Analisa Perhitungan Konstruksi Beton Ber PDF
Analisa Perhitungan Konstruksi Beton Ber PDF
LANDASAN TEORI
untuk kesejahteraan umat manusia, untuk mencegah korban manusia. Oleh karena itu,
peraturan struktur bangunan harus menetapkan syarat minimum yang berhubungan dengan
segi keamanan. Dengan demikian perlu disadari bahwa suatu peraturan bangunan bukanlah
hanya diperlukan sebagai petunjuk praktis yang disarankan untuk dilaksanakan, bukan
lalu. Suatu peraturan bangunan tidak membebaskan tanggung jawab pihak perencana untuk
menghasilkan struktur bangunan yang ekonomis dan yang lebih penting, adalah keamanan.
pelaksanaan bangunan beton bertulang telah beberapa kali mengalami perubahan dan
pembaharuan, sejak Peraturan Beton Indonesia 1995 (PBI 1955) kemudian PBI 1971,
kemudian Standar Tata Cara Penghitungan Struktur Beton SK SNI T-15-1991-03, dan
diperbaharui dengan Standar Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
pengetahuan dan teknologi khususnya yang berhubungan dengan beton ataupun beton
bertulang.
Indonesia) 1935, yang merupakan suatu peraturan produk pemerintah penjajah Belanda di
elastis atau cara n, dengan menggunakan nilai banding modulus elastisitas baja dan beton,
n, yang bernilai tetap untuk segala keadaan bahan dan pembebanan. Batasan mutu bahan di
dalam peraturan baik untuk beton maupun tulangan baja masih rendah disamping peraturan
tata cara pelaksanaan yang sederhana sesuai dengan taraf teknologi yang dikuasai pada
waktu itu. PBI 1971 NI-2 diterbitkan dengan memberikan beberapa pembaharuan terhadap
1) Di dalam perhitungan menggunakan metode elastik atau disebut juga dengan cara n
atau metode tegangan kerja, menggunakan nilai n yang variabel tergantung pada mutu
beton dan waktu (kecepatan) pembebanan, serta keharusan untuk memasang tulangan
Sampai dengan saat ini, penguasaan pengetahuan dan teknologi yang berkaitan
dengan sifat dan prilaku struktur beton terus menerus mengalami perkembangan sehingga
standar dan peraturan yang mengatur tata cara perencanaan dan pelaksanaannya juga
Semua Peraturan dan Pedoman Standar tersebut diatas diterbitkan oleh Departemen
Pekerjaan Umum Republik Indonesia dan diberlakukan sebagai peraturan standar resmi.
yang harus diikuti, maka sesuai dengan prosedur yang berlaku peraturan tersebut
Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa mengalami
retak-retak. Untuk itu, agar beton dapat bekerja dengan baik dalam suatu sistem struktur,
perlu dibantu dengan memberinya perkuatan penulangan yang terutama akan mengemban
tugas menahan gaya tarik yang bakal timbul di dalam sistem. Untuk keperluan penulangan
tersebut digunakan bahan baja yang memiliki sifat teknis menguntungkan, dan baja
tulangan yang digunakan dapat berupa batang baja lonjoran ataupun kawat rangkai (wire
mesh) yang berupa batang kawat baja yang dirangkai (dianyam) dengan teknik pengelasan.
Yang terakhir tersebut, terutama dipakai untuk plat dan cangkang tipis atau struktur lain
yang tidak mempunyai tempat cukup bebas untuk pemasangan tulangan, jarak spasi, dan
selimut beton sesuai dengan persyaratan pada umumnya. Bahan batang baja rangkai
dengan pengelasan yang dimaksud, didapat dari hasil penarikan baja pada suhu dingin dan
dibentuk dengan pola ortogonal, bujur sangkar, atau persegi empat dengan di las pada
Agar dapat berlangsung lekatan erat antara baja tulangan dengan beton, selain
batang polos berpenampang bulat (BJTP) juga digunakan batang deformasion (BJTD),
yaitu batang tulangan baja yang permukaannya dikasarkan secara khusus, diberi sirip yang
teratur dengan pola tertentu, atau batang tulangan yang dipilin pada proses produksinya.
Pola permukaan yang dikasarkan atau pola sirip sangat beragam tergantung pada mesin
giling atau cetak yang dimiliki oleh produsen, asal masih dalam batas-batas spesifikasi
teknik yang diperkenankan oleh standar. Baja tulangan (BJTP) hanya digunakan untuk
tulangan pengikat sengkang atau spiral, umumnya diberi kait pada ujungnya.
serta pengujian untuk melakukan pendekatan dan penelitian yang berhubungan dengan
beton. Ataupun beton dengan perkuatan fiber (serat) dimana sebagian bahan imbuhan
perkuatan digunakan serat-serat baja atau serat dengan dan serbuk bahan lain, demikian
pula usaha memperbaiki mutu bahan betonnya sendiri dengan menggunakan abu terbang
Sifat fisik tulangan baja yang paling penting untuk digunakan dalam perhitungan
perencanaan beton bertulang ialah tegangan luluh (fy) dan modulus elastisitas (Es).
Tegangan luluh (titik luluh) baja ditentukan melalui prosedur pengujian standar sesuai
SII 0136-84 dengan ketentuan bahwa tegangan luluh adalah tegangan baja pada saat
perencanaan atau analisis beton bertulang umumnya nilai tegangan luluh baja tulangan
produsen baja, kebanyakan produksi baja tulangan beton pada dewasa ini masih
berorientasi pada spesifikasi teknis yang ditetapkan ASTM. Di Indonesia produksi baja
tulangan dan baja struktur telah diatur sesuai dengan Standar Industri Indonesia, antara lain
tegangan-regangan di daerah elastik dimana antara mutu baja yang satu dengan yang
1. Untuk nilai wc diantara 1500 kg/m3 dan 2500 kg/m3, nilai modulus elastisitas beton Ec
dapat diambil sebesar (wc)1,5 0,043 f ' c (dalam Mpa). Untuk beton normal Ec dapat
Mpa.
3. modulus elastisitas untuk beton prategang Es’ ditentukan melalui pengujian atau dari
data pabrik.
