto torak : Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas,
simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effuse cairan. Perubahan
menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area fibrosa.
f. Histologi atau kultur jaringan termasuk pembersihan gaster ; Urine dan cairan
serebrospinal, biopsi kulit) : positif untuk Mycobacterium Tuberculosis.
g. Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB ; adanya sel
raksasa menunjukkan nekrosis.
h. GDA : Dapat normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada paru.
i. Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang
mati, peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total dan penurunan
saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan
jaringan paru, dan penyakit pleural (TB paru kronis luas).
2. Terapi
Obat Anti Tuberculosis (OAT).
OAT harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat
bakterisid dengan atau tanpa obat ke tiga. Tujuan pemberian OAT antara lain
:
a. Membuat konfersi sputum BTA (+) menjadi (-) secepat mungkin melalui
kegiatan bakterisid
b. Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan
dengan kegiatan sterilisasi
c. Menghilangkan/ mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan
imunologis
d. Memutuskan mata rantai penularan
e. Mencegah kematian
.

G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pernafasan
Gejala : batuk produktif atau tidak produktif, nafas pendek
Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan
b. Aktifitas/istirahat
Gejala : kelelahan otot dan sesak , nafas pendek karna kerja
Tanda : kelelahan otot dan sesak
c. Integritas Ego
Gejala : adanya factor stress lama
Tanda : ketakutan mudah terangsang
d. Makanan / cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, penuruna berat badan.
Tanda : turgor kulit kurang elastis, kering,kulit bersisik, kehilangan
kekuatan otot,kehilangan lemak subkutan

e. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri dada meningkat karma batuk berulang
Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, gelisah
f. Keamanan
Gejala : adanya kondisi penekanan imun
Tanda : demam berdarah atau hipertermi

2. Diagnosa keperawatan
a. Infeksi, resiko tinggi b/d pertahanan primer tidak adekuat, penurunan
kerja silia/ statis sekret dibuktikan oleh tidak dapat diterapkan adanya
tanda-tanda dan gejala yang membuat diagnosa adekuat
b. Bersihan jalan nafas, tidak efektif b/d sekret darah, kelemahan, upaya
batuk buruk, Dibuktikan oleh : frekuensi pernafasan, irama, keadaan tak
normalbunyi nafas tak normal (ronkhi, mengi)
c. Pertukaran gas, kerusakan yang brhubungan dengan penurunan
permukaan efektif paru, sekret kental
d. Nutrisi, perubahan kurang dari kebutuhan tubuh b/d kelemahan, sering
batuk/produksi sputum, dispnea anoreksia
e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan
pengtetahuan b/d keterbatasan kongnitif tidak akurat/tidak lengkap
informasi yang ada.

3. Perencanaan Keperawatan
a. Infeksi, resiko tinggi(penyebaran/aktivasi ulang) berhubungan dengan
pertahanan primer tidak adekuat, penurunan, penurunan kerja silia/stasis
sekret, kerusakan jaringan, penekanan proses inflamasi, malnutrisi,
terpajan lingkungan, kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan
patogen.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..1.x24 jam
diharapkan penyebaran infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
1) Mengidentifikasi intrervensi untuk mencegah menurunkan resiko
penyebaran infeksi
2) Nilai Lab dalam rentang normal.
Intervensi :
Mandiri
a) Kaji patologi penyakit (aktif atau fase tidak aktif).
Rasional : Membantu pasien menyadari/menerima perlunya
mematuhi program pengobatan untuk mencegah pengaktifan
berulang/komplikasi.
b) Identifikasi orang lain yang beresiko, contoh : anggota rumah,
sahabat karib atau teman
Rasional : orang-orang yang terpanjan ini perlu program terapi
obat untuk mencegah penyebaran / terjadinya infeksi.
c) Anjurkan pasien untuk batuk / bersin mengeluarkan pada tisue
dan menghindari meludah.
Rasional : prilaku yang digunakan untuk mencegah penyebaran
infeksi.
d) Kaji tindakan kontrol infeksi sementara, contoh : masker atau
isolasi pernafasan
Rasional : dapat membantu menurunkan rasa terisolasipasien dan
membuang stigma sosial sehubungan dengan penyakit menular
e) Awasi suhu sesuai indikasi
Rasional : reaksi demam indikator adanya infeksi lanjut
f) Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengaktifan berulang
tuberkulosis, contoh Tahanan bawah(alkoholisme, malnutrisi,
bedah bypass intestinal); gunakan obat penekan imun.
Rasional : Pengetahuan tentang faktor ini membantu pasien untuk
mengubah pola hidup dan menghindari / menurunkan insiden
eksaserbasi.
g) Tekanan pentingnya tidak menghentikan terapi obat
Rasional : priode singkat berakhir 2-3 hari setelah kemoteraphy
awal; tetapi dengan adanya ronga / penyakit luas sedang. Resiko
penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan.
h) Kaji pentingnyqa mengikuti dan kultur, ulang secara periodik
terhadap sputum untuk lamanya terapi
Rasional : alat dalam pengawasan efek dan keefektifan obat dan
respon pasien terhadap terapi
i) Dorong memilih/menerima makanan siang
Rasional : adanya anoreksia dan malnutrisi sebelumnya
merendahkan pertahanan tubuh terhadap infeksi dan mengangu
penyembuhan
j) Kolaborasi
k) Berikan agen antiinfeksi sesuai indikasi,contoh : obat utama:
Isoniazid ( INH etambutol; Rifampin( RMP/ Rifadin).
Rasional : Kombinasi agen antiinfeksi digunakan, contoh 2 obat
primer atau satu primer tambah 1 dan obat sekunder. INH
biasanya obat pilihan untuk pasien infeksi dan pada resiko terjadi
TB. Etambutol harus diberikan bila sistem saraf pusat atau tak
terkompikasi. Pirazinamida (PZA/Aldinamide); para-amino salisik
(PAS); streptomisin, sikloserin.
Rasional : Ini obat sekunder diperlukan bila infeksi resisten
terhadap atau tidak toleran obat primer.
l) Awasi pemeriksaan laboratorium
Rasional : Pasien yang mengalami 3 usapan negative, perlu
menaati program obat, dan asimtomatik akan diklasifikasikan tak-
menyebar.

