Anda di halaman 1dari 20

Integrasi Numerik

Dosen: Alwafi Pujiraharjo


Jurusan Teknik Sipil UB

Integrasi Numerik

 Digunakan apabila penyelesaian analitik


sulit/tidak bisa dilakukan
 Fungsi yang akan diintegralkan dibuat sebagai
fungsi polinomial sederhana berderajat n-1
b b
 a
f ( x)dx  
a
Qn 1 ( x)dx

Qn1 ( x)  a0  a1 x  a 2 x 2    an1 x n1


ai  konstan
Qn 1 ( x) dapat diintegralkan secara analitik
dan dapat diintegralkan numerik secara eksak
2

1
Integrasi Numerik

 Komputer sangat efisien dalam penjumlahan dan


perkalian, sehingga integrasi numerik disajikan
dalam bentuk penjumlahan:
b n
 Qn1 ( x)dx   wi Qn1 ( xi )
a i 1
sehingga
b n
 f ( x)dx   wi f ( xi )
a i 1
xi adalah titik sampel dimana f ( xi ) harus dihitung
3

Metode Yang Digunakan

 Newton-Cotes Rule: titik sampel ditempatkan


pada jarak yang sama

 Gauss Rule: titik sampel ditempatkan pada jarak


yang optimal untuk meningkatkan akurasi

2
Newton-Cotes Rule

 Titik-titik sampel diambil dengan jarak yang


sama (konstan sebesar h) dalam batas integrasi
dan tepat pada batas integrasi
 Selanjutnya fungsi pendekatan Qn-1(x) selalu
diintegralkan secara eksak pada titik sampel.
 Sehingga akurasi tergantung dari seberapa dekat
Qn-1(x) mendekati nilai aktual f(x).

Newton-Cotes Rule:
One Point Rule (Aturan segiempat, n=1)

 f(x) didekati dengan Q0(x) yang hanya bertepatan


pada satu titik saja yaitu batas integrasi

Q0 ( x)  f ( x1 )
f ( x) x2 x2
Q0 ( x) 
x1
f ( x)dx  
x1
Q0 ( x) dx

x2
x1 x2
h
 x1
f ( x)dx  h f ( x1 )

3
Newton-Cotes Rule:
Two Point Rule (Aturan Trapesium, n=2)

f(x) didekati dengan Q1(x) pada 2 titik yaitu batas


integrasi

f ( x) x2
 f ( x)dx  12 h  f ( x1 )  f ( x2 )
Q1 ( x) x1

x1 x2
h
7

Contoh
Newton-Cotes Rule (n=1 dan n=2)
 /2

Dekati nilai integral: I   sin x dx


 /4
dengan aturan segi-empat dan aturan trapesium.

Penyelesaian:
Aturan segi-empat: h   / 4
 /2   
I 
 /4
sin xdx  sin    0.5554
4 4
Aturan Trapesium: h   / 4
 /2
1      
I

 sin xdx  2 4 sin  4   sin  2   0.6704
/4

Penyelesaian eksak: I = 0.7071


8

4
Newton-Cotes Rule:
Three Point Rule (Aturan Simpson, n=3)

f(x) didekati dengan Q2(x) pada 3 titik yaitu batas


integrasi dan tengah-tengah batas integrasi

Q2 ( x)
f ( x)

x1 x2 x3
h h
9

Newton-Cotes Rule:
Three Point Rule (Aturan Simpson, n=3)

Dengan substitusi polinomial


x3
x1
f ( x)dx  w1 f ( x1 )  w2 f ( x2 )  w3 f ( x3 ) …….. I

 Akan memberikan nilai eksak untuk f(x) berderajat 0, 1, dan 2


 Diperoleh tiga persamaan dengan 3 unknown variables:
w1 , w2 , w3
 Nilai integral adalah luas daerah di bawah kurva Q2(x)

 Jika Q2(x) digeser sehingga x2 = 0, maka

10

5
Newton-Cotes Rule:
Three Point Rule (Aturan Simpson, n=3)

Q2 ( x)
F ( x) f ( x)

h 0 h x1 x2 x3
h h h h
x3 h
 f ( x )dx   F ( x )dx ………….. II
x1 h

F ( x)  f ( x  x1  h) 2h  x3  x1
11

Newton-Cotes Rule:
Three Point Rule (Aturan Simpson, n=3)

Dari persamaan I dan II, maka:


h

 F ( x)dx  w f ( x )  w
h
1 1 2 f ( x2 )  w3 f ( x3 )

Misal F ( x)  1, maka :
h
 h
dx  2h  w1  w2  w3

 w1  w2  w3  2h .....……. (a)
12

6
Newton-Cotes Rule:
Three Point Rule (Aturan Simpson, n=3)

Misal F ( x)  x, maka :
h
h
xdx  0  w1  (h)  w2  0  w3  h

  w1h  w3 h  0 .....……. (b)