Tujuan utama desain struktur adalah untuk mendapatkan struktur yang aman
terhadap beban atau efek beban yang bekerja selama masa penggunaan bangunan. Struktur
dan unsur-unsurnya harus direncanakan untuk memikul beban cadangan di atas beban yang
disediakan untuk memperhitungkan beberapa faktor yang dapat digolongkan dalam dua
kategori umum; yaitu faktor yang berhubungan dengan pelampauan beban dan faktor yang
berhubungan dengan kekurangan kekuatan (yaitu kekuatan yang kurang daripada harga
yang diperoleh dengan menggunakan prosedur perhitungan yang dapat diterima). Bila
intensitas dan efek beban yang bekerja diketahui dengan pasti, maka struktur dapat dibuat
aman dengan cara memberikan kapasitas kekuatan yang sedikit lebih besar daripada efek
beban.
Akan tetapi, sering kali dirasakan adanya ketidakpastian, baik ketika menentukan
beban-beban yang akan bekerja pada struktur, maupun dalam hal kekuatan struktur dalam
dapat disebabkan oleh variasi kekuatan dan kekakuan beton akibat mutu material yang
tidak seragam, kualitas pelaksanaan yang mempengaruhi kepadatan dan gradasi kekuatan
keamanan, dengan kekuatan struktur diusahakan sama atau lebih besar dari perkalian
antara angka keamanan dengan beban kerja. Dengan kata lain, angka kemanan ini
dimaksudkan untuk menjamin bahwa kapasitas struktur selalu lebih besar daripada
tegangan leleh terhadap tegangan beban layan, namun pandangan ini tentu saja tidak
berlaku bila efek nonlinear turut diperhitungkan. Sehingga angka keamanan didefenisikan
sebagai rasio beban yang dapat menimbulkan keruntuhan terhadap beban kerja.
metode tegangan kerja merupakan suatu faktor utama di dalam peralihan kepada
beban dan faktor ø untuk kekurangan kekuatan. Persamaan dasar untuk pelampauan beban
(SNI 03-2847-2002) untuk struktur pada lokasi dan proporsi yang sedemikian hingga
U = 1,2D + 1,6L
L = beban hidup
Tujuan dari suatu provisi keamanan adalah untuk membatasi kemungkinan dari
keruntuhan dan juga untuk memberikan struktur yang ekonomis. Jelaslah kiranya bila
biaya tidak menjadi bahan pertimbangan, adalah mudah untuk merencanakan suatu
struktur yang kemungkinan keruntuhannya adalah nol. Untuk mencapai faktor keamanan
kondisi lingkungan untuk suatu kondisi, faktor yang memadai untuk keamanan dapat
timbul retak berlebihan pada penampang sewaktu mendukung beban kerja, dan masih
mempunyai cukup keamanan serta cadangan kekuatan untuk menahan beban dan tegangan
terjadinya momen karena beban luar, dan tegangan tersebut merupakan faktor yang
lentur, kemudian baru segi-segi lainnya, seperti kapasitas geser, defleksi retak, dan panjang
Seperti diketahui, untuk bahan bersifat serba sama dan elastis, distribusi regangan
maupun tegangannya linier berupa garis lurus dari garis netral ke nilai maksimum di serat
dan hal tersebut berlaku sampai dengan dicapainya batas sebanding (proportional limit).
Untuk bahan baja dengan mutu yang umum digunakan sebagai komponen
struktural, nilai batas sebanding dan nilai tegangan luluh letaknya berdekatan hampir
berhimpit, dan nilai tegangan lentur ijin didapat dengan cara membagi tegangan luluh
dengan faktor aman. Pada struktur kayu, nilai tegangan lentur ijin didapatkan dengan cara
lebih langsung dengan menggunakan faktor aman pembagi terhadap tegangan lentur patah.
Dengan menggunakan cara penetapan tegangan lentur ijin seperti tersebut, yang didasarkan
pada anggapan hubungan linier antara tegangan dan regangan, analisis serta perncanaan
struktur kayu dan baja dapat dilakukan, sesuai dengan teori elastisitas.
Meskipun disadari bahwa pada kenyataan bahan beton bersifat tidak serba sama
(nonhomogeneous) dan tidak sepenuhnya elastik, selama ini cara pendekatan linier seperti
tersebut di atas juga digunakan dan dianggap benar bagi bahan beton. Selama kurun waktu
cukup lama perencanaan serta analisis didasarkan pada pemahaman tersebut dan
dinamakan sebagai metode elastik, cara-n, atau metode tegangan kerja (working stress
Sejak jangka waktu 30 tahun belakangan ini telah dikenal metode pendekatan lain
yang lebih realistik, ialah bahwa hubungan sebanding antara tegangan dan regangan dalam
beton terdesak hanya berlaku pada suatu batas keadaan pembebanan tertentu, yaitu pada
tingkat beban sedang. Pendekatan ini dinamakan metode perencanaan kekuatan (Ultimate
Strength Design Methode, USD Methode) atau metode perencanaan kekuatan ultimit.
Metode tersebut mulai dikenalkan sejak tahun 60-an, sejak dimuat di dalam peraturan
beton di beberapa negara. ACI Building Code misalnya, telah mengenal baik dan memuat
metode tersebut sebagai alternatif sejak tahun 1956, pada tahun 1963 memperlakukan
metode perencanaan baru diperkenalkan dalam PBI 1971 dan dipakai sebagai metode
alternatif di samping metode tegangan kerja yang masih juga dipertahankan. Proses
perubahan dan pengembangannya di Indonesia terasa sangat lambat, antara lain karena
metode lama sudah mendarah daging sehingga sangat sulit untuk meninggalkannya.
Sesungguhnya telah disadari bahwa tiada satupun alasan ilmiah yang hendak
mempertahankan metode tegangan kerja untuk perencanaan dan analisis struktur beton
bertulang, akan tetapi hambatan utama datang dari aspek pendidikan dan penyuluhan yang
pada dasarnya mirip dengan yang digunakan untuk metode tegangan kerja. Perbedaannya
terletak pada kenyataan yang didapat dari berbagai hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa tegangan beton kira-kira sebanding dengan regangannya hanya sampai pada tingkat
pembebanan tertentu. Pada tingkat pembebanan ini, apabila beban ditambah terus, keadaan
sebanding akan lenyap dan diagram tegangan tekan pada penampang balok beton akan
berbentuk setara dengan kurva tegangan-regangan beton tekan, seperti terlihat pada
gambar.