b. Bersihan jalan nafas, takefektif berhubungan dengan sekret kental/darah,


kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 Jam
diharapkan bersihan jalan nafas efektif.
Kriteria Hasil :
1. Mempertahankan jalan nafas klien.
2. Mengeluarkan sekret tanpa bantuan,
3. Menunjukan perilaku untuk memperbaiki/mempertahankan bersihan
jalan nafas
4. Berpartisipasi dalam program pengobatan.
Intervensi :
Mandiri
a) Kaji fungsi pernafasan, contoh : bunyi nafas, kecepatan, irama,
kedalaman dan penggunaan otot aksesoris.
Rasional : penurunan bunyi nafas dapat menunjukan atelaktasis.
b) Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa/ bntuk afektif,
catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.
Rasional : pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal( mis : efek
infeksi dan/ atau tidak adekuat hidrasi).
c) Berikan pasien posisi semi fowler tinggi, bantu bantu pasien untuk
batuk dan latihan nafas dalam.
Rasional : posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan
menurunkan upaya pernafasan.
d) Bersihkan sekret dari mulut dan trakea ; penghisapan sesuai
keperluan.
Rasional : Mencegah obstruksi/ aspirasi. Penghisapan dapat
diperlukan bila pasien tak mampu mengeluarkan sekret.
e) Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali
kontraindikasi.
Rasional : Pemasukan tinggi cairan membantu untuk
mengencerkan sekret, membuatnya mudah dikelurkan.
f) Kolaborasi
g) Lembabkan udara/ oksigen inspirasi.
Rasional : Mencegah pengeringan membrane mukosa; membantu
pengenceran secret.
h) Beri obat- obat sesuai indikasi; Agen mukolitik, bronkodilator,
kortikosteroid.
Rasional : Agen mukolitik menurunkan kekentalan secret paru,
bronkodilator meningkatkan ukuran lumen percabangan
trakeobronkial, sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran
udara, kortikosteroid adanya keterlibatan luas dengan hipoksemia
dan bila respon inflamasi mengancam hidup.
i) Bersiap membantu intubasi darurat.
Rasional : Intubasi diperlukan pada kasus jarang bronkogenik TB
dengan edema laring/perdarahan paru akut.

c. Pertukaran gas, kerusakan berhubungan dengan penurunan permukaan


efektif paru, sekret kental, kerusakan membran alveolar-kapiler, edema
bronkial
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 Jam
diharapkan gangguan pertukaran gas teratasi.
Kriteria hasil :
1. Melaporkan tidak adanya penurunan dipnea.
2. Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat
3. GDA dalam rentang normal
4. Bebas dari gejala distres pernafasan
Intervensi :
Mandiri
a) Kaji dipsnea, takipnea, tak normal/ menurunnya bunyi nafas,
peningkatan upaya pernafasan.
Rasional : efek pernapasan dapat dari ringan sampai dipsnea
berat sampai distres pernafasan
b) Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran
Rasional : akumulasi sekret/ pengaruh jalan nafas dapat
mengganggu oksigenasi organ vital dan jaringan
c) Tunjukan/dorong bernafas bibir selam ekshalasi, khususnya untuk
pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim.
Rasional : Membuat tahanan melawan udara luar, untuk
mencegah kolaps/penyempitan jalan nafas, sehingga membantu
menyebarkan udara melaui paru dan menurunkan nafas pendek.
d) Tingkatkan tirah baring/ batasi aktivitas dan bantu aktivitas
perawatan diri sesuai kebutuhan.
Rasional : Menurunkan konsumsi oksigen/ kebutuhan selama
periode penurunan pernafasan dapat menurunkan beratnya
gejala.
e) Kolaborasi
f) Awasi seri GDA/ nadi oksimetri
Rasional : Penurunan kandungan oksigen (PaO2) dan/ saturasi
atau peningkatan PaCO2 menunjukan kebutuhan untuk
intervensi/perubahan program terapi.
g) Berikan oksigen tambahan yang sesuai
Rasional : alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi
terhadap penurunan ventilasi/ menurunnya permukaan alveolar
paru

d. Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kelemahan, sering batuk/ produktif, anoreksia, ketidakcukupan sumber
keuangan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama.1.x24Jam
diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil :
1. Menunjukan BB meningkat mencapai tujuan.
2. Nilai laboratorium normal.
3. Bebas tanda malnutrisi.
Intervensi :
Mandiri
a) Catat status nutrisi pasien pada penerimaan, catat turgor kulit, berat
badan, integritas mukosa oral, kemampuan/ketidakmampuan
menelan, adanya tonus usus, riwayat mual/muntah atau diare.
Rasional : berguna untuk mengidentifikasi derajat/ luasnya masalah
dan pilihan intervensi yang tepat.
b) Pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai/ tak disukai
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan/ kekuatan
khusus
c) Awasi masukan/pengeluaran dan BB secara periodik
Rasional : Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan
cairan.
d) Selidiki anoresia, mual, muntah, catat kemungkinan hubungan dengan
obat. Awasi frekuensi volume, konsistensi feses.
Rasional : dapat mempengaruhi pilihan diet dan mengidentifikasi area
pemecahan masalah untuk meningkatkan pemasukan/ penggunaan
nutrien
e) Dorong dan berikan periode istirahat sering
Rasional : Membantu menghemat energi khususnya bila kebutuhan
metabolik meningkat saat demam.
f) Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan
Rasional : Menurunkan rasa tak enak karna sisa sputum atau obat
untuk pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah.
g) Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan
karbohidrat.
Rasional : Memasukan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak
perlu/ kebutuhan energi dari makanan banyak dan menurunkan irigasi
gaster.
h) Dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah dan
membagi dengan pasien kecuali kontraindikasi.
Rasional : Membuat lingkungan sosial lebih normal selama makan
dan membantu memenuhi kebutuhan personal dan kultural.
i) Kolaborasi
j) Rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet
Rasional : Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan
nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolik dan diet.
k) Konsul dengan terapi pernafasan untuk jadwal pengobatan 1-2 jam
sebelum/sesudah makan.
Rasional : Dapat membantu membatu menurunkan insiden mual dan
muntah sehubungan dengan obat atau efek pengobatan pernafasan
pada perut yang penuh.
l) Awasi pemeriksaan laboratorium, BUN,protein serum dan albumin.
Rasional : Nilai rendah menunjukan malnutrisi dan membantu
kebutuhan intervensi/program terapi.
m) Berikan antipiretik tepat
Rasional : Demam meningkatkan kebutuhan metabolik dan juga
konsumsi kalori

4. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi adalah langkah keempat dalam tahapan proses
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan/tindakan
keperawatan yang telah direncanakan ( A.Aziz Alimul Hidayat, 2004 ).
Tahap pelaksanaan Uraian persiapan meliputi :
a. Review tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada tahap
perencanaan.
b. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan, criteria yang harus
dipenuhi yaitu sesuai dengan rencana tindakan, berdasarkan prinsip
ilmiah, ditujukan pada individu sesuai dengan kondisi klien, digunakan
untuk menciptakan lingkungan yang teraupetik dan aman, penggunaan
sarana dan prasaran yang memadai.
c. Menganalisa pengetahuan atau keterampilan yang diperlukan.
d. Perawat harus mengidentifikasi tingkat pengetahuan dan tipe yang
diperlukan untuk tindakan keperawatan. Hal ini akan menentukan siapa
orang yang terdekat untuk melakukan tindakan.
e. Mengetahui komplikasi atau akibat dari tindakan keperawatan yang
dilakukan.
f. Prosedur tindakan keperawatan mungkin berakibat terjadinya resiko
tinggi kepada klien. Perawat harus menyadari kemungkinan timbulnya
komplikasi sehubungan dengan tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan. Keadaan yang demikian ini memungkinkan perawat untuk
melakukan pencegahan dan mengurangi resiko yang timbul.
g. Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan dalam
implementasi.
h. Dalam mempersiapkan tindakan keperawatan, hal-hal yang
berhubungan dengan tujuan harus dipertimbangkan yaitu waktu, tenaga
dan alat.
i. Mempersiapkan lingkungan yang kondusif sesuai dengan tindakan yang
dilakukan.
j. Keberhasilan suatu tindakan keperawatan sangan ditentukan oleh
perasaan klien yang aman dan nyaman. Lingkungan yang nyaman
mencakup componen fisik dan psikologis.
Tindakan keperawatan dibedakan atas :
1) Independen atau mandiri
Yaitu statu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk
dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya.
2) Interdependen atau kolaborasi
Yaitu statu kegiatan yang memerlukan statu kerjasama dengan
tenaga kesehatan lainnya, misalnya ahli Gizo, fisioterapi, dokter dan
sebagainya.
Pendokumentasian
Pada tahap pendokumentasian hal yang harus dicatat hádala tindakan
yang telah dilakukan, waktu, tanggal, jam dan paraf perawat yang
melakukan.

5. Evaluasi Keperawatan
1. Pengertian.
Evaluasi merupakan langkah ahir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak
2. Jenis evaluasi
a. Evaluasi proses (formatif)
Tipe evaluasi ini adalah aktifitas dari proses keperawatan dan hasil
kualitas pelayanan tindakan keperawatan, evaluasi proses harus
dilakukan segera setelah perencanaan keperawatan dilaksanakan
untuk membantu keefektifan terhadap tindakan.
b. Evaluasi hasil (sumatif).
Evaluasi hasil adalah perubahan prilaku atau status kesehatan klien
pada ahir tindakan keperawatan secara sempurna.
c. Dokumentasi.
Perawat mendokumentasikan hasil yang telah atau belum dicapai pada
“medical record” pengunaan istilah yang tepat perlu ditekankan pada
penulisannya untuk menghindari salah persepsi pemelasan dalam
menyusun tindakan keperawatan lebih lanjut sudah tercapai / tidak
evaluasi dicatat bentuk S,O,A,P
BAB III

TINJAUAN KASUS

I. DATA DASAR
A. Identitas Pasien
1. Nama (Inisial Klien) : Tn. N. R
2. Usia : 46 Tahun
3. Status Perkawinan : Kawin
4. Pekerjaan : Wiraswasta
5. Agama : Islam
6. Pendidikan : SMA.
7. Suku : Sunda.
8. Bahasa yang digunakan : Sunda
9. Alamat Rumah : Cugenang, Kab. Cianjur
10. Sumber Biaya : BPJS
11. Tanggal Masuk RS : 27 Oktober 2019
12. Diagnosa Medis : Tuberkulosis Paru
13. Tanggal Pengkajian : 30 Oktober 2019
14. No RM : 907927

B. Sumber Informasi (Penanggung Jawab)


15. Nama : Ny. A
16. Umur : 42 Tahun
17. Hubungan dengan Klien : Istri
18. Pendidikan : SMP
19. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
20. Alamat : .Cugenang Kab, Cianjur

II. RIWAYAT KESEHATAN


A. Keluhan Utama
Batuk berdahak

B. Riwayat Kesehatan Saat Pengkajian


Pada saat dikaji, klien mengatakan batuk berdahak, dahak encer berwarna putih, batuk

bertambah apabila tidur terlentang dan waktu pagi hari, batuk berkurang apabila dalam posisi

duduk dan minum air hangat, batuk dirasakan setiap saat.

