I. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu menjalankan unit pengendali suhu.
2. Mahasiswa dapat mengendalikan suhu air dalam tangki proses secara
manual, secara otomatis menggunakan On-Off-controller dan PID-
controller dengan pemanasan langsung secara batch.
3. Mahasiswa dapat menentuakan nilai Proposional (P), Intergral (I), dan
Derivatif (D) dengan metode coba coba (Trial & Error, metode Armfield
dan metode Ziegler-Nicholas.
4. Mahasiswa dapat mengendalikan suhu dalam tangki proses secara otomatis
menggunakan PID-controller dengan pemanasan langsung secara kontinyu.
1. Kontrol Proses
2. Kontrol On/Off
Dalam industri, aplikasi khas untuk kontrol on/off suhu sebuah tangki
besar atau bak mandi. Ini juga memiliki kapasitas panas yang besar, dengan
sumber panas yang kecil (energy masuk) memanaskan air di dalam tangki
besar atau bak madi (variabel terkontrol) ke suhu yang diinginkan (set
point). Dalam contoh kedua, laju kenaikan (atau turun) dari variabel
terkontrol kecil karena masuknya energi kecil dibandingkan dengan
kapasitas besar dari sistem.
Gambar 4. System Response to a Process Upset With On/Off Control
3. Kontrol Proporsional
4. Kontrol Integral
5. Kontrol PID
Masing-masing dari tiga mode kontrol dasar dan kombinasi yang telah
dibahas sejauh ini, Proporsional (P), Proporsional-plus-Integral (PI)
memiliki keterbatasan yang mungkin tidak signifikan jika proses dan
pengendali cocok.
Suhu proses, seperti penukar panas, khusus dari aplikasi ini, yang
dapat bermanfaat dari kontrol PID. Gambar 6 menunjukkan pengaruh
penambahan tindakan derivatif ke PI pengendali disesuaikan dengan
benar. Periode (waktu untuk menyelesaikan satu siklus) lebih pendek
dibandingkan dengan kontrol proporsional-plus-integral
Gambar 7. Komparison Sistem Respon pada Proses PI dengan PID Kontrol
T1
PSV
Air dingin
heater TC
Keterangan :
coil
SSR : solid state relay
SSR
TC : temperature controller
C. Penentuan Manual
1) Mengisi tangki dengan air sampai menyentuh coil.
2) Mengklik control untuk membuka jendela PID controller.
3) Mengatur Hot Pump pada nilai 50
4) Memasukkan setpoint pada nilai 40˚C.
5) Memasukkan nilai manual output 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%
secara bertahap.
6) Mengklik Mode Of Operation pada posisi manual dan mengklik
Apply dan Gountuk memulai data logging.
7) Mengklik Stop untuk mengakhiri data logging.
8) Untuk percobaan selanjutnya, mengeluarkan air panas dan
menggantinya dengan air dingin yang baru.
F. Armfield Method
1) Menghitung nilai PID berdasarkan suhu optimal alat dengan
menggunakan rumus dari Armfield method
2) Mengisi tangki dengan air sampai menyentuh coil.
3) Mengatur Hot Pump pada nilai 50.
4) Mengklik Mode of Operation pada posisi automatic.
5) Memasukkan nilai set point 55˚C serta nilai PID yang telah
dihitung
6) Mengklik apply dan go untuk memulai data logging.
7) Mengklik stop jika akan mengakhiri data logging.
2. SISTEM KONTINYU
A. Equipment Set Up
1) Menghidupkan komputer.
2) Memilih start dan meng-klik ikon software PCT40.
3) Memilih section 6: Temperature Control (Direct Continuous
Heating).
4) Menghidupkan alat PCT40 dengan menekan tombol on.
5) Menghubungkan selang ke semua alat yang ada sesuai dengan
gambar petunjuk.
6) Menghubungkan PSV dan tangki proses menggunakan selang
panjang dengan quick release fitting pada ujung keduanya,
kemudian menutup katup keluaran pada tangki keluaran.
7) Mengisi tangki dengan air sampai menyentuh coil yang ada dalam
tangki.
B. Armfield Method
1) Mengisi tangki dengan air sampai menyentuh coil dan membuka
keluaran air.
2) Mengatur level air di dalam tangki hingga konstan (laju alir masuk
= laju alir keluar).
3) Mengatur Hot Pump pada nilai 50.
4) Mengklik Mode of Operation pada posisi automatic.
5) Memasukkan nilai set point 40˚C dan nilai PID Armfield yang
telah dihitung pada sistem batch.
6) Mengklik apply dan go untuk memulai data logging.
7) Mengklik stop jika akan mengakhiri data logging.