Pada metode tegangan kerja, beban yang diperhitungkan adalah service loads
berdasarkan pada nilai tegangan tekan lentur ijin yang umumnya ditentukan bernilai
suatu faktor beban dengan maksud untuk memperhitungkan terjadinya beban pada saat
keruntuhan telah diambang pintu. Kemudian dengan menggunakan beban kerja yang sudah
diperbesar (beban terfaktor) tersebut, struktur direncana sedemikian sehingga didapat nilai
kuat guna pada saat runtuh yang besarnya kira-kira lebih kecil sedikit dari kuat batas
runtuh sesungguhnya. Kekuatan pada saat runtuh tersebut dinamakan kuat ultimit dan
beban yang bekerja pada atau dekat dengan saat runtuh dunamakan beban ultimit.
1. Bidang penampang rata sebelum terjadi lenturan, tetap rata setelah terjadi lenturan dan
tetap berkedudukan tegak lurus pada sumbu bujur balok (prinsip Bernoulli). Oleh
karena itu, nilai regangan dalam penampang komponen struktur terdistribusi linear atau
2. Tegangan sebanding dengan regangan hanya sampai pada kira-kira beban sedang,
dimana tegangan beton tekan tidak melampaui ± ½ fc’. Apabila beban meningkat
sampai beban ultimit, tegangan yang timbul tidak sebanding lagi dengan regangannya
berarti distribusi tegangan tekan tidak lagi linear. Bentuk blok tegangan beton tekan
pada penampangnya berupa garis lengkung dimulai dari garis netral dan berakhir pada
serat tapi tekan terluar. Tegangan tekan maksimum sebagai kuat tekan lentur beton
pada umumnya tidak terjadi pada serat tepi terluar, tetapi agak masuk kedalam.
3. Dalam memperhitungkan kapasitas momen ultimit komponen struktur, kuat tarik beton
diabaikan (tidak diperhitungkan) dan seluruh gaya tarik dilimpahkan kepada tulangan
baja tarik.
Distribusi tegangan beton tekan pada penampang bentuknya setara dengan kurva
Bentuk distribusi tegangan tersebut berupa garis lengkung dengan nilai nol pada garis
netral, dan untuk mutu beton yang berbeda akan lain pula bentuk kurva dan
lengkungannya. Tampak bahwa tegangan tekan fc’, yang merupakan tegangan maksimum,
posisinya bukan pada serat tepi tekan terluar tetapi agak masuk kedalam.
Pada suatu komposisi tertentu balok menahan beban sedemikian hingga regangan
tekan lentur beton maksimum (ε’b maks) mencapai 0,003 sedangkan tegangan tarik baja
tulangan mencapai tegangan luluh fy. Apabila hal demikian terjadi, penampang dinamakan
dapat dilakukan pengujian regangan, tegangan, dan gaya-gaya yang timbul pada
penampang balok yang bekerja menahan momen batas, yaitu momen akibat beban luar
yang timbul tepat pada saat terjadi hancur. Momen ini mencerminkan kekuatan dan di
masa lalu disebut sebagai kuat lentur ultimit balok. Dan kuat lentur suatu balok beton
dalam balok yang pada keadaan tertentu dapat diwakili oleh gaya-gaya dalam.
Meskipun rumus lenturan tidak berlaku lagi dalam metode perencanaan kekuatan
akan tetapi prinsip-prinsip dasar teori lentur masih digunakan pada analisis penampang.
Untuk letak garis netral tertentu, perbandingan antara regangan baja denagn regangan
beton maksimum dapat ditetapkan berdasarkan distribusi regangan linear. Sedangkan letak
garis netral tergantung pada jumlah tulangan baja tarik yang dipasang dalam suatu
penampang sedemikian sehingga blok tegangan tekan beton mempunyai kedalaman cukup
agar dapat tercapai keseimbangan gaya-gaya, dimana resultan tegangan tekan seimbang
Apabila pada penampang tersebut luas tulangan baja tariknya ditambah, keadaan
blok tegangan beton akan bertambah pula, dan oleh karenanya letak garis netral akan
bergeser ke bawah lagi. Apabila jumlah tulangan baja tarik sedemikian sehingga letak
garis netral pada posisi dimana akan terjadi secara bersamaan regangan luluh pada baja
tarik dan regangan beton tekan maksimum 0,003 maka npenampang disebut bertulanagn
hancurnya.
Apabila penampang balok beton bertulang mengandung jumlah tulangan baja tarik
lebih banyak dari yang diperlukan untuk mencapai keseimbangan regangan, penampang
tarik mengakibatkan garis netral bergeser ke bawah. Hal yang demikian pada gilirannya
akan berakibat beton mendahului mencapai regangan maksimum 0,003 sebelum tulangan
baja tariknya luluh. Apabila penampang balok tersebut dibebani momen lebih besar lagi,
yang berarti regangannya semakin besar sehingga kemampuan regangan beton terlampaui,
maka akan berlangsung keruntuhan dengan beton hancur secara mendadak tanpa diawali
tulangan baja tarik kurang dari yang diperlukan untuk mencapai keseimbangan regangan,
akan lebih naik sedikit daripada keadaan seimbang, dan tulangan baja tarik akan
maksimum 0,003. Pada tingkat keadaan ini, bertambahnya beban akan mangakibatkan
tulangan baja mulur (memanjang) cukup banyak sesuai dengan prilaku bahan baja, dan
berarti bahwa baik regangan beton maupun baja terus bertambah tetapi gaya tarik yang
bekerja pada tulangan baja tidak bertambah besar. Dengan demikian berdasarkan
mengakibatkan luas daerah tekan beton pada penampang menyusut (berkurang) yang
berarti posisi garis netral akan berubah bergerak naik. Proses tersebut diatas terus berlanjut
sampai suatu saat daerah beton tekan yang terus berkurang tidak mampu lagi menahan
gaya tekan dan hancur sebagai efek sekunder. Cara hancur demikian, yang sangat
dipengaruhi oleh peristiwa meluluhnya tulangan baja tarik berlangsung meningkat secara
bertahap. Segera setelah baja mencapai titik luluh, lendutan balok meningkat tajam
sehingga dapat merupakan tanda awal dari kehancuran. Meskipun tulangan baja berprilaku
daktail (liat), tidak akan tertarik lepas dari beton sekalipun pada waktu terjadi kehancuran.