C. Riwayat Kesehatan Saat Masuk RS:


Klien masuk RS yaitu mengeluhkan batuk batuk

D. Riwayat Kesehatan Lalu:


Klien mempunyai riwayat batuk sejak 1 bulan yang lalu, batuk berdahak dan kental selama ini

berobat ke puskesmas. Klien mengatakan juga mempunyai penyakit tumor kulit, tidak ada

nyeri.

E. Riwayat Kesehatan Keluarga: (Genogram/Penyakit yang Permah diderita oleh anggota


keluarga yang menjadi faktor resiko, 3 generasi)
Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang diderita oleh klien, hanya klien saja yang

mempunya keluhan penyakit tersebut.

F. Riwayat Psikososial – Spiritual


Klien beragama islam, klien menjalankan ibadah solat 5 waktu dan pergi ke mesjid sewaktu di

rumah. Klien berhubungan baik dengan keluarga dan tetangga, klien selalu bersosialisasi

dengan teman dan tetangga di rumah.

G. Pola Kebiasaan Sehari-hari sebelum dan saat sakit


No Pola Aktivitas Di rumah Di rumah sakit
1 Pola Nutrisi dan cairan (sebelum dan
saat sakit)
a. Pola Nutrisi
 Asupan ( ) Oral Oral Oral
Enteral
TPN
 Frekuensi Makan:....x/hari 3x 3x
 Nafsu makan:
( ) Baik Baik Sedang
( ) sedang (jelaskan
alasannya)
( ) Kurang (Jelaskan
alasannya)
 Diit: ........................... Nasi Bubur
 Makanan tambahan Sayur Sayur
-------------------------------
 Makanan yang tidak Tidak ada Tidak ada
disukai/alergi/pantangan
:........................
 Kebiasaan makan:
 Perubahan berat badan 3
bulan terakhir
( ) bertambah....Kg
( ) tetap ......Kg 65 Kg 47 Kg
( ) Berkurang .....Kg
b. Pola Cairan:
 Asupan cairan
Oral Oral
( ) Oral
Infus NaCl 0, %
( ) Parenteral
Minum Air putih (500cc/24 jam)
 Jenis : ----------------------
2 liter/hari Minum air putih
 Frekuensi : .........x/hari 2000 cc /hari 1 liter/hari
 Volume total: -------x/hari 1500 cc/hari

2 Pola Eliminasi (sebelum dan saat sakit)


a. BAK
 Frekuensi : ........x/hari 5 x/hari 5 x/hari
 Waktu : ......x/hari Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore
 Jumlah : .......x/hari 1500 cc/hari 1500 cc/hari
 Warna : ......... Kuning Kuning
 Bau : .......... Normal (pesing) Normal (pesing)
 Keluhan yang berhubungan
dengan BAK: Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
-----------------------------------
 Ouptut per hari: ....cc/hari 1500 cc/hari 1500 cc/hari

b. BAB
1 x/hari 1 x/hari
 Frekuensi : ..................x/hari
Pagi Pagi
 Waktu : ........................
Kuning Kuning
 Warna :........................... Normal Normal
 Bau : ........................... Lembek Lembek
 Konsistensi :............................
 Penggunaan pencahar/laksatif: Tidak Tidak
...............................................
 IWL (Insensible Water Loss) : +473 cc/hari + 481 cc/hari
............. cc/hari

3 Pola Personal Hygiene (sebelum dan


saat sakit):
a. Mandi
 Frekuensi :....x/hari 2 x/hari 1 x/hari
b. Oral Hygiene
 Frekuensi : .......x/hari 2 x/hari 1 x/hari
 Waktu : .......
c. Cuci Rambut
 Frekuensi: ....x/hari 1 x/hari -

4 Pola Istirahat dan Tidur (sebelum dan


saat sakit)” 6 jam/hari 5 jam/hari
 Lama tidur: ...................jam/hari
 Waktu
Siang : ...........................jam Jarang 2 jam/ hari
Malam :.......................... jam 6 jam/hari 3 jam/ hari
 Kebiasaan sebelum tidur
/pengantar tidur:
( ) Penggunaan obat tidur
( ) Kegiatan Lain, Jelaskan
......................................
 Kesulitan dalam hal tidur:
( ) Menjelang Tidur
( √ ) Sering / Mudah terbangun Sering terbangun Sering terbangun
( ) Merasa tidak puas setelah karena batuk karena batuk
bangun tidur
Jelaskan alasannya .......................

5 Pola Aktivitas dan Latihan (Sebelum


dan saat sakit):
 Kegiatan dalam pekerjaan ....... Normal Normal
 Waktu bekerja: ......................... Siang Siang
 Kegiatan waktu luang: .............. - -
 Keluhan dalam beraktivitas ...... Sering cape Lemah
 Olahraga: ................................ - -
 Keterbatasan dalam hal:
( ) Mandi
( ) Menggunakan Pakaian Tidak ada -
( ) Berhias
6 Pola kebiasaan yang mempengaruhi
kesehatan
a. Merokok
( √ ) ya Ya merokok -
( ) tidak
Frekuensi : ....................... Sehari hari -
Jumlah : ....................... 5-6 batang/ hari -
Lama pemakaian :........................ Merokok dari usia 16 -
b. Minuman keras tahun -
( ) ya
( √ ) tidak Tidak -
Frekuensi : .......................... - -
Jumlah : .......................... - -
Lama Pemakaian : .......................... - -
c. Ketergantungan Obat
( ) Ya Tidak -
( √ ) Tidak - -
Jika Ya , Jelaskan jenis, lama
pemakaian, frekuensi dan alasan

H. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)

a. Keadaan umum dan Kesadaran:

Keadaan umum : Sedang


Kesadaran Compos mentis GCS 15 E : 4, V : 5, M : 6

b. Tanda – Tanda Vital


- Tekanan Darah : 130/ 90 mmHg
- Nadi : 88 X/mnt
- Respirasi : 28 .X/mnt
- Suhu : 36,2 oC
- BB/TB : 47 /Kg, 162 Cm

c. Kepala
Keadaan rambut : Ikal
Kekuatan : Baik, tidak mudah rontok
Warna : hitam belum ada uban
Kebersihan : cukup bersih, tidak ada ketombe
Kesimetrisan wajah : simetri
Kelainan : Tidak ada kelainan di daerah
kepala

d. Mata
- Posisi mata : (√ )simetris
( ) Asimetris
- Kelopak mata : normal tidak ada kemerahan, tidak
ada kedutan
- Pergerakan bola mata : normal simetris bergerak ke
kanan dan ke kiri
- Konjungtiva : normal merah muda tidak tampak anemis
- Kornea : normal tidak ada ulkus/ nyeri
- Sklera : normal berwarna putih
- Pupil : normal mengecil saat diberi rangsangan cahaya
- Lapang Pandang : normal pada saat klien diminta menutup mata satu persatu
- Ketajaman penglihatan : normal tidak ada buram / kabur
- Tanda-tanda radang : tidak ada tanda-tanda peradangan
- Pemakaian alat bantu : tidak memakai alat bantu seperti kacamata
- Kelainan : tidak ada kelainan di daerah mata

e. Hidung
Bentuk utuh : Ya ( √ ) / tidak
Membedakan bau : Dapat ( √ ) / tidak
Sekresi : Ya / warna/ tidak (√ )
Mukosa : Normal
Pembengkakan : Tidak ada pembengkakan
Kelainan : Tidak ada kelainan di daerah hidung

f. Telinga
Posisi : Simetris ya (√) / tidak
Pendengaran : Jelas (√) / berkurang
Nyeri : Ada/ tidak (√)
Serumen : Ada / tidak (√)
Pinna, tulang rawan : Ya (√) / tidak
elastis
Tanda radang : Tidak ada tanda-tanda peradangan
Pemakaian alat bantu : Tidak memakai alat bantu dengar
Kelainan : Tidak ada kelainan di daerah telinga

g. Mulut
Bibir : Warna : normal merah muda, simetris (√) / tidak
Kelembaban : Basah (√) / kering/ lesi
Gigi : Caries ada/tidak (√) jumlah...
Warna...
Gigi palsu....buah, letak...
Lidah : Warna merah muda
Lesi ada/ tidak (√)
Pergerakan bebas (√) /kaku
Sensasi rasa: panas/dingin, asam/pahit, manis
Reflex menelan : Dapat (√) / tidak
Reflex mengunyah : Dapat (√) / tidak
Pembesaran tonsil : Ada/ tidak (√)
Kelainan : Tidak ada kelainan di daerah mulut
Bau mulut : Ureum +/ (-), amoniak +/ (-), aseton +/(-), busuk +/(-),
alkohol +/(-)
Sekret : Ada/tidak (-), warna...

h. Leher
- Bentuk : normal
- JPV : normal tidak ada peningkatan JVP
- Kelenjar getah bening : normal tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
- Kelenjar tyroid : normal tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
- Nyeri menelan : tidak ada nyeri menelan
- Kelainan : tidak ada kelainan di daerah leher

i. Thorax
1. Dada
Bentuk simetris : Ya/ tidak
2. Paru
Bercak-bercak merah : Ya/ tidak
Mamae simetris : Ya/ tidak - J
Puting susu : Masuk/ keluar enis
Ekskresi mamae : Ada/ tidak, warna... napas : normal
- K
eluhan : (√) Ses
- B
ila nyeri : Jelaskan……………
- Frekwensi : 28 x/mnt
- Irama : (√) Teratur
: (-) Tidak teratur

- Kedalaman : (- ) Dalam (- ) Dangkal


- Suara nafas : Rochi +/+
- Batuk : (√) Ya ( ) Tidak
Jika Ya : Jenisnya ; berdahak

: (√) Sputum

: ( Hijau)Warna Sputum

: (Kental ) Konsistensi

: ( -) Terdapat darah

- Penggunaan otot bantu nafas:……………


- Pengunaan alat bantu nafas :……………

j. Sirkulasi Jantung

- Kecepatan denyut apical : 88 .x/mnt

- Irama : ( √ ) Teratur
Benjolan : Ada/ tidak, bila ada...
Lesi : Ada/ tidak, bila ada...

- Bunyi jantung normal : normal bunyi lup dup

- Kelainan bunyi jantung tidak ada kelainan bunyi jantung

- Keluhan : (-) Lemah (-) Lelah

: (-) Berdebar-debar/palpitasi

: (-) Keringat dingin

: (-) Gemeteran

: (-) Kesemutan

: (-) Kaki dan tangan dingin

- Nyeri dada : (Penyebaran,lokasi,intensitas,lama danskala)

- Kardiomegali ( CRT ) : Tidak ada pembesaran kardio

- Kelainan : Tidak ada kelaina didaerah dada sirkulasi

k. Abdomen
Bentuk :Datar/ membuncit/ cekung/ tegang/ dll...
Kulit :Parut/ striae/ lesi/ bercak-bercak merah
Benjolan :Ada/ tidak, bila ada jelaskan...
Nyeri tekan :Ada/ tidak, bila ada jelaskan...
Bising usus :Ada/ tidak, 4-12 x/mnt (√), <4 x/mnt (...), >12 x/mnt (...)
Kelainan :...
Palpasi Hepar,gaster : Tidak ada pembesaran hepar
Perkusi Hepar, gaster : suara pekak, tidak ada suara kelainan
Ginjal
- Kandung kemih : Tidak ada pembesaran di kandung kemih