1. MANUAL
% Output
B. METODE ARMFIELD
A. ARMFIELD METHODE
A. Manual
800
700
600
FLOWRATE (ml/min)
500
400
300
200
100
0
0 20 40 60 80 100 120
PSV (%)
Output 10%
70
60
50
SUHU (0C)
40
30
20
10
0
0 20 40 60 80 100 120 140
WAKTU (S)
3. Grafik hubungan waktu dan suhu dengan manual output 20%
Output 20%
70.0
60.0
50.0
SUHU (0C)
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
0 20 40 60 80 100
WAKTU (S)
Output 30%
70.0
60.0
50.0
SUHU (0C)
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
0 20 40 60 80 100
WAKTU (S)
5. Grafik hubungan waktu dan suhu dengan manual output 40%
Output 40%
70.0
60.0
50.0
SUHU (0C)
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
0 20 40 60 80 100
WAKTU (S)
Output 50%
70.0
60.0
50.0
SUHU (0C)
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
0 20 40 60 80 100 120
WAKTU (S)
B. Percobaan ON-OFF
70.0
60.0
50.0
SUHU (0C)
40.0 SP 40
30.0 SP 50
SP 55
20.0
SP 60
10.0
0.0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
WAKTU (S)
C. Penentuan PID
P = 3.2%
I = 90 s
D = 17 s
P = 3%
I = 160 s
D = 30 s
3. Metode Armfield
62.0
60.0
58.0
SUHU (0C)
56.0
54.0
52.0
50.0
48.0
0 100 200 300 400 500 600 700 800
WAKTU (S)
Y = 59,5 – 50,5 = 9
𝑦
P=
3
9
=
3
=3
I = t 2 – t1
=455– 365
= 90
D = I/6
= 90/6
= 15
4. Metode Zigler Nicholas
62.0
60.0
58.0
SUHU (0C)
56.0
54.0
52.0
50.0
48.0
0 100 200 300 400 500 600 700 800
WAKTU (S)
Y = 59,5 – 50,5 = 9
𝑦
P= 3
9
=
3
=3
I = t 2 – t1
= 545 - 365
= 180
D = I/6
= 180/6
= 30
D. Grafik Hasil Penentuan PID (Batch)
58.0
57.0
56.0
55.0
SUHU (0C)
54.0
53.0
52.0
51.0
50.0
0 50 100 150 200 250 300 350
WAKTU (S)
2. Metode Armfield
58.0
57.5
57.0
56.5
56.0
SUHU (0C)
55.5
55.0
54.5
54.0
53.5
53.0
52.5
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900
WAKTU (S)
3. Metode Ziegler Nicholas
58.0
57.5
57.0
56.5
56.0
SUHU (0C)
55.5
55.0
54.5
54.0
53.5
53.0
52.5
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
WAKTU (S)
44.0
43.0
42.0
SUHU (0C)
41.0
40.0
39.0
38.0
0 100 200 300 400 500 600
WAKTU (S)
2. Metode Ziegler Nicholas ( Set Point 40˚C )
42.5
42.0
41.5
41.0
SUHU (0C)
40.5
40.0
39.5
39.0
38.5
38.0
0 100 200 300 400 500 600
WAKTU (S)
42.0
41.5
41.0
40.5
SUHU (0C)
40.0
39.5
39.0
38.5
38.0
37.5
0 50 100 150 200 250 300
WAKTU (S)
VIII. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini berjudul proses pengendalian suhu, dengan tujuan
dapat mengendalikan suhu air dalam tangki proses secara manual, atau secara
otomatis menggunakan On-Off controller dan PID controller. Dan dapat
membandingkan hasil pengendalian suhu secara otomatis menggunakan PID
controller dengan metode Trial & Error, metode Armfield, dan metode Ziegler
Nicholas. Alat yang digunakan adalah ARMFIELD, Basic Process Control Unit,
Instruction Manual for PCT 40 dengan pemanasan langsung secara batch dan
kontinyu. Nilai variabel proses dapat dipertahankan agar sama dengan nilai yang
diinginkan (set point).
Pada percobaan ini, umpan yang digunakan berupa air. Pada rangkaian alat
T1 merupakan suhu pada tangki, T2 merupakan suhu air pendingin yang masuk ke
coil. Dan T3 merupakan suhu air keluar dari coil. Sebelum melakukan percobaan,
tangki diisi dengan air sampai batas (menyentuh termocople). Selanjutnya selang
dihubungkan pada masing- masing bagian seperti pada saluran T2 yang
dihubungkan ke PSV. Sedangkan pada bagian keluaran coil, selang mengarah ke
dalam bak pembuangan. Kemudian untuk menghomogenkan suhu air dalam
tangki proses digunakan hot pump yang dihubungkan dengan selang.
Percobaan yang pertama adalah menentukan hubungan PSV (%bukaan) dan
F1. Jika dilihat dari grafik, semakin besar % bukaan maka nilai F1 semakin tidak
stabil. Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa semakin besar % bukaan maka
semakin tinggi nilai F1. Kesalahan ini bisa disebabkan oleh kondisi alat yang
belum optimal dan kesalahan dari praktikan itu sendiri.
Jenis pengontrol suhu akan mengaktifkan panas ketika variabel proses
dibawah titik set point dan mematikannya ketika variabel proses di atas set point.
Proses yang stabil merupakan sebuah proses dimana besarnya set point sama
dengan besar meassurment variabel sehingga error sama dengan nol.