Penerapan faktor keamanan dalam struktur bangunan di satu pihak bertujuan untuk
mendapatkan faktor keamanan yang sesuai, perlu ditetapkan kebutuhan relatif yang ingin
dicapai untuk dipakai sebagai dasar konsep faktor keamanan tersebut. Struktur bangunan
memperhitungkan dua keadaan, yaitu kemungkinan terdapatnya beban kerja yang lebih
komponen struktur akibat bahan dasar ataupun pengerjaan yang tidak memenuhi syarat.
dimensi unsur-unsur penampang balok yang terdiri dari: jumlah dan ukuran tulangan baja
tarik (As), lebar balok (b), tinggi efektif (d), tinggi total (h), fc’ dan fy, sedangkan yang
dicari adalah kekuatan balok ataupun manifestasi kekuatan dalam bentuk yang lain,
misalnya menghitung Mn, atau memeriksa kehandalan dimensi penampang balok tertentu
terhadap beban yang bekerja, atau menghitung jumlah beban yang dapat dipikul balok. Di
lain pihak, proses perencanaan balok terlentur adalah menentukan satu atau lebih unsur
dimensi penampang balok yang belum diketahu, atau menghitung jumlah kebutuhan
tulangan tarik dalam penampang berdasarkan mutu bahan dan jenis pembebanan yang
sudah ditentukan.
Analisis dapat pula diterapkan untuk suatu komponen struktur yang pada masa lalu
direncanakan berdasarkan pada metode tegangan kerja (cara-n). Seperti diketahui, pada
bagaimanapun balok-balok tersebut nyatanya sampai saat ini digunakan dan bekerja,
dengan mengabaikan kekuatan baja diluar jumlah 75% dari jumlah tulangan tarik yang
Di lapangan, kita lihat bahwa suatu balok yang bertulangan tunggal jarang
dijumpai. Hal ini disebabkan karena pada perencanaan suatu bangunan, gaya gempa yang
arahnya bolak-balik juga diperhitungkan. Sehingga bidang momen pada suatu bentang
kadang bisa bernilai positif maupun negatif. Sehingga diperlukan baik tulangan atas
Penulangan rangkap juga dapat memperbesar momen tahanan pada balok. Apabila
suatu penampang dikehendaki untuk menopang beban yang lebih besar dari kapasitasnya,
membatasi dimensi balok, maka diperlukan usaha-usaha lain untuk memperbesar kuat
Hal ini dapat dilakukan dengan penambahan tulangan tarik hingga melebihi batas
nilai ρ maksimum bersamaan dengan penambahan bahan baja didaerah tekan penampang
balok. Hasilnya adalah balok dengan penulangan rangkap dimana tulangan baja tarik di
daerah tarik dan tulangan tekan di daerah tekan. Pada keadaan demikian berarti tulangan
Akan tetapi, dari berbagai penggunaan tulangan tekan dengan tujuan untuk
peningkatan kuat lentur suatu penampang terbukti merupakan cara yang kurang efisien
terutama dari segi ekonomi baja tulangan dan pelaksanaannya dibandingkan dengan
manfaat yang dapat tercapai. Dengan usaha mempertahankan dimensi balok tetap kecil
pada umumnya akan mengundang masalah lendutan dan perlunya menambah jumlah
kuat lentur penampang umumnya jarang dilakukan, kecuali apabila sangat terpaksa.
Dalam analisis balok bertulangan rangkap, akan dijumpai dua jenis kondisi yang
umum. Yang pertama yaitu bahwa tulangan tekan telah luluh bersamaan dengan luluhnya
tulangan tarik saat beton mencapai regangan maksimum 0,003. Sedangkan kondisi yang
kedua yaitu dimana tulangan tekan masih belum luluh saat tulangan tarik telah luluh
Jika regangan tekan baja tekan (ε’s) sama atau lebih besar dari regangan luluhnya
(εy), maka sebagai batas maksimum tegangan tekan baja tekan diambil sama dengan
tegangan luluhnya (fy). Sedangkan apabila regangan tekan baja yang terjadi kurang dari
regangan luluhnya, maka tegangan tekan baja adalah f’s = ε’s . Es. Dimana Es adalah
II.3.1.a Umum
prilaku beton bertulang dianggap sama dengan bahan homogen (serba sama) seperti
kayu, baja dan sebagainya. Sesuai dengan teori elastisitas, tegangan dan regangan
pada penampang balok terlentur untuk bahan yang homogen terdistribusi secara
linier membentuk garis lurus dari nol di garis netral ke nilai maksimum di serat tepi
menggunakan nilai-nilai :
2. Tegangan ijin
2. Retakan yang timbul masih dapat dikendalikan (tidak terjadi retak yang dapat
1. Bidang penampang rata sebelum terjadi lenturan akan tetap rata setelah
2. Bagi bahan baja maupun beton sepenuhnya Hukum Hooke dimana nilai
4. Batang tulangan baja terlekat sempurna dengan beton, sehingga tidak terjadi
bahan beton bukanlah bahan yang homogen, rumus lenturan elastik tetap dapat
Anggapan ini memberikan hasil yang cukup baik, dengan pengecualian untuk
poin yang kedua. Tegangan berbanding lurus dengan regangan selama tegangan
tekan beton tidak melampaui setengah dari kekuatan beton pada hari ke-28.