- Palpasi : Tidak ada pembesaran dan tidak ada nyeri

- Perkusi : Tidak ada suara kelainan


l. Kulit dan kuku
a. Kulit
Warna : Sawo matang
Turgor : Menurun / lembab/ kering
Pucat : (- ), ikterus (-), hiperemis (-), lesi (-)
Edema : (- ), daerah...
Tekstur : Licin/ keriput/ kasar
Kelainan : Tidak ada kelainan di daerah kulit

b. Kuku
Bentuk : Clubbing finger/ tidak/ normal
Warna : Merah muda
CRT : .< 2 detik
Kebersihan : Kuku tampak bersih dan pendek

l. Ekstremitas atas dan bawah


Ekstremitas atas

Bentuk simetris : Ya/ tidak


Sensasi halus : Ada/ tidak
Sensasi tajam : Ada/ tidak
Sensasi panas : Ada/ tidak
Sensasi dingin : Ada/ tidak
Gerakan ROM : Dapat/ tidak
Refleks bisep : Ada/ tidak, nilai +/+
Refleks trisep : Ada/ tidak, nilai +/+
Pembengkakan : Ada/ tidak
Kelembaban : Lembab/ kering
Temperatur : Panas/ dingin/ Normal
Kekuatan otot : Nilai 5
Kelainan : Tidak ada kelainan di daerah ekstremitas atas

Ekstremitas bawah

Bentuk simetris : Ya/ tidak


Sensasi halus : Ada/ tidak
Sensasi tajam : Ada/ tidak
Sensasi panas : Ada/ tidak
Sensasi dingin : Ada/ tidak
Gerakan ROM : Dapat/ tidak
Refleks patela : Ada/ tidak, nilai 5
Refleks achiles : Ada/ tidak, nilai...
Refleks babinski : Ada/ tidak
Pembengkakan : Ada/ tidak
lipat paha
Varises : Ada/ tidak
Nyeri dorong/ : Ada/ tidak
trombophlebitis
Kelembaban : Lembab/ kering
Temperatur : Panas/ dingin/normal
Kekuatan otot : Nilai 5
Kelainan : Tidak ada kelainan didaerah ekstremitas bawah

m. Genitalia
Bentuk utuh : Ya/ tidak
Radang : Ada/ tidak
Sekret : Ada/ tidak
Pembengkakan : Ada/ tidak
Rektum : Benjolan ada/ tidak, lesi ada/ tidak, bila ada jelaskan...
Kelainan : Tidak ada kelainan didaerah genitalia

I. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Radiologi : Thorax Foto : Hasilnya Kesan tampak TB Paru aktif dengan

karitas sugestik dengan hydropneumotorax kiri. Tidak tampak kardimegali.

b. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan hematologi darah yaitu

Pemeriksaan hasil Nilai Normal

Hemoglobin (Hb) 12,2

Leukosit 12,900

Pemeriksaan Sputum. + 3

III. ANALISA DATA


No Data Etiologi Masalah
1. Kuman/ virus / Bersihan jalan nafas
Ds : - klien mengeluh batuk-batuk bakteri tidak efektif
dan ada dahak nya 
- Klien mengatakan sesak Masuk ke saluran
kadang-kadang pernafasn
Do : - klien tampak batuk-batuk 
- Klien tampak sesekali Kuman berlebih di
mengeluarkan dahak bronkus
- Terdengar suara ronchi di 
lapang paru Terjadi proses
peradangan

Sekresi yang
tertahan

Bersihan jalan
terganggu

2. Ds : - klien mengatakan tidak nafsu Sumber infeksi Defisit nutrisi


Makan disaluran
Do : - klien tampak kurus pernafasan
- Adanya penurunan BB 
sebelum sakit BB 65 kg, Aspirasi bakteri
setelah sakit BB 47 kg berulang
- Porsi makan tidak habis 
Terjadi konsolidasi
dan pengisian
rongga alveoli oleh
eksudat

Intake nutrisi tidak
adekuat

Penurunan BB

Defisit nutrisi
3. Ds : - klien mengatakan sering Proses peradangan Gangguan
terbangun sewaktu tidur karena di saluran kebutuhan istirahat
batuk pernafasan tidur
Do : - waktu tidur 3-5 jam 
- Klien batuk Sekresi yang
tertahan

Batuk berdahak

Tidur terganggu

Gangguan
kebutuhan tidur

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI PRIORITAS

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang tertahan
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan produksi sekret
3. Gangguan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan adanya batuk
RENCANA ASUHAN TINDAKAN

Nama Klien : Tn. N. R Ruang : Samolo 2

Dx Medis : TB Paru No MR : 907927

No Tanggal Diagnosa Keperawatan dan Data Tujuan (SMART) Rencana Tindakan Rasional
Penunjang
1. 30/10/2019 Bersihan jalan nafas tidak efektif Tupan 1. Kaji status 1. Suara nafas
berhubungan dengan sekret yang Setelah dilakukan pernafasan dan tambahan dapat
tertahan, ditandai dengan : tindakan keperawatan catat apabila ada menjadi indikator
Ds : - klien mengeluh batuk-batuk selama 3x24 jam, jalan suara tambahan gangguan
dan ada dahak nya nafas efektif kepatenan jalan
nafas yang
- Klien mengatakan sesak
Tupen berpengaruh
kadang-kadang Setelah dilakukan terhadap
Do : - klien tampak batuk-batuk tindakan keperawatan kecukupan
- Klien tampak sesekali selama 1x24 jam, klien 2. Monitor respirasi pertukaran udara
mengeluarkan dahak tidak batuk. Dengan
- Terdengar suara ronchi di kriteria hasil : 2. Mengetahui
lapang paru - Klien tidak permasalahan jalan
batuk 3. Kolaborasi dengan nafas yang dialami
- Sekret dokter dalam
berkurang atau pemberian therapi 3. Untuk memenuhi
sekret hilang oksigen kebutuhan oksigen
- Suara paru pasien
normal 4. Atur posisi tidur
(vesikuler) semi fowler
4. Dapat
memaksimalkan
ekspansi paru dan
menurunkan upaya
5. Ajarkan teknik pernafasan
batuk efektif
5. Dengan batuk
efektif bisa
memaksimalkan
pengeluaran sekret