Tahap percobaan yang dilakukan pada pengendalian langsung tersebut yaitu
On-Off Controller (manual) dan On-Off Controller (otomatis). Pada sistem
pengendali On-Off Controller (manual), dimaksudkan untuk melakukan
pengendalian suhu secara manual dengan cara memvariasikan manual outputnya.
Adapun variasi nilai manual outputnya adalah 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%.
Pada sistem pengendali On-Off Controller (otomatis), dimaksudkan untuk
melakukan pngendalian suhu secara otomatis tanpa penggunaan P,I maupun D
Controller. Dilakukan lima kali percobaan On-Off Controller dengan masing-
masing set point yang berbeda yaitu 40˚C, 50˚C, 55˚C, dan 60˚C. Berdasarkan
hasil pengamatan data dan grafik, diketahui bahwa nilai respon yang paling
mendekati stabil adalah sistem pengendali On-Off otomatis dengan nilai SP =
55˚C.
Pada pengendalian On-Off, penggerak hanya berada pada dua keadaan yaitu
posisi ON (hidup) atau posisi OFF (mati), dimana pada unit ini diasumsikan katup
pneumatik berada pada posisi membuka atau menutup aliran yang menuju tangki
berskala. Jika suhu ruangan dibawah set point maka sistem pemanas akan ON,
Jika suhu ruangan di atas set point maka sistem pemanas akan OFF.
Pada praktikum ini dilakukan pula penentuan parameter pengendali meliputi
Proportioanl band (P), Integral time (I) dan Derivatif time (D) dengan beberapa
metode yakni metode Trial & Error, metode Armfield dan metode Ziegler-
Nicholas. Pada percobaan sebelumnya, didapatkan nilai set point 55˚C untuk
batch dan 40˚C untuk kontinyu yang mana akan digunakan pada percobaan
selanjutnya dengan 3 metode berikut ini :
1. Metode Armfield
Pada metode ini dilakukan penentuan nilai PID dengan menggunakan rumus
Armfield. Dari perhitungan didapatkan bahwa nilai P sebesar 3%, nilai I sebesar
90 sec, dan nilai D sebesar 15 sec. Dari grafik terlihat jelas bahwa overshoot dan
undershoot yang terbentuk untuk batch dan kontinyu juga lebih besar
dibandingkan dengan metode trial and error.
2. Metode Ziegler Nichols
Pada metode ini dilakukan penentuan nilai PID dengan menggunakan rumus
Ziegler Nicholas. Dari perhitungan didapatkan bahwa nilai P sebesar 3%, nilai I
sebesar 180 sec, dan nilai D sebesar 30 sec. Dari grafik dapat dilihat bahwa
overshoot dan undershoot yang terbentuk untuk batch lebih besar dari kontinyu.
3. Metode Trial & Error
Pada metode ini dilakukan penentuan nilai PID dengan teknik coba-coba.
Pertama dilakukan percobaan nilai P yang dimulai dari memasukkan angka 2.8, 3,
3.2, 3.4 dan 3.6 untuk batch, 2.6, 2.8, 3, 3.2 dan 3.4 untuk kontinyu. Dari hasil
percobaan yang telah dilakukan, didapatkan nilai P sebesar 3,2% untuk batch dan
3% untuk kontinyu. Hal yang sama juga dilakukan untuk menentukan nilai dari I
dan D. Sehingga didapatkan nilai I adalah 90 s untuk batch dan 160 s untuk
kontinyu serta D sebesar 17 s untuk batch dan 30 s untuk kontinyu. Dari grafik
hasil percobaan Trial & Error ini dapat dilihat bahwa dengan metode ini masih
banyak menghasilkan overshoot dan undershoot. Dimana batas toleransi
overshoot dan undershoot adalah ±1˚C dari set point
Dari ketiga metode tersebut dapat disimpulkan bahwa metode Ziegler Nichols
yang paling bagus untuk proses kontinyu sedangkan untuk proses batch adalah
metode trial and error karena metode ini menghasilkan overshoot dan undershoot
yang paling kecil (paling stabil) atau dengan kata lain yang memiliki nilai error
paling kecil. Kontrol PID dapat menguntungkan pada banyak proses. Namun,
penerapannya harus dipertimbangkan dengan hati-hati karena memiliki
keterbatasan pada beberapa proses. Tindakan derivative dan integral saling
melengkapi. Tindakan derivatif memungkinkan peningkatan proporsional,
mengimbangi penurunan yang diharuskan oleh tindakan integral. Dimana
tindakan integral cenderung meningkatkan masa siklus dari loop, tindakan
derivatif cenderung untuk menguranginya, sehingga menghasilkan kecepatan
yang sama tanggapan sebagaimana dengan tindakan proporsional tetapi tanpa
offset.
IX. KESIMPULAN
Berdasarkan data praktikum didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengendalian suhu dengan sistem PID Controller lebih baik dari
pengendalian suhu secara manual maupun dengan On-Off Controller.
2. Pengendalian suhu dengan sistem PID Controller secara Trial & Error
lebih baik untuk sistem batch dan metode Ziegler Nichols untuk sistem
kontinyu.