Untuk poin yang ketiga, beton sebenarnya memiliki sedikit kemampuan untuk
menahan tegangan tekan sangatlah kecil. Hanya berkisar dari 9-15%. Hal ini
seluruh kuat tekan pada beton dapat tercapai sepenuhnya. Oleh karena itu,
Jika suatu balok beton bertulang yang dibebani dengan beban yang semakin
meningkat, balok akan mengalami tiga tahapan sebelum terjadi keruntuhan. Ketiga
tahapan ini yaitu tahap sebelum beton mengalami retak, tahap beton mengalami
Pada pembebanan yang memberikan tegangan lentur tarik yang masih belum
melampaui tegangan tarik yang diizinkan sebelum beton mengalami retak akibat
tarik, seluruh tampang balok bekerja menahan momen, dengan tekan pada satu sisi
dan tarik pada sisi lainnya. Hal ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
itu sendiri sehingga efek yang ditimbulkan terhadap tampang beton juga akan
sangat kecil dan dapat diabaikan. Oleh karena itu, perhitungan tegangan lentur pada
Dari sini, momen retak yaitu momen pada saat modulus retak beton telah
fr IG
M cr =
yt
6,2 f 'c
pada serat terluar balok melampaui modulus retaknya, seluruh beton yang berada
dalam daerah tekan diasumsikan telah retak dan harus diabaikan dalam perhitungan
lentur.
momen yang bekerja pada beban kerja. Oleh karena itu, saat beban kerja, dasar
balok akan retak. Retak pada balok ini tidak berarti bahwa balok akan hancur tetapi
tulangan baja pada daerah tarik akan mulai memikul gaya tarik yang terjadi karena
Pada daerah tekan beton, beton dan tulangan baja diasumsikan terikat secara
sempurna sehingga regangan yang terjadi pada beton dan baja akan sama jarak
yang sama denagn garis netral. Tetapi jika regangan dalam kedua material pada
Nilai perbandingan modulus elastisitas dari baja dan beton dikenal sebagai
Es
n=
Ec
Seperti tampak pada gambar dibawah ini, tulangan baja digantikan dengan
suatu luas beton ekivalen (n. As), yang mampu menarik tarik. Pada gambar juga
tampak diagram yang menunjukkan variasi tegangan dalam balok. Pada daerah
tarik digunakan garis putus-putus karena diagram ini tidak kontinu. Beton yang
diasumsikan retak tidak dapat lagi menahan tarik. Dan pada titik dimana terpasang
Dengan menggunakan asumsi ini, momen tegangan lentur dari suatu tampang
dapat ditentukan. Langkah pertama yaitu menentukan letak garis netral yang
diasumsikan berada pada jarak x dari serat terluar daerah tekan balok. Setelah letak
tegangan pada beton dan baja dapat diperoleh dengan persamaan lentur yaitu:
M .y M .y
fc = dan f y = n.
I I
Suatu balok yang telah direncanakan terlebih dahulu dapat diperiksa apakah
dimensi dan jumlah tulangan yang terpasang telah sanggup menahan momen yang
ditimbulkan oleh beban yang bekerja. Jika tegangan yang terjadi tidak melampaui
Pada bagian ini, beberapa persamaan untuk analisis suatu balok persegi
dengan tulangan tarik saja akan diberikan. Pada gambar dibawah ini huruf d yang
digunakan untuk mewakili nilai tegangan efektif balok, yaitu jarak dari serat tekan
terluar ke titik pusat berat tulangan baja. Tampak juga nilai x yang digantikan
dengan kd.
b.k 2 .d 2
= nρbd2 (1– k)
2
k2 = 2ρn – 2ρnk
k2 + 2ρnk = 2ρn
2 ρn + (ρn )
2
k + ρn =
2 ρn + (ρn ) − ρn
2
k =
gambar di bawah ini. C terletak pada pusat berat segitiga tekan yaitu pada jarak
kd/3 dari serat tekan terluar balok, dan T terletak pada pusat berat tulangan baja.
kd
jd = d–
3
k
j = 1–
3
Momen kopel Cjd dan Tjd harus sama dengan momen luar M, dan nilai fs dan
Untuk baja :
Tjd = M
As fs jd = M
M
fs =
As . jd
Untuk beton :
Cjd = M
fc
bkdjd = M
2
2M
fc =
bd 2 kj
batas beton maupun dari tegangan oleh baja. Persentase ini cukup kecil sehingga
Dalam bagian ini akan diturunkan beberapa persamaan yang diperlukan untuk
merencanakan satu balok persegi bertulangan tarik saja yang dianalisis dengan
menggunakan metode lentur cara-n yang berdasarkan pada metode tegangan kerja.
Dengan mengacu pada gambar di bawah ini, luas tulangan baja sekali lagi
Dalam metode tegangan kerja, desain yang paling ekonomis yang mungkin
yaitu desain pada keadaan seimbang. Suatu balok yang didesain dengan metode ini
pada beban kerja sepenuhnya akan menghasilkan keadaan dimana serat tekan akan
maksimum fs.
gaya dalam yang terdiri dari dua gaya yaitu C dan T. sekali lagi, tegangan C sama
dengan luas bkd dikalikan dengan suatu nilai tegangan tekan rata-rata sebesar fc/2
dan T sama dengan As fs. Jumlah gaya horizontal pada balok dalam persamaan
harus bernilai nol (0), sehingga C = T. momen tahanan dalam dapat dituliskan
sebagai Cjd atau Tjd, danini disamakan dengan momen kerja M dan kemudian
persamaan yang ada diselesaikan untuk mendimensi balok dan luas tulangan yang
diperlukan.
Mengacu pada diagram tegangan pada gambar di atas, maka suatu nilai
perbandingan dapat dibuat dan dari perbandingan tersebut, nilai k untuk desain
kd = fc c
d fc + (fs/n)
k = fc c
fc + (fs/n)
jd = d – kd
3
j=1–k
3
Untuk beton :
M = Cjdr
bkdf c
M = jd
2
Untuk baja :
M = Tjd
M = As fs jd
M
As =
f s jd
II.3.2.a Umum
regangan bervariasi menurut jarak garis pusatnya ke serat tarik bahkan pada saat
beban mendekati beban batas. Tegangan tekan bervariasi hampir menurut suatu
garis lurus hingga tegangan dan regangan kira-kira akan mencapai seperti yang
Tegangan tekan bervariasi mulai dari nol pada garis netral hingga mencapai
nilai maksimum pada suatu titik yang dekat dengan serat terluar sisi tekan.