2. 30/10/2019 Defisit nutrisi berhubungan dengan Tupan 1. Kaji status nutrisi 1. Untuk mengetahui
produksi sekret, ditandai dengan : Setelah dilakukan klien kebutuhan nutrisi
Ds : - klien mengatakan tidak nafsu tindakan keperawatan pasien
Makan selama 3x24 jam,
Do : - klien tampak kurus kebutuhan nutrisi efektif 2. Monitor berat 2. Untuk mengetahui
badan pasien kenaikan berat
- Adanya penurunan BB
Tupen badan pasien
sebelum sakit BB 65 kg, Setelah dilakukan
setelah sakit BB 47 kg tindakan keperawatan 3. Sajikan makan 3. Makanan hangat
- Porsi makan tidak habis selama 1x24 jam, klien dalam keadaan dapat merangsang
produksi sekret hangat selera makan
berkurang atau hilang.
Dengan kriteria hasil : 4. Anjurkan teknik 4. Makan sedikit tapi
- Klien tidak makan sedikit tapi sering dapat
batuk sering mengurangi
- Sekret rangsangan mual
berkurang atau
sekret hilang
- Porsi makan 5. Beri pendidikan 5. Dengan pendidikan
habis kesehatan tentang kesehatan
- BB klien naik kebutuhan nutrisi pengetahuan
- Nafsu makan pasien dan
klien naik keluarga
bertambah tentang
kebutuhan nutrisi
3. 30/10/2019 Gangguan kebutuhan istirahat tidur Tupan 1. Identifikasi faktor 1. Dapat
berhubungan dengan adanya batuk, Setelah dilakukan yang mengetahui
ditandai dengan : tindakan keperawatan mempengaruhi untuk tindakan
Ds : - klien mengatakan sering selama 3x24 jam, masalah tidur selanjutnya
terbangun sewaktu tidur karena batuk kebutuhan istirahat tidur
tidak terganggu 2. Atur posisi tidur
Do : - waktu tidur 3-5 jam
semi fowler 2. Posisi semi
- Klien batuk Tupen fowler bisa
Setelah dilakukan mengurangi
tindakan keperawatan 3. Ciptakan sesak dan batuk
selama 1x24 jam, klien lingkungan yang
dapat tidur tanpa nyaman 3. Dapat
terbangun. Dengan merangsang
kriteria hasil : istirahat tidur
- Klien tidur yang cukup
nyenyak
- Klien tidak
terbangun
karena batuk
- Jam tidur cukup
7-8 jam /hari

CATATAN IMPLEMENTASI
Nama Klien : Tn. N. R Ruang : Samolo 1

Dx Medis : TB Paru No MR : 907927

No No Dx Kep Tanggal/Jam Implementasi (Respon dan atau hasil) Paraf Evaluasi (SOAP) dan Paraf
1 I 30/10/2019 30/10/2019
10.00 WIB
08.00 WIB Melakukan operan dines dengan perawat yang
dines malam S :- klien mengatakan batuk
kadang kadang, dan sesak
08.10 WIB Mengukur keadaan umum dan tanda-tanda vital kadang kadang
TD : 130/90 mmHg
N : 88 x/mnt O : - keadaan umum : sedang
R : 22 x/mnt - Kesadaran :
S : 36,2 °C composmentis
- Batuk (+)
08.30 WIB Memberikan injeksi Levofloxacin 1x 750 mg (infus) - Produksi sekret (+)
- Suara ronchi (+) di paru
08.45 WIB Merawat perban infus
A : bersihan jalan nafas tidak
Memberikan pendidikan kesehatan tentang : efektif
a. Kebutuhan nutrisi
b. Kepatuhan minum obat P : intervensi dilanjutkan
c. Teknik batuk efektif - Atur posisi tidur
- Berikan oksigen 2-3
l.mnt
- Berikan fisioterapi dada
- Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
therapi

2. II 30/10/2019 30/10/2019
11.00 WIB
09.00 WIB 1. mengkaji status nutrisi klien
S :- klien mengatakan masih
09. 15 WIB 2. memonitor berat badan pasien tidak nafsu makan

09.20 WIB 3. menyajikan makan dalam keadaan hangat O : - keadaan umum : sedang
- Kesadaran :
09. 25 WIB 4. menganjurkan teknik makan sedikit tapi sering composmentis
- Porsi makan habis ½
09.30 WIB 5. Beri pendidikan kesehatan tentang kebutuhan porsi
nutrisi
A : defisit nutrisi belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan

1. menyajikan makan dalam


keadaan hangat
2. menganjurkan teknik
makan sedikit tapi sering
3. Beri pendidikan kesehatan
tentang kebutuhan nutrisi

3. III 30/10/2019 30/10/2019


14.00 WIB
S :- klien mengatakan bisa tidur
11.00 WIB 1. Identifikasi faktor yang mempengaruhi walau sebentar
masalah tidur
O : - keadaan umum : sedang
11.30 WIB 2. Atur posisi tidur semi fowler - Klien tidur siang 1 jam

12.00 WIB 3. Ciptakan lingkungan yang nyaman A : gangguan istirahat tidur


teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : Tn. N. R Ruang : Samolo 1

Dx Medis : TB Paru No MR : 907927

No Tanggal No Dx Kep Evaluasi (SOAPIER) Paraf


1. 31/10/2019 I
S :- klien mengatakan batuk berkurang, dan sesak kadang-kadang

O : - keadaan umum : sedang


- Kesadaran : composmentis
- Batuk berkurang
- Produksi sekret berkurang

A : bersihan jalan nafas tidak efektif

P : intervensi dilanjutkan

I:
- Atur posisi tidur
- Berikan oksigen 2-3 l.mnt
- Berikan fisioterapi dada
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi

E : masalah teratasi sebagian


R : Intervensi dilanjutkan
2. 31/10/2019 II
S :- klien mengatakan nafsu makan bertambah

O : - keadaan umum : sedang


- Kesadaran : composmentis
- Porsi makan habis ½ porsi

A : defisit nutrisi teratasi sebagian


P : intervensi dilanjutkan

I:
- menyajikan makan dalam keadaan hangat
- menganjurkan teknik makan sedikit tapi sering
- Beri pendidikan kesehatan tentang kebutuhan nutrisi

E : masalah teratasi sebagian


R : intervensi dilanjutkan

3 31/10/2019 III S :- klien mengatakan bisa tidur

O : - keadaan umum : sedang


- Klien tidur malam 7 jam

A : gangguan istirahat tidur teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan

I
- Identifikasi faktor yang mempengaruhi masalah tidur
- Atur posisi tidur semi fowler
- Ciptakan lingkungan yang nyaman

E :masalah teratasi sebagian


R : intervensi dilanjuttkan
BAB IV
PEMBAHASAN
KESENJANGAN ANTARA DI TEORI DAN KASUS

A. PENGKAJIAN

Kesenjangan pengkajian antara teori dan kasus yaitu : Di dalam teori : keluhan

utama klien sesak dan batuk Di dalam kasus : keluhan utama klien sesak dan batuk

Kesenjangan pemeriksaan fisik antara teori dan kasus yaitu :

Di dalam teori pemeriksaan fisik yaitu :

1. Pernafasan

Gejala : batuk produktif atau tidak produktif, nafas pendek

Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan

2. Aktifitas / istirahat

Gejala : kelelahan otot dan sesak , nafas pendek karna kerja

Tanda : kelelahan otot dan sesak

3. Integritas Ego

Gejala : adanya factor stress lama

Tanda : ketakutan mudah terangsang

4. Makanan / cairan

Gejala : kehilangan nafsu makan, penuruna berat badan.

Tanda : turgor kulit kurang elastis, kering,kulit bersisik, kehilangan kekuatan

otot,kehilangan lemak subkutan

Nyeri / kenyamanan

Gejala : nyeri dada meningkat karma batuk berulang

Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, gelisah

5. Keamanan

Gejala : adanya kondisi penekanan imun

Tanda : demam berdarah atau hipertermi

Di dalam kasus pemeriksaan fisik yaitu :


Semua sistem di kaji, tapi yang paling dominan muncul masalah yaitu pada

pemeriksaan sistem pernafasan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Di dalam teori Diagnosa Keperawatan yaitu :

1. Infeksi, resiko tinggi b/d pertahanan primer tidak adekuat, penurunan kerja silia/

statis sekret dibuktikan oleh tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala

yang membuat diagnosa adekuat

2. Bersihan jalan nafas, tidak efektif b/d sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk,

Dibuktikan oleh : frekuensi pernafasan, irama, keadaan tak normalbunyi nafas tak

normal (ronkhi, mengi)

3. Pertukaran gas, kerusakan yang brhubungan dengan penurunan permukaan efektif

paru, sekret kental

Dibuktikan oleh : tidak dapat diterap kan adanya tanda dan gejala

4. Nutrisi, perubahan kurang dari kebutuhan tubuh b/d kelemahan, sering

batuk/produksi sputum, dispnea anoreksia

Dibuktikan oleh : berat badan dibawah 10% s/d 20%, ideal untuk bentuk tubuh dan

berat tonus otot buruk

5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pengtetahuan b/d

keterbatasan kongnitif tidak akurat/tidak lengkap informasi yang ada

Dibuktikan oleh : permintaan informasi kurang atau tidak akurat mengikuti

instruksi/perilaku

Didalam teori, diagnosa keperawatan yang muncul yaitu :

4. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang tertahan

5. Defisit nutrisi berhubungan dengan produksi sekret

6. Gangguan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan adanya batuk


Di dalam kasus Diagnosa Keperawatan yaitu :

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang tertahan
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan produksi sekret
3. Gangguan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan adanya batuk

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Didalam teori, rencana asuhan keperawatan ada beberapa intervensi yang tidak

dilakukan implementasi di kasus.

Di dalam kasus, rencana asuhan keperawatan nya semua intervensi dilakukan

implementasi ke pasien.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh


Mycobacterium tuberculosis dengan gejala bervariasi. Bakteri ini merupakan bakteri
basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya.
Bakteri ini lebih sering menyerang organ paru-paru di bandingkan bagian lain tubuh
manusia. Tempat masuk kuman ini adalah melalui saluran pernapasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi TB Paru terjadi melalui
udara yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel
yang berasal dari orang yang terinfeksi (Amin, 2006 ).
Keluhan utama pasien biasanya batuk- batuk dan sesak nafas. Dan selain
diberikan pengobatan dari medis juga, pasien TB Paru bisa diajarkan teknik batuk
efektif untuk mengeluarkan dahak dari saluran pernafasan dan ajarkan teknik nafas
dalam.

2. Saran

Apabila ada saran dan kritik dari semua pihak akan kami terima dengan senang hati

demi penyempurnaan laporan ini dan semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi kita

semua.
DAFTAR PUSTAKA

 Alimul, A., (2004). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

 Bare & Smeltzer.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddart (Alih bahasa Agung Waluyo) Edisi 8 vol.3. Jakarta :EGC

 Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta:EGC

 PPNI.2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan

Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

 PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan

Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

 PPNI.2018 Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria

hasil. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

 World Health Organization, 2005. The Stop Tuberculose Strategy. WHO. 24 :

10-11

Anda mungkin juga menyukai