Misal F ( x)  x 2 , maka :
h 2 3
 x 2 dx  h  w1  ( h) 2  w2  02  w3  h 2
h 3
2 3 .....……. (c)
 w1h 2  w3 h 2  h
3
13

Newton-Cotes Rule:
Three Point Rule (Aturan Simpson, n=3)

Dari persamaan (a), (b) dan (c) diperoleh :

w1  w3  13 h

w2  43 h

sehingga:

h
 F ( x )dx  13 hF ( h )  43 hF ( 0 )  13 hF ( h )
h

14

7
Newton-Cotes Rule:
Three Point Rule (Aturan Simpson, n=3)

Atau jika dikembalikan ke persamaan semula


diperoleh :

x3
1 4 1
 f ( x)dx  3 h f ( x1 )  3 h f ( x2 )  3 h f ( x3 )
x1

15

B
 f ( x)dx  hf ( A) ; h  B  A
A
B
 f ( x)dx  12 h  f ( A)  f ( B)  ; h  B  A
A
B
 f ( x)dx  13 h  f ( A)  4 f ( A2 B )  f ( B )  ; h   B  A  / 2
A

16

8
Contoh
Three Point Rule (Aturan Simpson, n=3)

 /2
Dekati nilai integral: I 
 sin xdx
 /4

dengan aturan Simpson

Penyelesaian:
Aturan Simpson
 1 
h
8
I
38
sin  4   4sin  38   sin  2 
 0.7072

Solusi eksak: I = 0.7071


17

Kesalahan Pada Aturan Segiempat

Deret Taylor di sekitar batas integral, f(x) di sekitar x1


( x  x1 ) 2
f ( x)  f ( x1 )  ( x  x1 ) f '( x1 )  f "( x1 ) 
2

Diintegralkan menjadi:
x2 x2
2 3
 f ( x)dx   xf ( x ) 1
1
( x  x1 ) f '( x1 )  ( x  x1 ) f "( x1 )  
1
2 6 
x1 x1

Disusun ulang menjadi:


 Pemotongan dgn aturan segi  empat
x2
x1
f ( x)dx  hf ( x1 )  12 h2 f '( x1 )  61 h3 f "( x1 )   (a)

Dominant error

18

9
Kesalahan Pada Aturan Trapesium

Deret Taylor di sekitar x1 untuk memperoleh f(x2):

f ( x2 )  f ( x1 )  hf '( x1 )  12 h 2 f "( x1 )  (b)


Pers. (b) dikalikan dengan ½ h dan disusun ulang menjadi:

1
2
h 2 f '( x1 )  12 hf ( x2 )  12 hf ( x1 )  14 h3 f "( x1 )  (c)
Substitusi (c) ke (a), diperoleh:
x2
 Pemotongan dgn aturan trapesium

 f ( x)dx  12 hf ( x1 )  12 hf ( x2 )   112 h3 f "( x1 )  


x1 
Dominant error

19

Kesalahan Pada Aturan Simpson

Dengan Aturan tiga titik, maka kesalahan dominan


akan mengandung turunan orde empat.
Jika turunan orde lebih tinggi dihilangkan akan diperoleh
h

 f ( x)dx  1
3
hf (h)  43 hf (0)  13 hf ( h)   f iv ( x)
h  = constant coefficient

Jika f(x) = x4 maka akan diperoleh:


h
h5  2 2  1 5
 x 4 dx  25 h5  13 h5  0  13 h5  24     h
24  5 3  90
h

1 5 iv
Dominant error pada aturan Simpson =  h f ( x)
90
20

10
Ringkasan Newto-Cotes Rule

Bentuk Umum Aturan Newton-Cotes


(including dominant error) :
b n
k 1
 f ( x)dx  C0 h  w f (x )  C h
i i 1 f k ( )
a i 1

n C0 w1 w2 w3 w4 w5 C1 k Nama
1
1 2
1 1 1 Aturan Segi-empat
1
2  121
2 1 1 2 Aturan Trapesium
1 1
3 
3 1 4 1 90 4 Aturan Simpson
3 3
8  80
4 1 3 3 1 4 Aturan 4-titik
2 8
45  945
5 7 32 12 32 7 6 Aturan 5-titik

21

Aturan Trapesium Berulang

f ( x) ① Batas integral [A,B] dibagi


menjadi k piasdengan lebar h

k 3 ② Fungsi f(x) didekati dengan k


garis
h h h ③ Makin banyak pias , makin
mendekati f(x)
B A
A B ④ Jika ada k pias, maka h 
k
B

 f ( x)dx  1
2
h  f ( A)  2 f ( A  h)  2 f ( A  2h)    2 f ( B  h)  f ( B)
A

B k 1

 f ( x)dx  12 h  f ( A)  f ( B )  h  f ( A  ih)
i 1
A

22

11
Contoh
Aturan Trapesium Berulang

Dekati nilai integral:


 /2
I  sin xdx dengan Aturan Trapesium Berulang untuk k = 3
 /4

Penyelesaian:
1  
h
 I
2 12 
sin  4   sin  2   12 sin  3   sin  512 
12
 0.7031

Catatan :
• Penyelesaian eksak: I = 0.7071
• Jika digunakan Aturan Trapesium diperoleh I = 0.6704

23

Aturan Simpson Berulang

Aturan Simpson f ( x) ① Satu Aturan Simpson


Aturan Simpson memerlukan 3 titik, diperlukan
jumlah pias genap
② Setiap pasangan pias harus
mempunyai lebar yg sama tetapi
1 4 2 4 1 lebar masing2 pasangan pias
k 4 boleh berbeda.
h h h h
③ Jika ada k pias (genap)
A B mempunyai lebar sama (h), maka

B
 f ( A)  4 f ( A  h)  2 f ( A  2h)  4 f ( A  3h)  
 f ( x)dx  13 h  
A
 2 f ( B  2h)  4 f ( B  h)  f ( B ) 

B k 1 k 2

 f ( x )dx  13 h  f ( A)  f ( B )  43 h 
i 1,3,5,...
f ( A  ih)  23 h 
i  2,4,6,...
f ( A  ih )
A

24

12
Contoh:
Dekati nilai integral:
 /2
I  sin xdx dengan Aturan Simpson Berulang dengan k = 4
 /4

Penyelesaian

 I
1 
sin  4   sin  2   34 16 sin  516   sin  716   32 16 sin  38 
h 3 16 
16
 0.7071

※ Penyelesaian eksak = 0.7071

25

Gauss-Legendre Rule

 Titik-titik sampel harus ditempatkan secara


optimal dalam batas integral untuk
memaksimalkan akurasi
 Penempatan titik-titik sampel tetap simetris
terhadap titik tengah batas integral, tetapi posisi
dan koefisien pemberat tidak mudah untuk
diingat.
 Lokasi titik sampel sangat menyulitkan dalam
penghitungan, tetapi dengan menggunakan
komputer maka hal ini bukanlah menjadi masalah
serius.
26

13
Gauss-Legendre Rule

Dengan Aturan Gauss, integral didekati berikut:


b n

 f ( x)dx   w f (x )
i 1
i i
a
 Dengan pendekatan polinomial akan diperoleh 2n persamaan
yang akan memberikan nilai eksak untuk f(x) berderajat 2n-1
 Jika menggunakan Aturan Newton-Cotes, dengan
menggunakan jumlah titik sampel yang sama, hanya akan
diperoleh solusi eksak untuk f(x) sampai derajat n-1 atau n (jika
n genap).
 Meskipun batas integral a dan b diketahui, namun
pengembangan aturan ini akan sangat sederhana jika
digunakan batas 1. Ini bukan merupakan batas umum metode
ini tetapi batas aktual dapat diperoleh dengan transformasi
sederhana.
27

Gauss-Legendre Rule
Aturan Satu Titik (Aturan Titik Tengah, n=1)

f ( x) Fungsi f(x) didekati dengan


garis lurus Q0(x) yang
Q0 ( x) sejajar sumbu-x

-1 0 1 x
1

 f ( x)dx  2 f (0)
1

28

14
Gauss-Legendre Rule
Aturan Dua Titik (n=2)

f ( x)
1
Q0 ( x)
 f ( x)dx  w f ( x )  w
1
1 1 2 f ( x2 )

-1 0 1 x  Terdapat 2n variabel yang


x1   13 3 x2  1
3
belum diketahui yaitu w1 ,
3
w2, x1 dan x2
 Dicari dengan fungsi
polinomial

29

Gauss-Legendre Rule
Aturan Dua Titik (n=2)

 Jika f(x) = 1, maka Dari (b) dan (d) diperoleh:


1
3
…… (a) w1  x 2  x2
 dx  2  w  w 1 2   3
1 w2 x1 x1
• Jika f(x) = x, maka x 2   x1
1
Lokasi x1 dan x2 tdk boleh sama:
 xdx  0  w x  w x 1 1 2 2 …… (b)
Substitusi ke (b)
1
x2   x1 w2  w1  1
• Jika f(x) = x2, maka
1
2 Substitusi ke (c):
 x dx  2
3
 w1 x12  w2 x2 2…… (c)
1 x12  x2 2  1
3
 Jika f(x) = x3, maka
1
1
3
x1   13 3 x2  3
3
 x dx  0  w1 x13 3
 w2 x2 …… (d)
1
30

15
Gauss-Legendre Rule
Aturan Dua Titik (n=2)

Sehinga dengan aturan dua titik:


1

1
 f ( x)dx  f  1
3
  3
3  f 1
3

Contoh:
1
Dekati nilai I   ( x 3  2 x 2  1)dx
1

 Gauss – Legendre.
dengan Aturan Dua Titik 10
3

Penyelesaian:


I   19 3  23  1    1
9
3  23  1  ※ Solusi eksak =
10
3
 103
31

Gauss-Legendre Rule
Aturan Tiga Titik (n=3)

Formula Aturan Tiga Titik:


1
f ( x)
 f ( x)dx  w f ( x )  w
1
1 1 2 f ( x2 )  w3 f ( x3 )

 Penyelesaian eksak untuk f(x)


sampai berderajat 5
-1 x1 x2 = 0 x3 1  Titik-titik sampel simetris
terhadap batas tengah integral
memudahkan penyelesaian,
1
sehingga:
 f ( x)dx  f    
1
5
9
3
5
8
9
f (0)  59 f  3
5

w1  w3 ; x1   x3 ; x2  0

 Cuma ada 3 unkown variables w1,


w2, dan x1
32

16
Gauss-Legendre Rule
Perubahan Batas Integral

 Semua Aturan Gauss – Legendre yang telah diuraikan


sebelumnya menggunakan batas integral  1.
 Biasanya kita mengintegralkan dengan batas yang
berbeda.
 Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah dengan
mentransformasi masalah yang sebenarnya ke dalam
batas integral  1

(b  a )t  (b  a )
x
b 1 2
 f ( x)dx   F (t )dt
a 1 (b  a )
dx  dt
2
33

Contoh : Gauss-Legendre Rule


Aturan Tiga Titik (n=3)
4
Dekati nilai : I   x cos xdx
1
dengan Aturan Tiga Titik Gauss – Legendre.

Penyelesaian:
Dengan menggunakan persamaan (a) dan (b) dapat dihitung:
3t  5
x dan dx  32 dt
2 1
3
sehingga masalah ditransformasikan menjadi: I  (3t  5) cos12 (3t  5)dt
4 1

Substitusikan koefisien pemberat dan titik acuan aturan tiga titik


diperoleh:
3 5
I
4  9  3 3
5  
 5 cos 1
2
(3 3
5  
 5)  3 3
5  
 5 cos 1
2
(3 3
5 
 5)  98 5cos( 52 ) 
  
 5.0611
※ Solusi eksak: I = -5.0626
34

17
Integral Ganda

Perhatikan integrasi dari fungsi dua variabel pada


daerah dua-dimensi R berikut:

f ( x, y )
I  f ( x, y)dxdy
R

R Dari definisi sebelumnya:


n n

 f ( x, y )dxdy   w w
i 1 j 1
i j f ( xi , y j )
R
x

35

Integral Ganda

Integral Pada Daerah Segiempat


y
f ( x, y )
y2

k R
y1
h
x1 x2 x
Aplikasi Aturan Trapesium
y2 x2
  f ( x, y )dxdy  14 hk  f ( x1 , y1 )  f ( x1 , y2 )  f ( x2 , y1 )  f ( x2 , y2 )
y1 x1

36

18
Integral Ganda

Integral Pada Daerah Segiempat


y
f ( x, y )
y3
k
y2 R
k
y1
h h
x1 x2 x3 x
Aplikasi Aturan Simpson:
y3 x3
  f ( x, y )dxdy  19 hk  f ( x1 , y1 )  4 f ( x2 , y1 )  f ( x3 , y1 )
y1 x1

 4 f ( x1 , y2 )  16 f ( x2 , y2 )  4 f ( x3 , y2 )

 f ( x1 , y3 )  4 f ( x2 , y3 )  f ( x3 , y3 ) 
37

Contoh Integral Ganda

3 2
Dekati integral I  
1 1
xy (1  x)dxdy
Dengan Aturan Trapesium dan Aturan Simpson!

Penyelesaian
Aturan Trapesium: h = 1, k = 2
I 1
2  f (1,1)  f (2,1)  f (1,3)  f (2,3)
 12 (2  6  6  8)

 16 ※ Penyelesaian eksak = 15.3333

38

19
Contoh Integral Ganda

Aturan Simpson: h = 1/2, k = 1

I  18
1
 f (1,1)  4 f (1.5,1)  f (2,1)
 4 f (1, 2)  16 f (1.5, 2)  4 f (2, 2)

 f (1,3)  4 f (1.5,3)  f (2,3)


1
 18 (2  15  6  16  120  48  6  45  18)

 15.3333

39

Tugas:
Turunkan pendekatan integral dua-dimensi dengan:
• Aturan Gauss-Legendre, n=2
• Aturan Gauss-Legendre, n=3

40

20

Anda mungkin juga menyukai