Walaupun distribusi tegangan yang sebenarnya merupakan suatu hal yang penting,
beberapa bentuk asumsi dapat digunakan secara praktis jika hasil perbandingan
hasil analisa sesuai dengan hasil pengujian. Bentuk yang umum digunakan adalah
ekivalen dengan intensitas 0.85f’c dan kedalaman a = β1c, seperti tampak pada
gambar diatas, luas balok persegi harus sama dengan luas balok kurva tegangan
yang sebenarnya dan pusat berat dari kedua balok ini juga harus berhimpit.
Dalam peraturan SK SNI 03-2847-2002, untuk nilai f’c yang lebih kecil atau
sama dengan 30 Mpa nilai β1 ditentukan sebesar 0.85, dan nilai ini berkurang 0.05
untuk tiap kenaikan f’c sebesar 7 Mpa. Tetapi nilai ini tidak diambil kurang dari
0.65.
1. Struktur beton bersifat in-elastis saat beban maksimum, sehingga teori elastis
tidak dapat secara akurat menghitung kekuatan batasnya. Untuk struktur yang
faktor beban (beban batas/beban kerja) tidak diketahui dan dapat bervariasi
misal regangan rangkak (creep) akibat tegangan yang konstan dapat beberapa
kali lipat dari regangan elastis awal. Oleh karena itu, nilai rasio modulus
terjadi pada struktur tersebut bisa berbeda dengan tegangan yang diambil
dalam perencanaan. Contoh, tulangan baja desak pada kolom beton dapat
terlihat pada saat direncanakan dengan metode beban kerja yang memakai
nilai modulus ratio sebelum creep. Metode perencanaan kuat batas tidak
yang lebih besar karena pada tulangan desaknya dapat didayagunakan sampai
mencapai tegangan leleh pada beban batasnya, sedangkan dengan teori elastis
lebih efisien jika digunakan tulangan baja mutu tinggi dan tinggi balok yang
pertama digunakan dalam perencanaan struktur beton. Itu dapat dimengerti karena
beban atau momen batas (ultimate) dapat dicari langsung berdasarkan percobaan uji
beban tanpa perlu mengetahui besaran atau distribusi tegangan internal pada
mengenai apa yang dimaksud dengan kekuatan batas atau kuat ultimate, maka akan
Keruntuhan yang akan ditinjau adalah lentur. Agar dapat diperoleh suatu
keruntuhan lentur murni maka digunakan konfigurasi dua buah beban terpusat yang
tegangan yang terjadi. Beban diberikan secara bertahap dan dilakukan pencatatan
lendutan di tengah bentang sehingga dapat diperoleh kurva hubungan momen dan
kelengkungan untuk setiap tahapan beban sampai beton maksimum sebelum balok
tersebut runtuh.
baja leleh terlebih dahulu (Titik D). Jika beban terus ditingkatkan, meskipun
besarnya peningkatan relatif kecil akan tetapi lendutan yang terjadi cukup besar
dibandingkan lendutan sebelum leleh. Akhirnya pada suatu titik tertentu beton
desak mengalami rusak (pecah atau spalling) sedemikian sehingga jika beban
ditambah sedikit saja maka balok tidak dapat lagi menahan beban dan akhirnya
runtuh. Beban batas/maskimum yang masih dapat dipikul oleh balok dengan tetap
berada pada kondisi keseimbangan disebut beban batas (ultimate) ang ditunjukkan
oleh titik E.
Keruntuhan yang didahului oleh lendutan atau deformasi yang besar seperti
yang diperlihatkan pada balok diatas disebut keruntuhan yang bersifat daktail. Sifat
seperti itu dapat dijadikan peringatan dini mengenai kemungkinan akan adanya
1. Keruntuhan Tarik, terjadi bila jumlah tulangan baja relatif sedikit sehingga
tulangan tersebut akan leleh terlebih dahulu sebelum betonnya pecah, yaitu
apabila regangan baja (εs) lebih besar dari regangan beton (εy). penampang
yang diperlihatkan pada balok uji yaitu daktail (terjadinya deformasi yang
yaitu apabila regangan baja (εs) lebih kecil dari regangan beton (εy).
3. Keruntuhan Balans, jika baja dan beton tepat mencapai kuat batasnya, yaitu
apabila regangan baja (εs) sama besar denga regangan beton (εy). Jumlah
untuk menentukan apakah tulangan relatif sedikit atau tidak, sehingga sifat
tumpuan melalui mekanisme momen lentur dan gaya geser yang terjadi secara
bersamaan. Pola keruntuhan (retak) yang terjadi akibat kedua mekanisme tersebut
terlihat berbeda (lihat gambar 3.5) dari komponen tegangan utama yang terjadi.
utama biaksial dengan orientasi diagonal, sehingga retaknya pun terbentuk diagonal
pada daerah yang mengalami tegangan tarik. Perhatikan pada daerah lentur murni,
retak yang terjadi cenderung berorientasi vertikal. Keruntuhan balok akibat geser
(akibat tegangan biaksial) bersifat getas dan terjadinya tiba-tiba. Berbeda dengan
keruntuhan lentur yang bersifat daktail, didahului dengan timbulnya lendutan besar
yang dapat digunakan sebagai pertanda. Oleh karena itu, dalam perencanaan
struktur, semua elemen harus didesain sedemikian agar kekuatan gesernya lebih
besar dari yang diperlukan sehingga dapat dijamin bahwa keruntuhan lentur akan
Dengan berdasarkan pada asumsi mengenai balok tekanan yang telah dibahas
gaya horizontal dan dari momen tahanan yang dihasilkan oleh kopel gaya dalam.
Persamaan ini dapat diselesaikan secara terpisah untuk mendapatkan besar nilai a
suatu penampang. Dimana nilai momen nominal yang telah dikalikan dengan suatu
faktor reduksi untuk balok φ ini harus dapat menyeimbangi suatu nilai momen
Mu = φM n
dan dengan menyamakan nilai C dan T, persamaan untuk menentukan nilai a dapat
diperoleh :
0.85 f’cab = As fy
As f y ρf y d
a = =
0.85 f ' c b 0.85 f ' c
Karena tulangan baja dapat dibatasi pada nilai dimana baja akan leleh
dituliskan sebagai :
a a
Mn = T d − = As fy d −
2 2
a
Mu = φ Mn = φ As fy d −
2
berikut :
ρfy
Mu = φ As fy d 1 − 0.59
f ' c
usaha-usaha lain untuk memperbesar kuat momen penampang balok yang sudah
tertentu dimensinya.
tulangan baja tarik lebih dari batas nilai ρmaks bersamaan dengan penambahan
tulangan baja di daerah tekan penampang balok. Hal ini dapat meningkatkan
kapasitas momen yang dapat ditahan oleh balok dengan tetap menjaga sifat
daktilitasnya.
Pada analisis balok persegi bertulangan rangkap, sering akan dijumpai dua
kondisi kehancuran pada balok. Yang pertama adalah dimana tulangan tarik dan
tekan sama-sama telah luluh (dalam tugas akhir ini disebut sebagai kondisi I) dan
yang kedua adalah dimana tulangan tarik telah luluh, namun tulangan tekan belum
Disamping kedua kondisi di atas, masih ada dua kondisi lain yang jarang
terjadi, slah satunya yaitu baik tulangan tarik maupun tekan sama-sama belum
luluh. Hal ini hanya terjadi pada balok bertulangan rangkap dengan penulangan
lebih.
balok bertulangan rangkap untuk kedua kondisi yang mugkin terjadi seperti yang
• Anggap bahwa tulangan tarik dan tulangan tekan telah luluh sehingga :
fs = fs’ = fy
T = Cc + Cs
As fy = (0.85f’c)ab + As’fy
a=
( As − As') fy =
As1 fy
(0.85 f ' c )b (0.85 f ' c )b
a
c=
β1
c − d'
ε 's = 0.003
c
d −c
εs = 0.003
c
Dengan menganggap ε s ≥ ε y , yang berarti tulangan baja tarik telah meluluh, akan
II.4.1. Umum
meneruskan beban dari sistem lantai ke fondasi. Sebagai bagian dari suatu kerangka
bangunan dengan fungsi dan peran tersebut, kolom menempati posisi penting di
dalam sistem struktur bangunan. Kegagalan kolom akan berakibat langsung pada
kegagalan atau keruntuhan komponen tekan tidak diawali dengan tanda peringatan
beban aksial vertikal, defenisi kolom diperluas dengan mencakup tugas menahan
kombinasi beban aksial dan momen lentur. Atau dengan kata lain, kolom harus
beton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada
jarak spesi tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Sengkang
tersebut berfungsi untuk mengurangi bahaya pecah (spliting) beton yang dapat
hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral
penampang.
pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa
kondisi pasca puncak. Untuk itu diperlihatkan prilaku kedua kolom tersebut
berdasarkan kurva beban lendutan. Pada tahap awal sampai puncak, kedua kolom
memperlihatkan prilaku yang sama. Setelah beban maksimum tercapai dan mulai
mengalami kondisi plastis, maka terlihat bahwa kolom sengkang akan mengalami
Kolom spiral digunakan jika daktilitas sangat dipentingkan atau beban yang
besar sehingga cukup efisien untuk memanfaatkan nilai φ (faktor reduksi) spiral
yang lebih tinggi, yaitu 0,70 dibandingkan φ pakai sengkang yaitu 0,65.
beban Pu bekerja pada penampang kolom berjarak e terhadap sumbu seperti terlihat
pada gambar (a), akibat yang ditimbulkan akan sama dengan apabila suatu
pasangan yang terdiri dari gaya beban aksial Pu pada sumbu dan momen, Mu
Mu
e=
Pu
dan memberikan variasi kombinasi beban lentur dan beban aksial dalam banyak
cara. Apabila dikehendaki eksentrisitas yang semakin besar, beban aksial Pu harus
berkurang sedemikian rupa sehingga kolom tetap mampu menopang kedua beban,
beban aksial Pu dan momen Pu e. Sudah tentu besar atau jumlah pengurangan Pu
yaitu penulangan pada kedua sisi yang berhadapan sama jumlahnya. Tujuan
kemungkinan terjadinya gaya bolak-balik pada struktur misalnya karena arah gaya
angin atau gempa. Seperti deketahui, kuat beban aksial sentris niminal atau teoritis
kontribusi kuat beton (Ag – Ast)0,85fc’ dan kuat tulangan baja Ast fy.
Luas penampang tulangan baja Ast adalah jumlah seluruh tulangan pokok
merata. Dengan sendirinya pada penampang seperti ini tidak terdapat garis netral
yang memisahkan daerah tarik dann tekan. Apabila beban aksial tekan bekerja
eksentris pada sumbu kolom maka timbul tegangan yang tidak merata pada
daerah tekan dan tarik, demikian pula tugas penulangan baja dibedakan sebagai
tulangan baja tekan (As’) yang dipasang di daerah tekan dan tulangan baja tarik (As)
kondisi, yaitu:
Jumlah tulangan baja tarik sedemikian sehingga letak garis netral tepat pada
posisi saat akan terjadi secara bersamaan regangan luluh pada tulangan baja tarik
keadaan penampang kolom beton bertulang yang berbeda dalam cara hancurnya,
yaitu hancur karena tarik dan hancur karena tekan, dengan demikian kondisi
struktur yang di bebani kombinasi lentur dan aksial tekan tersebut selaras dengan
konsep daktilitas komponen struktur yang menahan momen lentur dengan beban
Sejalan dengan hal tersebut, untuk komponen dengan beban aksial kecil
diijinkan untuk memperbesar faktor reduksi kekuatannya, lebih besar dari nilai
yang digunakan bila komponen yang bersangkutan hanya menahan beban aksial
1. Untuk komponen yang menahan lentur murni tanpa beban aksial, digunakan
2. Untuk kolom dengan pengikat spiral sejauh ini digunakan faktor reduksi
kekuatan Ø = 0,70;
Ø = 0,65.
aksial maupun momen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk kasus dimana
kolom dengan beban aksial kecil tetapi pasangan momennya besar dapat
beban aksial tekan vertikal. Atau dengan kata lain kolom harus diperhitungkan untuk
daktail agak sukar dilakukan karena beban aksial tekan lebih dominan sehingga
keruntuhan tekan sulit dihindari. Jumlah luas penampang tulangan pokok memanjang
penulangan kolom dapat mencapai 4%, namun disarankan untuk tidak menggunakan
nilai lebih dari 4% agar penulangan tidak berdesakan terutama pada titik pertemuan
Hampir tidak pernah dijumpai kolom yang menopang beban aksial tekan
secara konsentris, bahkan kombinasi beban aksial dengan eksentrisitas kecil sangat
kolom pada waktu menahan beban dan timbulnya momen pada kolom, pertama-tama
akan dibahas kolom dengan beban aksial tekan eksentrisitas kecil. Apabila beban
halnya dengan kejadian beban tanpa eksentrisitas, tegangan tekan yang terjadi tidak
merata pada seluruh permukaan penampang tetapi akan timbul lebih besar pada satu
kuat beban aksial nominal atau teoritis dapat ditulis sebagai berikut :
Pu ≤ φ Pn
Dimana,
menentukan bahwa dalam praktek tidak akan ada kolom yang dibebani tanpa
eksentrisitas. Eksentrisitas beban dapat terjadi akibat timbulnya momen yang antara
lain disebabkan oleh kekangan pada ujung-ujung kolom yang dicetak secara monolit
kolom dengan pengikat sengkang direduksi 20% dan untuk kolom dengan spiral
direduksi 15%.
seperti berikut :
Beban aksial bekerja dalam arah sejajar sumbu memanjang dan titik kerjanya
tidak harus di pusat berat kolom, berada di dalam penampang melintang, atau pusat
kecil digunakan dasar anggapan bahwa akibat bekerjanya beban batas (ultimit), beton
akan mengalami tegangan sampai nilai 0.85f’c dan tulangan bajanya mencapai
tegangan luluh fy. Sehingga untuk setiap penampang kolom, kuat beban aksial
gaya-gaya dalam dari beton dan tulangan baja pada waktu mengalami tegangan pada
serta ukuran-ukuran baik beton maupun batang tulangan baja, sejak dari menentukan
dengan memilih tulangan sengkang atau spiral sehingga di dapat ukuran dan jarak
spasi yang tepat. Karena rasio penulangan terhadap beton ρg harus berada dalam
daerah batas nilai 0,01≤ ρg ≤ 0,08 maka persamaan kuat perlu dimodifikasi untuk
Sehingga didapat,
Ast = ρg x Ag
Maka,
Pu
Ag perlu =
0.80φ {0.85 fc' (1 − ρg ) + fyρg }
rumus diatas, banyak kemungkinan serta pilihan yang dapat memenuhi syarat
kekuatan menopang sembarang beban Pu. Untuk nilai ρg yang lebih kecil
dan faktor lain yang berpengaruh pada pemilihan bentuk dan ukuran kolom,
membangun yang menghendaki dimensi seragam untuk setiap lantai agar menghemat
tekuk pada setiap kolom satu persatu (tekuk parsial) seperti halnya pada kolom-
kolom. Sehingga pada eksentrisitas awal, gaya normal kolom masih harus
aksial nominal maksimum Pn (maks) tidak melebihi 0.80 Po untuk kolom berpengikat
minimum yang harus diperhitungkan. Untuk kolom dengan eksentrisitas besar, kedua
titik-titik buhul yang tidak sempurna sehingga terjadi pergeseran sumbu sistem
Ultimate limit states dan Serviceability limit states. Limit states design sangat penting
Ada tiga jalur gempa yang bertemu di Indonesia yang dapat mengakibatkan
perencanaan struktur beton merupakan beban yang khusus atau beban yang abnormal
yang kejadiannya dapat terjadi sekali dengan skala yang sangat besar selama masa
perencanaan special limit state design adalah akibat pengaruh kebakaran, ledakan,
perencanaan limit states designnya disebut Capacity Design yang berarti bahwa
ragam keruntuhan struktur akibat beban gempa yang besar ditentukan lebih dahulu
kolom). Dengan mengikuti persyaratan dasar maka struktur beton dapat menunda
keruntuhan totalnya.
terjadi kerusakan yang besar pada lokasi sendi-sendi plastis sedangkan kolom-kolom
akan runtuh segera akibat beban vertikal walaupun baru terjadi kerusakan-kerusakan
kecil.
lain tersebut harus diberi cukup cadangan kekuatan untuk menjamin berlangsungnya
mekanisme goyangan rangka portal dengan sendi-sendi plastis yang terbentuk dalam
balok-balok, jumlah kekuatan kolom-kolom pada suatu titik buhul harus dibuat lebih
besar dari kekuatan baloknya untuk memaksa terjadinya sendi plastis di dalam balok.
terbentuk dalam balok-balok, jumlah kekuatan kolom-kolom pada suatu titik buhul
harus dibuat lebih besar dari kekuatan baloknya untuk memaksa terjadinya sendi
terbentuk dalam balok-balok seperti terlihat pada gambar 2.25.a, hendaknya selalu
• Sendi-sendi plastis di dalam balok dapat berfungsi dengan sangat baik, yang
• Daktilitas balok yang dituntut untuk mencapai tingkat 4 pada umumnya dengan
kaku, mekanisme goyangan portal dengan sendi-sendi plastis terbentuk pada kolom-
hanya diizinkan untuk rangka struktur rendah, karena alasan-alasan sebagai berikut :
struktur kolom, yang mungkin tidak memiliki cukup daktilitas karena besarnya
• Simpangan besar yang terjadi pada struktur mengakibatkan timbulnya efek P–Δ
Pada kolom, perbandingan b/h tidak boleh < 0,4 dan dimensi minimumnya
= 300 mm. Diameter tulangan yang digunakan pada kolom harus > 12 mm. Diameter
minimum sengkang untuk kolom harus 8 mm. Luasan tulangan minimum untuk
Sedangkan pada balok harus mempunyai perbandingan b/h > 0,3 dan lebar
balok harus lebih dari 250 mm dan tidak boleh lebih besar dari lebar kolom yang